SK PB PDHI NOMOR: Skep19/KUPBPDHI/I/2019
ADVERTISING WA : 0818.898.310 email :
[email protected]
REDAKSI Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia TIM REDAKSI VETNESIA (Official EMAGZ PB PDHI) PENANGGUNGJAWAB Ketua Umum PB PDHI Drh. Muhammad Munawaroh, M.M. PIMPINAN REDAKSI Drh. M. Arief Ervana WAKIL PIMPINAN REDAKSI Drh. Ruri Astuti Wulandari SEKRETARIS REDAKSI Drh. Aprilia Maharani BENDAHARA & IKLAN REDAKSI Drh. Shinta Rizanti Binol DIGITAL DAN IT EXPERT REDAKSI Drh. Wikrama Satyadarma EDITOR Drh. Muhammad Sutarsah Drh. Hartina Samosir KONTRIBUTOR EDISI FEBRUARI 2019 FOKUS UTAMA Drh. M. Arief Ervana Letkol Kes. Drh. Martha Mangapulina Napitupulu, S.H. Drh. Budi Prasetyo Drh. Supriyanto M. VPH Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Drh. Surachmi Setiyaningsih, Ph.D. Drh. Eko Agus Srihanto, M.Sc. LIPUTAN KHUSUS Drh. M. Arief Ervana KABAR NUSANTARA Drh. Karunia Maghfiroh, M.Si. Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Drh. Ika Friskawati Drh. Rina Peri Drh. Dona Dwi Antika, M.Si Drh. Pandu Tokoh Amukti DINAMIKA ONT Drh. Soejono Dharmojono Drh. Tatang Cahyono Drh. Silfiana Ganda Kesuma OPINI SEJAWAT Moh. Sukmanadi Dr. Drh. Endhie D. Setiawan, M.Sc. Drh. David Kusmawan, M.K.K.K. PROFIL Drh. M. Arief Ervana RESENSI BUKU Drh. Wahyu Hidayat Drh. Elievia Wienarno RISET DAN KASUS Drh. Tiara Febriani Chaesario Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti Drh. Soeharsono, Ph.D. Drh. Siti Maemunah,M.P. Drh. Cholillurrahman Zulfikar Basrul Gandong, S.KH., M.Sc. Drh. Wahyu Kusuma Atmaja Drh. Fazlul Rahman INTERNASIONAL Drh. Tri Satya Putri Naipospos, M.Phil., Ph.D. Drh. Malik Abdul Jabbar Zen Drh. Aprilia Maharani
"Apapun profesinya, NULIS itu HARUS, untuk menguatkan bisnis, branding, atau memberi manfaat bagi banyak orang" (Ippho Santosa) Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, di data kami terbaca ada lebih dari 1.500 orang yang sudah membaca (mengakses) Vetnesia via link yang kami berikan, itu belum termasuk orang-orang yang langsung mendapatkan versi PDF-nya tanpa melalui klik link, sehingga kami yakin Insya Allah sudah lebih dari 2.000 orang yang membaca Vetnesia edisi pertama. Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, email kami dibanjiri dengan kiriman tulisan dari para kolega. Kami sungguh tidak menyangka, ajakan untuk MENULIS disambut dengan sangat luar biasa. Tim redaksi terutama teman-teman editor mau tidak mau harus bekerja lebih keras, karena lebih banyak tulisan yang harus dibaca. Pun kami mohon maaf jika mungkin pada edisi kedua ini belum menampilkan tulisan yang Anda kirim, karena memang jumlah halaman yang kami batasi. InsyaAlloh tulisantulisan yang belum berkesempatan untuk ditampilkan pada edisi ini kami simpan untuk edisi-edisi berikutnya. Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, kami mendapatkan banyak sekali respon positif, banyak sekali masukan konstruktif, bahkan beberapa orang request bagaimana seandainya majalah Vetnesia dibuat VERSI CETAK?! Kami sambut baik semua respon postif, kami terima semua masukan konstruktif.
KABAR KAMPUS Arindraka Pratama Drh. Antonia Agnes Budiastri C. RUANG DOKTER Drh. Habyb Palyoga Drh. Antonia Agnes Budiastri C. VETERINO TOON Drh. Akbar Agus Drh. Wikrama Satyadarma KUIS Drh. Akbar Agus TAHUKAH ANDA Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Drh. Elievia Wienarno Drh. Tri Wahyu Hidayati Drh. Ayu Joesoef, M.Si. Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti
04
| Februari 2019
Pimpinan Redaksi VETNESIA (kanan) bersama Drh. Prabowo Respatiyo, M.M., Ph.D.
Terkait dengan versi cetak, kami tidak ingin terburu-buru dalam memutuskan. Apalagi untuk pengadaan versi cetak pasti dibutuhkan dana yang tidak sedikit, kalau yang berminat dengan versi cetak hanya beberapa orang saja maka akan berat untuk mengganti ongkos cetaknya, pasti mahal. Oleh karena itu, kami kemudian melakukan survei terkait hal tersebut, yang mungkin juga sudah Anda ikuti. Survei diadakan selama tiga hari, yaitu pada tgl 18-20 Februari 2019, dan diikuti oleh 87 responden. Hasil surveinya seperti ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Kesimpulannya? Sepertinya kami harus meminta kepada Anda para peminat versi cetak untuk bersabar dulu, dan tolong doakan, semoga Vetnesia menjadi semakin baik dan semakin baik lagi kedepan, pun bisa menjadi seperti apa yang Anda harapkan. Aamiin. Selamat membaca, Jangan lupa menulis juga. Drh. M. Arief Ervana (Pimpinan Redaksi)
DAFTAR ISI RUANG REDAKSI DAFTAR ISI FOKUS
04
Pra Raker Langkah Awal Penyatuan Visi Misi PDHI Jawa Timur II Meriahnya CPD PDHI Jatim 3
05 06
BADAN PERLINDUNGAN HUKUM PERHIMPUNAN ( BPHP) MENATA PSIKOLOGIS PETERNAK DI WILAYAH DENGAN SEJARAH JEMBRANA FAKTOR RISIKO PENYEBARAN JEMBRANA TERJADI TANPA DISADARI Strategi Penangananan Hewan dengan Dugaan Penyakit Jembrana di Rumah Pemotongan Hewan Antisipasi Penularan Penyakit Jembrana di Provinsi Kepulauan Riau Pesona Virus Penyakit Jembrana PERKEMBANGAN KASUS DAN VIRUS JEMBRANA DI WILAYAH REGIONAL LAMPUNG
LIPSUS
23
COMPLEMENTARY AND INTEGRATED VETERINARY MEDICINE Sejarah Pengobatan Tradisional China untuk Hewan TERAPI SHOCK WAVE PADA KUDA
25
TANGGAP JEMBRANA, PDHI CABANG LAMPUNG ADAKAN SEMINAR “JEMBRANA DAN PENANGANANNYA” Perananan Dokter Hewan dalam Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging TAV (TEMU AKRAB VETERINARIAN) TEMPAT BERDISKUSI DAN MENJALIN KEKELUARGAAN PDHI CABANG JATIM X Kerja Nyata Dokter Hewan Indonesia Berbakti Kepada Negeri We Love We Care AKSI NYATA PROFESI UNTUK NEGERI CONTINUING EDUCATION PDHI CABANG KALIMANTAN SELATAN
40
OPINI SEJAWAT
Tantangan filosofi Manusya Mriga Satwa Sewaka di Era baru Indonesia 4.0 PANDANGAN ISLAM TERHADAP PROFESI DOKTER HEWAN MENGATASI BAHAYA PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA : Contoh Aplikasi K3 di Pekerjaan bagian 2 (habis) PROFIL
Webinar Profesi Dokter Hewan, Kerjasama antara PDHI dengan HaloVet SOFT LAUNCHING VETNESIA DALAM MUKERNAS I PDHI KABAR NUSANTARA
34
DINAMIKA ONT
45
MENGENAL SANG PROFESOR Prof. Dr. Drh. Suwarno, M.Si. RESENSI
62
INTERNASIONAL
Kesehatan Hewan Global Dokter Hewan Negeri Kanguru, Dengan Citarasa Nusantara VETS LEARN BUSINESS? WHY NOT?
69
KABAR KAMPUS
IMAKAHI Di 67th IVSA Symposium Kunjungan Departemen Farmakologi FKH UGM ke Departemen Farmakologi FKH dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya
71
RUANG DOKTER Instruksi Harus Detail ! Antara Blacky, Jarum Suntik dan MasMas Bertatoo VET TOON
73
BERSAMA, KITA BISA !
46
TAHUKAH ANDA
DASARDASAR DALAM PEMERIKSAAN FISIK HEWAN PELIHARAAN PENGALAMAN (ORANG LAIN) ADALAH GURU YANG LEBIH BAIK RISET DAN KASUS
MEWASPADAI MUNCULNYA AVIAN INFLUENZA PADA BEBEK PEKING
48
Peran Quality Assurance dan Quality Control dalam Industri Pakan Ternak AGP DILARANG, SIAPA TAKUT ? INDONESIA NEGARA KAYA PELAJARAN DARI KASUS RABIES PADA ANAK ANJING DI BALI SCABIES PADA KUCING Serangga : Alternatif Pangan dan Pakan Masa Depan KESEJAHTERAAN PADA KUDA PEKERJA Canine Distemper Virus Mengancam Malang Selatan
75
Tarantula hidup hingga 40 tahun Belajar Menyusui dari Hewan Lebih Banyak Komodo Jantan Cara Primata Mencegah Parasit Hairball pada sapi
77
VET SOULMATE
Merem Melek Pukis Ibu Sri Agik Istri Dokter Hewan Harus Bersatu Mensupport Profesi Dokter Hewan LANSIAVET
80
KELUARGA LANSIA VETERINER INDONESIA CERMIN SEMANGAT VETERINER
Februari 2019 |
05
FOKUS UTAMA
PDHI MELAKSANAKAN MUSYAWARAH KERJA NASIONAL (MUKERNAS) I TAHUN 2019 Oleh: Drh. M. Arief Ervana
Mukernas I PDHI dilaksanakan pada 25 dan 26 Januari 2019 di Cikarang, Jawa Barat. Agenda yang sangat penting ini dihadiri oleh 132 dokter hewan se Indonesia yang mewakili PB PDHI, PDHI Cabang, dan ONT. Selain itu hadir pula beberapa tamu undangan dan perwakilan dari sponsorship. Mukernas kali ini berbeda dan sangat menyenangkan semua peserta karena peserta tidak perlu keluar biaya untuk akomodasi penginapan dan makan, jadi tinggal datang saja dan fokus pada agenda mukernas. PB PDHI
06
berkomitmen untuk agenda agenda seperti ini kedepannya juga sebisa mungkin tidak memberatkan peserta dalam hal akomodasi. Hal ini bisa terwujud atas dukungan berbagai pihak, terutama swasta veteriner yang telah memberikan dukungan. Mukernas diawali dengan serangkaian sambutan, yaitu dari Ketua Umum PB PDHI yang juga sekaligus menyampaikan laporannya, dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Ph.D. dan sambutan sekaligus
| Februari 2019
pembukaan mukernas oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Dr. Drh. I Ketut Diarmita, M.P. Beberapa hal yang dibahas dalam Mukernas hari pertama antara lain adalah Renstra atau Rencana Strategis PDHI 2018 2022, programprogram, pemetaan masalah strategis dan prioritasi solusi, serta pengenalan atau sosialisasi platform digital organisasi, termasuk aplikasi seminar online (webinar) dan tentu saja: Vetnesia. Mukernas hari kedua diisi dengan rapatrapat komisi yang membahas tentang pendidikan berkelanjutan dan tata kelola
organisasi. Rapat komisi membahas dan menyepakati rumusan delapan Surat Keputusan yang kemudian disahkan dalam pleno hasil rapat komisi pada siang harinya. Berikut adalah delapan Surat Keputusan hasil kesepakatan Mukernas I PDHI : 1. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep11/KUPBPDHI/I/2019 tentang Usaha Pengadaan Bangunan Kantor Sekretariat PB PDHI. 2. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep12/KUPBPDHI/I/2019 tentang Tata Laksana
FOKUS UTAMA Organisasi Pedoman Bagi Pengurus Besar, Cabang dan Organisasi Non Teritorial. 3. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep13/KUPBPDHI/I/2019 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Anggota Pdhi Seumur Hidup. 4. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep14/KUPBPDHI/I/2019 tentang Tata Laksana Organisasi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia: Prosedur Penerbitan Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda Registrasi Veteriner, dan Kartu Tanda Angota. 5. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep15/KUPBPDHI/I/2019 tentang Iuran Keanggotaan, Biaya Pembuatan Kartu Tanda Anggota, Surat Tanda Registrasi Veteriner, Sertifikat Kompetensi Dokter Hewan Dan Biaya Penerbitan Rekomendasi Surat Izin Praktik. 6. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep16/KUPBPDHI/I/2019 tentang Pedoman Penyelenggaraan Bhakti Sosial Veteriner. 7. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep17/KUPBPDHI/I/2019 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan/ Continuing Professional Development. 8. SK Pengurus Besar PDHI No. Skep18/KUPBPDHI/I/2019 tentang Badan Perlindungan Hukum Perhimpunan (BPHP). Hasil Mukernas I PDHI tersebut secara lengkap dapat diunduh di website PDHI, klik : http://pdhi.or.id/mukernasi tahun2019 Drh. Munawaroh selaku Ketua Umum PB PDHI berharap, hasil Mukernas ini dapat segera sampai ke seluruh kolega di seluruh Indonesia. (Arief/ Vetnesia)
LAPORAN KEUANGAN MUKERNAS I PDHI TAHUN 2019 HASIL DONASI SPONSORSHIP NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tanggal
NAMA PERUSAHAAN
8Jan19 9Jan19 9Jan19 11Jan19 11Jan19 11Jan19 11Jan19 16Jan19 17Jan19 18Jan19 18Jan19 21Jan19 22Jan19 23Jan19 25Jan19 25Jan19 25Jan19 25Jan19 28Jan19 30Jan19
PT.SIERAD PRODUCE TBK PT. ROMINDO PRIMAVETCOM PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA PT. KALBE FARMA PT. PIMAIMAS CITRA PT. PESONA SCIENTIFIC PT. BINA CITRA AGRO FARMA PT. NUTRICELL PACIPIC PT. MEDION FARMA JAYA PT. AWAL SEMANGAT KARYA PT. SANBE FARMA PT. KOREA MEDICAL DEVICE PT. VAKSINDO SATWA NUSANTARA PT. INDOGAL AGRO TRADING PT. JAPFA COMFEED INDONESIA TBK PT. TEKAD MANDIRI CITRA PT. INTERVET INDONESIA SUMBANGAN KAMAR PT. NOVINDO AGRITECH HUTAMA PT. INDO PRIMA BEEF
JUMLAH
TOTAL
15,000,000 5,000,000 15,000,000 2,500,000 2,500,000 1,500,000 10,000,000 10,000,000 4,000,000 1,000,000 3,000,000 2,000,000 3,000,000 10,000,000 14,700,000 750,000 5,000,000 150,000 2,940,000 5,000,000
15,000,000 20,000,000 35,000,000 37,500,000 40,000,000 41,500,000 51,500,000 61,500,000 65,500,000 66,500,000 69,500,000 71,500,000 74,500,000 84,500,000 99,200,000 99,950,000 104,950,000 105,100,000 108,040,000 113,040,000
TOTAL Terbilang : Seratus Tiga Belas Juta Empat Puluh Ribu Rupiah
113,040,000
RINCIAN PENGELUARAN KEGIATAN No
Uraian Pengeluaran
Jumlah (Rp)
Kumulatif (Rp)
1
Biaya perlengkapan dan alat
7,307,000
7,307,000
2
Biaya Akomodasi
17,600,000
24,907,000
3
Biaya Transport
1,000,000
25,907,000
4
Biaya konsumsi
65,372,000
91,279,000
5
Biaya Keamanan dan kebersihan
500,000
91,779,000
6
Biaya Honor
3,050,000
94,829,000
7
Biaya sekretariat
1,000,000
95,829,000
8
Biaya pembelian plakat
2,975,000
98,804,000
TOTAL
98,804,000
Terbilang : Sembilan Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Empat Ribu Rupiah
Bersama ini saya selaku bendahara Mukernas, atas ijin Ketua Umum melaporkan keuangan Mukernas sebagai berikut : 1 2
Donasi Sponsorship yang diterima sebesar (perincian terlampir) Penggunaan dana sebesar (perincian terlampir) SALDO
Rp. Rp. Rp.
113.040.000 98.804.000 14.236.000
Terbilang : Empat Belas Juta Dua Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah Bendahara Drh. Enny Pudjiwati, M.M.
Februari 2019 |
07
FOKUS UTAMA
BADAN PERLINDUNGAN HUKUM PERHIMPUNAN ( BPHP) Oleh : Letkol Kes. Drh. Martha Mangapulina Napitupulu, S.H. Pada akhir akhir ini kita ketahui profesi Dokter Hewan banyak disoroti di media sosial khususnya dibidang pelayanan kesehatan hewan. Sehingga Bapak Ketua Umum PB PDHI Drh. H. Muhamad Munawaroh, M.M. di dalam kepengurusannya saat ini membentuk suatu hal yang berbeda dengan kepengurusan sebelumnya yaitu terbentuknya Badan Perlindungan Hukum Perhimpunan (BPHP) dengan Nomor Skep18/KU PBPDHI/I/2019 tanggal 26 Januari 2019 tertulis bahwa BPHP bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum PB PDHI. Disebutkan juga didalam keputusan tersebut bahwa tugas BPHP adalah memberikan pendapat dan pertimbangan hukum atas kasus hukum pelayanan kesehatan berupa tuntutan atau somasi yang dilakukan oleh klien terhadap dokter hewan atau sebaliknya. Setiap dokter hewan didalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien tidak lepas dari rambu rambu yang ada. Adapun rambu rambu tersebut kode etik profesi dan hukum yang berlaku. Untuk membantu seminimal mungkin terjadinya gugatan ataupun somasi dari klien maka BPHP membuat contoh surat surat yang dapat diperoleh di sekretariat PB PDHI yang kelak dapat di unduh setiap anggota PDHI. Adapun surat yang sudah tersedia adalah surat permohonan advokasi, surat persetujuan penitipan hewan, surat persetujuan tindakan
08
anasthesi dan/ atau operasi, berita acara kematian dan surat pernyataan kesediaan pemberian injeksi dan/ atau vaksinasi serta format perjanjian kerjasama. Setiap anggota PDHI dapat mengajukan bantuan hukum dengan prosedur sebagai berikut:: 1. Laporan pengaduan secara tertulis (format terlampir) disertai data pendukung (kronologi kejadian) oleh dokter hewan yang bersangkut kasus hukum ditujukan ke PDHI cabang setempat. 2. Ketua PDHI cabang bersama dengan komisi etik dan bidang advokasi melakukan analisa
etik. 4. Apabila diperlukan sidang etik, PDHI Cabang mengirimkan surat permohonan sidang etik kepada Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Kode Etik Profesi dengan tembusan Ketua BHPP disertai kronologi kejadian. 5. BHPP melakukan koordinasi sidang etik pada PB PDHI dan Majelis Kehormatan Perhimpunan dan Kode Etik Profesi. 6. Majelis Kehormatan Perhimpunan melaporkan hasilnya ke Bidang Hukum Perlindungan Perhimpunan
TIM BADAN PERLINDUNGAN HUKUM PERHIMPUNAN PB PDHI
kasus dan kelaikan sidang etik. 3. Selanjutnya Ketua PDHI Cabang melakukan komunikasi dengan Bidang Hukum Perlindungan Perhimpunan PDHI mengenai hasil analisa. selanjutnya BHPP menyampaikan pendapat hukum terhadap PDHI cabang mengenai rekomendasi sidang
| Februari 2019
PDHI. 7. Bidang Hukum Perlindungan Perhimpunan PDHI menyampaikan hasil sidang etik kepada Ketua PDHI Cabang. 8. Jika terdapat pelanggaran etik maka sanksi yg berlaku adalah yang diatur pada kode etik profesi.
FOKUS UTAMA
<< klik di sini untuk unduh dokumen
Setiap dokter hewan wajib memahami dan melaksanakan apa yang tertuang didalam buku etika profesi dalam menjalankan tugas sebagai dokter hewan dan tak kalah penting nya segala kegiatan yang dilakukan harus tertuang dalam bentuk standar operasinal prosedur. Dalam sidang penilaian etika profesi sebagai acuannya adalah etika profesi dokter hewan yang ada juga dinilai apakah dokter hewan sudah benar mengikuti standar prosedur operasi. Sedangkan dalam persidangan kasus perdata acuannya adalah KUHPerdata dan persidangan kasus pidana mengacu pada KUHPidana. Selain yang tersebut diatas tak kalah pentingnya adalah komunikasi verbal dan/atau non verbal terhadap klien dan pasien didalam memberikan pelayanan kesehatan hewan.
Untuk melindun gi dirinya secara hukum setiap dokter hewan yang memberikan pelayanan kesehatan hewan wajib memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), STRV, Surat Ijin Praktek dan Standar Operasional Prosedur. Karena rambu rambu dokter hewan Indonesia dalam menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kesehatan adalah hukum dan etika profesi. Tidak perlu takut dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan jika kita membaca dan memahami isi dari hukum dan etika profesi. Karena Hukum dibuat untuk melindungi setiap warga negara Indonesia baik sebagai dokter hewan
maupun sebagai klien. Viva Veteriner. Penulis adalah Ketua Badan Perlindungan Hukum Perhipunan PB PDHI
Februari 2019 |
09
FOKUS UTAMA
Dokumen Budi Prasetyo
Pemeliharaan lepas liar berbatas di Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman
Dokumen Agus Hanifah
Kematian ternak di Kecamatan Pubian
kematian 2.118 ekor ternak sapi Bali, timbul kembali tahun 1978 di Seputih Raman dan Punggur berakibat kematian 63 ekor sapi Bali. Pertengahan 1987 terjadi lagi wabah penyakit ini di Seputih Raman dan di kecamatan sekitarnya, Raman Utara, Seputih Mataram, Seputih Banyak, Rumbia dan Seputih Surabaya, selama tahun 1988 pada daerah tertular telah terjadi kematian 218 ekor (Pedoman Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Ternak Rama Dewa, 1989). Setelah mengetahui informasi wabah tersebut biasanya banyak
MENATA PSIKOLOGIS PETERNAK DI WILAYAH DENGAN SEJARAH JEMBRANA Oleh : Drh. Budi Prasetyo Penyakit Rama Dewa ini pernah melanda pada tahun 1976 silam. Masamasa sulit akibat penyakit ini kembali melanda peternak. Tercatat hingga 3 Februari 2019, telah terjadi ratusan kematian Sapi Bali terdiagnosa JDV. “Penyakit Jembrana ? Kalau Rama Dewa saya tau Pak”. Inilah pernyataan yang pertama kali kami lontarkan ketika hendak memberikan informasi bahwa di wilayah barat Kabupaten Lampung Tengah telah terjadi kematian ratusan sapi Bali akibat wabah Jembrana Disease Virus (JDV) kepada peternak di wilayah Kecamatan Seputih Raman. Wajarlah mereka lebih mengenal Penyakit Ramadewa dibandingkan Penyakit Jembrana yang asing ditelinga mereka, Bagi peternak yang sudah berumur, mereka telah mengalami masa masa dimana penyakit tersebut mewabah dan mengakibatkan ternak sapinya banyak yang mati. Terutama di wilayah timur Kabupaten Lampung Tengah. Tanggal 21 Desember 2018 di Kepayungan, Kecamatan Pubian terjadi kematian potong paksa
ternak sebanyak 19 ekor dengan gejala diare, nafsu makan berkurang, demam, serta pembengkakkan kelenjar prescapularis dan prefemoralis namun tidak disertai dengan keringat darah. Wabah ini kemudian melanjut ke kecamatan Padang Ratu dan Kecamatan Bekri. Jumlah kematian Sapi Bali ratusan dan terdiagnosa JDV, kematian ternak sapi terus terjadi, tercatat sampai dengan tanggal 3 Februari 2019. Hatihati sekali kami memberikan informasi tersebut, harapannya agar peternak mau lebih fokus lagi mengontrol kondisi kesehatan ternaknya. Tahun 1976 di Kampung Ramadewa, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah terjadi wabah JDV yang segera menyebar ke wilayah sekitarnya mengakibatkan
peternak yang waswas akan ternaknya, mungkin ada yang berpikiran untuk menjualnya atau bertahan dipelihara dan ingin mengetahui cara pencegahan agar JDV tidak mewabah, psikologis trauma akan lebih terasa pada wilayah dengan sejarah Jembrana, perulangan wabah tahun 1976, 1978, 1987 sampai tahun 1988 cukuplah menjadi traumatik yang mendalam akan penyakit ini. Bahkan ada peternak yang dahulunya memelihara sapi Bali sampai dengan saat ini tidak memelihara sapi lagi akibat kejadian wabah yang menghabiskan seluruh sapinya, meskipun itu sudah terjadi 31 tahun tahun yang lalu. Kabupaten Lampung Tengah terbagi menjadi tiga wilayah; Wilayah Barat, Wilayah Tengah dan Wilayah Timur. Wilayah Barat Lampung Tengah memiliki 2 Puskeswan akan tetapi tidak memiliki tenaga medis Dokter Hewan, pemeliharaan sapi Bali di Wilayah Barat banyak yang masih dilepas liarkan di ladang sawit (ektensif), meskipun bukan faktor penentu terjadinya wabah, akan
Februari 2019 |
11
FOKUS UTAMA tetapi memungkinkan penularan penyakit secara cepat. Pemeliharaan secara intensif menekan terjadinya penularan wabah JDV. Telah diketahui JDV dapat dicegah wabah penyebarannya dengan vaksinasi, peningkatan daya tahan tubuh ternak, hilangkan vektor perantara, kontrol lalu lintas ternak dan penanganan oleh petugas sesuai dengan prosedur. Kunci terpenting dari sehat tidaknya ternak sapi Bali adalah pemilik ternak itu sendiri. Mengingatkan kembali ke peternak tentang Jembrana atau Penyakit Ramadewa adalah penyakit oleh virus, virus menyerang apabila daya tahan tubuh lemah; sementara pengobatan untuk penyakit ini tidak ada, pengobatan dilakukan untuk infeksi sekunder yang mengikutinya berupa antibiotika dan roboransia. Pengadaan vaksinasi mungkin terbatas. Syarat utama ketahanan tubuh adalah kecukupan pakan baik vitamin maupun jumlahnya serta pemberian pakan tambahan
12
Dokumen Budi Prasetyo
Penyuluhan oleh Petugas di Kecamatan Way Seputih
seperti mineral, jamu atau gula merah, dan itu kewajiban pemilik ternak. Percuma vaksinasi, injeksi vitamin tetapi kecukupan pakan kurang. Hal ini perlu dijelaskan karena kebanyakan peternak mengandalkan pemberian vitamin oleh petugas seolah bisa menjamin sebagai perisai dari wabah sementara pakan semaunya saja pemberiannya. Hilangkan vektor pembawa penyakit seperti lalat dan nyamuk, hal tersebut mungkin dapat dilakukan secara periodik pada pemeliharaan sapi secara intensif melalui penyemprotan insektisida atau pengasapan (diyangan)
| Februari 2019
Dokumen Budi Prasetyo
Lalulintas ternak
dipojok kandang, sementara untuk sapi diliarkan dipadang pengembalaan tentu teramat sulit untuk terlindungi setiap harinya. Berhatihatilah ketika membeli ternak sapi, pastikan sehat dan jangan tergiur sapi murah tetapi berpenyakit. Penyakit sebisa mungkin kita hindarkan dengan caracara pencegahan, pengetahuan JDV yang peternak miliki setidaknya membuat rasa waswas menjadi ketenangan dalam memelihara ternak sapinya. Penulis adalah Praktisi Dokter Hewan Mandiri di Lampung Tengah
FOKUS UTAMA
FAKTOR RISIKO PENYEBARAN JEMBRANA TERJADI TANPA DISADARI Oleh : Drh. Budi Prasetyo Sapi Bali merupakan ras unggul dengan tingkat kesuburan yang luar biasa, namun dibalik kelebihannya memiliki kelemahan terhadap penyakit Jembrana yang hanya dapat menginfeksinya, tidak dengan ras sapi lainnya.
Pengendalian serta pengobatan yang dilakukan tanpa kita sadari menghabiskan banyak dana serta tenaga yang dibutuhkan namun tidak optimal hasilnya, karena kadang kita sendiri tidak menyadari; kita menyerang musuh, namun tidak memahami cara dia menyerang dan bagaimana membumi hanguskannya. Salahsalah kita malah membantu penyebaran wabahnya. Faktor pemeliharaan merupakan kunci dari cepat tidaknya penyebaran dari suatu
Dokumen Budi Prasetyo
Pengobatan Massal di wilayah wabah
Dokumen Budi Prasetyo
Sosialisasi Penyakit Jembrana di wilayah wabah
Kepekaan sapi Bali terhadap JDV banyak disebutkan akibat genetik, tetapi belum jelas bagian mana dari gen yang berpengaruh, seperti halnya virus Influenza pada tikus yang dipengaruhi oleh allele spesifik dari genomnya (Berata, 2015) Ironi memang disaat pemerintah sedang gencar gencarnya menggalakkan peningkatan populasi ternak, khususnya ras sapi lokal termasuk sapi Bali yang kita miliki. Kematian ratusan ekor sapi, sama saja kehilangan satu siklus peranakkan pada satu dusun di daerah Kabupaten Lampung Tengah, bahkan lebih, karena indukkan pun turut menjadi korbannya, yang notabene modal dari breeding. Wabah penyakit memang tidak kita inginkan, usaha dan kerja keras yang berfokus pada
peningkatan populasi terus di kejar, namun hal terburuk yang seharusnya disiapsiagakan, seperti wabah yang menghabiskan populasi secara signifikan kadang kita abaikan. Simpulnya, kerja keras yang dilakukan menjadi sia sia. Barubaru ini JDV mewabah di wilayah barat Kabupaten Lampung Tengah, sebelumnya Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang dan provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Setiap terjadi wabah kita siap siaga bahkan siaga satu, yang jadi permasalahan kembali lagi ke pendanaan untuk pengendalian. Pengendalian dan pengobatan serta merta kita lakukan, namun wabah terus melanjut, tanpa kita sadari faktorfaktor resiko wabah menyebar dengan cepat dan terus berulang.
wabah penyakit. Pemeliharaan ternak secara intensif memungkinkan penekanan jalur merebaknya wabah. Pemeliharan lepas liar (ektensif) bagaimanapun teorinya akan sulit sekali untuk mengisolasi kejadian wabah. Pemberian vitamin dan vaksinasi merupakan pencegahan yang bersifat sementara, sedangkan dipadang luas musuh dapat berbuat apa saja, tantangan virus lapang berbagai jenis dapat bermutasi pula. Mengingatkan kembali, disaat wabah flu burung merebak berbondongbondong ayam di peternakan rakyat di vaksin yang notabene kandangnya pun tidak ada, alhasil ayam yang sudah divaksin pun mati terkena wabah. Percobaan untuk menemukan antigen sebagai bahan utama vaksinasi JDV dari virus yang tidak
Februari 2019 |
13
FOKUS UTAMA aktif sampai sekarang mengalami kesulitan, dikarenakan ini, vaksinasi hanya menekan durasi dan tingkat keparahan penyakit sampai tingkat yang bervariasi/ tertentu saja (Metharom et al., 2000). Terkadang membayangkan vaksinasi yang dilakukan itu ibarat anjing penjaga rumah, dilepas dipadang luas, musuh yang datang anjing liar berperisai dan
blantik adalah hal yang sulit dilakukan, karena ini berkaitan dengan isi perut, kecuali ada kebijakan pemerintah untuk penggantian ternak yang terkena wabah. Kebijakan yang mungkin ada hanya dalam anganangan saja. Adanya surat sertifikat veteriner ternak yang dilakukan untuk menertibkan kontrol jalur pengiriman serta pengawasan
Jarum yang disuntikkan dari sapi carrier atau sakit kepada sapi sehat akan menambah jumlah korban terinfeksi. Pada saat demam, titer virus JDV dalam darah mencapai 108 partikel virus/ml, penularan melalui jarum suntik dengan mudah terjadi. Pada ternak sapi, penggunaan jarum suntik bisa dikatakan nihil penggunaannya single use syringe. Simpulnya kembali kita membantu musuh
Dokumen Budi Prasetyo
Pembengkakan limfoglandula
sudah bertanduk pula, mungkin baru melihatnya saja anjing penjaga rumah itu sudah mati karena ketakutan. Ketahanan tubuh ternak yang baik dibutuhkan disetiap harinya bukan harian, mingguan atau tahunan, dan itu hanya dapat dilakukan melalui asupan pakan di ke seharian. Pertahanan yang kuat membuat musuh berpikir dua kali untuk menyerang bahkan tidak mampu menginfeksi. Pengendalian vektor dipadang luas hal yang sulit dilakukan, penyemprotan insektisida atau desinfektan pada tubuh ternak pun bersifat sebagai perisai sementara, vektor terus berkembang biak. Apabila ternak memiliki kandang, halhal sederhana dikeseharian peternak dapat meminimalisir adanya vektor perantara; pengasapan salah satunya. Penutupan lalulintas ternak dari wilayah endemi serta pengawasan jual beli sapi oleh
14
kesehatan ternak yang dilakukan oleh petugas dapat saja diterobos, pengalaman penulis ternak dapat lolos, setelah ditelusuri sertifikat veteriner palsu, akan tetapi urusan perut itu tidak mengenal jera; dengan berbagai cara dapat dilakukan. Apa yang tidak mungkin dilakukan didunia ini. Pada hewan carrier virus JDV akan menyatu dengan gen target limposit B selama hidupnya. Yang tersulit mungkin faktor resiko pengiriman ternak carrier, siapa yang dapat menjamin carriernya penyakit tidak membuat onar disuatu saat nanti. Virus JDV dapat tinggal dalam darah dan jaringan tubuh penderita dalam jangka waktu yang cukup lama (Berata, 2015). Resiko penanganan petugas yang tidak sesuai prosedur, bukankah JDV menular lewat darah, artinya injeksi ternak yang dilakukan tanpa penggantian jarum suntik beresiko besar terhadap penularan penyakit JDV.
| Februari 2019
Dokumen Budi Prasetyo
Dokumen Budi Prasetyo
Pengambilan sampel BVET di Kecamatan Bekri
untuk berkembang biak meluaskan wabahnya. Semua prosedur telah dilakukan dengan tepat dan benar sesuai dengan aturan, namun yang terpenting lagi kita harus memahami musuh yang akan kita hadapi agar tepat sasaran memusnahkannya, semoga dapat mencegah dan menekan kasus terjadinya Penyakit Jembrana. Penulis adalah Praktisi Dokter Hewan Mandiri di Lampung Tengah
FOKUS UTAMA
Strategi Penangananan Hewan dengan Dugaan Penyakit Jembrana di Rumah Pemotongan Hewan Oleh: Drh.Supriyanto, MVPH. Apakah sapi yang menderita penyakit Jembrana boleh dipotong di RPH? Bagaimana prosedur penanganan kasus Jembrana di RPH? Apakah daging sapi yang terkena penyakit Jembrana boleh dikonsumsi?
penanganan dan pada hewan dengan dugaan penyakit Jembrana di RPH. Wabah penyakit Jembrana biasanya ditandai dengan adanya kematian sapi Bali dalam jumlah banyak pada suatu wilayah dan penyebaran yang relatif cepat dengan gejala menciri. Tindakan yang sering dilakukan oleh peternak adalah menjual sapi yang sakit atau sisanya yang masih hidup kepada jagal untuk dibawa ke RPH. Hal inilah yang patut diwaspadai oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas terkait terutama yang membidangi RPH. Pekerja RPH terutama Medik Veteriner di daerah sekitar wabah yang belum terdampak, harus segera menindaklanjuti dengan melakukan serangkaian tindakan pencegahan dan penanganan antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan pemeriksaan keluar masuk sapi yang masuk ke lingkungan RPH secara lebih ketat.
Petugas RPH sedang melakukan pemeriksaan postmortem
Menurut data dari Direktorat Kesehatan Hewan, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2015; penyakit Jembarana telah terdeteksi di 10 Provinsi yaitu: Bali, Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Jawa Timur (Banyuwangi), Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Penyakit ini secara spesifik menyerang jenis sapi Bali, sehingga mengancam jumlah sapi di Indonesia yang 20,6% merupakan sapi Bali dan populasinya tersebar di 34 Provinsi. Angka kematian akibat penyakit Jembrana di daerah wabah bisa mencapai 100%. Hal
ini tentu akan berakibat pada menurunnya produksi daging sapi di Indonesia. Telah banyak informasi yang membahas mengenai apa penyebab dan bagaimana penularan penyakit Jembrana di Indonesia. Sebagai pekerja Rumah Pemotongan Hewan (RPH) tentu kita bertanya apakah sudah ada sapi dengan dugaan penyakit tersebut yang sampai dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), lalu bagaimana prosedur penanganan dan apa yang harus dilakukan apabila ada dugaan kasus penyakit tersebut? Berikut ini akan kita bahas bagaimana langkahlangkah
Rumah pemotongan hewan harus didesain secara khusus dan dibuat tertutup dengan pengaturan akses masuk dan keluar. Hewan yang akan di potong seharusnya dibuatkan pintu masuk khusus yang berbeda dengan pintu keluar produk RPH. Petugas pemeriksa ditempatkan di pintu masuk untuk menghentikan kendaraan angkut dan memeriksa dokumen Surat Kesehatan Hewan. Dalam kasus terjadinya penyakit menular ke manusia dan atau penyakit menular strategis termasuk Penyakit Jembrana, petugas yang berada di daerah terdampak atau terancam harus lebih teliti melakukan pengecekan Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari daerah asal serta kendaraan angkut yang digunakan. Sapi dan kendaraan dari daerah wabah virus Jembrana harus ditolak dan tidak diperbolehkan masuk ke daerah yang bebas atau tidak ada kasus penyakit Jembrana. 2. Melakukan disinfeksi kendaraan keluar masuk dan peralatan yang di bawa.
Februari 2019 |
15
FOKUS UTAMA Setiap kendaraan yang masuk dan keluar RPH seharusnya dilakukan penyucihamaan atau disinfeksi. Disinfeksi dapat dilakukan dengan penyemprotan atau pencelupan roda kendaraan dalam larutan disinfektan. Dalam kasus pencegahan penyakit Jembrana beberapa disinfektan dari golongan kloroform, eter dan formalin dapat digunakan karena sifat virus yang peka terhadap zat tersebut. Beberapa literature mengatakan bahwa eter dan formalin, karena sifatnya yang mudah menguap akan efektif apabila digunakan pada proses penyucihamaan setelah proses pembersihan. Sementara itu penggunaan zat tersebut pada roda kendaraan dinilai kurang efektif karena roda kendaraan masih dalam kondisi kotor. Oleh karena itu beberapa RPH menggunakan larutan disinfektan dari Formaldehid atau Glutaraldehid karena sifat pengikatannya yang lebih kuat.
penyakit Jembrana adalah boleh dipotong dengan syarat. Sebaiknya pemotongan sapi dengan keputusan seperti ini dilakukan pada jam akhir pemotongan atau setelah pemotongan normal selesai dilakukan.
suhu 70oC meskipun titer nya akan menurun bila disimpan lama. Virus juga akan mengalami penurunan titer akibat proses thawing.
3. Melakukan pemeriksaan antemortem
4. Melakukan pemeriksaan postmortem
Pemeriksaan antemortem dilakukan pada sapi yang akan dipotong dan harus dilakukan pemeriksaan lagi apabila dalam waktu 1x24 jam sapi tidak jadi dipotong. Pemeriksaan ini harusnya benarbenar dilakukan oleh petugas sehingga keputusan hasil pemeriksaan bisa dicatat dan dilaporkan serta segera ditindaklanjuti. Sapi yang ditunda atau ditolak untuk disembelih harus segera dimasukkan ke dalam kandang isolasi. Dalam kasus penyakit Jembrana, gejala klinis yang menciri antara lain: selaput lendir pucat, demam tinggi, hipersalivasi, leleran hidung bening, erosi pada selaput lender mulut dan bawah lidah, bengkak kelenjar limfe terutama terlihat pada daerah bawah telinga (parotis), daerah bahu (prescapularis) dan daerah lutut (prefemoralis) serta munculnya bercak bercak darah pada kulit di bagian punggung dan paha bagian dalam. Hasil keputusan antemortem dari sapi yang didiagnosa menderita
Pada pemeriksaan post mortem perubahan yang mungkin muncul adalah pembengkakan kelenjar limfe di hampir seluruh tubuh dan pembengkakan limpa (spleenomegali). Keputusan postmortem pada sapi yang menderita penyakit Jembrana adalah boleh diedarkan dengan syarat bagianbagian (daging, jerohan) yang menunjukkan perubahan sehingga tidak layak dikonsumsi harus dimusnahkan (afkir). Lalu apakah daging dari sapi yang menderita penyakit Jembrana boleh dikonsumsi? Jawabannya adalah boleh dikonsumsi setelah dimasak sampai benarbenar matang. Virus Jembrana diketahui tidak menular ke manusia dan mati oleh pemanasan suhu tinggi. Virus akan mengalami denaturasi bila dipanaskan dalam suhu 55oC selama 15 menit, sehingga virus ini akan mati apabila daging dimasak dengan sempurna. Hal lain yang patut diketahui adalah virus ini cenderung stabil dalam
Penyakit Jembrana dapat ditularkan melalui serangga, oleh karena itu perlu dilakukan langkahlangkah untuk mengurangi atau mematikan serangga, Beberapa langkah yang dapat dilakukan di RPH untuk pengendalian serangga antara lain adalah memasang perangkap serangga (insect trap) dan menyemprot kandang dengan anti serangga. Namun, hal yang tidak kalah penting adalah tidak membiarkan lalat untuk berkembang dengan memutus siklus dan memutus akses pangan. Kandang, ruang pemotongan dan pengolahan daging serta alatalat pemotongan harus selalu terjaga kebersihan dan disucihamakan. Sisasisa pemotongan harus segera dibersihkan. Hal lain yang bisa dilakukan adalah menutup tempat sampah serta mengolah limbah padat melalui proses fermentasi sehingga lalat atau serangga tidak bisa berkembang biak. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah DIY. Komisi Ilmiah dan Pendidikan PDHI DIY
16
Petugas RPH sedang melakukan pemeriksaan antemortem
| Februari 2019
5. Melakukan pengendalian serangga (insect control)
FOKUS UTAMA Kejadian penyakit Jembrana yang kembali merebak di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera semakin menegaskan bahwa Jembrana merupakan penyakit viral yang tidak hanya viral di media sosial, tetapi juga penyakit viral yang benarbenar mampu menimbulkan kematian yang sangat tinggi terutama pada ternak sapi potong jenis Bali. Melihat penularannya yang sangat massif dan tingkat kematian (case fatality rate) pada ternak sapi Bali yang sangat tinggi, pemerintah melalui Menteri Pertanian pun telah menerbitkan SK Mentan Nomor 4026 tahun 2013 yang menyatakan bahwa penyakit Jembrana sebagai Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan menjadi salah satu penyakit skala utama prioritas nasional yang harus dikendalikan dan ditanggulangi diwilayah tertular. Laporan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian sejak muncul pertama kali tahun 1964 di Bali hingga akhir 2018, hampir seluruh wilayah sumatera mulai dari Provinsi Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Sumatera Barat, sumatera Utara hingga Aceh telah dilaporkan kasus klinis penyakit Jembrana. Hal ini menandakan bahwa seluruh pulau Sumatera memiliki potensi yang besar menjadi daerah endemis Jembrana pada sapi Bali. Namun demikian, salah satu provinsi di wilayah Sumatera yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas penyakit Jembrana adalah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Sebagai daerah yang masuk kedalam regional II wilayah sumatera dibawah koordinasi Balai Veteriner Bukittinggi (BVet Bukittinggi), Provinsi Kepri tergolong cukup diuntungkan
Antisipasi Penularan Penyakit Jembrana di Provinsi Kepulauan Riau Oleh: Drh. Iwan Berri Prima, M.M.
FOTO : Eko Agus Srihanto
dengan barrier lautan sehingga kasus klinis penyakit Jembrana di provinsi ini tidak pernah ditemukan. Padahal, lebih dari 75% populasi ternak sapi potong yang dipelihara masyarakat Kepri adalah jenis sapi Bali yakni sekitar 3.241 ekor (data ISIKHNAS 2017). Oleh karena itu, upaya pencegahan penularan penyakit Jembrana di Provinsi Kepri harus semakin ditingkatkan. Apalagi berdasarkan data dari hasil pemeriksaan Laboratorium BVet Bukittinggi pada tahun 20172018, telah terdeteksi positif jembrana (Carrier) di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepri yakni Kabupaten Bintan (10 ekor positif dari 26 sampel), Kabupaten Lingga (12 ekor positif dari 18 sampel), Kabupaten Kepulauan Anambas (9 ekor positif dari 16 sampel), Kota Tanjungpinang dan Kota Batam (6 ekor positif dari 22 sampel). Dari hasil pemeriksaan laboratorium ini, setelah dilakukan pemantauan pada ternak yang terindikasi positif tersebut, memang tidak diikuti dengan tanda gejala klinis. Artinya,
kejadian ternak sapi tidak menunjukkan tandatanda gejala sakit (ternak terlihat sehat, normal dan bobot badan terlihat gemuk), bahkan dibeberapa daerah, seperti di Kabupaten Bintan, ternak sapi yang dinyatakan positif secara laboratoris sebanyak 8 ekor telah di potong, dijadikan sebagai hewan kurban. Hal ini memang demikian adanya, kebutuhan sapi potong jenis Bali di Provinsi Kepri sebagian besar memang diperuntukkan untuk stock hewan kurban. Sehingga tidak heran jika permintaan pemasukan hewan kurban dari luar provinsi Kepri, khususnya ternak sapi jenis Bali sangat melonjak tajam disaat menjelang hari Raya Idul Adha. Pasokan sebagian besar diperoleh dari Lampung, Jambi, Sumatera Barat dan Riau. Meskipun, berdasarkan pedoman penyakit Jembrana yang dikeluarkan oleh Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH bahwa daerah bebas dilarang memasukkan ternak dari daerah tertular, akan tetapi ketersediaan (stock) ternak sapi, khususnya
Februari 2019 |
17
FOKUS UTAMA pada momentum tertentu seperti Hari Raya Kurban, di provinsi Kepri tidak memadai. Dengan kata lain, ketersediaan ternak sapi untuk kurban tidak mampu dipenuhi dari dalam Provinsi Kepri. Harus dipasok dari luar. Seandainya jika Kepri tidak memasok dari luar provinsi, di khawatirkan justru akan mengancam pemotongan betina produktif sebagai hewan kurban. Bukan hanya populasi ternak yang akan terancam, keberlangsungan ternak sapi Bali sebagai plasma nutfah asli Indonesia di provinsi Kepri juga akan terancam. Kondisi ini merupakan kebijakan lokal (baca: kearifan lokal) dari masingmasing pemerintahan daerah. Kita juga tidak bisa memaksa masyarakat Kepri untuk melakukan usaha budidaya peternakan sapi. Hal ini bukan saja berkenaan dengan ketidakmampuan masyarakat untuk beternak, juga bukan karena daerahnya tidak cocok, tetapi lebih dikarenakan mata pencaharian terbesar penduduk Kepri bukanlah bergerak disektor pertanian. Jumlah penduduk provinsi Kepri berdasarkan data dari BPS Kepri tahun 2017 adalah sebanyak 2.082.694 jiwa. Dari jumlah ini sebanyak 62% berdomisili dan menetap di Kota Batam, yakni sebanyak 1.283.196 jiwa, sisanya sekitar 38% tersebar di Kabupaten/Kota lain. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Batam melalui Badan Pengusahaan (BP) Batam dan Pemerintah Kota Batam telah menyepakati bahwa pulau Batam bukanlah merupakan Kawasan budidaya ternak, bukan hanya ternak sapi saja, tetapi hewan secara umum. Hal ini tertuang juga di dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, khususnya pasal 18 Bab Tertib hewan dan binatang peliharaan. Artinya, upaya peningkatan jumlah populasi dan produksi sapi di Provinsi Kepri cukup sulit jika mengupayakan dari dalam provinsi Kepri. Lebih jauh, dari sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
18
atas dasar harga berlaku provinsi Kepri tahun 2015, sektor ekonomi terbesar penyumbang PDRB adalah sektor Industri pengolahan, kemudian sektor Konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan sektor pertanian tidak terlalu signifikan. Memang, tidak ada yang tidak mungkin, tetapi inilah pekerjaan rumah besar di Provinsi Kepri untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi dari dalam provinsinya. Apalagi Kepri diberikan anugerah dengan bentang alam yang sangat baik untuk pengembangan sektor peternakan seperti di Kepulauan Natuna, Anambas, Lingga, Bintan dan Karimun. Bahkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 Tahun 2016 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional bahwa Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau masuk kedalam kawasan pengembangan ternak sapi potong nasional. Hasil Rumusan Workshop Regional BVet Bukittinggi selaku Koordinator regional dalam rangka pelayanan laboratorium veteriner di wilayah Provinsi Kepri telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pencegahan dan pengendalian Jembrana di Kepri. Sebagai contoh, awal tahun 2018 yang lalu, BVet Bukittinggi melakukan rapat koordinasi teknis dan workshop regional tentang pengendalian dan penanggulangan penyakit Jembrana, telah menghasilkan rumusan sebagai berikut: Setelah mencermati paparan dari Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Balai Veteriner Bukittinggi, Pusvetma Surabaya, Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau dan Dinas
| Februari 2019
Tanaman Pangan hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi serta dari diskusi Dalam upaya penanggulangan dan pemberantasan Penyakit Jembrana sebagai salah satu PHMS yang serius di wilayah kerja Balai Veteriner Bukitinggi (Provinsi Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepri) diperlukan beberapa hal yang di rumuskan sebagai berikut : 1. Penataan Manajemen operasionalisasi vaksinasi Penyakit Jembrana meliputi perencanaan, persiapan (ketersediaan vaksin dan spuit) dan penerapan SOP Vaksinasi Penyakit Jembrana secara tertib dan efektif. Khusus Provinsi Kepulauan Riau, diperlukan surveilans deteksi antigen Penyakit Jembrana secara rutin untuk memantau status bebas penyakit Jembrana. 2. Surveillans Penyakit Jembrana secara terstruktur dan monitoring efikasi hasil vaksinasi serta ketersediaan KIT Elisa oleh Pusvetma bekerjasama dengan BBVet Denpasar. 3. Mengoptimalkan kegiatan koordinasi, sosialisasi dan edukasi untuk membangun komitmen semua stake holder terkait yakni Pemerintah daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota), UPT (Pusat/Daerah), UPT Karantina, Pedagang dan Peternak, mulai level kebijakan sampai dengan operasional lapangan. Upaya antisipasi dan pencegahan Jembrana Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam rangka antisipasi masuknya penyakit jembrana di Provinsi Kepri. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) Provinsi Kepri Bersama Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota se provinsi Kepri telah berkomitmen untuk Bersamasama mengantisipasi penyebaran dan pemasukan jembrana di wilayah ‘Bunda Tanah Melayu’ provinsi
FOKUS UTAMA Kepri. DKP2KH Provinsi Kepri telah mengeluarkan surat edaran Nomor: 524/DKP2KH/2018/07/538 tanggal 31 Juli 2018 tentang waspada penyakit jembrana, yang pada intinya adalah menegaskan tentang kewaspadaan dalam rangka menghadapi kejadian Jembrana dengan melakukan langkahlangkah antisipasi sebagai berikut: 1. Seluruh petugas dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota se provinsi Kepri agar mendata dan mengindentifikasi populasi sapi Bali diwilayahnya masing masing. 2. Melaksanakan surveillans rutin secara terpadu 3. Deteksi, pelaporan dan respon cepat kejadian penyakit 4. Melaksanakan pengendalian vektor dilingkungan peternakan sapi Bali 5. Terus melakukan upaya
komunikasi, informasi dan edukasi kepada peternak tentang penyakit jembrana 6. Ternak yang telah dinyatakan positif jembrana disarankan untuk dipotong 7. Berkoordinasi dengan Balai/Stasiun Karantina Pertanian lingkup provinsi Kepri dalam memperketat pengawasan lalu lintas ternak dan mempersyaratkan Hasil pengujian Laboratorium Bebas Penyakit Jembrana dengan Uji Polymerase Chain Reaction (PCR) dilengkapi dokumen kesehatan hewan dari daerah asal yang ditandatangani oleh dokter hewan berwenang. Mengacu pada surat edaran tersebut, upaya pencegahan masuknya penyakit jembrana ke dalam wilayah provinsi Kepri patut kita dukung Bersama. Ternak sapi jenis Bali, jika akan masuk wilayah kepri, wajib melampirkan hasil Laboratorium bebas PCR
Pesona Virus Penyakit Jembrana Oleh : Drh. Surachmi Setiyaningsih, Ph.D. Di tengah gencarnya upaya pemerintah meningkatkan jumlah ternak sapi nasional, sapi Bali menjadi satu diantara berbagai pilihan yang sangat menjanjikan. Sebagai primadona sapi Indonesia, daya pikat sapi Bali terutama karena mudah beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, sangat produktif dengan asupan pakan yang sederhana, serta kemampuan reproduksinya yang tinggi mencapai 15 kali kelahiran selama hidupnya. Seolah diingatkan dari keterlenaan terhadap berbagai keunggulannya, alam menjadikan sapi Bali sangat rentan terhadap penyakit Jembrana.
Sejak kemunculannya, penyakit Jembrana (Jembrana disease, JD) membuat banyak pihak terkesima terhadap besarnya malapetaka wabah yang telah merenggut kehidupan puluhan ribu ekor sapi Bali dalam kurun waktu 12 bulan. Tidak menunggu terlalu lama, saat itu pemerintah segera mencurahkan daya upaya yang melibatkan berbagai lembaga nasional maupun internasional. Perburuan terhadap identitas agen penyebabnya pun mengundang berderet kalangan ilmuwan, penelitian dan perdebatan yang panjang. Pada kajian awal berdasarkan gejala klinis dan temuan patologis penyakit ini sempat dicurigai sebagai rinderpest, namun setelah melalui serangkaian pengujian laboratorium ternyata tidak terbukti. Lebih dari 2 dasawarsa kemudian etiologi penyakit masih menjadi tetakteki; ricketsia, virus, ehrlichia, serta bunyavirus karena
Jembrana dari laboratorium yang telah terakreditasi. Satu ekor sapi, satu surat. Bukan satu surat untuk mewakili 10 ekor sapi atau 100 ekor sapi. Oleh sebab itu, integritas dan komitmen dalam bekerja wajib dijunjung tinggi oleh setiap masyarakat, terlebih petugas kesehatan hewan, baik di level dokter hewan berwenang, pejabat otoritas veteriner, petugas dinas Kabupaten/Kota/Provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan dari daerah asal dan petugas Karantina Pertanian diseluruh pintu masuk dan pintu pengeluaran. Semoga dengan kerja keras dan kerjasama yang telah terjalin selama ini, provinsi Kepri tetap dinyatakan bebas penyakit Jembrana. Semoga! (Penulis adalah Sekretaris Umum PDHI Cabang Kepri, Dokter Hewan Berwenang dan Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten Bintan) dapat ditularkan melalui gigitan serangga sempat menjadi tersangka. Akhirnya, setelah hampir 30 tahun pascawabah pertama di Bali jatidiri agen penyebab penyakit jembrana secara definitif diidentifikasi sebagai lentivirus. Bergabung ke dalam lentivirus, yang sangat terkenal karena beranggotakan virus penyebab AIDS (HIV1), virus JD (JDV) membawa keunikan tersendiri. Selain menyandang predikat sebagai lentivirus terkecil, infeksi JDV menyebabkan pola penyakit yang atipikal bagi lentivirus pada umumnya. Walaupun berkerabat dekat dengan Bovine immunodeficiency virus (BIV), infeksi JDV menimbulkan gejala klinis akut dan lesi parah pada sapi bali namun subklinis pada ras sapi lainnya, sebaliknya infeksi BIV menimbulkan gejala klinis dengan masa inkubasi yang lama pada Bos taurus, sementara sapi bali resisten terhadap BIV. Konsistensi JDV sebagai lentivirus ditunjukkan oleh kemampuannya menimbulkan imunosupresi. Virus JD menyerang sel plasma
Februari 2019 |
19
FOKUS UTAMA penghasil antibodi sehingga antibodi spesifik akan terbentuk 5 6 minggu pascainfeksi yang mengakibatkan sapi penderita menjadi lebih sensitif terhadap infeksi oleh bakteri maupun virus lain. Persistensi JDV dan antibodi spesifiknya telah dikaji melalui infeksi experimental yang membuktikan bahwa sapi yang sembuh tetap seropositif dan membawa virus sedikitnya selama 2 tahun pascainfeksi, serta akan tahan terhadap reinfeksi oleh JDV. “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Upaya
Jawa, Sumatra dan Kalimantan seiring dengan penyebaran sapi bali dan program transmigrasi. Hal tersebut mendesak dilakukannya penelitian terhadap pengembangan vaksin. Terkendala dengan ketiadaan sistem in vitro untuk menumbuhkan JDV, akhirnya vaksin dikembangkan dengan membuat suspensi limpa dari sapi yang sengaja diinfeksi JDV strain Tabanan 1987. Vaksin limpa terbukti mampu melindungi sapi bali dari penyakit jembrana, namun dengan cara produksi demikian satu ekor sapi bali hanya mampu menghasilkan 3.0004.000
biology.kenyon.edu Struktur lentivirus JDV yang mirip dengan virus HIV AIDS
pengebalan sapi bali terhadap penyakit jembrana sudah dimulai sejak masih diduga sebagai rinderperstlike disease menggunakan vaksin rinderpest, tentu saja vaksinasi tersebut tidak membuahkan hasil karena tidak lama berselang wabah jembrana kembali merebak. Karenanya, pada waktu itu pengendalian lebih ditekankan terhadap pembatasan lalu lintas sapi bali antar daerah serta pengendalian vektor serangga. Sejarah kembali terulang dengan gelombang wabah JD yang menyebar ke
20
dosis, atau setara untuk pengebalan 2.000 ekor sapi. Menyadari keterbatasan ini sekaligus untuk memenuhi kaidah produksi vaksin yang baik, pengembangan vaksin menggunakan teknologi rekombinan mulai dilakukan pada tahun 2001. Pengujian skala laboratorium dan uji lapang terbatas telah membuktikan kemanjuran dan keamanan vaksin rekombinan tersebut. Demikian pula perangkat ELISA berbasis protein rekombinan untuk mengukur keampuhan vaksin
| Februari 2019
dalam menginduksi antibodi spesifik juga telah berhasil dibuat. Walaupun telah lebih dari 10 tahun dikembangkan, upaya produksi vaksin rekombinan masih belum juga bisa diwujudkan sampai saat ini. Karenanya, pengebalan sapi bali terhadap penyakit jembrana mutlak tergantung pada ketersediaan vaksin limpa yang berkualitas. Gelora program GBIB Gangrep dan Upsus Siwab tidak bisa dipungkiri membuahkan hasil manis, populasi sapi pun meningkat seperti yang banyak diberitakan di berbagai media akhirakhir ini. Lagilagi pesona sapi bali kembali mengusik, sehingga memicu lonjakkan gelombang perpindahan dan transportasi sapi bali antar wilayah. Seolah tidak ingin mengingkari janji, JDV pun turut berkelana menyertai perjalanan sapi bali, sehingga wabah JD kembali meletup diberbagai wilayah Sumatra sejak 2013 dan berkepanjangan hingga kini. Kembali merebaknya penyakit jembrana tersebut seakan mengingatkan kita supaya “Jangan sekalikali meninggalkan sejarah”. Keterpikatan terhadap pesona sapi bali ini hendaknya diimbangi dengan ketersediaan dan keterjangkauan vaksin maupun reagensia dignostik yang memadai. Demikian pula, fakta ilmiah tetap harus digali tanpa lelah karena akan mempunyai dampak mendasar pada pengendalian penyakit. Kestabilan JDV memang telah dibuktikan melalui analisis genetik terhadap beberapa isolat tahun 19842004. Akan tetapi, apakah masih tetap demikian setelah hampir 15 tahun berselang ? Selain inangnya, diharapkan virus penyakit jembrana memiliki pesona tersendiri yang dapat memicu kerja sama dan kerja cerdas antara berbagai lembaga pemerintah, swasta, maupun stakeholders demi keberhasilan pengendalian penyakit jembrana yang tepat guna dan tepat sasaran. Semoga!. Penulis adalah Pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
FOKUS UTAMA
PERKEMBANGAN KASUS DAN VIRUS JEMBRANA DI WILAYAH REGIONAL LAMPUNG Oleh : Drh. Eko Agus Srihanto, M.Sc. Kasus penyakit Jembrana teridentifikasi lagi setelah hampir 25 tahun kasus terakhir ditemukan. Kasus yang menyerang sapi bali tersebut terakhir diidentifikasi lagi pada tahun 2019. Sejarah panjang ditemukannya kasus Jembrana di Lampung dimulai pada tahun 1976 di desa Rama Dewa, kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Menurut Prabowo (1994) tercatat sapi bali yang menderita sakit sebanyak 1.002 ekor dan 884 ekor diantaranya mengalami kematian. Pada tahun 19871989 dilaporkan kasus JD (Jembrana Disease) masih terjadi di desa Rama Gunawan kecamatan Seputih Raman. Data yang diperoleh tercatat 1.074 kasus dan 539 ekor sapi mengalami kematian. Kasus jembrana menyebar sampai ke Bengkulu Selatan dan Ogan Komering Ulu. Selama hampir 25 tahun tidak ditemukan kasus JD di wilayah regional Lampung. Wabah penyakit JD kembali dilaporkan di kabupaten Musi Banyu Asin propinsi Sumatera Selatan pada Maret 2017. Kasus selanjutnya
meluas ke kabupaten/kota di propinsi Bengkulu dan Lampung. Selama kurun waktu 20172018 kabupaten/kota di wilayah kerja Balai Veteriner Lampung tercatat 21 daerah yang sudah terkonfirm positip JDV. Penyakit Jembrana disebabkan oleh lentivirus dari famili Retroviridae. Virus JD memiliki materi genetik ssRNA polarisasi negatif berbentuk bulat kasar dengan diameter 80100 nm dan diselubungi partikel amplop yang terdiri atas lapisan lipid ganda organisma. Virus penyakit jembrana sensitif terhadap pH yang ekstrim, panas, deterjen, dan formaldehid. Virus akan mengalami denaturasi jika dipanaskan pada suhu 55o C selama 15 menit. Agen yang terdapat pada daging yang dipanaskan pada suhu 22o – 25o C masih infektif selama 36 jam atau dalam plasma dengan suhu 4o C
infektif selama 72 jam. Virus akan lebih stabil apabila disimpan pada suhu 70o C. Penyakit Jembrana adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 47 hari yang diikuti dengan adanya demam hingga 41o 42o C yang berlangsung hingga 5 – 12 hari. Pada masa demam terjadi penurunan trombosit dan limposit B. Penurunan sel limposit B akan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder akibat pertumbuhan bakteri. Infeksi sekunder akan menyebabkan terjadinya pneumonia, enteritis dan nefritis. Nefritis akan mengakibatkan terjadinya gangguan pembuangan ureum sehingga ureum kembali masuk ke peredaran darah. Kadar ureum yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan sel epitel menjadi rapuh. Kematian sapi biasanya disebabkan karena adanya kadar ureum yang tinggi di dalam darah (uremia). Gejala klinis yang tampak pada Jembrana yang paling menonjol adalah adanya demam tinggi, pembengkakan kelenjar limfe dan diare berdarah. Pembengkakan
Nilai homologi virus Jembrana yang bersirkulasi di wilayah Lampung. “Tanda merah” menunjukkan nilai kesamaan dengan virus Jembrana Tabanan/87. Semakin tinggi nilai homologi menunjukkan bahwa virus memiliki kesamaan yang tinggi
Februari 2019 |
21
FOKUS UTAMA kelenjar limfe ditemukan pada limpoglandula prescapularis, parotidea dan femoralis. Pembengkakan limpoglandula dapat terjadi 3 4 kali dari ukuran normal. Gejala klinis lainnya yang tampak dengan adanya hipersalivasi, erosi pada selaput lendir mulut dan bagian bawah lidah, bercakbercak darah pada kulit (keringat darah) dan abortus pada sapi betina yang sedang bunting. Abortus ini dapat terjadi pada semua usia kebuntingan. Perubahan patologi anatomi akibat penyakit Jembrana ditandai dengan pembengkakan limpa yang melebihi ukuran normal. Paruparu dan organ dalam lainnya mengalami perdarahan (Prabowo, 1994). Gambaran patologi klinis ditandai dengan adanya trombositopenia, leukopenia, limfositopenia, eosinopenia, neutropenia dan anemia. Trombositopenia akan menyebabkan adanya fenomena keringat darah Kejadian wabah penyakit Jembrana di wilayah regional Lampung yang dimulai dari awal tahun 2017 sampai saat ini masih terjadi di beberapa kabupaten/kota. Dari datadata laporan tentang gejala klinis dan perubahan patologi anatomi di berbagai daerah masih menunjukkan kesamaan ciri khasnya. Berbagai macam kegiatan dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya kasus penularan penyakit seperti pengetatan lalu lintas ternak, pengobatan ternak yang menunjukkan gejala sakit, KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) dan program vaksinasi. Selain berbagai macam kegiatan tersebut dilakukan juga penelitian terhadap kajian perkembangan virus Jembrana saat ini. Dinamika virus Jembrana sangat penting untuk dikaji dikarenakan virus Jembrana yang merupakan virus golongan RNA sangat mudah sekali mengalami mutasi. Hal ini dikarenakan virus RNA tidak memiliki proof reading mechanism. Informasi genetik
22
Pohon kekerabatan virus Jembrana asal wilayah kerja Lampung. Virus Jembrana yang bersirkulasi di wilayah Lampung terbentuk 2 claster virus. Di percabangan atas (panah biru) menunjukkan virus Jembrana yang bersirkulasi di Bengkulu dan Sumetera Selatan yang dekat dengan Bengkulu. Di percabangan bawah (panah merah) menunjukkan virus Jembrana yang bersirkulasi di Sumatera selatan bagian utara dan timur
diperlukan sebagai bahan acuan kondisi virus Jembrana terkini. Setelah hampir 20 tahun virus Jembrana di wilayah kerja Balai Veteriner Lampung sudah memiliki jarak genetik sampai dengan 8,1 % dengan homologi 91,9 %. Menurut Desport et al. (2007) dan Lairmore (2010), gen gag dan pol merupakan gen yang relatif stabil dan konserve. Artinya bahwa gen ini sangat sedikit mengalami mutasi dibandingkan dengan gen env. Selama kurun waktu 30 tahun sejak kasus pertama dilaporkan dan terjadi di wilayah kerja Balai Veteriner Lampung kajian genetik pada asam nukleat menunjukkan telah terjadi perubahan sekitar 106 asam nukleat dari 1311 asam nukleat gen gag. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahun telah terjadi perubahan 3 asam nukleat/ tahun pada gen gag virus Jembrana. Mutasi yang cepat akan mengakibatkan adanya variasi virus lapangan. Walaupun tidak terjadi mutasi yang bersifat mayor tetapi jumlah dan varian virus di lapangan akan semakin banyak. Di wilayah kerja Balai Veteriner Lampung sudah terdapat 2 klaster baru virus Jembrana. Beberapa virus yang berasal dari Sumatera Selatan juga mengelompok bersama klaster virus Jembrana dari Bengkulu. Hal ini perlu dilakukan kajian yang lebih dalam tentang variasi virus
| Februari 2019
Jembrana tersebut. Kajiankajian tentang molekuler diperlukan dalam rangka pencegahan terutama dalam program vaksinasi. Kajian tentang virus vaksin dengan virus lapangan harus terus dilakukan supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Pencegahan penyakit dilakukan dengan melakukan vaksinasi. Cakupan vaksinasi dan adanya kekebalan antibodi protektif akan mencegah infeksi pada hewan rentan. Selain itu kontrol vektor mekanik lalat Tabanus harus selalu dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dari vektor mekanik tersebut. Penggunaan insektisida yang efektif diharapkan dapat membunuh lalatlalat pembewa agen penyakit Jembrana. Selain itu lalu lintas ternak harus selalu dipantau sehingga pergerakan ternak sakit dari daerah kasus ke lain daerah dapat dihindari. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak sehingga penyebaran penyakit tidak semakin meluas dan kerugian peternak dapat ditekan. Deteksi dini penyakit sangat penting sehingga penanganan dan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan segera. Penulis adalah peneliti di Balai Veteriner Lampung.
LIPUTAN KHUSUS
Webinar Profesi Dokter Hewan, Kerjasama antara PDHI dengan HaloVet Melalui digitalisasi informasi yang terjadi pada era ini, enyebaran informasi menjadi makin mudah dan efisien. p Dengan teknologi yang tersedia, dokter hewan kini mampu mendapatkan akses pendidikan berkelanjutan (continuing education) dengan bantuan platform webinar. Webinar merupakan singkatan dari dua kata yakni web dan seminar. Web adalah jaringan internet atau penggunaan teknologi internet. Sedangkan seminar, yakni pertemuan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan tujuan transfer informasi. Webinar dapat diartikan sebuah kegiatan pertemuan antar sekelompok orang yang dijalankan dengan bantuan koneksi internet. Kabar baiknya, penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi keprofesian kini menjadi lebih mudah dengan bantuan penyedia jasa webinar yaitu HaloVet. PDHI melalui kerjasama dengan HaloVet, berupaya melayani kebutuhan anggotanya untuk mengakses pendidikan berkelanjutan profesi, dengan cara yang makin mudah dan murah. Inilah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh setiap dokter hewan di Indonesia, untuk terus meningkatkan keilmuannya agar mampu bersaing di tingkat global. Melalui platform webinar ini, dokter hewan seIndonesia, dapat
mengikuti seminar online tanpa harus keluar rumah. Dulu, untuk menghadiri seminar seringkali harus dilakukan dengan usaha yang luar biasa, baik waktu, tenaga, maupun biaya, dan seringkali menjadi hambatan bagi sebagian dokter hewan untuk bisa mengupgrade keilmuannya. HaloVet dihadirkan dalam rangka membantu dokter hewan menyelesaikan masalah tersebut. Platform webinar berbasis desktop dan android yang dikembangkan oleh Drh. Hendra Budi Setiawan (selaku founder) siap digunakan
oleh para dokter hewan untuk meningkatkan pengetahuan. “Seminar yang tidak membutuhkan praktek bisa dilakukan dengan platform ini. Dokter hewan bisa dengan mudah mengakses HaloVet dan mengikuti berbagai program seminar yang difasilitasi oleh PDHI sesuai jadwal yang ditentukan” Kata Hendra. Adanya Webinar tidak hanya memudahkan dokter hewan sebagai user atau peserta, tapi juga narasumber. Para ahli yang menjadi narasumber akan semakin populer dan kekinian karena webinar HaloVet ini akan terus dikampanyekan oleh PDHI dan menjadi salah satu fitur seminar yang kekinian. Narasumber juga bisa menentukan sendiri kapan dan darimana ia akan memberikan seminar, karena prinsipnya webinar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja selama ada akses internet yang baik. Webinar yang dilakukan melalui HaloVet mendapat persetujuan SKPB dari PDHI sehingga memudahkan dokter hewan untuk mengumpulkan poin SKPB dengan biaya rendah. HaloVet diperkenalkan pertama kali dalam Mukernas I PDHI, pada tanggal 25 Januari 2019 yang lalu, yang dilanjutkan dengan penandatanganan MoU kerjasama antara PDHI dengan HaloVet, yang disaksikan oleh seluruh peserta Mukernas. Webinar perdana juga sudah diadakan pada tanggal 15 Februari 2019 lalu. Nah, mari kita nantikan agenda webinar selanjutnya! (Arief/ Vetnesia)
Penandatanganan Kerjasama PDHI dan HaloVet
Februari 2019 |
23
LIPUTAN KHUSUS
SOFT LAUNCHING VETNESIA DALAM MUKERNAS I PDHI
Majalah digital VETNESIA sebagai Official Emagz PB PDHI sesuai dengan SK PB PDHI NOMOR: Skep19/KU PBPDHI/I/2019 kini hadir untuk memenuhi kebutuhan Anda akan ilmu pengetahuan dan update informasi seputar dunia kedokteran hewan. Adanya Vetnesia yang juga merupakan program Komisi Humas dan Publikasi PB PDHI ini secara resmi disampaikan pada forum Mukernas I PDHI, pada tanggal 25 Januari 2019 yang lalu. Dalam presentasinya, Drh. Arief Ervana selaku Pimpinan Redaksi Vetnesia menyampaikan pentingnya bagi sebuah organisasi untuk memiliki media sendiri. Ditampilkan juga struktur organisasi redaksi Vetenesia yang berada langsung di bawah tanggung jawab Ketua Umum PB PDHI, dan sekilas laporan Open Recruitmen yang sudah dilakukan pada 713 Januari 2019. Dari Open Recruitment itu didapatkan lebih dari 50 dokter hewan yang mendaftar untuk menjadi kontributor, namun hanya 45 kolega yang melanjutkan proses registrasinya sampai final dan akhirnya resmi menjadi kontributor Vetnesia. Vetnesia masih membutuhkan partisipasi atau perwakilan dari Cabang dan ONT sebagai
24
kontributor Cabang dan kontributor ONT. Diharapkan dengan menampilkan informasi dari Cabang yang diberi ruang khusus yaitu Rubrik Kabar Nusantara, serta ONT yang diberi ruang khusus yaitu Rubrik Dinamika ONT, akan dapat saling memotivasi antar Cabang dan ONT lainnya. Pun semakin menunjukkan adanya Cabang dan ONT tersebut, karena kadang masih ada beberapa kolega dokter hewan yang belum tahu harus bergabung dengan Cabang mana
Tampilan cover Majalah Digital Vetnesia edisi Perdana
| Februari 2019
atupun ONT apa. Di penghujung presentasinya, dokter Arief yang juga merupakan founder Veterinary Indie Publisher ini menyampaikan sebuah masukan, bahwa dokter hewan yang membuat tulisan dan tulisan itu kemudian dimuat atau diterbitkan agar bisa mendapatkan apresiasi, setidaknya dalam bentuk poin SKPB. Hal ini bisa memotivasi para dokter hewan untuk menulis lebih banyak lagi. Sehingga referensi atau bacaan seputar Veteriner juga akan bertambah banyak. Jenis tulisan yang (diusulkan) bisa mendapatkan poin SKPB diantaranya: 1. Artikel ilmiah populer yang dimuat di majalah (misal di Vetnesia ada di rubrik FOKUS UTAMA serta RISET DAN KASUS) 2. Jurnal ilmiah yang diterbitkan 3. Buku yang diterbitkan Arief menambahkan, “Vetnesia juga sudah memiliki ISSN (International Standard Serial Number) untuk memfasilitasi kolega agar bisa mendapatkan poin dari menulis” “Profesi kita lekat dengan dunia literasi, kalau ada support katakanlah dalam bentuk poin SKPB, pasti kolega akan lebih terpacu untuk menulis dan mempublikasikan tulisannya” Pungkasnya. (Vetnesia)
KABAR NUSANTARA
TANGGAP JEMBRANA, PDHI CABANG LAMPUNG ADAKAN SEMINAR “JEMBRANA DAN PENANGANANNYA” Oleh : Drh. Karunia Maghfiroh, M.Si. Kejadian Jembrana di Provinsi Lampung kembali terjadi pada tahun 2018 di Kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang. Penyakit ini masih berlanjut di Kabupaten Lampung Tengah dan menyebabkan kematian sapi bali per tanggal 2 Februari 2019 adalah 163 ekor dipotong karena sakit dan 13 ekor mati. Kematian tersebut terjadi di Kecamatan Pubian, Kecamatan Padang Ratu, dan Kecamatan Bekri. Penyakit hewan menular strategis ini paling tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan Septicemia epizootica dan Avian influenza. Bukan tidak mungkin jembrana juga akan menyerang daerahdaerah lain di Lampung. Hal ini sangat meresahkan peternak dan masyarakat Lampung karena sapi bali adalah salah satu spesies sapi yang banyak diminati oleh peternak karena mudah beradaptasi dan dikembangbiakkan. Upaya penanggulangan jembrana mutlak diperlukan agar sapi bali yang merupakan salah satu plasmah nutfah dengan jumlah populasi 65.128 ekor di Provinsi Lampung dapat terselamatkan dan dapat meningkat populasinya. Oleh karena itu, Perhimpunan Dokter
Hewan Indonesia (PDHI) cabang Lampung tergerak untuk mengadakan seminar nasional yang memiliki output suatu rekomendasi kepada pemerintah pusat dan daerah tentang upaya penanggulangan jembrana di Lampung. Seminar Nasional jembrana dan penanganannya diadakan pada hari Kamis, 31 Januari 2019 di Aula Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Bandar Lampung dengan pembicara Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) Drh. M. Munawaroh, M.M., Dinas Peternakan dan Perkebunan Provinsi Lampung Drh. Anwar Fuadi, Ahli Virologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Drh. Surachmi Setyaningsih, Ph.D., dan pembicara dari Balai Veteriner Lampung Drh. Eko Agus S, M.Sc. Seminar dihadiri oleh sekitar 80 peserta yang berasal dari petugas dinas kabupaten/kota di Lampung yang membidangi fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner (keswan dan kesmavet), perwakilan dari Balai Veteriner Lampung (BVL), Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Bandar Lampung, akademisi Universitas Lampung (UNILA) dan Politeknik Negeri Lampung
(Polinela), pelaku usaha sapi potong di Lampung, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), anggota PDHI cabang Lampung dan para peternak. Jembrana adalah salah satu penyakit hewan menular prioritas yang hanya menyerang sapi bali dan disebabkan oleh Jembrana Disease Virus (JDV). Memiliki penyebaran yang cepat dan sangat berdampak pada ekonomi di suatu daerah. Menurut Drh. Surachmi Setiyaningsih, gejala yang ditimbulkan dapat bersifat atypical maupun fatal. Ternak dapat mengalami gejala anoreksia (tidak mau makan), lemas, pembengkakan limfoglandula (prescapularis, prefemoralis, dan parotid), terdapat darah pada fesenya dan adanya leleran pada hidung. Dampak ekonomi bersifat langsung dan tidak langsung. Kerugian secara langsung yang terlihat meliputi jumlah kematian ternak, angka kesakitan, penanganan kesehatan hewan dan penurunan populasi, sedangkan yang tidak terlihat adalah penurunan reproduksi, terjadi perubahan struktur populasi dan penurunan efisiensi pakan. Kerugian tidak langsung berupa adanya pendapatan yang hilang karena terjadi penurunan komoditi perdagangan karena adanya pembatasan lalu lintas ternak sapi bali dari daerah tertular. “Dalam pemberantasan penyakit Jembrana ini, otoritas veteriner memiliki peranan yang sangat penting” ujar Drh. Arsyad Husen, moderator yang saat ini
Februari 2019 |
25
KABAR NUSANTARA menjabat sebagai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan. Otoritas veteriner adalah kelembagaan pemerintah atau pemerintah daerah yang bertanggung jawab atau memiliki kompentensi dalam penyelenggaraan kesehatan hewan. Otoritas veteriner mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dalam penyelenggaraan kesehatan hewan. Ketua umum PB PDHI Drh. M. Munawaroh, M.M menyampaikan bahwa dokter hewan di Lampung dan tim ahli PBPDHI siap membantu upaya pemerintah dalam penanganan penyakit jembrana. Otoritas veteriner melibatkan keprofesionalan dokter hewan dan mengerahkan semua lini kemampuan profesi. Menurut Drh. Anwar Fuadi, perlu dilakukan outbreak investigasi dan vaksinasi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit Jembrana. Serta semua pihak harus bekerjasama baik pemerintah, para dokter hewan, stakeholder dan masyarakat. Beberapa hasil rekomendasi dari Seminar Nasional PDHI diatas adalah sebagai berikut: 1. Perlunya upaya kerja sama nyata secepatnya antara beberapa pihak terkait dalam pengendalian jembrana di Lampung Tengah agar tidak meluas ke kabupaten sekitarnya. 2. Perlunya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang terbaru dalam pengendalian penyakit jembrana sebagai panduan bagi petugas teknis peternakan dan kesehatan hewan baik di kabupaten/ kota maupun karantina. 3. Alokasi anggaran di bidang kesehatan hewan perlu ditingkatkan terutama utk sarana obatobatan dan peralatan, surveillans penyakit hewan serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) keswan. 4. Kelembagaan Otoritas Veteriner Provinsi dan Kabupaten/kota perlu dibentuk dan didorong fungsinya sehingga ada lembaga khusus yang kompeten
26
dalam memberikan pertimbangan pada Kepala Daerah terkait urusan kesehatan hewan, termasuk pengendalian penyakit hewan menular strategis seperti jembrana. 5. PDHI sebagai wadah organisasi profesi dokter hewan Indonesia siap membantu pemerintah dengan menerjunkan personil personil dokter hewan ke lapangan dan mendorong pemerintah untuk menganggarkan kegiatan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit jembrana. 6. Perlunya surat edaran dari Gubernur Provinsi Lampung
Kab/Kota dalam pengendalian penyakit Jembrana, maka diperlukan bantuan sarana prasarana pengendalian penyakit jembrana secepatnya dari Pemerintah Pusat. 9. Perlunya KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai penyakit jembrana kepada peternak, antara lain tentang pentingnya vaksinasi jembrana dan pengendalian vektor (lalat dan nyamuk) dan biosekuriti dalam pengendalian wabah penyakit jembrana. 10. Balai Veteriner (BVET) Lampung dapat melaksanakan pengujian pengukuran titer antibodi post vaksinasi Jembrana.
tentang pengaturan lalu lintas sapi bali yang keluar/masuk wilayah Lampung sebagai pedoman teknis dalam pengawasan lalu lintas di tempat pengeluaran/pemasukan ternak dan pospos check point. 7. Penyakit jembrana sebagai salah satu Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) menjadi tanggung jawab Pemerintah (Kementerian Pertanian, Dinas yang membidangi Kesehatan Hewan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam pengendaliannya diperlukan sarana dan prasarana berupa: vaksin, insektisida, desinfektan, roboransia, dan bahan uji laboratorium untuk jembrana. 8. Karena keterbatasan APBD Provinsi Lampung dan APBD
11. Perlunya forum komunikasi berkelanjutan lintas sektoral (Balai Karantina Pertanian Lampung, BVET Lampung, Dinas yang membidangi Peternakan dan kesehatan hewan lingkup Provinsi dan Kab/Kota, PDHI, Organisasi profesi lainnya dan BPBD) di lingkup Provinsi Lampung dalam penanganan kasus penyakit Jembrana dan Penyakit Hewan Menular Strategis lainnya. Dengan adanya diskusi dan rekomendasi dari seminar tersebut semoga dapat menjadi langkah awal dalam pengendalian penyakit jembrana di Kabupaten Lampung Tengah dan Prosinsi Lampung. Penulis adalah pengurus PDHI Cabang Lampung
| Februari 2019
KABAR NUSANTARA
Perananan Dokter Hewan dalam Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Oleh : Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Rapat koordinasi Dinas Kesehatan Provinsi Kepri bersama stakeholder lintas sektoral mengenai kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap penyakit infeksi Emerging di Provinsi Kepulauan Riau, diadakan selama dua hari (2325 Januari 2019) di Batam City Hotel, kota Batam provinsi Kepri. Rapat ini dihadiri narasumber yang kompeten dibidangnya dr. A Muchtar Nasir,
M.Epid, dr Rommel Simanungkalit, dan juga dari beberapa instansi yaitu dari Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging, Direktorat Surveilans dan karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes, Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam, dan Kepala Bidang Peternakan dan kesehatan hewan Dinas Ketahanan pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepri drh. Honismandri.
Acara ini dibuka secara resmi oleh kepala Dinas Kesehatan provinsi Kepri, Dr.H. Tjejtep Yudiana, M.Kes. Dalam paparannya, Drh. Honismandri menyampaikan bahwa 868 patogen pada manusia, 61% bersifat zoonosis, yakni penyakit itu ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Sedangkan dari 175 penyakit infeksi emerging (PIE) atau Emerging Infectious Disease (EID) pada manusia sebanyak 75% nya adalah bersifat zoonosis. Oleh sebab itu, peranan dokter hewan bersama tenaga kesehatan dan stakeholder lainnya sangat dibutuhkan dalam pencegahan dan pengendalian PIE. Terlebih saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga telah membentuk subdit baru yang fokus menangani tentang PIE yakni Sub Direktorat PIE. Profesi dokter hewan yang selama ini berkecimpung dalam ranah peningkatan produksi pertanian (khususnya produksi peternakan), saat ini sesuai dengan Keputusan Menristekdikti Nomor 257 Tahun 2017 tentang Kedokteran Hewan masuk dalam rumpun ilmu kesehatan (Health). Konsekuensi dari keputusan ini adalah profesi dokter hewan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyehatkan masyarakat. Hal ini sesuai dengan moto PDHI : Manusya mriga satwa sewaka. Terlebih Kepri merupakan daerah perbatasan RI dengan tingkat kerawanan dalam penularan kasus zoonosisnya sangat tinggi. Dalam rangka peningkatan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi, pemerintah dari lintas kementerian juga telah meluncurkan dokumen pendekatan one health dalam penanggulangan bencana non alam penyakit infeksi baru/ berulang dan zoonosis pada 29 Januari 2019 di Hotel Aston Simatupang Jakarta. Upaya lintas sektoral ini semakin menegaskan bahwa peranan dokter hewan sangat besar dalam mewujudkan one health, kesehatan tidak bisa dipandang dari sisi kesehatan manusia saja, tetapi kesehatan hewan juga telah nyata sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Kepri
Februari 2019 |
27
KABAR NUSANTARA
TAV (TEMU AKRAB VETERINARIAN) TEMPAT BERDISKUSI DAN MENJALIN KEKELUARGAAN PDHI CABANG JATIM X Oleh : Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti
Generasi muda dokter hewan yang disebut sebagai generasi milenial, adalah dokter hewan yang mempunyai kepribadian berpemikiran yang terbuka, memiliki rasa percaya diri yang meyakinkan, pribadi liberal, optimis, dan dapat menerima ide ide yang baru. Dokter hewan milenial harus mampu berkolaborasi dengan semua kalangan. PDHI cabang Jatim X berusaha penuh untuk membangun kekeluargaan, membangun rumah dalam organisasi, dan menyediakan wadah bagi para kolega milenial untuk berdiskusi. Temu Akrab Veterinarian (TAV) yang merupakan suatu bentuk kegiatan silaturahmi para kolega dokter hewan di wilayah Kediri raya, yang diadakan setiap dua bulan sekali dengan tuan rumah penyelenggara bergantian. Kegiatan ini sudah diadakan sejak PDHI Cabang Jatim X masih
28
bergabung dengan cabang Jatim II, karena dirasakan sangat bermanfaat akhirnya kegiatan TAV berlanjut hingga kini, dengan anggota dari beberapa daerah di wilayah PDHI cabang Jatim X. Pada hari Minggu, 13 Januari 2018 di Rumah Makan Simpang Lima kawaan SLG Ngasem Kabupaten Kediri, kegiatan TAV berlangsung dengan mengundang para sejawat dokter hewan di wilayah kota dan kabupaten Kediri serta kabupaten Nganjuk. Tema kegiatan ini yaitu menjalin komunikasi, mempererat persaudaraan dan mendapatkan keberkahan. Januari adalah bulan persiapan Mukernas, maka kegiatan kali ini banyak membahas saran yang dapat diusung dalam Mukernas, selain itu juga diskusi mengenai keprofesian dan organisasi. Kegiatan ini juga diwarnai dengan Arisan agar tidak terasa menjenuhkan dan santai.
| Februari 2019
Pencetus ide kegiatan TAV sekaligus wakil ketua II, Drh. Ilham berharap, TAV dapat menjadi tempat menjalin silaturahmi khususnya bagi PDHI cabang Jatim X, ajang saling bertukar informasi medik dan non medik. Beliau juga berharap para kolega dapat membesarkan dan menghidupkan sebuah organisasi, karena organisasi adalah rumah kita bersama. Seperti petikan Kiyosaki, “Berbuatlah sesuatu maka kamu akan menjadi seseorang, dan menyerahpun kamu akan tetap menjadi seseorang, tetapi orang yang berbeda”. Kita tidak akan menjadi dokter hewan milenial dan kita tidak akan menjadi dokter hewan maju, bila kita tidak terus berupaya memajukan profesi, mengupdate ilmu, dan peduli dengan sesama kolega. Apapun keadaan sulitnya, tetaplah berproses. VIVA VETERINER. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah Jatim X
KABAR NUSANTARA
Kerja Nyata Dokter Hewan Indonesia Berbakti Kepada Negeri We Love We Care
Oleh: Drh. Antonia Agnes Mengambil tajuk "66 Tahun Kerja Nyata Dokter Hewan Indonesia Berbakti Kepada Negeri We Love We Care" dalam rangka HUT PDHI yang ke66, pada tanggal 2 Februari 2019 PDHI Cabang Jateng IV mengadakan serangkaian acara Talk Show Client education, Little Vet Contest, Animal Photo Contest dan Bakti Sosial Donor Darah di Solo Grand Mall, Surakarta. Diikuti oleh 100 orang anggota PDHI Cabang Jateng IV dan sekitarnya serta kurang lebih 100 orang peserta beserta keluarga dan masyarakat umum. Drh. Anita Hatuti selaku ketua panitia mengatakan acara ini memiliki visi dan misi untuk memperkenalkan dokter hewan ke masyarakat luas. Hal senada disampaikan oleh Ketua PDHI Jawa Tengah IV Solo Raya, Drh Haryono, M.Si., yang merasa bangga dengan adanya kegiatan ini dimana PDHI Jateng IV hadir di tengahtengah keramaian pengunjung Solo Grand Mall dan mendongkrak citra profesi dokter
hewan yang mandiri, professional, berdaya saing global dan berwawasan kebangsaan yang luas serta terbingkai dalam ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Acara diawali dengan Client Education oleh narasumber Drh. Antonia Agnes, yang menjelaskan mengenai berbagai hal terkait hewan peliharaan. Di sini ternyata banyak dijumpai pengunjung yang masih menganggap anjing sebagai hewan karnivora sejati, padahal sesungguhnya karnivora
sejati adalah kucing. Selesai acara Client Education, dilanjutkan dengan Little Vet Contest yang diikuti oleh 20 peserta dari sekolah dasar di tujuh kabupaten dan kota Solo raya dan sekitarnya. Tak lupa juga sesi Animal Photo Contest yang diikuti oleh 50 peserta fotografer profesional maupun nonprofesional dari seluruh wilayah Jawa Tengah. Seluruh pengunjung dan panitia juga bisa berpartisipasi dalam acara bakti sosial donor darah yang bekerjasama dengan PMI Surakarta. Didukung oleh seluruh panitia, juri dan sponsor perusahaan maupun tim Baitvet (Balai Besar Penelitian Veteriner) Bogor yang masingmasing kompeten di bidangnya, acara ini terbilang meriah dan sukses. Keceriaan dan antusiasme peserta terpancar dari wajahwajah mungil ceria yang tampil dalam Little Vet Contest. Mengambil tiga orang juara, Haisha Fayyaza sebagai juara 1, Nada Nissrina Mutiara Syahda sebagai juara 2 dan Khanza Hanifah sebagai juara 3, Little Vet Contest cukup menarik dan berhasil memikat para pengunjung memadati area lomba. PDHI Jateng IV berkomitmen bahwa acara serupa akan dijadikan program tahunan, dan akan menjaring peserta lebih luas lagi dari tingkat nasional dengan layanan profesional, sekaligus juga mengundang stakeholder berpengaruh di bidang Veteriner. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah Yogyakarta.
Pemenang Animal Photo Contest (kiri), Kemeriahan acara Talk ShowClient education (kanan)
Februari 2019 |
29
KABAR NUSANTARA
AKSI NYATA PROFESI UNTUK NEGERI Dalam rangka menyambut HUT PDHI ke66, PDHI Jabar 2 melaksanakan serangkaian kegiatan, mulai dari vaksinasi rabies, konsultasi, hingga pengobatan tak berbayar untuk wilayah Kota Bogor, Kab. Bogor dan Kota Depok. Acara ini bertajuk : Dengan Profesi Mengabdi Untuk Negeri. Oleh: Drh. Ika Friskawati Kegiatan di Kota Bogor dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2019. Kemudian, di Kabupaten Bogor dilaksanakan pada 23 Februari 2019. Sedangkan untuk kota Depok, menurut rencana akan diselenggarakan pada 23 April 2019 mendatang. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara PDHI jabar 2, Seksi Kesehatan Hewan Bidang peternakan Dinas pertanian Kota Bogor, Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Zoetis, Romindo Primavetcom, PT. Sistar Indonesia, Kompas TV, RRI Pro 2 FM, Radar Bogor dan Antara.
30
Kegiatan ini diadakan agar masyarakat lebih peduli lagi dengan kesehatan hewan, terutama yang berkaitan dengan rabies, apalagi Jawa Barat masih menjadi daerah yang belum bebas rabies. Dalam kegiatan ini juga dilakukan edukasi masyarakat tentang bahayanya rabies dan cara memelihara hewan peliharaan yg benar. Kegiatan ini mendapatkan antusiame masyarakat yang luar biasa, ini terlihat dari masyarakat yang hadir. Di Kota Bogor ada 315 ekor pasien, sedangkan di Kabupaten Bogor sebanyak 132 ekor pasien mendapatkan pelayanan vaksinasi dan periksa selama acara berlangsung. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Jabar 2
| Februari 2019
KABAR NUSANTARA
CONTINUING EDUCATION PDHI CABANG KALIMANTAN SELATAN Oleh : Drh. Rina Peri Pada hari Sabtu, tanggal 9 Pebruari 2019, tepat jam 09.00 wita, PDHI Cabang Kalimantan Selatan mengadakan acara Continuing Education (CE) bertempat di Fave Hotel Banjarbaru yang dihadiri oleh 69 orang Dokter Hewan terdiri dari 65 Dokter Hewan dari Kalsel dan 4 orang dari luar Kalsel. Acara tersebut dibuka oleh Sekretaris PDHI Cabang Kalsel Drh. Edi Santosa mewakili Ketua Drh. Suparmi yang sedang melaksanakan kegiatan di tempat lain. CE ini sekaligus menjadi wadah silaturahmi antar teman sejawat dengan Ketua Umum baru Pengurus Besar PDHI Drh. H. Muhammad Munawarah, M.M. Pada sesi pertama diisi oleh beliau dengan mengambil judul “Peranan PDHI dalam Menjawab Tantangan Permasalahan Profesi Kedokteran Hewan di Indonesia”. Selain itu dokter hewan Munawarah juga mensosialisasikan hasil Mukernas pada tanggal 25 dan 26 Januari 2019 di BUUTKP Cikarang agar diketahui oleh sejawat di Kalsel dan peraturanperaturan baru yang diberlakukan oleh PB PDHI. Menurut beliau, Kalsel merupakan
cabang yang ke25 dikunjungi dari total 52 cabang seluruh Indonesia. Kepengurusan baru yang masih berjalan tiga bulan ini merangkul para Dokter Hewan akademisi, pebisnis, pemerintahan dan praktisi dari Sabang sampai Merauke. Harapan beliau seluruh cabang mampu beraudensi dengan pemimpinpemimpin daerah dan Kalimantan Selatan mempunyai 13 kabupaten kota. Selain itu Ketua PB PDHI juga menyentil masalah SIP bagi Praktisi agar terlindungi mengingat beberapa kasus hukum yang dialami oleh teman sejawat akhir akhir ini. Beliau juga mengatakan bahwa organisasi itu harus mengikuti perkembangan jaman. PB PDHI selalu membuat halhal baru berbasis online agar bisa menerima aspirasi sejawat seluruh Indonesia, salah satunya mengenalkan Seminar Online ber SKPB di HaloVet. Pada sesi kedua CE diisi oleh Drh. Ivan Satriawan mengenai “Fracture Planning and Basic Instrumentation”. Beliau merupakan salah satu Dokter Hewan Gloria Vet di Kota Bandung. Pada sesi kedua ini dokter hewan Ivan menceritakan
pengalamannya dalam menemui beberapa kasus fracture dan penanganannya di kliniknya disertai slide yang menarik diperhatikan terutama oleh praktisi di Kalsel. Tema ini diambil mengingat banyak halhal baru mengenai ilmu tentang bedah tulang yang sangat berguna bagi praktisi di Kalsel. Hanya saja problem di Kalsel berkaitan dengan biaya alat dan bahan yang tinggi kadang pemilik hewan memilih tidak melakukannya kecuali pemilik yang benarbenar sayang pada hewannya tanpa mempertimbangkan nilai ekonomisnya. Meski demikian seorang Dokter Hewan dituntut untuk bisa menjelaskan secara teori kepada pemilik hewan. Ada 140 anggota yang terdaftar di PDHI cabang Kalsel, dan banyak yang bekerja di bidang pemerintahan, swasta dan praktisi. PDHI cabang Kalsel akan terus meningkatkan kemampuan para anggotanya dengan acaraacara seminar dan workshop di lain kesempatan. Acara ini pun ditutup dengan sesi tanya jawab, pembagian sertifikat kepada peserta dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah dengan seluruh peserta CE. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah Kalimantan Selatan.
Februari 2019 |
31
KABAR NUSANTARA
Pra Raker Langkah Awal Penyatuan Visi Misi PDHI Jawa Timur II
Oleh : Drh. Dona Dwi Antika, M.Si. Ketua PDHI Jawa Timur II baru, Drh. Deddy Fachruddin Kurniawan mengawali kepengurusan barunya dengan mengadakan pertemuan Pra Rapat Kerja (Pra Raker) di Sekolah Alam Generasi Robbani, Gondanglegi, Kabupaten Malang. Acara diadakan pada 3 Februari 2019 dengan mengumpulkan dokter hewan yang akan didaulat menjadi pengurus PDHI setempat. Deddy ingin menyatukan persepsi visi misi yang diharapkan dapat berjalan dengan baik melalui kepengurusannya. Dalam memasukkan nama nama yang akan berada di kepengurusan PDHI Jawa Timur II, Deddy sangat mempertimbangkan kompetensi dari masingmasing nama tersebut. Deddy juga memastikan kesediaan masingmasing pengurus untuk memahami dan menjalankan tugas kepengurusannya. Deddy memiliki visi SantunGuyubTerbuka Kekinian yang diperjelas dengan uraian misimisinya. Peningkatan peran organisasi
32
yang mengayomi dan santun serta mengutamakan keterbukaan informasi dan aktif dalam kampanye veteriner menjadi salah satu misi Deddy. Keterbukaan informasi dilakukan sejalan dengan terus mengupdate setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengurus, termasuk aktivitas kas PDHI Jawa Timur II yang akan lebih diatur oleh Sekretaris I dan Bendahara I. Selanjutnya adalah mengadakan program peningkatan profesionalitas dan kesejahteraan anggota. Deddy mendorong anggotanya untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan termasuk dengan berkreatifitas dalam bisnis yang dimiliki. Hal ini akan lebih diatur oleh Sekretaris II, Bendahara II, dan Tim Bisnis Komunitas. Tim CECPD yang akan secara khusus mengatur masalah penyelenggaraan Continuing Education dan Continuing Professional Development di lingkungan PDHI Jawa Timur II. Selain itu misi Deddy agar dapat menjadi media penyambung
| Februari 2019
komunikasi antara anggota, Pengurus Besar, dan institusi terkait. Koordinator Wilayah ditunjuk untuk dapat menjadi penyambung antara anggota di wilayahnya. Tim Media diharapkan dapat memfasilitasi tujuan ini, salah satunya dengan target pembuatan buletin internal PDHI Jawa Timur II. Dalam pelaksanaan kegiatan akan sering membutuhkan institusi terkait sehingga Tim Hubungan Institusi Perlindungan Organisasi juga dibentuk. Terakhir Deddy berharap dapat meningkatkan program kaderisasi dan keterlibatan generasi muda yang dalam pelaksanaanya dibantu oleh Penasehat Komisi Etik yang terdiri dari para dokter hewan yang sudah lama bekerja di bidangnya. Kepengurusan baru yang diketuainya, berencana melakukan pelantikan kepengurusan di bulan Maret 2019 dengan juga mengadakan Continuing Professional Development. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah Jatim II
KABAR NUSANTARA
Meriahnya CPD PDHI Jatim 3 Oleh : Drh. Pandu Tokoh Amukti
“Viva veteriner! Majulah dokter hewan Indonesia! Viva veteriner! Jayalah dokter hewan Indonesia!” dengan semangat dan kompak peserta CPD Jatim 3 melantangkan jargon PDHI yang dipimpin ketua umum PB. PDHI, Drh. H. M. Munawaroh, M.M. Sabtu, 16 Februari 2019 PDHI Cabang Jawa Timur 3 menyelenggarakan kegiatan Continuing Professional Development (CPD) yang diikuti oleh 70 dokter hewan dari berbagai daerah sebagai peserta. Kegiatan yang dimotori oleh Drh. Eko Cahyo ini bertempat di Garden Resto, kompleks Utama Raya Resort dengan konsep one day seminar and workshop, dan dihadiri 3 orang narasumber yang ahli pada bidangnya. Pemateri pertama pada CPD ini adalah Drh. H. M. Munawaroh, M.M. selaku ketua umum PB PDHI yang memaparkan tema Peluang dan Tantangan Dokter Hewan di Era Milenial. Kehadiran ketua umum PB PDHI benarbenar memberikan angin segar dan keterbukaan pandangan bagi peserta CPD. Selain materi di atas, disampaikan juga menyampaikan visi dan misi PB PDHI secara gamblang, bahwa dalam kepengurusan organisasi profesi sangat diperlukan 3 hal utama, yaitu profesional,
transparan, dan accountable. Beliau berharap konsep tersebut juga bisa diadopsi di masing masing cabang. Materi kedua PDHI Cabang Jawa Timur 3 mengundang Drh. Oloan Parlindungan Lubis, M. P., yang merupakan Kepala Balai Embrio Ternak Ditbid Pro DJPKH Kementerian Pertanian. Topik
kedua adalah isu yang sedang hangat akhirakhir ini, Belgian Blue : Solusi Protein Hewani Masa Depan. Pengembangan Belgian Blue untuk peternakan Indonesia bukanlah hal mustahil karena beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa balai penelitian pemerintah memiliki prospek yang baik untuk mencukupi protein hewani dalam negeri. Suasana CPD yang hangat semakin terasa bersemangaat ketika Drh. Eka Andrian praktisi hewan kecil yang namanya sudah malang melintang di Jawa Timur, menjadi narasumber penutup yang juga tidak kalah serunya. Owner klinik Sehat yang beralamatkan di Sidoarjo ini selain menyampaikan seminar juga memberikan workshop dengan tagline Golden Standard Castration and Ovariohisterectomy in Cat and Dog. Workshop Drh. Eka Andrian pada CPD kali ini dilakukan pada seekor anjing Pomeranian jantan dan betina. Penjelasan yang detail dari Dokter Eka pun membuat ruang diskusi semakin hidup. Pertanyaan dari peserta pun antre bergiliran sehingga ambience Garden Resto bertambah asyik dan tidak terasa panitia harus menjadwalkan ekstra time untuk kesempatan emas ini. Ketua PDHI Cabang Jawa Timur 3, Drh. Cendy Herdiawan mengapresiasi kegiatan kedua untuk Jatim 3. “Setelah semaraknya bakti sosial vaksinasi dan kastrasi kucing dalam rangka ulang tahun PDHI di awal Januari kemarin, harapannya CPD edisi Februari ini menjadikan PDHI Cabang Jawa Timur 3 semakin kompak dan maju,” tegas beliau di akhir acara. Penulis adalah Kontributor Venesia wilayah Jatim 3
Februari 2019 |
33
DINAMIKA ONT
COMPLEMENTARY AND INTEGRATED VETERINARY MEDICINE Oleh : Drh. Soejono Dharmojono Sejatinya semua suku bangsa itu oleh Sang Penciptanya sudah dibekali insting untuk mempertahankan eksistensinya, baik terhadap alam lingkungannya (habitat), predator dan penyakit. Insting tersebut diajarkannya secara tradisional (dari mulut ke mulut dan dengan melihat langsung), karenanya di bidang pengobatan dikatakan sebagai Pengobatan Tradisional misalnya: pijitan, kerokan, kompres panas/dingin, totogan, tusukan, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya apa yang sekarang dikenal sebagai Akupunktur dan Moksibasi.
drlesliethomas.com
Memang harus diakui bahwa bangsa China kemudian berinisiatf untuk menggali Pengobatan Tradisional itu dengan pertanyaan pertanyaan: Apa? mengapa?, bagaimana? “teknologi” itu bisa menjadi demikian? Maka disusunlah dan dikumpulkan hipotesis, filosofi, teori, pengamatan, pengalaman dan seterusnya, sehingga terkenallah nama Traditional Chinese Medicine (TCM). Sementara itu dari sejarah diketahui bahwa negaranegara Asia (Tiongkok, Jepang, Korea, Vietnam, Thailand, termasuk Indonesia), pernah selama puluhan tahun dijajah oleh
34
bangsabangsa Europa (Barat) sehingga secara konvensional negaranegara tersebut menganut dunia kesehatannya dari negara negaranya, maka dikatakan ilmu kesehatan tersebut sebagai Kedokteran Barat atau Kedokteran Konvensional. Sedangkan yang dipraktekan dinegara Asia khususnya, disebut Kedokteran Timur atau Nonkonvensional. Karena pandangan dan praktek Kedokteran Timur lain dengan Kedokteran Barat, maka disebutlah Kedokteran Timur itu sebagai Kedokteran Alternatif. Dari aspek pendidikannya Kedokteran Barat diperoleh dari Pendidikan Formal, artinya didalam sekolahan
| Februari 2019
yang formal, sedangkan Kedokteran Timur diperolehnya umumnya dari luar sekolahan, sehingga disebut juga sebagai Kedokteran Nonformal atau Luar Sekolah. Di Indonesia, pendidikan tradisional atau nonformal atau diluar sekolah dibina oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olah Raga. Karakter bangsa China yang suka berimigrasi dengan membawa kebudayaannya, menjadiakan TCM tersebar juga kenegaranegara Europa, terutama dalam beberapa dasawarsa akhirakhir ini. Hal ini juga dirangsang oleh kunjungan Presiden Richard Nixon (USA, 1972) ke daratan China, maka TCM makin menarik perhatian dunia Barat. Dinegara maju seperti USA pun, 40% dari rakyatnya juga berminat kepada Kedokteran Alternatif/ tradisional. Tak khayalnya TCM semakin dikenal didunia kedokteran. Ilmu Barat yang karakternya mendasarkan penelitian ilmiah, maka mulailah para peneliti dan ahliahli Barat melakukan percobaan ilmiah dan research terhadap TCM. Tetapi tidak ketinggalan ternyata negara Jepang, Korea, Taiwan, dan Tiongkok sendiri, berlomba melakukan penelitian dengan visi dan misi memberikan dasardasar ilmiah kepada Kedokteran Alternatif/nonformal/tradisional tersebut. Akhirnya Kedokteran Timur, khususnya TCM, termasuk didalamnya Akupunktur dan Moksibasi, sudah menjadi milik dunia. Begitu maju dan intensifnya penelitianpenelitian Kedokteran Alternatif/Timur itu. Maka Jepang, Korea, Taiwan, Vietnam tidak lagi menyebut sebagai TCM, melainkan dengan negara
DINAMIKA ONT negaranya sendiri masingmasing, misalnya Traditional Japanese Medicine, Traditional Korean Medicine, menurut versi dan “gaya” hasil penelitian mereka masingmasing. Penulis memimpikan pada suatu kali juga ada Traditional Indonesia Medicine. Kalau di bidang per jamuan ada JamuJawa, Jamu
disebut sebagai Integrated Medicine. Ada pernyataan bijak dari Dr Jen Hsou Lin: “It matter not whether medicine is old or new, so long as it brings about a cure, and it matter not whether theories are western or eastern, so long as they proof to be true “. Saat ini di negara Barat dan Timur termasuk Indonesia, tumbuh
baywoof.com
Ambon, dan JamuMadura. Sebenarnya Traditional Medicine itu bermacammacam, termasuk didalamnya yang sudah sangat popular yakni: Akupunktur, Moksibasi, Herbal, Massage, Food therapi, Tuina, bekam, taichi, dan hypnosis. Di dalam praktek sekarang telah terjadi “sinkronisasi” antar bermacam macam “teknologi kedokteran” tersebut, bahkan dengan Kedokteran Barat/Konvensional sekalipun. Sekarang sudah banyak kegiatan praktek yang mengkombinasikan antara Barat dan Timur. Kedokteran Timur sering menjadi, bukan saja Alternatif, tetapi juga komplementer, seperti dinyatakan oleh Prof. Dr AA Ressang (1977): “Acupuncture is not only an alternative but an additive to conventional medicine”. Karena Kedoteran Barat dan Timur itu saling isi mengisi maka terjadilah praktek Integrasi yang kemudian
sciencebasedmedicine.org
pandangan dan Asosiasi dengan nama Complementary and Integrated Medicine (CIM). CIM sudah mulai diterapkan di Indonesia juga dan kalau itu diterapkan juga di Kedokteran Hewan, kita bisa menjadi Indonesia Complementary and Integrated Veterinary Medicine. Alangkah bagusnya kalau sejak dini di Indonesia disediakan wadah organisasinya sebagai
Asosiasi Kedokteran Komplementer dan Integrasi Veteriner Indonesia, sebutlah, misalnya : The Indonesian Complementary and Integrated Veterinary Medicine (ICIVM). Timbul pertanyaan: Bagaimana dan dimana seseorang (Drh) kalau berminat belajar Kedokteran tersebut? Lewat Pendidikan Formal atau Nonformal? Kalau lewat Pendidikan Formal, kelihatannya jalannya terjal dan panjang sekali, lantas lewat Nonformal? Menurut pendapat penulis Ini lebih cepat, pendek dan mungkin sekali dilaksanakan. Seperti diketahui bahwa Pendidikan nonformal itu dapat diikuti oleh peminat yang heterogen: segala usia, latar belakang pendidikan, social ekonomi, tempat pendidikan dan pendidiknya (fasilitatornya). Hanya saja (untuk sementara waktu) kalau untuk ICIVM peserta didiknya seyogyanya harus SKH dan Drh saja dulu. Untuk di Kedokteran Veteriner bisa dimulai dengan membentuk ONT bidang ICIVM dengan anggota inti dibidang masing masing disiplin seperti Akupunktur, Massage, Herbal, dan Food Medicine. Mereka bersama menyusun cara/teknik Pembelajaran, kurikulum, teknik evaluasi, sertifikasi, fasilitator dan gelarnya (paska selesai Pendidikan). Penyelengara Pendidikan dan Pelatihannya adalah anggota ICIVM, yang mengelola Lembaga Pendidikan dan Latihan. Terserah penyelenggaranya akan berafiliasi dengan atau mengadopsi masing masing dari China, Jepang, Korea, Amerika, Indonesia, tergantung kepada fasilitator dimana memperoleh sertifikatnya sebagai fasilitator. Dikemudian hari ICIVM dapat menjadi anggota tingkat Internasional, seperti International Veterinary Acupuncture Association. Penulis adalah pakar pengobatan tradisional veteriner.
Februari 2019 |
35
DINAMIKA ONT
Sejarah Pengobatan Tradisional China untuk Hewan Oleh : Drh. Tatang Cahyono Rangkaian catatan sejarah pengobatan hewan di masa lampau telah membuka cakrawala baru profesi dokter hewan dari sisi pengobatan ala China, mulai dari negara asalnya hingga hadir di Indonesia. Ini membuktikan betapa ilmu pengobatan hewan China demikian luas dan cukup aplikatif dalam ranah profesi kita.
Small Animal Acupunture Class, 2227 Juli 2015 di FKH Udayana, Bali
Ma Shi Huang pada jaman kaisar Kuning tahun 2696─2598 S.M. adalah dokter hewan yang sangat terkenal dalam mengobati kuda dengan metode akupunktur dan herbal. Buku yang berjudul Lie Xian Zhuan yang mengoleksi biografi, ditulis pada Dinasti Han pada tahun 206 S.M.─220 M., menyampaikan bahwa Ma Shi Huang dari jaman Kaisar Kuning adalah dokter hewan yang mengerti mengenai konstitusi kuda, memahami gejala klinis penyakit kuda, setelah dilakukan diagnosa dan diobati, maka kuda yang sakit menjadi sehat. Dinasti XiangShang pada tahun 2070─1046 S.M., telah menggambar pada tulang, teknik operasi dan kastrasi pada hewan. Pisau perunggu dan jarum akupunktur telah digunakan pada masa itu untuk proses kastrasi pada hewan seperti babi, sapi, kuda, dan domba. Jia Gu Wen merupakan penulisan China pada tulang dan kulit kurakura sekitar 4.000 tahun yang lalu. Penggunaan herbal dan anggur di China sudah digunakan pada periode Dinasti Shang 1600─1100
36
S.M. Dinasti Zhou (Periode Spring to Autumn) pada tahun 1100─476 S.M., memberikan informasi mengenai teknologi, arsitektur, tata kota, pertanian, pengobatan untuk manusia dan hewan. Shan Hai Jing merupakan buku yang menjelaskan mengenai obat obatan, hewan dan geologi. Periode ini telah menjelaskan lebih dari 100 herbal China dengan materi medikanya. Konsep 5 elemen, organ Zang Fu dan 8 prinsip diagnosa sudah digunakan dalam periode Dinasti Zhou. Konsep Confucius, Lao Zi konsep Tao, dan Yi Jing konsep buku perubahan, sudah dipelajari disekolahan pada jaman tersebut. Mengacu pada buku Zhou Li Tian Guan pada Dinasti Zhou telah menyebutkan bahwa dokter hewan telah mengobati penyakit hewan menggunakan herbal seperti mengobati penyakit kuda. Penulisan Huang Di Nei Jing (Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine) juga pada periode yang ini. Beberapa dokter hewan yang hidup pada masa Dinasti Zhou seperti Zao Fu, Bo
| Februari 2019
Le, Wang Liang, merupakan dokter hewan yang mengobati penyakit bisul, penyakit kulit, penyakit lemah, kematian mendadak pada sapi dan kuda, serta specialis pada penyakit emergensi kuda. Dinasti Qin dan Han periode tahun 221 S.M─220 M, merupakan awal dari materi medika herbal China. Shen Nong Ben Cao Jing merupakan buku materi medika herbal China. Herbal China terdiri dari tumbuhan (mayoritas) dan mineral serta hewan (minoritas). Sebanyak 365 herbal medika telah dijelaskan pada periode Dinasti Han 206 S.M., buku dalam Bahasa inggris “The Devine Farmer’s Materi Medica”: merupakan terjemahan dari Shen Nong Ben Cao Jing”, Blue Poppy’s Great Master Series, Paper Back, January 1st, 1998 oleh ShouZhong sebagai editornya. Dinasti Qin pada periode 221─207 S.M. telah mempersatukan bahasa, mata uang dan pengukuran, memulai pembangunan Tembok China. Jiu Yuan Lu merupakan buku pertama yang memuat tentang peraturan pengobatan untuk hewan. Penulisan pada bambu dan kayu yang bendel pada masa Dinasti Han 206 S.M─220 M. Penulisan kertas juga terjadi pada Dinasti Han melalui jalur sutera, salah satu buku tertua dengan kertas pada tahun 256 M, penemuan kertas di China oleh Cai Lun. Penulisan resep oral untuk pengobatan dengan menggunakan bambu pada Dinasti Han, sepatu kuda atau ladam kuda digunakan sebagai pencegahan penyakit kuku atau telapak kuda, dokter hewan mempunyai spesialisasi dalam pengobatan sapi. Zang Zhong Jing (150─219 M) merupakan nenek moyang pengobatan tradisional China. Nama gelarnya adalah Zhang Ji,
DINAMIKA ONT lahir di Nan yang, provinsi Henan, sangat menyukai buku herbal. Zhang Zhong Jing menjadi gubernur di Changsha (Taishou) dan membuka praktek pengobatan. Suatu ketika ada wabah penyakit yang menyerang kota tersebut, sekitar 2 pertiga penduduknya meninggal dunia tak terkecuali keluarga Zhang juga, akhirnya Zhang Zhong Jing mengundurkan diri dari Gubernur dan mendalami metode pengobatannya. Setelah belajar banyak referensi dikombinasikan dengan pembelajaran dari gurunya Zhang Bosu, serta pembelajaran dari buku kaisar kuning akhirnya Zhang Zhong Jing menulis buku Shan Han Za Bing Lun (Pengobatan Penyebab Penyakit karena Dingin dan berbagai macam penyakit) pada tahun 150─219 M. Kemudian buku tersebut dikembangkan menjadi 2 judul buku : 1. Shang Han Lun (On Cold Damages), 2. Jingui Yaolue (Essensial prescription of Golden Coffer) (Ringkasan tentang gejala klinis, pengobatan penyakit dalam) oleh Wang Shue pada jaman Dinasti Jin dan beberapa ahli pengobatan pada masa Dinasti Song. Shang Lan Lun merupakan buku pengobatan yang mengajarkan bagaimana mengobati penyakit infeksius dan demam serta penyebaran penyakitnya pada eranya, berisi tentang 82 herbal materi medika, 113 formula herbal, petunjuk tentang diagnosa dan pola penyakit mengacu ke Tai Yang, Shao Yang, Yang Ming, Tai Yin, Shao Yin, Jue Yin. Buku dalam Bahasa inggris terbit pada Agustus 1999, sebanyak 800 halaman. Periode 3 Raja (Three Kingdom) pada tahun 220─280 M. Seorang ahli pengobatan Hua To yang terkenal pada masa itu menemukan titik akupunktur yang sangat penting di daerah leher, maka untuk menghormatinya maka titik itu dinamakan Huato jiaji. Hua to juga menemukan herbal untuk anestesi, yaitu Ma Fei San, yang digunakan untuk pembiusan umum dan operasi otak. Dinasti Jin pada tahun 265─581 M., Ge Hong menulis
buku Zhou Hou Bei Ji Fang (Buku Saku untuk Pengobatan Emergensi) menjelaskan pengobatan hewan dengan melalui palpasi rektal sekitar tahun 281─341 M. Ge Hong menggunakan daun Artemisia Annua (Qing Hao) dijadikan sop untuk mengobati penyakit Malaria. Gong Qing Yuan pada tahun 496 M. menulis buku Liu Juan Zi Gui Yi Fang (Remedies Left Over by Gost). Lei Xiao pada tahun 500an M menulis buku Lei Gong Pao ZJi Lun (Lei’s Method of Preparing Drugs). Bo Le Liao Ma Jing mempublikasikan buku “Bole’s Classics on Treatment of Equine Disease” pada tahun 502─557 M. Jia SiXie menulis buku Qi Min Yao Shu (Basic Techniques of Farmer) sekitar tahun 533─544 M., buku tersebut banyak menjelaskan tentang peternakan dan teknik pengobatan pada hewan. Pemerintah China pada tahun 562 M, mengirimkan buku Ming Tang Tu (Canon of Equine Acupuncture) ke Mikado di Jepang. Chao YuanFang pada tahun 610 M., menulis Zhu Bing Yuan Hou Lun (General Treatise of Etilogy and Symptomology of Disease). Dinasti Sui pada tahun 581─618 M., Pemerintahan Sui telah membuat institut pendidikan Dokter Hewan (Tai Pu Si). Pemerintahan tersebut mengajarkan ilmu peternakan dan pengobatan untuk hewan dengan siswa 120 orang. Buku kedokteran hewan yang digunakan sudah khusus untuk kedokteran hewan seperti buku diagnosa, buku teknik pengobatan, buku pengobatan herbal, akupunktur dan moxibasi. Buku yang dipublikasikan dalam periode ini adalah Liao Ma Fang (Resep untuk Kuda), Bo Le Zhi Ma Za Bing Jing (Pengobatan Penyakit Kuda Oleh Bo Le), Yu Ji Liao Ma Jing (Pengobatan Klasik Penyakit Kuda oleh Yu Ji), Liao Ma Jing (Pengobatan Klasik Penyakit Kuda), Zhi Ma Jing Tu (Pengobatan Klasik Penyakit Kuda dengan Gambar), Ma Jing Kong Xue Tu (Atlas dari Meridian dan Titik Akupunktur pada Kuda), Zhi Ma Niu Tuo Luo Deng Jing (Pengobatan Klasik untuk
Penyakit Kuda, Sapi, Onta). Dinasti Tang pada tahun 618─907 M., Kedokteran Hewan dengan pembelajaran yang lebih sistematik pada tahun 705─707 M, tercatat sekitar 600 dokter hewan, 4 guru untuk kedokteran hewan dan 100 siswa dokter hewan. Pemerintahan Dinasti Tang memperbaiki materi medika herbal Xin Xiu Ben Cao yang dipublikasikan pada tahun 659 M., buku tersebut menjadi acuan pertama kali untuk buku farmalokologi di China untuk manusia dan hewan. Li Shi merupakan pegawai dari pemerintahan pada masa itu menulis Si Mu An Ji Ji (Koleksi Pengobatan Kuda) pada tahun 783─845 M., Buku tersebut menjelaskan secara sistematis tentang dasar teori penyakit, diagnosa penyakit dan pengobatan penyakit berdasarkan TCVM (Traditional Chinese Veterinary Medicine/ Pengobatan Tradisional China untuk Hewan), termasuk didalamnya terdapat penjelasan Bo Le Zhen Jing (Bo Le’s Canon of Veterinary Medicine). Pemerintahan Jepang mengirim Ping Zhong Guo ke China untuk belajar TCVM pada tahun 804 M. Kumpulan beberapa buku pengobatan tradisional China diantaranya: Hua To menulis buku Zhong Zang Jing (Treasury Classic). Pada era Dinasti Tang (618─970 M), Su Jing et al, menulis buku Tang Ben Cao (Tang Materi Medica). Pada era Dinasti Jin (NorthShouth Kingdom) abad ke5 masehi, Tao HongJing menulis buku Ming Yi Bie Lu (Miscellaneous Record of Famous Physicians). Pada era Dinasti Song, Luo Long Ji menulis buku Nei Jing Shi Yi Fang Lun (Enumeration of Formulas Omitted from Inner Classic). Pada era Dinasti Song, Sun SiMiao menulis buku Qi Xiao Hai Shang Liang Fang Mi Ben (Secret Text of Extraordinary Effective Beneficial Formulas from Across the Seas) dan Qian Jin Yao Fang (Thousand Ducat Formula) pada tahun 652 M, Bei Ji Qian Jin Yao Fang (Essensial Prescriptions worth a Thousand Gold for every
Februari 2019 |
37
DINAMIKA ONT Emergency) pada tahun 652 M oleh Sun SiMao, yang menjelaskan mengenai pengobatan tradisional China pada kondisi penyakit akut seperti: stroke, muntah, diare, kencing batu, kencing berdarah, problem paruparu, gigitan ular, rabies, epilepsy dan lain sebagainya. Qian Jin Yi Fang (Suplement to Thausand Ducat Formula) pada tahun 682 M oleh Sun SiMao. Meng Shen menulis buku Shi Xing Ben Cao (Materi Medica of Food Therapy) pada abad ke7 masehi. Kumpulan buku pada Dinasti Tang (618─907 M) diantaranya: Ri HuaZi Ben Cao (Materi Medica of Ri HuaZi) oleh Ri HuaZi pada tahun 713 M, Wai Tai Mi Yao (Arcane Essentials from The Imperial Library) oleh Wang Tao pada tahun 752 M, Ben Chao Shi Yi (Suplement of Materi Medica) oleh Chen CangQi pada abad ke 8 masehi. Li Shang Xu Duan Mi Fang (Secret of Treating Wounds and Bone Setting) oleh Lin Dao Ren pada tahun 846 M, Jing Xiao Chan Bao (Tested Treasures in Obstetrics) oleh Zan Yin pada tahun 854 M. Pemerintahan Dinasti Song pada tahun 9601279 M, sudah memiliki Bing Ma Jian (Rumah Sakit untuk Kuda) pada tahun 1007 M untuk mengobati kuda kuda yang sakit didekat kota. Pada tahun 1103 pemerintahan Dinasti Song sudah memiliki Pi Bao Suo (Institut Patologi dan Nekropsi) untuk melakukan pemeriksaan postmortem. Chang Sun seorang dokter hewan yang terkenal karena mampu mengobati sakit kulit kuda menggunakan herbal, pada tahun 1120 pemerintahan Dinasti Song memberikan penghargaan atas jasanya dalam pengobatan (Guang Chan Hou). Pada tahun 1086─1110 M buku berjudul Fan Mu Cuan Yan Fang (Koleksi Resep Pengobatan yang Efektif untuk Penyakit Kuda) oleh Wan Yu, yang menjelaskan tentang formula herbal, akupunktur, dan penyakit pada limpa, hati, jantung, paruparu dan ginjal. Pemerintahan Dinasti Yuan pada tahun 1279─1368 M, buku berjudul Quan Ji Tong Xuan Lun
38
(Pengobatan Penyakit Kuda) oleh Bian Bao/ Bian Guangou menjelaskan tentang organ dalam, patologi, pengobatan penyakit secara umum pada hewan. Pemerintahan Dinasti Ming pada tahun 1368─1644 M, melakukan pelatihan pengurus kuda pada tahun 1438 M, setiap 1 pengurus kuda bertanggung jawab mengurus 25 ekor kuda, dari mereka yang pintar akan disekolahkan menjadi dokter hewan untuk mengobati kuda. Pada tahun 1578 M Li ShiZhen (1518─1593) menulis buku berjudul Ben Cao Gang Mu (Ringkasan Materi Medika) yang diperolehnya dari 30 tahun pengalamannya sebagai praktisi pengobatan tradisional dan 800 buku yang sudah dipelajarinya, menjelaskan tentang 1.892 herbal dan 11.096 formula herbal. Publikasi dalam Bahasa inggris oleh Profesor Edward B. Jelks, Ph.D., bagian Anthropology Emeritus, Universitas Illinois USA, berjumlah 4.397 halaman, pada bulan oktober 2003. Buku Berjudul Ma Shu (Buku tentang Kuda) oleh Yang ShiQiao pada tahun 1594 M, menjelaskan tentang subtansi pengobatan penyakit kuda. Buku berjudul Yu Heng Liao Ma Ji (Pengobatan dan Terapi pada kuda oleh Yuan Heng) oleh Yu BenYuan dan Yu BenHeng pada tahun 1608 mewakili TCVM untuk disebarkan luaskan secara keluar negeri China. Buku berjudul Xin Bian JI Cheng Ma Yi Fang Niu Yi Fang (Koleksi Resep untuk Kuda dan Sapi) pada tahun 1633 M., ditulis dalam Bahasa China oleh Zhao Jun dan ShiHeng yang berasal dari Korea.
Pada Tahun 1998 Chi Institute Florida USA merupakan institut yang mengajarkan pembelajaran TCVM atau Pengobatan Tradisional China untuk Hewan secara internasional yaitu : Akupunktur, Herbal, Pijat TuiNa, dan terapi makanan untuk hewan. Pada Tahun 2015, Drh. Tatang Cahyono, bekerja sama dengan Chi Institute Florida dan World Association of Traditional Chinese Veterinary Medicine (WATCVM) mendirikan pembelajaran TCVM di Indonesia, dengan membuka kelas akupunktur untuk hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Udayana Bali pada tanggal 2227 Juli 2015, kemudian dilanjutkan sesi lanjutan di Fakultas kedokteran Hewan IPB Bogor pada bulan Desember 2015, dan bulan Februari di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, pada tanggal 8 September 2017, terbentuk Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Tradisional China Indonesia (ADHPTCI) yang mewadahi pembelajaran TCVM di Indonesia. Pada tanggal 12 Agustus 2018 dimulai kelas pengobatan herbal China untuk hewan di Sahid Rich Hotel Yogyakarta, Indonesia untuk pertama kalinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengobatan Tradisional China untuk hewan termasuk herbal di dalamnya telah melalui proses yang lama dan penelitian yang berkelanjutan selama ribuan tahun. Penulis adalah Kontributor Asosiasi Dokter Hewan Pengobatan Tradisional China Indonesia
Seminar dan Workshop Veterinary Chinese Herbal Sesi 1 pada tanggal 18 Agustus, 2018, Yogyakarta.
| Februari 2019
DINAMIKA ONT
TERAPI SHOCK WAVE PADA KUDA
Oleh : Drh. Silfiana Ganda Kesuma Selama ratusan tahun, kuda telah membantu manusia dalam berbagai aspek baik sebagai sarana transportasi, hobi maupun olah raga. Sebagaimana mahluk hidup lainnya, dalam melakukan tugasnya kuda sering kali mengalami cedera. Cedera tersebut terkadang dapat segera teratasi dengan obat namun sering kali masih memberikan efek pincang atau rasa sakit yang kronis pada bagian tubuh tertentu. Rasa sakit yang kronis pada kuda akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada kuda saat beraktivitas. Hal ini akan mengganggu performa kuda,
terutama pada kuda kompetisi, seperti dressage, jumping maupun pacu. Untuk mengatasi rasa sakit kronis tersebut, digunakan alat Shock Wave Therapy (SWT). Alat ini merupakan salah satu alat rehabilitasi medik yang menggunakan teknologi gelombang kejut (shock wave) yang aman untuk digunakan pada kuda atau hewan lainnya. Terapi dengan SWT tidak memerlukan tindakan bedah (noninvasive) atau obatobatan keras yang bisa menimbulkan efek ketergantungan pada hewan. Meskipun demikian, terapi dengan alat ini harus
dilakukan oleh dokter hewan karena ada batasanbatasan pemakaian alat ini dan aturan pelaksanaan terapinya. Alat terapi ini sebenarnya sudah digunakan di Eropa sejak lama dan telah diakui sebagai alat terapi yang banyak manfaatnya, bukan hanya di kuda tapi juga di manusia. Pada kesempatan ini AKTIVI dan BTL bekerjasama dengan Drh. Gilang dari Arthayasa Stable memperkenalkan alat dan metode terapi SWT dengan membuka posko terapi SWT dan HIL (High Intensity Laser) di Zaganosh Cup tanggal 13 Maret 2019, di Jakarta International Equine Center Pulomas. Terapi SWT sangat bermanfaat untuk penyakitpenyakit yang bersifat kronis, setelah di terapi kuda sebaiknya diistirahatkan dari aktivitas berlebih. Program terapi SWT pada kuda umumnya dilakukan sampai 6 kali terapi dengan interval minimal 3 hari dari tiap sesi terapi. Manfaat dari terapi ini antara lain, menghilangkan rasa sakit/ nyeri kronis serta meningkatkan kebugaran dan stamina kuda, oleh karena itu terapi ini baik dilakukan 4 hari sebelum dan setelah kuda mengikuti ajang kompetisi. Penulis adalah Kontributor Asosiasi Akupuntur dan Terapi Integratif Indonesia (AKTIVI)
Februari 2019 |
39
OPINI SEJAWAT Presiden Joko Widodo meluncurkan semboyan Making Indonesia 4.0, seolah berpacu dengan negara lainnya dalam membuat sebuah roadmap strategi Indonesia dalam implementasi memasuki industri 4.0. Seiring dengan perkembangan peradaban jaman, arus globalisasi sudah mengalir dengan derasnya dan tidak terbendung. Dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data dan robotic yang dikenal dengan fenomena Disruptive Innovation : inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu pasar yang sudah ada dan pada akhirnya menggantikan pasar teknologi terdahulu, fenomena ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang berbasis pola digitalisasi. Menghadapi tantangan tersebut, bidang veteriner sebagai salah satu instrumen yang memegang peranan strategis dalam pembangunan nasional, dituntut untuk berbenah, termasuk dalam menghasilkan sumber daya veterinary yang inovatif. Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan kemampuan spesifik yang terkait dengan profesi veteriner merupakan kebutuhan mendesak bagi setiap personal dokter hewan dalam menghadapi setiap tantangan peradaban.
kinstacdn.com
Tantangan filosofi Manusya Mriga Satwa Sewaka di Era baru Indonesia 4.0
Revolusi Industri 4.0 Richard Mengko, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam presentasi yang mengambil sumber dari A.T. Kearney, mengungkap sejarah revolusi industri sampai empat tahap revolusi industri, yaitu : Revolusi industri 1.0, terjadi pada akhir abad ke18. Ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Revolusi industri 2.0, terjadi di awal abad ke20. Kala itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Lini
40
Oleh : Moh. Sukmanadi produksi pertama melibatkan rumah potong hewan di Cincinati pada 1870. Revolusi industri 3.0, terjadi pada awal tahun 1970 ditengarai sebagai kemunculan perdana revolusi industri 3.0. Dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama Programe Logical Controle (PLC), yakni modem 084969. Sistem otomatisasi berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia.
| Februari 2019
Revolusi industri 4.0, ditandai dengan sistem cyberphysical. Bidang industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things (IoT). Perwujudan dari Revolusi Industri 4.0 dimasa depan adalah pengunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence), produk produk hasil nanoteknologi dan bioteknologi, 3D Printing, industri mengadopsi the internet of Things (IoT), energy storage, dan quantum computing. Tantangan dokter hewan di era globalisasi/revolusi industri 4.0 semakin meningkat seiring dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Dalam data WHO dalam satu dekade ini ditemukan 75 persen penyakit baru pada manusia adalah Zoonosis atau penyakit dari hewan yang menular ke manusia. Agen zoonosis dapat merupakan material bioterorisme yang cukup efektif sekaligus sangat berbahaya. Dokter hewan merupakan profesi yang disiapkan dalam menjawab kompleksitas zoonosis yang saat ini sedang dihadapi. Profesi ini telah dibekali dengan berbagai keahlian atau pengetahuan tentang comparative medicine, penyakit dan kesehatan multi species dengan jangkauan taksonomi yang sangat luas, kesehatan populasi yang
OPINI SEJAWAT melibatkan faktor lingkungan. Manusya Mriga Satwa Sewaka, semboyan dokter hewan ini diartikan mengabdi sesama melalui kesejahteraan hewan, tugas seorang dokter hewan secara konkret adalah menjaga kesejahteraan manusia dengan jalan memuliakan hewan, menjaga kelayakan sumber protein hewani, mencegah berbagai penyakit menular dari hewan (zoonosis) serta menjaga kesehatan lingkungan tempat hewan/ternak, kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) dalam menjalani perkembangan kehidupannya Diperkirakan lebih dari 200 penyakit zoonosis dan 25 penyakit menular strategis yang dianggap mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Zoonosis memiliki efek multi yang cukup besar mulai dari aspek kesehatan, aspek ekonomi, penurunan produktifitas ternak, beban biaya
di lapangan. Dalam masa revolusi industri ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja yang melibatkan lini produksi pertama kali melibatkan rumah potong hewan. Penulis terusik dengan kasus di Surabaya, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) rumah potong hewan milik Pemkot yang dibatalkan sehingga tidak adanya dokter hewan yang menangani dan bertanggung jawab pada daging sembelihan yang dihasilkan, bagaimana dengan kontrol terhadap zoonosis yang mungkin ditimbulkan (Jawapos, 21/01/2019). Perlu lembaga pemerintah yang setara yaitu kelembagaan yang menangani Kesehatan Hewan dan kelembagaan yang menangani Kesehatan Manusia, baik di tingkat Pusat maupun Daerah , karena membangun kesehatan hewan dan lingkungan
Kartu Tanda Anggota (KTA) PDHI secara online, diberlakukan seumur hidup, KTA berfungsi seperti kartu emoney bekerjasama dengan bank BUMN atau bank swasta. Seminar Online (Webinar) gagasan visioner berbasis IT, program seminar online yang lebih dikenal dengan istilah Webinar juga digagas PB PDHI. Membenahi situs resmi PDHI lebih menarik dan update informasi terkini seputar semboyan Manusya Mriga Satwa Sewaka. Konsep ini melihat secara komprehensif interaksi antar komponen terkait dengan proses munculnya atau penyebaran zoonosis sehingga dapat diperoleh gambaran penyakit secara utuh yang dapat memudahkan upaya penangannya. Strategi yang dikembangkan saat ini adalah Konsep ONE HEALTH yang menekankan pada blog.ebv.com
untuk pemberantasan dan pengendalian penyakit dan aspek ketentraman batin manusia. Amanat UndangUndang Nomor 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner, Perlu dibentuknya kelembagaan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menetapkan keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan, dengan melibatkan keprofesionalan dokter hewan dan mengerahkan semua lini kemampuan profesi mulai dari mengidentifikasi masalah, menentukan kebijakan, mengkoordinasikan pelaksana kebijakan sampai dengan mengendalikan teknis operasional
berarti membangun kesehatan manusia. Zulkifli Hasan, Ketua MPR dalam pidato 17 Desember 2018 dalam kesempatan pelantikan Pengurus PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) mengatakan, Otoritas Veteriner sangat diperlukan untuk menangani wabah penyakit hewan. Sekarang ini belum ada Otoritas Veteriner sehingga tidak diketahui siapa yang bertanggung jawab atas masalah kesehatan hewan dan linkunggan veteriner. Bagai gayung bersambut apa yang digagas Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) terpilih Drh, Muhammad Munawaroh MM dalam kesempatan pelantikannya di Gedung MPR (17/12/2018) mencetuskan sejumlah gagasan cemerlang, proses pembuatan
kemitraan antara dokter dan dokter hewan dalam studi dan surveillans yang lebih baik di bidang zooosis. Konsep ini secara terintegrasi melibatkan berbagai multidisiplin dan transdisiplin, sehingga tidak hanya mengatur interaksi manusia, hewan dan lingkungan tetapi juga interaksi antara ketiganya. Seluruh dokter hewan diharapkan dapat mengoptimalkan peran masingmasing di masyarakat dan pemerintahan sesuai dengan keahlian profesi untuk menunjang kesejahteraan dan kesehatan manusia melalui dunia hewan, sesuai dengan semboyan “MANUSYA MIGRA SATWA SEWAKA”. Bagaimana peran anda ? (Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Sains Veteriner Universitas Airlangga)
Februari 2019 |
41
OPINI SEJAWAT
PANDANGAN ISLAM TERHADAP PROFESI DOKTER HEWAN Oleh : Dr. Drh. Endhie D. Setiawan, M.Sc. Pada dasarnya manusia mempunyai 3 hubungan, yang disebut dengan (hablum minallah = hubungan manusia dengan Allah), (hablum minannas = hubungan manusia dengan manusia) dan (hablum minal'alam = hubungan manusia dengan alam). Pada artikel ini, akan lebih ditekankan pada pembahasan tentang hubungan manusia dengan alam menurut pandangan Islam. Hubungan manusia dengan alam dilakukan agar manusia tidak semenamena terhadap alam sekitar. Manusia harus menjaga keseimbangan ekosistem agar tidak terjadi kerusakan alam yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Hubungan manusia dengan alam dapat mencakup banyak hal yang berkaitan dengan alam raya ini, termasuk didalamnya hubungan dengan tanaman dan hewan. Membahas tentang hubungan dengan hewan dari sudut pandang agama islam misalnya, pasti akan mencakup bahasan tentang anjing dan babi yang biasanya selalu ramai diperbincangkan. Memakan daging anjing dan babi memang sudah jelas haram (menurut hukum islam). Namun perlu diingat, menyakiti atau berbuat zhalim terhadap hewan najis mughollazhoh (najis berat) itu juga jelas dosa besar. Mari kita mencoba menyegarkan kembali tentang sebuah hadist tentang seseorang yang menolong anjing sebagai berikut :
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245). Simak Juga hadist berikut ini, dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda :
“Ketika seorang lakilaki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia
42
| Februari 2019
keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari hewan ?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244) Dua hadis di atas sudah tentu mengajarkan kita agar berbuat baik kepada hewan. Jangankan Dokter Hewan, yang bukan Dokter Hewan saja berpahala menolong anjing, terlebih mengobatinya jika sakit. Perlu diperhatikan bahwa upah dari mengobati anjing sama dengan mengobati hewan lainnya. Halal hukumnya. Sekalipun ada sebagian yang beranggapan “halal tapi tidak thayyiban”, pendapat seperti ini juga tidak pas karena tdk didukung dengan dalil yg ada. Bagaimana cara kita berinteraksi dalam melakukan penanganan terhadap anjing yang sakit? Hal ini karena sebagaimana disebutkan diatas, bahwa anjing adalah hewan yang najis,maka mengobatinya tentu diusahakan harus menggunakan sarung tangan tertutup dan panjang atau media lainnya agar najis tersebut tidak terkena pakaian atau kulit. Jika pun terkena najisnya, maka Islam sudah mengatur cara untuk membersihkan dan mensucikan terhadap najis yang terkena tersebut. Penulis adalah bagian dari Keluarga Lansia Veteriner Indonesia
OPINI SEJAWAT
MENGATASI BAHAYA PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA : Contoh Aplikasi K3 di Pekerjaan - bagian 2 (habis) Oleh : Drh. David Kusmawan, M.K.K.K.
“Ratusan ekor sapi di Bekri, Lampung Tengah mati diserang virus. Para peternak berharap pemerintah segera turun tangan agar tidak ada lagi yang mati”. “Petani sapi lainnya, Suprapto mengatakan, pihak karantina hewan Provinsi Lampung sudah melakukan pemeriksaan terhadap sapi yang terkena virus, namun sampai saat ini penyakit itu juga belum bisa disembuhkan. "Sudah dilakukan pemeriksaan, positif virus Jembrana,” kata dia Cuplikan berita di atas dimuat di Lampung TV terkait banyaknya sapi peternak yang mati akibat virus Jembrana. Salah satu hazard (bahaya) psikososial yang ada di tempat kerja adalah stess. Stres yang timbul disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab stres misalnya saja serangan wabah penyakit di farm (peternakan) yang terjadi seperti kasus di atas bisa menimbulkan stres bagi peternak rakyat karena kerugian finansial tidaklah sedikit, kondisi pekerjaan, tuntutan pekerjaan, dan kondisi lingkungan kerja, kondisi kemacetan menuju tempat kerja. Dr. Jane Parry, Ph.D. et all tahun 2005 menyampaikan laporan hasil penelitian terkait
yang berjudul Farmers, Farm Workers and WorkRelated Stress menyatakan bahwa tekanan dari pekerjaan beternak memberikan sejumlah dampak pada kesejahteraan fisik dan mental pada responden yang menjadi subyek dalam penelitian yang dilakukan. Hal yang paling umum dari adalah kurang tidur, masalah punggung, khawatir tentang pekerjaan, lekas marah dan merasa sedih. Di Indonesia terutama industri perikanan, peternakan dan kesehatan hewan, hazard psikososial ini jarang dan sedikit sekali menjadi perhatian serius. Hazard psikososial ini bisa muncul misalnya karena persaingan bisnis, kondisi pasar komoditas misalnya unggas yang fluktuatif menjelang lebaran akan berisiko menimbulkan stres bagi para pedagang kecil dan sebaliknya akan menguntungan bagi pengusaha besar. Tuntutan persaingan bisnis, tuntuntan target kerja dari perusahaan kepada pekerja. Stres ini bisa menghampiri semua lini, mulai level staf maupun pimpinan perusahaan atau institusi. Northcraft (1990) mengungkapkan bahwa ada dua bentuk sumber stres kerja yaitu perasaan frustrasi karena tidak mampu mengontrol situasi yang sedang berlangsung atau karena dari situasi yang tidak menentu/ tidak mampu diprediksikan. Semakin besar potensi frustrasi terhadap ketidakpastian dan kontrol yang rendah terhadap situasi, maka semakin besar stres yang dirasakan. Frustrasi yang mungkin muncul dari kontrol yang rendah, bersumber dari konsultasi yang kurang baik, hambatan perilaku, terlalu banyak atau terlalu sedikit pekerjaan, tekanan waktu,
partisipasi yang rendah dalam pengambilan keputusan, dan tuntutan baik dari keluarga dan masyarakat, hubungan interpersonal yang kurang baik. Sumber stres karena ketidakpastian adalah politik dalam organisasi, ketidakamanan pekerjaan, kekaburan peran, konflik peran, dan delegasi yang kurang jelas. Hal tersebut sesuai dengan salah satu teori stres yaitu teori behavior constraint atau hambatan perilaku. Teori ini didasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Bem bahwa orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang berkembang saat itu. Sumber stres ada dua yaitu sumber stres yang berasal dari organisasi dan sumber stres yang berasal dari kehidupan. Sumber stres dari organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan fisik, dan tuntutan interpersonal. Tuntutan tugas adalah sumber stres yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. Ada beberapa pekerjaan yang memang pada dasarnya mempunyai tingkat stres yang tinggi, ada pula yang rendah karena terkait dengan tuntutan tugasnya. Seorang ahli pengeboran minyak, pengontrol lalu lintas udara, dan dokter bedah syaraf merupakan profesiprofesi dengan bidang tugas yang mengandung sumber stres tinggi. Dokter hewan yang bekerja dengan risiko bahaya tinggi seperti dokter hewan yang berpotensi terkena rabies, leptospirosis, virus H5N1 dan atau hazard biologis (yang bersifat zoonosis) lain yang mungkin bisa terpapar terkait dengan pekerjaannya. Hal lain yang masih berkaitan dengan tuntutan tugas adalah sejauh mana akibat tugas tersebut
Februari 2019 |
43
OPINI SEJAWAT terhadap dampak fisik, misalnya karyawan yang bekerja di reaktor nuklir. Dalam hal ini, masalah keamanan menjadi penting. Terakhir adalah apakah pekerjaan tersebut mempunyai risiko beban pekerjaan besar atau tidak. Tuntutan fisik sebagai sumber stres adalah apakah rancangan lingkungan fisik menjadi sumber stres apa tidak. Bekerja di reaktor nuklir ada ancaman jika reaktornya bocor atau terkena radiasi. Tuntutan peran, tidak berbeda dengan yang sudah dijelaskan di bagian terdahulu. Tuntutan interpersonal adalah lebih berkaitan dengan individu dalam interaksi di pekerjaan, misalnya apakah ada tekanan dari kelompok, dalam normanorma kerja, yang pada dasarnya tidak diatur secara resmi oleh organisasi. Apakah gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan tugas dan sesuai dengan kebutuhan karyawan? Apakah ada konflikkonflik yang berkaitan dengan kepribadian tertentu, misalnya dengan perbedaan karakteristik tertentu akan kurang menguntungkan untuk kerja secara tim. Stres dalam kerja pada dasarnya juga dipengaruhi oleh sumber stres di luar organisasi. Stres dalam sejarah kehidupan manusia, mau tidak mau akan berdampak terhadap bagaimana seseorang bekerja. Ada dua macam stres kehidupan yaitu perubahan kehidupan dan trauma dalam kehidupan. Perubahan kehidupan misalnya kematian pasangan hidup dan trauma kehidupan misalnya perceraian dengan pasangan hidupnya
Strategi level individu dapat dilakukan dengan menggunakan strategi koping yaitu latihan dan relaksasi, manajemen waktu, manajemen peran, dan dukungan sosial. Strategi pada level organisasi terdiri atas dua yaitu program institusi dan program kolateral. Program institusi berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, budaya, dan supervisi. Sedangkan program kolateral seperti program promosi kesehatan atau pun program stres manajemen yang khusus disusun oleh pihak manajemen bagi karyawan. Koping merupakan suatu cara yang ditempuh oleh individu (pekerja) dalam menghadapi stres yang dihadapi, cara untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping merupakan cara yang unik yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stres yang dihadapi. Koping menunjukkan kekuatan/ ketahanan pekerja/ individu dalam menghadapi, menilai dan mengatasi stressor (penyebab stres) yang muncul. Bekerja di bidang apapun akan menghadapi yang namanya stres baik dalam tingkat yang ringan sedang dan berat. Oleh karena itu, kemampuan mengenali stressor (pemicu stres) sangat diperlukan.
Kedua, kemampuan koping dan manajemen stres yang perlu dilatih dan dipelajari untuk menghadapi stresor yang kemungkinan akan muncul di tempat kerja. Hal ketiga adalah meningkatkan penguasaan/ keahlian/ kompetensi bidang kerja yang sedang dijalani. Misalnya seorang yang bekerja di bidang marketing bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan para customer, seorang pekerja di bagian peneliti lab meningkatkan kompetensi dan skill laboratoriumnya agar tidak menjadi beban kerja, pekerja di bidang peternakan secara berkala dan kontinyu meningkatkan skill dan jejaring kerja untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri untuk kinerja yang prima. Hal terakhir adalah mencintai apa yang dilakukan dan melakukan apa yang menjadi passion di bidang kerja. Hal di atas merupakan hal yang penting menurut penulis untuk menciptakan kondisi kerja yang work life balance untuk pekerja di livestock. Penulis adalah Asisten Dosen di Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Manajemen Pencegahan dan Kontrol (kiat praktis) Secara garis besar, upaya mengelola stres dapat dikelompokkan menjadi dua macam strategi yaitu strategi koping untuk level individu dan strategi dalam level organisasi (Moorhead & Griffin,1995).
44
Tidak sedikit kasus yang bisa menimbulkan bahaya psikososial bagi peternak
| Februari 2019
PROFIL
MENGENAL SANG PROFESOR
Prof. Dr. Drh. Suwarno, M.Si. Seorang pria yang akrab dipanggil dengan sebutan ‘Prof’ ini, karena memang bergelar ‘Profesor’, sangat mencintai fokus keilmuan yang digelutinya di bidang Virology. Sebutlah beliau sebagai ‘Profesor Virology’. Sejak kuliah Strata 1 di FKH Universitas Airlangga, Suwarno sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang ini, hingga skripsi yang membuatnya lulus juga soal virology, judulnya Isolasi dan Identifikasi Virus Infectious Bursal Disease dengan Uji Agar Gel Presipitasi. Setelah lulus dari FKH Unair pada tahun 1988, Suwarno pun langsung mengambil konsentrasi riset di bidang virology. Dia sangat intens melakukan penelitian, ada dua prinsip menurutnya yang harus dipegang jika ingin menjadi seorang peneliti yang sukses, yaitu ketekunan dan patuh prosedur. Suwarno menyelesaikan program Strata 2 bidang Imunologi dan Strata 3 Bidang Ilmu Kedokteran di Universitas
Airlangga. Ada cerita menarik ketika ia melakukan penelitian soal rabies yang ketika itu menjadi materi desertasinya, karena ia memegang teguh prinsip ketekunan dan patuh prosedur itu maka ia tidak segansegan untuk menjalani vaksinasi rabies 3 kali setiap tahunnya selama melakukan riset soal rabiesnya itu. Desertasinya selesai pada tahun 2005, dengan judul Karakterisasi Molekuler Protein serta Gen Penyandi Nukleoprotein dan Glikoprotein Virus Rabies dari Beberapa Daerah Geografik di Indonesia.
Hingga saat ini, pria kelahiran Tuban 15 Mei-57 tahun yang lalu ini masih aktif mengajar di FKH Universitas Airlangga. Ketekunan dan kehangatan pribadinya membawanya menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Virologi & Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Beberapa penemuan beliau yang fenomenal antara lain : penemu satu-satunya vaksin rabies isolat lokal asli Indonesia yang diproduksi oleh industri vaksin terkemuka di Bandung pada tahun 2012 dan sekarang dimanfaatkan sebagai vaksin rabies pada hewan, penemu Kit Diagnostik AINFLU (membedakan infeksi H5N1, H5N2 atsu H5N9) menyabet juara nasional ke-3 pada Pameran Agroindustri Kemenristekdikti yg diikuti oleh semua perguruan tinggi se Indonesia di tahun 2013, penemu Kit Diagnostik ONRAWIB digunakan untuk deteksi varian virus IB, merupakan kit terlaris thn 2014-2015 pd unit layanan diagnostik FKH UNAIR dan masih ada beberapa penemuan beliau lainnya. Tidak hanya aktif dan berprestasi di kampus, sang profesor juga aktif memberikan kontribusinya untuk profesi dokter hewan melalui organisasi. Prof. Suwarno adalah Ketua 1 Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, yang juga ketua PDHI Cabang Jawa Timur 1. Anda bisa bayangkan, betapa sibuknya bapak dari dua orang putri ini? Namun prinsip ketekunan itu sepertinya sudah mengakar, dilihat dari kerja risetnya yang tidak kenal lelah, maka sang profesor juga tidak akan lelah bekerja untuk profesinya melalui PDHI. Bravo! (Arief/ Vetnesia)
Februari 2019 |
45
RESENSI BUKU Dalam berberapa tahun terakhir, aspek praktis dan teori kedokteran telah berkembang seiring dengan teknologi yang semakin maju. Dokter hewan dituntut untuk selalu memperluas pemahaman literasi dan bacaannya supaya tidak ditinggal oleh waktu. Namun demikian, terdapat dua kemampuan intelektual dasar yang tidak ikut mengalami perubahan, yaitu cara menentukan diagnosis dan tata laksana terapi yang tepat bagi seekor hewan tersebut. Profesi dokter hewan praktisi dituntut terhadap tiga tantangan besar ketika dihadapkan dengan pasien. Tantangan ini diantaranya adalah mampu menentukan diagnosis dengan cepat, memilih manajemen klinis yang baik dan tidak membahayakan serta harus tetap menambah wawasan tentang segala hal yang berhubungan dengan dunia kedokteran hewan. Buku ini disajikan dengan literatur dan refrensi lengkap sebagi bekal dokter hewan baik di bidang praktisi maupun dalam bidangbidang yang berhubungan langsung terhadap anamnesa suatu penyakit. Titik berat penulisannya lebih mengedepankan terhadap teknis anamnesis, observasi, beragam teknik pemeriksaan fisik dari berbagai pandangan kamera regio hingga interpretasi hasil secara tepat, cepat, dan komprehensif dalam mendukung penegakan diagnosis yang akurat. Keterampilan yang harus dipahami terlebih dahulu ialah pemahaman terhadap anatomi, fisiologi, dan perilaku anjing kucing secara keseluruhan. Dalam menentukan prognosis, diagnosa penyakit, hingga terapi, tentunya attitude dokter terhadap pasien pemilik hewan dan cara pemeriksaannya menjadi kunci dari sikap penanganan yang diberikan nantinya. Sebagai pembuka, buku ini memulai dengan hal paling mendasar yaitu langkah dan metode diagnosa fisik baik secara observasi jarak jauh dan jarak dekat. Kemudian beralih menuju bahasan pemeriksaan fisik umum yang disajikan dalam berbagai poinpoin penting. Pemeriksaan fisik secara umum dimulai dari mengetahui teknik pengukuran temperatur, amplitudo, pulsus, respirasi, mukosa dan lain
46
Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal ISBN
: Pemeriksaan Fisik Pada Anjing dan Kucing : Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, drh., M.Kes : Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR (AUP) : I, 2013 : xi + 159 halaman : 9786027924338
DASAR-DASAR DALAM PEMERIKSAAN FISIK HEWAN PELIHARAAN sebagainya. Bahasan berikutnya mengenai pemeriksaan fisik terhadap regio kepala leher dan regio thoraks yang meliputi alat indra, sistem respirasi, sistem sirkulasi suara jantung S1S4. Kemudian pemeriksaan fisik terhadap regio abdomen meliputi penjelasan diare, asites, dan urolitiasis yang paling sering terjadi pada hewan peliharaan anjing kucing. Pemeriksaan fisik neurologis juga termasuk dalam bahasan, dimana fungsi serebrum beserta struktur otak, hingga refleks yang menyerang cara berjalan. Bahasan terakhir ditutup dengan bahasan pemeriksaan fisik kulit dan bulu. Pemeriksaan ini termasuk didalamnya pemeriksaan fisik seperti macam macam lesi, hingga pemeriksaan lanjutan yang menekankan
| Februari 2019
masalah dermatitis, food alergy, dan peranperan faktor lainnya terhadap kesehatan kulit anjing dan kucing. Kelebihan dari buku ini ialah model penulisan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami sebagai dokter hewan. Menggunakan visual gambar bewarna yang menarik, mengupas hal hal penting diluar dugaan yang tanpa disadari perlu diperhatikan dalam anamnesa, terdapat subbab mengenai ringkasan dan umpan balik dalam bentuk tanya jawab antara penulis dan pembaca, dan sangat cocok untuk profesi dokter hewan praktisi maupun mahasiswa kedokteran hewan. Sedangkan kekurangan menurut penulis adalah keterbatasan dalam memperoleh buku salah satu diantaranya tidak bisa didapatkan secara mudah dikarenakan keterbatasan dalam aksesnya. Drh. Wahyu Hidayat, Kontributor Vetnesia Wilayah Kepulauan Riau.
RESENSI BUKU Judul
Pengarang Penerbit Cetakan Bahasa Tebal ISBN10 ISBN13
: Small Animal Emergency and Critical Care: Case Studies in Client Communication, Morbidity and Mortality : Lisa Powell, Elizabeth A. Rozanski, John E. Rush : WileyBlackwell : Pertama 11 Oktober 2010 : Bahas Inggris : 232 halaman : 9781405167529 : 9781405167529
Untuk bisa maju, orang harus belajar dari kesalahan. Namun, apakah kita harus membuat kesalahan agar kita bisa belajar? Jawabannya adalah tidak, karena tentunya kita bisa belajar dari kesalahan yang telah dilakukan orang lain. Itulah dasar penulisan buku ini, yaitu belajar melalui kesalahankesalahan yang telah dilakukan oleh kolega lain. Buku ini merupakan buku kompilasi berbagai kasus yang pernah ditangani oleh para kontributor. Apa persamaan kasus kasus di dalam buku ini? Persamaannya adalah, dalam setiap kasus yang ditampilkan, pasti ada suatu kesalahan atau error di dalam kisahnya. Kesalahan itu bisa disebabkan karena kesalahan prosedur, kesalahan diagnosa, kesalahan komunikasi dengan klien, maupun kesalahan karena miskomunikasi antar kolega maupun staff dalam klinik/RS. Tiap penulisan kasus selalu didahului dengan sinyalement dan anamnesa dari pasien dan klien. Kemudian dilanjutkan narasi secara detil mengenai pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan kejadiankejadian yang mengikuti proses kasus tersebut beserta titik error dari kasus. Akhir dari kasus, baik akhir yang membahagiakan ataupun menyedihkan juga dinarasikan. Di
PENGALAMAN (ORANG LAIN) ADALAH GURU YANG LEBIH BAIK bagian terakhir kemudian dituliskan resume dan evaluasi dari kasus yang sudah dinarasikan tadi. Pentingnya komunikasi baik dengan klien, kolega, maupun staff klinik sangat ditekankan dalam evaluasi per kasus. Seluruh kasus yang dituliskan di buku ini merupakan kasus nyata, namun untuk kerahasiaan dan privasi, nama pasien, klien, dokter, dan instansi disamarkan. Buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh semua dokter hewan praktisi hewan kecil. Saat
membaca buku ini, kita bisa menyadari bahwa kesalahan/error itu bisa dilakukan oleh siapa saja, baik dokter hewan magang, spesialis, maupun dokter hewan senior di klinik/RS sekalipun. Kelemahan dari buku ini tidak menyebutkan prosedur atau tatacara tindakan gawat darurat secara detil, karena buku ini memang lebih menitikberatkan ke kisah dan evaluasi kasus secara keseluruhan, bukan pada prosedur gawat daruratnya saja. Drh. Elievia Wienarno
Februari 2019 |
47
RISET DAN KASUS
delimpex.ch
rivalea.com.au
Peran Quality Assurance dan Quality Control dalam Industri Pakan Ternak Oleh : Drh. Tiara Febriani Chaesario Konsumen adalah raja slogan ekonomi yang tidak asing lagi ditelinga kita. Konsumen harus dipuaskan dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Otomatis produsen harus memastikan barang atau jasa yang ditawarkan adalah yang terbaik dan tetap menguntungkan. Memastikan proses produksi berjalan sebagaimana yang diharapkan perusahaan, maka dibutuhkan adanya departemen atau bagian yang bertanggung jawab dalam proses tersebut yaitu bagian Quality Assurance dan Quality Control (QAQC). Pada industri pakan, QAQC bertugas memastikan perjalan dari bahan baku yang masuk ke pabrik hingga menjadi pakan yang siap didistribusikan ke konsumen. Proses awal saat bahan baku masuk, QAQC akan mengambil sampel representatif yang nantinya dianalisa dan dipastikan apakah bahan baku tersebut layak digunakan atau tidak. Analisa yang dilakukan meliputi analisa fisik seperti perbedaan warna dan bau, adanya jamur, kutu, atau kontaminasi bahan asing. Selain itu analisa nutrisi yang telah ditetapkan oleh masingmasing pabrik pakan juga menjadi bahan pertimbangan kelayakan bahan baku. Pada proses penyimpanan, QAQC memastikan bahwa tempat tersebut layak dan cukup untuk digunakan. Seperti memastikan
48
adanya ventilasi yang mempengaruhi aerasi, pergerakan bahan baku yang akan digunakan, kontrol hama, memeriksa tempat penyimpanan dari kebocoran, dan kategori penempatan bahan baku. Selain kelayakan gudang penyimpanan, QAQC juga memastikan bahan baku yang digunakan tetap aman selama penyimpanan sehingga penggunaan secara FIFO (First In First Out) dapat dijalankan secara optimal. Proses produksi, QAQC memastikan bahan baku yang dituang merupakan bahan baku yang tepat, proses penggilingan sesuai ukuran partikel yang ditentukan, proses batching tepat, mixing homogen, proses pelleting menghasilkan PDI, dan karakter
| Februari 2019
fisik lain yang diharapkan hingga proses bagging menghasilkan pakan yang siap untuk dikirim. Kontrol terakhir yang dilakukan oleh QAQC adalah menganalisa nutrisi pakan yang telah diproses sesuai dengan nutrisi yang telah ditetapkan oleh formulator maupun nutrisionist. Jika pakan sesuai dengan spesifikasi maka pakan siap untuk dikirimkan kepada konsumen. Adanya kontrol yang ketat dalam pembuatan pakan akan mengurangi adanya kesalahan yang mengakibatkan kerugian selama proses, mengurangi adanya komplain konsumen karena pakan yang tidak sesuai spesifikasi, dan dapat meningkatkan kepercayaan serta loyalitas konsumen terhadap barang yang kita tawarkan. Penulis adalah supervisor QAQC pabrik pakan ternak
rivalea.com.au
RISET DAN KASUS
AGP DILARANG, SIAPA TAKUT ? INDONESIA NEGARA KAYA Oleh : Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti AGP (Antibiotic Growth Promoters) adalah salah satu aspek yang melekat dalam keamanan pangan. Penanganan keamanan pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) sudah menjadi tugas penting bagi dokter hewan. Indonesia sebagai negara yang kaya tanaman berkhasiat, memiliki banyak kandidat pengganti AGP untuk pengembangan peternakan Indonesia, baik di masa kini maupun masa depan.
tropical.theferns.info
AGP adalah bahan yang bersifat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri, yang dicampurkan ke dalam pakan dalam dosis rendah (subtherapeutic). Pelarangan penggunaan AGP telah diatur dalam pasal 22 ayat 4c Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang menyebutkan : “Setiap orang dilarang : menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/ atau antibiotik imbuhan pakan”. Bagaimana dengan tantangan penggunaan AGP yang sekarang ini mulai harus diperhatikan? Dokter hewan tidak usah takut ataupun bingung, Indonesia adalah negara yang kaya raya, beragam tanaman herbal tersebar di tanah Indonesia. Potensi dan kandungan yang tersimpan menjadi solusi bagi pengganti AGP dalam pakan ternak.
Beberapa contoh tanaman herbal yang telah dilakukan penelitian diantaranya : 1. Kunyit (Curcuma longa atau Curcuma domestica) dipilih karena mudah didapatkan dan disiapkan. Curcumin dan turunannya secara ilmiah telah dikenal sebagai ‘yellow bioactive’ yang dilaporkan memiliki aktivitas biologis spektrum luas seperti antioksidan, antibakteria, antijamur, antiprotozoa, antikoksidial, antiviral, antiradang,
imunomodulator, antihipertensif, dan memperbaiki kondisi hypochloremia. Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah rimpangnya. Kandungan utama di dalam rimpang terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksi kurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi (Rahardjo dan Otih, 2005). Minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol (Masni dkk., 2010). Senyawa kurkumin yang terkandung dalam rimpang kunyit bersifat toksik terhadap beberapa jenis bakteri dan juga dapat berperan sebagai antiinflamasi (Hartati, 2013). Ekstrak etanol rimpang kunyit memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Salmonella typhosa (Himawan dkk., 2012). 2. Bawang putih (Allium sativum l) kaya zat organosulfur, seperti allicin, ajoene, diallyl sulfide, dan diallyl trisulfide. Bawang putih juga kaya fitokimia, semacam polifenol dan flavonoid yang secara ilmiah mampu berfungsi sebagai antioksidan pada ayam. Penambahan tepung bawang putih dalam ransum ayam pedaging dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan sistem kerja organ pencernaan
deltomed.id
Daun Meniran
pertaniansehat.com
Daun Kemangi
Februari 2019 |
49
RISET DAN KASUS kandungan minyak atsiri yang mampu meningkatkan relaksasi usus halus sehingga penyerapan zatzat nutrisi untuk pertumbuhan menjadi optimum. Minyak atsiri tersebut juga dapat digunakan untuk menghambat bakteri penyebab diare, sehingga proses pencernaan dan penyerapan makanan menjadi lebih sempurna, serta dapat memperbaiki saluran pencernaan (Adeola et al. 2012). sehingga penyerapan makanan lebih optimal selain itu juga berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh ternak (Dharmawati et al, 2013) 3. Gel lidah buaya menjadi salah satu tanaman yang diteliti oleh Balai penelitian Ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktif lidah buaya dapat meningkatkan performans ternak ayam broiler dan ayam petelur setara dengan AGP (Sinurat dkk, 2017) 4. Kombinasi antara asap cair dari cangkang mete dengan ekstrak tanaman meniran dan daun cengkeh, menurut penelitian Balai Penelitian Peternakan, dapat menekan mortalitas dan memperbaiki efisiensi penggunaan pakan pada ayam broiler (Sinurat dkk, 2017) 5. Daun kemangi memiliki
6. Larutan jahe dapat merangsang dinding kantung empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung amilase, lipase dan protase. Enzimenzim tersebut dapat meningkatkan kerja sistem pencernaan. Disamping itu adanya peranan dari antibiotik yang terdapat dalam larutan jahe (gingerol), sehingga pengontrolan
bakteri ataupun kuman penyakit semakin efisien (Setyanto et al., 2012). Beberapa contoh di atas adalah bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya tanaman berkhasiat pengganti AGP untuk pengembangan peternakan Indonesia. Masih banyak penelitian lain yang belum bisa diceritakan. Ke depannya, Dokter hewan diharapkan lebih tertantang dan makin terpacu untuk melakukan penelitianpenelitian yang terkait dengan penyediaan alternatif pengganti AGP. Apapun keadaan yang sekarang dihadapi oleh peternak kita, dokter hewan harus tanggap dan tidak boleh takut. Dokter hewan harus siap menghadapi tantangan global yang terus berkembang. VIVA VETERINER. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Jatim X
ADVERTISING
HOTLINE : 0818.898.310 Drh. Shinta Rizanti Binol email :
[email protected]
50
| Februari 2019
RISET DAN KASUS Gambaran klinis rabies pada anjing, umumnya menyangkut anjing dewasa. Penulis merasa beruntung, pada tahun 20092010 bersamasama teman sejawat, mengamati tujuh anak anjing umur dua sampai empat bulan positif rabies di tempat praktik. Dalam periode yang sama, kami hanya menemukan lima ekor anjing dewasa positif rabies. Pengamatan klinis rabies pada anak anjing di atas, termasuk videonya pernah penulis paparkan pada seminar PDHI di Semarang (2010). Secara keseluruhan, jumlah kasus rabies pada anjing di Bali, menurut BBVet Denpasar (menggunakan metoda diagnosis direct FAT) adalah 79 (tahun 2009) dan 421 (tahun 2010). Apabila diperhatikan laporan bulanan BBVet tentang kasus rabies di Bali, cukup banyak anak anjing yang positif. Sebagai contoh, pada Januari 2019 ditemukan 4 ekor anak anjing umur 2,5–3 bulan positif rabies, dari total 18 ekor anjing yang positif. Hal ini tidak mengherankan, karena jumlah anak anjing tanpa pemilik di jalanan memang tinggi. Antara 20112017, ada lima ekor anak anjing umur dua sampai empat bulan positif rabies yang didiagnosis di tempat praktek penulis. Tiga ekor diambil dari jalanan oleh pemilik, dua dibeli di pasar Satria di Denpasar. Ada teman sejawat menanyakan mengapa banyak anak anjing positif rabies di tempat praktik. Antara 20092010 total lebih dari 200 anak anjing yang diambil dari jalanan oleh suatu yayasan, kemudian dititipkan ke tempat praktik penulis untuk diobservasi sementara, sebelum di adopsikan. Anjing ini datang secara bertahap, sehingga yang ada di tempat praktek sekitar 20 30 ekor. Anjing ditempatkan dalam
PELAJARAN DARI KASUS RABIES PADA ANAK ANJING DI BALI Oleh : Drh. Soeharsono, Ph.D.
kandang, seekor tiap kandang. Ketika datang, anak anjing ini secara klinis sehat, tidak terlihat luka gigitan. Namun dapat diasumsikan, untuk anak anjing yang kemudian positif rabies, pernah digigit anjing lain sekitar seminggu sebelumnya. Gambaran klinis Tiap hari anak anjing diamati oleh 4 dokter hewan (Drh. Christiana Susanti, Drh Ngakan Karnata, Drh. Juniari dan penulis. Secara tidak terduga tujuh ekor dari lebih 200 ekor anak anjing tersebut, dalam waktu berbeda menunjukkan gejala agresif, seperti menggigit kandang tanpa alasan. Suhu rektal anak anjing ini bervariasi antara 39,5oC–42oC. Gejala klinis ini muncul antara 35 minggu setelah datang. Apabila diasumsikan anak anjing digigit seminggu sebelum dibawa ke tempat praktik, maka masa inkubasi rabies pada anak anjing ini sekitar 46 minggu. Dipergunakan alat pengaman khusus seperti muzzle dan handuk untuk keamanan pemeriksa.
Ketika Drh. C. Susanti dan Drh Juniari mencoba memercikkan air dan mengibaskan handuk untuk memberi angin, pada anak anjing di dalam kandang, gejala agresif meningkat. Apakah ini gejala hydrophobia dan aerophobia? Beberapa diantara anak anjing mengeluarkan suara yang serak, mungkin akibat gangguan syaraf pada pita suara? Setelah diijinkan untuk diperiksa terhadap rabies, maka anak anjing tersebut dibius dengan xylasinketamin, lalu di euthanasia menggunakan pentobarbitone. Kepala anjing dikirim ke BBVet untuk diagnosis rabies. Hasilnya semua positif rabies dengan teknik direct FAT. Tiga anak anjing yang diambil dari jalan, dibawa ke tempat praktek karena sakit, telah menggigit pemiliknya dan orang lain juga. Seekor anjing ada keluhan kesakitan apabila dipegang perutnya. Pemeriksaan xray menunjukkan ada corpus alienum dalam gastrium, berbentuk lingkaran bergaris tengah 2,5 cm. Ketika dilakukan gastrotomi oleh Drh. C. Susanti dibantu temanteman, corpus alienum tersebut adalah metal. Menurut pemilik, benda tersebut adalah alas lilin di rumahnya. Dua hari setelah operasi anak anjing menunjukkan gejala rabies, sehingga di euthanasia. Dua ekor yang dibeli dipasar, diduga diambil dari jalanan, juga menggigit pemilik dan orang lain, sehingga dibawa ke tempat praktik. Anak anjing tersebut umumnya masih mau makan dan minum. Gejala klinis agresif menggigit kadangkadang muncul, kemudian terlihat normal kembali. Karena waktu itu sedang terjadi wabah rabies, maka secara klinis dan epidemiologis kelima anak anjing ini didiagnosis rabies. Untuk konfirmasi, spesimen dikirim ke BBVet, ternyata semua positif
Februari 2019 |
51
RISET DAN KASUS rabies. Penularan pada anjing dalam pagar Suatu ketika di tahun 2010, datang permintaan kunjungan dari klien bahwa dua anjing lokal dewasa yang ada di pekarangan dalam pagar galvanis dengan sela sekitar 10 cm (pagar BRC), terlihat ada gejala agresif dan berupaya menyerang penjaga rumah. Anjing ini sama sekali tidak pernah keluar pagar. Drh. Ngakan Karnata yang mengamati gejala klinis curiga bahwa kedua anjing tersebut tertular rabies. Atas persetujuan pemilik, anjing ditulup dengan xylasinketamin, lalu dieuthanasia dengan pentobarbitone. Pemeriksaan laboratorium BBVet meneguhkan bahwa keduanya positif rabies. Penelusuran (wawancara per telpon) dengan pemilik diketahui bahwa 3 minggu sebelumnya, ada
52
anak anjing menerobos pagar lalu menyerang anjing di dalam pagar. Anak anjing tersebut dibantai oleh anjing dewasa. Diduga keras anak anjing sempat menggigit anjing dewasa tersebut sehingga terjadi penularan rabies. Tidak ada spesimen dari anak anjing yang yang mengigit karena telah dikubur. Pelajaran kasus Dari serangkaian kasus ini dapat diambil pelajaran, sebagai berikut : 1. Anak anjing umur 2 bulan bisa tertular rabies. 2. Tidak perlu luka gigitan besar untuk menularkan rabies. 3. Kecurigaan terhadap rabies perlu ada, apabila anak anjing menggigit lebih dari satu orang, atau satu orang dan anjing lain, tanpa profokasi. 4. Gejala rabies anak anjing relatif lebih ringan dibandingkan anjing
| Februari 2019
dewasa. 5. Bila vaksinasi massal dilakukan serentak selama 3 bulan dalam setahun, anak anjing terlahir setelah program vaksinasi akan terlewatkan. Penyisiran perlu dilakukan tiap bulan untuk kelahiran baru. 6. Anjing besar dalam pagar bisa tertular rabies, bila pagar diterobos anak anjing. 7. Vaksinasi anjing disarankan mulai umur sebulan. (Catatan: vaksin komersial umumnya menyarankan vaksinasi dimulai umur 3 bulan). 8. Benda asing bisa ditemukan dalam gastrium, meski jumlahnya tidak banyak. Meskipun pengamatan di atas terbatas kasus di Bali, penulis sebagai praktisi ingin membagikan pengamatan ini, semoga ada manfaatnya bagi praktisi hewan kecil di tempat lain. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Denpasar.
RISET DAN KASUS nexusacademicpublishers.com
Lesi ditepi telinga
Hair Loss
Telur Notoedres cati (A), parasit Notoedres cati (B)
SCABIES PADA KUCING Oleh: Drh. Siti Maemunah, M.P. Scabies pada kucing disebabkan oleh Notoedres cati, Parasit obligat yang hanya bisa bertahan beberapa hari diluar tubuh inang. Notoedres cati termasuk famili sarcoptidae, hampir mirip dengan sarcoptes scabiei var canis dengan beberapa perbedaan. Notoedres lebih kecil dan telur berbentuk bulat. Notoedres cati memiliki dorsal anus. Sarcoptes jarang menyerang kucing. Scabies menimbulkan pruritus (kegatalan) yang sangat pada inang dan tidak merespon terhadap obat golongan glukokortikoid. Lesi dimulai dari tepi daun telinga yang menyebar ke muka, kelopak mata, leher, dan menyeluruh jika tidak diobati yang diikuti dengan hair loss. Lesi berupa kerak berwarna kuning keabuan dan kulit menjadi menebal. Emasiasi, anoreksia dimungkinkan terjadi karena rasa gatal yang sangat, dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati –dibiarkan begitu saja. Rasa gatal yang parah disebabkan oleh tungau betina yang membuat terowongan di bawah kulit untuk meletakkan telurnya. Telur tungau menetas 5 10 hari. Tungau immature berkembang menjadi tungau dewasa. Siklus hidupnya antara 3 4 minggu. Scabies bisa menyebar ke hewan lain seperti anjing dan kelinci dan dapat menular ke manusia (zoonosis). Penyebaran terjadi karena kontak langsung dengan hewan penderita Dilhat dari gejala biasanya dikelirukan dengan
dermatophitosis, demodecosis, reaksi hipersensitif. Diagnosa ditetapkan dengan mendengar anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian diteguhkan dengan tape strips atau skin scraping. Pengobatan dilakukan dengan pemberian selamectin dengan aplikasi spoton dengan interval 30 hari untuk 3 kali pemberian. Fipronil diaplikasikan dengan spot on atau spray. Ivermectin
digunakan oleh beberapa dokter hewan. Obat golongan glukokortikoid hanya untuk mengurangi gatal dan pemberiannya untuk jangka pendek. Pengobatan dikombinasikan dengan mandi menggunakan 2% limesulphur untuk mengurangi gatal dan membersihkan kerak seminggu sekali dalam jangka 1 bulan. Penulis adalah Kontributor Vetnesia wilayah Tasikmalaya.
Scabies pada Kucing Abang Signalement Anamnesa Pemeriksaan Klinis Skin scraping Diagnosa Pengobatan
: Abang, kucing, jantan, umur kurang dari 1 tahun, warna hitam, domestik. : rontok, jamuran. : suhu 39.2oC , berat badan 2.3 kg, ada kerak dan penebalan kulit warna kuning keabuan ditepi telinga, hair loss dibadan dan kaki. : Notoedres cati : Scabies : Ivermectin 0.02 ml/kg interval 7 hari selama 1 bulan. Serta mandi 1 minggu setelah pengobatan ivermectin. Serta pemberian immunomodulator 1x sehari untuk 5 hari.
Kasus scabies oleh pemilik biasanya hampir disamakan dengan kasus jamur (dermatophitosis), terkadang mereka mengobati sendiri dengan membeli salep dari petshop tanpa hewannya diperiksakan dulu ke dokter hewan. Perlu client education, bahwa kasus scabies tidak bisa sembuh oleh salep karena penyebabnya ada di bawah kulit, scabies beda penyebabnya dengan jamur. Selain itu, pemilik juga harus diberitahu tentang kemungkinan tertular karena scabies bersifat zoonosis, untuk pemilik dianjurkan agar hewan tertular dikandangkan serta dikurangi kontak dengan manusia maupun hewan lain. Untuk pengobatan pada kucing Abang diberikan ivermectin injeksi 1 minggu sekali dengan dijadwalkan bisa sampai 4 kali tergantung dari perkembangan penyakit, untuk yang kasus ringan 1 kali pengobatan cukup, untuk yang sudah parah diperlukan 4 kali pengobatan. Kemudian dianjurkan mandi 1 minggu pasca pengobatan untuk membersihkan kerakkerak yang ada. Untuk membantu mempercepat persembuhan diberikan immunomodulator 1x sehari untuk 5 10 hari.
Februari 2019 |
53
RISET DAN KASUS
Serangga : Alternatif Pangan dan Pakan Masa Depan Oleh : Drh. Cholillurrahman jangkrik, hingga 39 jenis anaianai. Di negeri kita sendiri, banyak suku yang menjadikan serangga sebagai menu tambahan. Sebut saja ulat sagu di Papua, jangkrik goreng dari tanah Pasundan, botok tawon, peyek Laron, dan belalang goring di Jawa, sayok (larva capung) di Minahasa, dan lain sebagainya. Penuh Gizi, Ekonomis, & Ramah Lingkungan
cdna.williamreed.com
Apa yang terbayang dibenak anda ketika mendengar kata serangga? Semut, kecoa, lalat, nyamuk, pasti menjijikkan ya? Meski begitu ternyata serangga memiliki potensi sebagai sumber pangan dan pakan, kok bisa? Jika ditanya sejak kapan serangga mulai dikonsumsi oleh manusia, mungkin tidak ada yang dapat memastikan kapan persisnya. Kita banyal melihat di berbagai media bahwa masyarakat dunia kini sudah banyak yang menjadikan serangga sebagai sumber pangan, bukan hanya masyarakat pedalaman, kaum urban juga. Berdasarkan sebuah laporan FAO, serangga bukanlah makanan yang asing bagi manusia. Sekitar 2 milyar orang di seluruh dunia mengkonsumsi serangga sebagai bagian dari pola makan mereka
54
seharihari. Kebiasaan mengkonsumsi serangga ini dinamakan entomophagy. FAO juga mencatat ada sekitar 1.900 spesies serangga yang aman untuk dikonsumsi manusia. Dalam buku Creepy Crawly Cuisine : The Gourmet Guide to Edible Insects (1998), beberapa spesies serangga yang kerap disantap manusia terdiri atas 235 spesies kupukupu dan ngengat, 344 spesies kumbang, 313 famili Hymenoptera (semut, lebah, dan tawon), 239 jenis belalang dan
Dilansir dari website Huffington Post, serangga dikenal sebagai sumber protein berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan karena menghasilkan limbah atau polusi lebih kecil dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa serangga memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Mereka kaya akan protein, zat besi, kalsium namun rendah lemak dan karbohidrat. Ada pula yang berpendapat lebih ekstrim, serangga lebih bergizi dan sehat jika dibandingkan dengan daging sapi, misalnya. Pada Tabel 1. dan Tabel 2. di bawah ini merupakan data kandungan gizi berbagai jenis serangga berdasarkan Banjo et al (2006). Prof. F.G. Winarno dalam
Analisis proximat (%) beberapa jenis serangga yang biasa dimakan
| Februari 2019
RISET DAN KASUS bukunya yang berjudul Serangga Layak Santap : Sumber Baru bagi Pangan dan Pakan, menyatakan bahwa serangga merupakan “rahasia” kecerdasan anak – anak di pedalaman. Tidak terjangkaunya harga sumber protein hewani seperti daging sapi, ayam, dan ikan diakali dengan substituen yang cukup sepadan, serangga. Masyarakat di pedalaman yang miskin, cukup terbantu asupan gizinya dengan memakan serangga karena kebiasaan mereka menjadikan serangga sebagai laukpauk maupun camilan. Dalam hal budidaya, serangga dapat dibudidayakan di lahan yang minimal, pakannya pun dapat berupa limbah pertanian. Selain itu yang menjadi perhatian dunia saat ini mengenai pencemaran lingkungan terutama emisi gas rumah kaca berupa metana dan nitrogen dioksida, peternakan serangga tentunya akan lebih sedikit menghasilkan emisi ketimbang peternakan ayam atau ruminansia. Serangga Untuk Pakan Kita semua sudah pasti mengetahui bahwa biaya terbesar dari suatu usaha budidaya peternakan ialah pakan. Kini banyak ilmuwan di bidang yang terkait dengan budidaya peternakan maupun perairan mencari alternatif bahan baku pakan. Dalam suatu formulasi pakan, kandungan protein dan asam amino menjadi penting karena merupakan zat pembangun yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang serta performa hewan. Dalam peternakan unggas misalnya, menyangkut efisiensi produksi kadar protein per gram perlu dihitung agar formulasi menjadi lebih ekonomis namun efisien. Seperti yang tadi disebutkan di atas, serangga memiliki kandungan protein yang tinggi, apalagi kandungan asam amino yang ada didalamnya. Karena faktor tadi juga serangga kini dibidik sebagai alternatif
eatthis.com
Tampilan menu berbahan dasar serangga jangkrik
sumber protein pada pakan hewan ditengah tingginya harga sumber protein lain. Jika berbicara peternakan, tentunya unggas merupakan yang terbesar dan menjanjikan banyak peluang. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Widiyaningrum et al. (2016), suplementasi rayap tanah pada ayam buras terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam. Ditemukan pula bahwa rayap tanah mengandung enzim selulase yang dapat membantu mencerna serat
kasar.Penelitian lain yang dilakukan oleh Fahmi (2015) juga membuktikan bahwa ikan gurame yang diberi pakan tambahan berupa maggot (larva) Black Soldier Fly pertumbuhannya lebih baik. Prof. Nahrowi Guru Besar Fakultas Peternakan IPB juga mengatakan bahwa kini serangga dilirik sebagai alternatif protein bagi hewan ternak. Ia mengatakan bahwa kandungan terutama protein, asam amino, dan beberapa jenis enzim dalam serangga berguna bagi ternak.
Kandungan beberapa jenis vitamin dan mineral dari serangga
Februari 2019 |
55
RISET DAN KASUS “Selama ini kan sumber protein ternak tepung ikan, tepung darah, MBM, dari hewan, dan kedelai (kebanyakan) dari tumbuhan. Alternatif lain kan kita butuh, saya rasa serangga ini masuk akal dan bisa dijadikan substituen. Tetapi harus ekonomis,” pungkasnya. Ia melanjutkan, dalam penelitian yang ia lakukan, kandungan protein dari serangga tidak kalah dari MBM. Maka dari itu Prof. Nahrowi menyebut serangga sebagai alternatif yang cukup realistis. Dari segi ekonomi mungkin saat ini karena masih belum banyak ketersediannya di lapangan, harganya mungkin masih mahal, namun ia optimis bahwa dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, serangga akan benar – benar menjadi sumber protein alternatif bagi industri pakan ternak Perlu Diperhatikan Penggunaan serangga sebagai pangan dan pakan alternatif bukannya tanpa kendala. Dr. Drh. Denny Widaya Lukman dari Askesmaveti mencermati beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut. memang menurutnya potensi tertular zoonosis akibat memakan serangga hampir tidak ada, nmun potensi alergi akibat zat kitin yang ada pada serangga dapat terjadi. Kitin, menurut Dr. Denny terdapat pada crustacea dan arthropoda dengan kandungan yang cukup tinggi. “Kitin adalah senyawa polisakarida yang mengandung nitrogen, lumrah memang terdapat pada arthropoda dan sifatnya memang allergen,” tuturnya. Selain kitin, senyawa lain yang terdapat pada arthropoda adalah tropomysin. Senyawa ini merupakan protein yang berfungsi pada kontraksi otot. Alergi yang terjadi biasanya dapat berupa ruam pada kulit, bentol, dan sesak nafas. Selain alergi, potensi akan tercemarnya serangga dari residu pestisida juga harus diwaspadai. bukan rahasia lagi serangga
56
wur.nl
Proses masak menu dari serangga yang sederhana dalam pengolahannya
seperti belalang sudah lama menjadi musuh bagi para petani. Terkadang petani tidak segan menggunakan pestisida dalam membasmi mereka. Jika manusia memakan serangga yang mengandung residu pestisida tadi tentunya efek buruknya juga akan terjadi pada manusia. Ancaman lain yang juga perlu diwaspadai adalah residu antibiotik. Serangga dan antibiotik, apa hubungannya?. Dr. Denny menjelaskan bahwa di Indonesia mungkin antibiotik belum populer digunakan oleh peternak serangga seperti di luar negeri. “Peternak lebah madu di luar negeri biasanya menggunakan antibiotik tertentu bila lebahnya terinfeksi oleh bakteri. Setidaknya ada dua penyakit lebah madu akibat infeksi bakteri merujuk pada OIE,” kata Denny. Oleh karenanya perlu juga dilakukan pengawasan food safety pada produk – produk asal serangga misalnya madu, royal jelly, dan lain – lain dari residu antibiotik. “Itu juga produk asal hewan, oleh karenanya perlu juga diawasi dari segi food safetynya,” tutur Denny. Terkadang orang merasa jijik memakan serangga dalam bentuk utuh, oleh karenanya serangga dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dikemas dengan kapsul.
| Februari 2019
Dalam bentuk bubuk, produk tadi juga masih harus diawasi dari cemaran kapang dan bakteri. “Itu kan tinggi protein, cemaran bakteri dan kapang harus diperhatikan juga, oleh karena itu storage harus bagus, GMP juga harus diterapkan, risiko harus ditekan sekecil mungkin, jangan sampai kita malah sakit akibat mengkonsumsinya karena cemaran – cemaran tadi,” tutur Dr. Denny. Pada sektor pakan, seperti halnya pada pangan faktor feed safety juga perlu diperhatikan. Tantangan juga datang dari segi regulasi. Uni Eropa sempat melarang penggunaan serangga sebagai bahan baku pakan terkait aspek feed safety serta hygiene. Apakah nanti di Indonesia juga akan terjadi hal yang sama?. Pun begitu, hasil penelitian Prof. Nahrowi yang menggunakan serangga dalam ransum pakan unggas, tidak ditemukan adanya kelainan atau anomali pada unggas yang diberikan tepung serangga dalam ransumnya. Prof. Nahrowi juga menambahkan bahwa regulasi juga menjadi hal yang penting, intinya hal yang harus diregulasi utamanya mengenai kualitas dari bahan pakan tersebut. Penulis adalah Redaktur Majalah Infovet
RISET DAN KASUS
KESEJAHTERAAN PADA KUDA PEKERJA Oleh : Zulfikar Basrul Gandong, S.KH., M.Sc. Di beberapa wilayah di Indonesia, kuda masih digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, salah satunya sebagai alat transportasi . Aspek Kesrawan pada kuda pekerja kini harus lebih diperhatikan lagi, agar kejadian kuda yang merasakan rasa sakit dan penderitaan saat bekerja bisa dicegah.
contoh kesejahteraan pada seekor kuda menurun. Kepala yang menurun, sikap yang gelisah, melakukan gerakan menendang, “crib biting”, buang air kecil dan besar di sembarangan tempat merupakan contoh menurunnya kesejahteraan hewan pada kuda yang sering kita lihat tapi kita abaikan. Padahal, dengan adanya perilaku itu, kuda sedang menunjukkan bahwa mereka sedang merasa sakit, tidak nyaman, hingga takut sehingga dapat dikatakan bahwa kesejahteraan mereka menurun. 2. Usia
unsplash.com
Data tahun 2009 oleh Pollok mengatakan bahwa 84% dari seluruh populasi kuda di negara berkembang memang digunakan dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Akan tetapi, sangat sering kita melihat beberapa kuda masih merasakan rasa sakit dan penderitaan saat membantu manusia. Contohnya ketika kuda delman yang mengalami patah kaki di Monas pada Minggu 19/11/2017 harus disuntik mati. Penyebabnya adalah saat “bekerja”, kuda tersebut sudah mengalami patah kaki kiri depan. Kemudian, diperparah dengan terperosoknya kuda tersebut kedalam lubang drainase (Detik.com). Dilansir dari sumber yang sama, beberapa tahun sebelumnya, di Yogyakarta dilaporkan kasus yang serupa. Kuda yang kemudian mati ini melahirkan pada saat “bekerja”.
Dengan adanya beberapa kasus ini, diharapkan kedepannya kita lebih mengetahui bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan kuda yang membantu kita sehingga manusia dan kuda dapat saling menguntungkan, bukan menguntungkan satu sisi saja. Menentukan kesejahteraan kuda Banyak sisi yang dapat kita lihat untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada kuda, beberapa diantaranya : 1. Perilaku Tingkah laku menjadi hal yang paling mudah untuk menilai kesejahteraan hewan(OIE, 2018), dalam hal ini untuk kuda. Perubahan perilaku pada saat makan, minum, bertemu orang hingga cara berjalan merupakan
Usia juga menjadi salah satu faktor yang penting. Pada kuda, umur yang direkomedasikan untuk kuda pekerja berkisar antara 4 (empat) hingga 12 (dua belas) tahun (McLeod, 1999). Kuda yang telah melewati usia tersebut akan mengalami penurunan performa dalam hal efisiensi bekerja (McLeod, 1999; Beltran, 1954). Meningkatkan kesejahteraan kuda Ada beberapa cara untuk meningkatkan kesejahteraan pada kuda seperti yang disarankan oleh Grandin (2015). Dengan rekomendasi yang dibuat, diharapkan kesejahteraan kuda dapat meningkat dan tidak memerlukan dana yang banyak dalam mewujudkannya. Rekomendasi tersebut antara lain: a. Melakukan pengecekan tali kekang. Tali harness kuda menjadi salah satu fokus jika ingin melihat kuda tersebut sejahtera atau tidak. Harness harus bersih dan cocok dengan ukuran tubuh kuda. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir luka yang kemungkinan akan dirasakan oleh kuda saat
Februari 2019 |
57
RISET DAN KASUS sedang bekerja (Diarra et al. 2007; Sevilla and Leon, 2007). Ketidakcocokan tali harness dengan tubuh kuda akan mengurangi level kesejahteraan kuda. (Grandin, 2015). Tali harness seperti yang dijelaskan sebelumnya akan menyebabkan luka / lesi yang akan membuat kuda merasa tidak nyaman dan kesakitan, dimana dalam beberapa penelitian, lesi adalah temuan yang sangat banyak dikaitkan dengan kuda pekerja (Pritchard et al. 2005; OIE, 2018). Terdapatnya lesi pada kuda juga dapat dikaitkan dengan kesejahteraan kuda tersebut. b. Melakukan pengecekan berat beban. Kebanyakan kuda yang bekerja terlihat lebih kurus dari biasanya (Grandin, 2015). Beberapa penelitian yang meneliti kuda pekerja di Asia Tengah menyebutkan rata rata kuda memiliki Body Condition Score tingkat Dua atau kurang , dimana hal ini juga dikaitkan dengan beberapa faktor antara lain malnutrisi, usia, kelebihan bekerja, medan jalan hingga penyakit dan parasit (Grandin, 2015 ; Ali et al. 2016). Beban yang dapat ditanggung oleh kuda adalah 20 – 25% dari total berat badan mereka (Wicher et al. 2001). c. Menyikat kuda saat sedang bekerja. d. Membersihkan dan mengobati jika ada luka. Jika terdapat luka, sebaiknya segera dibersihkan dengan air bersih dan sabun, kemudian diberikan antibiotik. Jika luka terlihat parah, maka sebaiknya dilakukan bandaging dan menghubungi dokter hewan terdekat. e. Menyediakan pakan sesering mungkin. Jika dalam pekerjaan yang berat, pakan harus mempunyai nutrisi yang tinggi pula. Kalori dalam pakan juga harus diperhatikan jika kuda diinginkan untuk bekerja dengan maksimal. Nutrisi yang
58
tinggi dalam pakan sangat disarankan kepada kuda yang bekerja. Kuda juga harus diberikan garam, terutama garam mineral. Kebanyakan kuda yang tidak diberikan garam mineral akan lebih cepat dehidrasi dan depresi dibandingkan kuda yang mempunyai akses ke garam mineral setiap harinya (Grandin, 2015). Pada saat istirahat, sebaiknya kuda diistirahatkan di tempat yang teduh dan tersedia banyak air bersih untuk minum. Air minum harus selalu disediakan, khususnya kepada kuda yang bekerja. OIE (2018) menyebutkan bahwa kebutuhan air adalah hal yang paling penting yang sangat dibutuhkan dalam kesejahteraan kuda pekerja. Kebutuhan minum kuda bervariasi tergantung dari berat pekerjaan, kondisi kuda, hingga temperatur lingkungan. Akan tetapi, kuda membutuhkan sekitar 10 hingga 15 galon per hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari tanda dehidrasi pada kuda, terutama kepada kuda yang bekerja dalam kondisi lingkungan yang panas, dehidrasi dan stress karena panas selalu ditemukan. Kekurangan air minum akan menyebabkan perubahan pada perilaku seperti keringat yang berlebihan, kemampuan untuk bekerja menjadi menurun hingga bobot tubuh yang menjadi kurus. f. Tapal kuda harus selalu diperiksa, baik ukuran maupun kenyamanannya. Tapal kuda harus diperhatikan dan dibentuk kembali setiap enam hingga sepuluh minggu. Jika kuku kuda terlalu panjang maka akan menyebabkan masalah, dan hal ini sangat sering dilaporkan (Grandin, 2015). g. Melakukan vaksinasi dan pemberian obat cacing. Untuk parasit, penyakit, dan vaksinasi perlu dipertimbangkan.
| Februari 2019
Investasi parasit seperti deworming minimal dilakukan sebanyak dua hingga empat kali dalam setahun. Vaksinasi seperti tetanus juga perlu dilakukan meskipun mahal (Colorado State University, 2008). Vaksinasi lainnya tergantung dari penyakit yang ada di wilayah masing masing. h. Yang terakhir dan paling penting adalah tidak menggunakan kuda yang sedang sakit, hamil, atau yang sedang pincang. Menurut OIE (2018), kuda hanya boleh bekerja selama maksimal enam jam dalam sehari kemudian diwajibkan diberi istirahat total selama satu hingga dua hari. Konsultasikan kepada dokter hewan terdekat untuk proses perawatan pada kuda. Akan tetapi, yang harus diingat adalah jangan berbuat kasar pada kuda, karena mereka sangat berperan dalam kehidupan pekerjaan manusia. Tingkat kesejahteraan pada hewan, terkhusus kuda, berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Pemilik adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kesejahteraan kuda masing masing. Pemilik harus mengetahui kesejahteraan kuda, karena kekurangan informasi mengenai perawatan kuda juga berkaitan dengan kurang sejahteranya kuda pekerja. Pengetahuan dan kompetensi teknis pada pemilik memegang erat peran dalam kesejahteraan kuda yang mereka jaga (Lanas et al. 2018). Dengan adanya artikel ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan kuda sebagai pasangan dalam mencari sumber ekonomi di kehidupan sehari hari dan kita lebih peka dengan kesejahteraan kuda pekerja. Semoga masyarakat Indonesia dapat lebih paham kesejahteraan hewan. (Penulis adalah pengelola Program Profesi Dokter Hewan di Universitas Hasanuddin
RISET DAN KASUS
Canine Distemper Virus Mengancam Malang Selatan Oleh: Drh. Wahyu Kusuma Atmaja
pemberian terapi suportif dan antibiotik untuk anjing yang terjangkit CDV oleh tim dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Malang
Sebuah laporan datang dari petugas Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Bapak Dwi Leksono yang bertugas di Kecamatan Bantur dan Bapak Suherman yang bertugas di Kecamatan Sumber Manjingwetan, bahwa ada satu desa di wilayah kerja mereka terdapat banyak anjing yang mati. Desa tersebut mayoritas penduduknya nonmuslim, jadi populasi anjing disana tidaklah sedikit. Setelah laporan tersebut sampai di meja Bidang Kesehatan Hewan, Bidang Keswan dari Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Kabupaten Malang menerjunkan tim Dokter Hewan untuk melakukan identifikasi. Setelah dilakukan identifikasi terdapat 23 ekor anjing yang mati dari 28 ekor total populasi di Desa Wonorejo, Kecamatan Bantur dan 21ekor anjing mati dari total populasi anjing 33 ekor di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumber Manjingwetan. Menurut penuturan pemilik anjingnya mengalami anoreksia (tidak mau makan), mata dan hidung mengeluarkan leleran, hipersalivasi, batuk, muntah disertai diare, serta
kejangkejang hingga kelumpuhan. Anjing yang mengalami gejala tersebut adalah anjing muda dan belum pernah divaksinasi. Menurut Drh. Lucia Endah Sukesi selaku koord tim dokter hewan yang melakukan investigasi lapangan, berdasarkan gejala klinisnya anjinganjing tersebut terjangkit Canine Distemper Virus. Gejala klinis yang ditemukan pada semua kasus Distemper adalah batuk, diare, pustula pada kulit abdomen, dan gejala saraf berupa depresi, tremor otot atau ataksia. Sedangkan gejala lain yang ditemukan adalah demam (69,5%), leleran mata (52,4%), leleran hidung (51,4%), muntah (38,1%), dan hiperkeratosis pada telapak kaki hanya ditemukan pada 4,8% kasus. Umumnya penyakit Distemper akan menimbulkan gejala pernafasan, gejala saraf dan gejala gastrointestinal. Infeksi pada sistem respirasi dapat menunjukkan gejala seperti influenza. Selain itu terjadi anoreksia, kelemahan dan discharge dari mata dan hidung. Gejala lainya yang muncul ialah
adannya konjungtivitis. Hewan juga mengalami demam. Apabila berlanjut maka kulit akan mengalami eritrema dan pustule terutama di abdomen, daerah inguinal dahi dan moncong. Terdapat juga penebalan pada telapak kaki. Infeksi pada saluran pencernaan menyebabkan hewan mengalami diare yang dapat berupa mukus atau darah. Kehilangan cairan pada kondisi diare dapat menyebabkan adanya dehidrasi yang dapat memicu terjadinya shock hipovolemik. Hewan yang terlihat kejangkejang menandakan bahwa infeksi telah menyebar sampai otak dan menyebabkan kerusakan saraf . Kerusakan yang terjadi pada neuron dan astrosit oleh virus Distemper menyebar secara perlahan namun infeksi ini menyebabkan kematian sel secara besarbesaran termasuk pada sel neuron yang tidak terinfeksi. Dari penuturan warga sebelum terjadinya wabah ada tengkulak anjing sering keluar masuk di lingkungan dua desa tersebut yang disinyalir menyebarkan virus Distemper yang menempel di keranjang tempat membawa anjing yang diperjualbelikan. Infeksi virus Distemper umumnya terjadi melalui saluran pernafasan oronasal. Virus Distemper masuk dalam tubuh melalui aerosol berupa droplet yang masuk kedalam saluran pernafasan. Dari udara, virus Distemper kemudian akan berkontak dengan bagian epitel pada sistem respirasi bagian atas. Selanjutnya jumlah virus akan meningkat secara signifikan karena adanya replikasi virus. Virus ini kemudian disebarkan keseluruh tubuh melalui peredaran darah (terjadinya viremia), Penyebaran virus oleh darah biasanya terjadi pada hari ke 8 – 9 setelah terinfeksi. Pada hari ke 9 – 14, umumnya hewan yang memiliki kekebalan yang tinggi akan melakukan proses penyembuhan dengan sendirinya melalui proses sitotoksik. Pada hewan yang memiliki titer antibodi
Februari 2019 |
59
RISET DAN KASUS dan sitotoksin yang dihasilkan oleh perantara yang tinggi akan mengeliminasi virus pada jaringan sehingga secara umum hewan tidak akan menunjukkan gejala sakit. Pencegahan dan Pengobatan Canine Distemper Penanganan terbaik dalam mengatasi kasus Distemper ialah dengan tindakan pencegahan. Umumnya tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya infeksi canine Distemper virus ialah dengan vaksinasi. Beragam variasan vaksin Distemper yang tersedia di lapangan saat ini. Umumnya vaksin ini akan dikombinasikan dengan jenis vaksin lainya. Vaksinasi Distemper pertama kali dilakukan pada anjing yang berumur tiga bulan. Penggunaan antibiotik berspektrum luas perlu dipikirkan mengingat bahwa selain dapat menyebabkan adanya infeksi sekunder di saluran pernafasan penyakit Distemper juga dapat menyebabkan adanya infeksi sekunder di saluran pencernaan. Penggunaan antibiotik golongan penisilin seperti amoksisilin dapat dilakukan karena memiliki spektrum yang cukup luas. Dalam penggunaan antibiotik juga perlu dipikirkan adanya efek resitensinya terhadap bakteri. Selain pemberian antibiotik, treatment lainya yang biasa dilakukan pada anjing yang terkena Distemper ialah terapi cairan dan elektrolit. Umunya anjing yang terinfeksi Distemper mengalami gejala diare dan dehidrasi, sehingga penting melakukan terapi cairan dan elektrolit. Pengobatan anjing dengan tandatanda neurologis tidak bermanfaat. Sedatif dan antikonvulsan dapat memperbaiki tandatanda klinis, tetapi mereka tidak memiliki efek kuratif. Penulis adalah Medik Veteriner di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang, Jawa Timur
60
MEWASPADAI MUNCULNYA AVIAN INFLUENZA PADA BEBEK PEKING Oleh : Drh. Fazlul Rahman Avian Influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A sub tipe H5 dan H7. Virus ini menyebabkan kematian tinggi pada unggas, termasuk Bebek Peking. Munculnya kasus AI pada musim penghujan seperti saat ini, patut untuk diwaspadai.
Faktor cuaca merupakan salah satu komponen pemicu stres pada peternakan Bebek Peking. Terpicunya faktor stres di dalam kandang sehingga menurunkan daya tahan tubuh Bebek Peking, lebih lanjut dapat menjadi faktor predisposisi munculnya kasus AI. Selain faktor stres, keberadaan unggas carrier juga dapat menyebabkan penularan AI secara langsung ataupun tidak langsung melalui udara yang tercemar oleh droplet yang dikeluarkan dari hidung atau mata, juga melalui feses yang mengandung virus,
| Februari 2019
melalui pencemaran pakan, air minum, dan peralatan kandang, yang dapat menularkan penyakit ini dalam satu kandang atau antar flok. Berdasarkan pengalaman Penulis, penyakit ini lebih sering muncul pada akhir tahun atau bertepatan pada musim penghujan terutama bulan November sampai Januari. Gejala klinis yang tampak pada bebek yang terinfeksi virus AI ini adalah : mengalami kebutaan, mata keabuan (cloudy eyes), berbusa (foamy eyes), bebek mengalami inkoordinasi syaraf,
RISET DAN KASUS
Torticolis
lemah, nafsu makan dan minum turun, yang akhirnya mengakibatkan penurunan berat badan. Bebek yang sakit di kandang cenderung terlihat berkumpul. Kematian yang semakin meningkat dari hari ke hari membuat peternak khawatir akan adanya penyakit ganas yang menyerang pada bebeknya. Peternak biasanya akan memanggil dokter hewan untuk menyelidiki penyebabnya. Hasil bedah yang ditemukan di lapangan adalah meningitis, pneumonia, serta petechiae pada trachea. Ini terjadi pada salah satu kandang bebek yang berlokasi di daerah Tangerang, Banten. Bebek terinfeksi AI terjadi pada umur 45 hari, dengan populasi 5.675 ekor, dengan pola kematian 5 hari terakhir adalah 20, 35, 55, 120, dan 130 ekor. Hasil bedah bangkai di lapangan menunjukkan adanya Pneumonia akibat infeksi virus AI. Pneumonia terjadi karena suplai oksigen pada sistem pernafasan, yang terganggu akibat replikasi virus yang begitu cepat, dan mengakibatkan kematian sel. Virus ini juga mempengaruhi sistem syaraf sehingga menimbulkan gejala kepala
Mata keabuan (cloudy eyes)
Meningitis
AIV Ag Kit tes/ Rapid Tes AI
Pnemonia
Mata berbusa (foamy)
muntir pada bebek atau yang sering disebut torticolis. Infeksi sistem syaraf juga mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan mengalami kebutaan. Meningitis timbul akibat replikasi virus yang terjadi pada otak, sebagai bentuk perlawanan/pertahanan organ otak terhadap virus AI, kondisi inilah yang dapat menimbulkan inkoordinasi syaraf. Penetapan diagnosa AI dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan AIV Ag Kit Tes/ Rapid test AI, hasilnya menunjukkan positif AI dengan dua garis pada C dan T yang terlihat jelas. Untuk meneguhkan diagnosa AI, akan lebih baik apabila sampel kepala dikirim ke Laboratorium untuk pemeriksaan PCR. Sungguh, tidak ada langkah tunggal yang paling ampuh yang dapat ditempuh untuk menanggulangi AI di lapangan. Oleh sebab itu, biosecurity dan sanitasi sebaiknya diperbaiki dan dioptimalkan untuk antisipasi timbulnya kasus AI. Penambahan celup kaki, semprot tangan, masker, sepatu khusus kandang dapat dilakukan untuk memperketat biosecurity. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Sumatera Barat.
Februari 2019 |
61
INTERNASIONAL
Kesehatan Hewan Global Bagian 2 (habis)
Oleh : Drh. Tri Satya Putri Naipospos, M.Phil., Ph.D. Meskipun kesadaran tentang kesehatan global menjadi tantangan bagi semua pihak tanpa terkecuali, namun masih tetap dibutuhkan upaya harmonisasi beragam pendekatan di tingkat multilateral.
dan seringkali memanfaatkan standarstandar kesehatan hewan internasional yang dimuat dalam OIE Terrestrial and Aquatic Animal Health Code. Upaya membangun kepercayaan dan transparansi dengan mengimplementasikan standarstandar internasional sangat penting dalam mencapai kesetaraan dan keadilan antar negara. Data dan informasi ilmiah serta standarstandar internasional keamanan pangan merupakan
mempromosikan pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan. Sedangkan transparansi bagi masyarakat awam (civil society) berkontribusi dalam membangun kepercayaan dalam melaksanakan aksiaksi publik dan aksiaksi dalam sistim multilateral. Resistensi antibiotik Kecenderungan timbulnya resistensi antibiotik memunculkan suatu ancaman global terhadap manusia dan hewan. Kebanyakan literatur menyatakan konsekuensi dari munculnya bakteri yang
Masih banyak pendapat di kalangan negaranegara anggota OIE yang menganggap kurangnya transparansi dalam pelaksanaan tindakantindakan sanitary yang menyebabkan kurangnya kepercayaan antara negara mitra dagang. Perlunya perbaikan transparansi antar negara Isuisu transparansi yang seringkali dihadapi negaranegara berkembang termasuk Indonesia adalah (1) transparansi dalam pelaporan penyakit dan (2) transparansi dalam penerapan standarstandar internasional hewan yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan hewan serta keamanan perdagangan. Transparansi dalam pelaporan penyakit berarti setiap negara anggota OIE melaksanakan pelaporan penyakit hewan yang terdeteksi di wilayah teritorialnya. OIE mendesiminasi informasi tersebut ke seluruh dunia melalui websitenya, sehingga setiap negara dapat mengambil aksi pencegahan yang diperlukan. Informasi ini termasuk juga penyakitpenyakit yang dapat ditularkan ke manusia dan introduksi patogen baru. Seperti halnya negara lain, Indonesia menganggap penting
62
wyofile.com
barang publik yang sifatnya global (global public goods) yang bergantung kepada proses transparan dan memiliki tujuan. Transparansi dimanfaatkan secara berbedabeda oleh masingmasing pemangku kepentingan. Transparansi bagi organisasi internasional dan anggotaanggotanya digunakan untuk mendukung adanya suatu sistim pengaturan multilateral yang efektif dan inklusif. Transparansi bagi sektor swasta berkontribusi bagi terjadinya persaingan yang sehat dan lingkungan yang stabil, sehingga memungkinkan sektor swasta untuk berkembang, dan pada gilirannya menciptakan lapangan pekerjaan,
| Februari 2019
resisten terhadap antibiotik dan penyebarannya di antara hewan memiliki dampak potensial terhadap kesehatan masyarakat. Suatu studi memperkirakan bahwa sekitar 33 ribu orang meninggal setiap tahun di seluruh dunia sebagai konsekuensi langsung dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Sementara itu, suatu laporan dengan profil yang tinggi memperkirakan bahwa pada tahun 2050, 10 juta orang akan meninggal dunia setiap tahun disebabkan oleh resistensi antibiotik apabila tidak ada respon global terhadap masalah ini. Meski demikian perkiraan
INTERNASIONAL global tentang beban masalah resistensi antibiotik yang sebenarnya dianggap tidak terlalu informatif. Sampai saat ini masih diperlukan data yang detil dan dapat diandalkan dalam upaya untuk memperbaiki tindakan tindakan pengendalian resistensi antibiotik berdasarkan surveilans berbasis populasi di negara negara berpendapatan rendah, menengah dan tinggi. Pada dasarnya, selama ini area penggunaan antibiotik
penyakit juga tinggi. Sebagai contoh peternakan feedlot dimana anak sapi digemukkan untuk produksi daging sapi. Penyakit penyakit bakterial juga penting di sektor aquakultur dimana hewan aquatik, seperti ikan dan udang dibudidayakan dalam jumlah besar dengan kontak antar individu yang sangat dekat. Ternak unggas, babi penggemukan, dan ikan paling banyak diobati dengan antibiotik secara oral per kelompok melalui
barvets.com
ditargetkan untuk promosi pertumbuhan kelompok ternak (growth promotants), pencegahan penyakit dan pengobatan penyakit. Produkproduk alternatif — misalnya: vaksin, prebiotik, probiotik dan modulator kebal — menyediakan suatu opsi baru bagi dokter hewan dan peternak untuk mengurangi penggunaan antibiotik. Pada ternak produksi, beragam penyakit bakterial menyebabkan ternak sakit dan penderitaan bagi ternak, sehingga timbul kerugian ekonomi akibat gangguan produksi. Penyakit penyakit pernafasan dan pencernaan merupakan yang terpenting pada beberapa spesies, dan mastitis adalah yang paling utama pada ternak yang dipelihara untuk produksi susu. Pada ternak produksi semacam ini dimana kepadatan ternak tinggi, risiko wabah
pakan atau air, sedangkan pada ternak sapi, kerbau, dan babi pembibitan diobati secara individual menggunakan formulasi yang diinjeksikan ke tubuh hewan. Akses, rasional dan motif penggunaan antibotik untuk produksi hewan pangan secara global sangat bervariasi. Di beberapa negara terdapat sejumlah pembatasan terhadap akses dan penggunaan antibiotik bagi ternak produksi, tetapi di negaranegara lain penggunaan antibiotik diatur secara ketat dan antibiotik hanya dapat diberikan setelah ada resep dari dokter hewan. Disamping penggunaan teurapetik dan profilaksis, antibiotik juga digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan ternak produksi dengan menyertakan antibiotik dosis rendah dalam pakan. Penggunaan semacam ini dianggap kontroversial mengingat
risiko munculnya resistensi antibiotik dan seleksi bakteri resisten, sehingga dainggap menjadi ancaman utama bagi kesehatan hewan maupun kesehatan manusia. Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (growth promoters) sudah dilarang di sejumlah negara di dunia. Pertama kali oleh Swedia pada tahun 1986, diikuti oleh negara negara lain, dan pada tahun 2006 sudah dilarang di seluruh negara negara Uni Eropa. Indonesia juga sudah melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan sejak tahun 2018. Untuk memitigasi dampak penyakitpenyakit bakterial tersebut, antibiotik haruslah digunakan secara teurapetik untuk mengobati hewan sakit dan untuk profilaksis untuk mengantisipasi jika terjadi wabah penyakit pada individu ternak atau kelompok ternak. Di Amerika Serikat, industri peternakan besar seperti Tyson dan Perdue telah melakukan respon terhadap permintaan konsumen untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan antibiotik dalam pemeliharaan ternak. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaanperusahaan makanan cepat saji raksasa seperti McDonald’s, Subway, Kentucky Fried Chicken (KFC) dan lainnya berkomitmen untuk menghentikan pembelian daging ayam dan daging sapi yang dipelihara dengan menggunakan antibiotik yang penting bagi kedokteran manusia. Dalam pelayanan kesehatan hewan, anjing dan kucing adalah hewan yang paling banyak hadir di klinik dan rumah sakit hewan. Di rumah sakit hewan yang modern, peralatan diagnostik yang canggih biasanya tersedia, dan terdapat peluang yang terbaik untuk dilakukan perawatan intensif dan bedah. Dalam hal semacam ini, ada kepadatan hewan yang tinggi dan penggunaan antibiotik sering terjadi, terutama untuk infeksi nosokomial. Dalam dekade terakhir terdapat jumlah laporan yang meningkat dari rumah sakit mengenai infeksi pada orang
Februari 2019 |
63
INTERNASIONAL dengan bakteri gram negatif multiresisten, yang terkait dengan resistensi terhadap generasi ketiga cephalosporin atau carbapenems pada anjing. Meskipun konsekuensi resistensi sebagian besar adalah negatif, akan tetapi pendalaman terhadap bobot masalah dan fokus dari kalangan masyarakat ilmiah dan media terhadap isu ini juga
nasional tersebut akan menjadi efisien apabila setiap negara menghormati dan mengimplementasikan perjanjian perjanjian, regulasi dan standar standar antar negara yang sudah ada. Penghormatan terhadap kewajiban seperti itu akan memungkinkan terjadinya harmonisasi global dalam
agric.wa.gov.au
pengembangan alternatif antibiotik untuk menangani resistensi penyakit. Untuk mempromosikan penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab oleh dokter hewan, maka pedoman pedoman internasional dan nasional harus diterbitkan dan dipatuhi untuk mendapatkan tujuan ganda yaitu memastikan efikasi teurapetik dan memitigasi resistensi. Di masa depan, perawatan kesehatan hewan peliharaan dan ternak produksi harus memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi insidensi penyakit penyakit hewan menular dengan mengurangi kebutuhan antibiotik. Hal ini bahkan menjadi relevan, mengingat saat ini sangat tidak mungkin kelas antibiotik baru akan tersedia untuk penggunaan pada hewan. Apabila kelas antibiotik baru tersedia dan akan dipasarkan di masa depan, antibiotik tersebut mungkin terbatas hanya untuk penggunaan pada manusia saja. Selanjutnya hal ini akan
memberikan aspek yang positif. Kemunculan resistensi telah menjadi suatu insentif bagi pengembangan, evaluasi dan adaptasi dari rejimrejim lain yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan. Upaya Indonesia ke depan Upaya Indonesia dalam pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular harus didasarkan atas tatacara pemerintahan yang baik dengan menerapkan legislasi, kebijakan dan metoda yang tepat. FAO, OIE dan WHO telah mengidentifikasi aksiaksi prioritas ‘One Health’, yaitu rabies, influenza zoonotik, resistensi antimikroba, begitu juga pengendalian penyakitpenyakit zoonotik pada sumbernya yaitu hewan. Siskeswannas yang dibangun dan dikembangkan Indonesia harus mematuhi prinsipprinsip tatacara pemerintahan yang baik, sehingga mampu melakukan deteksi dini, respon cepat, pertukaran data, dan transparansi dalam notfikasi penyakit dan komunikasi antar negara. Sistim
64
agric.wa.gov.au
kebijakankebijakan dan metoda metoda pencegahan dan pengendalian penyakit hewan, serta juga sangat relevan dengan kepentingan surveilans dan pencegahan resistensi antimikroba. Disamping itu, inovasi dan bioteknologi menjanjikan suatu dukungan di masa depan bagi upaya meningkatkan diagnostik dan genomik yang diaplikasikan untuk pengembangan vaksin vaksin generasi baru untuk mencegah penyakit dan juga
| Februari 2019
mendorong upayaupaya untuk memitigasi muncul dan menyebarnya resistensi terhadap antibiotik yang saat ini ada di dunia kedokteran hewan melalui programprogram penatalaksanaan antibiotik (antibiotic stewardship), termasuk tindakantindakan seperti biosekuriti dan lainnya untuk mempertahankan agar ternak tetap sehat tanpa penggunaan antibiotik. Penulis adalah Ketua II PB PDHI)
INTERNASIONAL
Dokter Hewan Negeri Kanguru, Dengan Citarasa Nusantara Oleh: Drh. Malik Abdul Jabbar Zen
Namanya Peter Nugroho, seorang Warga Negara Indonesia kelahiran Jakarta, seorang dokter hewan yang membuka praktik di pedalaman Australia. Di sebuah kota kecil bernama Katherine di negara bagian Northern Theritory. Dokter Peter nama panggilan akrabnya, saat ini bekerja sebagai Associate Veterinarian di Katherine Vet Care sebuah klinik kesehatan hewan swasta di pusat kota katherine. Peter yang jebolan James Cook University di Townsville ini memiliki rasa sayang dan empati yang tinggi kepada hewan sejak masih kecil, hal tersebutlah yang mendorong cita citanya untuk menjadi dokter hewan. Perjuanganya untuk berkuliah di negeri kanguru tidak mudah, dia mencoba untuk mendaftar ke semua universitas di Australia yang memilki jurusan kedokteran hewan. Akhirnya, James Cook University di Townsville, Negara bagian Queensland, menjadi tempat berlabuhnya. Ia diberikan
beasiswa penuh untuk mengenyam pendidikan Kedokteran Hewan yang ditempuhnya dalam lima tahun. Di klinik tempatnya bekerja saat ini hampir semua hewan ditanganinya, mulai anjing, kucing, sapi, kuda, burung, bahkan buaya. Keragaman kasus dan hewan yang dihadapi di sini mewakili hasrat Peter yang sebenarnya sebagai seorang dokter hewan. Fokus utamanya dalam bekerja adalah ingin membantu meningkatkan animal welfare dan membantu para pemilik hewan atau peternak. Dalam bertugas Peter lebih banyak menangani hewan besar seperti sapi dan kuda. Layanan pada sapi biasanya adalah pregnancy check pada sapi betina yang akan diekspor. Dalam satu hari Dokter Peter mampu melakukan pregnancy check dengan metode palpasi rectal kepada 5001000 ekor sapi. Beberapa pengalaman menarik yang tak terlupakan saat bertugas salah satunya adalah tersesat di
tengah peternakan saat melakukan pregnancy check di salah satu property (baca: peternakan sapi) yang luasnya hampir 1.000.000 Ha. “Belajar dari pengalaman itu, saat ini saya selalu membawa radio di mobil sehingga saat tersesat dapat langsung melakukan kontak dengan orang yang ada disekitarnya karena area property merupakan daerah di luar signal handphone,” ujarnya. Dalam melakukan layanan pada pasien Peter bisa menempuh jarak hingga 600 km sehingga kliniknya saat ini memilki dua pesawat berukuran kecil untuk mejangkau pasienpasiennya. Dari berbagai kasus dan hewan yang ditanganinya, kasus yang masih menjadi challenge bagi dirinya adalah penanganan terhadap hewan kecil seperti anjing dan kucing, karena banyak sekali ragam penyakit yang diderita sehingga dalam penegakan diagnosa cukup membutuhkan waktu, selain itu kasus lainnya adalah kasus yang berhubungan dengan orthopedic. Profesi sebagai dokter hewan
Februari 2019 |
65
INTERNASIONAL swasta di Australia sendiri sangat didukung oleh pemerintah. Hal tersebut tercermin dari dokter hewan swasta Australia yang sangat independen dan transparan dalam melakukan pelayanan yang meliputi, investigasi, pencegahan, dan pengendalian pada penyakit. Dokter hewan swasta merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah Australia. Semisal dalam penanganan wabah suatu penyakit, dokter hewan swasta merupakan tonggak utama dalam melakukan investigasi dan melakukan komunikasi dua arah baik kepada peternak sebagai klien dan kepada pemerintah setempat sebagai laporan. Bilamana penyakit tersebut bersifat pandemic dan merupakan penyakit hewan menular strategis semisal Food and Mouth Disease (FMD), Antraks, maka tim State Veterinary Officer (dokter hewan pemerintah) akan turun tangan, namun apabila penyakit hewan tersebut bersifat endemik seperti pneumonia dan infertility cukup ditangani dokter hewan swasta. Dalam melakukan upaya investigasi penyakit, dokter hewan swasta dan peternak disupport oleh pemerintah dalam bentuk financial dan peralatan. Walaupun hal tersebut bisa dikatakan tidak mudah dan menguras tenaga maupun pikiran, karena dokter hewan swasta dituntut oleh peternak maupun pemerintah untuk bekerja cepat dalam menemukan penyebab timbulnya wabah dan cara menanggulanginya. Terkait dengan upaya preventif, contoh dalam hal ini adalah dalam penyakit Food and Mouth Disease, walaupun Australia merupakan daerah bebas Food and Mouth Disease pemerintah Australia mengutus delegasi dokter hewan, termasuk Peter untuk belajar dan training dalam penanganan dan pemberantasan kasus Food and Mouth Disease yang berada di Nepal melalui program Emergency Animal Disease Training (EAD). “Walau penyakit hewan besar seperti sapi yang bersifat pandemic dan sporadic sangat
66
jarang ditemui di Australia, namun pemerintah Australia memiliki concern terhadap upayaupaya pencegahan dan pengendalian penyakit melalui Australian Veterinary Emergency Plan (AUSVETPLAN) dan beberapa program lainnya dimana ketika ada outbreak wabah penyakit dokter hewan telah siap menanggulangi. Hal tersebut menjadi penting, karena hewan ternak khususnya sapi merupakan salah satu komoditas penting yang berperan dalam perekonomian Australia,” jelas Peter. Terkait dengan artikel berita beberapa waktu lalu yang dirilis oleh portal berita ABC Australia yang memuat isu “Profesi Dokter Hewan Australia Mengalami stres lebih tinggi dibanding profesi lain”. Peter tidak menepisnya, bahkan menurutnya dua orang kolega dokter hewan saat kuliah dulu telah mengalami stress mental dan akhirnya overdosis karena penyalahgunaan obat bius dan sudah tidak melakukan praktik. Hal tersebut kebanyakan terjadi pada dokter hewan yang berpraktik di Kota Besar yang terlalu mengalami tekanan dari klien dan financial problem. Beberapa dari mereka dalam melakukan pelayanan diminta melakukan pelayanan yang maksimal, namun ketika hewan milik klien tersebut tidak tertolong, terkadang beberapa klien enggan melakukan pembayaran, biaya perawatan yang terkesan mahal karena dalam hal pelayanan kesehatan hewan di Australia tidak kalah dengan melakukan pelayanan kesehatan pada manusia, terutama dari segi fasilitas dan alat kesehatan yang digunakan namun tidak ada subsidi kesehatan yang diberikan pemerintah. Sehingga hal tersebut berdampak pada financial problem yang dihadapi dokter hewan. Beruntung menurutnya, Ia tinggal di kota kecil pedalaman Australia yang kliennya masih cukup berempati dengan usaha dokter hewan dalam melayani dan menangani pasiennya. Menurut Peter, Australian Veterinary Association (AVA) mengambil peran cukup penting dalam hal ini,
| Februari 2019
yakni selain melakukan advokasi bagi membernya, AVA juga memberikan bantuan berupa pemulihan kondisi psikis yang dihadapi dokter hewan, termasuk layanan konseling 24 jam, dana kebajikan, dan pelatihan. Walaupun Peter tinggal di Australia, Ia tidak ketinggalan info seputar kondisi peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Peter menilai, dengan kondisi peternakan tradisional yang menerapkan model cut and carry smallholder group seperti saat ini, sebenarnya peternak Indonesia sudah cukup baik dan cerdik memecahkan masalahnya karena setiap model peternakan memiliki tantangan tersendiri. Walau jika dibandingkan dengan Australia masih jauh dari kata efisien, karena di Australia sendiri satu orang stockman (baca: anak kandang) bertanggung jawab terhadap 2.000 ekor sapi. Keinginan terbesarnya adalah bisa kembali ke Indonesia dan mengabdikan profesinya untuk membantu upaya swasembada daging sapi di Indonesia. Menurutnya ia masih butuh banyak belajar dan mendalami terkait hal itu. Pesan yang selalu dingatnya adalah stay passionned karena bekerja menjadi dokter hewan itu tidak mudah, oleh karena tidak mudah maka segera kerjakan dan teruslah belajar. Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah Jatim II
INTERNASIONAL Era globalisasi seperti sekarang menuntut kita untuk mengembangkan diri dan menambah keahlian yang kita miliki. Sebagai dokter hewan yang ingin terjun di dunia bisnis, memiliki keahlian di bidang ilmu kedokteran hewan saja tidaklah cukup. Itulah yang dirasakan oleh Fendy Fadillah Akbar, dokter hewan muda yang mengambil program Master of International Business Management di Newcastle University, Inggris. Fendy memilih jurusan tersebut karena ilmu bisnis yang diberikan cukup lengkap dan berskala internasional, seperti strategy for managers, international marketing, international business strategy, managing organisation and change, international entrepreneurship dan masih banyak lainnya. Menurutnya, dengan mengambil master dibidang tersebut akan mendatangkan banyak manfaat, terutama karena Fendy ingin terjun ke bidang bisnis veteriner. Bukan sembarang bisnis, Fendy ingin menggabungkan keahliannya di dunia veteriner dengan ilmu bisnis yang didapatnya. Menurutnya, keahlian teknis yang mumpuni harus diimbangi dengan kemampuan manajerial yang baik. Sebagai contoh adalah seorang dokter hewan yang ingin membangun perusahaan obat. Selain kemampuan teknis di bidang veteriner, diperlukan ilmu manajemen dan bisnis untuk mengembangkan usaha tersebut agar produknya dapat dipasarkan dengan baik. Selain itu, untuk dapat menjalankan perusahaan dengan baik, dokter hewan tersebut dituntut untuk paham mengenai budget planning, organising company and human resources, dan lainnya. Ilmu tersebut tentu tidak didapatkan saat kuliah dokter hewan, sehingga menurut Fendy sangat penting untuk belajar manajemen bisnis bagi dokter hewan yang berniat berkecimpung di dunia bisnis. Fendy memiliki alasan tersendiri mengapa memilih Inggris sebagai tempat untuk
VETS LEARN BUSINESS? WHY NOT? Oleh : Drh. Aprilia Maharani
belajar manajemen bisnis. Pertama adalah ketersediaan program yang ia inginkan, yaitu International Business Management. Program ini mempelajari manajemen bisnis yang berorientasi pada pasar global atau lintas negara. Hal tersebut tentunya akan lebih mudah untuk dipelajari di suasana internasional, dimana dia dapat berinteraksi dengan orang orang dari berbagai negara sekaligus membangun jaringan yang akan berguna nantinya saat ia memulai bisnis. Alasan lainnya yaitu karena sistem pendidikan di United Kingdom (UK) dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbaik di dunia dengan para pengajarnya yang profesional dan disiplin. Newcastle University sendiri adalah salah satu perguruan tinggi terbaik di Inggris yang termasuk ke dalam Russel Group Universities bersama dengan universitas lainnya seperti University of Cambridge, University of Oxford, Imperial College London dan lainnya. Fasilitas yang ditawarkan terhadap mahasiswanya juga cukup
banyak, seperti perpustakaan yang buka 24 jam setiap hari, jaringan kerjasama ke berbagai perusahaan internasional, career service yang sangat proaktif terhadap mahasiswanya, dan masih banyak lagi. Bahkan pihak kampus sangat mendukung start up mahasiswa dengan berbagai program pembinaan dan pendanaan untuk usahausaha tersebut. Hal menarik lainnya adalah letak business school yang hanya bersebrangan dengan stadion sepak bola milik Newcastle United. Di Inggris, sebagian besar program Master ditempuh hanya dalam jangka satu tahun, begitu juga dengan program yang diambil oleh Fendy. Dengan jangka waktu yang cukup singkat, mata kuliah yang diberikan cukup padat dan mahasiswa dituntut untuk mampu membagi waktu belajarnya dengan baik. Meskipun yang mengambil program ini kebanyakan berlatar belakang ekonomi, bisnis, manajemen atau ilmu sosial lainnya, ada juga yang datang dari latar belakang profesi lainnya, seperti arsitek, lawyer,
Februari 2019 |
67
INTERNASIONAL
biochemist, electrical engineer bahkan aviation engineer. Fendy berpendapat bahwa di era globalisasi sekarang, trennya adalah mengkolaborasikan berbagai latar belakang keilmuan. Dia melihat bahwa berbagai profesi lain seperti dokter, arsitek, pengacara sudah banyak yang mengkolaborasikan keilmuannya dengan ilmu manajemen. Di Inggris sendiri sudah ada perguruan tinggi yang menawarkan program sertifikasi bisnis manajemen bagi dokter hewan, yaitu University of Liverpool yang menawarkan program Postgraduate Certification of Veterinary Business Management (PgCert.VBM). Ia mengakui pada awalnya sulit melakukan transisi ilmu, dari yang sebelumnya terbiasa dengan ilmu eksakta dan sekarang dituntut untuk terbiasa dengan ilmu sosial. Sistem Pendidikan yang mengutamakan kerjasama dan menghargai perbedaan kultur melatih Fendy untuk terbiasa dengan situasi kerja internasional. Banyaknya project kelompok, menurutnya menambah pengalaman bekerja dalam situasi yang benarbenar berbeda dengan di Indonesia. Perbedaan pendapat, kultur dan perspektif adalah hal yang biasa, namun para mahasiswa dituntut untuk bekerjasama menghasilkan output project yang baik. Ia bercerita bahwa di kampusnya tidaklah mudah untuk mendapat nilai bagus, karena dosendosennya memiliki standar penilaian yang
68
cukup tinggi. Namun, tantangan dan kesulitan tersebut tidak membuat Fendy down, justru membuatnya semakin terpacu untuk belajar. Menurut Fendy, prospek bisnis di bidang veteriner sangat besar. Prospek bisnis di sektor ternak mulai dari hulu ke hilir menjadi yang paling menjanjikan di Indonesia karena populasi penduduknya yang terbesar ke4 di dunia dan tentunya dibutuhkan ternak sebagai penghasil protein hewani untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sangat disayangkan bahwa banyak penelitian bagus dan solutif yang punya potensi besar, namun hanya berhenti di kertas saja. Harusnya penelitian – penelitian tersebut dapat diaplikasikan menjadi berbagai produk yang prospektif untuk dipasarkan. Menurutnya, dengan era globalisasi seperti ini, Indonesia jangan hanya menjadi market dari
| Februari 2019
perusahaanperusahaan multinasional saja, berbagai perusahaan Indonesia ke depannya harus mampu ikut meramaikan persaingan industri peternakan di berbagai negara di luar sana. Selain sektor peternakan, industri pakan hewan peliharaan juga dikatakannya memiliki potensi pasar yang cukup tinggi. Hal ini dilihat dari tren memiliki hewan peliharaan yang makin meningkat, namun sebagian besar produsen adalah dari luar negeri. Fendy juga melihat bahwa kedepannya akan muncul berbagai perusahaan startup baik itu offline atau online yang akan membanjiri bidang kehewanan, oleh karena itu, dokter hewan dituntut untuk selalu mampu beradaptasi dan kreatif dalam perkembangan zaman. Berikut adalah pesan dari Fendy untuk kolega “Dengan era globalisasi seperti sekarang dan zaman yang cepat berubah, dokter hewan harus mengikuti perkembangan zaman. Dibutuhkan kemampuan manajerial dalam mengelola keahlian yang kita miliki. Selain itu, kita juga harus membuka diri dengan ilmu lain dan berusaha catchup. Karena mungkin suatu saat nanti kita butuh dokter hewan yang belajar hukum, dokter hewan yang belajar computer science, dokter hewan yang belajar ilmu elektronik atau bahkan dokter hewan yang mungkin saja belajar arsitektur. Dan saya yakin, profesi dokter hewan di Indonesia akan maju!”. Penulis adalah Sekretaris Redaksi Majalah Vetnesia
KABAR KAMPUS International Veterinary Students Association atau lebih dikenal dengan sebutan IVSA baru saja menggelar simposium ke 67 di Seoul dan Jeonju, Korea Selatan. Kegiatan yang berlangsung selama sembilan hari ini diikuti oleh 150 delegasi dari 31 negara. Pada kesempatan ini, 10 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dari 5 Universitas terkemuka di Indonesia berkesempatan untuk berangkat dan mewakili IVSA Chapter Indonesia (IMAKAHI). Rangkaian kegiatan simposium dimulai pada tanggal 14 Januari 2019 meskipun secara resmi 67th IVSA Symposium dimulai pada keesokan harinya dengan sambutan oleh ketua penyelenggara, President of IVSA Global, dan juga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Seoul National University. Kegiatan tahunan IVSA ini merupakan salah satu forum tertinggi IVSA yang tersusun atas beberapa sidang umum yang bertujuan untuk membahas langkah strategis akan peran IVSA dalam masyarakat global serta merupakan forum pemilihan President of IVSA yang baru. Pada simposium ini Elwin van Oldenbergh dari IVSA The Netherlands berhasil menjadi presiden terpilih IVSA Global 2019/2020, tak mau kalah, terdapat juga dua mahasiswa Indonesia yang memegang peran penting dalam struktural IVSA Global. Andre Firmansyah dari Universitas Gadjah Mada dan Cahyani Fortunitawanli dari Institut Pertanian Bogor berperan sebagai Public Relation Coordinator dan
Delegasi Indonesia dalam sesi Cultural Night
IMAKAHI Di 67th IVSA Symposium
Andre Firmansyah (Baris pertama paling kiri) dan Cahyani Fortunitawanli (Baris kedua paling kanan) dalam jajaran pengurus IVSA Global.
sekretaris yang sudah mulai menjabat sejak 2018 lalu. Di acara simposium ini, IMAKAHI berkesempatan untuk mempromosikan fakultas kedokteran hewan serta kesempatan untuk magang atau internship di Indonesia bagi delegasidelegasi negara lain melalui sesi International Stand. Dari sesi International Stand tersebut diharapkan mahasiswa dapat mempopulerkan dunia kedokteran hewan serta wisata alam di Indonesia. Selain mempromosikan dunia kedokteran hewan Indonesia, melalui sesi Cultural Night, IMAKAHI juga berkesempatan unutk memperkenalkan kebudayaan serta atribut budaya Indonesia. Makanan serta souvenir khas Indonesia pun cukup populer dikalangan para delegasi, bahkan tak sedikit delegasi yang juga mengungkapkan bahwa mereka pernah berkunjung ke Indonesia dan sangat mengagumi Indonesia. 67th IVSA Symposium
Delegasi Indonesia dalam sesi International Stand
dirancang dengan sangat hebat oleh panitia penyelenggara dengan menghadirkan berbagai kuliah umum oleh para ahli dibidangnya, para delegasi juga diperkenankan memilih satu dari tiga kelas pilihan yang tersedia diantaranya : Veterinary Emergency Medicine oleh dr. Minsoo Kim Oriental Veterinary Medicine oleh dr. Musook Kang Veterinary Oncology & Veterinary Career Exploration oleh dr. Kim Hillers Selain berfokus pada pendidikan dan kebudayaan, kegiatan ini juga penuh dengan aktivitas menarik serta kunjungankunjungan ke tempat bersejarah yang ada di Seoul dan Jeonju seperti Yongsan War Memorial, Korea Horse Racing Authority, Jeonju Hanok Village dan juga Gyeongbokgung Palace. IVSA sebagai satusatunya organisasi mahasiswa kedokteran hewan dalam tingkat global juga menunjukkan pengaruh positifnya dengan menyelenggarakan lelang terbuka dan lelang tertutup. Hasil dari dana yang terkumpul ini nantinya akan digunakan untuk kegiatan sosial seperti beasiswa, pengiriman buku tentang kedokteran hewan kepada sekolahsekolah yang membutuhkan di Afrika Selatan (Vet Books for Africa) dan juga misi pemberantasan rabies di beberapa negara (Mission Rabies). Arindraka Pratama, IMAKAHI
Februari 2019 |
69
KABAR KAMPUS Kunjungan Departemen Farmakologi FKH UGM ke Departemen Farmakologi FKH dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya
Pada tanggal 11 Februari 2019 lalu,, Departemen Farmakologi FKH UGM yang dikepalai oleh Dr. Drh. Agustina Dwi Wijayanti, MP, melakukan kunjungan studi banding sekaligus saling sharing mengenai perkembangan keilmuan farmakologi terutama tentang farmasi dan juga sekaligus memperkenalkan konsep apotik veteriner yang sedang jadi trending topic di kalangan mahasiswa kedokteran hewan, ke departemen Farmakologi FKH Universitas Brawijaya Malang dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan Brawijaya Malang. Rombongan yang terdiri atas 6 orang anggota diterima oleh Wakil Rektor 1 FKH Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Aulanni'am, rh., DES., Wakil Dekan 1, Drh. Dyah Ayu OAP., M Biotech dan Wakil Dekan 2, Dr. Dra. Herawati, MP, Kaprodi Drh.Fajar Shodiq Permata, M. Biotech, dan tak lupa juga kepala departemen Dhita Evi Aryani, S. Farm, Apt., M. Farm. Klin. Sesudah diterima dengan ramah dan penuh dengan suasana kekeluargaan,
70
selanjutnya masingmasing pihak mempresentasikan dan saling sharing kegiatan departemen dan juga penelitianpenelitian yang sedang ataupun sudah dilakukan. Menurut apoteker apotik
veteriner FKH UGM, Ida Fitriana S. Farm., Apt., Msc, kunjungan ini juga merupakan salah satu sarana untuk memperkenalkan konsep apotik veteriner. Kunjungan diakhiri dengan sesi foto bersama dan visiting Rumah Sakit Hewan Pendidikan FKH Brawijaya. Kedua pihak berharap kerjasama yang baik ini akan terus berlanjut dan tetap bisa saling mendukung di masa yang akan datang. Drh. Antonia Agnes, Kontributor Vetnesia wilayah Yogyakarta
Coming Soon Menyonsong Revolusi Industri 4.0 MUKERNAS IMAKAHI 2019 Setelah suksesnya Musyawarah Nasional IMAKAHI 2019 di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Mahasiswa Kedokteran Hewan seIndonesia dipertemukan kembali di acara nasional IMAKAHI yaitu Musyawarah Kerja Nasional 2019 dengan tuan rumah Universitas Brawijaya, Malang. Musyawarah Kerja Nasional merupakan suatu agenda tahunan yang dilakukan sebagai wadah perjuangan profesi dan penghubung dalam merangkul para civitas dalam bidang medis veteriner dalam lingkup mahasiswa dimana acara ini menjadi kegiatan Musyawarah dalam membahas bagaimana arahan IMAKAHI satu tahun kedepannya. Pengurus cabang IMAKAHI beranggotakan beberapa universitas seIndonesia yaitu Universitas Syiah Kuala, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Wijaya
| Februari 2019
Kusuma Surabaya, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Nusa Cendana, Universitas Nusa Tenggara Barat, dan Universitas Padjajaran. MUKERNAS IMAKAHI telah dilakukan selama 20 kali, di Universitas Brawijaya menjadi tuan rumah MUKERNAS IMAKAHI XXI bertajuk “Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0 bersama IMAKAHI”. Mengangkat tema tersebut, revolusi industri generasi cepat tidak hanya menediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial. Revolusi industri memiliki dampak hampir di seluruh sektor, termasuk bidang medis veteriner. Harapannya, IMAKAHI dapat dijadikan wadah bagi mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia dalam mempersiapkan diri untuk mampu menghadapi tantangan tersebut dan dapat berkontribusi terhadap profesi. Arindraka Pratama, IMAKAHI
RUANG DOKTER
Instruksi Harus Detail ! Instruksi yang baik adalah instruksi yang detail dan merinci. Jika tidak, arahan atau instruksi yang kita berikan bisa tidak sesuai dengan ekspektasi (harapan) sang pemberi instruksi. Hal ini serupa dengan pengalaman yang saya alami pertengahan tahun 2018 lalu di klinik Elnemr Veterinary Service cabang Sungai Hanching, Muara, Brunei Darussalam. Kisah ini diawali dengan datangnya seorang klien keturunan etnis tionghoa dengan asistennya yang saya kurang tahu dari mana, namun dari bahasanya menyerupai Bahasa Thailand, karena saya salah satu pecinta drama Thailand. Mereka datang dengan anjing German Sheperd berusia lebih kurang 1,5 Tahun dengan keluhan ada luka di area kakinya. Untuk sekedar informasi, asisten ini tidak terlalu baik bahasanya. Tidak bisa berbahasa melayu, dan Bahasa Inggrisnya ala kadarnya saja. Jadi, semua intruksi diberikan dalam bahasa inggris 30% dan selebihnya menggunakan instruksi bahasa tubuh. Akhirnya giliran mereka untuk masuk ke ruang periksa setelah melakukan registrasi di resepsionis. Seperti biasa, saya sebagai dokter hewan jaga
Oleh : Drh. Habyb Palyoga
Brangus (Muzzle) yang digunakan dalam kasus ini
mempersilahkan mereka masuk, kemudian saya mulai melakukan anamnesa kepada pemilik hewan yang memiliki wajah Chinese ini. Sambil si klien bercerita tentang histori luka di kaki anjingnya, saya mengambil brangus (alat untuk membungkam mulut anjing) dan kemudian memberikan instruksi kepada pria Thailand ini. “Please put the muzzle on!” “Mohon pasangkan brangusnya!” (Sambil melirik kearah anjingnya) Kemudian saya langsung fokus ke klien lagi untuk menanyakan anamnesa lain tentang anjingnya. Sedangkan asisten medik saya masih sibuk
mempersiapkan termometer dan alatalat pemeriksaan lainnya. Dan betapa kagetnya saya ketika asisten saya berteriak setelah dia selesai dengan kegiatannya. “To the dog… to the dog!” “ke anjing… ke anjing!” ungkap si asisten medik. Pandangan saya langsung tertuju ke arah pria Thailand ini. Betapa kagetnya saya, dia berusaha mengalungkan muzzle itu ke arah mulutnya dan melingkarkan ke lehernya dan hampir saja (muzzle tersebut) terpasang sempurna. Kemudian saya langsung menarik brangus itu dari wajahnya dan memberikan instruksi selanjutnya. “This one, for dog!” “yang ini untuk anjing” sambil menunjuk ke arah anjingnya Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi berikutnya kan? Semua orang tertawa terbahak bahak. Mulai dari saya, asisten klinik, pemilik anjing bahkan pria Thailand ini pun tertawa terbahak bahak sambil mengoceh dengan bahasa daerahnya. Jadi, lain kali semua instruksi harus detail dan rinci ya!. Penulis adalah Praktisi di Elnemr Veterinary Clinic Brunei Darussalam
Februari 2019 |
71
RUANG DOKTER
Antara Blacky, Jarum Suntik dan MasMas Bertatoo Oleh : Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB saat sebuah telpon masuk. "Dokkkk, ada dirumah gak? Praktek gak? Mau vaksinin Blacky nihhh", sebuah suara manis manja riang seorang client menyapa dari seberang. "Halooo Buuu, bolehhh sini aja. Kebetulan saya baru selesai operasi. Gak ada pasien sakit kok hari ini, jadi aman bisa vaksin" "Okeee, kesitu ya Dokkk. Tar yang bawa Blacky kesitu Mbak'e sama kennel boy yang baru ya. Nanti biayanya saya transfer aja yak seperti biasa? " "Siappp, Buuu" Setengah jam kemudian, datanglah Blacky. Oiya, Blacky adalah seekor Rottweiller jantan gagah berusia 3 tahun, cukup dominan tapi untungnya baik hati deh dan nurut sama Bu Dokter. Cieee... Dan kali ini Blacky datang ditemani seorang pria kekar ber
72
tatoo dengan celana jeans sobek sobek alaala kekinian. Si embak lalu memperkenalkan diri, "Ini mas'e yang sekarang ngurusi Blacky dok" Oh, ok. Bu Dokter pun segera memasang stetoskop dan memakai sarung tangan karet. "Ok Blackyyy, periksa dulu yaaa, nanti habis itu digigit semut sebentar yaaa", Seperti biasa Blacky pun mengibaskan ekornya dan pasrah diperiksa. "Ok, sekarang tolong dipegangin ya Mas, mau suntik sekarang" (iyalah, walaupun nurut, tetep aja Blacky ini disuntik ya kadang berbalik juga, daripada resiko kan ya) "Ya Dok. " "Cuzz ya Blackkk, gigit semuttt, yak tahan bentarrrr, good boyyy, Blacky pinterrr. " Tibatiba, Gedebuk!
| Februari 2019
Si mas bertatoo pingsan ! Blacky dan si embak melongo. Bu dokter apalagi. Langsung deh tepuktepuk pipi si mas. "Mas, mas,, heiii mass" Si mas pun bangun pelan pelan. "Kulo niku ajrih kalih jarum suntik Dok. "(saya itu takut dengan jarum suntik Dok) Yaelahhh, ternyata badan gede otot kawat balung wesi plus gambar tattoo seluruh badan, KO nya sama jarum suntik bok! Bu dokter pun kepo, "Lha terus, dulu pas bikin tattoo kan pakai jarum juga?kok gak pingsan? " "Ya dulu itu saya mabuk dikit Dok, trus pacar saya nungguin di samping. Saya mah tutup mata aja supaya gak pingsan" Ohhh begitu ;). Penulis adalah Kontributor Vetnesia Wilayah DIY
VET TOON
BERSAMA, KITA BISA ! Seorang superhero itu, saking hebatnya bisa merantasi persoalan dunia sendirian. Dengan kekuatan dahsyat yang dimilikinya, semua musuh dan masalah yang ditimbulkannya bisa dilibas dalam sekejap. Itu dahulu. Jaman pun terus berubah, tatkala masalah semakin pelik, kini superhero tidak bisa lagi beraksi sendirian. Inilah tontonan yang coba disajikan oleh produser film dunia belakangan ini. Maka, saksikanlah betapa eloknya kolaborasi yang ditunjukkan dalam
film AVENGER. Sungguh, tidak mudah menyatukan orangorang hebat dari berbagai latar belakang dalam sebuah karya kolaborasi. Ini pula yang diceritakan dalam perjalanan pembentukan hingga bekerjanya tim superhero berlabel Avenger itu. Masingmasing punya cara untuk menyelesaikan permasalahan. Namun saksikanlah ketika sebuah kekuatan kolaborasi para superhero itu bekerja. Alhasil, kolaborasi datang
sebagai Kekuatan dahsyat untuk merubah situasi pelik menjadi kemenangan gemilang. Melalui kolaborasi bisa dicapai kesuksesan yang lebih besar lagi, ketimbang beraksi sendirian. Kolaborasi adalah salah satu hal yang wajib dilakukan untuk mencapai kesuksesan dalam tim. Ketika kita mampu membawa semangat kolaborasi, maka itu akan memberi nilai tambah pada sebuah tim bahkan kepada orang yang tidak disukai sekalipun. Seperti disitasi dari buku The Maxwell Daily Reader, Karya John C. Maxwell, untuk mencapai hasil yang luar biasa bersama tim, kita perlu menjadi pemain yang kolaboratif, yaitu dengan cara : 1. Berpikirlah tentang menang bersama. Tanamkan pemahaman tentang menang bersama. Tumbuhkan sikap untuk bisa saling berbagi informasi dan bekerja bersama demi manfaat yang akan dirasakan bersama. 2. Melengkapi orang lain. Carilah orang yang memiliki kelebihan dalam bidang kelemahan Anda, begitu sebaliknya. Sehingga terjadi hubungan saling melengkapi. 3. Singkirkan kepentingan diri sendiri dalam tujuan tim. Biasakan untuk mengajukan solusi yang membawa kebaikan bagi seluruh tim. Dengan cara inilah kolaborasi akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kolaborasi akan menjadi warisan dunia yang sejati. Inilah saatnya bagi dokter hewan untuk berkolaborasi dengan berbagai bidang dan multidisiplin ilmu, demi kejayaan dan kemuliaan profesi dokter hewan. VIVA VETERINER. (Ilustrasi kartun oleh Drh. Akbar Agus, teks oleh Drh. Wikrama Satyadarma)
Februari 2019 |
73
KUIS Majalah VETNESIA menyelenggarakan Kuis Veteriner pada setiap edisi penerbitan. Bagi Anda yang beruntung, tersedia cinderamata menarik dari pihak sponsor.
JAWABAN KUIS EDISI 1 1. Sapi
2. Llama 3. Kambing 4. Anjing 5. Kucing
Ada 5 jenis hewan dalam gambar siluet.
PERTANYAAN KUIS
A PAPITO, SAPI APA YANG BISA NGEBUT ?
....
BALAP
....
NGEBUTAN MOTOR BALAP
Drh. Ruth Elok Cyntiara Yang telah terpilih sebagai pemenang dalam kuis Majalah VETNESIA edisi 1. Hadiah dikirim langsung ke alamat.
Majalah VETNESIA siap bekerjasama dengan pihak sponsor untuk menyelenggarakan Kuis Veteriner. Jika Anda atau perusahaan Anda tertarik untuk berpartisipasi mengisi rubrik ini, silahkan menghubungi kami melalui : drh. Shinta Rizanti Binol Whatsapp/ Telp. : 0818.898.310 email :
[email protected] Mari bergabung bersama kami dalam menyemarakkan Profesi melalui Rubrik Kuis Veteriner
B PAPITO, SAPI APA YANG WARNAWARNI ?
SELAMAT KEPADA
HADIAH KUIS
....
C PAPITO, SAPI APA YANG BISA NEMPEL DI TEMBOK ?
....
Bagi Anda yang hendak berpartisipasi, silahkan akses dan isi form jawaban, dengan cara klik tautan berikut ini :
http://bit.ly/kuisVETNESIA-2
74
| Februari 2019
TAHUKAH ANDA
Belajar
2 Menyusui
dari Hewan
Induk hewan menyusui anak anaknya merupakan pemandangan yang sangat umum ditemui baik di ruang praktik, di kandang, maupun di alam liar. Sobat Vetnesia pasti pernah melihat induk kucing menyusui bayibayinya bukan? Kirakira seperti apa penampakannya? Induk berbaring rileks bisa rebah lateral maupun rebah dorsal, kemudian bayibayi kucing dengan posisi rebah ventral atau bahkan dengan posisi freestyle menyusu pada ambing induknya. Proses menyusui merupakan proses yang alamiah bagi setiap hewan mamalia, spontan dari saat bayi mamalia lahir, kemudian merangkak mencari puting induknya, hingga akhirnya menghisap ambing induknya. Proses ini terjadi di hewan secara alami tanpa butuh dibantu ataupun
3
Lebih Banyak Komodo Jantan
Komodo merupakan salah satu satwa endemik Indonesia, yang habitat asalnya di NTT (Nusa Tenggara Timur). Komodo atau biasa disebut kadal terbesar di dunia ini berkembangbiak secara seksual dan aseksual melalui proses partenogenesis. Komodo betina yang berkembangbiak secara partenogenesis anak yang dihasilkan sudah pasti pejantan.
diajari. Lain halnya dialami pada manusia, proses menyusui tidak sealami dan tidak semudah yang dialami oleh hewan akibat adanya berbagai intervensi baik medis maupun non medis. Proses menyusui hewan mamalia ini diadopsi oleh ilmu laktasi Kedokteran Manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai poin pertama dalam standar emas makanan bayi (manusia). Proses IMD ini seperti apa sih? Proses ini dimulai segera setelah bayi lahir, lalu bayi diletakkan rebah ventral di dada ibunya. Sama seperti yang dilakukan bayi kucing dan bayi mamalia lainnya, bayi manusia tersebut kemudian merangkak menuju puting ibunya, dan pada akhirnya menghisap dan menyusu pada payudara ibunya. IMD ini berfungsi sebagai kontak kulit primal bonding dan mempertahankan insting alami yang pertama bagi semua bayi mamalia, yaitu menghisap dan mencari sumber makanan di ambing/payudara induknya. Selain itu proses ini dipercaya mengaktifkan 20 refleks primitif yang dimiliki bayi, mengurangi tingkat stress pada bayi, dan menjadi pijakan bagi keberlangsungan proses menyusui selanjutnya. Keren ya, ternyata untuk sukses menyusui, manusia juga perlu belajar dari hewan ya. (Drh. Elievia Wienarno) Hal ini dikarenakan komodo memiliki sistem penentuan kromosom sex ZW, bukan sistem penentuan seks XY, ketika komodo betina (kromosom ZW) berkembang biak dengan cara partenogenesis ia mewariskan hanya salah satu dari pasangan kromosomnya. Satu set kromosom tunggal ini kemudian diduplikasi dalam telur. Telur yang menerima kromosom Z akan menjadi ZZ (Jantan) dan yang menerima kromosom W akan menjadi WW (gagal berkembang). Oleh karena itulah, populasi komodo jantan jauh lebih banyak dibandingkan komodo betina. (Drh. Tri Wahyu Hidayati)
arachnophoto.com
Lycosa tarantula
1
Tarantula hidup hingga 40 tahun
Lycosa tarantula (atau biasa kita kenal sebagai tarantula) ternyata bisa hidup hingga 40 tahun lho ! Dan meskipun banyak sekali spesiesnya (diperkirakan mencapai lebih dari 850 spesies), ternyata ada juga spesies tarantula asli Indonesia. Contoh yang paling sering ditemui adalah Cypriopagopus hatihati (Sulawesi), Selenocosmia javanensis (di berbagai hutan dan sawah di Jawa Indonesia), P. rufus dan P. akcaya. (Drh. Antonia Agnes Budiastri C.)
bjharisel.blogspot.com
Selenocosmia javanensis
mymonsters.co.za
Cypriopagopus hatihati
i.pinimg.com
P. rufus
Februari 2019 |
75
TAHUKAH ANDA
tropicalherping.com
4
Cara Primata Mencegah Parasit
Parasit merupakan organisme yang menggantungkan sebagian atau seluruh hidupnya pada hospes. Infestasi parasit dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada manusia maupun hewan. Jika manusia memperhatikan sanitasi dan mengonsumsi obat cacing sebagai upaya preventif terhadap infestasi parasit, maka satwa primata yang
satu ini punya cara yang unik untuk mencegah masuknya parasit ke dalam tubuhnya maupun untuk mengurangi resiko penyebaran parasit. Red howler (Alouatta seniculus) merupakan salah satu jenis primata pemakan dedaunan (foliovora) dan buah (frugivora) yang terdapat di Amerika Selatan. Fakta menarik tentang spesies ini dan menjadi karakteristiknya adalah defekasi komunal (communal defecation). Sama halnya seperti manusia yang membangun toilet untuk
5
Hairball pada sapi
Tahukah anda, hairball tidak hanya terjadi pada kucing. Hairball juga dapat terjadi pada sapi. Mengapa hal ini dapat terjadi?. Hairball merupakan salah satu manifestasi klinis karena defisiensi mineral. Pemberian pakan ternak yang tidak diimbangi dengan pemberian nutrisi lainnya. Salah satu nutrisi yang penting bagi ternak adalah mineral. Apabila kandungan mineral dalam tubuh
76
| Februari 2019
kepentingan ekskresi (defekasi), maka Red Howler pun demikian. Hal ini biasanya terjadi di pagi hari setelah bangun dan pada tengah hari setelah waktu istirahat. Selain itu, struktur vegetasi di tempat spesies ini defekasi pun berbeda dengan vegetasi di tempat mereka mencari makan, istirahat, maupun travelling (berpergian). Hal unik lain yang dimiliki oleh spesies ini adalah perilaku defekasi yang dilakukan pada tempat yang tidak ditumbuhi oleh tanaman atau pada celah vegetasi. Perilaku ini akan menurunkan jumlah infestasi telur atau larva parasit dalam rentang vertikal spesifik hutan kirakira 25 28 m di atas permukaan tanah, dimana wilayah ini merupakan wilayah yang paling sering digunakan monyet untuk mencari makan dan travelling. Pakan utama Red Howler adalah dedaunan, sedangkan buahbuahan hanya sebesar 38% dari total dietnya. Dedaunan merupakan sumber makanan yang sering terkontaminasi oleh material feses yang jatuh. Oleh karena itu, Red Howler umumnya mencari makan pada ketinggian di atas area defekasi pada umumnya. Adanya perilaku Red Howler dalam memilih lokasi defekasi ini berhasil menurunkan tingkat infeksi endoparasit pada satwa primata yang satu ini. (Drh. Ayu Joesoef, M.Si.) sapi rendah, secara otomatis tubuh ternak akan merespon. Hal yang biasa dilakukan ternak ketika tubuh kekurangan mineral adalah menjilat pagar kandang, dan yang lebih parah ternak akan menjilati sapi – sapi lainnya. Jadi bisa dibayangkan kan, bagaimana rambut – rambut sapi ini akan menempel dilidah dan akan terakumulasi didalam saluran pencernaan. Dan didalam saluran pencernaanpun (rumen dan reticulum) bulubulu sapi tersebut tersisih dari pakan dan mengumpul membentuk hairball. (Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti)
VET-SOULMATE terkenal sampai seluruh Indonesia. Yuk, kita bereksperimen membuat kue pukis ala ibu Sri Kayati Agik. BAHAN : 1 kg tepung terigu. 5 telur. 1/5 kg gula pasir. 1 sachet fermipan. 150 ml air hangat kuku Santan 700 ml (air rebus dinginkan) . 2 sdm Blue Band cair. Vanilli sesuai selera Garam sesuai selera CARANYA :
Dokumen pribadi
Merem Melek Pukis Ibu Sri Agik Siapa tak kenal dengan keempukan, kelembutan pukis yang terasa tenggelam di gigi. Paduan rasa yang pas, manisnya membuat merem melek beda dengan kue pukis pada umumnya. Pukis ala ibu Sri Agik ini menjadi kue favorit istri dokter hewan jika rapat rapat PIDHI. Ngomongngomong mengenai kue pukis, pasti disini kita ada yang belum tau sejarah dari si kue pukis ini yang dimuat dilaman kampungkaleng.com Dikisahkan kue ini merupakan salah satu kue dari Cina. Di Indonesia kisahnya bermula saat masa penjajah, saat masyarakat Sampang Kebumen yang diculik
penjajah mereka yang diculik diwajibkan untuk bekerja membuat kue pukis. Dulunya, resep kue pukis sendiri tidak pernah diceritakan kepada siapa pun. Tapi, entah mengapa seseorang di antara mereka ada yang mendapatkan bocoran tentang apa saja bahan yang digunakan untuk membuat pukis dan bagaimana cara pengerjaannya. Akhirnya, seseorang tersebut mengetahui semua tentang pembuatan pukis. Karena merasa bosan dijajah, seseorang yang tahu cara membuat pukis tadi berinisiatif untuk melarikan diri dari tempat penculikan tersebut dan berhasil lolos. Tanpa menunggu lama setelah lolos kabur, dia langsung mempraktikkan membuat pukis sendiri. Hasilnya, kue pukis ini jadi primadona dan
1. Fermipan direndam dengan air hangat kukus 150 ml supaya mengembang. 2. Kocok gula, telur, vanilli sampai larut kemudian masukan fermipan yang sudah mengembang, tuang terigu sedikit demi sedikit bergantian dengan santan yang sudah diberi garam 3. Aduk sampai tidak menggumpal diamkan adonan 1 jam 4. Setelah mengembang tuang blueband cair aduk sampai tercampur rata 5. Panaskan cetakan pukis dan oles dengan sedikit Blue Band supaya tidak lengket 6. Tuang adonan. Di atasnya bisa diberi topping sesuai selera bisa ditambah kismis, meses, keju, pisang, strawberrry, nangka atau yang lain 7. Panggang 5 menit dengan api sedang untuk 1 resep bisa jadi 60 kue pukis 8. Adalagi resep yang sangat penting adalah "rasa cinta" itu yang bikin kue ini super enak. Selamat Mencoba. PP PIDHI
Februari 2019 |
77
VET-SOULMATE Pernyataan ini menggelitik dihati. Karena berpikir, saya mempunyai karier sendiri dan sudah begitu sibuk dengan aktifitas kerja yang begitu padat, bahkan sabtu minggu pun masih dipakai untuk pelatihan dan berbagai acara lain. Bagi ibu yang tidak beraktifitas bekerja di luar rumah, sudah sangat sibuk dengan kesibukan rumah tangganya sehingga sangat terbatas waktunya. Namun saya juga berpikir bahwa untuk bisa mencapai jenjang ini : bisa bekerja, berorganisasi, dan juga aktualisasi diri, Itu semua karena suami memberi ijin. Dalam Islam, istri boleh bekerja harus seijin suami, Suami kita mempunyai profesi sebagai Dokter hewan, seperti dalam Mars Dokter Hewan ciptaan Drh. Djiyono Notokusumo (ayahanda Drh. Raden Nurcahyo Nugroho, M.Si.), lagu oleh Mochtar MK dan Max Kandri, sebagai berikut :
Istri Dokter Hewan Harus Bersatu Mensupport Profesi Dokter Hewan
Sebagian peserta Kongres XVI PIDHI tahun 2018
Silaturahin dengan DIrjen PKH Dr. Drh. I Ketut Diarmita, M.P. dan Dekan FKH IPB Prof. Dr. Drh. Srihadi Agungpriyono.
Dokter Hewan Indonesia Profesi mulia Mengabdi pada nusa bangsa dan negara Menjunjung tinggi asas negara, Pancasila UndangUndang Dasar empat lima pedomannya Menolong hewan tugas utamanya Menjaga malapetaka pada satwa Mencukupi kebutuhan gizi, protein hewani Gerak Bakti Dokter hewan untuk mewujudkan Masyarakat adil dan makmur Dasar Pancasila Syair lagu yang amat mendalam, menyentuh kalbu saya, untuk kembali bertanya pada diri saya, apa yang bisa saya baktikan
78
PIDHI sebagai anggota BKOW Sumsel melaksanakan baksos
sebagai Istri dokter hewan, untuk bisa dukung profesi suami, siapa lagi kalau bukan dari orang terdekatnya, yaitu istrinya sendiri dengan segala kemampunan dan keterbatasan yang ada. Tidaklah mudah bagi istri dokter hewan, apabila hanya seorang sendiri berkiprah untuk membaktikan diri, karena tentu banyak keterbatasan yang ada. Kita harus berkiprah bersama
| Februari 2019
melalui organisasi PIDHI yang merupakan wadah Persatuan Isteri Dokter Hewan Indonesia yang sudah berdiri sejak 7 Maret 1954 (yang sekarang sudah berusia 65 tahun). Mendampingi organisasi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesa yang lahir pada 9 Januari 1952. Usiausia yang seharusnya sudah sangat matang, namun masih banyak hal yg perlu kita kerjakan, dan tidak sedikit
VET-SOULMATE tantangan yang harus dihadapi. Dengan bersatunya PARA ISTRI DOKTER HEWAN dalam bendera PIDHI akan menjadikan sebuah kekuatan yang solid, akan lebih mudah mewujudkan halhal yang positif, menjadikan kita lebih cerdas dan mencerdaskan masyarakat di sekitar kita, untuk mensupport profesi suami dalam kiprahnya sebagai dokter hewan melalui karya nyata untuk kemaslahatan masyarakat. Dengan persatuan ini pula, yang menjadikan kita kokoh, dan membuat orang segan dan hormat. Kita bisa berbagi pengalaman dan wawasan untuk bisa saling mendukung Ini semua untuk membangun kebanggaan sebagai Keluarga Besar Dokter Indonesia, sekaligus untuk membangun peradaban bangsa. PIDHI berkeinginan untuk bisa berkiprah nyata bagi mensyarakat awam, tentunya dengan dukungan para suami yang Dokter Hewan, atau para anggota PIDHI yang berprofesi sebagai Dokter hewan juga, antara lain melalui kegiatan : Sosialisasi Daging ASUH, penyakit Zoonosis (Rabies, Leptospirosis, Toxoplasmosis, dan lainnya), Animal Welfare ( kesejahteraan Hewan), Gemarikan, dan masih banyak kegiatan lainnya. Contoh kiprah nyata PIDHI lainnya adalah pengelolaan Pos Yandu Asoka 1, di Jl. Patriot 34, Jaka sampurna, Bekasi yang membantu monitoring kesehatan sekitar 120 balita. PIDHI bisa berbagi pengetahuan dan tips praktis seputar kesehatan masyarakat veteriner. Organisasi PIDHI sangat berharap agar para suami ridho istrinya bisa bersatu bersama di keluarga besar PIDHI (termasuk
Bakti sosial PIDHI kepada ananda di SLB type B, Badung, Bali
POS YANDU ASOKA 1 BINAAN PP PIDHI
SKH Perempuan dan Istri SKH). Mari bersama sama mensupport profesi veteriner, menjadi sebuah profesi yang disegani, yang lebih bermartabat , melalui kiprah nyata. Viva Veteriner, Majulah Dokter Hewan Indonesia. Viva Veteriner, Jayalah Dokter Hewan Indonesia. Kontributor PP PIDHI
SILATURAHIM dengan Ketum PB PDHi di Aceh PIDHI PC Kalsel
PP PIDHI menghadiri undangan IISPI
PP PIDHI menghadiri undangan Lansiavet
Februari 2019 |
79
LANSIA-VET
Alhamdulillah, Drh. Tutuk Astiawati yang jarang muncul, hadir di pertemuan bersama anak dan menantu
Masri Hanafi – Soewarno TS
KELUARGA LANSIA VETERINER INDONESIA CERMIN SEMANGAT VETERINER Usia senja tidak menjadi halangan untuk terus berkarya di dunia veteriner. Inilah teladan yang telah diberikan oleh generasi sesepuh veteriner di negeri ini. Jalinan kebersamaan di antara mereka masih terpelihara hingga kini.
Bapak HMG Siregar, Ibu Tjitjiek Sulaeman dan Ibu Nurdjannah Siregar
Keluarga Lansia Veteriner Indonesia (KLVI) tetap eksis dari masa ke masa. Ini bisa disimak dari Buletin BERSAMA yang diterbitkan oleh trio penyusunnya, yaitu : GusKarNa (terdiri dari Agus Nurhadi, Sukardi Hastiono dan Nana Soekarto). Mereka adalah dewan redaksi, yang menjadi motor utama Buletin BERSAMA.
80
Nana Soekarto bertindak selaku reporter, drh. Sukardi Hastiono bertindak selaku Editor sedangkan drh. Agus Nurhadi (Alm.) adalah seorang pengambil gambar alias juru potret. Sebagai media komunikasi dan informasi KLVI, Buletin BERSAMA terbit setiap tiga bulan sekali. Rubrik yang diangkat memuat berbagai informasi, mulai dari rubrik : apa dan siapa, ucapan ulang tahun anggota KLVI, berita keluarga (berita meninggal dan
Nana, Soewarno TS, Waskito, Hj. Jenny
berita sakit), laporan keuangan KLVI, berbagai liputan kegiatan pertemuan KLVI, serta undangan undangan KLVI. Anggota Lansia Veteriner Indonesia tersebar di lebih dari 15 kota di Indonesia. Paling barat Bengkulu dan paling timur kota Anging Mamiri, Makasar. Penyebaran BERSAMA 90%
| Februari 2019
dilakukan lewat pos. Sisanya dikirim lewat email bagi mereka yang masih lebih senang membaca efile. “Maklum lansia, adikadik. Malas buka email, maunya baca sambil ‘leyehleyeh’, sambil ngeteh di sore hari, itulah dia lansia veteriner,” tulis Nana Soekarto. Awal mula pertemuan Lansia Veteriner dengan vetnesia terjadi di hari Minggu, 27 Januari 2019. Saat Ketua PDHI dan Ketua PIDHI diundang pada Pertemuan Lansia Veteriner di Puri Multazam, Depok.
Ibu Tuning dan Ibu Nani Memet Adinata, keduanya tersenyum bahagia."Cepat sembuh, bu Nani!"
Pada pertemuan tersebut, Ketua PDHI Drh. Munawaroh menerangkan bahwa ada wadah yang bisa dipakai sebagai ajang pertukaran pengetahuan atau berita seputar Veteriner dan Lansia Veteriner yaitu Majalah Vetnesia. Dari situlah Ketua Lansia Veteriner Indonesia Drh. Bachtiar Moerad memberikan
LANSIA-VET
Drh. Olan Sebastian bersama Tuning Cs, membawakan Mars Lansia
sinyal lampu hijau, sedianya Rubrik Lansia Vet hadir dalam Majalah Vetnesia edisi Februari 2019. Sedikit kilas balik, Trio GusKarNa terbentuk sejak 2014, pada waktu itu Ketua Lansia Veteriner Indonesia adalah Drh. Oni Sa’aroni. Ketua sebelumnya yang juga sebagai salah satu pendiri dari KLVI adalah Drh. Sukobagyo. Nana Soekarto mengatakan sempat ‘mengecap’ didikan Bapak Drh. Sukobagyo pada dua nomor BERSAMA,
Keluarga Lansia Veteriner Indonesia pada bulan Oktober 2018
sebelum Beliau meninggal pada 23 Mei 2014. Dari situlah Nana setia di Buletin BERSAMA hingga sekarang. Menurut Nana, satu satunya pendiri yang sekarang masih setia hadir adalah Drh. Dharmojono (1935). Setahun yang lalu lansia veteriner kehilangan juru potret Drh. Agus Nurhadi (Alm.). Untungnya para Lansiaveter’s banyak yang menjadi juru potret amatir, sehingga Buletin BERSAMA tidak begitu ‘keteter’ dengan pengumpulan gambar
gambar di setiap pertemuan untuk konten buletin. Rupanya keberuntungan belum berpihak kepada GusKarNa. Empat bulan lalu editor andalan Drh. Sukardi Hastiono menderita sakit pada penglihatannya hingga harus istirahat total pengelihatannya. Semoga pada penyusunan Buletin BERSAMA edisi 161 nanti Sang Editor sudah dapat berkarya kembali. Aamiin. Kontributor Keluarga Lansia Veteriner Indonesia.
ADVERTISING HOTLINE : 0818.898.310 Drh. Shinta Rizanti Binol email :
[email protected]
Februari 2019 |
81