1. Kebijakan Pelayanan Anesthesi.docx

  • Uploaded by: Gatot Wibowo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Kebijakan Pelayanan Anesthesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,486
  • Pages: 16
PEMERINTAH KOTA SAWAHLUNTO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jl. R.A. Kartini No. 18,Telp. (0754) 61029, Fax (0754) 61826. Kode Pos 27418 Home Page: Http://www.sawahluntokota.go.id, E-mail: [email protected]

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO Nomor : 188.47/ /RSUD/SWL- 2018

TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI / SEDASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO

MENIMBANG

: 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anestesi diperlukan suatu Kebijakan Pelayanan Anestesi Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto; 2. bahwa Kebijakan Pelayanan Anestesi tersebut perlu ditetapkan dalam sebuah Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto;

MENGINGAT

: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441); 2. Undang – Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 3.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit; 4. Peraturan

Menteri

1438/MENKES/PER/X/2010

Kesehatan tentang

Standar

Nomor Pelayanan

Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 464); 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKESPER/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 7. Peraturan Walikota Sawahlunto Nomor 31 Tahun 2010 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) (Berita Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2010 Nomor 31); 8. Peraturan Walikota Sawahlunto Nomor 31 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kota Sawahlunto (Berita Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2016 Nomor 31). MEMUTUSKAN MENETAPKAN KESATU

:

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI/ SEDASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO.

KEDUA

:

Kebijakan Pelayanan Anestesi Rumah Sakit Umum Umum Daerah Sawahlunto

adalah

sebagaimana

terlampir

pada

Lampiran

Keputusan ini. KETIGA

:

Kebijakan Pelayanan Anestesi ini menjadi pedoman dalam pengaturan dan pengelolaan menyangkut pelayanan anestesi Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto.

KEEMPAT

:

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan akan diubah kembali dan diperbaiki kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kesalahan dan kekeliruan. Ditetapkan di : Sawahlunto Pada tanggal : 30 April 2018 Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto

dr. LusiDewina NIP. 19761221 200902 2 001

LAMPIRAN

:

Surat Keputusan Direktur rumah sakit umum daerah kota sawahlunto Nomor : 188.47/ /RSUD/SWL2018 Tanggal : 30 April 2018 Tentang : Kebijakan Pelayanan Anestesi / Sedasi

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI / SEDASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWAHLUNTO I. PENDAHULUAN Pelayanan anestesi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistim pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan mutu kualitas pelayanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Rumah saki tsebagai salah satu penyedia layanan yang professional dan berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar para tenaga kesehatan di rumah sakit dapat memberikan pelayan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya suatu pedoman pelayanan kesehatan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Pelayanan

anestesi

di

Rumah

Sakit

antara

lain

meliputi

pelayanan

anestesia/analgesia di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperative, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak, pelayanan kegawat daruratan dan terapiintensif. Jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap rumah sakit akan berbeda, tergantung dari fasilitas, sarana, dan sumber daya yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut.Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu peayanan anesthesia di Rumah Sakit, maka RSUD Sawahlunto perlu mengeluarkan kebijakan tentang pelayanan anesthesia di RSUD Sawahlunto.

II. TUJUAN 1. Tujuan umum Sebagai pedoman umum dalam pengaturan dan pengelolaan dibidang pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto. 2. Tujuan Khusus 1. memberikan pelayanan anestesia, anelgesia dan sedasi yang aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stres psikis lain. 2. sebagai acuan disusunnya berbagai kebijakan dan prosedur mengenai pelayanan anestesi di RSUD Sawahlunto. II RUANG LINGKUP a. Pelayanan anestesi yang diberikan adalah seragam di seluruh unit, dimana pelayanan anestesi dilakukan tanpa membeda bedakan pasien (kaya atau miskin, pendidikan, pekerjaan ataupun jabatan). b. Pelayanan anestesi meliputi : penilaian pre-anestesi, tindakan anestesi yaitu sedasi, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer), pemantauan selama anestesi, pelayanan pasca anestesi, tatalaksana nyeri, management ICU, resusitasi jantung paru dan transportasi medis pasien. c. Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi yang meliputi : sedasi sedang dan dalam, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer) dengan perawat anestesi bertugas sebagai asisten saat dokter spsialis anestesi melakukan tindakan anestesi d. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk kebutuhan tindakan diagnostik dan terapeutik. e. Penjelasan dan informed consent diberikan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien atas resiko, manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi yang akan dilakukan Dokter Spesialis Anestesi.

III. KEBIJAKAN A. Ketentuan umum 1. Semua bentuk pelayanan anestesi di RSUD Sawahlunto, pelayanan anestesi RSUD Sawahlunto mengacu pada standar di rumah sakit, nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku (permenkes no.519/Menkes/per/III/2011) 2. Pelayanan anestesi di RSUD Sawahlunto disediakan secara memadai, adekuat, reguler dan nyaman (termasuk sedasi moderat dan dalam) secara teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. 3. Pelayanan anestesi disediakan secara memadai baik dari segi ketenagaan/ Sumber daya manusia maupun dari segi fasilitas (sarana prasarana penunjang), baik darisegi kualitas maupun kuantitasnya, seperti : jumlah ketenagaan anestesi yang cukup serta Kompetensi SDM yang dibuktikan dalam sertifikasi perawat anestesi maupun sertifikasi dokter anestesi sarana prasarana penunjang anestesi di RSUD Sawahlunto disediakan secara memadai dan berfungsi optimal. 4. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) disediakan secara teratur dan rutin dalam : dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, termasuk hari libur. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) tersedia dalam kondisi gawat darurat diluar jam operasional kerja. Untuk pasien elektif maupun darurat untuk jadwal jaga, ada dokter jaga anestesi. Bila dokter jaga anestesi berhalangan atau tidak dapat dihubungi, maka digantikan oleh dokter anastesi lain yang memiliki SIPatau disetujui oleh direktur rumah sakit, Pelayanan anestesi di RSUD Sawahlunto dilakukan oleh tenaga dokter anestesi yang diseleksi berdasarkan rekomendasi direktur, suatu rekor/catatan kinerja yang akseptabel, serta dapat memenuhi undang-undang serta peraturan yang berlaku. Dalam melaksanakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) harus seragam pada seluruh pelayanan anestesi di rumah sakit. IV KETENAGAAN 1. Dokter spesialis anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis anestesiologi di pusat pendidikan yang diakui. Dalam memberikan pelayanan anestesi (termasuk sedasi

moderat dan dalam) berada di bawah kepemimpinan satu orang yang kompeten yang ditetapkan sebagi kepala SMF (Staff Medik Fungsional). 2. Tanggung

jawab

profesional

pimpinan

dokter

spesialis

RSUD

Sawahlunto mencakup: a. Tanggung jawab yang meliputi pengembangan, implementasi dan memelihara/menegakkan

kebijakan

serta

prosedur

yang

ditetapkan dan dilaksanakan. b. Tanggung jawab untuk memelihara/mempertahankan program pengendalian mutu yang ditetapkan dan dilaksanakan. c. Tanggung jawab dalam merekomendasikan sumber dari luar untuk pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) yang ditetapkan dan dilaksanakan. d. Tanggung jawab

untuk memantau dan menelaah seluruh

pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam ) yang ditetapkan dan dilaksanakan. e. Pengelolaan anestesi kepada pasien. f. Bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap fisiologis pasien, demikian juga dalam hal penggunaan alat suportif. g. Menuangkan segala tindakannya dalam rekam medis. 3. Dalam pelaksanaannya dokter spesialis anestesi RSUD Sawahlunto dibantu oleh penata anestesi atau perawat yang telah mendapat pendidikan formal tentang anestesi maupun perawat terlatih. a. Perawat anestesi harus mengerti tujuan dari pelayanan anestesi yang akan diberikan. b. Perawat

anestesi

yang

telah

mendapat

tanggung

jawab

memegang satu pasien tidak boleh diberi tanggung jawab lain agar

pasien

tidak

terlalaikan

dan

dapat

terus

menerus

dimonitoring selama prosedur anestesi berlangsung. c. Perawat

anestesi harus

memiliki kompetensi klinik dalam

menangani pasien yang mendapat pelayanan anestesi. d. Perawat anestesi harus pandai memilih dan menggunakan peralatan yang dibutuhkan dan memastikan bahwa semua alat berfungsi dengan baik.

e. Perawat anestesi mengetahui reaksi dari obat yang diberikan terhadap status fisik maupun psikologi pasien. f. Perawat anestesi harus mengobservasi pasien post operasi sampai mencapai kriteria pasien boleh pindah ke ruangan dan hasil observasi. g. Didokumentasikan dalam catatan perawat. 4. Tim pengelola Anestesia Anestesiologi

merupakan

spesialisasi

kedokteran

yang

diakui.

Pengelolaan anestesi perorangan atau yang secara medis dipimpin oleh seorang SpAn merupakan praktek kedokteran. Aspek aspek tertentu pengelolaan anestesi dapat didelegasikan kepada profesional yang berkualitas dan terlatih dengan tepat. Kaum profesional ini, secara medis dipimpin oleh SpAn, merupakan tim pengelola anestesi. Pendelegasian dan pengarahan demikian hendaknya secara spesifik ditentukan oleh pimpinan Tim pengelola Anestesi dan disetujui oleh komite medis RS. Meskipun fungsi tertentu pengelolaan anestesi dapat didelegasikan kepada anggota Tim Pengelola Anestesi yang tepat, tanggung jawab dan pimpinan Tim Pengelola Anestesi tetap terletak pada SpAn. Yang menjadi anggota Tim Pengelola Anestesi adalah dokter dan non dokter, misalnya : a. Mereka yang membantu pengelolaan pasien secara langsung selama periode peri-operatif, misalnya : i.

Perawat anestesi adalah perawat yang terlatih di bidang anestesi dan telah menyelesaikan program D-III atau yang sederajat.

ii.

Perawat terlatih di bidang anestesia, yaitu perawat yang telah mendapat pendidikan sekurang-kurangnya selama 6 bulan atau perawat yang telah bekerja pada pelayanan anestesi di Rumah sakit minimal 1 tahun.

b. Tenaga lain yang memiliki fungsi pengelolaan pasien selama periode per-operatif mencakup perawat ICU, seorang perawat yang telah terlatih di ICU.

V MANAJEMEN 1. Pelayanan anestesi dipimpin oleh seorang Kepala SMF (Staf Medik Fungsional), Kepala SMF bertanggung jawab dalam hal : a. Bertanggung

jawab

dalam

penyediaan,

penerapan

dan

pengawasan peraturan dan hukum yang berlaku. b. Bertanggung jawab dalam penyusunan dan penerapan program kendali mutu. c. Bertanggung jawab dalam pengawasan dan evaluasi pelayanan anestesi. d. Bertanggung jawab dalam hal pengaturan jaga dokter spesialis anestesi. VI PELAYANAN DAN DOKUMENTASI 1. Semua pelayanan anestesi yang dilakukan di RSUD Sawahlunto harus didokumentasikan lengkap oleh Dokter Spesialis Anestesi dalam form Anestesi yang tersedia. Rekam medik anestesi harus dilengkapi pada akhir setiap prosedur. Semua isian dari form anestesi yang mencakup : 1.1. Asesmen praanestesi diisi diruang rawat pasien dan dikerjakan pada setiap pasien yang akan dilakukan anestesi, pada saat Dokter Spesialis Anestesi melihat pasien sebelum operasi. a) Untuk operasi elektif, pengkajian akan dilakukan sebelum pukul 21.00 sehari sebelum pelaksanaan operasi atau untuk situasi tertentu minimal dilakukan pengkajian 1 jam sebelum anastesi. b) Untuk operasi elektif dimana pasien masuk ruang rawat inap setelah pukul 21.00 pengkajian dilakukan diruang rawat inap pada hari operasi minimal 1 jam sebelum operasi. c) Untuk operasi CITO, maka pengkajian pre-anestesi akan dilakukan di ruang penerimaan pasien pada hari operasi dijadwalkan atau di unit pelayanan lain misal IGD d) Untuk pasien ODC, pengkajian dilakukan sebelum operasi dilakukan. (Dokter Operator membuat konsul pada hari perencanaan ODC, pasien diperiksa oleh dr SpAn yang bertugas pada hari itu, atau dapat didelegasikan ke SpAn lain)

e) Pengkajian pre anestesi meliputi : -

Mempelajari rekam medik pasien

-

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien

-

Mempelajari hasil penunjang dan konsultasi

-

Menetukan resiko anastesi

-

Menentukan

rencana

pelayanan

anestesi,

termasuk

metode, obat, persiapan pasien dan premedikasi yang diperukan dan di catat dalam catatan rekam medik pasien. f) Informed concent Setelah melakukan asesmen, dokter spesialis anestesi memberikan

penjelasan

kepada

pasien,

keluarga

dan

pengambil keputusan diberi penjelasan tentang resiko, manfaat

dan

alternatif

anestesi

untuk

mendapatkan

persetujuan (proses informed concent) tertulis dari pasien ataupun wali yang sah menurut hukum. Selanjutnya petugas anestesi menuliskan anastesi yang akan digunakan, teknik anestesi dan nama dokter spesialis anestesi dan atau asisten anastesi di catat dalam rekam medis pasien. Ada kalanya pasien datang seorang diri tanpa diantar, pada kondisi tersebut penjelasan dilakukan kepada pasien langsung dan ditandatangani oleh pasien yang akan menjalani operasi dan tanda tangan petugas sebagai saksi. 1.2. Asesmen Preinduksi, diisi di ruang preinduksi dilaksanakan untuk reevaluasi pasien segera sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum diberikan induksi anestesi. 1.3. Durante anestesi, meliputi : a. obat anestesi yang digunakan b. teknik anestesi yang dipergunakan c. observasi status fisiologis pasien dan temuan selama pemberian anestesi.

Kebijakan dan prosedur mengatur frekuensi minimum dan tipe monitoring selama tindakan anastesi dan polanya seragam untuk pasien yang serupa yang menerima tindakan anastesi yang sama waktu pemberian anestesi. Status fisiologis dimonitor secara terus menerus selama pemberian anastesi setiap 5 menit sekali dan hasil monitoring di tuliskan dalam rekam medis anastesi pasien. 1.4. Pasca anastesi Sebelum keluar dari ruang operasi/sebelum pindah ke Recovery Room (RR) pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan pasca anestesi. Temuan selama monitoring dimasukkan kedalam rekam medis pasien, baik di catat atau secara elektronik. Pasien dipindah dari unit pasca anestesi atau induksi (atau monitoring pemulihan dihentikan) kondisi/kriteria pasien harus sesuai dengan standar Alderette Score dengan nilai ≥ 8. a. Pasien dipindah (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang anastesiologist yang kompeten penuh atau petugas lain yang diberi otorisasi oleh petugas yang bertanggung jawab untuk mengelola pelayanan anestesi. b. Pasien dipindah (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang perawat atau seorang petugas yang setaraf dan kompetensinya sesuai dengan kriteria pasca anastesi yang dikembangkan

oleh

pimpinan

rumah

sakit

dan

bukti

pemenuhan kriteria didokumentasikan dlam rekam medis pasien. c. Pasien dipindahkan ke suatu unit yang telah di tetapkan sebagai tempat yang mampu memberikan pelayanan pasca anastesi atau pasca sedasi terhadap pasien tertentu, antara lain seperti pada unit pelayanan intensif. Obesrvasi waktu di mulainya dan di akhirinya pemulihan anastesi di catat dalam rekam medis pasien. Dan penilaian akhir dilakukan oleh dokter spesialis anestesi. Dalam melakukan asessmen preanestesi hingga Pra Induksi haruslah dilakukan oleh petugas yang berwenang dan kompeten.

1.5. Anastesia pada anak-anak Tujuan pemberian anestesi pada anak : a. Untuk memberikan pelayanan anestesi yang aman bagi anak b. Untuk mengurangi kecemasan dan stress anak c. Untuk menyediakan, bila diperlukan, rencana efektif untuk pengendalian rasa sakit setelah operasi. Anak-anak menerima teknik anastesi yang sama seimbang sebagai orang dewasa yang membedakan adalah dosis dan usia anak dan tergantung prosedur yang akan dilakukan. PEMANTAUAN 1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan sebelum, selama dan sesudah anestesi 2. Pemantauan berguna untuk : a. Menjaga kondisi hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal b. Melakukan deteksi dini terhadap perubahan hemodinamik guna mencegah morbiditas dan mortalitas pasien selama anestesi dan operasi 3. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit dimana anestesi dilakukan, yaitu pemantauan : a. Tekanan darah b. Rekam jantung c. Laju nadi d. Pernafasan e. Saturasi oksigen perifer f. Suhu tubuh 4. hasil pemantauan pasien direkam dalam rekam medis 5. pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan dalam anestesi 6. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantauan selama proses anestesi, merujuk pada kebijakan dan protokol pencegahan pasien jatuh.

Pelayanan Anestesi di Luar Kamar Operasi a. Pelayanan anestesi pada pemeriksaan diagnostik 1. Pasien terlebih dahulu dikonsulkan ke dr eanestesi pada hari kerja 2. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang terkendali sesuai penilaina dokter spesialis anesteiologi sebelum hari H dan dievaluasi ulang pada Hari operasi 3. Pelayanan di radiologi meliputi foto thorax, lumbal dan abdomen 4. Pemantauan fungsi vital selama tindakan anestesi atau sedasi di Radiologi sesuai standar pemantauan anestesi dan sedasi 5. Pemantauan di luar tindakan pembedahan atau di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh dokter atau perawat anestesi yang mendapat supervisi dokter spesialis anestesiologi b. Pelayanan anestesi pada tindakan di luar Kamar operasi 1. Pelayanan anestesi pada tindakan di luar kamaroperasi dapat berupa pasien kondisi kritis yang diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang diberikan atau pada pasien yang memerlukan anestesi di ruang poli gigi ataupun di IGD. 2. Pelayanan anestesi pada tindakan diluar kamar operasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau dokter yang memiliki kompetensi 3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul akibat tindakan pembiusan maupun akibat penyakit yang diderita pasien 4. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam rekam medis 5. Dokter

spesialis

kompetensi

anestesiologi

berperan

dalam

atau

dokter

masalah

etika

lain

yang

untuk

memiliki

melakukan

komunikasi dengan pasien dan keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan dan hak pasien untuk menentukan naisibnya terutama pada kondisi akhir kehidupan

PELAYANAN SEDASI PENDAHULUAN Derajat kedalaman sedasi terjadi dalam urutan spektrum tertentu, dan pasien dapat berlanjut dari satu derajat ke derajat kedalaman sedasi, tergantung dari obat yang diberikan, rute pemberian dan dosis obat. Mengingat tingginya resiko sedasi yang akan ditimbulkan kepada pasien. Maka RSUD Sawahlunto perlu mengeluarkan kebijakan tentang pelayanan sedasi di RSUD Sawahlunto

TUJUAN Sebagai acuan disusunnya berbagai kebijakan dan prosedur mengenai pelayanan sedasi di RSUD Sawahlunto. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan sedasi moderat dan dalam sesuai dengan standar akreditasi JCI yang dilakukan pemberi layanan sedasi yang kompeten dan juga didukung oleh peralatan yang memadai

RUANG LINGKUP Dalam pemyusunan rencana sedasi harus di identifikasi perbedaan antara populasi dewasa dan anak-anak atau ada pertimbangan khusus lainnya., dilakukan oleh dokter spesialis anastesi atau secara khusus untuk dapat memberikan instruksi obat sedasi (sendiri tanpa pengwasan) atau mengawasi pemberian obat sedasi moderat kepada pasien

ASISTEN SEDASI Perawat yang teregistrasi dan bersertifikat. Penata anastesi, dokter asisten yang dilatih untuk memasukkan/memberikan medikasi dan memonitor pasien selama pasien dalam sedasi moderat, dibawah supervisi langsung praktisi sedasi anastesiologis c. Moderate Sedation Sedasi moderat adalah turunnya kesadaran seseorang oleh pengaruh obatobatan dimana pasien masih dapat merespon instruksi verbal ataupun dengan rangsangan taktil ringan. Tidak dibutuhkan intervensi dalam menjaga ptensi jalan nafas dan pernafasan spontan pasien tetap mencukupi, fungsi kardiovaskuler tetap diawasi.

d. Deep sedation Sedasi dalam adalah turunnya kesadaran seseorang oleh pengaruh obatobatan dimana pasien tidak mudah untuk dibangunkan tetapi dapat merespon rangangan berulang ataupun rangsangan nyeri. Dibutuhkan intervensi dalam menjaga patensi jalan nafas dan pernafasan spontan pasien bisa tidak mencukupi, fungsi kardiovaskuler tetap diawasi. KEBIJAKAN Yang boleh melakukan sedasi di RSUD Sawahlunto : 

Hanya dokter spesialis anestesi atau praktisi sedasi non-anestesiologis yang berkualifikasi melalui edukasi, pelatihan dan sertfikasi yang diperbolehkan melakukan sedasi moderat atau dalam, atau mengawasi pemberian obatobatan oleh asisten sedasi.



Semua pencatatan dalam rencana sedasi di dukumentasikan dalam catatan medical record, termasuk pencatatan surat persetujuan (concent) dan frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan .



Dalam melakukan tindakan sedasi, dokter anastesi dibantu oleh perawat anastesi yang berkuallifikasi yang memiliki ijazah perawat anastesi sekurangkurangnya memiliki sertifikasi pelatihan anastesi yang dalam pelaksanaan harus didukung dengan ketersediaan alat-alat spesialistik untuk pelayanan sedasi.



Hal lain yang juga penting adalah kualifikasi para dokter, dokter gigi atau semua individu yang kompeten yang bertanggung jawab atas pasien yang menerima sedasi moderat maupun dalam, setiap petugas yang melakukannya harus kompeten dalam : a. Tekhnik berbagai modus sedasi b. Monitoring yang tepat c. Respon terhadap adanya komplikasi d. Penggunaan zat-zat reversal dan e. Sekurang-kurangnya Bantuan Hidup Dasar (BHD) f. Pelayanan Sedasi

Untuk dapat mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi dan ketepatan sedasi bagi pasien perlu dibuat asesmen prasedai sesuai kebijakan rumah sakit yang dilakukan oleh petugas yang berkompeten. Selama berlangsungnya sedasi

petugas yang berkompeten. Selama berlangsungnya sedasi petugas yang berkompeten wajib memonitor dan mencatat di catatan intra sedasi. DOKUMENTASI Semua

pelayanan

anestesi

yang

dilakukan

di

RSUD

Sawahlunto

harus

didokumentaikan lengkap oleh Dokter Spesialis Anestesi dalam form Anestesi yang tersedia. Lokasi lokasi dimana sedasi boleh dilakukan di rsud Sawahlunto a. Dr. Anestesi boleh melakukan sedasi di semua tempat RS b. Dr. Spesialis yang melakukan tindakan diluar operating theatre, dapat melakukan di ruang tindakan, IGD, unit intensif yang sesuai dengan spesialisasi masing-masing untuk resiko ASA I dan ASA II. Untuk ASA III ke atas anastesi harus dilakukan oleh dokter spesialis anastesi dan yang menentukan ASA adalah dokter yang melakukan sedasi c. Dokter umum IGD hanya boleh melakukan di IGD dan dokter ICU hanya boleh melakukan di ICU untuk situasi Life Saving. Sedasi Moderat dan dalam di RSUD Sawahlunto hanya boleh diberikan sesuai dengan kebijakan rumah sakit Syarat syarat pelayanan sedasi dapat berlangsung : a. Semua hal dibawah ini harus terpenuhi bila pelayanan sedasi moderat akan diberikan b. Hadirnya SpAn atau praktisi sedasi nonanestesiologis, sedasi hanya boleh dilakukan/diinstruksikan oleh dokter spesialis anestesiologis atau praktisi sedasi nonanestesiologis. Keberadaan dokter tersebut di tempat adalah keharusan, tidak boleh instruksi per telepon. c. Asisten sedasi d. Operator sedasi didampingi oleh asisten sedasi yang akan memberikan obat sedasi kepada pasien e. Sedasi moderat dilakukan minimal oleh dua orang, tidak boleh kurang. Lebih tidak masalah f. Ketersediaan alat monitoring, oksigen, suction & troli emergency/crash cart dan defibrilator

INDIKASI SEDASI Indikasi sedasi adalah sesuai kebutuhan/pasien yang memiliki indikasi untuk dilakukan sedasi. Obat obat sedasi yang digunakan di RSUD Sawahlunto : 1. Diazepam 2. Midazolam 3. Propovol 4. Ketamine 5. Pethidine 6. Fentanyl 7. Morphine ASISTEN SEDASI Perawat yang sudah mendapatkan sertifikasi pelatihan dan dapat menjadi asisten sedasi di semua unit di RSUD Sawahlunto SEDASI UNTUK ANAK-ANAK Sedasi pada anak-anak berbeda pada dewasa, sedasi pada anak-anak diberikan untuk mengontrol prilaku agar aman/tenang selama melakukan tindakan. Kemampuan anak dalam mengontrol sikap dan dapat diajak kerjasama tergantung pada tingkat usia mereka. Seringkali anak yang usianya dibawah 6 tahun dan gangguan perkembangan membutuhkan sedai yang levelnya lebih dalam untuk mengontrol perilakunya. Anak-anak dalam kelompok usia ini sangat rentan terhadap efek obat sedasi, yang dapat mempengaruhi pernafasan, jalan nafas paten, dan beberapa reflek proteksi. Untuk anak yang lebih besar/diatas 6 tahun dan dapat diajak kerjasama, dapat dibantu dengan cara didampingi orang tua, anastesi lokal topikal, pengalihan pikiran anak, cara-cara tersebut dapat mengurangi kebutuhan pemberian sedasi yang lebih dalam. Batasan usia untuk anak-anak adalah 12 tahun.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto

dr. LusiDewina NIP. 19761221 200902 2 001

Related Documents


More Documents from "lenovo yoga"