Widal Dpc Pangandaran.docx

  • Uploaded by: asep wahyudin
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Widal Dpc Pangandaran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,266
  • Pages: 15
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI PEMERIKSAAN WIDAL PADA TEMU ILMIAH DPC PATELKI KABUPATEN PANGANDARAN

Diajukan Kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis c.q. Lembaga Peneltian dan Pengabdian Masyarakat

Oleh :

Ida Ratna,SKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH CIAMIS TAHUN 2014

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT 1.Diajukan Kepada

: Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis c.q. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

2.a.Judul

: Pendidikan Kesehatan mengenai Pemeriksaan Widal pada Temu Ilmiah DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran

b. Bidang ilmu

: Analis Kesehatan

c. Kategori

:Akademik

3.a. Ketua Pelaksana b. Anggota

: Ida Ratna, SKM : 1.Ristika (11DA277014) 2. Wiwin Yuniah ( 11DA277018)

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Jabatan Fungsional : e. Prodi

: DIII Analis Kesehatan

4. Lokasi Pengmas

: Aula RSUD Kabupaten Pangandaran

5. Lamanya Pengmas

: 1 Hari

6.Biaya

:Rp. 2.300.000,Ciamis, Februari 2014 Ketua

Ketua LPPM

H.Rudi Kurniawan,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Ida Rata,SKM Mengetahui , Wakil Ketua l

Ns.Rosmiati .,S.Kep.,M.Pd

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT , karena berkat rahmat hidayah dan karunia-nya kami dapat melaksanakan kegiatan PKM “pendidikan kesehatan mengenai pemeriksaan widal pada Temu Ilmiah DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran “,dalam kesempatan ijinkan kami mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung: 1. Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 2. Ketua Prodi DII Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. 3. Ketua Peneliti dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIKes Muhammadiyah Ciamis. 4. Dosen dan Mahasiswa yang telah membantu terlaksananya PKM ini . 5. Ketua DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran 6. Anggota PATELKI atas partisipasinya. Besar harapan kami Pengabdian Masyarakat ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi rekan rekan semua. Semoga ALLAH SWT membalas semua amaal baik dan melimpahkan hidayahnya pada kita semua.Amin Ya Robbal Alamin.

Ciamis,Februari 2014

Tim Pengabdian Masyarakat

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... II DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 2 C. Manfaat Kegiatan ................................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3 A. Konsep Dasar ........................................................................................................ 3 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................................................ 7 C. Kerangka Pemecahan Masalah .......................................................................... 7 BAB III HASIL KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ............. 8 A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dan Perseratan .................................................. 8 B. Tempat Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................... 8 C. Pelaksana .............................................................................................................. 8 D. Tahap-Tahap Pelaksanaan Kegiatan ................................................................. 8 E. Biaya ...................................................................................................................... 9 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 10 A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10 B. Saran ..................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak, sampai dewasa. Demam tifoid atau typhoid adalah penyakit yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja (Behrman RE, all 2000). Salmonellasp yang menginfeksi manusia diantaranya s.typhii, s.paratyphi A, s.paratyphi Kelompok ini termasuk agen yang menyebabkan demam tifoid dan paratifoid. Demam merupakan gejala keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam tifoid ini. Namun, pada anak menifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan sangat bervariasi sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa demam tifoid memiliki masa inkubasi yang paling panjang, menghasilkan suhu badan yang tertinggi, dan memiliki angkat mortalitas yang tertinggi. S.typhii dapat di isolasi dari darah dan kadang-kadang feses dan urine penderita yang menderita

demam

enterik.

Sindrom

paratyphoid

lebih

lemah

dibanding typhoid

(Karsinah,1994). Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Uji widal dapat dilakukan dengn metode tabung atau dengan metode peluncuran (slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat dibandingan dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik dibandingkan dengan uji widal peluncuran (Wardhani,2005)

B. Tujuan Kegiatan Memberikan informasi tentang pemeriksaan widal kepada anggota PATELKI di Kabupaten Pangandaran. C. Manfaat Kegiatan Meningkatkan pengetahuan dan wawasan Anggota PATELKI mengenai pemeriksaan widal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella thypii (S. Typhii). Bakteri ini termasuk pada genus bakteri enterobakteria gram negatif berbentuk batang dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. Morfologi Salmonella typhosa berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2-4 mikrometer x 0.5 – 0.8 mikrometer dan bergerak, pada biakan agar darah, koloninya besar bergaris tengah 2 sampai 3 milimeter, bulat, agak cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan hemolisis. Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41oC( suhu pertumbuhan optimum 37oC) dan Ph PERTUMBUHAN 6-8 .Salmonella sp.yang hanya menginfeksi manusia,diantaranya S.typhii,S.paratyphi A,S.Paratyphi C .Kelompok ini termasuk agen yang menyebabkan demam tifoid dan paratifoid,yang menjadi penyebab sebagian besar serangan salmonella.(Karsinah,1994) Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa antigenik seperti Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O dan antigen H,tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen ini dpat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan virulensi. Bgian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah antigen O ,yang terdiri dari satuan satuan lipopolisakarida yang berulang, sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk koloni yang seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak.Kedua antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al . , 1974) Antibodi (immunoglobin ) adalah sekelompok lipoproteinn dalam serum darah dan cairan jaringan pada mamalia. Antibodi memiliki lebih dari satu tempat pengkombinasian antigen .Kebanyakan antibodi makhluk hidup mempunyai 2 tempat pengkombinasian yang disebut bivalen . Beberapa antibodi bivalen dapat

membentuk

beraneka

antibodi

yang

mempunyai

lebih

dari

10

tempat

pengkombinasian antigen ( Volk Wheeler ,1984 ) Antigen adalah bahan yang asing untuk badan, terdapat dalam manusia atau organisme multiseluler lain yang dapat menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya dan dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi dengan khas . Sifat antigenik dapat ditentukan oleh beberapa jenis antigen ,yaitu antigen O (Somatik ) ,H (Flagella) ,K (Kapsul) dan Vi (Virulen) (Volk Wheeler,1984)

1) Antigen O Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida .Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100oC selama 2-5 jam ,alkohol dan asam yang encer (Baron et al .,1994) 2) Antigen H Antigen H merupaka somatik antigen yang terletak di flagela, fimbriae tau fii S.typhi dan berstruktur kimia protein. S.typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonrlla lain. Atigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60oC dan pada pemberian alkohol atau asam (Baron et al .,1994) 3) Antigen Vi Antigen Vi terletak di lapisan terluar S.typhi(Kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid ,akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oC ,dengan pemberian asam dan fenol .Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier (Baron et al.,1994) 4) Outer Membrane Protein ( OMP ) Antigen OMP S.typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin . Porin merupakan komponn utama OMP ,terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk

difusi solut dengan BM <6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85-100oC . Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,protein a dan lipoprptein, bersifat sensitif terhadap protase ,tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52kDa (Baron et al., 1994) A. Macam Macam Uji Widal Uji Widal ada dua macam yaitu uji Widal tabung yang membutuhkan waktu inkubasi semalam dan Uji Widal peluncuran yang hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja.Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji Widal cara meluncurkan ,karena merupakan uji serologis yang cepat dan mudah dalam melaksanakannya. Sensitivitas dan terutama spesifisitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan (Baron et al.,1994) B. Pemeriksaan Widan Uji Widal digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Walaupun mempunyai banyak keterbatasan dan penafsiran uji Widal, untuk menegakkan diagnosis demam tifoid harus hati hati karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaannya ,yaitu antara lain keadaan gizi ,saat pemeriksaan, pengobatan antibiotica yang mendahuluinya ,daerah endemis,status imunologis ,vaksinasi,penggunaan obat imunosupresif,reaksi silang serta teknik pemeriksaan (Pang et al., 1997) Demam merupakan keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam tifoid ini.Namun ,pada anak manifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan sangat bervariasi sesuai dengan patogenesis demam tifoid.Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah pemeriksaan darah tepi ,pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman,uji serologis ,dan pemeriksaan kuman secara molekuler. Pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa demam typhoid memiliki masa inkubasi yang paling panjang ,menghasilkan suhu badan yang tertinggi ,memiliki angka mortalitas yang tertinggi. S.typhii dapat diisolasi dari darah dan kadang kadang feses dan urin penderita yang menderita

demam enterik .Sindrom paratyphoid lebih lemah dibanding typhoid (Karsinah,1994) Reaksi widal adalah reaksi serum (sero-test) untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap salmonella thypii dengan mereaksikan serum seseorang dengan antigen O,H,dan Vi dari laboratotium.Bila terjadi aglutinasi ,maka reaksi widal positif,berarti serum orang tersebut mempunyai

antibodi

terhadap

salmonella

thypii

,baik

setelah

vaksinasi,setelah sembuh dari penyakit tipus ataupun sedang menderita tipus.Reaksi widal negatif artinya tidak memiliki antibodi terhadap Salmonella thypii (tidak terjadi aglutinasi ) Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenceran 1 : 160 tidak terjadi aglutinasi berarti penderita tidak memiliki antibodi terhadap Salmonella thypii ( hasilnya negatif ). Jika hasilnya positif terjadi adanya endapan pasir, sedangkan jika hasilnya negatif maka tetap jernih.Adanya aglutinasi menandakan bahwa penderita positif terinfeksi Salmonella thypii yang dapat dilihat pada serum 20 𝜇𝐼 ,titer Ab + 1/180 =infeksi ringan (Volk and Wheeler ,1984 ) Hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer aglutinin 4 kali terutama aglutinin O atau aglutinin H dalam jangka waktu 5-7 hari bernilai diagnostik amat penting untuk demam tifoid. Sebaliknya peningkatan titer aglutinin yang tinggi pada satu kali pemeriksaan widal terutama aglutinin H tidak memiliki arti diagnostik yang penting. Uji widal untuk aglutinin O maupun H dengan kriteria diagnostik tunggal atau gabungan .Bila dipakai kriteria tunggal maka aglutinin O lebih bernilai diagnostik daripada aglutinin H ( Handojo,1982).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Perlunya pendidikan berkelanjutan untuk tenaga kesehatan khususnya analis kesehatan dengan harapan dapat meningkatkan profesionalisme dan kompetensi.

C. Kerangka Pemecahan Masalah Analis kesehatan di Kabupaten Pangandaran diberikan pendidikan tentang pemeriksaan widal.

BAB III HASIL KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan dan Peserta Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 27 januari 2014. Target penyuluhan adalah anggota DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran. B. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan penyuluhan bertempat di aula RSUD Kabupaten Pangandaran. C. Pelaksana Pelaksana dari kegiatan ini adalah Ida Ratna, SKM dosen dari Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Berikut susunan panitia dari pengabdian ini : Pembinaan

: Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis

Penanggung Jawab : Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis Ketua Pelaksana : Ida Ratna,SKM Anggota TIM : 1. Ristika (11DA277014) 2. Wiwin Yuniah (11DA277018) D. Tahap-Tahap Pelaksana Kegiatan Berikut diuraikan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. 1) Persiapan Persiapan kegiatan dilakukan mulai dari penyusunan proposal dan pengajuan proposal pengabdian kepada masyarakat dari prodi DIII Analis Kesehatan ke ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Di dalam proposal tersebut dijelaskan mengenai yang akan dilaksanakan dan

pelaksana yang akan melakukan kegiatan tersebut beserta judul kegiatan yang akan dilakukan. 2) Pelaksanaan Kegiatan pengabdian masyarakat ini sasarannya kepada anggota DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran yang dilaksanakan dalam satu hari yaitu pada hari selasa 27 januari 2014. Kegiatan ini akan melibatkan mahasiswa tingkat tiga prodi DIII Analis Kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman berkomunikasi, mahasiswa di libatkan dalam persiapan penyuluhan dan sebagai pembawa acara pada kegiatan pendidikan yang dipantau secara langsung oleh dosen. 3) Penyusunan Laporan Setelah kegiatan selesai,dilanjutkan dengan membuat laporan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang di ketahui oleh ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis . E. Biaya Pembiayaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berasal dari APB Pos Biaya Pengabdian Masyarakat ,dengan realisasi anggaran terlampir,

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan ,peserta yang mengikuti “Pendidikan Kesehatan mengenai Pemeriksaan widal pada Temu Ilmiah DPC PATELKI Kabupaten Pangandaran”. Sebanyak 40 orang dan terdapat sikap antusias dari anggota DPC PATELKI terkait Pemeriksaan Widal . B. Saran Setelah selesai kegiata Pendidikan Kesehatan mengenai Pemeriksaan Widal maka perlunya berkelanjutan dengan materi yang sama atau berbeda untuk memperbaharui pengetahuan di bidang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qura’n Terjemahan .(2005). Jakarta:PT Syamil Cipta Media Jawetz, Melnick and adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :

Buku kedokteran. Pelczar and Chan.1998.Dasar–Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press. Pelczar and Chan.2005.Dasar–Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.

Jawetz ,E, J , L Melnick , and E. A. Adelberg. 1974. Review of Medical Microbiology .Lange Medical Publication, Canada. Soemarno. 2000. Isolasi dan identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Soenardjo. 1989. Dasar-dasar Imuno Bioreproduksi pada hewan. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto. Shukun, W . Qian,W .Conjia, C.Deshen , S. And Xianhua ,W .2011.Value Of a sangle serum widal agglutination test ini diagnosis of paratyphoid fever

A.

International

Research

Journal

of

Biochemistry

and

Bioinformatics ( ISSN-2250-9941 ) Vol.1(8)pp. 209-214

Verma,S , S .Thakur, A .Kanga ,G Singh , and P. Gupta .2010 Emerging Salmonella Parathypi A nteric fever and changing trends in antimicrobial resistence pattern of salmonella in shimla . Indian Jornal Of Medical Microbiology ,28(1) pp .209-214,

Volk, W.A.1992 .Basic Microbiology seven Edition.Herver – Collins Publisher ,New York. Wardhani, P. Prihatini, M.Y .2005. Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory ,12 (1) : 31-37.

Related Documents

Widal Test:
June 2020 6
Dpc-c1.docx
October 2019 14
Dpc Ii Tercera Parcial
October 2019 21

More Documents from "jose martinez"

Cover Neng Lia.docx
April 2020 11
Dupak Rekap Dinkes
October 2019 17
Cover Ng Nisa.docx
April 2020 8
Kata Pengantar.docx
April 2020 8