www.obormedia.com
Kamis,
06 Agustus 2009
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya; St. Hermanus
nam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena
E
Bacaan I Mazmur Bacaan II Bacaan Injil
: Dan 7:9-10.13-14 : 97:1-2.5-6.9;R:1a.9a : 2Ptr 1:16-19 : Mrk 9:2-10
mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.”
Renungan
M
anusia cenderung merasa puas kalau sudah mencapai suatu kesuksesan. Apakah ketika kita sudah berhasil meraih apa yang kita idam-idamkan kita boleh berhenti saja? Ataukah kita senantiasa harus turun gunung dan kembali ke kehidupan sehari-hari? Apakah kita terlena ketika merasa sudah sukses? Apakah kita masih mempunyai kekuatan untuk berjuang ketika kita sudah merasa berhasil? Apakah manusia tidak boleh, suatu saat, berhenti dan beristirahat saja ketika sudah menemukan apa yang dicarinya? Sampai kapan manusia harus bekerja terus? Ada yang mengatakan bahwa kalau kita masih terengah-engah, itu artinya kita masih sedang naik dan berjuang. Ada juga yang lebih senang memilih untuk diam dan tidak berjuang lagi. Apa pilihan kita? Kapan kita masih harus berjuang? Kapan kita boleh berhenti dan beristirahat? Tuhan, aku berterima kasih atas segala keberhasilan dalam kehidupanku. Namun, jangan biarkan aku terlena. Semoga Engkau tetap memberiku semangat untuk menjalani hidup sehari-hari dengan segala perjuangannya. Dan pada saat yang tepat, ajarilah aku juga untuk berani berhenti dan beristirahat dari segala jerih payah perjuangan hidupku. Amin.
www.obormedia.com