05. Bab Ii Individu.docx

  • Uploaded by: DEISA RAMPISELA
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 05. Bab Ii Individu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,112
  • Pages: 26
BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPEMIMPINAN 1.

Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry, 2011). Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell, 2010). Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (Kirsmansa. 2011). Menurut Ruth. M “essential of nursing leadership and

Tappen (2014), dalam buku

management”, seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya. Selain itu seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut : integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah(perseverance), seimbang, kemampuan menghadapi stress, dan kesadaran diri serta memiliki kualitas perilaku seperti: berpikir kritis, menyelesaikan masalah (solve problem), menghormati/menghargai orang lain, kemampuan berkomunikasi yang baik, punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain (Warta Wargana, 2012).

6

7

2.

Teori Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilakupemimpin menonjolkan

dan

konsep-konsep

latarbelakang

kepemimpinannya,

historis,

sebab-sebab

dengan

timbulnya

kepemimpinan, persyaratanpemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etikaprofesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 2013). Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (2014).

3.

Tipe Kepemimpinan Menurut Siagian, (2012), Gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut : a.

Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

b.

Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering

8

dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. c.

Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

d.

Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab

mengapa

seseorang

pemimpin

memiliki

karisma.Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma

9

meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”. e.

Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluasluasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;

dan

berusaha

mengembangkan

kapasitas

diri

pribadinya sebagai pemimpin.

B. KONSEP MANAJEMEN 1.

Pengertian Manajemen Menurut P. Siagian (2012) manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie (2010) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

10

2.

Tujuan Dan Sasaran Manajemen a.

Tujuan Manajemen Menurut Gillies (2012) tujuan manajemen yakni: 1) Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga pembangunan di bidang manajemen. 2) Memiliki, keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu maupun berkelompok. 3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan praktek dibidang manajemen, baik untuk kepentingan usahanya ataupun peran sertanya menjadi seorang professional.

b. Sasaran Manajemen Sasaran Manajemen (Gillies, 2012), adalah: 1) Human Resources. Dalam

setiap

aktivitas

manajemen

yang

dilakukan

seharusnya selalu memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia. Hal ini disebabkan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam kegiatan manajemen. Tanpa adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat dipastikan kegiatan manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal. Sasaran terhadap sumber daya manusia, bentuk kegiatanya dapat berupa memimpin, memotivasi dan mengarahkan orangorang agar aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai. 2) Non Human Resources. Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources atau segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang pencapaian tujuan manajemen. Bentuk kegiatan non human resources

adalah

mengendalilan

mengadakan

segala

fasilitas

dan

memelihara

serta

yang

diperlukan

untuk

11

menyelesaikan pekerjaan misalnya, tempat, alat, metode kerja dan sebagainya.

3.

Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam (2011), prinsip–prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah : b.

Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.

c.

Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun

perencanaan

yang

terprogram

dengan

baik

dan

melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. d.

Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan pengelolaan

kegiatan

keperawatan

yang terjadi dalam

memerlukan

pengambilan

keputusan di berbergai tingkat manajerial. e.

Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

f.

Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

g.

Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

h.

Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

12

i.

Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.

j.

Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat–perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

k.

Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip –prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

4.

Fungsi – Fungsi Manajemen Secara ringkas fungsi manajemen (Nursalam, 2011) sebagai berikut : a.

Perencanaan (Planning) 1) Fungsi nya meliputi Misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan, perkiraan proyeksi jangka pendek & panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan berencana. 2) Tujuan : Untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran

dan tipe tenaga

keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

13

b.

Mengontrol (Controling) 1) Fungsi : Pelaksanaan

penilaian

kinerja

staf,

pertanggung-jawaban

keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan. 2) Tujuan : Untuk melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

c.

Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa. 1) Fungsinya : Struktur organisasi,

model penugasan keperawatan, Job

descriptions dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai. 2) Tujuan: a) Untuk membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatankegiatan yang lebih kecil. b) Pengorganisasian

mempermudah

manajer

dalam

melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. c) Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,

bagaimana

tugas-tugas

tersebut

14

dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

d.

Kepegawaian (Staffing) 1) Fungsinya a) Untuk mengrekrut pegawai yang berkualitas b) Melatih dan pengembangan pegawai c) Penempatan dan pemberian orientasi d) Pembuatan sisten penggajian / insentif 3) Tujuan untuk mengklasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff,

rekrutmen,

penugasan,

pemilihan

minimalisasi

orientasi,

penjadwalan,

ketidakhadiran,

penurunan

pergantian, pengembangan staff.

e.

Mengarahkan (Directing) 1) Fungsinya : a) Memberikan pengarahan kepada ketua Tim b) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik. c) Membimbing bawahan d) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim e) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan f)

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

2) Tujuan: Untuk membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi,

membantu

pendelegasian,

pemecahan

menggunakan

masalah,

komunikasi

melakukan

yang

efektif,

melakukan kolaborasi dan koordinasi. Adapun unsur yang

15

dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, method, machine, minute dan market.

5.

Proses Manajemen Keperawatan Menurut Suarti S (2014), proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

6.

Lingkup Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam (2011) mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan

merupakan

disiplin

praktek

klinis.

Manajer

keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi: menetapkan penggunakan proses keperawatan, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, menerima akuntabilitas

16

untuk hasil-hasil keperawatan, mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran di atas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: a.

Manajemen operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: manajemen

puncak,

manajemen

menengah

dan

manajemen

bawah.Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktorfaktor tersebut adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, kemampuan melaksanakan fungsi manajemen. b.

Manajemen asuhan keperawatan Manajemen

asuhan

keperawatan

yang

keperawatan menggunakan

merupakan

suatu

konsep–konsep

proses

manajemen

didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

7.

Proses Manajemen Keperawatan (Nursalam, 2011) 1) Pengkajian-pengumpulan data Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran

17

pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi. 2) Perencanaan Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan. 3) Pelaksanaan Pada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. 4) Evaluasi Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan. Sistem di dalam manajemen keperawatan (Nursalam, 2011) 1.

Pengumpulan data: Personalia, pasien, peralatan dan persediaan a) Perencanaan:

Tujuan,

sistim,

standar,

kebijaksanaan,

prosedur, anggaran. b) Pengaturan: Tabel organisasi, evaluasi tugas, deskripsi kerja, pembentukan kerjasama tim. c) Kepegawaian : Klasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff,

rekrutmen,

pemilihan

orientasi,

penjadualan,

18

penugasan,

minimalisasi

ketidakhadiran,

penurunan

pergantian, pengembangan staff. d) Kepemimpinan: Penggunaan kekuatan, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan,

mempengaruhi

perubahan,

menangani konflik, komunikasi dan analisa transaksional. e) Pengawasan: Penelitian, jaminan keselamatan, audit pasien, penilaian prestasi, disiplin, hubungan pekerja tenaga kerja, sistim informasi computer. f)

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing–masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

g) Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. h) Kontrol

yang

digunakan

dalam

proses

manajemen

keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

19

C. KONSEP SWOT 1. Definisi SWOT Menurut Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Fokus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi organisasi.

2. Matriks SWOT Matriks SWOT memerlukan key success factor dari lingkungan eksternal dan internal dengan jadgement yang baik. Ada 4 strategi SO, Strategi SO, Strategi WO, Srtategi ST, dan Strategi WT dengan penjelasan sebagai berikut: a. Strategi SO (Strengths-Oppotunies) adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.

20

b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST (Strength-Threats) adalah strategi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancama eksternal. d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghidari ancaman. Internal

Streghts-S Catatalah kekuatan

Eksternal Opportunities-O Catatlah peluangpeluang eksternal yang ada

Weakness –W

kekuatan- Catatlah internal kelemahan

perusahaan

perusahaan

Strategi SO

Strategi WO

kelemahaninternal

Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil meraih keuntungan dari kelemahan peluang yang ada

dengan

memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada

Threats-T

Straregi ST

Catatlah

Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil

ancaman-

menghindari ancaman

ancaman ekternal

Strategi WT kelemahan

dan

menghindari ancaman.

yang ada

D. KONSEP FISHBONE Menurut Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.

21

1. Langkah-langkah a. Menyiapkan sesi sebab-akibat b. Mengidentifikasi akibat c. Mengidentifikasi berbagai kategori. d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.

2. Manfaat analisa tulang ikan Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan Langkah-langkah penerapan : a. Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan yakni: analisa tulang ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit, peserta dibagi dalam kelompok maksimum 6 orang per kelompok, dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa, siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok, buatlah gambar pada flipchart, tentukan seorang pencatat dengan tugas pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan. b. Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah yakni : Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan terlambat. c. Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama yakni: Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis, kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia, mesin, materi, pengukuran, metode, mesin, material, manusia - (4m), tempat (place), prosedur (procedure), manusia (people), kebijakan (policy) - (4p), lingkungan (surrounding), pemasok (supplier), sistem (system), keterampilan (skill) - (4s). Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa

22

menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasangagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak. d. Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran yakni : Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan curah pendapat, saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. misalnya di kategori mesin.), sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang" kecil keluar dari garis horizontal utama, suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem). e. Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama yakni: Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab-sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkinkan pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah. f. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin yakni: Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin, kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , "mengapa ini sebabnya ?", pertanyaan "mengapa ?" akan membantu anda sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi, tanyakan "mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi.

23

E. KONSEP PERHITUNGAN BOR DAN LOS DAN PENETAPAN JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN 1. BOR (Bed Occupancy Ratio) BOR atau angka penggunaan tempat tidur adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005) Rumus penghitungan BOR yaitu: JUMLAH KLIEN BOR =

X 100%

JUMLAH TEMPAT TIDUR X PERIODE

2. LOS (Length of Stay) LOS adalah rata-rata lama rawat seorang klien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Rumus penghitungan LOS yaitu:

LOS =

Jumlah lama dirawat Jumlah klien keluar (hidup + mati)

3. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shiftnya. Berbagai cara perhtungan kebutuhan tenaga perawat diruang rawat inap yang dapat menjadi acuan, seperti: a. Formula Gillies

24

TenagaPerawat (TP) 

AxBx365 (365  C ) xjam ker ja / hari

Keterangan: A

: jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)

B

: Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)

C

: Jumlah hari libur 78 hari (libur hari minggu = 52 hari, cuti tahunan = 12 hari, libur Nasional = 14 hari)

365 hari

: Jumlah hari kerja setahun

6 jam

: Jam kerja perhari

b. Depkes RI 2005 Loss Day=

𝐣𝐦𝐥𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝟏 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧+𝐜𝐮𝐭𝐢+𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐣𝐦𝐥𝐡 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐞𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟

𝐱 𝐣𝐦𝐥𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐭

c. Douglas Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil keseluruhan

ditambah

sepertiga

(1/3).

Klasifikasi

derajat

ketergantungan pasien terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1 – 2 jam/24 jam, dengan criteria: a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. b) Makan dan minum dilakukan sendiri c) Ambulasi dengan pengawasan. d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift. e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil. f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

25

2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria : a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu. b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali. d) Folley catheter/intake output dicatat. e) Klien

dengan

pemasangan

infus,

persiapan

pengobatan

memerlukan prosedur. 3) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5–6 jam/ 24 jam dengan kriteria: a) Segalanya diberikan/ dibantu. b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam. c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena. d) Pemakaian suction. e) Gelisah/ disorientasi (Nursalam, 2011) Tabel 2.2 Kebutuhan Perawat Berdasarkan Klasifikasi Pasien Klasifikasi Pasien Jumlah Pasien

Perawatan Minimal

Perawatan Parsial

Perawatan Total

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam 1

0,17 0,14

0,10

0,27 0,15

0,07

0,36 0,30

0,20

2

0,34 0,28

0,20

0,54 0,30

0,14

0,72 0,60

0,40

3

0,51 0,42

0,30

0,81 0,45

0,21

1,08 0,90

0,60

dst

F. ORIENTASI PASIEN BARU 1. Definisi Orientasi Paien Baru Orientasi pasien baru merupakan pengenalan dan adaptasi terhadap situasi atau lingkungan. Pengenalan atau orientasi perlu diprogramkan karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat seseorang memasuki

26

lingkungan yang baru, antara lain berupa kecemasan apakah ia diterima dalam lingkungan yang baru dan harapan yang tidak realistis karena tidak memiliki gambaran atau informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan yang baru, oleh karena itu diperlukan proses sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit (Wilis, 2009).

Penerimaan pasien baru merupakan suatu cara dalam menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Pada saat penerimaan pasien baru disampaikan hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan (Nursalam, 2011). Prosedur penerimaan pasien adalah pelayanan pertama yang diberikan oleh rumah sakit dan merupakan pengalaman yang selalu diingat oleh pasien (past experience) yang akan menjadi salah satu penentu persepsi pasien terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut (Supranto, 2006). Oleh karena itu, kontak pertama antara perawat dan pasien menjadi catatan yang sangat penting bagi pasien dalam memberikan penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

2. Tujuan Orientasi terhadap pasien baru bertujuan untuk (Chan RJ, 2012): a.

Membina hubungan saling percaya

antara

perawat

dengan

pasien/keluarga b.

Pasien dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit.

c.

Pasien dan keluarga memahami tentang semua fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya

d.

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga terkait kondisi klien.

3. Aspek-Aspek Beberapa hal yang perlu diorientasikan kepada pasien baru, antara lain sebagai berikut :

27

a.

Denah gedung dan ruangan Perawat menjelaskan beberapa hal terkait denah gedung dan ruangan meliputi pintu keluar dan pintu darurat, pintu depan, ruang jaga perawat, ruang tindakan, kamar tidur, kamar mandi, tempat tidur, tempat pakaian di ruangan, tempat pengunjung, dapur, depo farmasi, tempat ibadah, kantin, taman, tempat berjemur, tempat parkir dan tempat merokok (Nursalam, 2011)

b.

Ruangan dan fasilitas Pemberian informasi tentang ruangan dan fasilitas yaitu perawat menjelaskan tentang ruangan tempat pasien menjalani perawatan serta semua fasilitas yang ada di ruangan tersebut. Hal-hal yang harus dijelaskan tentang ruangan antara lain nama ruangan, nomor kamar, dan nomor tempat tidur. Sedangkan pemberian informasi tentang fasilitas ruangan yaitu menunjukkan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada di ruangan serta mempraktikkan cara penggunaan fasilitas tersebut. Beberapa fasilitas yang biasanya ada dirumah sakit antara lain tempat tidur, bel, tempat menyimpanan barang pribadi, kamar mandi, telefon atau internet, dan lain-lain sesuai dengan fasilitas yang ada di ruangan (Potter, 2012)

c.

Kebijakan rumah sakit Pemberian informasi mengenai kebijakan rumah sakit yang diberikan kepada pasien atau keluarga yaitu penggunaan gelang identitas, larangan merokok, waktu kunjungan pasien, larangan pengunjung anak-anak, waktu pergantian shift, tata cara pembayaran jasa rumah sakit, sistem sentralisasi obat, barang-barang yang wajib dibawa dan barang-barang yang dilarang untuk dibawa selama menjalani perawatan di rumah sakit (Northwestern Memorial Hospital, 2010)

d.

Pengenalan tenaga kesehatan dan staf Pengenalan tenaga kesehatan yang akan memberikan perawatan dan staf yang akan membantu memenuhi kebutuhan pasien selama di rumah sakit sangat perlu dilakukan. Tenaga kesehatan dan staf yang

28

dikenalkan antara lain dokter yang merawat dan waktu visite, tim perawat yang beranggung jawab atas pasien, ahli gizi, psychologist, therapists, manager ruang perawatan, petugas administrasi, petugas kebersihan, dan lain-lain (Nursalam, 2011).

e.

Hak dan Kewajiban pasien Hak pasien dan keluarga sesuai UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu: 1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. 2) Pasien berhak informasi tentang hak dan kewajiban pasien. 3) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi. 4) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. 5) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. 6) Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan. 7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit. 8) Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik didalam atau diluar Rumah Sakit. 9) Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasisaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 10) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraab biaya pengobatan.

29

11) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya. 12) Pasien berhak didampingi oleh keluarganya dalam keadaan kritis. 13) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. 14) Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit. 15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap dirinya. 16) Pasien berhak menolak perlayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya 17) Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana. 18) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektrolit sesuai dengan ketentuan. Kewajiban pasien sesuai Permenkes No. 69 Tahun 2014 yaitu: 1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit 2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab. 3) Menghornati hak – hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit 4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya 5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya 6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesui ketentuan peraturan perundang – undangan.

30

7) Menerima segala konsekuensinya atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan / atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rengka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya, dan 8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. 4. Cara – cara menyampaikan orientasi pada pasien a. Menghargai dan menghormati pasien Seperti yang berlaku dimasyarakat umum bahwa sopan santun merupakan suatu bentuk penghargaan/penghormatan kepada orang lain dalam hal ini adalah pasien dan keluarganya. Dengan berperilaku santun pasien akan merasa dihormati dan dihargai sebagai manusia yang merupakan kepuasan tersendiri bagi pasien. Hal ini sebagai modal utama dan permulaan yang baik dalam hubungan pelayanan selanjutnya. Kesopanan dapat ditunjukkan dengan tindak-tanduk, tegur sapa dan tutur kata perawat dalam menyampaikan informasi kepada pasien. Pasien akan merasa puas bila ditegur terlebih dahulu dengan dengan menanyakan keluhan, kepentingan kemudian diberi petunjuk apa yang harus pasien lakukan b. Informasi disampaikan dengan wajar dan ramah Keramah-tamahaan sebenarnya hanya ada dalam layanan lisan, baik berhadapaan maupun melalui hubungan telephone. Perwujudan keramah-tamahan dapat ditandai dengan : cara berbicara wajar tidak dibuat-buat, cukup jelas, tidak menimbulkan keraguan, disampaikan dengan hati yang tulus dan terbuka dengan gaya bahasa yang sopan. Apabila layanan lisan dapat dilakukan seperti pedoman-pedoman diatas, maka pasien akan merasa puas (Moenir, 2001). Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat sebaiknya memberikan perhatian penuh dan sungguh-sungguh, tanggap terhadap masalah pasien, tidak terburu-buru dan memberi kesempatan kepada pasien

31

untuk bertanya dan tetap menghormati kepercayaan diri dan sifat-sifat pasien.

c. Informasi disampaikan dengan benar dan jelas Cara

menyampaikan

informasi

kepada

pasien,

hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip berkomunikasi untuk menghindari penyampaian informasi yang menyimpang dan membingungkan bagi pasien dan keluarga. Perawat harus mengupayakan bahwa informasi yang disampaikan

tidak

salah/keliru

supaya

pasien/keluarga

mempunyai informasi yang benar untuk pertimbangan sebelum mengambil keputusan lebih jauh. Menurut Johnson (1989), informasi yang jelas dan diterima pasien dapat menurunkan stress yang dialami oleh pasien dan keluarganya. d. Informasi disampaikan dalam waktu yang tepat Menurut Moenir, (2001),informasi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan sangat didambakan oleh setiap orang yang sedang mempunyai masalah kesehatan . Penyampaian informasi yang tepat waktu mempunyai arti tersendiri bagi psikologis pasien, bila informasi disampaikan tidak tepat waktu/terlambat dapat mengurangi kepuasan pasien bahkan pasien bisa menjadi tidak percaya lagi terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah.

Related Documents

05. Bab Ii Individu.docx
December 2019 11
05-bab Ii
June 2020 4
Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48

More Documents from ""

06. Bab Iii Individu.docx
December 2019 4
05. Bab Ii Individu.docx
December 2019 11