244342_tuna Laras.docx

  • Uploaded by: M. Zainul Arifin
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 244342_tuna Laras.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 827
  • Pages: 3
PENGERTIAN TUNA LARAS Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Definisi anak tuna laras atau emotionally handicapped atau behavioral disorder lebih terarah bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menujukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan temanteman dan guru-guru; bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.  Karakteristik Anak Tunalaras Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (1986), berdasarkan dimensi tingkah laku anak tunalaras adalah sebagai berikut. 1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan cirri-ciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk membangkang, menantang, merusak milik sendiri atau milik orang lain, kirang ajar, lancang, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, rebut, tidak bias diam, menolak arahan, cepat marah, menganggab entengg, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka bersoal jawab, tak sanggub berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah. 2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan cirri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka berahasia. 3. Anak yang kurang dewasa, dengan cirri-ciri, yaitu pelamun, kaku, berangan-angan, pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk,pembosan, dan kotor. 4. Anak yang agresif bersosialisasi, dengan cirri-ciri, yaitu mempunyai komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng, suka diluar rumah sampai larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah. Faktor-faktor Penyebab Tuna Laras 1. Faktor Internal a. Berkercerdasan rendah atau kurang dapat mengikuti tuntutan sekolah.

b. Adanya ganguan atau kerusakan pada otak (brain damage) c. Memiliki ganguan kejiwaan bawaan. 2. Faktor Eksternal a. Kemampuan sosial dan ekonomi rendah b. Adanya pengaruh negatif dari genk-genk atau kelompok. c. Kurangnya kasih sayang orang tua karena kehadirannya tidak diharapkan. d.Kondisi keluarga yang tidak harmonis (broken home) E. Layanan Pendidikan bagi Anak Tuna laras Sesuai dengan karakteristik anak tunalaras yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kebutuhan pendidikan anak tuna laras diharapkan dapat mengatasi problem/ permasalahan perilaku anak tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal berikut : 1. Berusaha mengatasi semua masalah perilaku anak dengan menyesuaikan kondisi dan proses belajar dengan karakteristik anak tuna laras tersebut 2. Berusaha mengembangkan kemampuan fisik anak serta mengembangkan bakat dan intelektualnya 3. Memberi bekal berupa keterampilan khusus yang bermanfaat 4. Memberi kesempatan pada anak agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan normanorma hidup di masyarakat dengan sebaik-baiknya 5. Memberi rasa aman agar mereka tidak merasa dikucilkan dan mampu mengembangkan rasa percaya diri 6. Memberikan penghargaan pada mereka agar moral mereka terangkat sehingga mereka merasa diterima oleh lingkungan 1. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus. 2. Kelas khusus Apabila anak tuna laras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang cakap membimbing anak. 3. Sekolah Luar Biasa bagian Tuna laras tanpa asrama Bagi Anak Tuna laras yang perlu dipisah belajarnya dengan kata kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya. 4. Sekolah dengan asrama

Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan. Yang menjadi sasaran pokok dalam pengembangan selanjutnya adalah usaha pemerataan dan perluasan kesempatan belajar dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar. Biasanya anak tuna laras itu segera saja dikeluarkan dari sekolah karena dianggap membahayakan. Dengan usaha pengembangan sekolah bagi anak tuna laras ini berarti kita memberi wadah seluas-luasnya atau tempat mereka memperoleh perbaikan bagi kepribadiannya. Dengan adanya sekolah bagi anak tuna laras berarti membantu para orangtua anak yang sudah kewalahan mendidik puteranya, membantu para guru yang selalu diganggu apabila sedang mengajar dan mengamankan kawan-kawannya terhadap gangguan anak nakal. Pengembangan pendidikan bagi anak tuna laras sebaiknya paralel atau dikaitkan dengan mengintensifkan usaha Bimbingan Penyuluhan di sekolah reguler. Sehingga apabila anak itu tidak mengalami perbaikan dari usaha bimbingan dan penyuluhan dari kelas khusus maka mereka dapat dikirim ke Sekolah Luar Biasa bagian Tuna laras.

More Documents from "M. Zainul Arifin"