1 Sampai 2 Pilih Aku Atau Dia.docx

  • Uploaded by: Irvan Yudhistira Priyambudi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1 Sampai 2 Pilih Aku Atau Dia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,699
  • Pages: 29
PERANCANGAN BRANDING UMKM BUSABUN SOAP BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada masa revolusi industri 4.0 seperti sekarang dimana transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Sehingga persaingan akan berlangsung secara cepat dan masif .Dan sebagian besar persaingan tersebut akan terjadi di internet, sehingga memberi kesempatan pada semua orang untuk terlibat dalam revolusi industri 4.0 termasuk UKM dan UMKM di Indonesia. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: Maks. Rp 50 Juta, kriteria Omzet: Maks. Rp 300 juta rupiah. Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: Rp 50 juta – Rp 500 juta, kriteria Omzet: Rp 300 juta – Rp 2,5 Miliar rupiah. Sedangkan Usaha menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 500 juta – Rp 10 Miliar, kriteria Omzet: >Rp 2,5 Miliar – Rp 50 Miliar rupiah[1] Sedangkan pengertian UKM diatur pada Surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset Rp 60 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta[2] Terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan usaha mikro dan kecil.Alasan pertama adalah karena kinerja usaha mikro dan kecil cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, usaha mikro dan kecil sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa usaha mikro dan kecil memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar(4). Kesempatan inilah yang membuat pemerintah Indonesia menggencarkan pertumbuhan UKM dan UMKM di Indonesia Ini dibuktikan dari data tabel berikut[3]: Tabel 1.1Perkembangan jumlah UKM dan UMKM di Indonesia pada tahun 2004-2013 Tahun

Jumlah UKM dan UMKM

Pertumbuhan

Prosentase

2004

44.777.388

-

-

2005

47.017.062

5.00

2006

49.021.803

4.26

2007

50.145.800

2.29

2008

51.409.612

2.52

2009

52.764.603

2.64

2010

53.823.732

2.01

2011

55.206.444

2.57

2012

56.534.592

2.41

2013

57.895.721

2.41

Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 Pada tahun 2017, (KemenKop UKM, 2017) jumlah UKM dan UMKM di Indonesia telah melebihi 59.2 juta UKM, dimana 8% dari jumlah tersebut sudah memasarkan produknya melalui platform online. Pada tahun 2018 (Simongkir, 2018) UKM dan UMKM telah menyumbang PDB sebesar 60.34%. Di Surabaya sendiri UKM berkembang dengan sangat cepat, tercatat pada tahun 2018 terdapat 9500 UKM terdaftar dan terbina dari Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak(Kepala Dinas Perdagangan Surabaya, Wiwiek Widayanti, 2018). Jumlah tersebut merupakan sebagian kecil dari keseluruhan UKM yang berada di Surabaya yang mencapai 365.071 UKM yang tersebar di 31 Kecamatan di Surabaya (Lembaga survey Enciety, 2016). Dalam perkembangan UKM yang semakin cepat dan persaingan yang semakin cepat, salah satu UKM baru di Surabaya Busabun ingin mendapat tempat dalam revolusi 4.0. Busabun merupakan sebuah UKM yang baru berdiri pada November 2018, yang didirikan oleh Ibu Ayu. Dalam konsepnya Busabun merupakan produsen sabun natural, yang dapat diidentifikasi dari penggunaan bahan bahan alami dari tumbuhan sebagai bahan utama dalam pembuatan sabun. Busabun selalu memberikan warna alami dari bahan tersebut pada sabun sehingga sabun terlihat lebih antic dan menjual pada konsumen.

Gambar 1.1 Produk Yang Dihasilkan Oleh Busabun Maka dari itu Busabun menawarkan produk sabun natural yang mengganti penggunaan bahan kima tersebut dengan penggunaan minyak alami seperti minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak sawit. Dimana minyak tersebut memiliki fungsi yang hampir sama dengan bahan kimia yang digunakan dalam sabun pada umumnya. Dengan konsep bahwa minyak dan kotoran keduanya memiliki sifat non polar yang akan saling menyingkirkan satu sama lain[4]. Pesaing Busabun dalam sector UKM sabun kecantikan atau sejenis kosmetik untuk daerah Surabaya dan sekitarnya, berasal dari UKM Narwastu dan UKM UD Halima, dimana kedua UKM ini telah menjadi UKM binaan dari dinas perdagangan kota Surabaya yang sudah terdaftar secara resmi. Produk yang dijual pun lebih beraneka ragam seperti: Body mist, body lotion, body soap, aromateraphy,dan lain sebagainya.

(a) (b) Gambar 1.2 (a) Produk UKM Halima (b) Produk UKM Narwastu Pesaing yang ada Busabun memiliki strategi agar dapat terdifirensisasi dengan yang lain. Busabun sama sekali tidak menggunakan bahan yang tidak dapat di daur ulang atau biasa disebut zero waste. Zero Waste merupakan konsep yang menekankan pada pengurangan jumlah sampah yang masuk ke TPA ataupun masyarakat (Widiarti, 2012). Dengan konsep ini Busabun mengurangi penggunaan plastik dalam kemasan, alat promosi, dan kepeluan tambahan lainnya.

Gambar 1.3 Produk Busabun Zero Waste Sebagai sarana promosi dan pengenalan Busabun sendiri sudah memiliki sebuah logo sendiri, namun belum memiliki brand sendiri. Hal ini merupakan sebuah kelemahan dikarenakan tanpa brand yang baik, Busabun akan sangat sulit untuk dikenal dikarenakan persaingan dan arus informasi yang sangat cepat ke masyarakat. Brand sendiri memiliki fungsi sebagai pembangun kesadaran dan mempererat kesetiaan pelanggan terhadap produk dengan mengekspresikan alas an mengapa orang harus membeli brand tersebut daripada brand yang lain (Wheeler, 2009:14-18). Hal ini dikarenakan Busabun merupakan UKM yang baru didirikan, sehingga brand yang ingin dibangun masih kurang jelas dan kurang terdiferensiasi dari yang lain. Product life cycle dibagi menjadi 3 tahap (Hoque and James, 2000), yaitu tahap Introduction. Dimana produk mulai dilauncing, penjualan produk masih rendah, dan harga produk tinggi. Kemudian Growth, yaitu tahap dimana penjualan produk meningkat secara cepat karena banyaknya promosi yang dilakukan sehingga kesadaran konsumen meningkat. Lalu tahap Maturity dimana penjualan produk sudah mencapai puncaknya dan terakhir Decline, yaitu penjualan produk semakin menurun. Busabun sendiri sebagai UKM yang baru saja berdiri sedang mengalami masa Introduction dimana produk belum terlalu dikenal masyarakat dan membutuhkan pengenalan ke masayarakat. Dalam pemasarannya juga Busabun masih kurang dikenal masyarakat di didapat dari data lalu lintas media sosial dan toko online dari Busabun. Dari data Instagram, Busabun memiliki 255 follower dengan rata rata 20-30 likes tiap postingan Instagram. Kemudian dari shopee dari berdirinya toko hanya memiliki 7 feedback.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar pebalakng permasalahan di atas. Maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan kedalam beberapa masalah. Masalah ini di peroleh melalui hasil wawancara dengan pemilik UKM Busabun, sample acak kepada pembeli dan data penjualan online. Berikut adalah beberapa masalahnya. 1. Busabun merupakan UKM baru yang berdiri sejak pertengahan tahun 2018 sehingga belum banyak orang yang tahu. Posisi brand Busabun masih dalam masa pengenalan (introduction), karena baru berdiri di pertengahan tahun 2018. (berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ayu pemilik UKM Busabun) 2. Brading yang dilakukan Busabun masih kurang dapat menggaet pasar yang diinginkan

3. Banyaknya pesaing lain yang juga membuat natural soap yang sama, produk yang sama dan tema yang sejenis. Ini merupakan ancaman bagi Busabun yang masih tergolong baru. (berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ayu pemilik UKM Busabun) 4. Busabun mengasosiasikan Brand nya dengan “Natural Ingredient & Eco Friendly Product” namun Busabun tidak dapat membuat pembeli tahu bahwa mereka menggunakan strategi tersebut. 5. Berdasarkan ulasan sosial media dan e-commerce, Busabun masih memiliki traffic yang rendah, minimnya angka pengikut. (berdasarkan hasil akumulasi instagram, shopee dan tokopedia)

1.3. Rumusan Masalah Bagaimana merancang branding UKM Busabun sebagai Natural Soap agar dikenal luas oleh masyarakat.

1.4. Batasan Masalah Berdasarkan masalah yang ditemukan di atas. Maka akan dibuat Batasan masalah untuk membatasi penelitian yang dilakukan. Berikut adalah batasan-batasan masalah di dalam penelitian ini. 1.

Perancangan ini tidak membahas tentang regulasi dan peraturan antara UKM dengan pemerintah.

2.

Perancangan ini tidak membahas masalah etnis atau suku dari konsumen Busabun yang beraneka ragam.

3.

Perancangan ini tidak membahas tentang bagaimana cara pembuatan Natural Soap Busabun.

4.

Perancangan ini tidak menghasilkan elemen-elemen branding yang tidak bersifat desain visual. Seperti pembentukan kinerja pegawai Busabun sebagai pendukung branding UKM Busabun.

1.5. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan ini adalah membuat sebuah brand yang efektif dan mampu menunjukkan identitas, tujuan, manfaat produk Busabun yang memiliki spesialisasi sebagai produk sabun zero waste sebagai ciri khas UKM Busabun dibandingkan dengan produk cold process artisan soap lainnya, sehingga tujuan brand tersebut dapat tertanam dengan kuat di dalam benak konsumen yang akan memberikan keuntungan secara finansial dengan adanya kenaikan jumlah order dan repeating order dari konsumen kepada Busabun. 1.6. Manfaat Perancangan Manfaat dari perancangan brand UKM Busabun antara lain: 1. Secara teori, brand UKM Busabun menunjukkan brand positioning Busabun kepada target pembeli sehingga meningkatkan minat konsumen untuk melakukan repeatung order produk Busabun.

2. Secara akademis, perancangan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian tentang branding dan promosi branding bagi pembaca. 3. Pada praktiknya brand ini berguna sebagai pembeda secara visual antara produk artisan soap Busabun dengan produk natural soap yang lain. 4. Bagi mahasiswa DKV perancangan ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk tugas mengenai branding terutama pada UKM yang menjual produk pada kuadran ke empat seperti sabun. 1.7. Ruang Lingkup. Ruang lingkup kerja yang akan dilakukan sebagai garis besar adalah perancangan brand positioning dalam benak konsumen dan masyarakat dari produk UKM Busabun. Dalam hal ini, studi yang akan dilakukan adalah mengenai proses perancangan secara konseptual dan teknis pada branding yang meliputi: 1. Studi Literatur. Studi tentang apa itu branding yang informatif, penempatan branding, eco waste, serta mampu membentuk UKM Busabun sebagai produk perawatan kulit yang baik dan ramah lingkungan. 2. Studi Eksisting meliputi studi perbandingan dengan brand lain yang sudah ada dimana produk yang dihasilkan adalah artisan cold process soap yang sejenis 3.Riset target audiensMeliputi pendapat para konsumen Busabun terhadap brand visual produk UKM yang efektif dan sesuai saat ini. 1.8 Sistematika Penulisan BAB 1. PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan latar belakang penulisan secara umum dari permasalahan yang terjadi. Serta ruang lingkup batasan dari apa yang dirancang, tujuan dan manfaat yang akan dicapai dan sistematika yang digunakan dalam penulisan BAB 2. LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan penjelasan lebih dalam menurut teori-teori dari para ahli yang mendukung dalam penelitian dan perancangan BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan alur metode perancangan yang digunakan, meliputi permasalahan, pengumpulan data, dan analisa data BAB 4. HASIL PENELITIAN Hasil dari kumpulan penelitian yang dilakukan BAB 5. KONSEP DESAIN

Pada bab ini dijelaskan lebih dalam tentang konsep desain dan permainan yang akan diterapkan pada game BAB 6. IMPLEMENTASI DESAIN Pada bab ini dijelaskan tentang proses desain dan penerapannya pada bidang permainan BAB 7. KESIMPULAN Pada bab ini berisi kesimpulan, saran dan hasil penellitian yang telah dilakukan

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori 2.11 Definisi Judul Perancangan ini memiliki judul “Perancangan Branding UMKM Busabun Soap”. Maka penulis akan mempelajari untuk membuat branding sebuah produk yang tepat dalam fase pengenalan produk kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, penulis juga mempelajari tentang kegunaan sabun, penerapan kebanyakan masyarakat terhadap sabun, proses pembuatan sabun “Cold Proses”, dan pengertian tentang zero waste. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan nilai penjualan melalui mekanisme branding dan promosi media terkait agar lebih dikenal dan dapat bersaing terhadap kompetitor lainnya. 2.1.2 Sabun Secara Marketing

2.1.3 Proses “Cold process” Sabun proses dingin atau cold process adalah sabun yang dibuat menggunakan metode tertentu yang disebut “proses dingin”. Metode ini adalah metode yang paling umum dalam pembuatan sabun home made atau usaha dalam ranah home industri. Prosesnya cukup mudah dengan menambahkan air yang dimurnikan (distilled water), alkali, minyak, dan kemudian pewarna dan wewangian yang disukai. Proses dingin ini memungkinkan pembuat sabun untuk menambahkan bahan yang kreatif, seperti yang terjadi pada UMKM Busabun Soap. Sabun cold process memerlukan waktu beberapa minggu setelah selesai dibuat sebelum siap digunakan.

Gambar 2.1 Perbedaan Antara Produk Cold Process dan Hot Process

2.1.4 Teori Brand dan Branding Kata branding berasal dari kata brand yang dalam bahasa Indonesia berarti merek. Dalam penggunaannya, kata brand dan branding memiliki makna yang berbeda. Jika kata brand berarti merek, maka pengertian branding adalah berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan tujuan untuk membangun dan membesarkan sebuah brand atau merek. Menurut Kotler (2009), pengertian branding adalah pemberian nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari kesemuanya, yang dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari barang atau jasa pesaing. Jenis-jenis branding terdiri dari 5 komponen utama, yaitu: a. Cultural Branding adalah usaha pemberian identitas atau merek yang disesuaikan dengan keadaan reputasi suatu bangsa atau orang-orang dari daerah tertentu. b. Produk Branding adalah usaha pemberian identitas pada sebuah produk yang mampu memengaruhi konsumen untuk memilih produk tersebut dibandingkan produk pesaing lainnya. c. Geographic Branding adalah sebuah usaha pemberian identitas yang memiliki tujuan dalam memunculkan gambaran dari produk atau jasa yang identik dengan nama sebuah lokasi sehingga bila lokasi itu disebut maka orang akan langsung mengingat brand tersebut. d. Personal Branding adalah usaha yang digunakan oleh perseorangan untuk menjadikan diri mereka sebagai brand yang dikenal dan diingat sehingga memiliki penilaian atau pandangan tersendiri dari masyarakat umum. Contoh personal branding adalah artis, pemusik, ataupun orang-orang terkenal lainnya e. Corporate Branding adalah branding dari sebuah perusahaan yang dimulai dari produk yang ditawarkan hingga kontribusi pegawai perusahaan terhadap masyarakat. Sedangkan brand adalah adalah segala sesuatu yang terkait dengan perusahaan, produk, atau layanan – semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Ini adalah apa yang harus Anda perjuangkan, apa yang harus Anda lakukan, katakan dan tampilkan ke depan public. Menurut Bilson Simamora (2001;149) Brand/Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain. Jenis-jenis dari brand untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dapat dibagi menjadi 3, yaitu: a. Janji yang diberikan sesuai dengan kenyataan walaupun hal ini tidak dinyatakan dengan jelas, tetapi menjadi salah satu faktor utama kesuksesan sebuah brand. b. Memberikan kepribadian tersendiri terhadap pengguna brand. Pengguna mobil mewah akan merasakan lebih elegan dan ekslusif ketimbang pengguna mobil pasaran pada umumnya. c. USP (Unique Selling Proposition). Munculnya sebuah brand sebagai dasar untuk membedakan perusahaan, produk atau layanannya dengan perusahaan, produk atau layanan lainnya (Miletsky dan Smith, 2009: 3).

Gambar 2.2Piramida Brand (Merek) Gambar 2.1 menunjukkan empat tingkatan kesadaran merek yang disebut sebagai piramida kesadaran merek dari tingkat tertinggi sampai terendah yaitu: a. Puncak pikiran adalah apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. b. Pengingatan kembali adalah pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas. c. Pengenalan merek adalah tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan. d. Tidak menyadari merek adalah tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha memperoleh identitas merek dan berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu. 2.1.5 Brand Awarness Menurut Keller (2008 ,P54) brand awareness terdiri dari brand recognition dan brand recallBrand recognition berarti bahwa konsumen dapat mengenali dengan tepat suatu merek sebagaimana pemah dilihat atau didengar sebelumnya. Sebagai contoh, apabila konsumen pergi ke toko, apakah mereka dapat mengenali merek sebagaimana pemah dilihat atau didengar di iklan sebelumnya? Brand recall berkaitan dengan kemampuan konsumen untuk menelusuri kembali merek dari ingatannya ketika kategori produk, kebutuhan yang dipenuhi oleh kategori tersebut, pembelian ataupun situasi penggunaan diberi sebagai pemancing. Dengan kata lain, brand recall adalah kemampuan

konsumen untuk memunculkan dengan benar merek dari ingatannya ketika diberi pancingan yang relevan. Sebagaimana ingatan pada umumnya, brand reaJgnition jauh lebih mudah dari brand recall Dalam hal pengambilan keputusan atas merek yang disertai dengan kehadiran produk secara fisik seperti di toko brand reaJgnition lebih berperan. Tetapi dalam hal produk yang tidak dapat dilihat produk yang bersifat pelayanan atau produk on line, maka Brand Recall akan jauh lebih penting. Membangun brand awareness dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penampakan (exposure) berulang-ulang seperti di iklan, !klan Radio, Billboard dan sebagainya untuk Brand Recognition dan asosiasi yang kuat melalui kategori produk yang tepat untuk brand recall. 2.1.6 Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association) Membuat asosiasi mempunyai hubungan yang kuat dengan merek akan sangat tergantung pada marketing program dan faktor lainnya yang secara langsung memberi pengaruh pada pengalaman dengan merek (brand experiences). Kekuatan ini akan dipengaruhi oleh baik kuantitas maupun kualitas dari proses informasi yang diterima. Dua faktor utama yang menfasilitasi kekuatan asosiasi dengan suatu informasi adalah keterkaitan personal (personal relevance) dengan informasi yang diterima dan dikonsistensi dari informasi yang dihadirkan dari waktu ke waktu. Membuat merek mempunyai nilai manfaat dibenak konsumen adalah dengan cara meyakinkan konsumen bahwa merek dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhannya dan berhasil dipenuhi oleh produk serta didukung oleh program marketing yang sesuai dari merek yang dimaksud. Dengan demikian kata kuncunya adalah tingkat keinginan (desirability) dan tingkat pemenuhan (deliverability) (Keller,2008, PPSG-58). Ada dua poin penting dalam keunikan merek yaitu :

a. Point of difference yaitu asosiasi yang unik yang tidak dimiliki oleh merek lain dalam karegori yang sama. b. point of parity yaitu asosiasi bersama yang dimiliki oleh merek-merek pada kategori tertentu. Point of difference merupakan keunggulan competitive (compentitive advantage) yang didapatkan dari asosiasi yang unik yang merupakan alasan (reason Whn konsumen untuk memilih suatu merek. Sedangkan point of parity menyatakan asosiasi bersama yang dimiliki suatu merek dengan merek lain pada kategori yang sama dan merupakan "No reason why not" tidak ada alasan bagi konsumen untuk tidak memilih suatu merek. Dengan demikian point of parity memperjelas manfaat (benefit) dan point of difference mempertegas keunggulan kompetitif (competitive advantage). 2.2 Kualitas Pelayanan 2.2.1 Pengertian Pelayanan dan Kualitas Pelayanan Dewasa ini, perusahaan tldak lagi hanya menjual produk saja, namun juga segala aspek jasa dalam bentuk pelayanan yang melekat pada produk tersebut, mulai dari tahap sebelum pembelian hingga tahap pembelian. Pandangan mengenai definisi pelayanan yang dikemukakan para ahli, diantaranya sebagai berikut : a. Menurut Rangkuti (2006, p26), "Pelayanan merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan dari satu pihak kepada pihak lain. Umumnya pelayanan dikonsumsi secara bersamaan,dimana interaksi antara pemberi jasa? pelayanan dan penerima jasa akan mempengaruhi hasil

pelayanan tersebut". b. Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005, p28),"Pelayanan pada dasamya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya." Berdasarkan pengertian kedua ahli di atas, Rangkuti dan Zeitham. maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah rangkaian aktivitas yang menunjukkan perforrnansi kualitas kerja yang baik yang ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen agar tercipta kepuasan yang diharapkan. Sedangkan kualitas pelayanan dalani perusahaan merupakan hal yang sangat penting dari sudut pandang konsumen, adalah perrnulaan dari kepuasan konsumen, dimana mutu pelayanan dan kepuasan konsumen ini akan mempengaruhi intensitas pembelian dan loyalitas konsumen. Berdasarkan hal ini maka peningkatan kualitas pelayanan harus berorientasi kepada konsumen. a. Menurut Tjiptono (2005, p59), "Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan". Kualitas pelayanan menurut Bateson dan Houffrnan (2001, p324) didefinisikan sebagai "Sikap yang dibentuk dalam jangka panjang dan evaluasi keseluruhan terhadap kinerja perusahaan". b. Menurut Bilson Simamora (2003, p180-181), defenisi kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah kinerja yang mengarah pada mutu yang diharapkan dari jasa yang ditawarkan secara lebih mendalam karena manfaat besar yang dihasilkan dari pelayanan,yang dapat meningktakan insensitas pembelian dan loyalitas pelanggan. 2.2.2 Manfaat Kualitas Pelayanan Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi perusahaan sebagai berikut: (Simamora,2003,p180). a. Pelayanan yang istimewa (nilai layanan yang benar-benar dialami melebihi harapan konsumen) atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk penetapan harga premium. Perusahaan yang memberikan kepuasan tinggi bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang signifikan. b. Pelayanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga. Misalnya pelayanan dibedakan menurut kecepatan pelayanan yang diminta oleh pelanggan yaitu tarif yang lebih mahal dibebankan terhadap layanan yang membutuhkan penyelesaian yang paling cepat. c. Menciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya potensial untuk penjualan produk yang sudah ada tetapi juga untuk produk-produk baru dari perusahaan.

d. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positf dari perusahaan dan produkproduk bagi pihak luar bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negatif. e. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen pemasaran dan pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada umumnya. Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya seperti biaya untuk memperoleh pelanggan baru, membangun kembali citra karena wanprestasi, dan sebagainya. Jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada melalui kualitas layanan yang memuaskan merupakan hal yang sangat penting.. Kualitas pelayanan yang didesain dan diimplementasikan secara memadai bukan hanya memuaskan pelanggan tetapi juga memberikan kepuasan kerja bagi karywannya. Karyawan dapat menerima tuntutan untuk senantiasa memuaskan pelanggan,karena dengan cara demikian ia dapat memajukan keadaan finansial dan ekspresi lainnya. Bagi usaha layanan, kepuasan karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan memegang peranan penting dalam memelihara citra kualitas yang dibangun. 2.3 Keputusan Pembelian Konsumen 2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Pengertian keputusan pembelian bagi konsumen, dapat dijabarkan menurut 2 para ahli sebagai berikut: a. Menurut Olson (2002, p163), "Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku". b. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p285), "Keputusan pembelian konsumen adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan". Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen adalah suatu proses yang melibatkan konsumen dalam mengenali kebutuhannya, pencarian informasi, evaluasi alternatif lain, hingga pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk yang sesuai kebutuhannya tersebut. 2.3.2 Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian Perilaku konsumen yang teramati dari perilaku pembelian konsumen merupakan salah satu tahap dari proses pembuatan atau pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making). Proses pengambilan keputusan konsumen meliputi serangkaian kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan f masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi perilaku pasca pembelian. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian

Gambar 2.2 Tahap Pengambilan Keputusan a. Identifikasi masalah adalah proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh stimulus internal atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan dasar seseorang, misalnya lapar,haus. Dalam kasus kedua,kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal. b. Pencarian infomasi adalah konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banya. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahuitentang merek merek yang ada dan keistimewaan dari tiap merek tersebut. c. Evaluasi alternatif adalah beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat yang akan diperoleh dari solusi produk yang ditawarkan. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen akan memberikan perhatian terbesar kepada atribut yang mampu memberi manfaat yang dicarinya. d. Keputusan pembelian adalah pada saat hendak memutuskan pilihan pembeliannya,terdapat dua faktor antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua ialah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian. Faktor pertama, sikap orang lain seperti: (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai oleh konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. e. Perilaku pasca pembelian adalah setelah membeli produk, konsumen mengalam level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,tindakan pasca pembelian, pemakaian produk pasca pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan loyalitas produk tersebut lebih tinggi. Para pelanggan yang tidak puas akan bereaksi sebaliknya. Sehingga menurut para ahli Schiffman dan Kanuk (2007, p250) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif pilihan. Seorang konsumen yang hendak melakukan pemilihan haruslah memiliki pilihan alternatif karena jika tldak maka hal tersebut bukanlah situasi konsumen melakukan keputusan. Suatu keputusan tanpa pilihan disebut sebagai sebuah Hobson's Choice

2.4. Studi Eksisting 2.4.1. Profil UKM Busabun Soap Busabun soap didirika pada tahun 2018 oleh Ibu Wahyu Nurina atau biasa dipanggil Ayu, warga Indonesia yang bertempat tinggal di Perak Surabaya, dengan latar belakang pemdidikan Arsitektur ITB lulusan 2016. Beliau mendirikan UKM Busabun yang berhubungan dengan perawatan kecantikan karena didorong dengan keinginan diri sendiri dan support keluarga untuk mulai merintis UKM Busabun Artisan Soap. Diawali dengan trial and error, Busabun soap kini memiliki toko di dua e-commerce Shopee, dan tokopedia. Tidak hanya itu, Instagram juga sebagai sosial media yang sangat berpengaruh untuk memasarkan produknya. Busabun juga cukup sering melakukan pameran yang ada di Surabaya seperti yang diadakan di CO2 Library, Kultur Space, dan lain sebagainya dengan tema Zero Waste. UKM Busabun memiliki rumah pembuatan yang berada di Jl. Lumba-Lumba No 18, Perak, Krembangan, Kota Surabaya Jawa Timur. Busabun Soap memiliki kurang lebih 5 varian produk seperti Kopi Cocoa Butter, Pink Clay, Calendula, Moringa Charcoal, Charcoal, 5 Varian tersebut terus bertambah seiringnya minat konsumen. Sabun yang ia buat tidak mengandung SLS, Paraben, pewangi buatan, pewarna buata dan mineral oil seperti minyak kelapa sawit, sehingga aman digunakan untuk Ibu menyusui, Ibu hamil, penderita kulit sensitif seperti eksim. Produ Busabun Soap dibandrol dari harga 27 ribu hingga 35 ribu rupiah per batangnya, serta tambahan kemasan hadiah sebesar 15 ribu dengan berat 90 gram. Busabun juga memiliki beberapa paket penawaran seperti Single Soap, Duo Soap Bar, dan Triple Bar Soap sekaligus dengan kemasan karton yang bisa dijadikan hadiah. Produk-produk tersebut dapat dibeli pada e-commerce mereka untuk melihat galeri produk dapat langsung ke instagram atau melalui line@. Produk sabun Busabun telah dikirim hingga keluar Surabaya tidak hanya sebagai sabun perawatan kulit, tetapi juga sebagai souvenir acara besar. Karena pada setiap sabun buatannya, tidak ada satupun sabun yang sama. Semua berbeda secara bentuk dan corak, itu yang membuat Artisan Soap memiliki pesona khusus untuk mengikat konsumen, sehingga membuat para konsumen Busabun untuk membelinya. Visi Misi penting UKM Busabun soap adalah menjadi UKM yang dapat memberikam kepuasan dan manfaat kepada pelanggan, sehingga bisa memberikan kontribusi pengurangan sampah kepada lingkungan dan masa depan.Kelebihan Busabun adalah bahan baku yang digunakan menggunakan bahan natural tanpa pengawet, pewarna buatan, mineral oil. Sehingga sangat baik bagi pengidap penyakit eczema atau kulit sensitif lainnya. Kemasan yang digunakan menggunakan kemasan 100% daur ulang dan mudah terurai oleh lingkungan, tanpa penggunaan plastik atau sterofoam seperti kardus daur ulang sebagai kemasan luar, kertas roti sebagai penyangga sabun agar aman saat pengiriman, serta penggunaan tali dari pada menggunakan selotip plastik, dan kemasan lain seperti kemasan dalam bentuk kertas kalkir transparan yang mudah terurai dan dapat dilihat.

Gambar 2.3 Pendiri Busabun Soap Ibu Ayu (Kiri) dan Logi Busabun (kanan)

Gambar 2.4 Ruang Pembuatan Produk Busabun Soap

Gambar 2.5 Stand Pameran Busabun Soap.

Gambar 2.6 Tampilan Toko Online Busabun Terlihat kesederhanaan dan tulisan ‘Now Open’ saja. Tanpa dilakukannya follow up berikutnya dalam unggahan foto di Instagram. Frekuensi unggahan story ataupun foto dalam akun Instagram Busabun menjadikan kurangnya traffic dan minat konsumen yang bisa dilihat pada grafik pengunjung. Profile Tokopedia dan Shopee yang dimiliki terlihat masih sepi pengunjung minim pengikut, dan ulasan yang ada. Busabun Soap tidak memiliki poster atau iklan khusus mempromosikan produk sabunnya. Poster yang dimiliki seperti poster iklan pada pembukaan e-commerce baru di Toko Pedia seperti pada gambar 5. Pada gambar tersebut

Gambar 2.5 Kemasan Busabun Soap Karton (Kiri) dan Produk Busabun Soap (Kanan) Traffic toko dari tampilan Instagram Busabun memperlihatkan tingkat yang fluktuatif, satu per empat pengunjung merupakan laki laki. 32% pengikut merupakan pelanggan berdomisili dari Surabaya dan kota-kota besar lainnya -seperti Bandung, dan Jakarta. Paling banyak pengikut berumur 25-34 tahun, dimana termasuk target pasar dari Busabun Soap. Tertinggi kedua berumur 18-24 tahun.

Gambar 2.8 Profile Toko Shopee

Gambar 2.9 Tampilan Statistik Pada Instagram

2.5. Studi Kompetitor 2.5.1 Monimici

Sumber: Monimici Instagram Gambar 2.10 Logo Monici Bath and Body. Monimici merupakan toko baru pada tahap launching yang menjual artisan cold process soap yang berbasis di Serpong, Tanggerang Indonesia. Monimici sejatinya telah berdiri semenjak tahun 2017 naum baru pertama kali memulai usaha Artisan Soap pada tahun 2018. Monimici didirikan oleh Ibu Stefani. Usaha ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadinya ketika dirinya menjalani kehamilan dan sulit menggunakan produk sabun yang beredar di pasaran. Kulitnya menjadi kemerahan, gatal-gatal, dan kering. Kulit sensitif tersebut menjadikan Ibu Stefani untuk memulai percobaannya membuat sabun alami seperti Artisan Soap yang telah dijual sampai sekarang. Karena itu, Ibu Stefani tertarik dengan produk tersebut sehingga ia terus menggeluti usahanya, dan menjadikan Monimici sebagai brand sabun alaminya.

Gambar 2.11 Varian Sabun Monici. Lavendula (kiri) dan Coco Bar (kanan) (Sumber: Monimici Instagram) Memiliki visi dan misi Monimici membuat sabun artisan adalah membuat sabun yang tidak hanya lembut di kulit tetapi juga Cantik dipandang, karena tidak adanya bentuk yang identik antar sabun yang satu dengan yang lain. Dengan menggunakan bahan-bahan yang dipilih secara selektif, tanpa pengawet, paraben, SLS. Dibuat dengan jumlah yang terbatas dan eksklusif untuk setiap pembelinya. Tujuan kedepannya adalah sabun sabun tersebut akan semakin beragam dari warna, sisi desain serta bahan bakunya. Penjualan Sabun Monimici mengandalkan pemasaran mouth to mouth. Berasal dari kerabat, keluarga dan teman-teman sehingga Monimici bisa terus berkembang dan direkomendasikan.

Gambar 2.12Tampilan Instagram dan Shoppe Monimici Monimici memiliki toko online yang berada di Shopee. Berlabel produk yang bebas dari SLS, Mineral Oil, Paraben, sehingga aman digunakan ibu hamil dan menyusui, serta penderita kulit sensitif. Produk sabun Monimici dijual dengan harga 37 ribu hingga 45 ribu dengan berat 60 sampai dengan75 gram. Monimici memiliki 6 varian yang mereka jual antara lain Lavendula, Coco Marble, Soft Beauty, Green Tea, Fresh Baby, dan Charcoal Soap Selain sabun, Monimici juga menjual beberapa alat pendukung untuk membuat sabun handmade dengan harga yang terjangkau. Monimici juga memiliki penawaran paket lain seperti paket sabun pembersih kulit dan handuk mini, ataupun pembelian secara grosir. Pemesanan sabun Monimici bisa dipesan melalui Shopee ataupun kontak by whatsapp.

Gambar 2.13 Handuk dan Dua Sabun Package.(Sumber: Monimici Instagram) Produknya kini telah dikirim ke berbagai kota dan daerah di Indonesia, namun belum pernah melakukan ekspor ke luar negeri. Memiliki jumlah 2000 pengikut di akun instagramnya. Kemasan yang digunakan adalah karton dan guntingan kertas pengganti bubble wrap. Konsep ramah lingkungan serta didukung

dengan bentuk desain sabun yang menarik menjadikan Monimici cukup diminati bagi pecinta handmade soap. Monimici belum memiliki poster promosi ataupun iklan yang diunggah dalam akun tokonya. Monimici baru mengunggah poster event seperti giveaway yang diadakan untuk memberikan reward kepada konsumennya. Desain yang digunakan terkesan simple menggunakan typeface lettering, bernuansa putihdan elegan dengan foto sabun sebagai hadiahnya beserta logo monimici untuk menyambut tahun baru 2019. Monimici terus berinovasi tentang bahan baku dan desain dari sabun handmade buatannya sendiri. Dengan unggahan story instagram yang cukup sering dalam seminggu menjadikan akun instagramnya aktif dan dikenal oleh para pengikutnya.

Gambar 2.14 Poster Give Away New Year 2019 (Sumber: Monimici Instagram) .. 2.6. Studi Komparator 2.6.1. Batty’s Soap. Batty’s Soap merupakan perusahaan botanical skin care dan Sabun yang berbasis di Ontario, Canada yang memiliki slogan ‘Restoring Balance Naturally’. Betty’s Soap Bermula dari seorang perempuan bernama Jamie Sabot, atau teman-temannya memanggilnya Batty. Dia adalah seorang ahli kimia botanika dan Konselor Perawatan Kulit Alami. Usaha ini dimulai semenjak tahun 2009 karena keresahanna terhadap kulit yang dialaminya, seperti kulit sangat sensitif yang menyebabkan kering, terbakar terkena matahari. Ia melakukan riset bertahun-tahun bersama empat orang temannya melakukan uji coba dan terus melakukan sebuah inovasi.

Gambar 2.15Pendiri Batty’s Bath: Batty (kiri) dan Logo batty’s Batyh (kanan) Komitmen mereka adalah membuat sebuah brand yang people-friendly, earth-friendly, animal friendly, serta telah terdaftar dengan Health Canada “Cruelty Free”, Bunny program, PETA, Humane Society International. My Beauty Bunny dan Cruetly Free Canada. Sebagian penghasilan mereka juga didonasikan untuk lembaga penyayang hewan seperti Need Dog Rescue, Animal Aide, Cedar Row Farm Sanctuary, dan banyak lainnya. Kemasan yang digunakan oleh Batty’s Soap dapat di daur ulang dan bisa digunakan kembali. Batty Soap memiliki website khusus untuk menjual produknya seperti ShopBattyBath.ca dan beberapa 23ook fisik di Daerah Canada dan USA. Batty’s Soap dalam websitenya memiliki banyak option seperti blog, 23ook, skincare 101 dan bahkan tanya jawab seputar keadaan kulit kita. Komunitas dengan keresahan dan kondisi yang sama terus berkembang menjadikan Batty’s Soap tidak hanya Sebuah penjual sabun, tetapi juga memberikan edukasi serta rekomendasi tentang perawatan kulit apa yang sebaiknya digunakan berdasarkan Jenis kulit kita. Pada setiap poster promosinya, Batty’s Bath selalu menyertakan fungsi dan tujuan dari produk tersebut, sehingga konsumen mengerti produk mana yang Cocok bagi kebutuhan kulitnya saat ini.

Gambar 2.16 Rekan-Rekan Batty’s Bath

Gambar 2.17 Variand Hand Made Sabun Batty’s Bath memiliki banyak pembeli dan pengguna aktif dalam website dan blog nya. Penawaran seperti diskon, dan harga rata untuk semua pengiriman ke Canada-USA menjadikan tokonya tidak sepi pengunjung. Batty’s Bath juga membuka akun di yotube, pinterest, twitter, instagra, dan facebook untuk menggaet pasar yang lebih luas. Desain yang dibuat terkesan manis pastel ala ala remaja dengan pattern bunga-bunga berwarna soft. Kampanye Menyayangi hewan dan lingkungan yang selalu diselipkan disetiap produk dan akun Batty’s Bath milik mereka. Karena misi mereka adalah “Our mission is to help you achieve the Radiant Rebel in you.”

Gambar 2.18Tampilan Website Batty’s Bath

Gambar 2.19 Tampilan Make Up Batty’s Bath Sosial media yang dimiliki memiliki peran aktif dalam kegiatan promosi produknya. Saat Ini Battys Bath memiliki jumlah subscriber youtube 923 subscribers, 6000 followers di twitter, dan 8.900 orang menyukai halaman facebook Battys Bath, 833 pengikut di pinterest yang rata-rata 253.400 viewers setiap bulannya mendatangi akun miliknya. Didukung dengan Foto yang menarik, tawaran sabun yang menjanjikan serta pelayanan yang terus menerus dilakukan oleh Batty’s Bath hingga saat ini.

Gambar 2.20 Tampilan Kemasan Karton Isi 6 (kiri) dan Kemasan Satuan (kanan)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Judul dan Sub Judul Brand adalah suatu alat yang berguna untuk mengindikasikan kualitas atau tanda dari sebuah produsen, sebagai merk dagang. Sedangkan Brand Association, menurut A. Aaker, merupaka dimensi dari ekuitas merk yang mencerminkan adanya diferensiasi terhadap fisik produk, pelayanan, maupun saluran. Brand Association merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek suatu produk. Sebagai contoh restoran cepat saji McDonalds yang dapat dikaitkan dengan ingatan akan karakter Ronald Mc Donalds. 69 Busabun adalah, Usaha kecil menengah yang menjual sabun natural menggunakan cara cold process. Diproduksi secara rumahan di Surabaya, Jawa Timur. Busabun menjual berbagai macam sabun natural berbahan dasar alami seperti pink clay, calendulla, charcoal. Menggunakan pewangi natural dari bahan-bahan yang digunakan. Tidak menggunakan Palm Oil dan plastik. Dimana Saat ini sampah plastik menjadi persoalan penting di Indonesia dan Dunia.( http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2_Bahaya_Plastik_---_Nurhenu_K.pdf) Karena kandungan yang alami tersebut, penderita kulit sensitif dan penyakit kulit seperti eksim dapat menggunakan Busabun. Karena memiliki khasiat dan manfaat yang penting bagi kulit dibandingkan sabun-sabun yang beredar di pasaran. Secara keseluruhan, arti dari judul “Perancangan Baranding Busabun Soap” adalah merancang sebuah brand yang terdiri dari identitas visual, brand association, yang mampu menanamkan di benak konsumen Busabun Soap untuk mengasosiasikan Busabun Soap sebagai produk Sabun Natural Cold Process yang berkualitas, bermanfaat, dan alami.

3.2 Teknik Sampling Dalam Perancangan ini, untuk memperoleh hasil yang tepat dan sesuai dengan kerangka dan tujuan, maka dibutuhkan metode untuk dilakukannya sebuah riset sesuai dengan kebutuhan. Ketepatan hasil dari proses riset ini dapat dilihat dari pemilihan audiens dan mencari data. Selain itu, dilihat juga dari teknik pengambilan data yang digunakan dalam proses riset itu sendiri. Dalam judul “Perancangan Branding Busabun Soap” ini target yang akan diteliti untuk memperoleh data adalah pemilik dan Pendiri UKM Busabun Soap. Pengambilan data dari para target audience tersebut akan dilakukan dengan metode pengambilan data kualitatif, yaitu berupa Depth Interview. 3.2.1. Populasi Populasi pada riset ini terdiri dari pemilik UKM Busabun Ibu Ayu. Untuk pemegang wewenang yang terkait dengan pengembangan brand dan pemasaran UKM Busabun. Selain itu terdapat pula masyarakat baik dari Surabaya maupun luar Surabaya yang membeli produk Busabun Soap, dan memiliki kebutuhan yang tinggi akan penggunaak produk sabun natural.

3.2.2 Sampel. Sampel dari riset ini diambil melalui wawancara mendalam (depth Interview) dengan beberapa narasumber yang terkait langsung dengan topik bahasan riset ini. Narasumber tersebut antara lan yaitu Ibu Ayu selaku pemilik dan founder Busabun Soap. Sedangkan untuk penyebaran kuesioner, sampel yang diambil adalah masyarakay luas yang memiliki daya beli Busabun Soap.

3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data 1. Data Primer - Depth Interview dengan Ibu Ayi sebagai pemilik dan pendiri UKM Busabun Soap.

2. Data Sekunder - Artikel dari buku - Artikel dari media massa - Artikel dari internet - Teori pendukung yang berhubungan dengan masalah yang diangkat dalam riset - Studi eksisting - Studi komparator - Kuesioner dari masyarakat umum mengenai pengetahuan, persepsi atau pandangan, dan keinginan yang diharapkan dari Produk Busabun Soap.

3.3.2. Sumber Data ⁃ Wawancara Mendalam (Depth Interview), dengan Ibu Ayu sebagai pemilik dan founder Busabun Soap yang berada di rumah produksi Surabaya.



Kuesioner, diperoleh dari masyarakat umum mengenai pengetahuan, persepsi atau pandangan dan keinginan yang diharapkan dari Produk Busabun Soap.

3.4. Teknik Perancangan 3.4.1. Penentuan Konsep Desain Dalam “Perancangan Branding Busabun Soap”, konsep desain untuk menyelesaikan permasalahan diperoleh melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu dengan menentukan problematik desain. Problematik desain diperoleh dengan cara melakukan pengumpulan data sekunder berupa fenomena yang diperoleh dari media sosial, internet serta wawancara langsung dengan pihak terkait Busabun Soap. Setelah itu digali masalah dari setiap data yang ditemukan, lalu mengambil masalah yang mengandung problemati desain. Setelah problematik desain ditemukan, maka dari hasil wawancara mendalam juga akan digali mengenai karakteristik dari UKM Busabun Soap dan mencari penyelesaian desain yang sesuai dengan masalah yang ditemukan. Setelah itu akan ditemukan kata kunci untuk menyelesaikan problematik Desain. Penentuan kata kunci ini diperoleh melalui analisa hasil wawancara mendalam dengan pemilik dan founder UKM Busabun Soap, tentang harapan yang diinginkan terhadap tampilan UKM Busabun Soap terhadap masyarakat dan konsumen kedepannya. 3.4.2. Kriteria Desain Kriteria desain pada perancangan ini akan diperoleh melalui penentuan variabel penelitian. Variabel penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan pemilik dan pendiri UKM Busabun Soap, dimana kriteria tersebut telah memiliki dasar-dasar kriteria desain, serta melakukan mapping dari desain-desain terkait yang sudah pernah ada dan sesuai dengan problem desain yang telah

ditentukan. Lalu dilakukan juga studi dari teori-teori yang sudah ada untuk dapat diambil sebagai dasar penentuan kriteria desain UKM Busabun Soap. 3.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui value UKM Busabun Soap, strategi yang tepat untuk membangun brand pada UKM Busabun yang masih pada tahap merinitis sehingga citra yang dibangun UKM akan sesuai dengan karakteristik Busabun Soap yang akan diaplikasikan dalam media desain. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui Visi dan Misi UKM Busabun. Penelitian eksternal juga dilakukan untuk mengetahui target market, kompetitor serta komoparator untuk menentukan strategi UKM Busabun yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA 1. J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 3. Surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 4. Ragam Pengukuran Kinerja pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Surabaya .Islami A.C., Kunaifi A., dan Gunawan J. Departemen Manajemen Bisnis, Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 5. https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1322/tabel-perkembangan-umkm-pada-periode1997--2013.html .visitasi : 24 Februari 6. https://www.kominfo.go.id/content/detail/11526/kemenkop-ukm-379-juta-umkm-sudah-goonline/0/sorotan_media . Visitasi : 24 Februari 7. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-60-persen-ke-pertumbuhanekonomi-nasional .visitasi:24 februari 8. http://ekonomibisnis.suarasurabaya.net/news/2018/208866-Masih-Banyak-Pelaku-UKM-diSurabaya-yang-Tidak-Tahu-Mengurus-Izin-Usaha .visitasi : 24 Februari 9. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 4, Nomor 2, Juni 2012, Halaman 101‐ 113 Peng elolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Ika Wahyuning Widiarti Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta e-mail: [email protected] 10. Hoque, Zahirul & James, Wendy. (2000). Linking balanced scorecard measures to size and market factors: Impact on organizational performance. Journal of Management Accounting Research 12 , pp. 1-17. 11. Wheeler, Alina. 2009. Designing Brand Identity. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Page 14 -18

12. PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SABUN PADAT BERBAHAN DASAR VCO DAN SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN MINYAK KAYU MANIS SEBAGAI PARFUM Sri Hartuti 2014 13. Penyusunan dan Implementasi Strategi Branding Produk Kuliner dalam Membentuk Brand Knowledge sebagai Oleh-Oleh Khas Kabupaten Madiun, : Zendy Tedja Wijaya, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2010 Daftar pustaka tambahan http://digilib.unila.ac.id/200/12/Bab%202.pdf http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2Doc/2010-2-00376-MN%20BAB%202.doc

Related Documents


More Documents from "m luqman hakim"

Imt_flyer_po-ontouch_gb.pdf
November 2019 2
Sap Diare.doc
November 2019 26
Artikel Germas.docx
November 2019 33
File.pdf
November 2019 57
Continuous Section
October 2019 45