2. Zina dan pengembalian makna kebebasan Zina merupakan permasalahan pelik , mengingat bahwasannya hubungan seksual adalah bentuk dari kekuasaan seseorang atas penggunaan tubuhnya secara total. Disini kita akan mendeskripsikan mengapa adanya larangan untuk melakukan perbuatan zina. Bahkan bukan hanya larangan melakukan perbuatan tersebut tetapi larangan untuk mendekati perbuatan zina. Perbuatan zina adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan tanpa paksaan dan atas kemauan para pelaku. Tetapi perbuatan ini dilarang karena dapat menimbulkan efek yang sangat buruk bagi diri pelaku zina maupun orang-orang terdekatnya. Didalam aturan islam zina adalah perbuatan seksual yang di lakukan tanpa adanya ikatan perkawinan. Walaupun secara islam membedakan hukuman yang diberikan terhadap pelaku zina yang sudah ada ikatan perkawinan tetapi pelaku zina yang belum mempunyai ikatan perkawinan tetap mendapatkan hukuman yang berat walaupun belum menikah dan melakukan perbuatan tersebut atas dasar kerelaan hati. Larangan-larangan ini di lakukan karena besarnya bahaya yang akan ditimbulkan dari perbuatan zina tersebut. Apabila perbuatan zina mengakibatkan kehamilan maka akan berdampak besar terhadap anak yang ada dalam kandungan tersebut. Walaupun nanti mereka menikah anak tersebut tidak akan mendapatkan nasab dari ayah biologisnya dan berdampak pada permasalahan wali dalam perkawinan dan pembagian harta warisan. Permasalahan yang timbul juga akan mengakibatkan psikologis anak terganggu , karena mungkin akan mendapatkan cercaan dari lingkungan sekitarnya dan akibat yang lebih besar lagi adalah apabila keduanya tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan yang mereka lakukan dapat menimbulkan tindakan aborsi maupun pembunuhan terhadap bayi tersebut setelah anak itu lahir.Perbuatan zina dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan keji lainnya yang jauh lebih membahayakan. Oleh sebab itu aturan-aturan yang dibuat adalah untuk mencegah terjadinya hal-hal demikian. Kegunaan dari aturan ini tentunya untuk kemaslahatan umat manusia baik secara individual maupun secara sosial masyarakat. Lalu dalam hal ini timbul pertanyaan selanjutnya , apakah aturan yang dibuat ini adalah sebagai upaya untuk membatasi kebebasan?. Disini kita perlu mengembalikan makna kebebasan itu sendiri kemakna yang sebenarnya. kebebasan sering salah diartikan sebagai kebebasan mutlak tanpa batas atau bebas melakukan apapun selama tidak merugikan orang lain. Pemikiran seperti ini yang menggap bahwa kita bebas melakukan sesuatu selama orang lain tidak dirugikan. Didalam aturan islam perbuatan tersebut dilarang bukan hanya karena perbuatan tersebut merugikan orang lain tetapi juga merugikan diri sendiri. Hal ini disebabkan apabila kita melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri secara tidak langsung kita juga merugikan banyak orang karena secara lahirian manusia adalah makhluk sosial yang mana setiap individu mempunyai peranan dalam tatanan masyarakat sosial tersebut. Aturan dibuat sebaiknya tidak kita pahami sebagai pembatasan dari kebebasan tetapi sebagai sarana pelindung kebebasan tersebut. Aturan-aturan yang dibuat mempunyai nilai-nilai yang bertujuan untuk melindungi setiap individu. Aturan tidak lagi membuat rasa cemas dan ketakutan tetapi aturan-aturan yang ada diharapkan dapat menimbulkan rasa aman dan terlindungi.
“Manusia yang bertindak bebas adalah manusia yang membebaskan dirinya dari jerat belenggu hawa nafsunya “