Yanto Skripsi Bab Iii

  • Uploaded by: Patrick R
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Yanto Skripsi Bab Iii as PDF for free.

More details

  • Words: 6,005
  • Pages: 44
BAB III TINJAUAN TEORITIS HOTEL BINTANG 4 3.1

Tinjauan Teoritis Hotel Resort Bintang 4. .1.13Pengertian Defenisi Hotel.1 Hotel merupakan suatu bentuk akomodasi yang di kelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk •

memperoleh pelayanan penginapan, berikut makanan dan minuman.



Hotel adalah suatu tempat menginap bagi orang yang melakukan perjalanan dengan segala fasilitas yang memadai, persyaratan kesehatan, kepuasaan, ketenangan dan sebagainya.

Pengertian diatas menunjukan bahwa : •

Hotel adalah suatu usaha komersial yang melakukan aktivitas dibidang jasa pelayanan.

• •

Hotel harus terbuka untuk umum atau bersifat publik. Hotel harus memiliki minimum tiga fasilitas, yaitu : akomodasi, makanan dan minuman, sarana rekreasi, pemandangan alam untuk memperoleh kepuasaan.



Hotel harus memiliki suatu sistem pelayanan yang di kelola secara profesional.

3.1.2 Fungsi Hotel2 Hotel memiliki fungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu, sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya. Hotel sebagai suatu wadah akomodasi komersial, tidak hanya berfungsi sebagai tempat menginap, beristirahat, makan dan minum tetapi juga berfungsi sebagai tempat melangsungkan

1

Berdasarkan SK menteri perhubungan no. PM 10/301/phb 77, tanggal 22 desember 1977, tentang

peraturanusaha klasifikasi hotel 2

Pendit, Nyoman P.,Pengantar ilmu pariwisata, pradnya paramita, Jakarta, 1998

pernikahan, konferensi, pertemuan dan lain–lain. Perbedaan fasilitas hotel disesuaikan perkembangan kebutuhan para tamu. 3.2.3

Klasifikasi Hotel Klasifikasi hotel dengan tanda bintang sebagaimana telah ditetapkan di indonesia berdasarkan surat keputusan menteri Pariwisata, Pos dan Komunikasi No. KM 37/PW 305/MPPT-90 adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam berbagai kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti jumlah kamar, fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan peralatan. Hotel yang memenuhi syarat penilaian akan dinyatakan sebagai hotel bintang sedangkan yang tidak memenuhi setiap syarat penilaian tersebut akan dinyatakan sebagai hotel melati. Hotel bintang yang diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu: a. Kelas bintang I

(*)

b. Kelas bintang II

(**)

c. Kelas bintang III

(***)

d. Kelas bintang IV

(****)

e. Kelas bintang V

(*****) Tabel 3.1 Perbedaan Fasilitas Hotel Berbintang

Fasilitas

Hotel

Hotel

Hotel

Hotel

Hotel

Bintang V

Bintang

Bintang III

Bintang II

Bintang I

Kamar

Minimal

IV Minimal

Minimal

Minimal

Minimal

tidur

100 kamar

50 kamar

30 kamar

20 kamar

10 kamar

Perlu

Perlu

4

kamar 3

kamar 2

kamar

Ruang

suite Wajib

suite Wajib

suite Perlu

makan

minimal 2

minimal 2 minimal 1

minimal 1

minimal 1

Wajib

Wajib

Wajib

minimal 1 -

minimal 1 -

(restaurat) Bar

dan Wajib

coffe shop Function

minimal 1 Wajib

Wajib

minimal 1 minimal 1 Wajib Wajib

room

minimal 1

minimal 1 minimal 1

Wajib

Wajib

Wajib

prefunction

prefuncti

prefunctio

Rekreasi

room Wajib

on room Wajib

n room Wajib

&

perlu +

olah raga

jenis

jenis

+ 2 jenis Dianjurkan

fasilitas lain

fasilitas

fasilitas

Ruang

Wajib

lain Perlu

lain Perlu

yang

minimal 3

minimal 3 minimal 3

-

-

Dianjurkan Dianjurkan

2 perlu + 2 dianjurkan

-

Perlu

Perlu

minimal 1

minimal 1

disewakan Lounge Wajib Wajib Wajib Taman Wajib Perlu Perlu Perlu Perlu Sumber : Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi 3.1.4. Klasifikasi hotel bintang 43 Klasifikasi hotel adalah suatu sistem pengelompokan hotel kedalam berbagai kelas atau tingkatan berdasarkan ukuran penilaian tertentu, seperti jumlah

kamar,

fasilitas yang tersedia, mutu pelayanan, perlengkapan dan peralatan. Ruang-ruang yang harus ada pada hotel kelas bintang 4, sebagai berikut: •

Kamar tidur minimal 50 kamar



Ruang makan (restaurant) perlu, minimal 2.



Bar & coffee shop wajib, minimal 1.



Rekreasi & olah raga, dianjurkan + 2 fasilitas lain



Ruang yang disewakan, perlu minimal 3



Function room / ruang serba guna , wajib 1



Lounge , wajib



Taman, perlu

3.1.5 Pengelompokan Hotel.4 Hotel dapat dibagi menjadi berbagai kelompok menurut berbagai kriteria 3

Kanwil Departemen PARPOSTEL, Provinsi DIY

4

Foster, Dennis L Dan Yoeti, Oka A., Hotel, Motels and Resort, PT. Pertja, Jakarta, 1997.

antara lain . a. Pengelompokan hotel menurut harga jual. 1. European plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar. 2. American plan hotel, yaitu hotel dengan harga jual hanya untuk kamar dengan 1, 2, 3 kali makan. 3. De-luxe hotel, yaitu hotel dengan harga jual paling mahal. 4. First class hotel, yaitu hotel dengan harga jual menengah. 5. Economy hotel, yaitu hotel dengan harga jual terendah. b. Pengelompokan hotel menurut jumlah kamar. 1. Large Hotel, yaitu hotel yang memiliki 300 kamar tidur tamu atau lebih.

Gambar 3.1 Large Hotel Sumber : Google.com

2. Medium hotel, yaitu hotel yang memiliki 26 sampai dengan 299.

Gambar 3.2 medium Hotel Sumber : Google.com

3. Small hotel, yaitu hotel yang memiliki kurang dari 25 kamar tidur tamu. c. Pengelompokan hotel menurut jenis tamu hotel. 1. Family hotel, yaitu hotel untuk keluarga. 2. Business hotel, yaitu hotel untuk pengusaha.

3. Tourist hotel, yaitu hotel untuk wisatawan. 4. Transit hotel, yaitu hotel untuk tamu yang transit / menginap 5. sementara waktu. 6. Cure hotel, yaitu hotel untuk tamu yang akan berobat. d. Pengelompokan hotel menurut lama tinggal tamu. 1. Transit hotel, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu rata – rata Semalaman. 2. Residential hotel, yaitu hotel dengan tamu cukup lama. 3. Semi residential, yaitu hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari 1 hari tetapi tetap dalam jangka waktu yang pendek. e. Pengelompokan hotel menurut lokasi hotel. 1. City hotel, yaitu hotel yang terletak di kota besar dan biasanya diperuntukkan bagi tamu – tamu yang beristirahat sementara ( dalam jangka pendek ). Hotel jenis ini biasanya dihuni oleh para usahawan yang sedang melakukan kegiatan bisnis.

Gambar 3.3 City Hotel Sumber Google. Com

2. Urban hotel, yaitu hotel yang terletak didekat kota yang cukup jauh dari keramaian hiruk pikuk dan polusi udara kota tetapi mudah mencapai tempat kegiatan usaha. Hotel ini biasanya diperuntukkan bagi keluarga.

Gambar 3.4 Urban Hotel Sumber Google. Com

3. Resort hotel, yaitu hotel yang terletak di daerah peristirahatan atau daerah wisata.

Gambar 3.5 Resort Hotel Sumber Google. Com

4. Airport hotel, yaitu hotel yang terletak di area bandar udara yang biasanya dipergunakan oleh penumpang yang transit dan melakukan perjalanan. f. Pengelompokan hotel menurut aktifitas tamu hotel. 1. Sport hotel, yaitu hotel yang merupakan bagian dari suatu kompleks pertandingan atau latihan olah raga.

Gambar 3.6 Sport Hotel Sumber Google. com

2. Ski hotel, yaitu hotel yang khusus di peruntukkan bagi tamu yang bermain ski

Gambar 3.7 Sky Hotel Sumber Google. com

3. Convention hotel, yaitu hotel yang merupakan bangunan dari kompleks konvensional.

Gambar 3.8 Convention hotel Sumber Google. com

4. Recreation hotel, yaitu hotel bagi tamu yang melakukan kegiatan rekreasi atau berwisata. 3.1.6Aspek Fisik pada Hotel Aspek fisik yang dapat dijadikan pedoman dalam merancang hotel adalah jenis kegiatan yang terjadi pada hotel: a. Kegiatan Menginap Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pasti dilakukan pada tamu hotel yang meliputi tidur, makan,minum serta hajat. b. Kegiatan makan dan minum Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tamu menginap maupun yang tidak menginap yang meliputi restaurant, bar, dan coffee shop c. Kegiatan Rekreasi dan Rileks Berupa kegiatan rekreasi aktif dan kegiatan rekreasi pasif, kegiatan ini dapat dilakukan oleh tamu hotel yang menginap maupun tamu yang tidak menginap serta tamu membersip khusus. Kegiatan rekerasi dan rileks dapat dilakukan didalam lingkungan hotel dan diluar lingkungan hotel. d. Kegiatan khusus Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diadakan oleh seseorang atau badan yang mempergunakan fasilitas hotel sebagai aktivitas seperti

seminar, rapat, bisnis, office, travel dan shopping arcade dan lain sebagainya e. Kegiatan Pengelola dan Karyawan Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kelangsungan kegitan hotel dengan melibatkan seluluh pengelolah dan karyawan hotel f. Kegiatan Pelayanan Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tamu hotel misal makan, minum. Cuci pakaian dan sebagainya g. Kegiatan pengunjung hotel Kegiatan dilakukan oleh pengusaha lain diluar hotel, seperti agen perjalanan, bank, souvenir dan sebagianya.

3.1.7Unsur-Unsur Pewadahan Dalam Hotel Unsur-unsur pewadahan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Unsur-unsur tersebut adalah:5 1. Lokasi dan Lingkungan Lokasi hotel mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi, langsung ke area hotel. Hotel terletak di pinggir jalan raya dan jalan besar ke luar kota yang dekat dari kota-kota besar, tujuan-tujuan wisata, dan daerahdaerah wisata sehingga penyediaan prasarana (air, listrik, gas, bahan makanan yang segar, binatu) menguntungkan. Hotel harus terhindar dari pencemaran yang berasal dari : a. Udara lembab, pengap, dan bau yang tidak enak. b. Suara bising, debu dan asap c. Serangga dan binatang. 2. Sirkulasi 5

Dawid Yuliadi, City Hotel Bintang Empat Di Pusat Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Skripsi FTA-UKDW, 2004), hal 25-32 (Berdasarkan Kutipan dari Direktorat Jendral Pariwisata Tentang Penyempurnaan Kriteria Klasifikasi Hotel, Jakarta 1994)

Hotel harus memiliki jalur sirkulasi yang jelas supaya mempermudah pengunjung/tamu-tamu hotel yang datang ke hotel tersebut. Dalam setiap hotel,

harus

dapat

pisahkan

jalan

antara

tamu

hotel/pengunjung,

pegawai/karyawan dan jalan untuk barang. Tujuan sirkulasi dalam hotel adalah: a. Mempermudah pengawasan dan pengontrolan keamanan b. Menciptakan keteraturan c. Menciptakan pelayanan yang efisien d. Peningkatan kepuasan pelanggan. Pembedaan sirkulasi untuk tamu hotel dan pengelola: a. Sirkulasi untuk tamu hendaknya jelas dan mudah dicapai sehingga tidak membingungkan pengunjung. b. Sirkulasi untuk pengunjung dan pegawai/karyawan harus melewati setiap bangunan hotel yang digunakan untuk umum. Crossing antara pengunjung dan pegawai/karyawan harus dihindari. 3. Taman Hotel harus memiliki taman baik di dalam maupun di luar bangunan. Luas taman adalah, 40% ruang terbuka dan 60% diantaranya ditanami dengan tanaman hidup. 4. Tempat Parkir Tersedia tempat parkir untuk kendaraan tamu hotel dengan kapasitas satu tempat parkir untuk setiap enam kamar hotel, pos jaga atau ruang tunggu dengan tempat duduk serta tidak becek.

Gambar 3.9 : Lay out tempat parkir Sumber : data arsitek

5. Sarana Olah raga Hotel menyediakan sarana olah raga untuk dewasa dan anak-anak, dilengkapi dengan pengamanan, locker, toilet, tempat bilas air dan penjaga keselamatan. Hotel menyediakan dua sarana olah raga dan rekreasi yang merupakan pilihan seperti fitness centre, sauna, game room, billiard, bowling dan tennis. 6. Peralatan Teknis Bangunan Pengaturan ruang hotel ditata dengan baik sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan dan arus barang atau produk hotel. Peralatan terdiri dari: a.

Elevator atau Lift -

setiap bangunan empat lantai atau lebih (dihitung dari lantai dasar) harus dilengkapi dengan elevator atau lift

-

Lift tamu harus dipisahkan dengan lift pelayanan dan lift barang

-

Kapasitas setiap lift minimal 10 orang atau beban 750 kg yang dapat berfungsi untuk melayani penyandang cacat yang memakai kursi roda

-

Memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan Depnaker.

Gambar 3.10: Lay out Lift Sumber : data arsitek

b.

Utilitas -

Air yang tersedia memenuhi persyaratan kesehatan minimal 750 liter/kamar/hari. Juga tersedia pula instalasi air panas

-

Pemasangan listrik yang memenuhi persyaratan pemerintah, tersedia pembangkit tenaga listrik cadangan engan kapasitas 50 % dari kapasitas listrik dari PLN

-

Menggunakan pengkodisian udara (AC) untuk tiap ruang dengan sistem AC sentral atau AC unit serta mempunyai ventilasi yang baik.

c.

Tersedia ruang mekanik dan workshop.

Komunikasi -

Tersedia telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional

-

Tersedia telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon adalah sesuai dengan jumlah kamar

-

Tersedia PABX, Sentral video/TV, sentral radio, musik penggiring, sentral paging sistem termasuk carcall.

d.

Pencegahan Bahaya Kebakaran Tersedia alat deteksi dini di setiap ruangan, alat pencegah kebakaran di kamar tamu, pintu, tangga darurat, dan lain sebagainya

e.

Keamanan Tersedia ruang jaga di setiap pintu keluar dan masuk

f.

Pembuangan Limbah Tersedia tempat pembuangan limbah yang tidak menimbulkan bau yang tidak enak.

7. Entrance a.

Entrance utama harus jelas di tampilkan, mudah ditemukan dan diidentifikasi, menyajikan pandangan yang baik dari sisi dalamnya dan mengarah langsung ke penerima tamu (resepsionis)

b.

Kanopi pada entrance merupakan ruang tunggu yang terlindung dari panas dan hujan

c.

Penerangan digunakan untuk menonjolkan entrance memperlihatkan interior, serta untuk memberikan efek keselamatan dan pengaman yang baik

d.

Entrance harus pas dengan skala dan karakter dari bangunan.

e.

Entrance untuk staf pelayan, pengirim barang dan tamu harus dipisahkan, namun masih dalam pengawasan dan jaminan keamanan.

8. Lobby atau Hall a.

Hotel harus mempunyai lobby dengan luas minimal 1 m² untuk 5 kamar

b.

Lobby mewadahi sirkulasi umum, ruang tunggu, mengarah pada penerima tamu, kasir, informasi dan meja-meja membentuk kantor depan

c.

Tata udara diatur dengan atau tanpa alat pengatur udara serta intensitas penerangan minimal 1.150 lux

d.

Tersedia telepon umum dan Lounge

e.

Tersedia toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita.

9. Kamar Tidur atau Kamar Tamu a.

Untuk hotel bintang 4, Jumlah kamar standar minimal 50 kamar dengan luas minimal 24 m² dan 3 kamar suite dengan luas minimal 48 m² serta setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi dalam, ketinggian minimal untuk tiap kamar adalah 2,6 m. Selain kamar standar dan suite, terdapat pula kamar untuk penyandang cacat dengan jumlah 1% dari seluruh jumlah kamar, serta terdapat kamar bebas rokok.

b.

Interior kamar tidur atau kamar tamu mencerminkan suasana indonesia, dengan tinggi minimal 2,6 m.

c.

Kamar tidur atau kamar tamu harus kedap suara dengan tingkat kebisingan 40db, komposisi karpet dari bahan yang tidak mudah terbakar dan memenuhi standar kesehatan

d.

Dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air

e.

Tersedia alat pengatur udara kamar tidur, ventilasi atau exhaust fan untuk kamar mandi .

Gambar 3.11: Kamar tidur dan tamu Sumber : data arsitek

10. Ruang Makan atau Restaurant Indonesia dan Inggris a.

Tersedia dua ruang makan, yaitu restaurant dan coffe shop

b.

Unsur dekorasi harus terdapat dalam restaurant, jumlah tempat duduk sebanding dengan luas restaurant dengan ketentuan 1,2 m²/tempat duduk

c.

Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)

d.

Letak restaurant berhubungan dengan dapur utama maupun dapur tambahan dan dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita

e.

Restaurant tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur 24ºC dan kelembapan relatif 60%

Gambar 3.12 : restaurant Sumber : Data arsitek

11. Bar a.

Tersedia satu bar yang terpisah dari restaurant

b.

Unsur dekorasi harus terdapat di dalam bar, jumlah tempat duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m²/tempat duduk

c.

Tinggi plafon tidak boleh rendah dari tinggi kamar tamu (2,6 m)

d.

Bar yang letaknya tidak berdekatan dengan lobby harus dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita

e.

Bar tertutup yang dilengkapi AC atau ventilasi dengan temperatur 24ºC dan kelembapan relatif 60%

f.

Terdapat ruang untuk bar tender dengan lebar minimal 1 m.

Gambar 3.13: Bar Sumber : Data arsitek

12.

Function Room / Ruang pertemuan a. Hotel menyediakan function room minimal 1 buah dengan pintu masuk yang terpisah dari lobby sehingga tidak menggangu arus keluar-masuk tamu b. Function Room yang letaknya tidak terletak satu lantai dengan lobby harus dilengkapi dengan toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita c. Tersedia prefunction room, ada juga gudang peralatan yang letaknya berdekatan dengan function room. 13. Koridor dan Tangga

a.

Lebar minimal koridor dan tangga adalah 1,8 m dengan ambang kebisingan adalah 40 db, tersedia stop kontak untuk setiap 12 m

b.

Akses yang jelas terhadap koridor, tangga dan tangga darurat. Tangga darurat harus terpisah supaya pembagian pengguna tangga terbagi secara merata.

Gambar 3.14: Koridor dan tangga Sumber : data arsitek

14. Ruang yang Disewakan Hotel menyediakan ruang yang disewakan untuk keperluan lain diluar kegiatan utama hotel minimal 3 ruang. Ruang tersebut adalah drugstore, travel agent, souvenir shop, money changer, airline agent, butik, salon dan perkantoran. 15. Poliklinik Tersedia poliklinik yang memenuhi persyaratan dinas kesehatan dan para medis 16. Dapur Tersedia satu dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40% dari luas restaurant. Ruang yang diperlukan terdiri dari ruang administrasi, ruang penyimpanan bahan, ruang penyimpanan peralatan, ruang persiapan dan pengolahan, ruang pencucian dan ruang penyimpanan gas LPG.

Gambar 3.15 : Lay out dapur hotel Sumber : data arsitek

17. Ruang Administrasi dan Kantor depan hotel 18. Tersedia tempat penerimaan tamu, kasir, ruang penitipan barang berharga, ruang pimpinan Kantor depan hotel dan ruang operator telepon. 19. Uniform Room Tersedia ruang dengan rak penyimpanan pakaian. 20. Ruang Linen Tersedia ruang linen dengan luas minimal 50 m². 21. Ruang Jahit 22. Room Boy Station Tersedia ruang palayan kamar tamu, minimal satu buah untuk tiap 15 kamar dan harus ada pada tiap lantai. 23. Area Lost Found Luas minimal 10 m² yang dilengkapi dengan rak atau almari terkunci. 24. Ruang Binatu dan Laundry Luas minimal 60 m² dengan berbagai perlengkapannya.

25. Gudang Gudang untuk bahan makanan dan minuman, gudang untuk peralatan, gudang untuk engineering dan gudang untuk barang-barang bekas. 26. Ruang Penerimaan Barang 27. Ruang Karyawan Ruang karyawan terdiri dari ruang loker, ruang makan karyawan, km/wc dan ruang ibadah. 3.1.8

Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang hotel diperoleh dari pendekatan kegiatan/aktivitas yang terjadi ketedidalam hotel. Kebutuhan ruang menurut kelompok kegiatan meliputi:6 -

-

Kelompok Kegiatan Umum a.

Front Office

b.

Lobby

c.

Rental room

d.

Public telephone

e.

Lounge

f.

Lavatory

g.

Area parkir

Kelompok Kegiatan Makan dan Minum a. Restaurant b. Bar c. Coffe Shop d. Dapur utama dan dapur tambahan

-

Kelompok Kegiatan Hiburan dan Rekreasi a. Kolam renang beserta penunjangnya b. Ruang billiard c. Fitness centre d. Lapangan tenis e. Taman bermain anak f. Sauna

6

Dawid Yuliadi, Op Cit., hal 23-25

-

Kelompok Kegiatan Tamu yang Menginap a. Ruang tidur dengan tipe: -

Standard room (single dan double bed)

-

Suite room

b. Kamar mandi dan WC -

Kelompok Kegiatan Tamu yang Tidak Menginap a. Ruang serbaguna b. Restaurant, coffe shop dan bar c. Lapangan tenis d. Ruang rapat dan pertemuan e. Kolam renang beserta penunjangnya f. Fitness centre

-

Kelompok Kegiatan Pengelola a. Ruang manager dan secretary b. Food and beverage service c. Ruang security, rapat dan arsip d. Ruang akuntan dan personalia e. Lavatory

-

Kelompok Kegiatan Pelayanan a. Housekeeping -

Linen room

-

Ruang laundry

b. Ruang karyawan -

Ruang karyawan, ruang istirahat, ruang ibadah dan locker

-

Lavatory untuk pria dan wanita

-

Dapur umum yang dilengkapi dengan gudang basah dan kering

c. Engineering office -

Maintenance atau pemeliharaan

-

Ruang kontrol

-

Room service

-

Ruang penerima barang

-

Garbage room

-

Gudang furniture and workshop

-

Room boy station

-

Ruang loading atau unloading

-

Poliklinik

-

Ruang mechanical dan electrical

-

Fuel storage atau penyimpanan bahan bakar

3.1.9 Lay Out Kamar Hotel Tabel3.2 Lay Out Kamar Hotel a.

Budget

double-double

f. Parlor

inn

b.

Typical

double-double

g. King room

c. Typical double-

d. Typical double-

double_electrical

double_finishes

/mechanical

plan

h. Luxury room

i. Reserved layout

e. King studio

j. Luxury king room

Sumber: Time Saver Standard for Building Type a. The mini Suite

b. The junior suite

c. Hospitality suites

Sumber: Time Saver Standard for Building Type

3.1.10 Sistem Utilitas Dalam Bangunan Hotel7 Penyaluran aliran listrik pada saat darurat dirasakan penting pengadaannya terutama pada saat ada kerusakan di sistem penyaluran utamanya. Mesin pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat menyalurkan kebutuhan untuk pencahayaan pintu darurat kebakaran dan tanda-tanda darurat lainnya, menerangi kira-kira 20% daerah umum, ruang pendingin dan lemari es, pompa saluran pemadam kebakaran, mesin-mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran, hubungan telepon, pompa air genangan dan air kotor. a. Sistem tanda bahaya kebakaran (alarm) Sistem bekerjanya dapat ditandai dengan pecah gelas kontak begitu berhubungan dengan panas suhu pendeteksi asap sehingga secara otomatis tanda bahayanya dapat terdengar keseluruh

bangunan.

a. Peralatan pengatur suhu ruang (AC) Umumnya dipakai sistem terpusat yang disalurkan ke masing-masing ruang. Sedapatnya diatur sendiri pemanfaatannya oleh tamu dikamar tidur masing-masing. Untuk tempat-tempat umum harus diatur menurut daerah pengawasannya, terutama untuk mengatasi waktu-waktu padat sehingga beban pemakaian tinggi dan penghematan pemakaian bila ditempat yang bersangkutan sedang tidak dipergunakan. Perlu kemudahan perawatan untuk semua unit pemakaian. b. Pengatur aliran udara kamar mandi Umumnya dengan menggunakan saluran buangan udara ke kipas penyedot diatas atap, saluran penyaring masing-masing kamar mandi dihubungkan

7

Chuck Y. Gee, Resort Development and Management (Michigan: Educational Institute, 1988)

kesaluran buangan utama yang ditempatkan pada kamar mandi sekaligus untuk mengurangi penyebaran bising yang berasal dari kipas penyedot. c. Sistem pencahayaan Sistem pencahayaan kamar-kamar tidur dirancang dengan meletakkan cukup satu sakelar utama dekat pintu masuk dan diatas ujung kepala tempat tidur. Dapat ditambahkan beberapa saklar disesuaikan dengan kebutuhannya menurut jenis hotel. Lampu neon yang dipasang dikamar mandi harus dari jenis yang mudah menyala. Tiap kamar tidur atau dibagian tempat tidur harus dilengkapi dengan saklar yang terlindung rapi. Pencahayaan pada lorong/selasar dilengkapi sakelar pengatur, sehingga tiap-tiap bagian dapat diatur pemakaiannya secara ekonomis. Pada ruangruang umum, sakelar-sakelar diletakkan pada tempat-tempat tertentu dan dirancang sekaligus untuk dapat memberikan kesan dekoratif. Tabel 3.3. Penerangan ruang pada hotel

Ruang / Area

Penerangan footcandle Lux

Auditoruim •

Ruang pertemuan

15

150



Ruang Pameran

30

300



Kegiatan sosial

5

50

30

300

10

100

30

300

30

300

10

100

Bar dan lounges Kamar mandi Kaca/ cermin Umum Kamar tidur •

Tempat baca



Tempat menulis



Umum

20

200



Koridor, lift, tangga

50

500

Kasir

Intimate type

10

100



Cahaya dari lingkungan

30

30



Subdued Environmet

20

200

10

100

30

30

30

300

150

150

50

500

Display makanan

30

300

Tempat menunggu

50

500

Kantor bagian depan

70

700

30

300

Cleaning service Ruang santai •

Cahaya lingkungan



Subdued Environmet

Quick Service •

Bright surroundings



Normal surroundings

Dapur Laundry •

Tempat mencuci

50

500



Tempat strika, menimbang, dll

70

700



Mesin dan pengeringan

100

1000



Fine hand iron 100

1000

20

200

10

100

30

300

150

1500

100

100

Ruang linen •

Ruang menjahit



umum

Lobby •

general lighting



Tempat membaca dan kerja

Kantor •

Kantor keuangan



Umum

100

100

Ruang pembangkit listrik

200

200



R. Boiler



Raung peralatan

Store interior •

Sirkulasi



R. Souvenir umum



lemari



Feature display



R. Stock

30

300

100

1000

200

2000

500

5000

30

300

1

100

Store room Sumber : Time sevar building standart

3.2 Tinjauan Teoritis Pencahayaan 3.2.1 Pengertian perancangan pencahayan •

Cahaya/ pencahayaan adalah suatu

energi yang terjadi dengan dua cara

yaitu pijar dan pendaran8 . •

Cahaya/ Pencahayaan adalah jumlah fluks berkilau menuju ke permukaan, per unit luas merupakan pengukuran keamatan cahaya tujuh yang dicerap9



Perancangan pencahayan juga berperan dalam menunjang fungsi ruang dan bangunan melalui pencahayaan alami (daylight) maupun pencahayaan buatan (artificial light). 10



Perancangan pencahayan memiliki peran penting dalam menciptakan kualitas visual, baik pada bangunan maupun lingkungan.11

3.2.2 Fungsi Perancangan Pencahayaan 12 •

General lighting merupakan fungsi dasar cahaya yaitu cahaya dituntut harus ada di seluruh ruang serta berfungsi sebagai penerangan utama, sifat penyinaran merata dan harus menerangi seluruh ruang.

8

Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya, 2006 www. Wikipedia .com 10 Manurung.P., Materi kuliah lighting design.2007 11 Manurung.P., Materi kuliah lighting design .2007 12 Istianwan,S, Kencana.I.P. Ruang Artistik dengan Pencahayaan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2006 9



Taks lighting adalah pencahayaan setempat dengan tujaun untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan cahaya yang lebih terang seperti membaca, memasak, dan pekerjaan lainnya.



Decorative lighting berfungsi menonjolkan nilai keindahan objek pada ruang atau desian dari ruang sendiri.

3.2.3 Jenis pencahayaan a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah penggunaan cahaya dari matahari sebagai pelengkap maupun pengganti lampu listrik. Pencahayaan alami merupakan suatu strategi yang sangat bermanfaat karena beberapa alasan, antara lain: 13

-

Pencahayaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengaturan udara dalam bangunan menghabiskan 30-40% total penggunaan energi pada bangunan komersial.

-

Pencahayaan alami berperan dalam pendekatan desain yang lebih memperhatikan kesinambungan lingkungan hidup, dengan menekan penggunaan dan kebutuhan pembangkit-pembangkit tenaga listrik dan polusi yang diakibatkannya.

-

Area yang diberi penerangan alami dapat meningkatkan kepuasan penghuni. Pada umumnya, cahaya alami yang memasuki bangunan agar dapat

digunakan untuk menerangi bagian dalam bangunan tergantung pada dua faktor penting, yaitu: 14 -

Desain bukaan bangunan (jendela, skylight, clerestories) dan mekanisme kontrol cahaya alami (shading devices, reflective glass, double façade, dan lain-lain).

13

Henry Feriadi, Guiding the Daylight (Singapore: An Individual Project on Total Building PerfomancePaper, 1998), hal 1 (Unpublished) 14 Ibid

-

Kondisi permukaan ruangan (warna, tekstur) dan bagian lain dari interior bangunan (blinds, gorden).

Pencahayaan dari lubang atap

Pencahayaan dari jendela atap Pencahayaan dari jendela atap Gambar 3.16.Desain Bukaan Pada Bangunan Sumber: Digambar Ulang menurut Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis

Intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebihan pada bangunan, kondisi ini mengakibatkan cahaya terlalu kuat sehingga mengakibatkan silau. Penghindaran yang diperlukan agar menghalangi sinar matahari langsung, antara lain penyediaan selasar di samping bangunan, pembuatan atap tritisan, pemberian sirip pada jendela atau pengadaan tanaman disekitar bangunan. Prinsip dari perlindungan

terhadap cahaya matahari langsung adalah penyaringan cahaya atau penciptaan bayangan.15

Pemberian sirip (sunscreen) pada jendela

Pengadaan tanaman disekitar bangunan

Pada lingkungan alam, pencahayaan selalu berasal dari atas (matahari pada siang hari), dari timur (fajar), atau dari barat (senja). Gambar 3.17.Perlindungan Terhadap Cahaya Matahari Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis

Merancang bukaan untuk cahaya juga perlu memperhatikan warna dan tekstur permukaan bidang yang terkena sinar matahari. Warna cerah lebih banyak mementulkan sinar daripada warna gelap. Warna putih akan memantulkan 70% - 80% sinar matahari, warna muda (biru muda, hijau 15

Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyanto, Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal32

muda, kuning muda, coklat muda) memantulkan 20% - 60%, warna gelap (hitam, abu-abu, coklat tua) memantulkan < 20%.16 Kebutuhan bukaan untuk cahaya alami pada satu ruang ± 9% dari total luas ruang. Nilai ini dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada bidang kerja per satuan luas/ m². Titovianto (Direktorat Energi Baru dan Terbarukan) menyatakan; setiap ruang mempunyai tingkat pencahayaan atau iluminasi yang standar yang dirasakan nyaman sesuai kebutuhan. Hal ni dapat ditunjukkan oleh daftar berikut: 17 Tabel 3.5 Tingkat Pencahayaan Rata-Rata Pada Ruang

Fungsi Ruang Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Kamar Tidur Kamar Mandi Dapur Garasi

Tingkat Pencahayaan / (lux) 60 120 – 250 120 – 250 120 – 250 l 120 – 250 250 250 60

Sumber: Serial Rumah : Rumah Hemat Energi

b. Pencahayaan buatan Pencayaan buatan merupakan pencahayaan yang memakai lampu. Sehiggan lampu memiliki prinsip kerja, warna, ambience. Berikut ini adalah jenis lampu anrtara lain : 1. Lampu Filamen Memproduksi cahaya dengan pemanasan filamen tungsten dalam ruang hampa atau terisi gas tertentu di dalam bohlam. Kelebihan menghasilkan gelombang cahaya yang lebar, pengaturannya mudah karena dayanya yang rendah, mudah dan murah Kekurangan tidak efisien dan menghasilkan panas.

16 17

Serial Rumah, Rumah Hemat Energi (Jakarta, 2006), hal 22 Ibid., hal 17

Gambar 3.18. Lampu Filamen Sumber : materi kuliah Lighting design

2. Lampu discharge Cahaya tercipta karena pergerakan elektron listrik di antara dua elektroda. Semua lampu discharge lebih efisien dari pada lampu pijar,sehingga sangat baik untuk floodlighting (lampu sorot ) dan kebutuhan berat lainnya. Jenis lampu discharge antara lain •

HID (high intensity discharge)

1. mercury, menghasilkan cahaya biru dan hijau pada spektrum cahayaseperti cahaya bulan. 2. metal halide; menciptakan warna putih yang paling seimbang di antara semua jenis HID, digunakan untuk pencahayaan tanaman dan bangunan; lebih efisien dibandingkan High Pressure Sodium ,

Gambar 3.19 Lampu HID Sumber : materi kuliah Lighting design



LPD (low presure discharge)

1. fluorescent; terdiri dari tabung yang berisi merkuri atau argon atau gas lainnya yang membantu perpindahan elektron di dalam tabung. Kelebihannya adalah mampu menghasilkan cahaya yang jernih, memiliki ukuran yang kecil pada tipe compact, dan menghasilkan cahaya yang banyak dengan energi sedikit. Sementara kelemahannya adalah memiliki bentuk yang panjang, menghasilkan cahaya yang terlalu besar, sulit dikontrol, mahal serta memiliki jarak terbatas. 2. cold katode dan neon; sama seperti fluporescent namun bekerja pada tegangan yang lebih tinggi dan digunakan pada lansekap, tanda (sign) dan dekorasi.

Gambar 3.20. Lampu LPD Sumber : materi kuliah Lighting design

3. Tipe Lampu Floodlight

Gambar 3.21 Lampu Flood light Sumber : materi kuliah Lighting design

4. Tipe Lampu Projector

Gambar 3.22. Lampu Projector 5. Tipe Lampu wallwasher Sumber : materi kuliah Lighting design

Gambar 3.23. Lampu Wallwasher Sumber : materi kuliah Lighting design

6. Tipe Lampu bollard

Gambar 3.24.Lampu bollard Sumber : materi kuliah Lighting design

7. Tipe Lampu Ground

Gambar 3.25. Lampu Ground Sumber : materi kuliah Lighting design

8. Tipe Lampu parscoop

Gambar 3.26. Lampu parscoop Sumber : materi kuliah Lighting design

3.2.4 Komposisi ada Arah cahaya18

18

Ibid Hal. 23

Peran komposisi adalah untuk mengoptimal kan penataan cahaya yang tepat anatar lain general lighting, taks lighting, dan decorative lighting. Kepekaan kreativitas dan rasa seni dibutuhkan untuk menciptakan komposisi yang baik Arah pencahayaan secara garis besar terbagi manjadi lima kategari yaitu down light, up light, side light, back light dan front light. Didalam suatu ruangan sumber cahaya berasal dari komposisi arah-arah cahaya. •

Down light ( arah cahaya ke bawah) Jenis lampu down light untuk pencahayaan merata terdiri dari beberapa vasriasi seperti lampu pijar, noen, dan compact floulorescen dengan sudut distribusi cahaya yang besar. Down light untuk decorative lighting diatur melalui pengaturan sudut jatuh cahaya.

Gambar 3.27. : Down Light Sumber :materi Kuliah lighting design



Up Light ( Arah cahaya ke atas ) Posisi sumber cahaya di hadapkan keatas sehingga arah cahaya beasal dari bawah ke atas. Up light di gunakan untuk general lighting

yaitu dengan memantulkan cahaya kelangit-langit sehingga penyebaran lebih lembut dan merata.

Gambar 3.28. up-Light Sumber ; materi Kuliah lighting design



Back light ( arah cahaya dari belakang) Arah pencahayaan berasal dari belakang objek bertujuan untuk memberikan aksentuasi pada objek seperti menimbulkan siluet.



Side Light ( arah cahaya dari samping) Fungsi arah pencahayaan dari samping in sama dengan jenis pencahayaan back light yaitu untuk memberikan kesan tertentu.

Gambar 3.29. side Light Sumber ; Ruang Artistik dengan pencahayaan



Front Light ( arah cahaya dari depan) Front light berarti sumber cahaya berada depan obyek dan biasanya diaplikasikan pada dua objek dua dimensi seperti lukisan atau foto.Cahaya fron light sebaiknya merata sehingga dapat membuat objek terlihat apa pun, dan bagian tertentu yang ingin ditonjolkan.

Gambar 3.30. Front Light Sumber ; materi Kuliah lighting design

3.2.5 Lighting Perception ( daya pengelihatan terhadap cahaya)19 Cahaya memiliki pengaruh yang sangat besar tehadap physiology

dan

pschycology manusia. 80% informasi yang diperoleh manusia adalah melalui indera penglihatan. Persepsi visual sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan masa lalu seseorang.Visual acuity merupakan kemampuan mata untuk membedakan detail-detail visual. Visual acuity sangat tergantung dari kualitas oragan mata, visual contrast, bacground luminance, observation time dan usia. 3.2.6 Kualitas dari iilumination20 •

Luminance Berpendar energi cahaya yang menghubungkandari berbagai variasi surface pada area visual yang memililki batas maksimum cahaya. Perbedaan antara energi cahaya yang jatuh langsung dan energi yang menyebar.



Pencahayaan langsung Pencahayaan langsung berasal dari matahari, Peneranganan pada langit-langit dan energi cahaya pada bangunan. Pada area yang besar mengunakan energi penyinaran yang sangat besar dan sudut pandang

yang luas.

Pengelihatan

pencahayaan langung pada bidang garis pengelihatan harus lebih dari 45o sedangkan arah jatuh bayangan pada bidang horizontal terhadap sudut pengelihatan mempunyai sudut perputaran 45o yang disarankan.

19 20

Steffy, Gary, “Architectural Lighting Design,” John Wiley & Sons, New yorkGambar , 2003 3.31 :sudut pengelihatan mata De chiara, Joseph and John Hancock Callender. Time Saver Standards For Sumber Building; Times Tipes. server 3rd ed.building New Standart

York: Mcgraw-Hill Publishing Company, 1990



Cahaya yang menyilaukan Cahaya yang terang dimanapun dalam kondisi visual yang terang dapat mempengaruhi jarak pengelihatan, hal ini merupakan katagori dari cahaya yang terang / menyilaukan. Secara langsung menghubungkan dengan sumber cahaya dan keadaan sektari dapat digolongkan cahaya langsung. Secara langsung mempertimbangkan visual taks dan lingkungan sekitar atau cahaya yang datang.

3.3.7 Hal-hal spesifik dari Perancangan pencahayaan •

Material21 Pada pencahayaan memilih bahan yang memantulkan kembali cahaya dengan

pemantulan kembali yang tersebar tidak sempurna dan tersebar sempurna serta terarah dan bahan tembus cahaya.material yang memantulkan menembus cahaya seperti: kaca susu, pelindung sutera, kaca lemabaran, kaca jendala. •

Prinsip-prinsip pencahayaan22

Ada 2 prinsip-prinsip pencahayaan yaitu prinsip-prinsip penghematan dan dan pencahayaan yang berkualitas. Prinsip pencahayaan yang harus diketahui untuk memperoleh pencahayaan yang hemat dan berkualitas. Pencahayaan yang berkualitas umumnya membutuhkan sinar yang menyebar. Cahaya lampu dapat menciptakan nuasa dan karakter ruang yang diinginkan. Efek juga dapat menimbulkan kesan ruang. •

Optimalisasi siang hari23

Optimalisasi cahaya alami pada ruang disiang hari merupakan cara yang ssangat efektif. Sinar matahari sudah sewajarnya adalah sinar yang dipakai untuk menerangi ruangan. •

Optimalisasi malam hari24

Penataan cahaya yang efektif dan efisien tentunya meliputi pencahayaan pada siang hari dan malam hari. Ruang-ruang dalam ruamh akan akan bertambah nyaman dan indah yamg memberikan cahaya buatan berupa lampu. Sinar juga 21

Neufert, Ernest. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terj. Tjahjadi, Ing S; Chaidir, Ferryanto, Jakarta : Erlangga, 2002

22

Ibid. hal 41 Istianwan,S. Kencana,I.P. Ruang artistik dengan pencahayaan. Jakarta: penebar Swadaya 2006 24 Ibid. hal 49 23

dapat membangkitan rasa nyaman dan memperindah interior ruangan dimalam hari. 3.2.7 Aplikasi Pencahayaan •

Interior25 Menurut standart dari I.E.S Pencahayaan pada interior bangunan meliputi dari bebberpa faktor dasar meliputi -

Aktivitas yang berbeda dari ruang dalam/ interior dan rancangan pencahayaan lebih dari satu memungkinkan pencahayaan pada mebel atau peralatan, susunan pada gedung.

-

Daya sinar matahari membutukan gabungan cahaya buatan dan cahaya alami

-

Penampilan warna dan membuat warna diperukan penyinaran dalam suatu bangunan secara optimal.

-

Mengendalikan cahaya yang menyilaukan dalam bangunan.

-

Dimensi dalam ruangan seperti panjang,lebar, tinggi

-

Jenis lampu yang dapat menampilkan warna dan membuat warna untuk aktivitas dalam interior

-

Effek pemanasan energi cahaya keluar tabung dari temperature dalam ruangan

-

Faktor pemantulan cahaya pada langit-langit dinding dan lantai, mencakup

perlengkapan, jendela, dan sekat yang dipasangi kaca.

25

Nuckolls,J.L, Interoir lighting for environmental designers second edition. New York: A Wiley interscience1983



Eksterior26

Gambar 3.32. Interior Bangunan Sumber : www. google.com

Ruang luar bangunan memberikan perasaaan yang menggamabarkan tentang latar belakang dan ruang depan. Pencahayaan ekterior memberikan fungsional yang dibutuhkan ruang luar seperti sikulasi luar, perlindungan orang dari luar bangunan serta cahaya mengambarkan node, tanda, display, enternce dan elemen lain luar ruangan.

26

Lam, William, “Perception and Lighting For Mgivers For Architecteure”, McGraw-Hill Book Company,

New York, 1983



Landscape

Gambar 3.33 : Eksterior bangunan Sumber :www. google.com

Gambar 3.34 : Landscape bangunan Sumber : google.com

3.3.Studi Banding Hotel dan pererancangan pencahayaan 3.3.1. Studi Banding Tentang Hotel Studi banding yang dilakukan dalam proyek ini adalah dengan melihat bangunan sejenis yang terdapat di tempat lain. Penulis mengambil contoh hotel Novotel. Hotel Novotel adalah hotel bintang 4 di Yogyakarta yang berlokasi di jantung kota Yogyakarta. Merupakan tempat terbaik untuk tinggal dan menjelajahi berbagai terdisi dan kebudayaan jawa. Ruang pertemuan yang dapat memampung 200-650 orang. Novotel memiliki fasilitas dan pelayanan yang mewah, serta restaurant yang berstandarkan internasional serta kemudahaan akses dari bandara Adisucipto dan Stasiun kereta api Tugu.

Gambar 3.35. Novotel Sumber :www. Yogyakartahotels.com/ novotel

3.3.2 Layanan dan fasilitas yang ada di hotel Novotel •



Fasilitas Kamar yang terdiri 200 kamar yaitu -

Superior room

-

Dulex room

-

Executive room

Fasilitas hotel dan pelayanan. -

Restaurant Kedaton dan Api kayu

-

Bar

-

Lobby

-

Kolam Renang

-

Salon kecantikan

-

Toko minuman

-

Rental sepeda

-

Biliyard

-

Tempat bermain anak

-

Ruang video game

-

Jacuzzi

-

Massage

-

Sauna dan mandi uap

-

Tenis meja

-

Golf driving range

-

Ruang pertemuaan

-

Penukaran uang

-

Jasa taksi

-

Laundry dan pengering

-

Dokter 24 jam

Gambar 3.36 : Restaurant kedaton Sumber : dokumen Pribadi

Gambar 3.38 : Ruang meeting Sumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.37 :Kamar tidur Sumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.39 : Ruang lobby Sumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.40 : Restauran Kayu Api Sumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

Gambar 3.41 : Kolam renang Sumber : www. Yogyakartahotels.com/ novotel

3.3.2 Studi tentang Perancangan Pencahayaan Sedangkan

pada perancangan pencahayaan penulis mengambil contoh

bangunan hotel Burj Al- Arab di Dubai. Hotel ini mengunakan struktur membrane fasade. Disamping itu hotel ini perancangan pencahayaan pada bagain eksterior hotel hotel ini lebih dominan dari bangunan yang disekitarnya sedangankan pada bagian interior lobby hotel percahayaan mengambil bidang elemen secara horizontal dan interior ruang lainya memberikan kesan yang visual terdapat pencahayaan.

Gambar 3.42.Eksterior Hotel Burj Al-Arab Sumber :Wikipedia.org

Gambar 3.43. Interior Hotel Burj Al-Arab Sumber :Wikipedia.org

3.4 Kesimpulan. •

Unsur- unsur pewadahan/ peruangan dalam hotel wajib memenuhi ketentuan yang berlaku seperti ukuran standar ruang-ruang yang ada dalam hotel dan sebagainya



Jenis pengelompokan ruang ada hotel dibedakan 2 yaitu front of the house (front

of

the

house

(Lobby,

ruang

perjamuan/ruang

menerima

tamu/resepsionis, ruang administrasi, kasir, kamar untuk tamu/kamar tidur, ruang pelayanan kamar hotel, elevator, restauran, bar and coffe shop, mail and keys, ruang sewa, ruang rekreasi dan olahraga) dan back of the house (laundry, housekeeping, persiapan makan, ruang mekanik, penerimaan dan penyimpanan). •

Aspek- aspek fisik hotel seperti kegiatan menginap, kegiatan makan dan minum, kegiatan rekreasi dan rileks, kegiatan khusus, kegiatan pegelolah dan karyawan dan sebagainya.



Perancangan pencahayaan harus memperhatikan hal- hal spesifik seperti material, prinsip- prinsip pencahayaan, pengotimalkan cahaya alami dan buatan.



Jenis pencahayaan buatan/ lampu seperti lampu pijar, lampu berpendar serta komposisi dan arah cahaya.



Perancangan pencahayaan mempertimbangkan kualitas dari cahaya, daya pengelihatan terhadap cahaya dan lingkungan sekitar.

ekterior, interior, landspace daari

Related Documents

Yanto Skripsi Bab Iii
April 2020 15
Yanto Skripsi Bab Iv
April 2020 23
Yanto Skripsi Bab V
April 2020 13
Skripsi-bab Iii
May 2020 24
Bab Iii Skripsi New
October 2019 19
Bab Iii Skripsi
December 2019 31

More Documents from "MUCHAMAD MUKHLIS"