1. Combustio.docx

  • Uploaded by: yulis
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Combustio.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,308
  • Pages: 41
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Dosen Pengampu: Ns. Nurul Hidayah, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh: Sarjana Terapan Keperawatan II B 1. Arya Irfan Aji N.

(P17221173043)

2. Iga Arif Fathurini

(P17221173046)

3. Tiara AnggitaPutri

(P17221174051)

4. Yulis Agustina

(P17221174052)

5. Octavia Dwi Arini

(P17221174055)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG Februari 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan kita nabi besar nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya serta sahabatnya, atas jasa beliau kita sebagai umat islam bisa melihat dunia di sekitarnya yang memenuhi akhlak mulia, rahmat, dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara umatnya. Ucapan terimakasih kami berikan kepada Ibu Ns. Nurul Hidayah, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing kami, serta teman–teman yang ikut memberikan motivasi kepada kami. Kami menyusun makalah ini tentang Konsep Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Oleh karena itu kami meminta maaf apabila didalam penulisan makalah ini ada kesalahan yang kami sengaja maupun tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritikan serta saran dari pembaca, agar kami dapat menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan untuk menjadikan makalah kami lebih baik dan lebih sempurna serta bermanfaat di lingkungan masyarakat.

Malang, 18 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3 2.1 Definisi Combustio ................................................................................. 3 2.2 Etiologi Combustio ................................................................................. 3 2.3 Patofisiologi Combustio.......................................................................... 4 2.4 Manifestasi Klinis Combustio ................................................................ 8 2.5 Pemeriksaan Penunjang Combustio ........................................................ 13 2.6 Penatalaksanaan Medis Combustio......................................................... 14 2.7 Asuhan Keperawatan Combustio............................................................ 18 BAB III PENUTUP .................................................................................................. 37 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 37 3.2 Saran ....................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan combustio? 2. Bagaimana etiologi dari combustio? 3. Bagaimana patofisiologi dari combustio? 4. Bagaimana manifestasi klinik dari combustio? 5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combustio? 6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari combustio? 7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combustio? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Definisi dari combustio 2. Untuk mengetahui etiologi dari combustio 3. Untuk mengetahui patofisiologi dari combustio 4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combustio 5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combustio 6. Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari combustio 7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combustio

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Combustio/Luka Bakar Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365) Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) 2.2 Etiologi Combustio/Luka Bakar Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah: a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005). b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005). c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling

rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005). d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005). 2.3 Patofisiologi Combustio/Luka Bakar Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim De Jong, 2004)

Penderita syok atau terancam syok -

Anak

: luasnya luka >10%

-

Dewasa : luasnya luka >15% Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat

-

Wajah, mata

-

Tangan dan kaki

-

Perineum Terancam udem laring

-

Tertutup asap atau udara hangat Bagan 2.1 indikasi rawat inap Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan

jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine (diuresis). (Black & Hawk, 2009) Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim De Jong, 2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body surface areaTBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)  Respons Sistemik Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan

diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.  Respons Kardiovaskuler Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam. Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.  Respons Pulmonal Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila

klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tandur kulit.  Cedera Inhalasi Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser,

dan

CO

berikatan

dengan

hemoglobin

untuk

membentuk

karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.  Depresi Miokardium Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan sertamerta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasma telah kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah cedera.  Berubahnya Integritas Kulit Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang disebabkan akibat

gangguan kulit dan perubahan jaringan di

bawah

permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi

barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan meningkat.  Imunosupresi Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-kulit.

Secara

bersama,

perubahan-perubahan

ini

menghasilkan

peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.  Respons Psikologis Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi reaksi terhadap trauma luka bakar. 2.4 Manifestasi Klinik Combustio/ Luka Bakar Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga. Kedalaman dan

Bagian

penyebab luka

kulit yang

bakar

terkena

Derajat

satu Epidermi

(superfisial): tersengat

s

Gejala

Penampilan luka

Perjalanan kesembuhan

Kesemutan,

Memerah,

menjadi Kesembuhan

hiperestesia

putih ketika ditekan lengkap dalam

(supersensivitas),

minimal atau tanpa waktu

satu

matahari, terkena

api

rasa nyeri mereda edema

minggu,

jika didinginkan

terjadi

dengan

pengelupasan

intensitas

kulit

rendah

Derajat-dua

Epidermis

Nyeri,

Melepuh, dasar luka Kesembuhan

(partial-

dan

hiperestesia,

berbintik-bintik

thickness):

bagian

sensitif

tersiram

air dermis

terhadap merah,

udara yang dingin

mendidih,

retak,

dalam

epidermis 2-3

waktu minggu,

permukaan pembentukan

luka basah, terdapat parut

terbakar

oleh

edema

nyala api

dan

depigmentasi, infeksi

dapat

mengubahnya menjadi derajat-tiga Derajat-tiga

Epidermis

Tidak

terasa Kering, luka bakar Pembentukan

(full-

,

nyeri,

syok, berwarna

thickness):

keseluruh

hematuria

terbakar api,

nyala an dermis (adanya terkena dan

seperti bahan kulit diperlukan darah atau gosong, kulit pencangkokan

dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan

cairan mendidih kadang-

kemungkinan

dalam

waktu kadang

pula

yang

lama, jaringan

(destruksi

tersengat listrik

arus subkutan

putih eskar,

darah

lemak yang tampak, parut

hemolisis terdapat edema

hilangnya

sel

kontur

serta

merah),

fungsi

kulit,

kemungkinan terdapat

dan

hilangnya jari luka

tangan

atau

masuk dan keluar

ekstrenitas

(pada luka bakar

dapat terjadi

listrik)

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu : 1. Zona koagulasi

: area yang paling dalam, dimana terjadi kematian seluler.

2. Zona statis

: area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai

darah, inflasi, dan cedera jaringan. 3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.  Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor berikut : 1. Riwayat terjadinya luka bakar 2. Penyebab luka bakar 3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar 4. Lamanya kontak dengan agen 5. Tebalnya kulit

Gambar luka bakar derajat I (superfisial)

Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

gambar klasifikasi luka bakar  Luas Luka Bakar Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar : a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)

Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak b. Metode Lund and Browder Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas

permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar. 2.5 Pemeriksaan Penunjang  Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.  Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

 GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.  Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.  Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.  Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.  Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.  Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.  BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.  Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.  EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.  Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. 2.6 Penatalaksanaan Combustio/Luka Bakar a. Pre Hospital Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan

luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis b. Hospital 1)

Resusitasi A, B, C. Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam. b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang

dapat

menghambat

gerakan

pernapasan,

misalnya

pneumothorax,

hematothorax, dan fraktur costae c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans 2)

Resusitasi Cairan Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu :

a)

cara Evans Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :

·

Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl

·

Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid

·

3.2000cc glukosa 5% Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.

b)

Cara Baxter Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus : Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

c)

Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

d)

Monitor urine dan CVP.

e)

Topikal dan tutup luka

-

Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.

-

Tulle

-

Silver sulfa diazin tebal.

-

Tutup kassa tebal.

-

Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.

f)

Obat – obatan

-

Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.

-

Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.

-

Analgetik : kuat (morfin, petidine)

-

Antasida : kalau perlu

2.

Penatalaksanaan Pembedahan Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.



Fase Resusitatif Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.



Fase Akut Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.



Fase Rehabilitasi Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya, program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan

fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.

Fase

Durasi

Prioritas

Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga  selesainya res usitasi cairan

atau segera



Pertolongan pertama Pencegahan syok Pencegahan gangguan pernapasan



Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai



Penilaian luka dan perawatan pendahuluan

Dari dimulainya diuresis 

Fase akut

hingga hampir selesainya  proses penutupan luka

Pencegahan atau penanganan komplikasi, termasuk infeksi

 Fase rehabilitasi

Perawatan dan penutupan luka

Dukungan nutrisi

Dari penutupan luka yang 

Pencegahan

parut

dan

besar hingga kembalinya kontraktur kepada tingkat penyesuaian 

Rehabilitasi fisik, oksupasional

fisik dan psikososial yang dan vokasional optimal  Rekonstruksi fungsional dan kosmetik 

Konseling psikososial

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Combustio/ Luka Bakar 1. Pengkajian a. Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. b. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum

dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin

(syok listrik); takikardia

(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). c. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. d. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah. f. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). g. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. h. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). i. Keamanan:

Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j. Pemeriksaan diagnostik:  LED: mengkaji hemokonsentrasi.  Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.  Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.  BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.  Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.  Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.  Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.  Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan. 3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. 5) Nyeri

berhubungan

dengan

Kerusakan

kulit/jaringan;

pembentukan

edema.

Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. c. Rencana Intervensi Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawata n

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Resiko

Bersihan

bersihan

jalan

jalan

Kaji

nafas gangguan/menelan;

nafas tetap efektif.

tidak efektif Kriteria berhubungan

refleks Dugaan cedera inhalasi

Hasil

perhatikan pengaliran air liur,

ketidakmampuan Takipnea,

: menelan,

serak,

batuk otot bantu, sianosis dan

dengan obstr Bunyi nafas mengi. uksi

vesikuler,

trakheobronk

RR

penggunaan

perubahan

sputum

Awasi frekuensi, irama, menunjukkan

terjadi

dalam kedalaman pernafasan ; distress

hial; oedema batas

perhatikan

adanya pernafasan/edema paru

mukosa;

normal,

pucat/sianosis

kompressi

bebas

sputum

jalan nafas .

dispnoe/cya

karbon atau merah muda.

dan dan

kebutuhan

mengandung intervensi medik.

nosis.

Obstruksi Auskultasi

jalan

paru, nafas/distres pernafasan

perhatikan

stridor, dapat

mengi/gemericik,

terjadi

sangat

cepat atau lambat contoh

penurunan bunyi nafas, sampai 48 jam setelah batuk rejan.

terbakar.

Perhatikan adanya pucat Dugaan

adanya

atau warna buah ceri hipoksemia atau karbon merah pada kulit yang monoksida. cidera

Meningkatkan ekspansi

Tinggikan kepala tempat paru tidur.

Hindari pernafasan.

penggunaan bawah

optimal/fungsi

bantal

kepala,

di Bilakepala/leher

sesuai terbakar, bantal dapat

indikasi

menghambat pernafasan, menyebabkan

Dorong nafas

nekrosis

batuk/latihan pada kartilago telinga dalam

dan yang

perubahan posisi sering.

terbakar

meningkatkan

dan

Hisapan (bila perlu) pada konstriktur leher. perawatan

ekstrem, Meningkatkan ekspansi

pertahankan teknik steril.

paru, memobilisasi dan drainase sekret. Membantu

Tingkatkan suara

istirahat mempertahankan

tetapi

jalan

kaji nafas bersih, tetapi harus

kemampuan untuk bicara dilakukan kewaspadaan dan/atau menelan sekret karena edema mukosa oral secara periodik.

dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko

Selidiki

perubahan infeksi.

perilaku/mental gelisah,

contoh Peningkatan

agitasi,

kacau sekret/penurunan

mental.

kemampuan menelan

Awasi

24

untuk

menunjukkan

jam peningkatan

keseimbngan

cairan, trakeal

edema

dan

perhatikan

mengindikasikan

variasi/perubahan.

kebutuhan

dapat

untuk

intubasi. Meskipun

sering

berhubungan Lakukan

program nyeri,

kolaborasi meliputi : Berikan

pelembab

dengan perubahan

kesadaran

dapat

O2 menunjukkan

melalui cara yang tepat, terjadinya/memburukny contoh masker wajah Awasi/gambaran GDA

a hipoksia. seri Perpindahan cairan atau kelebihan cairan risiko Catatan

penggantian meningkatkan

edema :

paru. Cedera

inhalasi Kaji ulang seri rontgen

meningkatkan

kebutuhan

cairan

sebanyak 35% atau lebih karena edema. Berikan/bantu fisioterapi O2 dada/spirometri intensif.

memperbaiki

hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan

Siapkan/bantu

saluran

intubasi pernafasan

dan

atau trakeostomi sesuai menurunkan indikasi.

viskositas

sputum. Data

dasar

penting

untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman

untuk

pengobatan.

PaO2

kurang

dari

50,

PaCO2lebih besar dari 50 dan penurunan pH menunjukkan asap

dan

inhalasi terjadinya

pneumonia/SDPD. Perubahan menunjukkan atelektasis/edema

paru

tak dapat terjadi selama 2



3

hari

setelah

terbakar Fisioterapi

dada

mengalirkan

area

dependen

paru,

sementara

spirometri

intensif dilakukan untuk

memperbaiki

ekspansi

paru,

sehingga

meningkatkan

fungsi

pernafasan

dan

menurunkan atelektasis. Intubasi/dukungan mekanikal

dibutuhkan

bila jalan nafas edema atau

luka

bakar

mempengaruhi

fungsi

paru/oksegenasi. Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan Perhatikan kapiler dan untuk

pedoman

kekurangan

mendemostr

volume

asikan status kekuatan nadi perifer.

cairan

cairan

cairan

respon kardiovaskuler.

berhubungan

biokimia

Awasi pengeluaran urine

dengan

membaik.

dan

Kehilangan

Kriteria

Observasi warna urine dititrasi

cairan

evaluasi: tak dan

dan

melalui rute ada

berat

penggantian dan

mengkaji

jenisnya. Penggantian

hemates

indikasi.

cairan untuk

sesuai meyakinkan

rata-2

pengeluaran urine 30-50

abnormal.

manifestasi

cc/jam

Peningkatan

dehidrasi,

dewasa. Urine berwarna

kebutuhan

: resolusi oedema,

dan

hypermetabo

elektrolit

tampak

kehilangan

yang otot

masif

karena

adanyadarah

ketidak serum dalam

dan

keluarnya mioglobin.

cukupan

batas

pemasukan.

normal,

Timbang

Kehilangan

haluaran

setiap hari

perdarahan.

urine di atas 30 ml/jam.

orang

Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan

status

lik,

pada

Peningkatan berat

badan permeabilitas perpindahan proses

sesuai indikasi

protein,

inflamasi

Ukur lingkar ekstremitas kehilangan yang terbakar tiap hari melalui

kapiler,

dan cairan

evaporasi

mempengaruhi volume

sirkulasi Selidiki

dan

perubahan pengeluaran urine.

mental

Penggantian

cairan

tergantung pada berat badan Observasi

pertama

dan

distensi perubahan selanjutnya

abdomen,hematomesis,fe

Memperkirakan luasnya

ces hitam.

oedema/perpindahan

Hemates

drainase

NG cairan

yang

dan feces secara periodik. mempengaruhi volume Lakukan

program sirkulasi

kolaborasi meliputi : Pasang

/

dan

pengeluaran urine.

pertahankan Penyimpangan

kateter urine

pada

tingkat kesadaran dapat mengindikasikan

Pasang/

pertahankan ketidak

ukuran kateter IV. Berikan

adequatnya

volume

penggantian sirkulasi/penurunan

cairan IV yang dihitung, perfusi serebral elektrolit,

plasma, Stres

albumin.

terjadi

(Curling) pada

ulcus

setengah

dari semua pasien yang Awasi hasil pemeriksaan luka bakar berat(dapat laboratorium

(

Hb, terjadi

elektrolit, natrium ).

Berikan

obat

idikasi : -

Diuretika

pada

awal

minggu pertama).

sesuai Observasi ketat fungsi

contohnya ginjal

Manitol (Osmitrol)

dan

mencegah

stasis atau refleks urine. Memungkinkan

infus

cairan cepat. -

Kalium

Resusitasi

cairan

menggantikan -

Antasida

kehilangan cairan/elektrolit membantu

Pantau: -

dan

mencegah

komplikasi.

Tanda-tanda vital setiap Mengidentifikasi jam

selama

periode kehilangan

darurat, setiap 2 jam darah/kerusakan selama periode akut, dan dan setiap

4

jam

kebutuhan

selama penggantian cairan dan

periode rehabilitasi.

elektrolit.

-

Warna urine.

-

Masukan dan haluaran Meningkatkan setiap

jam

SDM

selama pengeluaran urine dan

periode darurat, setiap 4 membersihkan

tubulus

jam selama periode akut, dari debris /mencegah setiap

8

jam

selama nekrosis.

periode rehabilitasi. -

-

-

lanjut

Hasil-hasil JDL dan karena kehilangan urine laporan elektrolit.

-

Penggantian

dalam jumlah besar

Berat badan setiap hari.

Menurunkan keasaman

CVP (tekanan vena gastrik

sedangkan

sentral) setiap jam bial inhibitor

histamin

diperlukan.

produksi

menurunkan

Status umum setiap 8 asam hidroklorida untuk jam.

menurunkan

produksi

asam hidroklorida untuk Pada penerimaan rumah menurunkan sakit,

lepaskan

iritasi

semua gaster.

pakaian dan perhiasan Mengidentifikasi dari area luka bakar.

penyimpangan indikasi

Mulai terapi IV yang kemajuan

atau

ditentukan dengan jarum penyimpangan dari hasil

lubang besar (18G), lebih yang disukai

melalui

diharapkan.

kulit Periode darurat (awal 48

yang telah terluka bakar. jam pasca luka bakar) Bila pasien menaglami adalah

periode

kritis

luka

ditandai

oleh

bakar

luas

menunjukkan

dan yang

gejala- hipovolemia

yang

gejala syok hipovolemik, mencetuskan

individu

bantu

dokter

dengan pada perfusi ginjal dan

pemasangan kateter vena jarinagn tak adekuat. sentral untuk pemantauan CVP. Beritahu

dokter

haluaran

urine

bila: <

30

ml/jam, haus, takikardia, CVP

<

6

bikarbonat

mmHg,

serum

di

bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang

normal,

urine Inspeksi adekuat dari

gelap atau encer gelap.

Konsultasi

doketr

manifestasi

luka bakar.

bila

kelebihan Penggantian

cairan terjadi.

cepat

penting

cairan untuk

mencegah gagal ginjal. Kehilangan Tes

guaiak

muntahan bermakna

cairan terjadi

warna kopi atau feses ter melalui jarinagn yang hitam. Laporkan temuan- terbakar temuan positif.

antasida

luka

bakar luas. Pengukuran tekanan

Berikan

dengan

vena

yag memberikan

sentral data

diresepkan atau antagonis tentang status volume

reseptor histamin seperti cairan intravaskular. simetidin

Temuan-temuan

ini

mennadakan hipovolemia perlunya

dan peningkatan

cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke

ruang

interstitial

menimbukan hipovolemi.

Pasien

rentan

pada

kelebihan beban volume intravaskular

selama

periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada

kompartemen

intravaskuler. Temuan-temuan guaiak positif

ennandakan

adanya perdarahan GI. Perdarahan

GI

menandakan adaya stres ulkus (Curling’s). Mencegah

perdarahan

GI. Luka bakar luas mencetuskan

pasien

pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan

sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung. Resiko

Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi

kerusakan

mendemonst kadar karbon monoksida kemajuan

pertukaran

rasikan

gas

oksigenasi

yang

berhubungan

adekuat.

Inhalasi

dengan

Kriteroia

cedera

evaluasi: RR oksigen

serum.

dan

penyimpangan dari hasil

Beriakan

diharapkan. asap

dapat

suplemen merusak pada

alveoli,

tingkat mempengaruhi

inhalasi asap 12-24 x/mnt, yang ditentukan. Pasang pertukaran

gas

pada

atau sindrom warna kulit atau bantu dengan selang membran komparteme n

normal,

endotrakeal

dan alveoli.

torakal GDA dalam temaptkan pasien pada Suplemen

sekunder

renatng

terhadap luka normal,

pesanan

bila

bunyi nafas insufisiensi

sirkumfisial

bersih,

dada ada

atau leher.

oksigen

ventilator mekanis sesuai meningkatkan

bakar

dari

kapiler

terjadi oksigen yang tersedia

pernafasan untuk jaringan. Ventilasi

tak (dibuktikan hipoksia,

jumlah

dnegna mekanik

diperlukan

hiperkapnia, untuk

kesulitan

rales,

takipnea

bernafas.

perubahan sensorium). Anjurkan dalam

pernafasan

dan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara

pernafasan mandiri. dengan

penggunaan

spirometri

insentif setiap 2 selama tirah baring.

jam Pernafasan

dalam

mengembangkan

Pertahankan posisi semi alveoli,

menurunkan

fowler, bila hipotensi tak resiko atelektasis. ada. Memudahkan

ventilasi

Untuk luka bakar sekitar dengan

menurunkan

torakal, beritahu dokter tekanan

abdomen

bila

terjadi

dispnea terhadap diafragma.

disertai dengan takipnea. Siapkan

pasien

untuk Luka

bakar

sekitar

pembedahan eskarotomi torakal dapat membatasi sesuai pesanan.

ekspansi

adda.

Mengupas

kulit

(eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada. Resiko tinggi Pasien bebas Pantau: infeksi

dari infeksi.-

berhubungan

Kriteria

dengan

evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan

Pertahanan

ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil

(area luka bakar, sisi indikasi-indikasi

primer tidak pembentuka adekuat;

n

kerusakan

granulasi

-

perlinduinga

baik.

-

n

kulit;

Penampilan luka bakar Mengidentifikasi

atau

tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.

jaringan setiap 8 jam. Suhu setiap 4 jam. Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali

jaringan

makan.

traumatik.

Bersihkan

Pertahanan

bakar setiap hari dan pelepasan

sekunder

lepaskan

tidak

nekrotik

adekuat;

sesuai pesanan. Berikan

penurunan

mandi

Hb,

pesanan,

penekanan

implementasikan

respons

perawatan

inflamasi

ditentukan

area

luka Pembersihan

dan jaringan

jarinagn nekrotik meningkatkan (debridemen) pembentukan granulasi.

kolam

sesuai

yang Antimikroba untuk

sisi membantu

topikal mencegah

donor, yang dapat ditutup infeksi.

Mengikuti

dengan balutan vaseline prinsip

aseptik

atau op site.

melindungi pasien dari

Lepaskan krim lama dari infeksi.

Kulit

yang

luka sebelum pemberian gundul menjadi media krim

baru.

Gunakan yang baik untuk kultur

sarung tangan steril dan pertumbuhan baketri. beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan Temuan-temuan pada area luka bakar mennadakan dengan

ujung

Berikan

krim

jari. Kultur

infeksi. membantu

secara mengidentifikasi

menyeluruh di atas luka. Beritahu

ini

dokter

patogen

penyebab

bila sehingga

terapi

demam drainase purulen antibiotika yang tepat atau bau busuk dari area dapat

diresepkan.

luka bakar, sisi donor Karena

balutan

atau balutan sisi tandur. tandur

hanya

siis

diganti

Dapatkan kultur luka dan setiap 5-10 hari, sisi ini berikan

antibiotika

IV memberiakn

sesuai ketentuan.

media

kultur

untuk

pertumbuhan bakteri. Tempatkan pasien pada Kulit ruangan

khusus

lakukan

adalah

dan pertama

tubuh

kewaspadaan pertahanan

untuk luka bakar luas infeksi.

lapisan untuk

terhadap

Teknik

steril

yang mengenai area luas dan tindakan perawatan tubuh.

Gunakan

linen perlindungan

tempat

tidur

steril, lainmelindungi

pasien

handuk dan skort untuk terhadap pasien. Gunakan skort Kurangnya

infeksi. berbagai

steril, sarung tangan dan rangsang ekstrenal dan penutup kepala dengan kebebasan

bergerak

masker bila memberikan mencetuskan perawatan pada pasien. pada kebosanan. Tempatkan

radio

atau

televisis pada ruangan

pasien

pasien

untuk Melindungi

menghilangkan

terhadap

tetanus.

kebosanan. Bila riwayat imunisasi tak

adekuat,

globulin

berikan Ahli

imun

manusia

diet

tetanus spesialis

nutrisi

(hyper-tet) dapat

sesuai pesanan.

adalah yang

mengevaluasi

paling baik status nutrisi

Mulai rujukan pada ahli pasien

dan

diet,

diet

beriakn

protein merencanakan

tinggi, diet tinggi kalori. untuk

emmenuhi

Berikan suplemen nutrisi kebuuthan

nutrisi

seperti

ensure

atau penderita.

Nutrisi

sustacal

dengan

atau adekuat

antara

makan

bila penyembuhan luka dan

masukan kurang

memabntu

makanan memenuhi dari

kebutuhan

50%. energi.

Anjurkan

NPT

atau

makanan

enteral

bial

pasien tak dapat makan per oral. Nyeri

Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik

narkotik

berhubungan

mendemonst yang diresepkan prn dan diperlukan

utnuk

dengan

rasikan

Kerusakan

hilang

kulit/jaringan

ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk

;

anan.

keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka

pembentukan

Kriteria

analgesik IV bila luka bakar

edema.

evaluasi:

bakar luas.

Manipulasi

menyangkal

jaringan

nyeri,

sedikitnya

30

dari sebelum

menit memblok prosedur dengan

jaras nyeri

luas

disebabkan

berat.

yang oleh

perpindahan interstitial Pertahankan pintu kamar berkenaan

cidera contoh melaporkan

tertutup, tingkatkan suhu peningkatan

debridemen

ruangan

perasaan

nyeri

dan

dnegan

berikan permeabilitas kapiler.

luka.

nyaman,

selimut

ekspresi

memberikan kehangatan.

wajah

ekstra

untuk Panas dan air hilang

dan

melalui jaringan luka bakar,

menyebabkan

postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. rileks.

temapt

tidur

Tindakan

bila eksternal ini membantu

diperlukan.

menghemat kehilangan panas. Menururnkan

Bantu

neyri

dengan dengan

pengubahan posisi setiap mempertahankan

berat

2 jam bila diperlukan. badan jauh dari linen Dapatkan

bantuan temapat tidur terhadap

tambahan

sesuai luka dan menuurnkan

kebutuhan,

khususnya pemajanan ujung saraf

bila pasien tak dapat pada aliran udara. membantu membalikkan Menghilangkan tekanan badan sendiri.

pada

tonjolan

dependen.

tulang

Dukungan

adekuat pada luka bakar selama

gerakan

membantu meinimalkan ketidaknyamanan. Resiko tinggi Pasien

Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi

kerusakan

menunjukka

mengitari

perfusi

n

jaringan,

tetap

pantau

perubahan/di

adekuat.

neurovaskular

sfungsi

Kriteria

ekstermitas setaip 2 jam.

neurovaskule

evaluasi:

Pertahankan ekstermitas Meningkatkan

r

ekstermitas indikasi-indikasi

sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan

status penyimpangan dari hasil dari yang diharapkan.

perifer warna kulit bengkak ditinggikan.

berhubungan

normal,

dengan

menyangkal

Penurunan/in

kebas

atau

balik

vena

menurunkan Beritahu dokter dengan pembengkakan.

dan segera bila terjadi nadi

aliran dan

terupsi aliran kesemutan,

berkurang,

darah

nadi perifer kapiler

arterial/vena,

dapat diraba. penurunan

contoh

luka

pengisian Temuan-temuan buruk,

ini

atau menandakan keruskana sensasi. sirkualsi distal. Dokter

Siapkan

untuk dapat mengkaji tekanan

bakar seputar

pembedahan eskarotomi jaringan

ekstremitas

sesuai pesanan.

untuk

emnentukan kebutuhan

dengan

terhadap

edema.

bedah.

intervensi Eskarotomi

(mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan

untuk

memperbaiki

sirkulasi

adekuat. Kerusakan

Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan

integritas

an

kulit

kedalaman

b/d regenerasi

luka, dasar tentang kebutuhan

perhatikan

jaringan penanaman dan

kulit

kerusakan

jaringan

nekrotik

permukaan

Kriteria

sekitar luka.

kulit

hasil:

sekunder

Mencapai

destruksi

penyembuha bakar yang tepat dan Menyiapkan

lapisan kulit.

n

kondisi kemungkinan

bakar.

dan

petunjuk

tentang sirkulasi pada aera graft.

Lakukan perawatan luka

tepat tindakan kontrol infeksi.

waktu pada area

informasi

untuk penanaman dan menurunkan

luka Pertahankan

jaringan

resiko

penutupan infeksi/kegagalan kulit.

luka sesuai indikasi. Kain

nilon/membran

silikon

mengandung

kolagen porcine peptida Tinggikan area graft bila yang mungkin/tepat.

melekat

permukaan luka sampai

Pertahankan posisi yang lepasnya diinginkan imobilisasi

dan mengelupas area

pada

bila spontan

atau secara kulit

diindikasikan.

repitelisasi. Menurunkan

Pertahankan

balutan pembengkakan

diatas area graft baru /membatasi

resiko

dan/atau sisi donor sesuai pemisahan

graft.

indikasi.

Gerakan

jaringan

dibawah

graft

dapat

Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi dengan krim, beberapa penyembuhan optimal. waktu

dalam

sehari, Area mungkin ditutupi

setelah balutan dilepas oleh dan

dengan

penyembuhan permukaan

selesai. program

kolaborasi :

Kulit graft baru dan sisi

Siapkan

prosedur biologis.

tembus

pandang tak reaktif.

Lakukan

-

bahan

/

bantu donor

yang

sembuh

bedah/balutan memerlukan perawatan khusus

untuk

mempertahankan kelenturan.

Graft kulit diambil dari kulit

orang

itu

sendiri/orang lain untuk penutupan

sementara

pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar. 3.2 Saran Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Moenadjat Y. 2005. Resusitasi: dasar-dasar manajemen luka bakar fase akut. Jakarta: Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia. hlm.60 R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran. EGC Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001

Related Documents


More Documents from ""