WAYANG DEMOKRASI Fath WS Satu babak pewayangan demokrasi membelah maya, hingga para dalang kian parau meneriakkan demokrasi dan kehabisan nafas melolongkan ragam dan polah tingkah wayang-wayang mbeling yang dijepit dan kian terjepit gapit pengikat yang siap memipihkan raganya yang tak bertulang belulang, yang siap menyayat tubuhnya yang tak berdarah, karena darah mereka telah dihisap oleh lintah-lintah haus darah, yang merayapi sekujur tubuhnya hingga tak pantas lagi dipamerkan. Pewayangan demokrasi tak lagi berbentuk, kehilangan pemirsa dan penikmat yang satu-satu beringsut dan menanggalkan gairahnya, lalu membentuk wayang demokrasi kreasi baru yang dilakonkan oleh dalang-dalang patah hati, dalang yang hasratnya tak pernah terwujud Dalam satu pagelaran raya, pemirsa wayang demokrasi kreasi baru hanya mampu menangis tersedu, hingga telaga air matanya membeku.. karena tak ada lagi kesempatan bernafas, darah merahnya membiru lalu terbujur kaku. Mereka mati dalam perhelatan raya
Lembah Tidar di Tengah keprihatinan, Jum'at Pon 06 Nopember 2009 : 18.45