Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan yang
pesat. Pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan kesehatan menyebabkan kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan bertambahnya jumlah rumah sakit di Indonesia setiap tahunnya, maka jumlah produksi limbah medis yang dihasilkan akan semakin banyak. Kondisi ini akan memperbesar peluang pencemaran lingkungan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Terakhir, penularan penyakit infeksius disebabkan oleh limbah medis ini. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan juga memungkinkan terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, dan gangguan kesehatan (Pertiwi, 2017). Rumah sakit di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2016 mengalami peningkatan sebanyak 373 rumah sakit. Tahun 2013 jumlah rumah sakit sebanyak 2228 meningkat menjadi 2601 tahun 2016. Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 2046 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 555 Rumah Sakit Khusus (RSK) (Kemenkes, 2016). Data sarana fasilitas layanan kesehatan dari Dinas Kesehatan DIY tahun 2011 menunjukkan jumlah rumah sakit di DIY sebanyak 65 rumah sakit milik pemerintah dan swasta dengan total jumlah bed 4.997 buah. Jika diasumsikan rata-rata Bed Occupancy Rate (BOR) adalah
70%, maka menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan timbulan limbah medis padat yang harus dimusnahkan tiap tahun sebesar 1.762.941,6 kg. Jumlah ini akan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah rumah sakit yang ada di Yogyakarta dan meningkatnya Bed Occupancy Rate karena dipengaruhi trend penyakit yang berkembang baik penyakit menular maupun tidak menular (Nur, 2013). Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Oleh karena itu, perlu 1
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan petugas rumah sakit akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Darmadi, 2008). Rumah sakit merupakan salah satu penghasil limbah B3. Limbah B3 dari kegiatan rumah sakit berasal dari aktifitas yang dilakukan dan kegiatan laboratorium berupa sisa proses penyembuhan orang sakit seperti bahan tambahan untuk pencucian luka, cucian darah, proses terapi kanker, praktik bedah, produk farmasi dan residu dari proses insenerasi. Limbah padat rumah sakit mengandung bahan berbahaya (bersifat infeksius, toksik dan radioaktif) jika tidak dikelola dengan benar maka dapat mencemari lingkungan dan dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular (Yunizar, 2014). Peningkatan laju timbulan limbah padat B3 (limbah padat medis) yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehata harus diimbangi dengan sistem pengelolaan limbah padat B3 yang baik agar tidak mencemari lingkungan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menyatakan fasilitas kesehatan wajib untuk mengelolah limbahnya (Mayonetta, 2016). Beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai risiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke rumah sakit untuk berobat. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, risiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit, lebih lagi bila rumah sakit membuang hasil buangan rumah sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut (Maulana, 2017).
1.2
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang diperlukan dalam proses pengelolaan limbah
padat medis di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan antara lain: 1. Karakteristik limbah padat medis yang dihasilkan oleh Rumah Sakit 2
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Muhammadiyah Lamongan 2. Sumber-sumber kegiatan yang menghasilkan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan 3. Jumlah timbulan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan 4. Pengolahan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
1.3
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dikhususkan pada pengelolaan limbah padat medis di
rumah sakit Muhammadiyah Lamongan yang meliputi beberapa kegiatan, seperti pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengolahan, serta pengangkutan.
1.4
Rumusan Masalah Rumusan masalah didapatkan dari batasan masalah yang ada. Adapun
rumusan masalah dalam pengelolaan limbah padat medis rumah di sakit Muhammadiyah Lamongan antara lain: 1. Bagaimana karakteristik limbah padat medis yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan? 2. Dari sumber-sumber kegiatan apasajakah limbah padat medis dihasilkan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan? 3. Berapa jumlah timbulan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan? 4. Bagaimana proses pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan?
1.5
Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik limbah padat medis yang dihasilkan oleh Rumah SakitMuhammadiyah Lamongan 2. Mengetahui sumber-sumber kegiatan apasaja yang menghasilkan limbah padat medis di Rumah Sakit muhammadiyah Lamongan 3. Mengetahui jumlah timbulan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan 3
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 4. Mengetahui proses pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
1.6
Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Kerja Praktik pada Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan adalah sebagai berikut: 1.
Pembahasan tentang gambaran umum dan deskripsi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
2.
Kondisi eksisting dan analisis sistem pengolahan sampah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
3.
Sistem pengelolaan limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan
4.
Sistem pengolahan limbah padat medis Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan mengacu pada peraturan yang berlaku
1.7
Manfaat Manfaat dari pelaksanaan kerja praktik adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memperoleh ilmu pelajaran praktis dari lapangan dan membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesungguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetensi pendidikan 2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi Perguruan tinggi yang dimaksut adalah program studi Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya yang dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh dari lapangan. Sehingga dapat melakukan penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntunan dunia kerja yang pada akhirnya dapat mencetak sarjana yang berkompetensi. 3. Manfaat Bagi Rumah Sakit Membantu dan memberi masukan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan rumah sakit Muhammadiyah Lamongan
4
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang menyelenggarakan sarana
kesehatan yang menyertakan upaya kesehatan rujukan, dan dalam ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat, termasuk didalamnya upaya pencegahan penyakit mulai dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, perawatan intensif dan rehabilitasi orang sakit sampai tingkat penyembuhan optimal (Asmarhany, 2014). Rumah sakit juga merupakan institusi yang mengembangkan pelayanan kompetitif yaitu tersedianya pelayanan yang cepat, akurat, manusiawi, aman dan nyaman. Akan tetapi rumah sakit merupakan penyumbang limbah yang cukup besar dan berbahaya bagi lingkungan sekitar maupun kesehatan masyarakat. Berbagai tindakan dan upaya mitigsi dapat dilakukan dalam mengantisipasi permasalahan tersebut antara lain melalui pengolahan limbah baik berupa sampah padat maupun cair. Limbah padat khususnya yang bersifat infeksius diolah menggunakan incenerator, sedangkan limbah cair diolah dengan menggunakan instalasi pengolahan air limbah (Waang, 2016).
2.2
Limbah Rumah Sakit Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Sedangkan menurut Gordon (1991), limbah
adalah hasil buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun domestik (rumah tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis padat adalah limbah padat yang mampu menimbulkan penyakit. Limbah kimia, limbah beracun, limbah infeksius, dan limbah medis merupakan bagian dari limbah padat yang dapat mengancam kesehatan manusia maupun lingkungan. Komposisi limbah padat rumah sakit menurut EPA terdiri dari limbah padat medis 22%, limbah farmasi 1% dan limbah domestik 77%. Berbagai layanan kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit dapat menghasilkan limbah medis. Meskipun persentase yang besar dari limbah rumah sakit diklasifikasikan sebagai limbah umum, yang memiliki sifat yang sama 5
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan seperti yang dari sampah kota dan, karena itu, bisa dibuang di TPA kota, sebagian kecil dari limbah medis harus dikelola dengan cara yang tepat untuk meminimalkan risiko terhadap kesehatan masyarakat (Chaerul, 2013). Limbah layanan kesehatan adalah mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Limbah rumah sakit adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radio aktif (Depkes, 2006).
2.3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainya (Darsono, 2013).
2.3.1
Klasifikasi B3 Menurut PP Nomor 101 Tahun 2014, terdapat 6 karakteristik limbah B3,
diantaranya mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, infeksius, dan korosif. A. Limbah Mudah Meledak Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu tekanan standar (25ºC, 760 mmHg) dapat meledak atau melaluireaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya (Triyanto, 2013). B. Limbah Mudah Terbakar Menurut Triyanto (2013), limbah mudah terbakar adalah limbah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut: 1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (140ºF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. 6
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25ºC, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus. 3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar. 4. Merupakan limbah pengoksidasi. C. Limbah Reaktif Menurut Triyanto (2013), limbah reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut: 1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. 2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air. 3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. 4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. 5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25ºC, 760 mmHg). 6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena lepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. D. Limbah Beracun Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serus apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut, penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mulut konsentrasi TCLP (Toxicity Charactristic Leaching Prosedure) pencemar organik dan aroganik dalam limbah sebagaimana PP No. 18 tahun 1999 (Triyanto, 2013). E. Limbah Infeksius Limbah yang menyebabkan infeksi bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari labotarium 7
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit yang dapat menular, limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang di tularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah (Triyanto, 2013). F. Limbah Korosif Menurut Triyanto (2013), limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: 1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. 2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55ºC. 3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat baja.
2.3.2
Identifikasi Limbah B3
A. Tujuan identifikasi limbah berbahaya dan beracun (B3) antara lain (Imam, 2009). a. Mengklasifikasi atau menggolongkan limbah tersebut apakah termasuk limbah B3 atau limbah non B3 b. Mengetahui sifat limbah B3 tersebut untuk mementukan metode terbaik dalam
penanganan,
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pengolahan, pemanfaatan dan atau penimbunannya c. Mementukan sifat limbah B3 termasuk untuk menilai kecocokan dengan limbah B3 lainnya dalam melakukan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 tersebut d. Menilai dan menganalisis potensi bahaya limbah B3 tersebut terhadap lingkungan dan atau dampak terhadap kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya e. Dalam rangka delisting suatu limbah B3 B. Identifikasi limbah B3 dapat dilakukan dengan cara: (Imam, 2009) a. Mencocockan limbah B3 dengan daftar jenis limbah B3. Apabila cocok dengan daftar jenis limbah B3 maka limbah tersebut limbah B3 8
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan b. Apabila limbah tidak cocok dengan daftar jenis maka diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik: mudah meledak atau mudah terbakar dan atau beracun dan atau bersifat reaktif dan atau bersifat korosif c. Apabila kedua tahapan tersebut sudah dilakukan dan tidak memenuhi limbah B3, maka dilakukan dan tidak memenuhi ketentuan limbah B3, maka dilakukan uji toksikologi sifat akut dan kronis C. Kriteria identifikasi karakteristik limbah B3 didasarkan pada sifat limbah yang memperlihatkan sifat-sifat berikut: (Imam, 2009) a. Dapat menyebabkan atau memberikan pengaruh yang berarti untuk terjadinya dan atau meningkatnya kematian dan atau sakit yang serius. b. Berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau lingkungan apabila disimpan, diangkut, dimanfaatkan, diolah, ditimbun dan dibuang dengan tidak benar atau tidak dikelola
2.4
Jenis Limbah Rumah Sakit Menurut Sumbernya Setiap ruangan/unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah.
Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan/unit yang bersangkutan.
Tabel 2.1. Jenis Sampah Menurut Sumbernya
No
Sumber/Area
1.
Kantor/administrasi
2.
Unit obstetric dan ruang Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/pe perawatan obstetric
Jenis Sampah Kertas
ngosok), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable
(masker
yang dapat
dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood
lancet
disposable
(pisau
bedah),
disposable chateter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan),
9
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No
Sumber/Area
Jenis Sampah dan sarung disposable.
3.
Unit
emergency
dan Dressing(pembalut/pakaian),sponge
bedah termasuk ruang (sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk perawatan
amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood
lancet
(pisau
bedah),
disposable
kantong emesis, Levin tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set ( alat pengaliran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah. 4.
Unit laboratorium, ruang Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri mayat,
phatology
dan dish,
autopsy
wadah
specimen,
slide
specimen
(kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang
5.
Unit Isolasi
Bahan-bahan buangan
kertas
nasal
yang
mengandung
(hidung)
dan
sputum
(dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian dan bandages (perban), masker disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan 6.
Unit Perawatan
Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain
7.
Unit pelayanan
Karton,
kertas
bungkus,
kaleng,
botol,
sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan 8.
Unit gizi/dapur
Sisa
pembungkus,
sisa
makanan/bahan
makanan sayuran dan lain-lain 9.
Halaman Rumah Sakit
Sisa pembungkung daun ranting, debu.
Sumber : Depkes RI, 2002
10
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 2.5
Pengelolaan Limbah B3 Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56
Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun. Limbah B3 dalam Peraturan Menteri ini meliputi Limbah: a. Dengan karakteristik infeksius b. Benda tajam c. Patologis d. Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan e. Radioaktif f. Farmasi g. Sitotoksik h. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi i. Tabung gas atau kontainer bertekanan Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi beberapa tahapan antara lain: A. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3 Pengurangan limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain: -
Menghindari penggunaan material yang mengandung B3 apabila terdapat pilihan yang lain
-
Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan
-
Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa
-
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal Pemilahan limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
-
Memisahkan
limbah
B3
berdasarkan
jenis,
kelompok,
dan/atau
karakteristik limbah B3 -
Mewadahi limbah B3 sesuai kelompok Limbah
11
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan B. Penyimpanan Limbah B3 Penyimpanan limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain: -
Menyimpan limbah B3 di fasilitas penyimpanan limbah B3
-
Menyimpan limbah B3 menggunakan wadah limbah B3 sesuai kelompok limbah B3
-
Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah limbah sesuai karakteristik limbah B3
-
Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah limbah B3 sesuai karakteristik limbah B3 Saat menyimpan limbah B3, warna kemasan dan/atau wadah limbah B3 juga harus tepat, yakni:
-
Merah, untuk limbah radioaktif
-
Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis
-
Ungu, untuk limbah sitotoksik
-
Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah farmasi Contoh fasilitas penyimpanan limbah B3 fasilitas pelayanan kesehatan dalam ruangan disajikan pada gambar 2.1.
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.1. Fasilitas penyimpanan limbah B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam ruangan yang dilengkapi dengan pembatas akses (kerangkeng)
12
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan C. Pengangkutan Limbah B3 Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh penghasil limbah B3 dari lokasi ke tempat penyimpanan limbah B3 yang digunakan sebagai depo pemindahan, atau pengolah limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
pengolahan
limbah
B3.
Pengangkutan
limbah
B3
dapat
menggunakan kendaraan pengangkut beroda 3 atau beroda 4 yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai angkutan jalan. Apabila pengangkutan dilakukan menggunakan kendaraan roda tiga maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lebar lebih kecil dari 120 (seratus dua puluh) sentimeter
Tinggi lebih kecil dari atau sama dengan 90 (sembilan puluh) sentimeter terukur dari tempat duduk atau sadel pengemudi
Wadah permanen limbah B3 dilekati simbol sesuai karakteristik limbah B3
Limbah B3 wajib diberi kemasan sesuai persyaratan kemasan limbah B3
Ketentuan mengenai kapasitas daya angkut limbah B3 dan spesifikasi alat angkut limbah B3 mengikuti peraturan perundang-undangan mengenai angkutan jalan Pengangkutan limbah B3 wajib memenuhi syarat sebagai berikut:
Menggunakan alat angkut limbah B3 yang telah mendapatkan izin pengelolaan limbah B3
Menggunakan simbol limbah B3
Dilengkapi manifes limbah B3 yang paling sedikit memuat informasi mengenai: a. Kode manifes limbah B3 b. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah limbah B3 yang akan diangkut c. Identitas Pengirim limbah B3, pengangkut limbah B3, dan penerima limbah B3 d. Alat angkut limbah B3 Contoh alat angkut limbah B3 yang digunakan untuk mengangkut dari sumber penghasil menuju ke tempat penyimpanan disajikan pada gambar 2.2.
13
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b)
(c)
(d)
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.2. (a) Troli pengumpul dengan kapasitas 300 liter (6 wadah x 50 liter) dengan wadah plastik dan penutu, (b) troli pengumpul dengan kapasitas 120-200 liter (bergantung ukuran wadah), (c) troli pengumpul dengan kapasitas 120-200 liter (bergantung ukuran wadah), dan (d) troli pengumpul dengan kapasitas 120-200 liter (bergantung ukuran wadah)
D. Pengolahan Limbah B3 Penghasil limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3 dapat dilakukan pengolahan secara termal. Pengolahan limbah B3 secara termal dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut: Autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum Gelombang mikro Iradiasi frekwensi radio dan/atau Insinerator
14
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Pengolahan limbah B3 secara termal harus memenuhi persyaratan: a. Lokasi Merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Berada pada jarak paling dekat 30 (tiga puluh) meter dari: 1. Jalan umum dan/atau jalan tol, daerah pemukiman, perdagangan, hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan pendidikan 2. Garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air dan sumur penduduk; dan daerah cagar alam, hutan lindung, dan/atau daerah lainnya yang dilindungi 3. Persyaratan jarak lokasi dikecualikan bagi pengolah limbah B3 yang berada di dalam kawasan industri. b. Peralatan dan teknis pengoperasian peralatan, meliputi: Pengoperasian peralatan 1. Autoklaf tipe alir gravitasi dilakukan dengan temperatur lebih besar dari atau sama dengan:
121ºc (seratus dua puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pounds per square inch) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam autoklaf sekurangkurangnya 60 (enam puluh) menit
135ºc (seratus tiga puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pounds per square inch) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam autoklaf sekurangkurangnya 45 (empat puluh lima) menit
149ºc (seratus empat puluh sembilan derajat celsius) dan tekanan 52 psi (lima puluh dua pounds per square inch) atau 3,54 atm (tiga koma lima puluh empat atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam autoklaf sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.
2.
Autoklaf tipe vakum dilakukan dengan temperatur lebih besar dari atau sama dengan:
15
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
121ºc (seratus dua puluh satu derajat celsius) dan tekanan 15 psi (lima belas pounds per square inch) atau 1,02 atm (satu koma nol dua atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam autoklaf sekurangkurangnya 45 (empat puluh lima) menit
135ºC (seratus tiga puluh lima derajat celsius) dan tekanan 31 psi (tiga puluh satu pounds per square inch) atau 2,11 atm (dua koma sebelas atmosfer) dengan waktu tinggal di dalam autoklaf sekurangkurangnya 30 (tiga puluh) menit.
3. Gelombang mikro dilakukan pada temperatur 100 ºC (seratus derajat celsius) dengan waktu tinggal paling singkat 30 (tiga puluh) menit 4. Iradiasi frekwensi radio dilakukan dilakukan pada temperatur lebih besar dari 90 ºC.
Uji validasi untuk menentukan pemusnahan spora yang menggunakan alat sebagai berikut: 1. Autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1×104 (satu kali sepuluh pangkat empat) spora per mililiter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora 2. Gelombang
mikro
ilakukan
terhadap
spora
Bacillus
stearothermophilus pada konsentrasi 1×101 spora per mililiter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora 3. Iradiasi frekwensi radio dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1×104 spora per mililiter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora. Pengolahan limbah B3 menggunakan insinerator oleh penghasil limbah B3 harus memenuhi ketentuan: a. Efisiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% b. Temperatur pada ruang bakar utama sekurang-kurangnya 800ºC c. Temperatur pada ruang bakar kedua paling rendah 1.000 ºC dengan waktu tinggal paling singkat 2 (dua) detik d. Dimiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wet scrubber atau sejenis 16
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan e. Ketinggian cerobong paling rendah 14 m terhitung dari permukaan tanah atau 1,5 (satu koma lima) kali bangunan tertinggi, jika terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 14 m dalam radius 50 m dari insinerator f. Memiliki cerobong yang dilengkapi dengan:
Lubang pengambilan contoh uji emisi yang memenuhi kaidah 8de/2de
Fasilitas pendukung untuk pengambilan contoh uji emisi antara lain berupa tangga dan platform pengambilan contoh uji yang dilengkapi pengaman. Pengolahan limbah B3 menggunakan insinerator oleh pengolah limbah B3
harus memenuhi ketentuan: a. Efisiensi pembakaran paling sedikit 99,99% b. Efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa organic hazardous constituents (pohcs) dengan nilai paling sedikit 99,99%. c. Dalam hal limbah B3 yang akan diolah, berupa polychlorinated biphenyls yang
berpotensi
menghasilkan
polychlorinated
dibenzofurans
dan
olychlorinated dibenzodioxins. Efisiensi penghancuran dan penghilangan harus memenuhi nilai paling sedikit 99,9999% d. Temperatur pada ruang bakar utama sekurang-kurangnya 800ºC e. Temperatur pada ruang bakar kedua paling rendah 1.200ºC dengan waktu tinggal paling singkat 2 (dua) detik f. Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wet scrubber atau sejenis g. Ketinggian cerobong paling rendah 24 m terhitung dari permukaan tanah atau 1,5 kali bangunan tertinggi, jika terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 24 m dalam radius 50 m dari insinerator h. Memiliki cerobong yang dilengkapi dengan: 1. Lubang pengambilan contoh uji emisi yang memenuhi kaidah 8de/2de 2. Fasilitas pendukung untuk pengambilan contoh uji emisi antara lain berupa tangga dan platform pengambilan contoh uji yang dilengkapi pengaman 3. Memenuhi baku mutu emisi melalui kegiatan uji coba sebagai bagian dari pemenuhan kelengkapan persyaratan Insinerator dioperasikan untuk mengolah limbah sitotoksik, wajib dioperasikan
pada
temperatur
sekurangkurangnya
1.200ºC.
Dalam 17
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan pengoperasian peralatan insinerator dilarang digunakan untuk limbah B3 radioaktif, limbah B3 dengan karakteristik mudah meledak, dan/atau limbah B3 merkuri.
E. Penguburan Limbah B3 Penguburan Limbah B3 dapat dilakukan jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis dan/atau Limbah benda tajam tidak terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan insinerator Limbah B3. Penguburan limbah B3 dapat dilakukan setelah terdapat izin dari instansi terkait. Penguburan limbah B3 hanya dapat dilakukan untuk limbah B3: 1. Limbah B3 patologis, dilakukan dengan cara antara lain: a. Menguburkan limbah B3 di fasilitas penguburan limbah B3 yang memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan limbah B3 b. Mengisi kuburan limbah B3 dengan limbah B3 paling tinggi setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling rendah 50 cm sebelum ditutup dengan tanah c. Memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm pada setiap lapisan limbah B3 yang dikubur d. Melakukan pencatatan limbah B3 yang dikubur e. Melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan Limbah B3. 2. Penguburan limbah B3 benda tajam dilakukan dengan cara antara lain: a. Menguburkan limbah B3 di fasilitas penguburan limbah B3 yang memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan limbah B3 b. Melakukan pencatatan limbah B3 yang dikubur c. Melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan limbah B3
18
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi: a. Bebas banjir b. Berjarak paling rendah 20 m dari sumur dan/atau perumahan c. Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m d. Diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan limbah B3
F. Penimbunan Limbah B3 Penimbunan limbah B3 dilakukan oleh penghasil limbah B3 terhadap limbah B3 yang dihasilkannya. Penimbunan limbah B3 dilakukan terhadap limbah B3 berupa abu terbang insinerator dan slag atau abu dasar insinerator. Sebelum dilakukan penimbunan di fasilitas, limbah B3 wajib dienkapsulasi, dan/atau inertisasi. Penimbunan limbah B3 dapat dilakukan setelah terdapat izin dari instansi terkait.
2.6
Simbol dan Label Limbah B3 Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3, dan
label adalah tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik dan jenis limbah B3. Setiap alat angkut limbah B3 di darat wajib diberi simbol sesuai dengan karakteristik Limbah B3 dan setiap wadah (container) limbah B3 wajib diberi simbol dan label sesuai dengan karakteristik Limbah B3. Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemasnya. Jika suatu limbah memiliki karakteristik lebih dari satu, maka simbol yang dipasang adalah simbol dari karakteristik yang dominan, sedangkan jika terdapat lebih dari satu karakteristik dominan (predominan), maka wadah harus ditandai dengan simbol karakteristik masing-masing yang dominan. Simbol-simbol B3 disajikan pada gambar 2.3.
19
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.3. (a) Simbol b3 karakteristik beracun, (b) simbol b3 karakteristik korosif, (c) simbol b3 karakteristik beracun, (d) simbol b3 cairan mudah menyala, (e) simbol b3 karakteristik reaktif, (f) simbol b3 karakteristik mudah meledak, (g) simbol b3 padatan mudah terbakar, dan (h) simbol b3 karakteristik berbahaya terhadap lingkungan
Dalam penggunaannya, simbol wajib memiliki ukuran sebagai berikut disajikan pada gambar 2.4.
20
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.4 Ukuran Simbol dan Label Limbah B3
Selain simbol karakteristik limbah B3, setiap wadah atau kemasan limbah B3 wajib diberikan label. Tata cara pelabelan limbah B3 disajikan pada gambar 2.5.
(a)
(b)
(c)
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015)
Gambar 2.5 (a) Label Identitas Limbah B3, (b) Label Untuk Penandaan Wadah Atau Kemasan Limbah B3 Kosong, (c) Label Penandaan Posisi Tutup Wadah Atau Kemasan Limbah B3
21
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Bergantung pada jenis dan karakteristik limbah B3, maka beberapa wadah atau kemasan limbah B3 yang biasa digunakan antara lain: drum baja, wadah fleksibel, hopper, drum plastik, tangki, dan jumbo bag. Contoh pemberian simbol dan label pada wadah atau kemasan limbah disajikan pada gambar 2.6.
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.6. Pemberian Simbol dan Label Pada Wadah Atau Kemasan Drum Plastik
Alat angkut darat limbah B3, wajib diberi yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Foto alat angkut berwarna (colour) dari depan, belakang, kiri, dan kanan b. Terlihat identitas nama kendaraan (nama perusahaan) c. Nomor telepon perusahaan wajib tercantum permanen (nomor yang dapat dihubungi apabila terjadi kecelakaan) Contoh alat angkut darat yang terdapat simbol sesuai dengan ketentuan disajikan pada gambar 2.7.
22
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b)
(Sumber: Lampiran PP No. 56 Tahun 2015) Gambar 2.7. (a) Pemberian Simbol Pada Mobil Box dan (b) Pemberian Simbol Pada Alat Angkut Roda Tiga
23
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTIK
3.1
Umum Metodologi adalah cara yang akan dilakukan atau prosedur dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Dalam kerja praktik yang membahas tentang pengelolaan limbah padat medis di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu pengumpulan data dan analisis data yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan agar tujuan dari kerja praktik yang akan dilakukan dapat terarah dengan baik. Metodologi ditetapkan berdasarkan tujuan kerja praktik yang akan dilakukan, sehingga dapat ditentukan metodologi yang sesuai. 3.2
Kerangka Pikir Kerja Praktik Metodologi kerja praktik akan berjalan terarah dengan cara menyusun
diagram kerangka pikir kerja praktik. Kerangka pikir ini merupakan sebuah alur yang sistemati dalam kerja praktik, hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup kerja praktik. Tahapan kerangka pikir kerja praktik terdiri atas beberapa urutan pekerjaan yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Tahapan pelaksanaan kerja praktik dapat dilihat pada gambar 3.1.
3.3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktik dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2017 sampai dengan
tanggal 25 Agustus 2017. Lokasi kerja praktik adalah di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang beralamatkan di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 76, Sukorejo, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa timur 62215.
3.4
Tahap Pelaksanaan Kerja Praktik Terdapat tiga tahapan yang dilakukan, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penyusunan laporan.
24
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan A.
Tahapan Persiapan Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah melakukan studi literatur terhadap
obyek praktik kerja lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan proses administrasi sampai diperoleh persetujuan pelaksanaan praktik kerja lapangan pada obyek tersebut. B.
Tahapan Pelaksanan Kajian pustaka pada tahapan pelaksanaan dilakukan untuk melihat
hubungan antara observasi lapangan dan teori. Dilakukan pengumpulan data yang dibedakan menjadi: 1) Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen dan referensi-referensi yang ada. Pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan dalam kerja praktik adalah: a) Gambaran umum Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan b) Struktur organisasi serta visi dan misi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Data literatur, jurnal, makalah dan laporan penelitian terdahulu c) Data-data lain sebagai pendukung. 2) Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan di dalam lokasi dengan melakukan pengamatan langsung atas kinerja unit produksi mulai dari intake sampai reservoar dan wawancara dengan para pekerja. Data primer yang dibutuhkan diantaranya: 1. Observasi lapangan 2. Identifikasi karakteristik, sumber, dan timbulan limbah padat medis 3. Dokumentasi C.
Tahap Penyusunan Laporan Tahap penyusunan laporan yaitu melaporkan hasil pengamatan di lapangan
selama pelaksanaan kerja praktik yaitu melakukan analisa data mengenai kondisi eksisting pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, analisa pengelolaan limbah padat medis yang dilakukan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, serta membandingkan kondisi eksisting tersebut dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan maupun dengan standar yang
25
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan telah
ditetapkan.
Kemudian
membuat
kesimpulan
dan
memberikan
/
merekomendasikan saran apabila diperlukan. Tahapan pelaksanaan kerja praktik disajikan pada gambar 3.1. Mulai Identifikasi Masalah: Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Studi literatur
Tahap Persiapan
Proses administrasi Tidak
Disetujui Ya
Pelaksanaan kerja praktik di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Mojokerto Tahap Pelaksanaan Kerja Praktik
Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
a. Pengumpulan data primer -
Observasi lapangan Identifikasi karakteristik, sumber, dan timbulan limbah padat medis Wawancara Dokumentasi
b. Pengumpulan data sekunder -
Tahap Penyusunan Laporan
Studi literatur
Data literature jurnal, makalah dan laporan PKL terdahulu Data keterangan kegiatan RS dan struktur organisasi Data-data lain sebagai data pendukung
Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1. Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik 26
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 3.5
Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
dilakukan
dengan
cara
pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi yang dijelaskan sebagai berikut: A.
Pengamatan (Observasi) Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan (Soekidjo, 2005). Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis observasi terus terang atau samar. Dalam hal ini, peneliti dapat melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. B.
Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki
benda-benda seperti buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi, 2002).
27
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI KERJA PRAKTIK
4.1
Sejarah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terletak di Jl. Jaksa Agung
Suprapto 76 Lamongan, Kabupaten Lamongan. Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan diawali dari sebuah Pos Kesehatan Bencana banjir di Lamongan menjadi Balai Kesehatan Islam (BAKIS) Muhammadiyah Daerah Lamongan didirikan pada bulan Agustus tahun 1968, mula-mula sebagai Balai Pengobatan Islam dengan menyewa suatu bangunan di Jalan KH.Ahmad Dahlan No.7 Lamongan sampai dengan tahun 1978. Selanjutnya dengan usaha nyata dan sungguh-sungguh tanpa pamrih dari para pendiri dan pengurusnya (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan), setelah mendapat hibah dari Bapak H. Usman Dimyati (pemilik lahan dan bangunan yang disewa) maka fungsi sekedar pelayanan pengobatan ditingkatkan dengan tambahan pelayanan BKIA / Klinik KB yang kemudian dikembangkan menjadi Rumah Bersalin dengan kapasitas 6 (enam) tempat tidur. Foto tampak depan bangunan rumah sakit Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1. Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
Sejalan dengan perkembangan, saat ini Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan menempati gedung baru di atas lahan seluas 21.953 M² di Jalan Jaksa Agung
Suprapto,
Lamongan.
Peletakan
batu
pertama
pembangunannya 28
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan dilaksanakan oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Basofi Soedirman tgl 17 Oktober 1994 dan peresmiannya dilaksanakan oleh Menko Kesra Bapak Azwar Anas pada tanggal 5 Juli 1997. Dengan pelayanan medis yang lebih modern dalam lingkungan yang asri dan bernuansa Islami, Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terus berupaya untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Rumah Sakit Muhammadiyah Lamonga memiliki pelayanan rawat jalan sebagai berikut: 1.
Poliklinik Umum
9.
Poliklinik Paru
2.
Poliklinik Penyakit Dalam
10. Poliklinik Mata
3.
Poliklinik Anak
11. Poliklinik THT
4.
Poliklinik Kebidanan
12. Poliklinik Alternatif
5.
Poliklinik Bedah
13. Poliklinik Rehap Medik
6.
Poliklinik Jantung
14. Poliklinik General Check Up
7.
Poliklinik Syaraf
15. Unit Gawat Darurat 24 Jam
8.
Poliklinik Gigi
Selain itu juga terdapat layanan Poliklinik Sub. Spesialis, meliputi: 1.
Poliklinik Sub Spesialis Bedah Urologi
2.
Poliklinik Sub Spesialis Bedah Orthopedi
3.
Poliklinik Sub Spesialis Bedah Syaraf
4.
Poliklinik Sub Spesialis Bedah Kepala Leher
Pelayanan penunjang medis terdiri dari: 1.
Laboratorium Klinik
5.
Kamar Operasi
2.
Unit Radiologi, meliputi:
6.
Kamar Obat
a. X-Ray (Rotgen)
7.
Instalasi Ambulance
b. CT Scan
8.
Pemulasaran Jenazah
c. USG
9.
Instalasi Pemeliharaan Sarana
3.
ECG (Electro Cardio Graphy)
10.
Instalasi Gizi
4.
EEG (Electro Enchepalo Graphy)
Pelayanan penunjang umum terdiri atas: 1.
Perpustakaan
2.
Penampungan Air Reservoir
29
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 3.
Incenerator
4.
Laundry
5.
Sterilisasi Central
6.
Auditorium
7.
R. Komite Medis
8.
Mini Market
9.
Wifi Area
10. Pos Pelayanan Terpadu Kecelakaan lalu Lintas (Traffic (TAC))
4.2
Letak Geografis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terletak di Jl.Jaksa Agung
Suprapto No. 76 Kabupaten Lamongan, dengan koordinat 112024,231ˈBT dan 07006,548ˈLS. Memiliki luas lahan ±21.428 m2dengan status kepemilikan hak guna bangun dan status penentuan kegiatan rumah sakit. Luas lahan yang terbangun adalah 5.625 m2, luas lahan dengan gedung pembangunan adalah 5.475 m2, dan luas lahan umum untuk parkir dan ruang terbuka hijau adalah 10.238 m 2. Peta lokasi Rumah sakit Muhammadiyah lamongan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Peta Lokasi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
30
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 4.3
Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Struktur organisasi Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan terdiri dari
satu direktur utama yang memimpin dan 3 wakil direktur, yang terdiri atas: a. Wakil Direktur Medis b. Wakil Direktur Adminitrasi c. Wakil Direktur Akutansi dan Keuangan Bagan struktur organisasi rumah sakit Muhammadiyah Lamongan disajikan pada gambar 4.3. MPKU PDM LAMONGAN
BPH RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
DIREKTUR
SATUAN PEMERIKSA INTERN (IPS)
Komite-Komite
P2MRS
Wakil Direktur Medis
Wakil Direktur Adminitrasi dan SDI
Wakil Direktur Keuangan
Kepala Bidang Keperawatan
Kepala Bidang Pelayanan Medis
Kepala Bagian Sekretariat
Kepala Bagian Keuangan
Kepala Instalasi Rawat Inap
Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Bagian Sistem Informasi RS
Kepala Bagian Akunt. & Pajak
Kepala Instalasi Gawat Darurat
Kepala Instalasi Gizi dan Nutrisi
Kepala Bagian Sumber Daya Insani
Kepala Bagian Pemasaran
Kepala Instalasi Rawat Jalan
Kepala Instalasi Laboratorium
Kepala Bagian Rumah Tangga
Kepala Bagian Rekam Medis
Kepala Instalasi Perawatan Intensif
Kepala Instalasi Radiologi
Kepala Instalasi Badan sentral
Kepala Klinik RS Muhammadiyah Lamongan
Gambar 4.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
31
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 4.4
Visi,
Misi,
Slogan
dan
Budaya
Organisasi
Rumah
Sakit
Muhammadiyah Lamongan Visi, misi, slogan, serta budaya yang diterapkan oleh seluruh masyarakat rumah sakit Muhammadiyah Lamongan telah menjadi satu kesatuan untuk mengembangkan dan memajukan rumah sakit dalam memberikan pelayanan terhadap pasien. Adapun visi, misi, slogan dan budaya rumah sakit Muhammadiyah Lamongan adalah sebagai berikut: A.
Visi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Adapun visi rumah sakit Muhammadiyah Lamongan adalah “Menjadi
Rumah Sakit yang unggul, mandiri dan berdaya saing tinggi, berbasis Penolong Kesengsaraan Umum sebagai perwujudan iman dan ibadah kepada Allah SWT”. B.
Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Adapun misi rumah sakit Muhammadiyah Lamongan adalah sebagai
berikut: a.
Memberikan pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional dan bermutu disertai dakwah Amar Ma’ruf Nahi mungkar.
b.
Mengembangkan Sumber Daya Insani yang berkarakter Islami, berwawasan Muhammadiyah dan profesional melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian yang berkelanjutan.
c.
Membangun Rumah Sakit pusat kegawatdaruratan berstandar internasional.
d.
Membangun manajemen informasi dan komunikasi menggunakan teknologi terkini yang terintegrasi dengan jejaring layanan kesehatan dan institusi lain.
C.
Slogan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan mempunyai sebuah slogan.
Slogan rumah sakit Muhammadiyah Lamongan adalah Cepat, Bermutu, Terjangkau dan Islami D.
Budaya Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan memiliki budaya organisasi yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya organisasi tersebut dapat disingkat menjadi ISTAWA. I
= Itqon(profesional, cerdas), Istiqomah (ajek) danIkhlas(rela)
S
= Shobru (sabar)
Ta
= Tartibu (tertib) 32
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Wa = Waqtihi (tepat waktu)
4.5
Unit K3 & Kesehatan Lingkungan Unit K3 dan Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu unit yang
berperan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja padalingkungan rumah sakit, dan berperan dalam menciptakan lingkungan rumah sakit yang sehat. Adapun bagan struktur organisasi unit K3 & Kesehatan Lingkungan dapat dilihat pada gambar 4.4. Unit K3 & Kesehatan Lingkungan memiliki beberapa program kerja. Program kerja unit K3 & Kesehatan Lingkungan masing-masing berfokus pada bidangnya namun saling mendukung satu sama lain. K3 memiliki enam bidang Manajemen Fasilitas Keselamatan, diantaranya: 1.
Keselamatan dan keamanan
2.
Bahan berbahaya
3.
Disaster
4.
Kebakaran
5.
Sistem utilitas
6.
Peralatan medis
Dari keenam MFK tersebut maka program K3 mencakup sebagai berikut: 1.
Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana (disaster program intra hospital)
2.
Pencegahan dan pengendalian kebakaran
3.
Upaya pengamanan pasien
4.
Kesehatan kerja bagi pegawai
5.
Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
6.
Peningkatan kesehatan lingkungan
7.
Sanitasi lingkungan rumah sakit
8.
Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
9.
Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair dan gas
10. Pendidikan dan pelatihan 11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi
33
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
Ka K3 & Kesehatan Lingkungan Data Akreditasi
Kesehatan Karyawan
Kewaspadaan bencana
PJ. Kesehatan Lingkungan
Kasubag Kebersihan & Cucian
-
Ko Penyehatan Lingkungan Pengolahan limbah Sanitasi ruang bangunan Sanitasi air Sanitasi gizi Sanitasi laundry Pengendalian vektor Desinfeksi dan radiasi Prom Kesehatan Lingkungan
Monitoring Ruang Bangunan
PJ. K3
Monitoring K3
Manajemen Resiko
Gambar 4.4. Struktur Organisasi Unit K3 & Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
Program kesehatan lingkungan, meliputi: 1.
Penyehatan Air Bersih dan Air Minum Air yang disuplai dari PDAM dan akan digunakan untuk kegiatan rumah sakit khususnya pada pemenuhan gizi pada instalasi gizi yang digunakan untuk memasak makanan selalu dikontrol kadar klorinnya. Jika hasil klorinasi kurang dari standar maka akan dilakukan evaluasi dosis klor hingga memenuhi standar kualitas.
2.
Pengelolaan Limbah Cair (IPAL) IPAL sebagai pengolah air limbah dari seluruh kegiatan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan mengacu pada standart peraturan yakni pergub 34
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan No. 72 tahun 2013 dan telah memiliki izin untuk beroperasi Nomor : 188/57/Kep/413.013/2016 tentang Izin Pembuangan Air Limbah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan IPAL bersistem aerob dan memanfaatkan lumpur aktif tersebut mampu menampung limbah cair hingga 150 m3 per hari. Alur proses dari IPAL meliputi pengumpulan limbah di sumur pengumpul, tahap pengendapan pada unit sedimentasi, kemudian masuk pada unit aerasi, lalu unit clarifier, proses filtrasi, dan kemudian mengalir pada kolam penampungan indikator berupa ikan. Pengontrolan beberapa parameter seperti pH, suhu, dan debit dilakukan setiap hari, sedangkan untuk uji laboratorium kualitasnya secara kimiawi dan biologi dilakukan setiap satu bulan sekali. Adapun goal dari IPAL adalah pengujian parameter yang hasilnya sesuai dengan baku mutu air bersih. 3.
Pengelolaan Limbah B3 Kegiatan pengolahan limbah B3 Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sudah mendapat izin beroperasi sejak tahun 2013 dengan nomor izin 322 tentang Izin Pengolahan Limbah B3 Menggunakan Insinerator Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Timbulan limbah B3 diidentifikasi berdasarkan jenis dan karakteristiknya mulai dari sumber penghasil limbah B3 dan di kelompokkan dalam wadah yang kemasannya sesuai ketentuan. Limbah B3 diolah dengan menggunakan dua insenerator yang peruntukan pengolahannya dengan jenis limbah yang berbeda. Insenerator 1 digunakan untuk mengolah limbah medis sedangkan insenerator 2 digunakan untuk mengolah limbah patologi. Insenerator pengolah limbah B3 memiliki kapasitas 100 kg setiap beroperasi dengan residu yang dihasilkan ±2 kg. Selain menggunakan insenerator, konsep 3R juga diterapkan pada limbah non B3 yang dihasilkan oleh rumah sakit. Konsep 3R yang dimaksud adalah mengolah limbah botol infus dan jurigen HD menjadi biji plastik. Tahapan pengolahannya antara lain: membersihkan label yang menempel pada botol infus dan jurigen hemodialisa dan membuang cairan yang ada di dalamnya bila ada. Kemudian botol infus dan jurigen dicacah dengan mesin pencacah, lalu cacahan direndam dengan cairan desinfektan, kemudian dinetralkan dan disaring lalu dikeringkan. Biji plastik diserahkan pada pihak ketiga yang sudah berijin yaitu perusahaan plastik. 35
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Sebagian limbah B3 yang tidak mampu diolah dan residu dari insenerasi disimpan sementara pada TPS limbah B3 dengan nomor izin 188/048/Kep/413.013/2013 yang kemudian diserahkan pada pihak ketiga yang sudah berijin. Pengangkutan limbah B3 oleh pihak ketiga dilakukan setiap satu bulan sekali dan lengkap disertai manifesnya.
36
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Penghasil Limbah Padat Medis Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan menghasilkan limbah padat
medis setiap hari. Limbah padat medis dihasilkan dari beberapa kegiatan medis yang dilakukan. Limbah padat medis yang dihasilkan dapat diidentifikasi karakteristiknya, sumber penghasilnya, dan jumlah timbulan yang dihasilkan setiap harinya.
5.1.1
Identifikasi Karakteristik Limbah padat medis rumah sakit Muhammadiyah Lamongan memiliki
karakteristik yang dapat digolongkan sebagai limbah B3. Karakteristik dan jenis limbah padat medis yang dihasilkan rumah sakit Muhammadiyah Lamongan disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik Limbah Padat Medis Karakteristik Jenis Limbah Jarum suntik Vial Dializer Jaringan tubuh (patologi) Kemasan sampel darah Kemasan sampel urine Limbah B 29 + Cairan setelah pengujian sampel Bekas kemasan cairan B3 Bekas kemasan obat Botol cairan infus Jurigen hemodialisa
Mudah Meledak
Mudah Terbakar
Reaktif
Beracun
Infeksius
Korosif
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √
Sumber : Data primer, 2017
Limbah padat medis yang dihasilkan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan berupa jarum suntik, vial, dializer, jaringan tubuh, kemasan sampel darah dan urine, bekas kemasan cairan B3, bekas kemasan obat, botol cairan infus, dan jurigen hemodialisa yang karakteristiknya adalah infeksius. Limbah 37
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan dengan karakteristik mudah meledak, beracun, dan korosif dihasilkan dari tempat bahan laboratorium yang memiliki karakteristik tersebut. Bahan dengan karakteristik mudah meledak, beracun, dan korosif disajikan pada gambar 5.1.
(a)
(b) (Sumber data primer, 2017) Gambar 5.1. (a) Bahan bersifat B3 karakteristik beracun dan korosif dan (b) bahan bersifat B3 karakteristik beracun dan mudah terbakar
5.1.2
Identifikasi Sumber Limbah Padat Medis Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, jenis limbah B3 menurut sumbernya terdiri sebagai berikut: 1.
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
2.
Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3 38
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 3.
Limbah B3 dari sumber spesifik Dari macam-macam sumber tersebut, limbah padat medis yang dihasilkan
oleh rumah sakit Muhammadiyah Lamongan merupakan limbah B3 yang bersumber dari sumber spesifik, yakni dari fasilitas pelayanan kesehatan. Sumbersumber kegiatan yang menghasilkan limbah padat medis di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan datap dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Kegiatan Penghasil Limbah Padat Medis No 1.
Sumber Ruang Perawatan
dan
Kegiatan
Jenis Limbah padat medis
Perawatan medis pasien yang
Botol dan kantong cairan infus,
sedang menjalani rawat inap
jarum suntik, vial, jaringan tubuh,
ruang bedah 2.
jurigen hemodialisa, dializer.
Laboratorium
Pengujian
sampel
darah
pasien, dahak pasien, urine,
Kemasan B3, tempat sampel, tempat uji sampel.
serta pengujian medis lainya 3.
Farmasi
Penyimpanan (gudang) obat,
Kemasan cairan yang bersifat B3,
bahan-bahan
kemasan obat.
medis,
cairan
bersifat B3 dan lain-lain
Sumber : Data primer, 2017
5.1.3
Jumlah Timbulan Limbah Padat Medis Timbulan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
dicatat setiap hari pada logbook khusus limbah B3. Pencatatan limbah padat medis pada logbook berguna sebagai data yang akan dilaporkan ke dinas terkait. Pada logbook dibedakan meliputi limbah padat medis jenis vial, jarum suntik, dializer, medis, botol infus dan jurigen hemodialisa, dan patologi. Jumlah timbulan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Jumlah Timbulan Limbah Padat Medis No.
Tanggal
1 2 3 4
27/07/2017 28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017
Jumlah Timbulan (kg) 163 164 96 171
39
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tanggal
Jumlah Timbulan (kg)
31/07/2017 01/08/2017 02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017 12/08/2017 13/08/2017 14/08/2017 15/08/2017 16/08/2017 17/08/2017 18/08/2017 19/08/2017 20/08/2017 21/08/2017 22/08/2017 23/08/2017 Rata-rata per Hari
158 166 127 146 148 107 147 107 180 191 152 122 99 137 264 272 207 198 189 108 165 86 155 159 156,57
Total
4384
Sumber : Data primer, 2017
5.2
Pengurangan dan Pemilahan Limbah Padat Medis Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan penghasil limbah B3 untuk
mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Rumah sakit Muhammadiyah Lamongan melakukan pengurangan limbah padat medis yaitu pada peralatan yang digunakan untuk tindakan bedah atau operasi, dan pada obatobatan yang tersedia di ruang logistik farmasi. Peralatan yang digunakan untuk tindakan bedah antara lain, gunting, scalpel, forceps, klem, tang, dan lain-lain, dalam hal ini perlakuan pengurangannya adalah disterilisasi dengan autoclave. Peralatan bedah disterilisasi apabila tindakan operasi telah selesai, dan peralatan dapat digunakan kembali untuk membedah pasien yang lain. Berbeda dengan pengurangan limbah B3 obat, pengurangan obat dilakukan dengan cara pengecekan tanggal kadaluarsanya rutin. Apabila terdapat obat ataupun bahan kimia yang lain telah mendekati tanggal kadaluarsa selambat-lambatnya 1 bulan 40
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan sebelum tanggal kadaluarsa maka pihak rumah sakit segera melaporkan dan menukarkan ke pensuplai terkait. Foto bahan-bahan dan obat yang tersimpan di ruang logistik farmasi dapat dilihat pada gamabr 5.2.
(a)
(b) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.2. (a) Penyipanan obat di ruang logistik farmasi dan (b) bahan-bahan bersifat B3 dengan karakteristik yang berbeda
Pemilahan limbah padat medis di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan dilakukan mulai dari sumbernya. Pada ruangan yang menghasilkan limbah padat medis terdapat tempat sampah khusus. Ada 4 tempat sampah yang tersedia untuk membuang sampah atau limbah padat medis yang meliputi, tempat sampah untuk botol cairan infus, tempat sampah untuk ampul dan vial, tempat sampah untuk setelah tindakan medis, dan disposafe untuk tempat sampah suntik beserta jarum suntik. Keempat-empatnya terbuat dari bahan plastik dan terdapat tutup di gabian atas. Keempat tempat sampah dilapisi dengan plastik kuning untuk limbah ampul dan vial, limbah medis, plastik coklat untuk limbah botol infus, dan untuk limbah jarum suntik dan suntik dilapisi safety box. Terdapat beberapa foto yang tekait dengan pengurangan dan pemilihan limbah padat medis di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan, disajikan pada gambar 5.3.
41
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b)
(c)
(d) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.3. (a) Tempat sampah limbah jenis medis, (b) tempat sampah limbah jenis botol infus, (c) tempat sampah limbah jenis vial, dan (d) tempat sampah limbah jenis jrum suntik
5.3
Penyimpanan Sementara Limbah padat medis yang dihasilkan oleh Rumah sakit Muhammadiyah
Lamongan dikumpulkan secara rutin setiap pagi hari. Pengumpulang dilakukan dengan alat bantu troli sebagai bak pengangkut. Limbah padat medis diangkut secara bersamaan dengan limbah padat non B3 menuju TPS limbah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Pada TPS limbah dibedakan menjadi 2 yaitu TPS limbah B3 dan TPS limbah padat non B3. Sebalum imbah B3 padat medis disimpan ataupun diolah terlebih dahulu ditimbang sesuai jenisnya. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui jumlah limbah yang dihasilkan pada setiap harinya dan sebagai data bagi rumah sakit. Foto yang terkait pengangkutan limbah padat medis rumah sakit Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada gambar 5.4.
42
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.4. (a) Proses pengangkut limbah padat medis dan (b) proses pengangkut limbah padat non medis
Limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan disimpan di dalam drum bervolume 0,22 m3 pada ruangan berukuran 3 × 3 meter. Pada drum penyimpan limbah B3 telah melekat simbol dan label limbah B3 berdasarkan karakteristik dan jenisnya, pada pintu ruang penyimpan juga terdapat simbol dan label. Sebelum dimasukkan ke dalam drum, limbah padat medis ditimbang dan dicatat pada logbook limbah B3 yang digunakan sebagai data untuk mengetahui jumlah limbah B3 yang dihasilkan setiap hari. Jenis limbah padat medis yang disimpan atara lain, limbah vial, ampul, jarum suntik, dializer. Jumlah limbah padat medis yang disimpan di TPS limbah B3 disajikan pada gambar 5.4.
Tabel 5.4. Jumlah Limbah Padat Medis Yang Disimpan Di TPS Limbah padat medis No.
1 2 3 4 5 6
Tanggal
27/07/2017 28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017 31/07/2017 01/08/2017
Jarum
Dializer
Vial
Suntik
Total Patologi Anotomi
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
9 10 15 10 11 10
7 10 9 7 9 9
27 6 19 18 14 3
0 0 0 0 0 0
43 26 43 35 34 22
43
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Limbah padat medis No.
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tanggal
02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017 12/08/2017 13/08/2017 14/08/2017 15/08/2017 16/08/2017 17/08/2017 18/08/2017 19/08/2017 20/08/2017 21/08/2017 22/08/2017 23/08/2017 Total Rata-rata per Hari
Jarum
Dializer
Total
Vial
Patologi
Suntik
Anotomi
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
(kg)
10 11 11 15 9 10 15 16 10 11 15 10 15 23 23 10 10 11 11 15 11 10 347
8 12 8 10 8 1 13 12 6 5 8 7 12 16 10 13 13 3 8 7 3 13 247
10 20 15 9 19 7 22 23 18 5 15 16 22 17 17 19 19 5 19 5 24 14 427
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80
28 43 34 34 36 18 50 51 34 21 38 33 129 56 50 42 42 19 38 27 38 37 1101
12,39
8,82
15,25
2,86
39,32
Sumber : Data primer, 2017
Foto terkait dengan proses penyimpanan limbah padat medis dapat dilihat pada gambar 5.5.
(a)
(b)
44
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(c)
(d) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.5. (a) tps limbah B3 infeksius, (b) proses penimbangan limbah padat medis, (c) drum tempat penyimpan limbah padat medis, dan (d) simbol dan label yang terdapat pada drum penyimpan
5.4
Pengolahan Limabh Padat Medis Limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ada yang
diolah sendiri dan ada yang diserahkan kepada pihak ke 3. Limbah padat medis yang diolah adalah kasa, swab, spatula, sarung tangan, masker, infus, blood set, kantong darah, flabot infus, colostomi bag, poly cetheter, condom catheter, ngt, ett, tabung ventilator, stomach, under pads, dan limbah patologi anatomi. Pengolahan limbah padat medis dilakukan setelah 1 hari dari hari saat limbah
dihasilkan.
Pengolahan
dilakukan
secara
termal
yakni
dengan
menggunakan alat insenerator. Proses insenerasi dilakukan pada suhu maksimal 1300ºC. Pada setiap pembakaran akan menghasilkan residu berupa abu sebanyak ± 2% dari jumlah limbah yang diinsenerasi. Residu abu termasuk limbah B3 hasil insenerasi dan harus diserahkan pada pihak ke-3 apabila tidak dilakukan pengolahan lanjut. Residu abu diangkut bersamaan dengan limbah padat medis yang tidak diolah sendiri. Pihak ke 3 datang satu bulan sekali untuk mengangkut limbah B3 yang tidak diolah dan residu abu. Pengolahan limbah B3 Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sudah mendapat izin beroperasi sejak tahun 2013 dengan nomor izin 322 tentang Izin Pengolahan Limbah B3 Menggunakan Insinerator Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Foto ruang insinerasi dan insinerator dapat dilihat pada gambar 5.6.
45
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
(a)
(b) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.6. (a) Ruang insenerator dan (b) mesin insenerator
Adapun
data
pengolahan
limbah
padat
medis
Rumah
Sakit
Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Jumlah Pengolahan Limbah Padat Medis Jumlah No.
Timbulan (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
163 164 96 171 158 166 127 146 148 107 147 107 180 191 152 122 99 137 264 272 207 198
Tanggal
Tanggal
Timbulan
Pembakaran
27/07/2017 28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017 31/07/2017 01/08/2017 02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017 12/08/2017 13/08/2017 14/08/2017 15/08/2017 16/08/2017 17/08/2017
28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017 31/07/2017 01/08/2017 02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017 12/08/2017 13/08/2017 14/08/2017 15/08/2017 16/08/2017 17/08/2017 18/08/2017
Jumlah
Sisa Limbah
Residu
Dibakar
Padat Medis
(kg)
(kg)
(kg)
93 108 39 108 104 114 80 78 92 60 97 59 130 140 99 88 53 90 215 194 135 130
72 58 58 65 56 54 49 70 58 48 52 49 53 54 55 36 47 49 52 82 75 71
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 1 2 3 4 3 3
46
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Jumlah No.
Timbulan (kg)
23 24 25 26 27 28
189 108 165 86 155 159
Tanggal
Tanggal
Timbulan
Pembakaran
18/08/2017 19/08/2017 20/08/2017 21/08/2017 22/08/2017 32/08/2017 Rata-rata Per Hari Total
19/08/2017 20/08/2017 21/08/2017 22/08/2017 23/08/2017 24/08/2017
Jumlah
Sisa Limbah
Residu
Dibakar
Padat Medis
(kg)
(kg)
(kg)
120 68 106 50 100 98 101,71 2848
71 41 61 37 57 63 56,89 1593
2 1 2 1 2 2 2,04 57
Sumber : Data primer, 2017
5.5
Pengangkutan Limbah Padat Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan bekerja sama dengan pihak ke 3
dalam hal pengangkutan limbah B3 yang tidak diolah sendiri oleh rumah sakit dan residu abu dari hasil insenerasi. Pengangkutan limbah B3 oleh pihak ke 3 dilakukan secara rutin satu kali dalam satu bulan. Alat angkut yang digunakan adalah mobil kontainer box yang terdapat simbol infeksius pada bagian depan dan belakang mobil. Data jumlah limbah padat medis yang diserahkan kepada pihak ke 3 dapat disajikan pada tabel 5.6 dan foto proses memasukkan limbah padat medis ke dalam mobil kontainer pihak ke 3 dapat dilihat pada gambar 5.7. Tabel 5.6. Jumlah Limbah Padat Medis yang Diangkut Oleh Pihak Ke 3
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tanggal
27/07/2017 28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017 31/07/2017 01/08/2017 02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017
Total limbah padat medis
Residu Abu
Total Limbah
tidak diolah
Insenerasi
Diangkut
(kg)
(kg)
(kg)
A
b
(a+b)
43 26 43 35 34 22 28 43 34 34 36 18 50 51 34 21
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2
45 28 44 37 36 24 30 45 36 35 38 19 53 54 36 23
47
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Total limbah padat medis
Residu Abu
Total Limbah
tidak diolah
Insenerasi
Diangkut
(kg)
(kg)
(kg)
A
b
(a+b)
17 12/08/2017 18 13/08/2017 19 14/08/2017 20 15/08/2017 21 16/08/2017 22 17/08/2017 23 18/08/2017 24 19/08/2017 25 20/08/2017 26 21/08/2017 27 22/08/2017 28 23/08/2017 Rata-rata/Hari
38 33 129 56 50 42 42 19 38 27 38 37 39,32
1 2 3 4 3 3 2 1 2 1 2 2 2,04
39 35 132 60 53 45 44 20 40 28 40 39 41,36
Total
1101
57
1158
No.
Tanggal
Sumber : Data primer, 2017
(Sumber data primer, 2017) Gambar 5.7. Proses Pengangkutan Limbah Padat Medis Oleh Pihak Ke 3
48
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan 5.6
Pemanfaatan Limbah Padat Medis Pemanfaat Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
Pemanfaatan
Limbah
B3.
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Lamongan
memanfaatkan limbah padat medis jenis botol cairan infus dan jurigen hemodialisa yakni dengan bekerjasama dengan pihak ke 3 yaitu suatu perusahaan plastik yang mendaur ulang benda plastik yang sudah tidak dipakai lagi. Sebelum diserahkan kepada pihak ke 3, botol cairan infus dan jurigen hemodialisa melalui beberapa proses, yakni yang pertama dipisahkan dari label yang melekat pada botol dan jurigen, yang kedua dicacah menggunakan mesin pencacah, kemudian didesinfeksi, lalu ditiriskan dan ditimbang. Jumlah limbah padat medis yang dicacah disajikan pada tabel 5.7 dan foto terkait dapat dilihat pada gambar 5.8.
(a)
(b)
(c)
(d) (Sumber data primer, 2017)
Gambar 5.8. (a) Jurigen cairan hemodialisa, (b) botol cairan infus, (c) mesin pencacah plastik, dan (d) proses desinfeksi setelah pencacahan
49
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Tabel 5.7. Jumlah Botol Cairan Infus dan Jurigen Hemodialisa Jumlah Botol dan No.
Tanggal
Jurigen (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
27/07/2017 28/07/2017 29/07/2017 30/07/2017 31/07/2017 01/08/2017 02/08/2017 03/08/2017 04/08/2017 05/08/2017 06/08/2017 07/08/2017 08/08/2017 09/08/2017 10/08/2017 11/08/2017 12/08/2017 13/08/2017 14/08/2017 15/08/2017 16/08/2017 17/08/2017 18/08/2017 19/08/2017 20/08/2017 21/08/2017 22/08/2017 23/08/2017 Rata-rata/Hari Total
27 30 14 28 20 30 19 25 22 13 14 30 0 0 19 13 8 14 0 22 22 26 27 21 21 9 17 24 18,39 515
Sumber : Data primer, 2017
5.7
Evaluasi
Pengelolaan
Limbah
Padat
Medis
Rumah
Sakit
Muhammadiyah Lamongan Evaluasi pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan didasari oleh peraturan-peraturan terkait yang berlaku. Evaluasi pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dibandingkan dengan standar peraturan yang telah ada yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
50
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Evaluasi pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada tabel 5.8.
51
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Tabel 5.8. Evaluasi Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Acuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015
No.
1.
2.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 Pengurangan dan pemilahan limbah B3 (pasal 6) 1. Menghindari Dilakukan pengurangan limbah padat penggunaan material medis dengan cara sterilisasi alat yang dan diganti bahan lain digunakan untuk tindakan bedah bila ada 2. Melakukan tata kelola Material B3 cair maupun padat yang yang baik terdadap memiliki sifat dan karakteristik yang bahan atau material berbeda disimpan di tempat (ruangan) B3 yang sama 3. Pengelolaan yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan farmasi 4. Memilah dan mewadahi limbah B3 berdasarkan jenis dan karakteristiknya Penyimpanan limbah B3 (pasal 7 – pasal 11) 1. Wadah penyimpanan dan kemasan sesuai dengan ketentuan
Dilakukan pengontrolan secara rutin terhadap obat-obatan dan bahan kimia lain dan segera menukarkan jika tanggal kadaluarsa kurang 1 bulan Limbah padat medis dikemas berdasarkan jenisnya mulai dari sumber penghasil
Limbah padat medis dikemas sesuai jenisnya. Limbah padat medis infeksius dimasukkan plastik warna kuning, dan
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
Sebaiknya bahan B3 dengan karakteristik yang berbeda disimpan pada ruangan yang berbeda, hal tersebut dikarenakan bahan B3 berpotensi menumbulkan ganggungan kesehatan dan dapat mencemari lingkungan
√
Limbah padat medis yang memiliki karatkeristik infeksius pewadahannya dengan tempat sampah yang dilapisi kantong plastik
√
√
√
52
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 plastik warna coklat untuk limbah botol infus, sedangkan untuk limbah infeksius seperti jarum suntik di taruh dalam safety box dan dilapisi kantok plastik bagian luarnya 2. Terdapat simbol dan Terdapat simbol yang sesuai dengan label yang sesuai karakteristik limbah. Label tertempel pada dengan ketentuan wadah penyimpan, namun belum tertulis dengan pasti informasi yang seharusnya dicantumkan pada label tersebut dan belum tertib pada keadaan kosong ataupun penuhnya drum penyimpan limbah padat medis. 3. Limbah B3 disimpan Limbah padat medis yang jenis medis pada penyimpanan diolah dengan cara diinsinerasi, limbah yang sesuai ketentuan botol infus dan jurigen hemodialisa sebelum dilakukan dicacah dengan alat pencacah, dan limbah pengangkutan padat medis berupa vial, dializer, jarum suntik, dan residu pembakaran diserahkan ke pihak ke-3. Ruang penyimpan limbah padat medis kurang cukup untuk menampung kapasitas limbah padat medis yang dihasilkan selama satu bulan yang kemudian diserahkan ke pihak ke-3. Selain itu juga belum adanya penertiban pewadahan pada TPS limbah B3. Limbah terlihat menggunung dan overload di dalamnya. 4. Penyetoran kepada Mempunyai izin pengelolaan limbah B3 pengelolah limbah B3 dan limbah B3 yang diserahkan ke pihak yang berizin paling ke-3 sebelumnya disimpan pada TPS
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
berwarna kuning. Limbah botol infus yang memiliki karakteristik infeksius sebaiknya dilakukan pewadahan dengan dilapisi kantong plastik berwarna kuning. √
Lebih ditegaskan lagi dalam penertiban informasi label karena label memuat informasi penting terkait dengan asal-usul limbah B3, identitas limbah B3, dan kuantifikasi limbah B3 dalam kemasan limbah B3.
√
Perlu diadakan perencanaan ulang terhadap luas bangunan TPS limbah B3 sehingga dapat menampung seluruh limbah padat medis yang dihasilkan dalam kurun waktu satu bulan dengan mengasumsikan dari data jumlah timbulan limbah padat medis yang telah dihasilkan pada bulan-bulan sebelumnya.
√
53
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
3.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 lambat 2 hari sejak limbah B3. Limbah B3 yang diolah sendiri limbah B3 dihasilkan diolah pada keesokan harinya dengan bila tidak dikukan insinerator. penyimpanan limbah B3 5. Memiliki fasilitas Limbah padat medis yang dihasilkan pendingin apabila Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan limbah B3 disimpan diolah dan terdapat sebagian yang lebih dari 2 hari sejak disimpan pada ruang TPS limbah B3 dihasilkan, dan dengan suhu sesuai ruangan. memiliki izin TPS limbah B3 sudah memiliki izin pengelolaan limbah operasi yang dikeluarkan oleh Bupati B3 Lamongan dengan nomor 188/048/Kep/413.013/2013
Pengangkutan limbah B3 (pasal 12 - pasal 16) 1. Pengangkutan dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah B3 dan apabila dilakukan di luar wilayah kerja pelayanan kesehatan harus memiliki izin
Limbah padat medis yang dihasilkan diolah dengan incenerasi di dalam wilayah kerja rumah sakit dan sebagian di serahkan pada pihak ke-3 yang memiliki izin operasi dari KLH
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
Penyimpanan di TPS lebih dari 2 hari sampai maksimal 90 hari sejak limbah dihasilkan sebaiknya dilakukan dengan suhu ≤ 0ºC, sedangkan ruang penyimpanan dengan suhu ˃ 0ºC dapat melakukan penyimpanan limbah selama maksimal 2 hari sejak limbah dihasilkan. Izin beroperasinya TPS limbah B3 yang mulai dari tahun 2012 – tahun 2018 tidak mengharuskan menggunakan lemari pendingin untuk penyimpanan limbah B3 maksimal selama 90 hari. Hingga sekarang masih belum ada rekomendasi ataupun pengharusan dari dinas terkait (pemkab Lamongan, DLH dan Dinkes) dalam menggunakan lemari pendingin tersebut.
√
54
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
4.
.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 operasi 2. Alat angkut limbah Pengangkutan limbah padat medis dari B3 memiliki izin sumber menuju TPS limbah B3 dilakukan pengelolaan limbah dengan troli yang digunakan untuk B3 yang terdapat mengangkut limbah non B3 secara simbol limbah B3 dan bersamaan dengan limbah padat medis. disertai manifes, serta Pengangkutan yang dilakukan oleh pihak alat angkut memenuhi ke-3 yang memilliki izin, dilakukan ketententuan yang dengan menggunakan mobil kontainer berlaku. yang terdapat simbol infeksius pada bagian depan dan belakang mobil, namun bak kontainer terlihat sudah berlubang pada beberapa sisinya karena terjadi korosi. Pengangkutan disertai manifes. Pengolahan limbah B3 (pasal 17 - pasal 24) 1. Penghasil limbah B3 RS Muhammadiyah Lamongan dapat melakukan mendapatkan izin Pengelolaan limbah B3 pengelolah limbah B3 dari kementerian lingkungan hidup dengan syarat telah memiliki izin pengelolaan limbah B3 2. Penghasil limbah B3 Limbah padat medis jenis medis dibakar melakukan dengan insinerator, sedangkan yang jenis pengolahan limbah B3 botol infus dan jerigen hemodialisa dengan menggunakan dicacah dengan mesin pencacah yang 1 atau lebih alat kemudian didesinfeksi dengan desinfektan. pengolah limbah B3 3. Pengolahan limbah B3 Mesin insinerator berada di dalam rumah secara termal insinerator sehingga terlindung dari hujan
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
Sebaiknya pengangkutan limbah B3 tidak dilakukan secara bersamaan dengan limbah non B3 dikarenakan untuk menghindari kontak langsung dengan limbah B3 yang ada. Untuk bak kontainer yang dimiliki oleh pihak ke-3, dengan kondisi bak yang telah korosi dan berlubang yang dapat mengakibatkan terjadinya ceceran lindi di sepanjang jalur yang dilalui maka sebaiknya pihak rumah sakit memperingatkan atau memberi tahu terhadap pihak ke-3 bahwa bak kontainer rusak.
√
√
√
55
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 memenuhi persyaratan dan bebas banjir. Peralatan pengolahan lokasi, peralatan dan dioperasikan sesuai prosedur teknis pengoperasian peralatan pengolahan limbah B3 secara termal. 4. Lokasi pengolahan Lokasi pengolahan limbah padat medis limbah B3 merupakan merupakan lokasi bebas banjir yang berada daerah bebas banjir, pada titik 7º6ˈ29,87ˈˈLS dan dan tidak rawan 112º24ˈ18,15ˈˈBT. Lokasi pengolahan bencana alam, atau limbah B3 berdekatan dengan fasilitas dapat direkayasa rumah sakit seperti kamar jenazah, lahan dengan teknologi parkir mobil, dan akses jalan untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lokasi berada pada jarak ±30 meter dari fasilitas lain 5. Pengoperasian Insinerator digunakan untuk mengolah peralatan pengolahan limbah padat medis. Botol infus dan limbah B3 harus jurigen hemodialisa dicacah kemudian digunakan untuk didesinfeksi. Dan sedangkan limbah padat mengolah limbah B3 medis jenis vial, ampul, dializer, dan jarum yang disarankan dan suntik diserahkan ke pihak ke-3 tidak digunakan untuk mengolah limbah yang dilarang 6. Pengolahan limbah B3 Efisiensi pengolahan menggunakan menggunakan insinerator menghasilkan residu 20% dari insinerator yang jumlah limbah padat medis yang dibakar,
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
√
√
56
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
5. 6. 7.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 dilengkapi peralatan emisi gas (asap) melalui wet scruber pengolah lain oleh sebelum menyebar ke udara bebas. penghasil limbah B3 Cerobong insenerator memiliki ketinggian memenuhi ketentuan ±14 m diatas permukaan tanah efesiensi pembakaran, temperatur ruang bakar, memiliki alat pengendali pencemaran udara, dan ketinggian cerobong. 7. Cerobong asap dari Cerobong insenerator memiliki tutup insinerator memiliki berbentuk kerucut yang berguna untuk lubang pengambilan melindungi dari hujan dan dilengkapi contoh uji emisi yang lubang sampling. Terdapat tangga disertai memenuhi kaidah, dan platform yang digunakan untuk jalan memiliki tangga dan pengambilan sampel udara platform untuk pengambilan sampel asap Penguburan limbah B3 Penguburan limbah B3 tidak dilakukan Penimbunan limbah B3 Penimbunan limbah B3 tidak dilakukan Ketentuan lain 1. Petugas pengelolaan Petugas pengelolah limbah B3 pernah limbah B3 pernah mengikuti pelatihan dan seminar yang mengikuti pelatihan berkaitan tentang limbah B3 (contoh pengelolaan limbah pelatihan mandiri pengelolaan Kesehatan B3 atau memiliki Lingkungan RS) pengalaman dalam pengelolaan limbah B3
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
√ √ √
57
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 2. Penghasil limbah B3 menjamin perlindungan personel yang langsung berhubungan dengan kegiatan pengelolaan limbah B3
3. Pengolah limbah B3 yang melakukan pengolahan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3 secara termal wajib melaporkan setiap 6 bulan sekali kepada kepala menteri lingkungan hidup dan kehutanan. 4. Efluen IPAL limbah B3 cair memenuhi baku mutu air
5. Penghasil limbah B3 dan melakukan pengelolaan limbah B3 memiliki izin
Capaian
Sesuai
Petugas pengolah limbah B3 sebelumnya telah mengetahui prosedur kerja, tersedia beberapa perlengkapan APD untuk setiap personil, di lokasi pengolahan juga terdapat fasilitas lain seperti alat pemadam kebakaran dan kotak P3K. Petugas pengolah limbah B3 menjalani pemeriksaan kesehatan berkala (medical chek up) dan memperoleh nutrisi tambahan (extrafooding) berupa minuman susu Membuat laporan secara tertulis pada setiap 3 bulan sekali (laporan triwulan limbah B3) dan 6 bulan sekali (laporan hasil RKL-RPL)
√
Efluen IPAL dikontrol setiap hari, parameter yang dikontrol adalah pH, suhu, debit menggunakan alat yang dimiliki. Sedangkan kualitasnya diuji di laboratorium. Limbah B3 medis diolah dengan insenerasi, sedangkan botol infus dan jurigen hemodialisa diolah menjadi biji plastik yang sebelumnya telah didesinfeksi
√
Tidak Sesuai
Tindak Lanjut Perbaikan
√
√
58
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan
No.
Komponen Evaluasi Standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kondisi RS Muhammadiyah Lamongan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015 dikecualikan dengan desinfektan sesuai rekomendasi penghasil mengelolah dari DLH Kabupaten dan Dinkes limbah B3 (kemasan Kabupaten maupun Provinsi. bekas B3, spuit bekas, botol infus bekas selain infus darah dan/atau cairan tubuh, dan/atau bekas kemasan cairan hemodialisis)
Total Presentase
Capaian
Sesuai
Tidak Sesuai
19 76%
6 24%
Tindak Lanjut Perbaikan
59
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Kesimpulan dari kerja praktik di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
tentang pengelolaan limbah padat medis adalah sebagai berikut: 1.
Limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan didominasi oleh karakteristik infeksius.
2.
Sumber limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan berasal dari ruang perawatan,ruang oprasi, laboratorium, dan ruang farmasi.
3.
Timbulan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan adalah 156,57 kg/hari.
4. Pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan meliputi
pengurangan
dan
pemilahan,
penyimpanan
sementara,
pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan.
6.2
Saran Pengelolaan limbah padat medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
setelah dilakukan observasi dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2015, didapatkan beberapa tahapan dalam pengelolaan yang belum sesuai. Dari ketidaksesuaian tersebut maka terdapat beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bahan yang bersifat B3 dengan karakteristik yang berbeda-beda sebaiknya disimpan pada ruangan khusus penyimpanan bahan B3 sesuai dengan karakteristik masing-masing..
2.
Limbah botol infus yang memiliki karakteristik infeksius sebaiknya dilakukan pewadahan dengan dilapisi kantong plastik berwarna kuning.
3.
Lebih ditegaskan lagi dalam penertiban informasi label.
4.
Perlu diadakan perencanaan ulang terhadap TPS limbah padat medis.
5.
Seharusnya wajib memiliki lemari pendingin sebagai tempat penyimpanan limbah padat medis yang lebih dari 2 hari dari waktu dihasilkannya.
6.
Pengangkutan limbah padat medis tidak boleh dilakukan secara bersamaan dengan limbah non medis. 60
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Asmarhany, Chandra Dewi. 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi. Semarang : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Chaerul, Mochammad., Junpi, Lucky Lie., Ekaristi, Nindi. 2013. Risk Minimization For Medical Waste Management System In Bandung City, Indonesia: A Linear Programming Approach. Manusia dan Lingkungan, Vol. 20, No. 2. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta Salemba Medika. Darsono, V. 2013. Panduan Pengelolaan Green Industry. Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta. Deden, Abdurahman. 2006. Biologi Kelompok Pertaniaan dan Kesehatan. Depkes. 2006. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Depkes. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan prosedur Rekam Medis RumahSakit di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Gordon, Judith R. 1991. A Diagnosticapproach to Organizational Behavior. Massachusetts: Allyn & Bacon, Inc. Imam Hendargo A. Ismoyo. 2009. Panduan Tata Cara Identifikasi Limbah B3. Jakarta: Deputi IV MENLH Bidang Pengelolaan B3. Maulana, Muchsin., Kusnanto, Hari., Suwarni, Agus. 2017. Pengolahan Limbah Padat Medis dan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di RS Swasta Kota Jogja. Yogyakarta : Urecol Proceeding. Kementerian Kesehatan Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nur, Siti. 2013. Estimasi Emisi Dioksin/Furan Dari Insinerator Limbah Medis Di Kota Yogyakarta Tahun 2009-2011 dan Kebijakan Manajemen Pengendaliannya. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. 61
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan Permen LHK. 2015. Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pertiwi, Vinidia., Joko, Tri., Dangiran, Hanan Lanang., 2017. Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit
Roemani
Muhammadiyah
Semarang.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat (E-Journal) Volume 5, Nomor 3. Pruss, A. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. Riyanto. 2013. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Yogyakarta: Deepublish. Soekijdo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Waang, Delila Grez., Fernandez, Hironimus., Ramang, Ruslan. 2016. Analisis Efektivitas
Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
dan
Penilaian
Masyarakat Terhadap Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Umum W. Z. Yohanes Kupang. Jurnal Bumi Lestari, Volume 16 No. 2. Yunizar, Ahmad., Fauzan, Akhmad. 2014. Sistem Pengelolaan Limbah Padat Pada Rs. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal An-Nadaa, Vol 1 No.1 hal 5-9.
62
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan LAMPIRAN
Lampiran 1 Kegiatan Mahasiswa di Tempat Kerja Praktik Tanggal 25 Juli 2017 sampai tanggal 25 Agustus 2017 No.
Tanggal
1
25-7-2017
2
26-7-2017
3
27-7-2017
4
28-7-2017
Kegiatan -
5
6
7
29-7-2017
31-7-2017
1-8-2017
-
Paraf
Masuk pukul 07.00 Memperkenalkan diri Membaca Al-Qur’an bersama Sharing-sharing Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Orientasi tentang rumah sakit secara umum Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Orientasi lokasi pengolahan limbah B3 Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengobservasi sumber limbah B3 (ruang perawatan intensif dan laboratorium) Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengobservasi sumber limbah B3 (laundry) Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama 63
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan No.
Tanggal
Kegiatan
Paraf
-
8
2-8-2017
9
3-8-2017
10
4-8-2017
11
5-8-2017
12
7-8-2017
13
8-8-2017
Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Mengontrol saluran drainase air buangan - Menyusun laporan kerja praktik - Ishoma - Pulang pukul 14.00 - Masuk pukul 07.00 - Membaca Al-Qur’an bersama - Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Mengontrol debit air bersih - Menyusun laporan kerja praktik - Ishoma - Pulang pukul 14.00 Tidak masuk kerja praktik (izin kegiatan KRS di kampus) - Masuk pukul 07.00 - Membaca Al-Qur’an bersama - Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Menyusun laporan kerja praktik - Ishoma - Pulang pukul 14.00 - Masuk pukul 07.00 - Membaca Al-Qur’an bersama - Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Menyusun laporan kerja praktik - Ishoma - Pulang pukul 14.00 - Masuk pukul 07.00 - Membaca Al-Qur’an bersama - Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Menyusun laporan kerja praktik - Ishoma - Pulang pukul 14.00 - Masuk pukul 07.00 - Membaca Al-Qur’an bersama - Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 - Mengontrol efluen IPAL - Bimbingan laporan kerja praktik - Ishoma - Bimbingan laporan kerja praktik - Pulang pukul 14.00 64
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan No.
Tanggal
14
9-8-2017
15
16
17
18
19
20
10-8-2017
11-8-2017
12-8-2017
14-8-2017
15-8-2017
16-8-2017
Kegiatan -
Paraf
Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Bimbingan laporan kerja praktik Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Bimbingan laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama 65
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan No.
Tanggal
Kegiatan -
21
22
18-8-2017
19-8-2017
23
21-8-2017
24
22-8-2017
25
26
-
23-8-2017
-
24-8-2017
-
Paraf
Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Sharig-sharing Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Menimbang jumlah timbulan limbah B3 di lokasi TPS limbah B3 Mengontrol efluen IPAL Menyusun laporan kerja praktik Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengontrol efluen IPAL Menimbang timbulan limbah B3 dan mencatat di logbook limbah B3 kemudian diolah Menyiapkan presentasi Ishoma Presentasi hasil kerja praktik Pulang pukul 14.45 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Izin takziah ke rumah teman Pulang pukul 14.45 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengontrol efluen IPAL Menimbang timbulan limbah B3 dan mencatat di logbook limbah B3 kemudian diolah Menyusun laporan yang direvisi Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengontrol efluen IPAL Menimbang timbulan limbah B3 dan mencatat di logbook limbah B3 kemudian diolah Menyusun laporan yang direvisi Ishoma Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengontrol efluen IPAL Menimbang timbulan limbah B3 dan mencatat di logbook limbah B3 kemudian diolah Menyusun laporan yang direvisi Ishoma 66
Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Medis RS Muhammadiyah Lamongan No.
Tanggal
27
25-8-2017
Kegiatan -
Paraf
Pulang pukul 14.00 Masuk pukul 07.00 Membaca Al-Qur’an bersama Mengontrol efluen IPAL Menimbang timbulan limbah B3 dan mencatat di logbook limbah B3 kemudian diolah Ishoma Pulang pukul 14.00
Mengetahui, Pembimbing Lapangan
Eko Ari Bowo, S.KM
67