Wahyu Utami (1802037) Tugas Teknologi Sediaan Farmasi.docx

  • Uploaded by: Wahyuutami
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wahyu Utami (1802037) Tugas Teknologi Sediaan Farmasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,774
  • Pages: 44
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I.

TABLET Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung

pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI III). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini (FI IV). Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: 1. Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. 2. Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa. 4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim

5. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan khusus, seperti pelepasan terkendali/produk lepas lambat. Kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya. Kerugian sediaan tablet antara lain: 1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis. 2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup. 3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah. 4. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia. Tablet harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut: 1. Keseragaman Ukuran Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet 2. Keseragaman Bobot Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut: a. Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya b. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom Adan

tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.

3. Waktu hancur Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberi per oral, kecuali tablet yang harus di kunyah sebelum di telan.Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing – masing monografi.Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlalu sempurna.Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalutdan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut. 4. Disolusi Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantungpada cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.

5. Penetapan kadar zat aktif Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi. 6. Kekerasan tablet (FI III) Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah hardness tester. 7. Kerapuhan tablet Persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis. Alat yang digunakan disebut friability tester. Caranya: a. bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1) b. masukkan tablet ke dalam alat friability tester untuk diuji c. putar alat tersebut selama 4 menit d. keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan ditimbang kembali (W2) e. kerapuhan tablet yang didapat=

𝑊1−𝑊2 𝑊1

x 100%

batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimum 0,8%.

Penggolongan tablet berdasarkan metode pembuatan : a. Tablet cetak Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati - hati dalam pengemasan dan pendistribusian. b. Tablet kempa Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak yang diizinkan bahan pengaroma dan bahan pemanis. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh dibedakan menjadi 2 bagian : 1) Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada infeksi divagina. 2) Bekerja sistemik : peroral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bekerja short acting (jangka pendek), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet dan Yang bekerja long acting (jangka panjang), dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi : 

Delayed Action Tablet (DAT) Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena

pembuatannya sebagai berikut sebelum dicetak granul - granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa - apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, Kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari mecamnya bahan penyalut dan

lama kerja obat yang dikehendaki granul - granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak. 

Repeat Action Tablet (RAT) Granul - granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu

menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul - granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru. Macam - macam tablet salut : a. Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbohidrat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama dan perlu penyalut tahan air. b. Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT) disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidros propil selulosa, Na-cmc dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air. c. Tablet salut kempa : tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat laim yang cocok. d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. e. Tablet lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek diperpanjang, efek pengulangan atau tablet lepas lambat. Dibuat sedemikian rupa

sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Berdasarkan cara pemakaiannya: a. Tablet biasa / tablet telan dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah dilambung. b. Tablet kunyah (chewable tablet) bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit. Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut. d. Tablet larut (effervescent tablet) dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. e. Tablet implantasi (pelet) tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit. f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet) adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik. g. Tablet bukal (buccal tablet) digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.

h. Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin. i. Tablet vagina (ovula) adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.  Praformulasi dan Formulasi pada Tablet Praformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Formulasi adalah Salah satu kegiatan dalam pembuatan sediaan dimana menitikberatkan pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang meliputi nama dan takaran bahan, dimana penentuan bahan harus selalu melewati proses studi praformulasi. 1) Dekstrometorfan (Bahan aktif) a) Suhu lebur: lebih kurang 1250, disertai peruraian b) Kelarutan: larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P disertai pemisahan air, praktis tidak larut dalam eter P. c) Khasiat: Antitusivum. Untuk mengobati batuk langsung pada pusat batuk d) Susut pengeringan: tidak kurang dari 4,0% dan tidak lebih dari 5,5%. Pengeringan dilakukan dalam hampa udara pada suhu 800 hingga bobot tetap. Karena sediaan tablet harus memenuhi syarat keras.

2) Manitol (Pengisi) 

Pemerian

: Serbuk hablur atau granul mengalir bebas; putih; tidak berbau;

rasa manis. Manitol mempunyai rasa lebih manis dari l sehingga manitol menambah rasa manis pada sediaan tablet hisap yang mana tablet tersebut membutuhkan banyak. Selain itu manitol adalah zat yang dalam bentuk granul dapat mengalir bebas, hal itu dapat memperbaiki sifat alir granul 

Kelarutan

: mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut

dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter.Pemilihan pengisi dan pengikat harus larut dalam air dan memiliki rasa yang baik (Aulton,2001) karena dalam pembuatannya manitol akan dicampurkan dengan zat aktif untuk menambah volume zat aktif bersama dengan air. 

Nonkarsiogenik: tidak menyebabkan karies gigi. Karena tablet hisap bekerja pada rongga mulut, akan berbahaya jiak menggunakan pengisi yang bersifat kariogenik, karena akan mengakibatkan karies pada gigi.

3) CMC- Na (Pengikat) 

Bersifat Hidrofilik: CMC-Na terdispersi dalam air kemudian butir-butir CMC-Na yang hidrofilik akan menyerap air dan mengalami pembengkakan. Air yang semula bebas bergerak tidak bisa bergerak bebas lagi karena sudah diikat oleh CMC-Na. ini menyebabkan meningkatnya viskositas saat pembuatan tablet.



Bentuk partikel tidak beraturan sehingga memudahkan pengikatan dan pelekatan antar partikel.



Kelarutan: Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, sifat ini berhubungan dengan sifat hidrofilik pada CMC-Na. Sifat yang mudah

terdispersi membantu dalam pembuatan koloid antara pengikat dan zat aktif, sehingga dapat dicapai massa granul yang baik dan cepat dalam pembentukannya. 4) Magnesium Stearat (Pelicin) 

Hidrofobik: Lubrikan hidrofobik seperti magnesium stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya.



Titik didih dari Mg stearat : 130-140˚c. Apabila memiliki titik didih rendah masih bisa berperan dalam tablet karena Mg Stearat disini berfungsi sebagai zat pelicin.



Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter. Sebagai pelicin, suatu zat harus tidak larut dalam air, agar saat dicetak granul tidak lengket pada cetakan.

5) Sukrosa (pemanis) 

Pemerian: Raba mulut mendingin, karena saat digunakan tablet hisap harus memiliki rasa yang enak agar disukai anak-anak.



Rasa: Manis. Karena tablet hisap membutuhkan pemanis untuk menutupi rasa pahit bahan aktif pada sediaan tablet hisap.



Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, karena saat dicampurkan

akan

merata sehingga dapat bercampur dengan zat aktif dan zat tambahan yang lain  Formula 1) Bahan Aktif Bahan aktif adalah bahan atau zat yang memiliki khasiat untuk meengobati suatu penyakit.Bahan aktif disini adalah bahan utama yang sangat penting dalam pembuatan

sediaan, termasuk sediaan tablet. Bahan aktif yang biasa digunakan dalam mengobati batu kering adalah kodein, dektrometorfan dan noskapin. Dekstrometorfan, derivat fenantren ini berkhasiat menekan batuk, yang sama khasiatnya dengan kodein tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetik, sedatif, dan adiktif. Berbeda dengan kodein zat ini jarang menimbulkan kantuk atau gangguan saluran cerna.Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.Toksisitas zat ini rendah sekali tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi napas.Efek samping ringan dan terbatas, seperti mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung usus. Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau analgesik opioid sejenis tidak dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak usia< 1 tahun 2) Bahan Pengisi (Diluent) Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup membuat bulk, jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.Pada obat yang berdosis tinggi bahan pengisi tidak diperlukan (Lachman dkk, 1994).Selain itu juga untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1986). Bahan pengisi ditambahkan dalam formula tablet untuk memperbesar volume tablet, sehingga memungkinkan pencetakan dan peracikan jumlah obat yang sangat sedikit dan dengan bahan pengisi ini maka akan menjamin tablet memiliki ukuranatau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1984). Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : laktosa, dekstrosa, manitol, sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, selulosa mikrokristal (Avicel) (Banker dan Anderson, 1986).

Disini kita akan menggunakan Manitol sebagai pengisi Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Manitol mempunyai rasamanis, tidak berbau, berupa serbuk habluratau granul mengalir bebas, dan mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar dalam etanol, praktis tidaklarut dalam eter (Anonim,1995). Manitol mempunyai rasa manis 70% dari gula dengan rasadingin di mulut, bersifattidak higroskopis sehingga mannitol sebagai bahan pembawa yang idealtahan terhadap lembab (Ansel, 1981). 3) Bahan Pengikat (Binder) Pengikat adalah substansi yang mengikat bubuk dan menyebabkan terbentuknya granul.Komponen

ini

ditambahkan

pada

kekuatan

kohesif

yang

ada

pada

zat

kimia.Penggunaanya berdasarkan pada kebutuhan. Pemilihan bahan pengikat tergantung pada kekuatan mengikat yang dibutuhkan untuk membentuk granul dan kecocokannya dengan bahan-bahan lain, terutama dengan obat. Pada beberapa formula, pengikat dibiarkan mengering dan dicampur dengan bahan pengisi dan obat. Pengikat yang ditambahkan pada larutan mempunyai daya ikat yang lebih kuat daripada pengikat identik yang ditambahkan dalam bentuk kering kemudian dilembabkan. Terlalu banyak pengikat juga akan membentuk granul menjadi keras, sehingga membutuhkan tekanan kuat untuk melarutkan menjadi tablet (Gunsel dan Kanig, 1986). Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakkan bagi tablet yang dicetak langsung (Voigt, 1984). Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Contoh bahan pengikat : gelatin, PVP, gom arab.

Na-CMC merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis (Inchem, 2002). Menurut Tranggono dkk. (1991), CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11 sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH terlalu rendah (<3), Na-CMC akan mengendap (Anonymous. 2004). Na-CMC akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir Na-CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Karen and Lund, 1996). Hal ini akan menyebabkan partikel-partikel terperangkap dalam sistem tersebut dan memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi 4) Bahan Pelicin (Lubricant) Bahan pelicin dapat meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya beban pada punch dan die serat membuat tablet menjadi bagus dan berkilat (Ansel, 1981). Bahan pelicin ini bertujuan untuk memicu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Beberapa bahan pelicin yangsering digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : talk, magnesium stearat, asam stearat, garam-garam asam stearat dan kalsium (Banker dan Anderson, 1986).

Mg stearat adalah lubrikan sangat efektif dan luas digunakan. Material aygn berasal dari sumber hewani, merupakan campuran dari stearat dan palmilat, dan merupakan lubrikan yang baik jika dimanufaktur secara proses pengendapan (presipitasi) material berasal dari tanaman berbeda komposisinya. Mg stearat bersifat hidrofobik dan dapat memperlambat

disolusi API dari sediaan padat, oleh sebab itu dalam formulasi diaplikasikan pada konsentrasi terendah.Ada bermacam bentuk kristalin magnesium stearat, yaitu: anhidrat, dihidrat dan trihidrat dan ada pula bentuk amorf. Bentuk hidrat stabil dengan keberadaan kelembaban, bentuk anhidrat mengabsorbsi kelembaban pada RH sampai 50% dan pada kelembaban tinggi akan embentuk trihidrat. Bentuk anhidrat dapat terbentuk secara pengeringan dari bentuk hidrat pada 105 derajat C.Sifat fisika dari Mg stearat dapat bervariasi antara bets dari manufakturer berbeda, karena karakterisitik keadaan padat serbuk dipengaruhi oleh variabel manufacturing. Bahkan variasi sifat fisikal ini juga dapat terjadi antara lots dari produsen yang sama.

5) Zat Pemanis Rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa yangdirasa mulut saat menghisap talet sangat terkait dengan penerimaankonsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitasproduk

sehingga

salah

satu

solusinya

adalah

ditambahkannya bahanpemanis. Dalam formulasi tablet hisap, bahan perasa yang digunakanbiasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut (Peters,1980). Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis sekitar 50%atau lebih dari berat tablet keseluruhan seperti laktosa,manitol, sorbitol, dan sebagainya Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme

yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol. Penggunaan ragi (yeast) ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan zymotechnology. Sukrosa diproduksi sekitar 150 juta ton setiap tahunnya. Sebagai zat bahan pengisi untuk mendapatkan ukuran tablet yang sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet.

2.5 Tinjauan Tentang Produksi

2.5.1 Definisi Adalah serangkaian kegiatan untuk membuat, merubah bentuk, menambah bahan, menambah daya guna suatu bahan awal ( raw material ) menjadi suatu sediaaan ruahan ataupun sediaan jadi sesuai dengan spesifikasi standar nasional maupun internasional 2.5.2 Tujuan Produksi a. Kebutuhan pasien Dilakukannya produksi sehubungan dengan kebutuhan pasien pada suatu obat yang semakin hari semakin bertambah dan semakin bermacam-macam b. Aplikasi gagasan baru Gagasan-gagasan baru dalam farmasi perlu dikembnagkan dan dilakukan melalui kegiatan produksi, agar gagasan tersebut dapat berguna bagi masyarakat untuk menunjang kesehatan.

c. Up grade sediaan Bahwa kegiatan produksi dapat meng up grade sediaan agar suatu sediaan lebih mudah digunakan. d. Up grade teknologi farmasi Semakin banyak sediaan baru dan sediaan yang selalu diperbaruhi, teknologi atau alat yang digunakan untuk memproduksi dalam farmasi juga diperbaruhi dan berkembang e. Sarana evaluasi langsung Dilakukannya produksi dengan tujuan sarana evaluasi langsung adalah, setiap tahap produksi mulai dari penimbangan sampai dengan penyimpanan hasil produksi selalu dilakukan evaluasi tahap demi tahap secara langsung 2.5.3 Komponen Produksi a. Ruang Produksi Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi khusus Spesifikasi ruang produksi 1) Konstruksi bangunan tahan bencana: Bangunan didesain tahan bencana, tidak goyang saat terjadi bencana gempa, tidak roboh saat terjadi bencana banjir dan sebagainya 2) Mendukung alur produksi one way: Ruangan didesain hanya untuk satu arah. Maksudnya adalah pintu masuk dan pintu keluar dibedakan agar saat bekerja tidak terjadi saling senggol atau saling bersimpangan saat melakukan produksi

3) Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan, dan higienitas: ruangan dilengkapi dengan pengatur suhu, cahaya, tekanan serta higenitas karena saat produksi kadang antara yang satu dengan yang lain akan berbeda kadar cahaya serta suhu nya sehingga perlu dilakukan pengaturan sesuai keperluan 4) Ruang tidak bersudut: hal ini dilakukan agar ruangan terhindar dari sarang binatang serta debu-debu yang biasanya banyak terdapat pada sudut ruanagan. 5) Berlapiskan epoksi: epoksi berguna untuk melapisi lantai atau atap ruang, hal ini berguan karena dengan epoksi lantai akan menjadi lebih bersih dan lebih kuat 6) Terdapat interlock door: ruang yang dilengkapi dengan interlock door ini adalah ruang yang jika pada satu pintu dibuka, maka pintu lain akan tertutup secara otomatis, hal ini karena agar tidak banyak mikroba atau udara yang tidak baik (terkontaminasi) masuk kedalam ruang produksi Macam-macam ruang produksi 1. Berdasar kelas Ruang kelas I, II, III, IV Kelas I ( White Area ): Ruang produksi yang jumlah partikelnya ( non patogen ) kurang dari 0,5 µm maks. 100/ft3. Kelas II ( Clean Area ): Ruang produksi yang jumlah partikelnya ( non patogen ) kurang dari 0,5 µm maks. 10.000/ft3. Kelas III ( Grey Area ): Ruang produksi yang jumlah partikelnya ( non patogen ) kurang dari 0,5 µm maks. 100.000/ft3.

Kelas IV ( Black Area ): Ruang produksi yang jumlah partikelnya ( non patogen ) kurang dari 0,5 µm > 100.000/ft3 (dengan ventilasi udara memadai). 2. Berdasar label warna Ruang kelas black, grey, black a.

Unclassified Area

Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik. b.

Black area

Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala) c.

Grey area

Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock. d.

White area

Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,background ruang filling , laboratorium

mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock. 3. Berdasar nomer area Ruang kelas 100, 1000, 10.000,100.000 Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate. Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel

Jumlah partikel/m3 Hygine Kelas

At rest

In Operational

Zoning 0,5 (µm)

5,0 (µm)

0,5 (µm)

5,0 (µm)

A

100

≤ 3.520

≤ 20

≤ 3.520

≤ 20

B

100

≤ 3.520

≤ 29

≤ 352.000

≤ 2.900

C

10.000

≤ 352.000

≤ 2.900

≤ 3.520.000

≤ 29.000

D

100.000

≤ 3.520.000

≤ 29.000

NS

NS

E1

UC

NS

NS

NS

NS

E2

UC

NS

NS

NS

NS

E3

UC

NS

NS

NS

NS

a. Alat Produksi

Alat produksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk membuat, mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan fungsi dan standar tertentu. Spesifikasi alat produksi: 1. Inert atau netral: Tidak bereaksi dengan bahan pembuatan tablet 2. Fungsi tetap ( stabil ): Selama digunakan tidak ada perubahan dalam jumlah produksi, baik semakin bertambah atau semakin berkurang 3. Mudah pengoprasian: Tidak menyusahkan pekerja dan pekerjaan menjadi lebih cepat 4. Terstandar dan terkalibrasi 5. Maintenance: adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjaga peralatan dalam kondisi terbaik. Proses maintenance meliputi pengetesan, pengukuran, penggantian, menyesuaian, dan perbaikan. Macam-macam alat produksi: 1. Berdasar kinerja alat yaitu terdiri dari alat otomatis dan manual Alat otomatis juga dapat dikatakan sebagai mesin, cara kerjanya sudah secara otomatis dengan pengaturan yang sesuai. Otomatis disini, alat yang bekerja secara otomatis tidak perlu digerakkan alat tersebut sudah bergerak sendiri sesuai fungsinya. Alat manual adalah alat yang cara kerjanya masih manual dan butuh bantuan manusia setiap akan melakukan fungsinya. 2. Berdasar Ukuran alatyaitu terdiri dari alat berat dan alat ringan Alat berat adalah alat dalam industry yang berukuran besar dan kebanyakan tidak bisa dibawa kemana mana tanpa menggunakan alat bantu

Alat ringan adalah alat yang berukuran kecil dan ringan dan biasanya bisa dibawa kemana mana 3. Berdasar bahan: Alat kaca, alat logam, alat porselin, alat karet, alat plastik Alat produksi tablet 1. Alat uji kekerasan (Hardness Tester)

Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971). Cara kerja: Persiapan material uji yang meliputi : 1. Mempersiapkan bagian pada benda uji yang akan di beri pembebanan

2. Mempersiapkan indentor pada mesin Hardness dengan diameter indentor 2,5mm 3. Mengatur besar pembebanan sebesar 62,5 Kgf 4. Mengatur settingan mesin Hardness pada Brinell dengan memindah posisi handle yang ada. 5. Meletakkan spesimen uji pada mesin hardness 6. Melakukan proses pemberian beban pada benda uji dengan cara mendekatkan indentor pada benda uji, lalu handle dilepas sehingga indentor yang berupa bola baja menekan permukaan benda uji. Proses ini dilakukan selama 10-20 detik. 7. Mengulangi langkah nomor 6 pada 2 titik berikutnya.. 8. Melakukan pengamatan diameter bekas penekanan indentor yang terdapat pada spesimen uji dengan menggunakan lensa dengan pembesaran 70x pada ketiga titik yang telah dilakukan uji hardness brinell. 9. Melakukan pengukuran besar diameter bekas indentor pada spesimen uji dengan cara diukur pada kedua sisi lingkaran yang tertera pada layar Hardness Machine 10. Dilakukan proses pencatatan diameter (d1 dan d2) pada ketiga titik bekas indentor pada spesimen uji. 2. Alat uji alir

Fungsi: Untuk menguji aliran granul saat proses granulasi. Cara kerja:Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya adalah sebagai perikut yaitu ditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. Alat dijalankan, kemuian dicata waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah lebh besar dari 100 gram/detik. 3. Alat uji kerapuhan

Fungsi: untuk menguji kerapuhan pada tablet Cara kerja: Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan

penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, 1994:654) Prosedur kerja uji kerapuhan : a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm d. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil e. Ditimbang bobot tablet = Wf f. Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus : F = Wo – Wf x 100% Wo Ket : F = indeks kerapuhan Wo= bobot awal Wf= bobot akhir 4. Alat uji keseragaman ukuran

Fungsi: untuk menseragamkan ukuran tablet agar dosis yang dihasilkan pun sesuai Cara kerja: tablet satu per satu diukur ketebalan dan diameter tablet dengan jangka sorong. 5. Alat uji disolusi

Alat

: terdiri dari wadah tertutup terbuat dari kaca. Wadah tercelup

sebagian didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah 370C +/- 0,50C. dayung yang digunakan terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk

Prosedur

:masukkan sejumlah volume media disolusi yang tertera pada

masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 370C +/- 0,50C dan angkat thermometer. Masukkan 1 tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dn segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam monografi (FI IV, monografi 1231).

6. Alat uji waktu hancur

a. Pengujian dilakukan terhadap 3 tablet secara acak. b. Panaskan air dalam beaker glass sampai suhu 37oC. c. Masukkan tablet dalam tabung uji, kemudian ditutup dengan menggunakan cakram. d. Letakkan alat pada mesin, kemudian nyalakan mesin dan tunggu hingga semua tablet hancur. e. Kemudian catat waktu hancurnya. Waktu hancur suatu tablet yang baik adalah tidak lebih dari 15 menit. 7. Mesin cetak tablet

Berfungsi untuk mencetak tablet, cara kerjanya adalah Mesin ini digunakan untuk membuat pil/ permen tablet, dari bahan yang berupa serbuk lembut yang akan dipadatkan. Cara kerja dan pengoperasiannya cukup mudah & dapat

dikerjakan secara manual meskipun dengan tenaga kerja wanita. Kita tinggal menaruh serbuk yang akan dipadatkan pada casing yang kita inginkan, kemudian kita tinggal menekan handlenya. 8. Alat uji keseragaman bobot

Alat ini berfungsi untuk menyamakan bobot tablet agar dihasilkan tablet yang memiliki dosis seragam dan sesuai. Adapun cara kerjanya adalah a. Diambil sebanyak 20 tablet b. Kemudian ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata – ratanya. c. Selanjutnya dihitung persentase tablet dengan syarat tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata – ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata –ratanya. 9. Oven

Alat ini digunakan untuk memanasakan masa granul basah agar menjadi kering. Cara kerjanya mudah, masa granul yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam oven dan diatur suhu yang dikehendaki serta lama pemanasan

10. Granulator

Mesin granulator berfungsi untuk membuat butiran pada proses pembuatan granul tablet. Sistem kerja alat ini dengan piringan berputar, sehingga bahan bisa menggumpal membuat butiran. b. Personal Produksi Personal produksi adalah praktisi produksi yang mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan akhir membuat suatu sediaan farmasi yang terstandar Syarat-syarat: 1. Sehat jasmani rohani

Tidak punya penyakit yang sering kambuh, sehingga mengganggu dalam proses produksi 2. Lebih diutamakan pria Hal ini berhubungan dengan pekerja perempuan yang sering menggunakan make up saat bekerja. Karena bahan kimia dalam make up dapat bereaksi dengan udara dan bahan yang digunakan dalam produksi. 3. Kompeten Pelaku produksi harus berkompeten, karena dalam produksi pelaku harus mengetahui dengan benar cara produksi 4. Menggunakan APD Penggunaan APD penting untuk pelaku produksi karena agar terlindung dari paparan bahan kimia berbahaya serta agar terlindung dari kecelakaan kerja. 5. Menguasai GLP(Good Laboratory Practices)personal harus menguasaicara pengorganisasian laboratorium dalam proses pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar pengujian dapat dilaksanakan,

dimonitor,

dicatat

dan

dilaporkan

sesuai

standar

nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan., GMP(Good Manufacturing Practices)personal harus menguasai cara produksi yang baik, GSP(Good Supplay Practices) personal produksi harus menguasai tata cara pensuplaian yang baik 6. Attitude baik Pekerja harus memiliki attitude baik, agar proses produksi berjalan lancar tanpa adanya kecelakaan kerja karena kecertobohan pekerja akibat attitude yang kurang baik c. Metode yang terstandarisasi

Metode yang terstandarisasi adalah serangkaian tahap dan alur kerja pembuatan sediaan mulai dari bahan awal untuk diolah menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan mengacu pada proses evaluasi setiap tahap produksi ( IPC ) Metode pembuatan tablet: 1. Granulasi basah Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat

Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran yang baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi. Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dapat menggunakan pelarut non air. 2. Granulasi kering Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Pada proses ini komponen - komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.

Keuntungan dari metode granulasi kering, yaitu: Peralatan yang digunakan lebih sedikit, baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, dan mempercepat waktu hancur. Kekurangan dari metode granulasi kering, yaitu: memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug, tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam, dan proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang. 3. Metode Kempa Langsung Kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpamelalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak. Keuntungan dari metode kempa langsung, yaitu: lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit, prosesnya lebih singkat sehingga tidak memakan waktu, tenaga, dan mesin yang banyak, dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, serta waktu hancur dan disolusinya lebih baik. Kerugian dari metode kempa langsung, yaitu: perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang 2.6 Tinjauan Tentang Evaluasi 2.6.1 Definisi

Evaluasi adalah tahapan akhir produksi di mana menekankan pada kegiatan pemastian dan pemeriksaan sediaan telah sesuai dengan spesifikasi mutu standar sediaan baik secara nasional maupun internasional. 2.6.2 Mutu Fisik Tablet 1. Evaluasi sebelum produksi a. Identifikasi bahan Identifikasi bahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat bahan yang berhubungan dengan proses produksi b. Interaksi bahan Interkasi bahan dilakukan untuk mengethaui interaksi bahan dengan yang akan digunakan dalam produksi dengaan obat lain atau dengan bahan tambahan lain c. Kadaluarsa bahan Digunakan untuk mengetahui masa aktif bahan yang akan digunakan, agar saat produksi bahan yang digunakan masih layak dipakai d. Stabilitas fisik 2. Evaluasi saat produksi a. Keakuratan penimbangan Penimbangan adalah kegiatan menimbang bahan dengan menggunakan timbangan. Tujuannnya adalah agar saat produksi tablet yang dihasilkan memiliki dosis yang sama dan jumlahnya sama dengan yang direncanakan Tablet dikatakan akurat dalam penimbangannya apabila tablet tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata – ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata –ratanya. b. Homogenitas

Homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi variansi dua buah distribusi atau lebih Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa zat aktif terdistribusi merata di dalam campuran suatu tablet. Campuran bahan aktif dan bahan tambahan dikatakan homogen apabila:Visual, jika serbuk berwarnacampuran dinyatakan homogen jika warna terdistribusi merata dalam campuran. Menetapkan kadar zat aktif dengan cara sampling pada beberapa titik (atas, tengah, bawah) wadah pencampur campuran dinyatakan homogen jika kadar zat aktif pada beberapa titik sama c. Kinerja alat Alat yang digunakan harus dalam keadaan baik agar dalam masa produksi tidak ada kendala, serta tablet yang dihasilkan bagus dalam hal kualitatif dan kuantitatifnya d. Waktu alir granul Waktu alir granul adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Tujuannya adalah uji alir ini dapat dipakai untuk menilai efektivitas bahan pelicin, dimana adanya bahan pelicin dapat memperbaiki sifat alir suatu granulat (Voigt, 1995:161) granul dikatakan memiliki waktu alir yang baik apabila kecepatan alir lebih besar dari 100 gram/detik. e. Sudut Diam granul Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat yang biasa digunakan adalah corong.Semakin kecil sudut diam maka semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Tujuannya adalah untuk menguji sudut diam granul terhadap bidang horizontal dan mengevaluasi fluiditas granul secara tidak langsung. Standar yang digunakan adalah pada umumnya granul dikatakan mengalir baik (free

flowing) apabila sudut diamnya labih kecil dari 50o. Jika sudut diam lebih besar dari 50o, pada saat pentabletan akan detemui kesulitan. f. Uji kompresibilitas Uji kompresibilitas adalah uji untuk menghitung kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. 3. Evaluasi setelah produksi a. Keseragaman bobot keseragaman bobot adalah uji yang dilakukan untuk menyeragamkan bobot tablet agar dosis setiap tablet juga menjadi seragam. Tujuannya adalah untuk menyamakan dosis. Patokan yang digunakan adalah tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B. (Indonesia, 1979:6) Tabel persyaratan penyimpangan bobot tablet. Bobot rata-rata

Penyimpangan bobot rata-rata A

B

25 mg atau kurang

15%

30%

26 mg-150 mg

10%

20%

151 mg-300 mg

7,5%

15%

Lebih dari 300 mg

5%

10%

b. Keseragaman ukuran Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selam percetakan, perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada

pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran adalah jangka sorong. Tujuannya adalah untuk menyamakan dosis Patokan yang digunakan adalah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet c. Kekerasan Uji kekerasan adalah uji yang menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Tujuannya adalah tablet tidak rusak saat proses produksi, pengemasan serta pengangkutan. Patokan yang digunakan adalah kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester. (Ansel, 1989:255) d. Waktu hancur Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masingmasing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Tujuannya adalah tablet dapat hancur atau mengikis saat dihisap untuki tablet hisap. Standar uang digunakan adalah uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Indonesia, 1995, 1087) e.

Kerapuhan

Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Tujuannya adalah untuk mengukur kerapuhan pada tablet, agar tablet tidak rusak saat pengepakan sampai pengiriman. Standar yang digunakan adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, 1994:654)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Formula 3.1.1

Formulasi

Dextromethorfan HBr Manitol

10-90%

Mg Stearat

0,25 – 5,0 %

CMC Na

1-6%

Sukrosa

50-67%

3.1.2

Komponen bahan

3.2 Perhitungan Dosis

3.3 Perhitungan Bahan 3.3.1 3.4 Prosedur Pembuatan 3.4.1

Alat 1. Mortir dan Stamper 2. Timbangan dan anak timbangan 3. Batang pengaduk 4. Sendok tanduk 5. Beaker glass 6. Gelas ukur 7. Centong 8. Serbet 9. Sudip 10. Loyang 11. Oven 12. Thermometer 13. Corong 14. Jangka sorong 15. Alat pencetak

3.4.2 Bahan 1. Manitol 2. CMC-Na 3. Mg Stearat 4. Sukrosa 3.4.3 Cara Pembuatan 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang Dextromerthropan …….., masukkan kedalam mortir 3. Ditimbang Manitol ……… masukkan kedalam mortir, gerus ad homogen. sisihkan 4. Ditimbang CMC-Na ……… masukkan kedalam mortir, tambahkan air panas ……. gerus ad membentuk mucilago 5. Masukkan Sukrosa dan DMP kedalam mucilago, untuk membentuk granulsi basah 6. Dilakukan pengayakan dengan ayakan 6-12 mess untuk membentuk granul 7. Setelah granul terbentuk, dilakukan dilakukan pengeringan granul dengan oven pada suhu 50-60% selama 1-2 jam yang bertujuan untuk mengurangi kelembaban granul tapi tetap mempertahankan kadar air, sehingga CMC-Na yang telah mengembang menjadi mucilago dapat menyusut dan meningkat partikel bahan obat dengan maksimal. 8. Setelah kering granul diayak dengan ayakan 14-20 mess 9. Ditimbang granul kering yang diperoleh 10. Ditimbang Mg. Stearat ………… 11. Dilakukan pencampuran Mg. Stearat dan dengan granul kering 12. Setelah homogen dilakukan pengempaan dengan single punch 13. Tablet yang dihasilkan dikemas dengan wadah yang sesuai

3.5 Prosedur Evaluasi 3.5.1

Evaluasi Granul

a. Homogenitas Dapat dilihat dari pencampuran bahan yang homogeny dan merata. b. Waktu alir 1. Ditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. 2. Kemudian buka penutup corong bagian bawah bersamaan dengan dimulainya stopwatch. 3. Catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau sama dengan 18 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah lebih besar dari 100 gram/detik. 4. Setelah granul berhenti mengalir, ukur ketinggian dan diameter dari aliran granul yang terbentuk untuk mengukur sudut diam pada granuk tersebut.

c. Sudut diam Metode Sudut diam (pengukuran sudut diam)

1. Timbang

bahan

100

gram,

masukkan

secara

lubang bagian atas, sementara bagian bawah ditutup. 2. Buka penutupnya dan biarkan bahan keluar. 3. Ukur tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk. 4. Hitung sudut diam bahan yang dievaluasi.

perlahan-lahan

lewat

5. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali, hitung berapa puratanya. Sudut diam dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h cm) di atas alas dengan diameter tertentu (d cm). Besar sudut diam dapat dihitung sebagai berikut

tan

α

Keterangan: h

=

=

h/D

(jari-jari

kerucut)

α

=

sudut

diam

tinggi

kerucut

tumpukan

serbuk

D = diameter tumpukan serbuk

d. Kompresibilitas Memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur.Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994:682-683) Kompresibilitas = x 100 % Vo = Volume awal granul Vi = Volume granul setelah diketukkan

Tabel 2.1 Kompressibilitas dan daya alir. (Lachman, 1989: 400)

% Kompressibilitas

Daya Alir

5-15

Baik sekali

12-16

Baik

18-21

Sedang- dapat lewat

23-35

buruk

33-38

sangat buruk

>40

sangat buruk sekali

3.5.2 Evaluasi Tablet a. Keseragaman bobot

1.

Diambil sebanyak 20 tablet

2.

Kemudian ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata – ratanya.

3.

Selanjutnya dihitung persentase tablet dengan syarat tidak boleh lebih dari

dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata – ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata – ratanya.

b. Keseragaman ukuran

1.

Diambil 10 tablet secara acak, lalu diukur tebalnya satu per satu dengan

menggunakan jangka sorong.

2.

Kemudian hitung rata – ratanya, kecuali dinyatakan lain garis tengah

tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

c. Waktu hancur Prosedur kerja uji waktu hancur (Indonesia, 1976:6)

1. Dimasukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan satu cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai media kecuali dinyatakan lain dalam monografi. 2. Pada akhir batas waktu yang tertera pada monografi, keranjang diangkat d. Kerapuhan Prosedur kerja uji kerapuhan : 1. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil 2. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo 3. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm 4. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil 5. Ditimbang bobot tablet = Wf 6. Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus : F=

𝑊0−𝑊𝑓 𝑊0

x 100%

Ket : F = indeks kerapuhan Wo= bobot awal Wf= bobot akhir e. Kekerasan

1.

Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak

2.

Pengujian dilakukan dengan cara, sebuah tablet diletakkan di antara ruang

penjepit. Kemudian di jepit dengan memutar alat penekan, sehingga tablet

kokoh ditempatnya dan petunjuk berada pada skala 0, melalui putaran padasebuah sekrup.

3.

Tablet akan pecah dan dibaca penunjuk skala pada alat yang disebut

Hardness Tester.

Related Documents


More Documents from "nadifa nada"