www.obormedia.com
Jumat,
28 Agustus 2009
Pw St. Agustinus, Uskup, PjG.; St. Hermes, Mrt.
Bacaan I : 1Tes 4:1-8 Mazmur : 97:1-2b.5-6.10-12; R:12a Bacaan Injil : Mat 25:1-13
ada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadisgadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadisgadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis
yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
“P
Renungan
S
ekarang kita mengenal berbagai jenis kecerdasan. Bukan hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. Sekarang kita semakin menyadari bahwa kesuksesan hidup seorang manusia bukan hanya ditentukan oleh encernya otak, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengolah perasaan, punya empati dan ketulusan. Penting mempunyai kemampuan untuk berbicara dan berdialog. Penting mempunyai kebijaksanaan dan hati yang penuh pertimbangan, dan banyak hal lain lagi yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan intelektual, apalagi hanya dibatasi kecerdasan logika matematika. Jangan lupa untuk juga cerdas secara spiritual. Artinya, mampu mengolah berbagai macam pengalaman hidup dalam terang iman. Bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup kita sehari-hari. Bukan hanya pada saat kita sukses dan berhasil. Namun, juga pada saat hidup kita gelap dan menderita. Orang yang cerdas dalam iman belajar menemukan Tuhan dalam seluruh pengalaman hidupnya. Tuhan yang tidak selalu sesuai harapan dan keinginan kita. Tuhan, ajarilah aku menjadi orang yang cerdas dalam iman. Ajarilah aku percaya bahwa Engkau sungguh ada meskipun aku sering tidak merasakannya. Ajarilah aku untuk tetap mencintai Engkau, bahkan ketika aku merasa tidak dicintai oleh-Mu. Amin.
www.obormedia.com