Vetnesia Februari 2019.pdf

  • Uploaded by: Muhammad Hanif
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vetnesia Februari 2019.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 33,620
  • Pages: 82
SK PB PDHI NOMOR: Skep­19/KU­PBPDHI/I/2019

ADVERTISING WA  : 0818.898.310 ­ email : [email protected]  

REDAKSI Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia TIM REDAKSI VETNESIA (Official E­MAGZ PB PDHI) PENANGGUNGJAWAB  Ketua Umum PB PDHI Drh. Muhammad Munawaroh, M.M. PIMPINAN REDAKSI Drh. M. Arief Ervana WAKIL PIMPINAN REDAKSI Drh. Ruri Astuti Wulandari SEKRETARIS REDAKSI Drh. Aprilia Maharani BENDAHARA & IKLAN REDAKSI  Drh. Shinta Rizanti Binol DIGITAL DAN IT EXPERT REDAKSI Drh. Wikrama Satyadarma EDITOR  Drh. Muhammad Sutarsah Drh. Hartina Samosir KONTRIBUTOR EDISI FEBRUARI 2019 FOKUS UTAMA Drh. M. Arief Ervana Letkol Kes. Drh. Martha Mangapulina Napitupulu, S.H. Drh. Budi Prasetyo Drh. Supriyanto M. VPH Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Drh. Surachmi Setiyaningsih, Ph.D. Drh. Eko Agus Srihanto, M.Sc. LIPUTAN KHUSUS Drh. M. Arief Ervana KABAR NUSANTARA Drh. Karunia Maghfiroh, M.Si. Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Drh. Ika Friskawati Drh. Rina Peri Drh. Dona Dwi Antika, M.Si Drh. Pandu Tokoh Amukti DINAMIKA ONT Drh. Soejono Dharmojono  Drh. Tatang Cahyono  Drh. Silfiana Ganda Kesuma OPINI SEJAWAT Moh. Sukmanadi Dr. Drh. Endhie D. Setiawan, M.Sc. Drh. David Kusmawan, M.K.K.K. PROFIL Drh. M. Arief Ervana RESENSI BUKU Drh. Wahyu Hidayat Drh. Elievia Wienarno RISET DAN KASUS Drh. Tiara Febriani Chaesario Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti Drh. Soeharsono, Ph.D. Drh. Siti Maemunah,M.P. Drh. Cholillurrahman Zulfikar Basrul Gandong, S.KH., M.Sc. Drh. Wahyu Kusuma Atmaja Drh. Fazlul Rahman INTERNASIONAL Drh. Tri Satya Putri Naipospos, M.Phil., Ph.D. Drh. Malik Abdul Jabbar Zen Drh. Aprilia Maharani

"Apapun profesinya, NULIS itu HARUS, untuk menguatkan bisnis, branding, atau memberi manfaat bagi banyak orang" (Ippho Santosa) Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, di data kami terbaca ada lebih dari 1.500 orang yang sudah membaca (mengakses) Vetnesia via link yang kami berikan, itu belum termasuk orang-orang yang langsung mendapatkan versi PDF-nya tanpa melalui klik link, sehingga kami yakin Insya Allah sudah lebih dari 2.000 orang yang membaca Vetnesia edisi pertama. Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, email kami dibanjiri dengan kiriman tulisan dari para kolega. Kami sungguh tidak menyangka, ajakan untuk MENULIS disambut dengan sangat luar biasa. Tim redaksi terutama teman-teman editor mau tidak mau harus bekerja lebih keras, karena lebih banyak tulisan yang harus dibaca. Pun kami mohon maaf jika mungkin pada edisi kedua ini belum menampilkan tulisan yang Anda kirim, karena memang jumlah halaman yang kami batasi. InsyaAlloh tulisantulisan yang belum berkesempatan untuk ditampilkan pada edisi ini kami simpan untuk edisi-edisi berikutnya. Sejak dirilis edisi pertama pada 1 Februari yang lalu, Alhamdulillah, kami mendapatkan banyak sekali respon positif, banyak sekali masukan konstruktif, bahkan beberapa orang request bagaimana seandainya majalah Vetnesia dibuat VERSI CETAK?! Kami sambut baik semua respon postif, kami terima semua masukan konstruktif.

KABAR KAMPUS Arindraka Pratama Drh. Antonia Agnes Budiastri C. RUANG DOKTER Drh. Habyb Palyoga Drh. Antonia Agnes Budiastri C. VETERINO TOON Drh. Akbar Agus Drh. Wikrama Satyadarma KUIS Drh. Akbar Agus TAHUKAH ANDA Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Drh. Elievia Wienarno Drh. Tri Wahyu Hidayati Drh. Ayu Joesoef, M.Si. Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti

04

|  Februari 2019  

Pimpinan Redaksi VETNESIA (kanan) bersama  Drh. Prabowo Respatiyo, M.M., Ph.D. 

Terkait dengan versi cetak, kami tidak ingin terburu-buru dalam memutuskan. Apalagi untuk pengadaan versi cetak pasti dibutuhkan dana yang tidak sedikit, kalau yang berminat dengan versi cetak hanya beberapa orang saja maka akan berat untuk mengganti ongkos cetaknya, pasti mahal. Oleh karena itu, kami kemudian melakukan survei terkait hal tersebut, yang mungkin juga sudah Anda ikuti. Survei diadakan selama tiga hari, yaitu pada tgl 18-20 Februari 2019, dan diikuti oleh 87 responden. Hasil surveinya seperti ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Kesimpulannya? Sepertinya kami harus meminta kepada Anda para peminat versi cetak untuk bersabar dulu, dan tolong doakan, semoga Vetnesia menjadi semakin baik dan semakin baik lagi kedepan, pun bisa menjadi seperti apa yang Anda harapkan. Aamiin. Selamat membaca, Jangan lupa menulis juga. Drh. M. Arief Ervana (Pimpinan Redaksi)

DAFTAR ISI RUANG REDAKSI DAFTAR ISI FOKUS

04

Pra Raker Langkah Awal Penyatuan  Visi Misi PDHI Jawa Timur II Meriahnya CPD PDHI Jatim 3

05 06

BADAN  PERLINDUNGAN  HUKUM  PERHIMPUNAN ( BPHP) MENATA PSIKOLOGIS PETERNAK DI WILAYAH DENGAN SEJARAH  JEMBRANA FAKTOR RISIKO PENYEBARAN  JEMBRANA TERJADI TANPA  DISADARI Strategi Penangananan Hewan  dengan Dugaan Penyakit Jembrana di  Rumah Pemotongan Hewan Antisipasi Penularan Penyakit  Jembrana di Provinsi Kepulauan Riau Pesona Virus Penyakit Jembrana  PERKEMBANGAN KASUS DAN  VIRUS JEMBRANA  DI WILAYAH  REGIONAL  LAMPUNG

LIPSUS

23

COMPLEMENTARY AND  INTEGRATED VETERINARY  MEDICINE Sejarah Pengobatan Tradisional China  untuk Hewan TERAPI SHOCK WAVE PADA KUDA

25

TANGGAP JEMBRANA,  PDHI CABANG LAMPUNG ADAKAN  SEMINAR “JEMBRANA DAN  PENANGANANNYA” Perananan Dokter Hewan  dalam Penanggulangan Penyakit  Infeksi Emerging TAV (TEMU AKRAB VETERINARIAN) TEMPAT BERDISKUSI DAN  MENJALIN KEKELUARGAAN PDHI  CABANG JATIM X Kerja Nyata Dokter Hewan Indonesia  Berbakti Kepada Negeri We Love We Care AKSI NYATA PROFESI UNTUK  NEGERI CONTINUING EDUCATION  PDHI CABANG KALIMANTAN  SELATAN

40

OPINI SEJAWAT

Tantangan filosofi  Manusya Mriga Satwa Sewaka di Era baru Indonesia 4.0 PANDANGAN  ISLAM  TERHADAP   PROFESI  DOKTER  HEWAN MENGATASI BAHAYA PSIKOSOSIAL  DI TEMPAT KERJA :  Contoh Aplikasi K3 di Pekerjaan ­  bagian 2 (habis) PROFIL

Webinar Profesi Dokter Hewan, Kerjasama antara PDHI dengan  HaloVet SOFT LAUNCHING VETNESIA  DALAM MUKERNAS I PDHI KABAR NUSANTARA

34

DINAMIKA ONT

45

MENGENAL SANG PROFESOR Prof.  Dr. Drh. Suwarno, M.Si. RESENSI 

62

INTERNASIONAL

Kesehatan Hewan Global Dokter Hewan Negeri Kanguru,  Dengan Citarasa Nusantara VETS LEARN BUSINESS? WHY  NOT?

69

KABAR KAMPUS

IMAKAHI Di 67th IVSA Symposium Kunjungan Departemen  Farmakologi FKH UGM ke  Departemen Farmakologi FKH dan  Rumah Sakit Hewan Pendidikan  Universitas Brawijaya

71

RUANG DOKTER Instruksi Harus Detail ! Antara Blacky, Jarum Suntik  dan Mas­Mas Ber­tatoo VET TOON

73

BERSAMA, KITA BISA !

46

TAHUKAH ANDA

DASAR­DASAR DALAM  PEMERIKSAAN FISIK HEWAN  PELIHARAAN PENGALAMAN (ORANG LAIN)  ADALAH GURU YANG LEBIH BAIK RISET DAN KASUS

MEWASPADAI  MUNCULNYA AVIAN INFLUENZA  PADA BEBEK PEKING

48

Peran Quality Assurance dan Quality  Control dalam Industri Pakan Ternak AGP DILARANG, SIAPA TAKUT ? INDONESIA NEGARA KAYA PELAJARAN DARI KASUS RABIES  PADA ANAK ANJING DI BALI SCABIES PADA KUCING Serangga : Alternatif Pangan dan  Pakan Masa Depan KESEJAHTERAAN PADA KUDA  PEKERJA Canine Distemper Virus  Mengancam Malang Selatan

75

Tarantula hidup hingga 40 tahun Belajar Menyusui dari Hewan Lebih Banyak Komodo Jantan Cara Primata Mencegah Parasit Hairball pada sapi

77

VET SOULMATE

Merem Melek Pukis Ibu Sri Agik Istri Dokter Hewan Harus Bersatu Men­support Profesi Dokter Hewan LANSIAVET

80

KELUARGA LANSIA VETERINER  INDONESIA CERMIN SEMANGAT  VETERINER

Februari 2019  |

05

FOKUS UTAMA

PDHI MELAKSANAKAN  MUSYAWARAH KERJA NASIONAL  (MUKERNAS) I TAHUN 2019 Oleh: Drh. M. Arief Ervana

Mukernas I PDHI dilaksanakan  pada 25 dan 26 Januari 2019 di  Cikarang, Jawa Barat. Agenda  yang sangat penting ini dihadiri  oleh 132 dokter hewan se­ Indonesia yang mewakili PB PDHI,  PDHI Cabang, dan ONT. Selain itu  hadir pula beberapa tamu  undangan dan perwakilan dari  sponsorship. Mukernas kali ini berbeda dan  sangat menyenangkan semua  peserta karena peserta tidak perlu  keluar biaya untuk akomodasi  penginapan dan makan, jadi  tinggal datang saja dan fokus  pada agenda mukernas. PB PDHI 

06

berkomitmen untuk agenda­ agenda seperti ini kedepannya  juga sebisa mungkin tidak  memberatkan peserta dalam hal  akomodasi. Hal ini bisa terwujud  atas dukungan berbagai pihak,  terutama swasta veteriner yang  telah memberikan dukungan.  Mukernas diawali dengan  serangkaian sambutan, yaitu dari  Ketua Umum PB PDHI yang juga  sekaligus menyampaikan  laporannya, dilanjutkan dengan  sambutan dari Direktur Kesehatan  Hewan Kementrian Pertanian Drh.  Fadjar Sumping Tjatur Rasa,  Ph.D. dan sambutan sekaligus 

|  Februari 2019  

pembukaan mukernas oleh  Direktur Jenderal Peternakan dan  Kesehatan Hewan Kementerian  Pertanian Dr. Drh. I Ketut Diarmita,  M.P. Beberapa hal yang dibahas  dalam Mukernas hari pertama  antara lain adalah Renstra atau  Rencana Strategis PDHI 2018­ 2022, program­program,  pemetaan masalah strategis dan  prioritasi solusi, serta pengenalan  atau sosialisasi platform digital  organisasi, termasuk aplikasi  seminar online (webinar) dan tentu  saja: Vetnesia.  Mukernas hari kedua diisi  dengan rapat­rapat komisi yang  membahas tentang pendidikan  berkelanjutan dan tata kelola 

organisasi. Rapat komisi  membahas dan menyepakati  rumusan delapan Surat Keputusan  yang kemudian disahkan dalam  pleno hasil rapat komisi pada  siang harinya. Berikut adalah delapan Surat  Keputusan hasil kesepakatan  Mukernas I PDHI : 1. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­11/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Usaha Pengadaan  Bangunan Kantor Sekretariat  PB PDHI. 2. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­12/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Tata Laksana 

FOKUS UTAMA Organisasi Pedoman Bagi  Pengurus Besar, Cabang dan  Organisasi Non Teritorial. 3. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­13/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Pedoman Penerbitan  Kartu Tanda Anggota Pdhi  Seumur Hidup. 4. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­14/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Tata Laksana  Organisasi Perhimpunan Dokter  Hewan Indonesia: Prosedur  Penerbitan Sertifikat  Kompetensi, Surat Tanda  Registrasi Veteriner, dan Kartu  Tanda Angota. 5. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­15/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Iuran Keanggotaan,  Biaya Pembuatan Kartu Tanda  Anggota, Surat Tanda  Registrasi Veteriner, Sertifikat  Kompetensi Dokter Hewan  Dan  Biaya Penerbitan Rekomendasi  Surat Izin Praktik. 6. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­16/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Pedoman  Penyelenggaraan Bhakti Sosial  Veteriner. 7. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­17/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Pedoman  Penyelenggaraan Pendidikan  Profesional Berkelanjutan/  Continuing Professional  Development. 8. SK Pengurus Besar PDHI No.  Skep­18/KU­PBPDHI/I/2019  tentang Badan Perlindungan  Hukum Perhimpunan (BPHP). Hasil Mukernas I PDHI tersebut  secara lengkap dapat diunduh di  website PDHI, klik :   http://pdhi.or.id/mukernas­i­ tahun­2019 Drh. Munawaroh selaku Ketua  Umum PB PDHI berharap, hasil  Mukernas ini dapat segera sampai  ke seluruh kolega di seluruh  Indonesia. (Arief/ Vetnesia)

LAPORAN KEUANGAN MUKERNAS I PDHI TAHUN 2019 HASIL DONASI SPONSORSHIP NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tanggal

NAMA PERUSAHAAN

8­Jan­19 9­Jan­19 9­Jan­19 11­Jan­19 11­Jan­19 11­Jan­19 11­Jan­19 16­Jan­19 17­Jan­19 18­Jan­19 18­Jan­19 21­Jan­19 22­Jan­19 23­Jan­19 25­Jan­19 25­Jan­19 25­Jan­19 25­Jan­19 28­Jan­19 30­Jan­19

PT.SIERAD PRODUCE TBK PT. ROMINDO PRIMAVETCOM PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA PT. KALBE FARMA PT. PIMAIMAS CITRA PT. PESONA SCIENTIFIC PT. BINA CITRA AGRO FARMA PT. NUTRICELL PACIPIC PT. MEDION FARMA JAYA PT. AWAL SEMANGAT KARYA PT. SANBE FARMA PT. KOREA MEDICAL DEVICE PT. VAKSINDO SATWA NUSANTARA PT. INDOGAL AGRO TRADING PT. JAPFA COMFEED INDONESIA TBK PT. TEKAD MANDIRI CITRA PT. INTERVET INDONESIA SUMBANGAN KAMAR PT. NOVINDO AGRITECH HUTAMA PT. INDO PRIMA BEEF

JUMLAH

TOTAL

15,000,000 5,000,000 15,000,000 2,500,000 2,500,000 1,500,000 10,000,000 10,000,000 4,000,000 1,000,000 3,000,000 2,000,000 3,000,000 10,000,000 14,700,000 750,000 5,000,000 150,000 2,940,000 5,000,000

15,000,000 20,000,000 35,000,000 37,500,000 40,000,000 41,500,000 51,500,000 61,500,000 65,500,000 66,500,000 69,500,000 71,500,000 74,500,000 84,500,000 99,200,000 99,950,000 104,950,000 105,100,000 108,040,000 113,040,000

TOTAL Terbilang : Seratus Tiga Belas Juta Empat Puluh Ribu Rupiah

113,040,000

RINCIAN PENGELUARAN KEGIATAN No

Uraian Pengeluaran

Jumlah (Rp)

Kumulatif (Rp)

1

Biaya perlengkapan dan alat

7,307,000

7,307,000

2

Biaya Akomodasi

17,600,000

24,907,000

3

Biaya Transport

1,000,000

25,907,000

4

Biaya konsumsi

65,372,000

91,279,000

5

Biaya Keamanan dan kebersihan

500,000

91,779,000

6

Biaya Honor  

3,050,000

94,829,000

7

Biaya sekretariat

1,000,000

95,829,000

8

Biaya pembelian plakat

2,975,000

98,804,000

TOTAL

98,804,000

Terbilang : Sembilan Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Empat Ribu Rupiah

Bersama ini saya selaku bendahara Mukernas, atas ijin Ketua Umum melaporkan keuangan Mukernas  sebagai berikut :  1 2

Donasi Sponsorship yang diterima sebesar (perincian terlampir) Penggunaan dana sebesar (perincian terlampir)  SALDO

Rp.  Rp.  Rp.

113.040.000 98.804.000 14.236.000

Terbilang : Empat Belas Juta Dua Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah Bendahara         Drh. Enny Pudjiwati, M.M.

Februari 2019  |

07

FOKUS UTAMA

BADAN  PERLINDUNGAN  HUKUM  PERHIMPUNAN ( BPHP) Oleh :  Letkol Kes. Drh. Martha Mangapulina Napitupulu, S.H. Pada akhir akhir ini kita ketahui  profesi Dokter Hewan banyak  disoroti di  media sosial khususnya  dibidang pelayanan kesehatan  hewan. Sehingga Bapak Ketua  Umum PB PDHI Drh. H. Muhamad  Munawaroh, M.M.  di dalam  kepengurusannya saat ini  membentuk suatu hal yang  berbeda dengan kepengurusan  sebelumnya yaitu terbentuknya  Badan  Perlindungan Hukum  Perhimpunan (BPHP) dengan  Nomor Skep­18/KU­ PBPDHI/I/2019 tanggal 26 Januari  2019  tertulis bahwa BPHP   bertanggung jawab langsung  kepada Ketua Umum PB PDHI.  Disebutkan juga didalam  keputusan tersebut bahwa tugas  BPHP adalah memberikan  pendapat dan pertimbangan  hukum atas kasus hukum  pelayanan kesehatan berupa  tuntutan atau somasi yang  dilakukan oleh klien terhadap  dokter hewan atau sebaliknya. Setiap dokter hewan didalam  melaksanakan tugas dan  kewajibannya dalam memberikan  pelayanan kesehatan pada pasien  tidak lepas dari rambu rambu yang  ada. Adapun rambu rambu  tersebut kode etik profesi dan  hukum yang berlaku. Untuk  membantu seminimal mungkin  terjadinya gugatan ataupun  somasi dari klien maka BPHP  membuat contoh surat surat yang  dapat diperoleh di sekretariat PB  PDHI yang kelak dapat di unduh  setiap anggota PDHI. Adapun  surat yang sudah tersedia adalah   surat permohonan advokasi, surat  persetujuan penitipan hewan,  surat persetujuan tindakan 

08

anasthesi dan/ atau operasi, berita  acara kematian dan surat  pernyataan kesediaan pemberian  injeksi dan/ atau vaksinasi serta  format perjanjian kerjasama. Setiap anggota PDHI dapat  mengajukan bantuan hukum  dengan prosedur sebagai berikut:: 1.  Laporan pengaduan secara  tertulis (format terlampir) disertai  data pendukung (kronologi  kejadian) oleh dokter hewan  yang bersangkut kasus hukum  ditujukan ke PDHI cabang  setempat. 2.  Ketua PDHI cabang bersama  dengan komisi etik dan bidang  advokasi melakukan analisa 

etik. 4. Apabila diperlukan sidang etik,  PDHI Cabang mengirimkan  surat permohonan sidang etik  kepada Majelis Kehormatan  Perhimpunan dan Kode Etik  Profesi dengan tembusan Ketua  BHPP disertai kronologi  kejadian.  5. BHPP melakukan koordinasi  sidang etik pada PB PDHI dan  Majelis Kehormatan  Perhimpunan dan Kode Etik  Profesi.  6. Majelis Kehormatan  Perhimpunan melaporkan  hasilnya ke Bidang Hukum  Perlindungan Perhimpunan 

TIM BADAN  PERLINDUNGAN  HUKUM PERHIMPUNAN PB PDHI

kasus dan kelaikan sidang etik. 3. Selanjutnya Ketua PDHI  Cabang melakukan komunikasi  dengan Bidang Hukum  Perlindungan Perhimpunan  PDHI mengenai hasil analisa.  selanjutnya BHPP  menyampaikan pendapat  hukum terhadap PDHI cabang  mengenai rekomendasi sidang 

|  Februari 2019  

PDHI. 7. Bidang Hukum Perlindungan  Perhimpunan PDHI  menyampaikan hasil sidang etik  kepada Ketua PDHI Cabang.  8. Jika terdapat pelanggaran etik  maka sanksi yg berlaku adalah  yang diatur pada kode etik  profesi.

FOKUS UTAMA

<< klik di sini untuk unduh dokumen 

Setiap dokter hewan wajib  memahami dan melaksanakan  apa yang tertuang didalam buku  etika profesi dalam menjalankan  tugas sebagai dokter hewan dan  tak kalah penting nya segala  kegiatan yang dilakukan harus  tertuang dalam bentuk standar   operasinal  prosedur. Dalam  sidang penilaian etika profesi  sebagai acuannya adalah etika  profesi dokter hewan yang ada  juga dinilai apakah dokter hewan  sudah benar mengikuti standar  prosedur operasi. Sedangkan  dalam persidangan kasus perdata  acuannya adalah  KUHPerdata  dan persidangan kasus pidana  mengacu pada KUHPidana. Selain  yang tersebut diatas tak kalah  pentingnya adalah komunikasi  verbal dan/atau non verbal  terhadap klien dan pasien didalam  memberikan pelayanan kesehatan  hewan. 

Untuk  melindun gi dirinya  secara  hukum setiap dokter hewan  yang memberikan  pelayanan kesehatan  hewan wajib memiliki Kartu  Tanda Anggota (KTA),  STRV, Surat Ijin Praktek  dan Standar Operasional  Prosedur. Karena rambu  rambu dokter hewan  Indonesia dalam  menjalankan tugasnya  memberikan pelayanan  kesehatan adalah hukum  dan etika profesi. Tidak  perlu takut dalam  memberikan pelayanan  kesehatan hewan jika kita  membaca dan memahami isi dari  hukum dan etika profesi. Karena  Hukum dibuat untuk melindungi  setiap warga negara Indonesia  baik sebagai dokter hewan 

maupun sebagai klien. Viva  Veteriner. Penulis adalah Ketua  Badan Perlindungan Hukum  Perhipunan PB PDHI

Februari 2019  |

09

FOKUS UTAMA

Dokumen Budi Prasetyo

Pemeliharaan lepas liar berbatas di Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman

Dokumen Agus Hanifah

Kematian ternak di Kecamatan Pubian

kematian 2.118 ekor ternak sapi  Bali, timbul kembali tahun 1978 di  Seputih Raman dan Punggur  berakibat kematian 63 ekor sapi  Bali. Pertengahan 1987 terjadi lagi  wabah penyakit ini di Seputih  Raman dan di kecamatan  sekitarnya, Raman Utara, Seputih  Mataram, Seputih Banyak,  Rumbia dan Seputih Surabaya,  selama tahun 1988 pada daerah  tertular telah terjadi kematian 218  ekor (Pedoman Pemberantasan  dan Pengendalian Penyakit Ternak  Rama Dewa, 1989). Setelah mengetahui informasi  wabah tersebut biasanya banyak 

MENATA PSIKOLOGIS PETERNAK  DI WILAYAH DENGAN SEJARAH JEMBRANA Oleh : Drh. Budi Prasetyo Penyakit Rama Dewa ini pernah melanda pada tahun  1976 silam. Masa­masa sulit akibat penyakit ini kembali  melanda peternak. Tercatat hingga 3 Februari 2019, telah  terjadi ratusan kematian Sapi Bali terdiagnosa JDV.  “Penyakit Jembrana ? Kalau  Rama Dewa saya tau Pak”. Inilah  pernyataan yang pertama kali  kami lontarkan ketika hendak  memberikan informasi bahwa di  wilayah barat Kabupaten Lampung  Tengah telah terjadi kematian  ratusan sapi Bali akibat wabah  Jembrana Disease Virus (JDV)  kepada peternak di wilayah  Kecamatan Seputih Raman. Wajarlah mereka lebih  mengenal Penyakit Ramadewa  dibandingkan Penyakit Jembrana  yang asing ditelinga mereka, Bagi  peternak yang sudah berumur,  mereka telah mengalami masa­ masa dimana penyakit tersebut  mewabah dan mengakibatkan  ternak sapinya banyak yang mati.  Terutama di wilayah timur  Kabupaten Lampung Tengah. Tanggal 21 Desember 2018 di  Kepayungan, Kecamatan Pubian  terjadi kematian potong paksa 

ternak sebanyak 19 ekor dengan  gejala diare, nafsu makan  berkurang, demam, serta  pembengkakkan kelenjar  prescapularis dan prefemoralis  namun tidak disertai dengan  keringat darah. Wabah ini  kemudian melanjut ke kecamatan  Padang Ratu dan Kecamatan  Bekri. Jumlah kematian Sapi Bali  ratusan dan terdiagnosa JDV,  kematian ternak sapi terus terjadi,  tercatat sampai dengan tanggal 3  Februari 2019.  Hati­hati sekali kami  memberikan informasi tersebut,  harapannya agar peternak mau  lebih fokus lagi mengontrol kondisi  kesehatan ternaknya. Tahun 1976 di Kampung  Ramadewa, Kecamatan Seputih  Raman, Kabupaten Lampung  Tengah terjadi wabah JDV yang  segera menyebar ke wilayah  sekitarnya mengakibatkan 

peternak yang was­was akan  ternaknya, mungkin ada yang  berpikiran untuk menjualnya atau  bertahan dipelihara dan ingin  mengetahui cara pencegahan  agar JDV tidak mewabah,  psikologis trauma akan lebih  terasa pada wilayah dengan  sejarah Jembrana, perulangan  wabah tahun 1976, 1978, 1987  sampai tahun 1988 cukuplah  menjadi traumatik yang mendalam  akan penyakit ini. Bahkan ada  peternak yang dahulunya  memelihara sapi Bali sampai  dengan saat ini tidak memelihara  sapi lagi akibat kejadian wabah  yang menghabiskan seluruh  sapinya, meskipun itu sudah  terjadi 31 tahun tahun yang lalu. Kabupaten Lampung Tengah  terbagi menjadi tiga wilayah;  Wilayah Barat, Wilayah Tengah  dan Wilayah Timur. Wilayah Barat  Lampung Tengah memiliki 2  Puskeswan akan tetapi tidak  memiliki tenaga medis Dokter  Hewan, pemeliharaan sapi Bali di  Wilayah Barat banyak yang masih  dilepas liarkan di ladang sawit  (ektensif), meskipun bukan faktor  penentu terjadinya wabah, akan 

Februari 2019  |

11

FOKUS UTAMA tetapi memungkinkan penularan  penyakit secara cepat.  Pemeliharaan secara intensif  menekan terjadinya penularan  wabah JDV. Telah diketahui JDV dapat  dicegah wabah penyebarannya  dengan vaksinasi, peningkatan  daya tahan tubuh ternak,  hilangkan vektor perantara, kontrol  lalu lintas ternak dan penanganan  oleh petugas sesuai  dengan  prosedur. Kunci terpenting dari sehat  tidaknya ternak sapi Bali adalah  pemilik ternak itu sendiri.  Mengingatkan kembali ke  peternak tentang Jembrana atau  Penyakit Ramadewa adalah  penyakit oleh virus, virus  menyerang apabila daya tahan  tubuh lemah; sementara  pengobatan untuk penyakit ini  tidak ada, pengobatan dilakukan  untuk infeksi sekunder yang  mengikutinya berupa antibiotika  dan roboransia. Pengadaan  vaksinasi mungkin terbatas. Syarat utama ketahanan tubuh  adalah kecukupan pakan baik  vitamin maupun jumlahnya serta  pemberian pakan tambahan 

12

Dokumen Budi Prasetyo

Penyuluhan oleh Petugas di Kecamatan Way Seputih

seperti mineral, jamu atau gula  merah, dan itu kewajiban pemilik  ternak. Percuma vaksinasi, injeksi  vitamin tetapi kecukupan pakan  kurang. Hal ini perlu dijelaskan  karena kebanyakan peternak  mengandalkan pemberian vitamin  oleh petugas seolah bisa  menjamin sebagai perisai dari  wabah sementara pakan  semaunya saja pemberiannya. Hilangkan vektor pembawa  penyakit seperti lalat dan nyamuk,  hal tersebut mungkin dapat  dilakukan secara periodik pada  pemeliharaan sapi secara intensif  melalui penyemprotan insektisida  atau pengasapan (diyangan) 

|  Februari 2019  

Dokumen Budi Prasetyo

Lalulintas ternak

dipojok kandang, sementara untuk  sapi diliarkan dipadang  pengembalaan tentu teramat sulit  untuk terlindungi setiap harinya.  Berhati­hatilah ketika membeli  ternak sapi, pastikan sehat dan  jangan tergiur sapi murah tetapi  berpenyakit. Penyakit sebisa mungkin kita  hindarkan dengan cara­cara  pencegahan, pengetahuan JDV  yang peternak miliki setidaknya  membuat rasa was­was menjadi  ketenangan dalam memelihara  ternak sapinya. Penulis adalah  Praktisi Dokter Hewan Mandiri  di Lampung Tengah

FOKUS UTAMA

FAKTOR RISIKO  PENYEBARAN JEMBRANA  TERJADI TANPA DISADARI Oleh : Drh. Budi Prasetyo Sapi Bali merupakan ras unggul dengan tingkat  kesuburan yang luar biasa, namun dibalik kelebihannya  memiliki kelemahan terhadap penyakit Jembrana yang  hanya dapat menginfeksinya, tidak dengan ras sapi  lainnya.

Pengendalian serta  pengobatan yang dilakukan tanpa  kita sadari menghabiskan banyak  dana serta tenaga yang  dibutuhkan namun tidak optimal  hasilnya, karena kadang kita  sendiri tidak menyadari; kita  menyerang musuh, namun tidak  memahami cara dia menyerang  dan bagaimana membumi  hanguskannya. Salah­salah kita  malah membantu penyebaran  wabahnya.    Faktor  pemeliharaan  merupakan kunci dari cepat  tidaknya penyebaran dari suatu 

Dokumen Budi Prasetyo

Pengobatan Massal di wilayah wabah

Dokumen Budi Prasetyo

Sosialisasi Penyakit Jembrana di wilayah wabah

Kepekaan sapi Bali terhadap  JDV banyak disebutkan akibat  genetik, tetapi belum jelas bagian  mana dari gen yang berpengaruh,  seperti halnya virus Influenza pada  tikus yang dipengaruhi oleh allele  spesifik dari genomnya (Berata,  2015) Ironi memang disaat  pemerintah sedang gencar­ gencarnya menggalakkan  peningkatan populasi  ternak,  khususnya ras sapi lokal termasuk  sapi Bali yang kita miliki. Kematian  ratusan ekor sapi, sama saja  kehilangan satu siklus peranakkan  pada satu dusun di daerah  Kabupaten Lampung Tengah,  bahkan lebih, karena indukkan  pun turut menjadi korbannya, yang  notabene modal dari breeding.  Wabah penyakit memang  tidak kita inginkan, usaha dan  kerja keras yang berfokus pada 

peningkatan populasi terus di  kejar, namun hal terburuk yang  seharusnya disiapsiagakan,  seperti wabah yang menghabiskan  populasi secara signifikan kadang  kita abaikan. Simpulnya, kerja  keras yang dilakukan menjadi sia­ sia. Baru­baru ini JDV mewabah  di wilayah barat Kabupaten  Lampung Tengah, sebelumnya  Kabupaten Mesuji,  Tulang  Bawang dan provinsi lainnya di  Pulau Sumatera. Setiap terjadi wabah kita siap  siaga bahkan siaga satu, yang jadi  permasalahan kembali lagi ke  pendanaan untuk pengendalian.  Pengendalian dan pengobatan  serta merta kita lakukan, namun  wabah terus melanjut, tanpa kita  sadari faktor­faktor resiko wabah  menyebar dengan cepat dan terus  berulang.

wabah penyakit. Pemeliharaan  ternak secara intensif  memungkinkan penekanan jalur  merebaknya wabah. Pemeliharan  lepas liar (ektensif) bagaimanapun  teorinya akan sulit sekali untuk  mengisolasi kejadian wabah.  Pemberian vitamin dan vaksinasi  merupakan pencegahan yang  bersifat sementara, sedangkan  dipadang luas musuh dapat  berbuat apa saja, tantangan virus  lapang berbagai jenis dapat  bermutasi pula. Mengingatkan  kembali, disaat wabah flu burung  merebak berbondong­bondong  ayam di peternakan rakyat di  vaksin yang notabene kandangnya  pun tidak ada, alhasil ayam yang  sudah divaksin pun mati terkena  wabah. Percobaan untuk menemukan  antigen sebagai bahan utama  vaksinasi JDV dari virus yang tidak 

Februari 2019  |

13

FOKUS UTAMA aktif sampai sekarang mengalami  kesulitan, dikarenakan ini,  vaksinasi hanya menekan durasi  dan tingkat keparahan penyakit  sampai tingkat yang bervariasi/  tertentu saja (Metharom et al.,  2000). Terkadang membayangkan  vaksinasi yang dilakukan itu ibarat  anjing penjaga rumah, dilepas  dipadang luas, musuh yang  datang anjing liar berperisai  dan 

blantik adalah hal yang sulit  dilakukan, karena ini berkaitan  dengan isi perut, kecuali ada  kebijakan pemerintah untuk  penggantian ternak yang terkena  wabah. Kebijakan yang mungkin  ada hanya dalam angan­angan  saja. Adanya surat sertifikat  veteriner ternak yang dilakukan  untuk menertibkan kontrol jalur  pengiriman serta pengawasan 

Jarum yang disuntikkan dari sapi  carrier atau sakit kepada sapi  sehat akan menambah jumlah  korban terinfeksi. Pada saat  demam, titer virus JDV dalam  darah mencapai 108 partikel  virus/ml, penularan melalui jarum  suntik dengan mudah terjadi. Pada ternak sapi,  penggunaan jarum suntik bisa  dikatakan nihil penggunaannya  single use syringe. Simpulnya  kembali kita membantu musuh 

Dokumen Budi Prasetyo

Pembengkakan limfoglandula

sudah bertanduk pula, mungkin  baru melihatnya saja anjing  penjaga rumah itu sudah mati  karena ketakutan. Ketahanan tubuh ternak yang  baik dibutuhkan disetiap harinya  bukan harian, mingguan atau  tahunan, dan itu hanya dapat  dilakukan melalui asupan pakan di  ke seharian. Pertahanan yang  kuat membuat musuh berpikir dua  kali untuk menyerang bahkan tidak  mampu menginfeksi. Pengendalian vektor  dipadang luas hal yang sulit  dilakukan, penyemprotan  insektisida atau desinfektan pada  tubuh ternak pun bersifat sebagai  perisai sementara, vektor terus  berkembang biak. Apabila ternak  memiliki kandang, hal­hal  sederhana dikeseharian peternak  dapat meminimalisir adanya vektor  perantara; pengasapan salah  satunya. Penutupan lalu­lintas ternak  dari wilayah endemi serta  pengawasan jual beli sapi oleh 

14

kesehatan ternak yang dilakukan  oleh petugas dapat saja diterobos,  pengalaman penulis ternak dapat  lolos, setelah ditelusuri sertifikat  veteriner palsu, akan tetapi urusan  perut itu tidak mengenal jera;  dengan berbagai cara dapat  dilakukan. Apa yang tidak mungkin  dilakukan didunia ini.   Pada hewan carrier virus   JDV akan menyatu dengan gen  target limposit B selama hidupnya.  Yang tersulit mungkin faktor resiko  pengiriman ternak carrier, siapa  yang dapat menjamin carriernya  penyakit tidak membuat onar  disuatu saat nanti. Virus JDV  dapat tinggal dalam darah dan  jaringan tubuh penderita dalam  jangka waktu yang cukup lama  (Berata, 2015).    Resiko penanganan petugas  yang tidak sesuai prosedur,  bukankah JDV menular lewat  darah, artinya injeksi ternak yang  dilakukan tanpa penggantian  jarum suntik beresiko besar  terhadap penularan penyakit JDV. 

|  Februari 2019  

Dokumen Budi Prasetyo

Dokumen Budi Prasetyo

Pengambilan sampel BVET di Kecamatan Bekri

untuk berkembang biak  meluaskan wabahnya.  Semua prosedur telah  dilakukan dengan tepat dan benar  sesuai dengan aturan, namun  yang terpenting lagi kita harus  memahami musuh yang akan kita  hadapi agar tepat sasaran  memusnahkannya, semoga dapat  mencegah dan menekan kasus  terjadinya Penyakit Jembrana.  Penulis adalah Praktisi Dokter  Hewan Mandiri di Lampung  Tengah

FOKUS UTAMA

Strategi Penangananan Hewan  dengan Dugaan Penyakit Jembrana  di Rumah Pemotongan Hewan Oleh: Drh.Supriyanto, MVPH. Apakah sapi yang menderita penyakit Jembrana boleh  dipotong di RPH? Bagaimana prosedur penanganan kasus  Jembrana di RPH? Apakah daging sapi yang terkena penyakit  Jembrana  boleh dikonsumsi?

penanganan dan pada hewan  dengan dugaan penyakit  Jembrana di RPH. Wabah penyakit Jembrana  biasanya ditandai dengan adanya  kematian sapi Bali dalam jumlah  banyak pada suatu wilayah dan  penyebaran yang relatif cepat  dengan gejala menciri. Tindakan  yang sering dilakukan oleh  peternak adalah menjual sapi  yang sakit atau sisanya yang  masih hidup kepada jagal untuk  dibawa ke RPH. Hal inilah yang  patut diwaspadai oleh Pemerintah  Daerah melalui Dinas terkait  terutama yang membidangi RPH.  Pekerja RPH terutama Medik  Veteriner di daerah sekitar wabah  yang belum terdampak, harus  segera menindaklanjuti dengan  melakukan serangkaian tindakan  pencegahan dan penanganan  antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan pemeriksaan  keluar masuk sapi yang masuk  ke lingkungan RPH secara lebih  ketat. 

Petugas RPH sedang melakukan pemeriksaan postmortem

Menurut data dari Direktorat  Kesehatan Hewan, Dirjen  Peternakan dan Kesehatan  Hewan tahun 2015; penyakit  Jembarana telah terdeteksi di 10  Provinsi yaitu: Bali, Lampung,  Sumatera Barat, Jambi, Riau,  Jawa Timur (Banyuwangi),  Kalimantan Selatan, Kalimantan  Tengah, Kalimantan Timur dan  Kalimantan Utara. Penyakit ini  secara spesifik menyerang jenis  sapi Bali, sehingga mengancam  jumlah sapi di Indonesia yang  20,6% merupakan sapi Bali dan  populasinya tersebar di 34  Provinsi.  Angka kematian akibat  penyakit Jembrana di daerah  wabah bisa mencapai 100%. Hal 

ini tentu akan berakibat pada  menurunnya produksi daging sapi  di Indonesia. Telah banyak informasi yang  membahas mengenai apa  penyebab dan bagaimana  penularan penyakit Jembrana di  Indonesia. Sebagai pekerja  Rumah Pemotongan Hewan  (RPH) tentu kita bertanya apakah  sudah ada sapi dengan dugaan  penyakit tersebut yang sampai  dipotong di Rumah Pemotongan  Hewan (RPH), lalu bagaimana  prosedur penanganan dan apa  yang harus dilakukan apabila ada  dugaan kasus penyakit tersebut?  Berikut ini akan kita bahas  bagaimana langkah­langkah 

Rumah pemotongan hewan  harus didesain secara khusus dan  dibuat tertutup dengan pengaturan  akses masuk dan keluar. Hewan  yang akan di potong seharusnya  dibuatkan pintu masuk khusus  yang berbeda dengan pintu keluar  produk RPH. Petugas pemeriksa  ditempatkan di pintu masuk untuk  menghentikan kendaraan angkut  dan memeriksa dokumen Surat  Kesehatan Hewan. Dalam kasus  terjadinya penyakit menular ke  manusia dan atau penyakit  menular strategis termasuk  Penyakit Jembrana, petugas yang  berada di daerah terdampak atau  terancam harus lebih teliti  melakukan pengecekan Surat  Keterangan Kesehatan Hewan  dari daerah asal serta kendaraan  angkut yang digunakan. Sapi dan  kendaraan dari daerah wabah  virus Jembrana harus ditolak dan  tidak diperbolehkan masuk ke  daerah yang bebas atau tidak ada  kasus penyakit Jembrana. 2. Melakukan disinfeksi  kendaraan keluar masuk dan  peralatan yang di bawa.

Februari 2019  |

15

FOKUS UTAMA Setiap kendaraan yang masuk  dan keluar RPH seharusnya  dilakukan penyucihamaan atau  disinfeksi. Disinfeksi dapat  dilakukan dengan penyemprotan  atau pencelupan roda kendaraan  dalam larutan disinfektan. Dalam  kasus pencegahan penyakit  Jembrana beberapa disinfektan  dari golongan kloroform, eter dan  formalin dapat digunakan karena  sifat virus yang peka terhadap zat  tersebut. Beberapa literature  mengatakan bahwa eter dan  formalin, karena sifatnya yang  mudah menguap akan efektif  apabila digunakan pada proses  penyucihamaan setelah proses  pembersihan. Sementara itu  penggunaan zat tersebut pada  roda kendaraan dinilai kurang  efektif karena roda kendaraan  masih dalam kondisi kotor. Oleh  karena itu beberapa RPH  menggunakan larutan disinfektan  dari Formaldehid atau  Glutaraldehid karena sifat  pengikatannya yang lebih kuat.

penyakit Jembrana adalah boleh  dipotong dengan syarat.  Sebaiknya pemotongan sapi  dengan keputusan seperti ini  dilakukan pada jam akhir  pemotongan atau setelah  pemotongan normal selesai  dilakukan.

suhu ­70oC meskipun titer nya  akan menurun bila disimpan lama.  Virus juga akan mengalami  penurunan titer akibat proses  thawing.

3. Melakukan pemeriksaan  antemortem 

4. Melakukan pemeriksaan  postmortem

Pemeriksaan antemortem  dilakukan pada sapi yang akan  dipotong dan harus dilakukan  pemeriksaan lagi apabila dalam  waktu 1x24 jam sapi tidak jadi  dipotong. Pemeriksaan ini  harusnya benar­benar dilakukan  oleh petugas sehingga keputusan  hasil pemeriksaan bisa dicatat dan  dilaporkan serta segera  ditindaklanjuti. Sapi yang ditunda  atau ditolak untuk disembelih  harus segera dimasukkan ke  dalam kandang isolasi. Dalam kasus penyakit  Jembrana, gejala klinis yang  menciri antara lain: selaput lendir  pucat, demam tinggi, hipersalivasi,  leleran hidung bening, erosi pada  selaput lender mulut dan bawah  lidah, bengkak kelenjar limfe  terutama terlihat pada daerah  bawah telinga (parotis), daerah  bahu (prescapularis) dan daerah  lutut (prefemoralis) serta  munculnya bercak bercak darah  pada kulit di bagian punggung dan  paha bagian dalam. Hasil  keputusan antemortem dari sapi  yang didiagnosa menderita 

Pada pemeriksaan post  mortem perubahan yang mungkin  muncul adalah pembengkakan  kelenjar limfe di hampir seluruh  tubuh dan pembengkakan limpa  (spleenomegali). Keputusan  postmortem pada sapi yang  menderita penyakit Jembrana  adalah boleh diedarkan dengan  syarat bagian­bagian (daging,  jerohan) yang menunjukkan  perubahan sehingga tidak layak  dikonsumsi harus dimusnahkan  (afkir). Lalu apakah daging dari sapi  yang menderita penyakit  Jembrana boleh dikonsumsi?  Jawabannya adalah boleh  dikonsumsi setelah dimasak  sampai benar­benar matang. Virus  Jembrana diketahui tidak menular  ke manusia dan mati oleh  pemanasan suhu tinggi. Virus  akan mengalami denaturasi bila  dipanaskan dalam suhu 55oC  selama 15 menit, sehingga virus  ini akan mati apabila daging  dimasak dengan sempurna. Hal  lain yang patut diketahui adalah  virus ini cenderung stabil dalam 

Penyakit Jembrana dapat  ditularkan melalui serangga, oleh  karena itu perlu dilakukan  langkah­langkah untuk  mengurangi atau mematikan  serangga, Beberapa langkah yang  dapat dilakukan di RPH untuk  pengendalian serangga antara lain  adalah memasang perangkap  serangga (insect trap) dan  menyemprot kandang dengan anti  serangga. Namun, hal yang tidak  kalah penting adalah tidak  membiarkan lalat untuk  berkembang dengan memutus  siklus dan memutus akses  pangan. Kandang, ruang  pemotongan dan pengolahan  daging serta alat­alat pemotongan  harus selalu terjaga kebersihan  dan disucihamakan. Sisa­sisa  pemotongan harus segera  dibersihkan. Hal lain yang bisa  dilakukan adalah menutup tempat  sampah serta mengolah limbah  padat melalui proses fermentasi  sehingga lalat atau serangga tidak  bisa berkembang biak. Penulis  adalah Kontributor Vetnesia  wilayah DIY. Komisi Ilmiah dan  Pendidikan PDHI DIY

16

Petugas RPH sedang melakukan pemeriksaan antemortem

|  Februari 2019  

5. Melakukan pengendalian  serangga (insect control)

FOKUS UTAMA Kejadian penyakit  Jembrana yang kembali  merebak di beberapa  wilayah di Indonesia,  khususnya di wilayah  Sumatera semakin  menegaskan bahwa  Jembrana merupakan  penyakit viral yang tidak  hanya viral di media sosial,  tetapi juga penyakit viral  yang benar­benar mampu  menimbulkan kematian  yang sangat tinggi  terutama pada ternak sapi  potong jenis Bali.  Melihat penularannya yang  sangat massif dan tingkat  kematian (case fatality rate) pada  ternak sapi Bali yang sangat  tinggi, pemerintah melalui Menteri  Pertanian pun telah menerbitkan  SK Mentan Nomor 4026 tahun  2013 yang menyatakan bahwa  penyakit Jembrana sebagai  Penyakit Hewan Menular Strategis  (PHMS) dan menjadi salah satu  penyakit skala utama prioritas  nasional yang harus dikendalikan  dan ditanggulangi diwilayah  tertular. Laporan dari Ditjen Peternakan  dan Kesehatan Hewan (Ditjen  PKH) Kementerian Pertanian  sejak muncul pertama kali tahun  1964 di Bali hingga akhir 2018,  hampir seluruh wilayah sumatera  mulai dari Provinsi Lampung,  Bengkulu, Sumatera Selatan,  Jambi, Riau, Sumatera Barat,  sumatera Utara hingga Aceh telah  dilaporkan kasus klinis penyakit  Jembrana. Hal ini menandakan  bahwa seluruh pulau Sumatera  memiliki potensi yang besar  menjadi daerah endemis  Jembrana pada sapi Bali.  Namun demikian, salah satu  provinsi di wilayah Sumatera yang  masih dinyatakan sebagai daerah  bebas penyakit Jembrana adalah  Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).  Sebagai daerah yang masuk  kedalam regional II wilayah  sumatera dibawah koordinasi  Balai Veteriner Bukittinggi (BVet  Bukittinggi), Provinsi Kepri  tergolong cukup diuntungkan 

Antisipasi Penularan  Penyakit Jembrana  di Provinsi Kepulauan Riau Oleh: Drh. Iwan Berri Prima, M.M.

FOTO : Eko Agus Srihanto

dengan barrier lautan sehingga  kasus klinis penyakit Jembrana di  provinsi ini tidak pernah  ditemukan. Padahal, lebih dari  75% populasi ternak sapi potong  yang dipelihara masyarakat Kepri  adalah jenis sapi Bali yakni sekitar  3.241 ekor (data ISIKHNAS 2017).  Oleh karena itu, upaya  pencegahan penularan penyakit  Jembrana di Provinsi Kepri harus  semakin ditingkatkan. Apalagi  berdasarkan data dari hasil  pemeriksaan Laboratorium BVet  Bukittinggi pada tahun 2017­2018,  telah terdeteksi positif jembrana  (Carrier) di seluruh  Kabupaten/Kota di Provinsi Kepri  yakni Kabupaten Bintan (10 ekor  positif dari 26 sampel), Kabupaten  Lingga (12 ekor positif dari 18  sampel), Kabupaten Kepulauan  Anambas (9 ekor positif dari 16  sampel), Kota Tanjungpinang dan  Kota Batam (6 ekor positif dari 22  sampel). Dari hasil pemeriksaan  laboratorium ini, setelah dilakukan  pemantauan pada ternak yang  terindikasi positif tersebut,  memang tidak diikuti dengan  tanda gejala klinis. Artinya, 

kejadian ternak sapi tidak  menunjukkan tanda­tanda gejala  sakit (ternak terlihat sehat, normal  dan bobot badan terlihat gemuk),  bahkan dibeberapa daerah,  seperti di Kabupaten Bintan,  ternak sapi yang dinyatakan positif  secara laboratoris sebanyak 8  ekor telah di potong, dijadikan  sebagai hewan kurban. Hal ini  memang demikian adanya,  kebutuhan sapi potong jenis Bali di  Provinsi Kepri sebagian besar  memang diperuntukkan untuk  stock hewan kurban. Sehingga  tidak heran jika permintaan  pemasukan hewan kurban dari  luar provinsi Kepri, khususnya  ternak sapi jenis Bali sangat  melonjak tajam disaat menjelang  hari Raya Idul Adha. Pasokan  sebagian besar diperoleh dari  Lampung, Jambi, Sumatera Barat  dan Riau. Meskipun, berdasarkan  pedoman penyakit Jembrana yang  dikeluarkan oleh Direktorat  Kesehatan Hewan Ditjen PKH  bahwa daerah bebas dilarang  memasukkan ternak dari daerah  tertular, akan tetapi ketersediaan  (stock) ternak sapi, khususnya 

Februari 2019  |

17

FOKUS UTAMA pada momentum tertentu seperti  Hari Raya Kurban, di provinsi  Kepri tidak memadai. Dengan kata  lain, ketersediaan ternak sapi  untuk kurban tidak mampu  dipenuhi dari dalam Provinsi Kepri.  Harus dipasok dari luar.  Seandainya jika Kepri tidak  memasok dari luar provinsi, di  khawatirkan justru akan  mengancam pemotongan betina  produktif sebagai hewan kurban.  Bukan hanya populasi ternak yang  akan terancam, keberlangsungan  ternak sapi Bali sebagai plasma  nutfah asli Indonesia di provinsi  Kepri juga akan terancam. Kondisi ini merupakan  kebijakan lokal (baca: kearifan  lokal) dari masing­masing  pemerintahan daerah. Kita juga  tidak bisa memaksa masyarakat  Kepri untuk melakukan usaha  budidaya peternakan sapi. Hal ini  bukan saja berkenaan dengan  ketidakmampuan masyarakat  untuk beternak, juga bukan karena  daerahnya tidak cocok, tetapi lebih  dikarenakan mata pencaharian  terbesar penduduk Kepri bukanlah  bergerak disektor pertanian.  Jumlah penduduk provinsi Kepri  berdasarkan data dari BPS Kepri  tahun 2017 adalah sebanyak  2.082.694 jiwa. Dari jumlah ini  sebanyak 62% berdomisili dan  menetap di Kota Batam, yakni  sebanyak 1.283.196 jiwa, sisanya  sekitar 38% tersebar di  Kabupaten/Kota lain.  Sebagaimana kita ketahui, bahwa  Batam melalui Badan  Pengusahaan (BP) Batam dan  Pemerintah Kota Batam telah  menyepakati bahwa pulau Batam  bukanlah merupakan Kawasan  budidaya ternak, bukan hanya  ternak sapi saja, tetapi hewan  secara umum. Hal ini tertuang  juga di dalam Peraturan Daerah  (Perda) Nomor 16 Tahun 2007  tentang Ketertiban Umum,  khususnya pasal 18 Bab Tertib  hewan dan binatang peliharaan.  Artinya, upaya peningkatan jumlah  populasi dan produksi sapi di  Provinsi Kepri cukup sulit jika  mengupayakan dari dalam  provinsi Kepri. Lebih jauh, dari sektor Produk  Domestik Regional Bruto (PDRB) 

18

atas dasar harga berlaku provinsi  Kepri tahun 2015, sektor ekonomi  terbesar penyumbang PDRB  adalah sektor Industri pengolahan,  kemudian sektor Konstruksi dan  sektor pertambangan dan  penggalian. Sedangkan sektor  pertanian tidak terlalu signifikan. Memang, tidak ada yang tidak  mungkin, tetapi inilah pekerjaan  rumah besar di Provinsi Kepri  untuk meningkatkan populasi dan  produksi sapi dari dalam  provinsinya. Apalagi Kepri  diberikan anugerah dengan  bentang alam yang sangat baik  untuk pengembangan sektor  peternakan seperti di Kepulauan  Natuna, Anambas, Lingga, Bintan  dan Karimun. Bahkan Peraturan  Menteri Pertanian Nomor 56  Tahun 2016 tentang Pedoman  Pengembangan Kawasan  Pertanian dan Surat Keputusan  Menteri Pertanian Nomor 830  Tahun 2016 tentang Lokasi  Pengembangan Kawasan  Pertanian Nasional bahwa  Kabupaten Bintan Provinsi  Kepulauan Riau masuk kedalam  kawasan pengembangan ternak  sapi potong nasional. Hasil Rumusan Workshop  Regional BVet Bukittinggi selaku  Koordinator regional dalam rangka  pelayanan laboratorium veteriner  di wilayah Provinsi Kepri telah  melakukan berbagai upaya dalam  rangka pencegahan dan  pengendalian Jembrana di Kepri.  Sebagai contoh, awal tahun 2018  yang lalu, BVet Bukittinggi  melakukan rapat koordinasi teknis  dan workshop regional tentang  pengendalian dan  penanggulangan penyakit  Jembrana, telah menghasilkan  rumusan sebagai berikut: Setelah mencermati paparan  dari Direktorat Kesehatan Hewan  Ditjen PKH, Balai Veteriner  Bukittinggi, Pusvetma Surabaya,  Balai Besar Veteriner (BBVet)  Denpasar, Dinas Peternakan dan  Kesehatan Hewan Provinsi  Sumatera Barat, Dinas  Peternakan dan Kesehatan  Hewan Provinsi Riau dan Dinas 

|  Februari 2019  

Tanaman Pangan hortikultura dan  Peternakan Provinsi Jambi serta  dari diskusi Dalam upaya  penanggulangan dan  pemberantasan Penyakit  Jembrana sebagai salah satu  PHMS yang serius di wilayah kerja  Balai Veteriner Bukitinggi (Provinsi  Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepri)  diperlukan beberapa hal yang di  rumuskan sebagai berikut : 1. Penataan Manajemen  operasionalisasi vaksinasi  Penyakit  Jembrana meliputi  perencanaan, persiapan  (ketersediaan vaksin dan spuit)  dan penerapan SOP Vaksinasi  Penyakit Jembrana secara tertib  dan efektif.  Khusus Provinsi  Kepulauan Riau, diperlukan  surveilans deteksi antigen  Penyakit Jembrana secara rutin  untuk memantau status bebas  penyakit Jembrana.  2. Surveillans Penyakit Jembrana  secara terstruktur dan  monitoring efikasi hasil  vaksinasi serta ketersediaan  KIT Elisa oleh Pusvetma  bekerjasama dengan BBVet  Denpasar. 3.  Mengoptimalkan kegiatan  koordinasi, sosialisasi dan  edukasi untuk membangun  komitmen semua stake holder  terkait yakni Pemerintah daerah  (Propinsi, Kabupaten/Kota),  UPT (Pusat/Daerah), UPT  Karantina, Pedagang dan  Peternak, mulai level kebijakan  sampai dengan operasional  lapangan. Upaya antisipasi dan  pencegahan Jembrana Berbagai upaya telah  dilaksanakan dalam rangka  antisipasi masuknya penyakit  jembrana di Provinsi Kepri. Dinas  Ketahanan Pangan, Pertanian dan  Kesehatan Hewan (DKP2KH)  Provinsi Kepri Bersama Dinas  yang membidangi fungsi  Peternakan dan Kesehatan  Hewan Kabupaten/Kota se  provinsi Kepri telah berkomitmen  untuk Bersama­sama  mengantisipasi penyebaran dan  pemasukan jembrana di wilayah  ‘Bunda Tanah Melayu’ provinsi 

FOKUS UTAMA Kepri. DKP2KH Provinsi Kepri  telah mengeluarkan surat edaran  Nomor: 524/DKP2KH/2018/07/538  tanggal 31 Juli 2018 tentang  waspada penyakit jembrana, yang  pada intinya adalah menegaskan  tentang kewaspadaan dalam  rangka menghadapi kejadian  Jembrana dengan melakukan  langkah­langkah antisipasi  sebagai berikut: 1. Seluruh petugas dinas yang  membidangi fungsi Peternakan  dan Kesehatan Hewan  Kabupaten/Kota se provinsi  Kepri agar mendata dan  mengindentifikasi populasi sapi  Bali diwilayahnya masing­ masing. 2. Melaksanakan surveillans rutin  secara terpadu 3. Deteksi, pelaporan dan respon  cepat kejadian penyakit 4. Melaksanakan pengendalian  vektor dilingkungan peternakan  sapi Bali 5. Terus melakukan upaya 

komunikasi, informasi dan  edukasi kepada peternak  tentang penyakit jembrana 6. Ternak yang telah dinyatakan  positif jembrana disarankan  untuk dipotong 7. Berkoordinasi dengan  Balai/Stasiun Karantina  Pertanian lingkup provinsi Kepri  dalam memperketat  pengawasan lalu lintas ternak  dan mempersyaratkan Hasil  pengujian Laboratorium Bebas  Penyakit Jembrana dengan Uji  Polymerase Chain Reaction  (PCR) dilengkapi dokumen  kesehatan hewan dari daerah  asal yang ditandatangani oleh  dokter hewan berwenang. Mengacu pada surat edaran  tersebut, upaya pencegahan  masuknya penyakit jembrana ke  dalam wilayah provinsi Kepri patut  kita dukung Bersama. Ternak sapi  jenis Bali, jika akan masuk wilayah  kepri, wajib melampirkan hasil  Laboratorium bebas PCR 

Pesona Virus Penyakit Jembrana  Oleh : Drh. Surachmi Setiyaningsih, Ph.D. Di tengah gencarnya upaya  pemerintah meningkatkan  jumlah ternak sapi nasional,  sapi Bali menjadi satu  diantara berbagai pilihan  yang sangat menjanjikan.  Sebagai primadona sapi  Indonesia, daya pikat sapi  Bali terutama karena mudah  beradaptasi terhadap  berbagai kondisi  lingkungan, sangat produktif  dengan asupan pakan yang  sederhana, serta  kemampuan reproduksinya  yang tinggi mencapai 15 kali  kelahiran selama hidupnya.  Seolah diingatkan dari  keterlenaan terhadap  berbagai keunggulannya,  alam menjadikan sapi Bali  sangat rentan terhadap  penyakit Jembrana.

Sejak kemunculannya,  penyakit Jembrana (Jembrana  disease, JD) membuat banyak  pihak terkesima terhadap  besarnya malapetaka wabah yang  telah merenggut kehidupan  puluhan ribu ekor sapi Bali dalam  kurun waktu 12 bulan. Tidak  menunggu terlalu lama, saat itu  pemerintah segera mencurahkan  daya upaya yang melibatkan  berbagai lembaga nasional  maupun internasional. Perburuan  terhadap identitas agen  penyebabnya pun mengundang  berderet kalangan ilmuwan,  penelitian dan perdebatan yang  panjang. Pada kajian awal  berdasarkan gejala klinis dan  temuan patologis penyakit ini  sempat dicurigai sebagai  rinderpest, namun setelah melalui  serangkaian pengujian  laboratorium ternyata tidak  terbukti. Lebih dari 2 dasawarsa  kemudian etiologi penyakit masih  menjadi tetak­teki; ricketsia, virus,  ehrlichia, serta bunyavirus karena 

Jembrana dari laboratorium yang  telah terakreditasi. Satu ekor sapi,  satu surat. Bukan satu surat untuk  mewakili 10 ekor sapi atau 100  ekor sapi. Oleh sebab itu,  integritas dan komitmen dalam  bekerja wajib dijunjung tinggi oleh  setiap masyarakat, terlebih  petugas kesehatan hewan, baik di  level dokter hewan berwenang,  pejabat otoritas veteriner, petugas  dinas Kabupaten/Kota/Provinsi  yang membidangi fungsi  peternakan dan kesehatan hewan  dari daerah asal dan petugas  Karantina Pertanian diseluruh  pintu masuk dan pintu  pengeluaran. Semoga dengan  kerja keras dan kerjasama yang  telah terjalin selama ini, provinsi  Kepri tetap dinyatakan bebas  penyakit Jembrana. Semoga!  (Penulis adalah Sekretaris  Umum PDHI Cabang Kepri,  Dokter Hewan Berwenang dan  Pejabat Otoritas Veteriner  Kabupaten Bintan) dapat ditularkan melalui gigitan  serangga sempat menjadi  tersangka. Akhirnya, setelah  hampir 30 tahun pascawabah  pertama di Bali jatidiri agen  penyebab penyakit jembrana  secara definitif diidentifikasi  sebagai lentivirus.  Bergabung ke dalam  lentivirus, yang sangat terkenal  karena beranggotakan virus  penyebab AIDS (HIV­1), virus JD  (JDV) membawa keunikan  tersendiri. Selain menyandang  predikat sebagai lentivirus terkecil,  infeksi JDV menyebabkan pola  penyakit yang atipikal bagi  lentivirus pada umumnya.  Walaupun berkerabat dekat  dengan Bovine immunodeficiency  virus (BIV), infeksi JDV  menimbulkan gejala klinis akut  dan lesi parah pada sapi bali  namun subklinis pada ras sapi  lainnya, sebaliknya infeksi BIV  menimbulkan gejala klinis dengan  masa inkubasi yang lama pada  Bos taurus, sementara sapi bali  resisten terhadap BIV. Konsistensi  JDV sebagai lentivirus ditunjukkan  oleh kemampuannya  menimbulkan imunosupresi.  Virus  JD menyerang sel plasma 

Februari 2019  |

19

FOKUS UTAMA penghasil antibodi sehingga  antibodi spesifik akan terbentuk 5­ 6 minggu pascainfeksi yang  mengakibatkan sapi penderita  menjadi lebih sensitif terhadap  infeksi oleh bakteri maupun virus  lain. Persistensi JDV dan antibodi  spesifiknya telah dikaji melalui  infeksi experimental yang  membuktikan bahwa sapi yang  sembuh tetap seropositif  dan  membawa virus sedikitnya selama  2 tahun pascainfeksi, serta akan  tahan terhadap re­infeksi oleh  JDV. “Mencegah lebih baik  daripada mengobati”. Upaya 

Jawa, Sumatra dan Kalimantan  seiring dengan penyebaran sapi  bali dan program transmigrasi. Hal  tersebut mendesak dilakukannya  penelitian terhadap  pengembangan vaksin. Terkendala  dengan ketiadaan sistem in vitro  untuk menumbuhkan JDV,  akhirnya vaksin dikembangkan  dengan membuat suspensi limpa  dari sapi yang sengaja diinfeksi  JDV strain Tabanan 1987. Vaksin  limpa terbukti mampu melindungi  sapi bali dari penyakit jembrana,  namun dengan cara produksi  demikian satu ekor sapi bali hanya  mampu menghasilkan 3.000­4.000 

biology.kenyon.edu Struktur lentivirus JDV yang mirip dengan virus HIV AIDS

pengebalan sapi bali terhadap  penyakit jembrana sudah dimulai  sejak masih diduga sebagai  rinderperst­like disease  menggunakan vaksin rinderpest,  tentu saja vaksinasi tersebut tidak  membuahkan hasil karena tidak  lama berselang wabah jembrana  kembali merebak. Karenanya,  pada waktu itu pengendalian lebih  ditekankan terhadap pembatasan  lalu lintas sapi bali antar daerah  serta pengendalian vektor  serangga. Sejarah kembali  terulang dengan gelombang  wabah JD yang menyebar ke 

20

dosis, atau setara untuk  pengebalan 2.000 ekor sapi.  Menyadari keterbatasan ini  sekaligus untuk memenuhi kaidah  produksi vaksin yang baik,  pengembangan vaksin  menggunakan teknologi  rekombinan mulai dilakukan pada  tahun 2001. Pengujian skala  laboratorium dan uji lapang  terbatas telah membuktikan  kemanjuran dan keamanan vaksin  rekombinan tersebut. Demikian  pula perangkat ELISA berbasis  protein rekombinan untuk  mengukur keampuhan vaksin 

|  Februari 2019  

dalam menginduksi antibodi  spesifik juga telah berhasil dibuat.  Walaupun telah lebih dari 10 tahun  dikembangkan, upaya produksi  vaksin rekombinan masih belum  juga bisa diwujudkan sampai saat  ini. Karenanya, pengebalan sapi  bali terhadap penyakit jembrana  mutlak tergantung pada  ketersediaan vaksin limpa yang  berkualitas. Gelora program GBIB­ Gangrep dan Upsus Siwab tidak  bisa dipungkiri membuahkan hasil  manis, populasi sapi pun  meningkat seperti yang banyak  diberitakan di berbagai media  akhir­akhir ini. Lagi­lagi pesona  sapi bali kembali mengusik,  sehingga memicu lonjakkan  gelombang perpindahan dan  transportasi sapi bali antar  wilayah. Seolah tidak ingin  mengingkari janji, JDV pun turut  berkelana menyertai perjalanan  sapi bali, sehingga wabah JD  kembali meletup diberbagai  wilayah Sumatra sejak 2013 dan  berkepanjangan hingga kini.  Kembali merebaknya penyakit  jembrana tersebut seakan  mengingatkan kita supaya  “Jangan sekali­kali meninggalkan  sejarah”. Keterpikatan terhadap  pesona sapi bali ini hendaknya  diimbangi dengan ketersediaan  dan keterjangkauan vaksin  maupun reagensia dignostik yang  memadai. Demikian pula, fakta  ilmiah tetap harus digali tanpa  lelah karena akan mempunyai  dampak mendasar pada  pengendalian penyakit. Kestabilan JDV memang  telah dibuktikan melalui analisis  genetik terhadap beberapa isolat  tahun 1984­2004. Akan tetapi,  apakah masih tetap demikian  setelah hampir 15 tahun berselang  ? Selain inangnya, diharapkan  virus penyakit jembrana memiliki  pesona tersendiri yang dapat  memicu kerja sama dan kerja  cerdas antara berbagai lembaga  pemerintah, swasta, maupun  stakeholders demi keberhasilan  pengendalian penyakit jembrana  yang tepat guna dan tepat  sasaran. Semoga!. Penulis  adalah Pengajar di Fakultas  Kedokteran Hewan Institut  Pertanian Bogor.

FOKUS UTAMA

PERKEMBANGAN KASUS DAN VIRUS JEMBRANA  DI WILAYAH REGIONAL  LAMPUNG Oleh : Drh. Eko Agus Srihanto, M.Sc. Kasus penyakit Jembrana teridentifikasi lagi setelah hampir 25  tahun kasus terakhir ditemukan. Kasus yang menyerang sapi  bali tersebut terakhir diidentifikasi lagi pada tahun 2019. Sejarah panjang ditemukannya  kasus Jembrana di Lampung  dimulai pada tahun 1976 di desa  Rama Dewa, kecamatan Seputih  Mataram Kabupaten Lampung  Tengah. Menurut Prabowo (1994)  tercatat sapi bali yang menderita  sakit sebanyak 1.002 ekor dan  884 ekor diantaranya mengalami  kematian. Pada tahun 1987­1989  dilaporkan kasus JD (Jembrana  Disease) masih terjadi di desa  Rama Gunawan kecamatan  Seputih Raman. Data yang  diperoleh tercatat 1.074 kasus dan  539 ekor sapi mengalami  kematian. Kasus jembrana  menyebar sampai ke Bengkulu  Selatan dan Ogan Komering Ulu.   Selama hampir 25 tahun tidak  ditemukan kasus JD di wilayah  regional Lampung. Wabah  penyakit JD kembali dilaporkan di  kabupaten Musi Banyu Asin  propinsi Sumatera Selatan pada  Maret 2017. Kasus selanjutnya 

meluas ke kabupaten/kota di  propinsi Bengkulu dan Lampung.  Selama kurun waktu 2017­2018  kabupaten/kota di wilayah kerja  Balai Veteriner Lampung tercatat  21 daerah yang sudah terkonfirm  positip JDV. Penyakit Jembrana  disebabkan oleh lentivirus dari  famili Retroviridae. Virus JD  memiliki  materi genetik ssRNA  polarisasi negatif berbentuk bulat  kasar dengan diameter 80­100 nm  dan diselubungi partikel amplop  yang terdiri atas lapisan lipid  ganda organisma. Virus penyakit  jembrana sensitif terhadap pH  yang ekstrim, panas, deterjen, dan  formaldehid. Virus akan  mengalami denaturasi jika  dipanaskan pada suhu 55o C  selama 15 menit. Agen yang  terdapat pada daging yang  dipanaskan pada suhu 22o – 25o C  masih infektif selama 36 jam atau  dalam plasma dengan suhu 4o C 

infektif selama 72 jam. Virus akan  lebih stabil apabila disimpan pada  suhu ­70o C.  Penyakit Jembrana adalah  penyakit yang menyerang sistem  kekebalan tubuh. Masa inkubasi  berkisar antara 4­7 hari yang  diikuti dengan adanya demam  hingga 41o ­ 42o C yang  berlangsung hingga 5 – 12 hari.  Pada masa demam terjadi  penurunan trombosit dan limposit  B. Penurunan sel limposit B akan  menyebabkan terjadinya infeksi  sekunder akibat pertumbuhan  bakteri. Infeksi sekunder akan  menyebabkan terjadinya  pneumonia, enteritis dan nefritis.  Nefritis akan mengakibatkan  terjadinya gangguan pembuangan  ureum sehingga ureum kembali  masuk ke peredaran darah. Kadar  ureum yang tinggi di dalam darah  akan menyebabkan sel epitel  menjadi rapuh. Kematian sapi  biasanya disebabkan karena  adanya kadar ureum yang tinggi di  dalam darah (uremia). Gejala  klinis yang tampak pada Jembrana  yang paling menonjol adalah  adanya demam tinggi,  pembengkakan kelenjar limfe dan  diare berdarah. Pembengkakan 

Nilai homologi virus Jembrana yang bersirkulasi di wilayah Lampung. “Tanda merah” menunjukkan nilai kesamaan dengan virus Jembrana Tabanan/87. Semakin  tinggi nilai homologi menunjukkan bahwa virus memiliki kesamaan yang tinggi   

Februari 2019  |

21

FOKUS UTAMA kelenjar limfe ditemukan pada  limpoglandula prescapularis,  parotidea dan femoralis.  Pembengkakan limpoglandula  dapat terjadi 3 ­ 4 kali dari ukuran  normal. Gejala klinis lainnya yang  tampak dengan adanya  hipersalivasi, erosi pada selaput  lendir mulut dan bagian bawah  lidah, bercak­bercak darah pada  kulit (keringat darah) dan abortus  pada sapi betina yang sedang  bunting. Abortus ini dapat terjadi  pada semua usia kebuntingan.  Perubahan patologi anatomi akibat  penyakit Jembrana ditandai  dengan pembengkakan limpa  yang melebihi ukuran normal.  Paru­paru dan organ dalam  lainnya mengalami perdarahan  (Prabowo, 1994). Gambaran  patologi klinis ditandai dengan  adanya trombositopenia,  leukopenia, limfositopenia,  eosinopenia, neutropenia dan  anemia. Trombositopenia akan  menyebabkan adanya fenomena  keringat darah Kejadian wabah penyakit  Jembrana di wilayah regional  Lampung yang dimulai dari awal  tahun 2017 sampai saat ini masih  terjadi di beberapa  kabupaten/kota.  Dari data­data  laporan tentang gejala klinis dan  perubahan patologi anatomi di  berbagai daerah masih  menunjukkan kesamaan ciri  khasnya. Berbagai macam  kegiatan dilakukan untuk  mencegah semakin meluasnya  kasus penularan penyakit seperti  pengetatan lalu lintas ternak,  pengobatan ternak yang  menunjukkan gejala sakit, KIE  (komunikasi, informasi dan  edukasi) dan program vaksinasi. Selain berbagai macam  kegiatan tersebut dilakukan juga  penelitian terhadap kajian  perkembangan virus Jembrana  saat ini. Dinamika virus Jembrana  sangat penting untuk dikaji  dikarenakan virus Jembrana yang  merupakan virus golongan RNA  sangat mudah sekali mengalami  mutasi. Hal ini dikarenakan virus  RNA tidak memiliki proof reading  mechanism. Informasi genetik 

22

Pohon kekerabatan virus Jembrana asal wilayah kerja Lampung. Virus Jembrana yang bersirkulasi di  wilayah Lampung terbentuk 2 claster virus. Di percabangan atas (panah biru) menunjukkan virus  Jembrana yang bersirkulasi di Bengkulu dan Sumetera Selatan yang dekat dengan Bengkulu. Di  percabangan bawah (panah merah) menunjukkan virus Jembrana yang bersirkulasi di Sumatera selatan  bagian utara dan timur 

diperlukan sebagai bahan acuan  kondisi virus Jembrana terkini.  Setelah hampir 20 tahun virus  Jembrana di wilayah kerja Balai  Veteriner Lampung sudah memiliki  jarak genetik sampai dengan 8,1  % dengan homologi 91,9 %.  Menurut Desport et al. (2007) dan  Lairmore (2010), gen gag dan pol  merupakan gen yang relatif stabil  dan konserve. Artinya bahwa gen  ini sangat sedikit mengalami  mutasi dibandingkan dengan gen  env. Selama kurun waktu 30 tahun  sejak kasus pertama dilaporkan  dan terjadi di wilayah kerja Balai  Veteriner Lampung kajian genetik  pada asam nukleat menunjukkan  telah terjadi perubahan sekitar 106  asam  nukleat dari 1311 asam  nukleat gen gag. Hal ini  menunjukkan bahwa setiap tahun  telah terjadi perubahan 3 asam  nukleat/ tahun pada gen gag virus  Jembrana. Mutasi yang cepat  akan mengakibatkan adanya  variasi virus lapangan. Walaupun  tidak terjadi mutasi yang bersifat  mayor tetapi jumlah dan varian  virus di lapangan akan semakin  banyak. Di wilayah kerja Balai  Veteriner Lampung sudah terdapat  2 klaster baru virus Jembrana.  Beberapa virus yang berasal dari  Sumatera Selatan juga  mengelompok bersama klaster  virus Jembrana dari Bengkulu. Hal  ini perlu dilakukan kajian yang  lebih dalam tentang variasi virus 

|  Februari 2019  

Jembrana tersebut. Kajian­kajian  tentang molekuler diperlukan  dalam rangka pencegahan  terutama dalam program  vaksinasi. Kajian tentang virus  vaksin dengan virus lapangan  harus terus dilakukan supaya  mendapatkan hasil yang lebih  baik.  Pencegahan penyakit  dilakukan dengan melakukan  vaksinasi. Cakupan vaksinasi dan  adanya kekebalan antibodi  protektif akan mencegah infeksi  pada hewan rentan. Selain itu  kontrol vektor mekanik lalat  Tabanus harus selalu dilakukan  untuk memutus mata rantai  penularan dari vektor mekanik  tersebut.  Penggunaan insektisida  yang efektif diharapkan dapat  membunuh lalat­lalat pembewa  agen penyakit Jembrana. Selain  itu lalu lintas ternak harus selalu  dipantau sehingga pergerakan  ternak sakit dari daerah kasus ke  lain daerah dapat dihindari.  Diperlukan kerjasama dari  berbagai pihak sehingga  penyebaran penyakit tidak  semakin meluas dan kerugian  peternak dapat ditekan. Deteksi  dini penyakit sangat penting  sehingga penanganan dan  pencegahan penyakit dapat  dilakukan dengan segera. Penulis  adalah peneliti di Balai Veteriner  Lampung.

LIPUTAN KHUSUS

Webinar Profesi Dokter Hewan, Kerjasama antara PDHI dengan HaloVet Melalui digitalisasi informasi yang terjadi pada era ini,    enyebaran informasi menjadi makin mudah dan efisien.  p Dengan teknologi yang tersedia, dokter hewan kini mampu  mendapatkan akses pendidikan berkelanjutan (continuing  education) dengan bantuan platform webinar.  Webinar merupakan singkatan  dari dua kata yakni web dan  seminar. Web adalah jaringan  internet atau penggunaan  teknologi internet. Sedangkan  seminar, yakni pertemuan yang  dilakukan oleh sekelompok orang  dengan tujuan transfer informasi.  Webinar dapat diartikan sebuah  kegiatan pertemuan antar  sekelompok orang yang dijalankan  dengan bantuan koneksi internet. Kabar baiknya, penyebaran  ilmu pengetahuan dan teknologi  keprofesian kini menjadi lebih  mudah dengan bantuan penyedia  jasa webinar yaitu HaloVet. PDHI  melalui kerjasama dengan  HaloVet, berupaya melayani  kebutuhan anggotanya untuk  mengakses pendidikan  berkelanjutan profesi, dengan cara  yang makin mudah dan murah. Inilah peluang yang dapat  dimanfaatkan oleh setiap dokter  hewan di Indonesia, untuk terus  meningkatkan keilmuannya agar  mampu bersaing di tingkat global.  Melalui platform webinar ini,  dokter hewan se­Indonesia, dapat 

mengikuti seminar online tanpa  harus keluar rumah. Dulu, untuk menghadiri  seminar seringkali harus dilakukan  dengan usaha yang luar biasa,  baik waktu, tenaga, maupun biaya,  dan seringkali menjadi hambatan  bagi sebagian dokter hewan untuk  bisa meng­upgrade keilmuannya.  HaloVet dihadirkan dalam  rangka membantu dokter hewan  menyelesaikan masalah tersebut.  Platform webinar berbasis desktop  dan android yang dikembangkan  oleh Drh. Hendra Budi Setiawan  (selaku founder) siap digunakan 

oleh para dokter hewan untuk  meningkatkan pengetahuan.  “Seminar yang tidak  membutuhkan praktek bisa  dilakukan dengan platform ini.  Dokter hewan bisa dengan mudah  mengakses HaloVet dan mengikuti  berbagai program seminar yang  difasilitasi oleh PDHI sesuai jadwal  yang ditentukan” Kata Hendra. Adanya Webinar tidak hanya  memudahkan dokter hewan  sebagai user atau peserta, tapi  juga narasumber. Para ahli yang  menjadi narasumber akan  semakin populer dan kekinian  karena webinar HaloVet ini akan  terus dikampanyekan oleh PDHI  dan menjadi salah satu fitur  seminar yang kekinian.  Narasumber juga bisa  menentukan sendiri kapan dan  darimana ia akan memberikan  seminar, karena prinsipnya  webinar bisa dilakukan kapan saja  dan dimana saja selama ada  akses internet yang baik.  Webinar yang dilakukan  melalui HaloVet mendapat  persetujuan SKPB dari PDHI  sehingga memudahkan dokter  hewan untuk mengumpulkan poin  SKPB dengan biaya rendah. HaloVet diperkenalkan  pertama kali dalam Mukernas I  PDHI, pada tanggal 25 Januari  2019 yang lalu, yang dilanjutkan  dengan penandatanganan MoU  kerjasama antara PDHI dengan  HaloVet, yang disaksikan oleh  seluruh peserta Mukernas.  Webinar perdana juga sudah  diadakan pada tanggal 15  Februari 2019 lalu. Nah, mari kita  nantikan agenda webinar  selanjutnya!  (Arief/ Vetnesia)

Penandatanganan Kerjasama PDHI dan HaloVet

Februari 2019  |

23

LIPUTAN KHUSUS

SOFT LAUNCHING VETNESIA  DALAM MUKERNAS I PDHI

Majalah digital VETNESIA  sebagai Official E­magz PB PDHI  sesuai dengan SK PB PDHI  NOMOR: Skep­19/KU­ PBPDHI/I/2019 kini hadir untuk  memenuhi kebutuhan Anda akan  ilmu pengetahuan dan update  informasi seputar dunia  kedokteran hewan.  Adanya Vetnesia yang juga  merupakan program Komisi  Humas dan Publikasi PB PDHI ini  secara resmi disampaikan pada  forum Mukernas I PDHI, pada  tanggal 25 Januari 2019 yang lalu.  Dalam presentasinya, Drh. Arief  Ervana selaku Pimpinan Redaksi  Vetnesia menyampaikan  pentingnya bagi sebuah organisasi  untuk memiliki media sendiri. Ditampilkan juga struktur  organisasi redaksi Vetenesia yang  berada langsung di bawah  tanggung jawab Ketua Umum PB  PDHI, dan sekilas laporan Open  Recruitmen yang sudah dilakukan  pada 7­13 Januari 2019. Dari  Open Recruitment itu didapatkan  lebih dari 50 dokter hewan yang  mendaftar untuk menjadi  kontributor, namun hanya 45  kolega yang melanjutkan  proses  registrasinya sampai final dan  akhirnya resmi menjadi kontributor  Vetnesia. Vetnesia masih membutuhkan  partisipasi atau perwakilan dari  Cabang dan ONT sebagai 

24

kontributor Cabang dan kontributor  ONT. Diharapkan dengan  menampilkan informasi dari  Cabang yang diberi ruang khusus  yaitu Rubrik Kabar Nusantara,  serta ONT yang diberi ruang  khusus yaitu Rubrik Dinamika  ONT, akan dapat saling  memotivasi antar Cabang dan  ONT lainnya. Pun semakin  menunjukkan adanya Cabang dan  ONT tersebut, karena kadang  masih ada beberapa kolega dokter  hewan yang belum tahu harus  bergabung dengan Cabang mana 

Tampilan cover Majalah Digital Vetnesia edisi Perdana

|  Februari 2019  

atupun ONT apa.  Di penghujung presentasinya,  dokter Arief yang juga merupakan  founder Veterinary Indie Publisher  ini menyampaikan sebuah  masukan, bahwa dokter hewan  yang membuat tulisan dan tulisan  itu kemudian dimuat atau  diterbitkan agar bisa mendapatkan  apresiasi, setidaknya dalam  bentuk poin SKPB. Hal ini bisa  memotivasi para dokter hewan  untuk menulis lebih banyak lagi.  Sehingga referensi atau bacaan  seputar Veteriner juga akan  bertambah banyak. Jenis tulisan  yang (diusulkan) bisa  mendapatkan poin SKPB  diantaranya: 1. Artikel ilmiah populer yang  dimuat di majalah (misal di  Vetnesia ada di rubrik FOKUS  UTAMA serta RISET DAN  KASUS) 2. Jurnal ilmiah yang diterbitkan 3. Buku yang diterbitkan Arief menambahkan, “Vetnesia  juga sudah memiliki ISSN  (International Standard Serial  Number) untuk memfasilitasi  kolega agar bisa mendapatkan  poin dari menulis” “Profesi kita lekat dengan  dunia literasi, kalau ada support  katakanlah dalam bentuk poin  SKPB, pasti kolega akan lebih  terpacu untuk menulis dan  mempublikasikan tulisannya”  Pungkasnya. (Vetnesia)

KABAR NUSANTARA

TANGGAP JEMBRANA,  PDHI CABANG LAMPUNG ADAKAN SEMINAR “JEMBRANA DAN PENANGANANNYA” Oleh : Drh. Karunia Maghfiroh, M.Si. Kejadian Jembrana di Provinsi  Lampung kembali terjadi pada  tahun 2018 di Kabupaten Mesuji  dan Tulang Bawang. Penyakit ini  masih berlanjut di Kabupaten  Lampung Tengah dan  menyebabkan kematian sapi bali  per tanggal 2 Februari 2019  adalah 163 ekor dipotong karena  sakit dan 13 ekor mati. Kematian  tersebut terjadi di Kecamatan  Pubian, Kecamatan Padang Ratu,  dan Kecamatan Bekri. Penyakit  hewan menular strategis ini paling  tinggi jumlahnya jika dibandingkan  dengan Septicemia epizootica dan  Avian influenza. Bukan tidak  mungkin jembrana juga akan  menyerang daerah­daerah lain di  Lampung. Hal ini sangat  meresahkan peternak dan  masyarakat Lampung karena sapi  bali adalah salah satu spesies sapi  yang banyak diminati oleh  peternak karena mudah  beradaptasi dan  dikembangbiakkan.  Upaya penanggulangan  jembrana mutlak diperlukan agar  sapi bali yang merupakan salah  satu plasmah nutfah dengan  jumlah populasi 65.128 ekor di  Provinsi Lampung dapat  terselamatkan dan dapat  meningkat populasinya. Oleh  karena itu, Perhimpunan Dokter 

Hewan Indonesia (PDHI) cabang  Lampung tergerak untuk  mengadakan seminar nasional  yang memiliki output suatu  rekomendasi kepada pemerintah  pusat dan daerah tentang upaya  penanggulangan jembrana di  Lampung. Seminar Nasional  jembrana dan penanganannya  diadakan pada hari Kamis, 31  Januari 2019 di Aula Balai  Karantina Pertanian Kelas 1  Bandar Lampung dengan  pembicara Ketua Umum Pengurus  Besar Perhimpunan Dokter Hewan  Indonesia (PB PDHI) Drh. M.  Munawaroh, M.M., Dinas  Peternakan dan Perkebunan  Provinsi Lampung Drh. Anwar  Fuadi, Ahli Virologi Institut  Pertanian Bogor (IPB) Drh.  Surachmi Setyaningsih, Ph.D.,  dan pembicara dari Balai Veteriner  Lampung Drh. Eko Agus S, M.Sc.  Seminar dihadiri oleh sekitar 80  peserta yang berasal dari petugas  dinas kabupaten/kota di Lampung  yang membidangi fungsi  kesehatan hewan dan kesehatan  masyarakat veteriner (keswan dan  kesmavet), perwakilan dari Balai  Veteriner Lampung (BVL), Balai  Karantina Pertanian Kelas 1  Bandar Lampung, akademisi  Universitas Lampung (UNILA) dan  Politeknik Negeri Lampung 

(Polinela), pelaku usaha sapi  potong di Lampung, Ikatan  Sarjana Peternakan Indonesia  (ISPI), anggota PDHI cabang  Lampung dan para peternak.  Jembrana adalah salah satu  penyakit hewan menular prioritas  yang hanya menyerang sapi bali  dan disebabkan oleh Jembrana  Disease Virus (JDV). Memiliki  penyebaran yang cepat dan  sangat berdampak pada ekonomi  di suatu daerah. Menurut Drh.  Surachmi Setiyaningsih, gejala  yang ditimbulkan dapat bersifat  atypical maupun fatal. Ternak  dapat mengalami gejala anoreksia  (tidak mau makan), lemas,  pembengkakan limfoglandula  (prescapularis, prefemoralis, dan  parotid), terdapat darah pada  fesenya dan adanya leleran pada  hidung.  Dampak ekonomi bersifat  langsung dan tidak langsung.  Kerugian secara langsung yang  terlihat meliputi jumlah kematian  ternak, angka kesakitan,  penanganan kesehatan hewan  dan penurunan populasi,  sedangkan yang tidak terlihat  adalah penurunan reproduksi,  terjadi perubahan struktur populasi  dan penurunan efisiensi pakan.  Kerugian tidak langsung berupa  adanya pendapatan yang hilang  karena terjadi penurunan komoditi  perdagangan karena adanya  pembatasan lalu lintas ternak sapi  bali dari daerah tertular. “Dalam pemberantasan  penyakit Jembrana ini, otoritas  veteriner memiliki peranan yang  sangat penting” ujar Drh. Arsyad  Husen, moderator yang saat ini 

Februari 2019  |

25

KABAR NUSANTARA menjabat sebagai Kepala Dinas  Peternakan Kabupaten Lampung  Selatan. Otoritas veteriner adalah  kelembagaan pemerintah atau  pemerintah daerah yang  bertanggung jawab atau memiliki  kompentensi dalam  penyelenggaraan kesehatan  hewan. Otoritas veteriner  mempunyai tugas merumuskan  dan melaksanakan kebijakan  dalam penyelenggaraan  kesehatan hewan.  Ketua umum PB PDHI Drh. M.  Munawaroh, M.M menyampaikan  bahwa dokter hewan di Lampung  dan tim ahli PB­PDHI siap  membantu upaya pemerintah  dalam penanganan penyakit  jembrana. Otoritas veteriner  melibatkan keprofesionalan dokter  hewan dan mengerahkan semua  lini kemampuan profesi. Menurut  Drh. Anwar Fuadi, perlu dilakukan  outbreak investigasi dan vaksinasi  untuk mencegah dan  mengendalikan penyakit  Jembrana. Serta semua pihak  harus bekerjasama baik  pemerintah, para dokter hewan,  stakeholder dan masyarakat. Beberapa hasil rekomendasi  dari Seminar Nasional PDHI diatas  adalah sebagai berikut: 1. Perlunya upaya kerja sama  nyata secepatnya antara  beberapa pihak terkait dalam  pengendalian jembrana di  Lampung Tengah agar tidak  meluas ke kabupaten  sekitarnya. 2. Perlunya petunjuk pelaksanaan  dan petunjuk teknis yang  terbaru dalam pengendalian  penyakit jembrana sebagai  panduan bagi petugas teknis  peternakan dan kesehatan  hewan baik di kabupaten/ kota  maupun karantina.  3. Alokasi anggaran di bidang  kesehatan hewan perlu  ditingkatkan terutama utk  sarana obat­obatan dan  peralatan, surveillans penyakit  hewan serta kualitas dan  kuantitas sumber daya manusia  (SDM) keswan. 4. Kelembagaan Otoritas Veteriner  Provinsi dan Kabupaten/kota  perlu dibentuk dan didorong  fungsinya sehingga ada  lembaga khusus yang kompeten 

26

dalam memberikan  pertimbangan pada Kepala  Daerah terkait urusan  kesehatan hewan, termasuk  pengendalian penyakit hewan  menular strategis seperti  jembrana. 5. PDHI sebagai wadah organisasi  profesi dokter hewan Indonesia  siap membantu pemerintah  dengan menerjunkan personil­ personil dokter hewan ke  lapangan dan mendorong  pemerintah untuk  menganggarkan kegiatan  pencegahan, pengendalian dan  pemberantasan penyakit  jembrana. 6. Perlunya surat edaran dari  Gubernur Provinsi Lampung 

Kab/Kota dalam pengendalian  penyakit Jembrana, maka  diperlukan bantuan sarana  prasarana pengendalian  penyakit jembrana secepatnya  dari Pemerintah Pusat. 9. Perlunya KIE (Komunikasi,  Informasi dan Edukasi)  mengenai penyakit jembrana  kepada peternak, antara lain  tentang pentingnya vaksinasi  jembrana dan pengendalian  vektor (lalat dan nyamuk) dan  biosekuriti dalam pengendalian  wabah penyakit jembrana. 10. Balai Veteriner (BVET)  Lampung dapat melaksanakan  pengujian pengukuran titer  antibodi post vaksinasi  Jembrana.

tentang pengaturan lalu lintas  sapi bali yang keluar/masuk  wilayah Lampung sebagai  pedoman teknis dalam  pengawasan lalu lintas di  tempat pengeluaran/pemasukan  ternak dan pos­pos check point. 7. Penyakit jembrana sebagai  salah satu Penyakit Hewan  Menular Strategis (PHMS)  menjadi tanggung jawab  Pemerintah (Kementerian  Pertanian, Dinas yang  membidangi Kesehatan Hewan  di tingkat Provinsi dan  Kabupaten/Kota) dalam  pengendaliannya diperlukan  sarana dan prasarana berupa:  vaksin, insektisida, desinfektan,  roboransia, dan bahan uji  laboratorium untuk jembrana. 8. Karena keterbatasan APBD  Provinsi Lampung dan APBD 

11. Perlunya forum komunikasi  berkelanjutan lintas sektoral  (Balai Karantina Pertanian  Lampung,  BVET Lampung,   Dinas yang membidangi  Peternakan dan kesehatan  hewan lingkup Provinsi dan  Kab/Kota, PDHI,  Organisasi  profesi lainnya dan BPBD) di  lingkup Provinsi Lampung  dalam penanganan kasus  penyakit Jembrana dan  Penyakit Hewan Menular  Strategis lainnya. Dengan adanya diskusi dan  rekomendasi dari seminar tersebut  semoga dapat menjadi langkah  awal dalam pengendalian penyakit  jembrana di Kabupaten Lampung  Tengah dan Prosinsi Lampung.  Penulis adalah pengurus PDHI  Cabang Lampung

|  Februari 2019  

KABAR NUSANTARA

Perananan Dokter Hewan  dalam Penanggulangan Penyakit  Infeksi Emerging Oleh : Drh. Iwan Berri Prima, M.M. Rapat koordinasi Dinas  Kesehatan Provinsi Kepri bersama  stakeholder lintas sektoral  mengenai kewaspadaan dan  kesiapsiagaan terhadap penyakit  infeksi Emerging di Provinsi  Kepulauan Riau, diadakan selama  dua hari (23­25 Januari 2019) di  Batam City Hotel, kota Batam  provinsi Kepri. Rapat ini dihadiri  narasumber yang kompeten  dibidangnya dr. A Muchtar Nasir, 

M.Epid, dr Rommel Simanungkalit,  dan juga dari beberapa instansi  yaitu dari Sub Direktorat Penyakit  Infeksi Emerging, Direktorat  Surveilans dan karantina  Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes,  Kantor Kesehatan Pelabuhan  Batam, dan Kepala Bidang  Peternakan dan kesehatan hewan  Dinas Ketahanan pangan,  Pertanian dan Kesehatan Hewan  Provinsi Kepri drh. Honismandri. 

Acara ini dibuka secara resmi oleh  kepala Dinas Kesehatan provinsi  Kepri, Dr.H. Tjejtep Yudiana,  M.Kes. Dalam paparannya, Drh.  Honismandri menyampaikan  bahwa 868 patogen pada  manusia, 61% bersifat zoonosis,  yakni penyakit itu ditularkan dari  hewan ke manusia atau  sebaliknya. Sedangkan dari 175  penyakit infeksi emerging (PIE)  atau Emerging Infectious Disease  (EID) pada manusia sebanyak  75% nya adalah bersifat zoonosis.  Oleh sebab itu, peranan dokter  hewan bersama tenaga kesehatan  dan stakeholder lainnya sangat  dibutuhkan dalam pencegahan  dan pengendalian PIE. Terlebih  saat ini pemerintah melalui  Kementerian Kesehatan juga telah  membentuk subdit baru yang  fokus menangani tentang PIE  yakni Sub Direktorat PIE. Profesi dokter hewan yang  selama ini berkecimpung dalam  ranah peningkatan produksi  pertanian (khususnya produksi  peternakan), saat ini sesuai  dengan Keputusan Menristekdikti  Nomor 257 Tahun 2017 tentang  Kedokteran Hewan masuk dalam  rumpun ilmu kesehatan (Health).  Konsekuensi dari keputusan ini  adalah profesi dokter hewan  memiliki tanggung jawab yang  besar dalam menyehatkan  masyarakat. Hal ini sesuai dengan  moto PDHI : Manusya mriga satwa  sewaka. Terlebih Kepri merupakan  daerah perbatasan RI dengan  tingkat kerawanan dalam  penularan kasus zoonosisnya  sangat tinggi. Dalam rangka peningkatan  komunikasi, koordinasi dan  kolaborasi, pemerintah dari lintas  kementerian juga telah  meluncurkan dokumen  pendekatan one health dalam  penanggulangan bencana non  alam penyakit infeksi baru/  berulang dan zoonosis pada 29  Januari 2019 di Hotel Aston  Simatupang Jakarta. Upaya lintas  sektoral ini semakin menegaskan  bahwa peranan dokter hewan  sangat besar dalam mewujudkan  one health, kesehatan tidak bisa  dipandang dari sisi kesehatan  manusia saja, tetapi kesehatan  hewan juga telah nyata sangat  mempengaruhi kesehatan  masyarakat. Penulis adalah  Kontributor Vetnesia Wilayah  Kepri

Februari 2019  |

27

KABAR NUSANTARA

TAV (TEMU AKRAB VETERINARIAN) TEMPAT BERDISKUSI DAN MENJALIN  KEKELUARGAAN PDHI CABANG JATIM X Oleh : Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti

Generasi muda dokter hewan  yang disebut sebagai generasi  milenial, adalah dokter hewan  yang mempunyai kepribadian  berpemikiran yang terbuka,  memiliki rasa percaya diri yang  meyakinkan, pribadi liberal,  optimis, dan dapat menerima ide­ ide yang baru. Dokter hewan  milenial harus mampu  berkolaborasi dengan semua  kalangan. PDHI cabang Jatim X  berusaha penuh untuk  membangun kekeluargaan,  membangun rumah dalam  organisasi, dan menyediakan  wadah bagi para kolega milenial  untuk berdiskusi. Temu Akrab  Veterinarian (TAV) yang  merupakan suatu bentuk kegiatan  silaturahmi para kolega dokter  hewan di wilayah Kediri raya, yang  diadakan setiap dua bulan sekali  dengan tuan rumah  penyelenggara bergantian.  Kegiatan ini sudah diadakan sejak  PDHI Cabang Jatim X masih 

28

bergabung dengan cabang Jatim  II, karena dirasakan sangat  bermanfaat akhirnya kegiatan TAV  berlanjut hingga kini, dengan  anggota dari beberapa daerah di  wilayah PDHI cabang Jatim X. Pada hari Minggu, 13 Januari  2018 di Rumah Makan Simpang  Lima kawaan SLG Ngasem  Kabupaten Kediri, kegiatan TAV  berlangsung dengan mengundang  para sejawat dokter hewan di  wilayah kota dan kabupaten Kediri  serta kabupaten Nganjuk. Tema  kegiatan ini yaitu menjalin  komunikasi, mempererat  persaudaraan dan mendapatkan  keberkahan. Januari adalah bulan  persiapan Mukernas, maka  kegiatan kali ini banyak  membahas saran yang dapat  diusung dalam Mukernas, selain  itu juga diskusi mengenai  keprofesian dan organisasi.  Kegiatan ini juga diwarnai dengan  Arisan agar tidak terasa  menjenuhkan dan santai. 

|  Februari 2019  

Pencetus ide kegiatan TAV  sekaligus wakil ketua II, Drh. Ilham  berharap, TAV dapat menjadi  tempat menjalin silaturahmi  khususnya bagi PDHI cabang  Jatim X, ajang saling bertukar  informasi medik dan non medik.  Beliau juga berharap para kolega  dapat membesarkan dan  menghidupkan sebuah organisasi,  karena organisasi adalah rumah  kita bersama. Seperti petikan  Kiyosaki, “Berbuatlah sesuatu  maka kamu akan menjadi  seseorang, dan menyerahpun  kamu akan tetap menjadi  seseorang, tetapi orang yang  berbeda”. Kita tidak akan menjadi  dokter hewan milenial dan kita  tidak akan menjadi dokter hewan  maju, bila kita tidak terus berupaya  memajukan profesi, mengupdate  ilmu, dan peduli dengan sesama  kolega. Apapun keadaan sulitnya,  tetaplah berproses. VIVA  VETERINER. Penulis adalah  Kontributor Vetnesia wilayah  Jatim X

KABAR NUSANTARA

Kerja Nyata Dokter Hewan Indonesia  Berbakti Kepada Negeri We Love We Care

Oleh: Drh. Antonia Agnes  Mengambil tajuk "66 Tahun Kerja  Nyata Dokter Hewan Indonesia  Berbakti Kepada Negeri ­ We Love  We Care" dalam rangka HUT  PDHI yang ke­66, pada tanggal 2  Februari 2019 PDHI Cabang  Jateng IV mengadakan  serangkaian acara Talk Show­ Client education, Little Vet Contest,  Animal Photo Contest dan Bakti  Sosial Donor Darah di Solo Grand  Mall, Surakarta.  Diikuti oleh 100 orang  anggota PDHI Cabang Jateng IV  dan sekitarnya serta kurang lebih  100 orang peserta beserta  keluarga dan masyarakat umum.  Drh. Anita Hatuti selaku ketua  panitia mengatakan acara ini  memiliki visi dan misi untuk  memperkenalkan dokter hewan ke  masyarakat luas. Hal senada  disampaikan oleh Ketua PDHI  Jawa Tengah IV Solo Raya, Drh  Haryono, M.Si., yang merasa  bangga dengan adanya kegiatan  ini dimana PDHI Jateng IV hadir di  tengah­tengah keramaian  pengunjung Solo Grand Mall dan  mendongkrak citra profesi dokter 

hewan yang mandiri, professional,  berdaya saing global dan  berwawasan kebangsaan yang  luas serta terbingkai dalam  ketaqwaan terhadap Tuhan Yang  Maha Esa. Acara diawali dengan Client  Education oleh narasumber Drh.  Antonia Agnes, yang menjelaskan  mengenai berbagai hal terkait  hewan peliharaan. Di sini ternyata  banyak dijumpai pengunjung yang  masih menganggap anjing  sebagai hewan karnivora sejati,  padahal sesungguhnya karnivora 

sejati adalah kucing. Selesai acara  Client Education, dilanjutkan  dengan Little Vet Contest yang  diikuti oleh 20 peserta dari sekolah  dasar di tujuh kabupaten dan kota  Solo raya dan sekitarnya. Tak lupa  juga sesi Animal Photo Contest  yang diikuti oleh 50 peserta  fotografer profesional maupun  non­profesional dari seluruh  wilayah Jawa Tengah. Seluruh  pengunjung dan panitia juga bisa  berpartisipasi dalam acara bakti  sosial donor darah yang  bekerjasama dengan PMI  Surakarta.  Didukung oleh seluruh panitia,  juri dan sponsor perusahaan  maupun tim Baitvet (Balai Besar  Penelitian Veteriner) Bogor yang  masing­masing kompeten di  bidangnya, acara ini terbilang  meriah dan sukses. Keceriaan dan  antusiasme peserta terpancar dari  wajah­wajah mungil ceria yang  tampil dalam Little Vet Contest.  Mengambil tiga orang juara,  Haisha Fayyaza sebagai juara 1,  Nada Nissrina Mutiara Syahda  sebagai juara 2 dan Khanza  Hanifah sebagai juara 3, Little Vet  Contest cukup menarik dan  berhasil memikat para pengunjung  memadati area lomba.  PDHI Jateng IV berkomitmen  bahwa acara serupa akan  dijadikan program tahunan, dan  akan menjaring peserta lebih luas  lagi dari tingkat nasional dengan  layanan profesional, sekaligus  juga mengundang stakeholder  berpengaruh di bidang Veteriner.  Penulis adalah Kontributor  Vetnesia wilayah Yogyakarta.

Pemenang Animal Photo Contest (kiri), Kemeriahan acara Talk Show­Client education (kanan)

Februari 2019  |

29

KABAR NUSANTARA

AKSI NYATA PROFESI UNTUK NEGERI Dalam rangka menyambut HUT PDHI ke­66, PDHI Jabar  2 melaksanakan serangkaian kegiatan, mulai dari  vaksinasi rabies, konsultasi, hingga pengobatan tak  berbayar untuk wilayah Kota Bogor, Kab. Bogor dan Kota  Depok. Acara ini bertajuk : Dengan Profesi Mengabdi  Untuk Negeri. Oleh: Drh. Ika Friskawati Kegiatan di Kota Bogor  dilaksanakan pada tanggal 16  Februari 2019. Kemudian, di  Kabupaten Bogor dilaksanakan  pada 23 Februari 2019.  Sedangkan untuk kota Depok,  menurut rencana akan  diselenggarakan pada 23 April  2019 mendatang. Kegiatan ini merupakan hasil  kerjasama antara PDHI jabar 2,  Seksi Kesehatan Hewan Bidang  peternakan Dinas pertanian  Kota  Bogor, Bidang Keswan dan  Kesmavet Dinas perikanan dan  Peternakan Kabupaten Bogor,  Dinas Ketahanan Pangan,  Pertanian dan Perikanan Kota  Depok, Zoetis, Romindo  Primavetcom, PT. Sistar  Indonesia, Kompas TV, RRI Pro 2  FM, Radar Bogor dan Antara.

30

Kegiatan ini diadakan agar  masyarakat lebih peduli lagi  dengan kesehatan hewan,  terutama yang berkaitan dengan  rabies, apalagi Jawa Barat masih  menjadi daerah yang belum bebas  rabies. Dalam kegiatan ini juga  dilakukan edukasi masyarakat  tentang bahayanya rabies dan  cara memelihara hewan  peliharaan yg benar. Kegiatan ini mendapatkan  antusiame masyarakat yang luar  biasa, ini terlihat dari masyarakat  yang hadir. Di Kota Bogor ada 315  ekor pasien, sedangkan di  Kabupaten Bogor sebanyak 132  ekor pasien mendapatkan  pelayanan vaksinasi dan periksa  selama acara berlangsung.  Penulis adalah Kontributor  Vetnesia Wilayah Jabar 2

|  Februari 2019  

KABAR NUSANTARA

CONTINUING EDUCATION  PDHI CABANG KALIMANTAN SELATAN Oleh : Drh. Rina Peri Pada hari Sabtu, tanggal 9  Pebruari 2019, tepat jam 09.00  wita, PDHI Cabang Kalimantan  Selatan mengadakan acara  Continuing Education (CE)  bertempat di Fave Hotel  Banjarbaru yang dihadiri oleh 69  orang Dokter Hewan terdiri dari 65  Dokter Hewan dari Kalsel dan 4  orang dari luar Kalsel. Acara  tersebut dibuka oleh Sekretaris  PDHI Cabang Kalsel Drh. Edi  Santosa mewakili Ketua Drh.  Suparmi yang sedang  melaksanakan kegiatan di tempat  lain. CE ini sekaligus menjadi wadah  silaturahmi antar teman sejawat  dengan Ketua Umum baru  Pengurus Besar PDHI Drh. H.  Muhammad Munawarah, M.M.  Pada sesi pertama diisi oleh beliau  dengan mengambil judul “Peranan  PDHI dalam Menjawab Tantangan  Permasalahan Profesi Kedokteran  Hewan di Indonesia”. Selain itu  dokter hewan Munawarah juga  mensosialisasikan hasil Mukernas  pada tanggal 25 dan 26 Januari  2019 di BUUTKP Cikarang agar  diketahui oleh sejawat di Kalsel  dan peraturan­peraturan baru  yang diberlakukan oleh PB PDHI.  Menurut beliau, Kalsel merupakan 

cabang yang ke­25 dikunjungi dari  total 52 cabang seluruh Indonesia.  Kepengurusan baru yang masih  berjalan tiga bulan ini merangkul  para Dokter Hewan  akademisi,  pebisnis, pemerintahan dan  praktisi dari Sabang sampai  Merauke. Harapan beliau seluruh  cabang mampu beraudensi  dengan pemimpin­pemimpin  daerah dan Kalimantan Selatan  mempunyai 13 kabupaten kota.  Selain itu Ketua PB PDHI juga  menyentil masalah SIP bagi  Praktisi agar terlindungi mengingat  beberapa kasus hukum yang  dialami oleh teman sejawat akhir­ akhir ini. Beliau juga mengatakan  bahwa organisasi itu harus  mengikuti perkembangan jaman.  PB PDHI selalu membuat hal­hal  baru berbasis online agar bisa  menerima aspirasi sejawat seluruh  Indonesia, salah satunya  mengenalkan Seminar Online ber  SKPB di HaloVet.  Pada sesi kedua CE diisi oleh  Drh. Ivan Satriawan mengenai  “Fracture Planning and Basic  Instrumentation”. Beliau  merupakan salah satu Dokter  Hewan Gloria Vet di Kota  Bandung. Pada sesi kedua ini  dokter hewan Ivan menceritakan 

pengalamannya dalam menemui  beberapa kasus fracture dan  penanganannya di kliniknya  disertai slide yang menarik  diperhatikan terutama oleh praktisi  di Kalsel. Tema ini diambil  mengingat banyak hal­hal baru  mengenai ilmu tentang bedah  tulang yang sangat berguna bagi  praktisi di Kalsel. Hanya saja  problem di Kalsel berkaitan  dengan biaya alat dan bahan yang  tinggi kadang pemilik hewan  memilih tidak melakukannya  kecuali pemilik yang benar­benar  sayang pada hewannya tanpa  mempertimbangkan nilai  ekonomisnya. Meski demikian  seorang Dokter Hewan dituntut  untuk bisa menjelaskan secara  teori kepada pemilik hewan.  Ada 140 anggota yang terdaftar  di PDHI cabang Kalsel, dan  banyak yang bekerja di bidang  pemerintahan, swasta dan praktisi.  PDHI cabang Kalsel akan terus  meningkatkan kemampuan para  anggotanya dengan acara­acara  seminar dan workshop di lain  kesempatan.  Acara ini pun ditutup dengan  sesi tanya jawab, pembagian  sertifikat kepada peserta dan  dilanjutkan dengan acara ramah  tamah dengan seluruh peserta  CE. Penulis adalah Kontributor  Vetnesia wilayah Kalimantan  Selatan.

Februari 2019  |

31

KABAR NUSANTARA

Pra Raker  Langkah Awal  Penyatuan Visi Misi  PDHI Jawa Timur II

Oleh : Drh. Dona Dwi Antika, M.Si. Ketua PDHI Jawa Timur II  baru, Drh. Deddy Fachruddin  Kurniawan mengawali  kepengurusan barunya dengan  mengadakan pertemuan Pra  Rapat Kerja (Pra Raker) di  Sekolah Alam Generasi Robbani,  Gondanglegi, Kabupaten Malang.  Acara diadakan pada 3 Februari  2019 dengan mengumpulkan  dokter hewan yang akan didaulat  menjadi pengurus PDHI setempat.  Deddy ingin menyatukan persepsi  visi misi yang diharapkan dapat  berjalan dengan baik melalui  kepengurusannya. Dalam memasukkan nama­ nama yang akan berada di  kepengurusan PDHI Jawa Timur  II, Deddy sangat  mempertimbangkan kompetensi  dari masing­masing nama  tersebut. Deddy juga memastikan  kesediaan masing­masing  pengurus untuk memahami dan  menjalankan tugas  kepengurusannya. Deddy memiliki  visi Santun­Guyub­Terbuka­ Kekinian yang diperjelas dengan  uraian misi­misinya. Peningkatan peran organisasi 

32

yang mengayomi dan santun serta  mengutamakan keterbukaan  informasi dan aktif dalam  kampanye veteriner menjadi salah  satu misi Deddy. Keterbukaan  informasi dilakukan sejalan  dengan terus meng­update setiap  kegiatan yang dilakukan oleh  pengurus, termasuk aktivitas kas  PDHI Jawa Timur II yang akan  lebih diatur oleh Sekretaris I dan  Bendahara I.  Selanjutnya adalah  mengadakan program  peningkatan profesionalitas dan  kesejahteraan anggota. Deddy  mendorong anggotanya untuk  meningkatkan kompetensi dan  kesejahteraan termasuk dengan  berkreatifitas dalam bisnis yang  dimiliki. Hal ini akan lebih diatur  oleh Sekretaris  II, Bendahara II,  dan Tim Bisnis Komunitas. Tim  CE­CPD yang akan secara khusus  mengatur masalah  penyelenggaraan Continuing  Education dan Continuing  Professional Development di  lingkungan PDHI Jawa Timur II.  Selain itu misi Deddy agar  dapat menjadi media penyambung 

|  Februari 2019  

komunikasi antara anggota,  Pengurus Besar, dan institusi  terkait. Koordinator Wilayah  ditunjuk untuk dapat menjadi  penyambung antara anggota di  wilayahnya. Tim Media diharapkan  dapat memfasilitasi tujuan ini,  salah satunya dengan target  pembuatan buletin internal PDHI  Jawa Timur II. Dalam pelaksanaan  kegiatan akan sering  membutuhkan institusi terkait  sehingga Tim Hubungan Institusi  Perlindungan Organisasi juga  dibentuk.  Terakhir Deddy berharap dapat  meningkatkan program kaderisasi  dan keterlibatan generasi muda  yang dalam pelaksanaanya  dibantu oleh Penasehat Komisi  Etik yang terdiri dari para dokter  hewan yang sudah lama bekerja di  bidangnya. Kepengurusan baru  yang diketuainya, berencana  melakukan pelantikan  kepengurusan di bulan Maret 2019  dengan juga mengadakan  Continuing Professional  Development. Penulis adalah  Kontributor Vetnesia wilayah  Jatim II

KABAR NUSANTARA

Meriahnya CPD PDHI Jatim 3 Oleh : Drh. Pandu Tokoh Amukti

“Viva veteriner! Majulah dokter  hewan Indonesia! Viva veteriner!  Jayalah dokter hewan Indonesia!”  dengan semangat dan kompak  peserta CPD Jatim 3  melantangkan jargon PDHI yang  dipimpin ketua umum PB. PDHI,  Drh. H. M. Munawaroh, M.M. Sabtu, 16 Februari 2019 PDHI  Cabang Jawa Timur 3  menyelenggarakan kegiatan  Continuing Professional  Development (CPD) yang diikuti  oleh 70 dokter hewan dari  berbagai daerah sebagai peserta.  Kegiatan yang dimotori oleh Drh.  Eko Cahyo ini bertempat di  Garden Resto, kompleks Utama  Raya Resort dengan konsep one  day seminar and workshop, dan  dihadiri 3 orang narasumber yang  ahli pada bidangnya. Pemateri  pertama pada CPD ini adalah Drh.  H. M. Munawaroh, M.M. selaku  ketua umum PB PDHI yang  memaparkan tema Peluang dan  Tantangan Dokter Hewan di Era  Milenial. Kehadiran ketua umum  PB PDHI benar­benar  memberikan angin segar dan  keterbukaan pandangan bagi  peserta CPD. Selain materi di  atas, disampaikan juga  menyampaikan visi dan misi PB  PDHI secara gamblang, bahwa  dalam kepengurusan organisasi  profesi sangat diperlukan 3 hal  utama, yaitu profesional, 

transparan, dan accountable.  Beliau berharap konsep tersebut  juga bisa diadopsi di masing­ masing cabang. Materi kedua PDHI Cabang  Jawa Timur 3 mengundang Drh.  Oloan Parlindungan Lubis, M. P.,  yang merupakan Kepala Balai  Embrio Ternak Ditbid Pro DJPKH  Kementerian Pertanian. Topik 

kedua adalah isu yang sedang  hangat akhir­akhir ini, Belgian Blue  : Solusi Protein Hewani Masa  Depan. Pengembangan Belgian  Blue untuk peternakan Indonesia  bukanlah hal mustahil karena  beberapa penelitian yang sudah  dilakukan oleh beberapa balai  penelitian pemerintah memiliki  prospek yang baik untuk  mencukupi protein hewani dalam  negeri. Suasana CPD yang hangat  semakin terasa bersemangaat  ketika Drh. Eka Andrian praktisi  hewan kecil yang namanya sudah  malang melintang di Jawa Timur,  menjadi narasumber penutup yang  juga tidak kalah serunya. Owner  klinik Sehat yang beralamatkan di  Sidoarjo ini selain menyampaikan  seminar juga memberikan  workshop dengan tagline Golden  Standard Castration and  Ovariohisterectomy in Cat and  Dog. Workshop Drh. Eka Andrian  pada CPD kali ini dilakukan pada  seekor anjing Pomeranian jantan  dan betina. Penjelasan yang detail  dari Dokter Eka pun membuat  ruang diskusi semakin hidup.  Pertanyaan dari peserta pun antre  bergiliran sehingga ambience  Garden Resto bertambah asyik  dan tidak terasa panitia harus  menjadwalkan ekstra time untuk  kesempatan emas ini. Ketua PDHI  Cabang Jawa Timur 3, Drh. Cendy  Herdiawan mengapresiasi  kegiatan kedua untuk Jatim 3.  “Setelah semaraknya bakti sosial  vaksinasi dan kastrasi kucing  dalam rangka ulang tahun PDHI di  awal Januari kemarin, harapannya  CPD edisi Februari ini menjadikan  PDHI Cabang Jawa Timur 3  semakin kompak dan maju,” tegas  beliau di akhir acara. Penulis  adalah Kontributor Venesia  wilayah Jatim 3

Februari 2019  |

33

DINAMIKA ONT

COMPLEMENTARY AND INTEGRATED VETERINARY MEDICINE Oleh : Drh. Soejono Dharmojono  Sejatinya semua suku bangsa itu oleh Sang Penciptanya  sudah dibekali insting untuk mempertahankan  eksistensinya, baik terhadap alam lingkungannya  (habitat), predator dan penyakit. Insting tersebut  diajarkannya secara tradisional (dari mulut ke mulut dan  dengan melihat langsung), karenanya di bidang  pengobatan dikatakan sebagai Pengobatan Tradisional  misalnya: pijitan, kerokan, kompres panas/dingin,  totogan, tusukan, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya  apa yang sekarang dikenal sebagai Akupunktur dan  Moksibasi.

drlesliethomas.com

Memang harus diakui bahwa  bangsa China kemudian berinisiatf  untuk menggali Pengobatan  Tradisional itu dengan pertanyaan­ pertanyaan: Apa? mengapa?,  bagaimana? “teknologi” itu bisa  menjadi demikian? Maka  disusunlah dan dikumpulkan  hipotesis, filosofi, teori,  pengamatan, pengalaman dan  seterusnya, sehingga terkenallah  nama Traditional Chinese  Medicine (TCM).  Sementara itu dari sejarah  diketahui bahwa negara­negara  Asia (Tiongkok, Jepang, Korea,  Vietnam, Thailand, termasuk  Indonesia), pernah selama  puluhan tahun dijajah oleh 

34

bangsa­bangsa Europa (Barat)  sehingga secara konvensional  negara­negara tersebut menganut  dunia kesehatannya dari negara­ negaranya, maka dikatakan ilmu  kesehatan tersebut sebagai  Kedokteran Barat atau Kedokteran  Konvensional. Sedangkan yang  dipraktekan dinegara Asia  khususnya, disebut Kedokteran  Timur atau Non­konvensional.  Karena pandangan dan praktek  Kedokteran Timur lain dengan  Kedokteran Barat, maka  disebutlah Kedokteran Timur itu  sebagai Kedokteran Alternatif. Dari  aspek pendidikannya Kedokteran  Barat diperoleh dari Pendidikan  Formal, artinya didalam sekolahan 

|  Februari 2019  

yang formal, sedangkan  Kedokteran Timur diperolehnya  umumnya dari luar sekolahan,  sehingga disebut juga sebagai  Kedokteran Non­formal atau Luar  Sekolah. Di Indonesia, pendidikan  tradisional atau nonformal atau  diluar sekolah dibina oleh  Direktorat Jenderal Pendidikan  Luar Sekolah, Pemuda dan Olah  Raga.  Karakter bangsa China yang  suka berimigrasi dengan  membawa kebudayaannya,  menjadiakan TCM tersebar juga  kenegara­negara Europa,  terutama dalam beberapa  dasawarsa akhir­akhir ini. Hal ini  juga dirangsang oleh kunjungan  Presiden Richard Nixon (USA,  1972) ke daratan China, maka  TCM makin menarik perhatian  dunia Barat. Dinegara maju seperti  USA pun, 40% dari rakyatnya juga  berminat kepada Kedokteran  Alternatif/ tradisional. Tak  khayalnya TCM semakin dikenal  didunia kedokteran.   Ilmu Barat yang karakternya  mendasarkan penelitian ilmiah,  maka mulailah para peneliti dan  ahli­ahli Barat melakukan  percobaan ilmiah dan research  terhadap TCM. Tetapi tidak  ketinggalan ternyata negara  Jepang, Korea, Taiwan, dan  Tiongkok sendiri, berlomba  melakukan penelitian dengan visi  dan misi memberikan dasar­dasar  ilmiah kepada Kedokteran  Alternatif/nonformal/tradisional  tersebut. Akhirnya Kedokteran  Timur, khususnya TCM, termasuk  didalamnya Akupunktur dan  Moksibasi, sudah menjadi milik  dunia. Begitu maju dan intensifnya  penelitian­penelitian Kedokteran  Alternatif/Timur itu. Maka Jepang,  Korea, Taiwan, Vietnam tidak lagi  menyebut sebagai TCM,  melainkan dengan negara­

DINAMIKA ONT negaranya sendiri masing­masing,  misalnya Traditional Japanese  Medicine, Traditional Korean  Medicine, menurut versi dan  “gaya” hasil penelitian mereka  masing­masing. Penulis  memimpikan pada suatu kali juga  ada Traditional Indonesia  Medicine. Kalau di bidang per­ jamu­an ada Jamu­Jawa, Jamu­

disebut sebagai Integrated  Medicine. Ada pernyataan bijak  dari Dr Jen Hsou Lin: “It matter not  whether medicine is old or new, so  long as it brings about a cure, and  it matter not whether theories are  western or eastern, so long as  they proof to be true “.  Saat ini di negara Barat dan  Timur termasuk Indonesia, tumbuh 

baywoof.com

Ambon, dan Jamu­Madura. Sebenarnya Traditional  Medicine itu bermacam­macam,  termasuk didalamnya yang sudah  sangat popular yakni: Akupunktur,  Moksibasi, Herbal, Massage, Food  therapi, Tuina, bekam, taichi, dan  hypnosis. Di dalam praktek  sekarang telah terjadi  “sinkronisasi” antar bermacam­ macam “teknologi kedokteran”  tersebut, bahkan dengan  Kedokteran Barat/Konvensional  sekalipun. Sekarang sudah  banyak kegiatan praktek yang  mengkombinasikan antara Barat  dan Timur. Kedokteran Timur  sering menjadi, bukan saja  Alternatif, tetapi juga  komplementer, seperti dinyatakan  oleh Prof. Dr AA Ressang (1977):  “Acupuncture is not only an  alternative but an additive to  conventional medicine”. Karena  Kedoteran Barat dan Timur itu  saling isi mengisi maka terjadilah  praktek Integrasi yang kemudian 

sciencebasedmedicine.org

pandangan dan Asosiasi dengan  nama Complementary and  Integrated Medicine (CIM). CIM  sudah mulai diterapkan di  Indonesia juga dan kalau itu  diterapkan juga di Kedokteran  Hewan, kita bisa menjadi  Indonesia Complementary and  Integrated Veterinary Medicine.  Alangkah bagusnya kalau sejak  dini di Indonesia disediakan  wadah organisasinya sebagai 

Asosiasi Kedokteran  Komplementer dan Integrasi  Veteriner Indonesia, sebutlah,  misalnya : The Indonesian  Complementary and Integrated  Veterinary Medicine (ICIVM). Timbul pertanyaan:  Bagaimana dan dimana  seseorang (Drh) kalau berminat  belajar Kedokteran tersebut?  Lewat Pendidikan Formal atau  Nonformal? Kalau lewat  Pendidikan Formal, kelihatannya  jalannya terjal dan panjang sekali,  lantas lewat Nonformal? Menurut  pendapat penulis Ini lebih cepat,  pendek dan mungkin sekali  dilaksanakan. Seperti diketahui  bahwa Pendidikan nonformal itu  dapat diikuti oleh peminat yang  heterogen: segala usia, latar  belakang pendidikan, social  ekonomi, tempat pendidikan dan  pendidiknya (fasilitatornya). Hanya  saja (untuk sementara waktu)  kalau untuk ICIVM peserta  didiknya seyogyanya harus SKH  dan Drh saja dulu. Untuk di Kedokteran Veteriner  bisa dimulai dengan membentuk  ONT bidang ICIVM dengan  anggota inti dibidang masing­ masing disiplin seperti Akupunktur,  Massage, Herbal, dan Food  Medicine. Mereka bersama  menyusun cara/teknik  Pembelajaran, kurikulum, teknik  evaluasi, sertifikasi, fasilitator dan  gelarnya (paska selesai  Pendidikan). Penyelengara  Pendidikan dan Pelatihannya  adalah anggota ICIVM, yang  mengelola Lembaga Pendidikan  dan Latihan. Terserah  penyelenggaranya akan berafiliasi  dengan atau mengadopsi masing­ masing dari China, Jepang, Korea,  Amerika, Indonesia, tergantung  kepada fasilitator dimana  memperoleh sertifikatnya sebagai  fasilitator. Dikemudian hari ICIVM  dapat menjadi anggota tingkat  Internasional, seperti International  Veterinary Acupuncture  Association. Penulis adalah  pakar pengobatan tradisional  veteriner.

Februari 2019  |

35

DINAMIKA ONT

Sejarah Pengobatan Tradisional China untuk Hewan Oleh : Drh. Tatang Cahyono Rangkaian catatan sejarah pengobatan hewan di masa lampau telah  membuka cakrawala baru profesi dokter hewan dari sisi pengobatan  ala China, mulai dari negara asalnya hingga hadir di Indonesia. Ini  membuktikan betapa ilmu pengobatan hewan China demikian luas  dan cukup aplikatif dalam ranah profesi kita.

Small Animal Acupunture Class, 22­27 Juli 2015 di FKH Udayana, Bali

Ma Shi Huang pada jaman  kaisar Kuning tahun 2696─2598  S.M. adalah dokter hewan yang  sangat terkenal dalam mengobati  kuda dengan metode akupunktur  dan herbal. Buku yang berjudul  Lie Xian Zhuan yang mengoleksi  biografi, ditulis pada Dinasti Han  pada tahun 206 S.M.─220 M.,  menyampaikan bahwa Ma Shi  Huang dari jaman Kaisar Kuning  adalah dokter hewan yang  mengerti mengenai konstitusi  kuda, memahami gejala klinis  penyakit kuda, setelah dilakukan  diagnosa dan diobati, maka kuda  yang sakit menjadi sehat. Dinasti Xiang­Shang pada  tahun 2070─1046 S.M., telah  menggambar pada tulang, teknik  operasi dan kastrasi pada hewan.  Pisau perunggu dan jarum  akupunktur telah digunakan pada  masa itu untuk proses kastrasi  pada hewan seperti babi, sapi,  kuda, dan domba. Jia Gu Wen  merupakan penulisan China pada  tulang dan kulit kura­kura sekitar  4.000 tahun yang lalu.  Penggunaan herbal dan anggur di  China sudah digunakan pada  periode Dinasti Shang 1600─1100 

36

S.M. Dinasti Zhou (Periode Spring  to Autumn) pada tahun 1100─476  S.M., memberikan informasi  mengenai teknologi, arsitektur,  tata kota, pertanian, pengobatan  untuk manusia dan hewan. Shan  Hai Jing merupakan buku yang  menjelaskan mengenai obat­ obatan, hewan dan geologi.  Periode ini telah menjelaskan lebih  dari 100 herbal China dengan  materi medikanya. Konsep 5  elemen, organ Zang Fu dan 8  prinsip diagnosa sudah digunakan  dalam periode Dinasti Zhou.  Konsep Confucius, Lao Zi  konsep Tao, dan Yi Jing konsep  buku perubahan, sudah dipelajari  disekolahan pada jaman tersebut.  Mengacu pada buku Zhou Li Tian  Guan pada Dinasti Zhou telah  menyebutkan bahwa dokter  hewan telah mengobati penyakit  hewan menggunakan herbal  seperti mengobati penyakit kuda.  Penulisan Huang Di Nei Jing  (Yellow Emperor’s Classic of  Internal Medicine) juga pada  periode yang ini. Beberapa dokter  hewan yang hidup pada masa  Dinasti Zhou seperti Zao Fu, Bo 

|  Februari 2019  

Le, Wang Liang, merupakan  dokter hewan yang mengobati  penyakit bisul, penyakit kulit,  penyakit lemah, kematian  mendadak pada sapi dan kuda,  serta specialis pada penyakit  emergensi kuda. Dinasti Qin dan Han periode  tahun 221 S.M─220 M,  merupakan awal dari materi  medika herbal China. Shen Nong  Ben Cao Jing merupakan buku  materi medika herbal China.  Herbal China terdiri dari tumbuhan  (mayoritas) dan mineral serta  hewan (minoritas). Sebanyak 365  herbal medika telah dijelaskan  pada periode Dinasti Han 206  S.M., buku dalam Bahasa inggris  “The Devine Farmer’s Materi  Medica”: merupakan terjemahan  dari Shen Nong Ben Cao Jing”,  Blue Poppy’s Great Master Series,  Paper Back, January 1st, 1998  oleh Shou­Zhong sebagai  editornya. Dinasti Qin pada  periode 221─207 S.M. telah  mempersatukan bahasa, mata  uang dan pengukuran, memulai  pembangunan Tembok China. Jiu  Yuan Lu merupakan buku  pertama yang memuat tentang  peraturan pengobatan untuk  hewan. Penulisan pada bambu  dan kayu yang bendel pada masa  Dinasti Han 206 S.M─220 M.  Penulisan kertas juga terjadi pada  Dinasti Han melalui jalur sutera,  salah satu buku tertua dengan  kertas pada tahun 256 M,  penemuan kertas di China oleh  Cai Lun. Penulisan resep oral  untuk pengobatan dengan  menggunakan bambu pada  Dinasti Han, sepatu kuda atau  ladam kuda digunakan sebagai  pencegahan penyakit kuku atau  telapak kuda, dokter hewan  mempunyai spesialisasi dalam  pengobatan sapi.  Zang Zhong Jing (150─219  M) merupakan nenek moyang  pengobatan tradisional China.  Nama gelarnya adalah Zhang Ji, 

DINAMIKA ONT lahir di Nan yang, provinsi Henan,  sangat menyukai buku herbal.  Zhang Zhong Jing menjadi  gubernur di Changsha (Taishou)  dan membuka praktek  pengobatan. Suatu ketika ada  wabah penyakit yang menyerang  kota tersebut, sekitar 2 pertiga  penduduknya meninggal dunia tak  terkecuali keluarga Zhang juga,  akhirnya Zhang Zhong Jing  mengundurkan diri dari Gubernur  dan mendalami metode  pengobatannya. Setelah belajar  banyak referensi dikombinasikan  dengan pembelajaran dari  gurunya Zhang Bosu, serta  pembelajaran dari buku kaisar  kuning akhirnya Zhang Zhong Jing  menulis buku Shan Han Za Bing  Lun (Pengobatan Penyebab  Penyakit karena Dingin dan  berbagai macam penyakit) pada  tahun 150─219 M. Kemudian buku  tersebut dikembangkan menjadi 2  judul buku : 1. Shang Han Lun  (On Cold Damages), 2. Jingui  Yaolue (Essensial prescription of  Golden Coffer) (Ringkasan  tentang gejala klinis, pengobatan  penyakit dalam) oleh Wang Shue  pada jaman Dinasti Jin dan  beberapa ahli pengobatan pada  masa Dinasti Song. Shang Lan  Lun merupakan buku pengobatan  yang mengajarkan bagaimana  mengobati penyakit infeksius dan  demam serta penyebaran  penyakitnya pada eranya, berisi  tentang 82 herbal materi medika,  113 formula herbal, petunjuk  tentang diagnosa dan pola  penyakit mengacu ke Tai Yang,  Shao Yang, Yang Ming, Tai Yin,  Shao Yin, Jue Yin. Buku dalam  Bahasa inggris terbit pada Agustus  1999, sebanyak 800 halaman. Periode 3 Raja (Three  Kingdom) pada tahun 220─280 M.  Seorang ahli pengobatan Hua To  yang terkenal pada masa itu  menemukan titik akupunktur yang  sangat penting di daerah leher,  maka untuk menghormatinya  maka titik itu dinamakan Hua­to­ jiaji. Hua to juga menemukan  herbal untuk anestesi, yaitu Ma  Fei San, yang digunakan untuk  pembiusan umum dan operasi  otak.  Dinasti Jin pada tahun  265─581 M., Ge Hong menulis 

buku Zhou Hou Bei Ji Fang  (Buku Saku untuk Pengobatan  Emergensi) menjelaskan  pengobatan hewan dengan  melalui palpasi rektal sekitar tahun  281─341 M. Ge Hong  menggunakan daun Artemisia  Annua (Qing Hao) dijadikan sop  untuk mengobati penyakit Malaria.  Gong Qing Yuan pada tahun 496  M. menulis buku Liu Juan Zi Gui  Yi Fang (Remedies Left Over by  Gost). Lei Xiao pada tahun 500an  M menulis buku Lei Gong Pao ZJi  Lun (Lei’s Method of Preparing  Drugs). Bo Le Liao Ma Jing  mempublikasikan buku “Bole’s  Classics on Treatment of Equine  Disease” pada tahun 502─557 M.  Jia Si­Xie menulis buku Qi Min  Yao Shu (Basic Techniques of  Farmer) sekitar tahun 533─544  M., buku tersebut banyak  menjelaskan tentang peternakan  dan teknik pengobatan pada  hewan. Pemerintah China pada  tahun 562 M, mengirimkan buku  Ming Tang Tu (Canon of Equine  Acupuncture) ke Mikado di  Jepang. Chao Yuan­Fang pada  tahun 610 M., menulis Zhu Bing  Yuan Hou Lun (General Treatise  of Etilogy and Symptomology of  Disease).  Dinasti Sui pada tahun  581─618 M., Pemerintahan Sui  telah membuat institut pendidikan  Dokter Hewan (Tai Pu Si).  Pemerintahan tersebut  mengajarkan ilmu peternakan dan  pengobatan untuk hewan dengan  siswa 120 orang. Buku kedokteran  hewan yang digunakan sudah  khusus untuk kedokteran hewan  seperti buku diagnosa, buku teknik  pengobatan, buku pengobatan  herbal, akupunktur dan moxibasi.  Buku yang dipublikasikan dalam  periode ini adalah Liao Ma Fang  (Resep untuk Kuda), Bo Le Zhi Ma  Za Bing Jing (Pengobatan  Penyakit Kuda Oleh Bo Le), Yu Ji  Liao Ma Jing (Pengobatan Klasik  Penyakit Kuda oleh Yu Ji), Liao Ma  Jing (Pengobatan Klasik Penyakit  Kuda), Zhi Ma Jing Tu  (Pengobatan Klasik Penyakit Kuda  dengan Gambar), Ma Jing Kong  Xue Tu (Atlas dari Meridian dan  Titik Akupunktur pada Kuda), Zhi  Ma Niu Tuo Luo Deng Jing  (Pengobatan Klasik untuk 

Penyakit Kuda, Sapi, Onta). Dinasti Tang pada tahun  618─907 M., Kedokteran Hewan  dengan pembelajaran yang lebih  sistematik pada tahun 705─707 M,  tercatat sekitar 600 dokter hewan,  4 guru untuk kedokteran hewan  dan 100 siswa dokter hewan.  Pemerintahan Dinasti Tang  memperbaiki materi medika herbal  Xin Xiu Ben Cao yang  dipublikasikan pada tahun 659 M.,  buku tersebut menjadi acuan  pertama kali untuk buku  farmalokologi di China untuk  manusia dan hewan. Li Shi  merupakan pegawai dari  pemerintahan pada masa itu  menulis Si Mu An Ji Ji (Koleksi  Pengobatan Kuda) pada tahun  783─845 M., Buku tersebut  menjelaskan secara sistematis  tentang dasar teori penyakit,  diagnosa penyakit dan  pengobatan penyakit berdasarkan  TCVM (Traditional Chinese  Veterinary Medicine/ Pengobatan  Tradisional China untuk Hewan),  termasuk didalamnya terdapat  penjelasan Bo Le Zhen Jing (Bo  Le’s Canon of Veterinary  Medicine). Pemerintahan Jepang  mengirim Ping Zhong Guo ke  China untuk belajar TCVM pada  tahun 804 M. Kumpulan beberapa buku  pengobatan tradisional China  diantaranya: Hua To menulis buku  Zhong Zang Jing (Treasury  Classic). Pada era Dinasti Tang  (618─970 M), Su Jing et al,  menulis buku Tang Ben Cao (Tang  Materi Medica). Pada era Dinasti  Jin (North­Shouth Kingdom) abad  ke­5 masehi, Tao Hong­Jing  menulis buku Ming Yi Bie Lu  (Miscellaneous Record of Famous  Physicians). Pada era Dinasti  Song, Luo Long Ji menulis buku  Nei Jing Shi Yi Fang Lun  (Enumeration of Formulas Omitted  from Inner Classic). Pada era  Dinasti Song, Sun Si­Miao menulis  buku Qi Xiao Hai Shang Liang  Fang Mi Ben (Secret Text of  Extraordinary Effective Beneficial  Formulas from Across the Seas)  dan Qian Jin Yao Fang (Thousand  Ducat Formula) pada tahun 652  M, Bei Ji Qian Jin Yao Fang  (Essensial Prescriptions worth a  Thousand Gold for every 

Februari 2019  |

37

DINAMIKA ONT Emergency) pada tahun 652 M  oleh Sun Si­Mao, yang  menjelaskan mengenai  pengobatan tradisional China  pada kondisi penyakit akut seperti:  stroke, muntah, diare, kencing  batu, kencing berdarah, problem  paru­paru, gigitan ular, rabies,  epilepsy dan lain sebagainya.  Qian Jin Yi Fang (Suplement to  Thausand Ducat Formula) pada  tahun 682 M oleh Sun Si­Mao.  Meng Shen menulis buku Shi Xing  Ben Cao (Materi Medica of Food  Therapy) pada abad ke­7 masehi.  Kumpulan buku pada Dinasti  Tang (618─907 M) diantaranya: Ri  Hua­Zi Ben Cao (Materi Medica of  Ri Hua­Zi) oleh Ri Hua­Zi pada  tahun 713 M, Wai Tai Mi Yao  (Arcane Essentials from The  Imperial Library) oleh Wang Tao  pada tahun 752 M, Ben Chao Shi  Yi (Suplement of Materi Medica)  oleh Chen Cang­Qi pada abad ke­ 8 masehi. Li Shang Xu Duan Mi  Fang (Secret of Treating Wounds  and Bone Setting) oleh Lin Dao­ Ren pada tahun 846 M, Jing Xiao  Chan Bao (Tested Treasures in  Obstetrics) oleh Zan Yin pada  tahun 854 M. Pemerintahan Dinasti Song  pada tahun 960­1279 M, sudah  memiliki Bing Ma Jian (Rumah  Sakit untuk Kuda) pada tahun  1007 M untuk mengobati kuda­ kuda yang sakit didekat kota.  Pada tahun 1103 pemerintahan  Dinasti Song sudah memiliki Pi  Bao Suo (Institut Patologi dan  Nekropsi) untuk melakukan  pemeriksaan postmortem. Chang  Sun seorang dokter hewan yang  terkenal karena mampu mengobati  sakit kulit kuda menggunakan  herbal, pada tahun 1120  pemerintahan Dinasti Song  memberikan penghargaan atas  jasanya dalam pengobatan  (Guang Chan Hou). Pada tahun  1086─1110 M buku berjudul Fan  Mu Cuan Yan Fang (Koleksi  Resep Pengobatan yang Efektif  untuk Penyakit Kuda) oleh Wan  Yu, yang menjelaskan tentang  formula herbal, akupunktur, dan  penyakit pada limpa, hati, jantung,  paru­paru dan ginjal.  Pemerintahan Dinasti Yuan  pada tahun 1279─1368 M, buku  berjudul Quan Ji Tong Xuan Lun 

38

(Pengobatan Penyakit Kuda) oleh  Bian Bao/ Bian Guangou  menjelaskan tentang organ dalam,  patologi, pengobatan penyakit  secara umum pada hewan. Pemerintahan Dinasti Ming  pada tahun 1368─1644 M,  melakukan pelatihan pengurus  kuda pada tahun 1438 M, setiap 1  pengurus kuda bertanggung jawab  mengurus 25 ekor kuda, dari  mereka yang pintar akan  disekolahkan menjadi dokter  hewan untuk mengobati kuda.  Pada tahun 1578 M Li Shi­Zhen  (1518─1593) menulis buku  berjudul Ben Cao Gang Mu  (Ringkasan Materi Medika) yang  diperolehnya dari 30 tahun  pengalamannya sebagai praktisi  pengobatan tradisional dan 800  buku yang sudah dipelajarinya,  menjelaskan tentang 1.892 herbal  dan 11.096 formula herbal.  Publikasi dalam Bahasa inggris  oleh Profesor Edward B. Jelks,  Ph.D., bagian Anthropology  Emeritus, Universitas Illinois USA,  berjumlah 4.397 halaman, pada  bulan oktober 2003. Buku Berjudul  Ma Shu (Buku tentang Kuda) oleh  Yang Shi­Qiao pada tahun 1594  M, menjelaskan tentang subtansi  pengobatan penyakit kuda. Buku  berjudul Yu Heng Liao Ma Ji  (Pengobatan dan Terapi pada  kuda oleh Yuan Heng) oleh Yu  Ben­Yuan dan Yu Ben­Heng pada  tahun 1608 mewakili TCVM untuk  disebarkan luaskan secara keluar  negeri China. Buku berjudul Xin  Bian JI Cheng Ma Yi Fang Niu Yi  Fang (Koleksi Resep untuk Kuda  dan Sapi) pada tahun 1633 M.,  ditulis dalam Bahasa China oleh  Zhao Jun dan Shi­Heng yang  berasal dari Korea.

Pada Tahun 1998 Chi  Institute Florida USA merupakan  institut yang mengajarkan  pembelajaran TCVM atau  Pengobatan Tradisional China  untuk Hewan secara internasional  yaitu : Akupunktur, Herbal, Pijat  Tui­Na, dan terapi makanan untuk  hewan. Pada Tahun 2015, Drh.  Tatang Cahyono, bekerja sama  dengan Chi Institute Florida dan  World Association of Traditional  Chinese Veterinary Medicine  (WATCVM) mendirikan  pembelajaran TCVM di Indonesia,  dengan membuka kelas  akupunktur untuk hewan di  Fakultas Kedokteran Hewan  Udayana Bali pada tanggal 22­27  Juli 2015, kemudian dilanjutkan  sesi lanjutan di Fakultas  kedokteran Hewan IPB Bogor  pada bulan Desember 2015, dan  bulan Februari di Fakultas  Kedokteran Hewan Universitas  Gajah Mada, pada tanggal 8  September 2017, terbentuk  Asosiasi Dokter Hewan  Pengobatan Tradisional China  Indonesia (ADHPTCI) yang  mewadahi pembelajaran TCVM di  Indonesia. Pada tanggal 12  Agustus 2018 dimulai kelas  pengobatan herbal China untuk  hewan di Sahid Rich Hotel  Yogyakarta, Indonesia untuk  pertama kalinya. Dengan demikian  dapat disimpulkan bahwa  pengobatan Tradisional China  untuk hewan termasuk herbal di  dalamnya telah melalui proses  yang lama dan penelitian yang  berkelanjutan selama ribuan  tahun. Penulis adalah  Kontributor Asosiasi Dokter  Hewan Pengobatan Tradisional  China Indonesia

Seminar dan Workshop Veterinary Chinese Herbal Sesi 1 pada tanggal 18 Agustus, 2018, Yogyakarta.

|  Februari 2019  

DINAMIKA ONT

TERAPI SHOCK WAVE PADA KUDA

Oleh : Drh. Silfiana Ganda Kesuma Selama ratusan tahun, kuda  telah membantu manusia dalam  berbagai aspek baik sebagai  sarana transportasi, hobi maupun  olah raga. Sebagaimana mahluk  hidup lainnya, dalam melakukan  tugasnya kuda sering kali  mengalami cedera. Cedera  tersebut terkadang dapat segera  teratasi dengan obat namun sering  kali masih memberikan efek  pincang atau rasa sakit yang  kronis pada bagian tubuh tertentu.  Rasa sakit yang kronis pada kuda  akan menimbulkan rasa tidak  nyaman pada kuda saat  beraktivitas. Hal ini akan  mengganggu performa kuda, 

terutama pada kuda kompetisi,  seperti dressage, jumping maupun  pacu.  Untuk mengatasi rasa sakit  kronis tersebut, digunakan alat  Shock Wave Therapy (SWT). Alat  ini merupakan salah satu alat  rehabilitasi medik yang  menggunakan teknologi  gelombang kejut (shock wave)  yang aman untuk digunakan pada  kuda atau hewan lainnya. Terapi  dengan SWT tidak memerlukan  tindakan bedah (non­invasive)  atau obat­obatan keras yang bisa  menimbulkan efek ketergantungan  pada hewan. Meskipun demikian,  terapi dengan alat ini harus 

dilakukan oleh dokter hewan  karena ada batasan­batasan  pemakaian alat ini dan aturan  pelaksanaan terapinya. Alat terapi ini sebenarnya  sudah digunakan di Eropa sejak  lama dan telah diakui sebagai alat  terapi yang banyak manfaatnya,  bukan hanya di kuda tapi juga di  manusia. Pada kesempatan ini   AKTIVI dan BTL bekerjasama  dengan Drh. Gilang dari Arthayasa  Stable memperkenalkan alat dan  metode terapi SWT dengan  membuka posko terapi SWT dan  HIL (High Intensity Laser) di  Zaganosh Cup tanggal 1­3 Maret  2019, di Jakarta International  Equine Center Pulomas.  Terapi SWT sangat bermanfaat  untuk penyakit­penyakit yang  bersifat kronis, setelah di terapi  kuda sebaiknya diistirahatkan dari  aktivitas berlebih. Program terapi  SWT pada kuda umumnya  dilakukan sampai 6 kali terapi  dengan interval minimal 3 hari dari  tiap sesi terapi. Manfaat dari terapi  ini antara lain, menghilangkan  rasa sakit/ nyeri kronis serta  meningkatkan kebugaran dan  stamina kuda, oleh karena itu  terapi ini baik dilakukan 4 hari  sebelum dan setelah kuda  mengikuti ajang kompetisi.  Penulis adalah Kontributor  Asosiasi Akupuntur dan Terapi  Integratif Indonesia (AKTIVI)

Februari 2019  |

39

OPINI SEJAWAT Presiden Joko Widodo  meluncurkan semboyan Making  Indonesia 4.0, seolah berpacu  dengan negara lainnya dalam  membuat sebuah roadmap  strategi Indonesia dalam  implementasi memasuki industri  4.0. Seiring dengan  perkembangan peradaban jaman,  arus globalisasi sudah mengalir  dengan derasnya dan tidak  terbendung.  Dunia kini memasuki era  revolusi industri 4.0, yakni  menekankan pada pola digital  economy, artificial intelligence, big  data dan robotic yang dikenal  dengan fenomena Disruptive  Innovation : inovasi yang  membantu menciptakan pasar  baru, mengganggu pasar yang  sudah ada dan pada akhirnya  menggantikan pasar teknologi  terdahulu, fenomena ini ditandai  dengan perkembangan teknologi  yang berbasis pola digitalisasi.  Menghadapi tantangan  tersebut, bidang veteriner sebagai  salah satu instrumen yang  memegang peranan strategis  dalam pembangunan nasional,  dituntut untuk berbenah, termasuk  dalam menghasilkan sumber daya  veterinary yang inovatif.  Pendidikan berkelanjutan  dan  pelatihan kemampuan spesifik  yang terkait dengan profesi  veteriner merupakan kebutuhan  mendesak bagi setiap personal  dokter hewan dalam menghadapi  setiap tantangan peradaban.

kinstacdn.com

Tantangan filosofi Manusya Mriga Satwa Sewaka di Era baru Indonesia 4.0

Revolusi Industri 4.0   Richard Mengko, dosen Institut  Teknologi Bandung (ITB) dalam  presentasi yang mengambil  sumber dari A.T. Kearney,  mengungkap sejarah revolusi  industri sampai empat tahap  revolusi industri, yaitu  : Revolusi industri 1.0, terjadi  pada akhir abad ke­18. Ditandai  dengan ditemukannya alat tenun  mekanis pertama pada 1784. Kala  itu, industri diperkenalkan dengan  fasilitas produksi mekanis  menggunakan tenaga air dan uap.  Peralatan kerja yang awalnya  bergantung pada tenaga manusia  dan hewan akhirnya digantikan  dengan mesin tersebut.  Revolusi industri 2.0, terjadi di  awal abad ke­20. Kala itu ada  pengenalan produksi massal  berdasarkan pembagian kerja. Lini 

40

Oleh : Moh. Sukmanadi produksi pertama melibatkan  rumah potong hewan di Cincinati  pada 1870. Revolusi industri 3.0, terjadi  pada awal tahun 1970 ditengarai  sebagai kemunculan perdana   revolusi industri 3.0. Dimulai  dengan penggunaan elektronik  dan teknologi informasi guna  otomatisasi produksi. Revolusi  industri generasi ketiga ditandai  dengan kemunculan pengontrol  logika terprogram pertama  Programe Logical Controle (PLC),  yakni modem 084­969. Sistem  otomatisasi berbasis komputer ini  membuat mesin industri tidak lagi  dikendalikan manusia.

|  Februari 2019  

Revolusi industri 4.0, ditandai  dengan sistem cyber­physical.  Bidang industri mulai menyentuh  dunia virtual, berbentuk  konektivitas manusia, mesin dan  data, semua sudah ada di mana­ mana. Istilah ini dikenal dengan  nama internet of things (IoT).  Perwujudan dari Revolusi Industri  4.0 dimasa depan adalah  pengunaan kecerdasan buatan  (artificial intelligence), produk­ produk hasil nanoteknologi dan  bioteknologi, 3­D Printing,  industri   mengadopsi the internet of Things  (IoT), energy storage, dan  quantum computing.  Tantangan dokter hewan di era  globalisasi/revolusi industri 4.0   semakin meningkat seiring dengan  kompleksitas permasalahan yang  dihadapi. Dalam data WHO dalam  satu dekade ini ditemukan 75  persen penyakit baru pada  manusia adalah Zoonosis atau  penyakit dari hewan yang menular  ke manusia. Agen zoonosis dapat  merupakan material bioterorisme  yang cukup efektif sekaligus  sangat berbahaya. Dokter hewan merupakan  profesi yang disiapkan dalam  menjawab kompleksitas zoonosis  yang saat ini sedang dihadapi.  Profesi ini telah dibekali dengan  berbagai keahlian atau  pengetahuan tentang comparative  medicine, penyakit dan kesehatan  multi species dengan jangkauan  taksonomi yang sangat luas,  kesehatan populasi yang 

OPINI SEJAWAT melibatkan faktor lingkungan.  Manusya Mriga Satwa  Sewaka, semboyan dokter hewan  ini diartikan  mengabdi sesama  melalui  kesejahteraan hewan,  tugas seorang dokter hewan  secara konkret adalah menjaga  kesejahteraan manusia dengan  jalan memuliakan hewan, menjaga  kelayakan sumber protein hewani,  mencegah berbagai penyakit   menular dari hewan (zoonosis)  serta menjaga kesehatan  lingkungan tempat hewan/ternak,  kesehatan masyarakat veteriner   (kesmavet) dalam menjalani  perkembangan kehidupannya Diperkirakan lebih dari 200  penyakit zoonosis dan 25 penyakit  menular strategis yang dianggap  mengancam kesehatan  masyarakat di Indonesia. Zoonosis  memiliki  efek multi yang cukup  besar mulai dari aspek kesehatan,  aspek ekonomi, penurunan  produktifitas ternak, beban biaya 

di lapangan. Dalam masa revolusi industri  ada pengenalan produksi massal  berdasarkan pembagian kerja  yang melibatkan lini produksi  pertama kali melibatkan rumah  potong hewan. Penulis terusik  dengan kasus di Surabaya, Nomor  Kontrol Veteriner (NKV) rumah  potong hewan milik Pemkot yang  dibatalkan sehingga tidak adanya  dokter hewan yang menangani  dan bertanggung jawab pada  daging sembelihan yang  dihasilkan, bagaimana dengan  kontrol terhadap zoonosis yang  mungkin ditimbulkan (Jawapos,  21/01/2019).    Perlu lembaga pemerintah  yang setara yaitu kelembagaan  yang menangani Kesehatan  Hewan dan kelembagaan yang  menangani Kesehatan Manusia,  baik di tingkat Pusat maupun  Daerah , karena membangun  kesehatan hewan dan lingkungan 

Kartu Tanda Anggota (KTA) PDHI  secara online, diberlakukan  seumur hidup, KTA berfungsi  seperti kartu e­money  bekerjasama dengan bank BUMN  atau bank swasta. Seminar Online  (Webinar) gagasan visioner  berbasis IT, program seminar  online  yang lebih dikenal dengan  istilah Webinar juga digagas PB  PDHI. Membenahi situs resmi  PDHI lebih menarik dan update   informasi terkini seputar  semboyan Manusya Mriga Satwa  Sewaka. Konsep ini melihat secara  komprehensif interaksi antar  komponen terkait dengan proses  munculnya atau penyebaran  zoonosis sehingga dapat diperoleh  gambaran penyakit secara utuh  yang dapat memudahkan upaya  penangannya.  Strategi yang dikembangkan  saat ini  adalah Konsep ONE  HEALTH yang menekankan pada  blog.ebv.com

untuk pemberantasan dan  pengendalian penyakit dan aspek  ketentraman batin manusia.  Amanat Undang­Undang  Nomor 41 tahun 2014 tentang  Perubahan atas Undang­Undang  nomor 18 tahun 2009 tentang  Peternakan dan Kesehatan  Hewan, serta  Peraturan  Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017  tentang Otoritas Veteriner, Perlu  dibentuknya kelembagaan  Pemerintah, Pemerintah Daerah,  Pemerintah Kabupaten/Kota untuk  menetapkan keputusan tertinggi  yang bersifat teknis kesehatan  hewan, dengan melibatkan  keprofesionalan dokter hewan dan  mengerahkan semua lini  kemampuan profesi mulai dari  mengidentifikasi masalah,  menentukan kebijakan,  mengkoordinasikan pelaksana  kebijakan sampai dengan  mengendalikan teknis operasional 

berarti membangun kesehatan  manusia. Zulkifli Hasan, Ketua MPR  dalam pidato 17 Desember 2018  dalam kesempatan pelantikan  Pengurus PB PDHI (Perhimpunan  Dokter Hewan Indonesia)  mengatakan, Otoritas Veteriner  sangat diperlukan untuk  menangani wabah penyakit  hewan. Sekarang ini belum ada  Otoritas Veteriner sehingga tidak  diketahui siapa yang bertanggung  jawab atas masalah kesehatan  hewan dan linkunggan veteriner.  Bagai gayung bersambut apa  yang digagas Ketua Umum  Pengurus Besar  Perhimpunan  Dokter Hewan Indonesia (PB  PDHI) terpilih Drh, Muhammad  Munawaroh MM dalam  kesempatan pelantikannya di  Gedung MPR (17/12/2018)  mencetuskan sejumlah gagasan  cemerlang, proses pembuatan 

kemitraan antara dokter dan  dokter hewan dalam studi dan  surveillans yang lebih baik di  bidang zooosis. Konsep ini secara  terintegrasi melibatkan berbagai  multidisiplin dan transdisiplin,  sehingga tidak hanya mengatur  interaksi manusia, hewan dan  lingkungan tetapi juga interaksi  antara ketiganya.  Seluruh dokter hewan  diharapkan dapat mengoptimalkan  peran masing­masing di  masyarakat dan pemerintahan  sesuai dengan keahlian profesi  untuk menunjang kesejahteraan  dan kesehatan manusia melalui  dunia hewan, sesuai dengan  semboyan “MANUSYA MIGRA  SATWA SEWAKA”. Bagaimana  peran anda ? (Penulis adalah  Mahasiswa Program Doktor  Sains Veteriner Universitas  Airlangga)

Februari 2019  |

41

OPINI SEJAWAT

PANDANGAN  ISLAM  TERHADAP   PROFESI  DOKTER  HEWAN Oleh : Dr. Drh. Endhie D. Setiawan, M.Sc. Pada dasarnya manusia  mempunyai 3 hubungan, yang  disebut dengan   (hablum minallah =  hubungan  manusia dengan Allah),   (hablum minannas = hubungan  manusia dengan manusia) dan   (hablum minal'alam =  hubungan manusia dengan alam).  Pada artikel ini, akan lebih  ditekankan pada pembahasan  tentang hubungan manusia  dengan alam menurut pandangan  Islam. Hubungan manusia dengan  alam dilakukan agar manusia tidak  semena­mena terhadap alam  sekitar. Manusia harus menjaga  keseimbangan ekosistem agar  tidak terjadi kerusakan alam yang  mengakibatkan kerugian yang  sangat besar. Hubungan manusia  dengan alam dapat mencakup  banyak hal yang berkaitan dengan  alam raya ini, termasuk  didalamnya hubungan dengan  tanaman dan hewan. Membahas tentang hubungan  dengan hewan dari sudut pandang  agama islam misalnya, pasti akan  mencakup bahasan tentang anjing  dan babi yang biasanya selalu  ramai diperbincangkan. Memakan  daging anjing dan babi memang  sudah jelas haram (menurut  hukum islam). Namun perlu  diingat, menyakiti atau berbuat  zhalim terhadap hewan najis  mughollazhoh (najis berat) itu juga  jelas dosa besar. Mari kita  mencoba menyegarkan kembali  tentang sebuah hadist tentang  seseorang yang menolong anjing  sebagai berikut :

“Ada seorang wanita pezina  melihat seekor anjing di hari yang  panasnya begitu terik. Anjing itu  menngelilingi sumur tersebut  sambil menjulurkan lidahnya  karena kehausan. Lalu wanita itu  melepas sepatunya (lalu menimba  air dengannya). Ia pun diampuni  karena amalannya tersebut.” (HR.  Muslim no. 2245). Simak Juga hadist berikut ini,  dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi  SAW bersabda : 

“Ketika seorang laki­laki sedang  berjalan, dia merasakan kehausan  yang sangat, lalu dia turun ke  sumur dan minum. Ketika dia 

42

|  Februari 2019  

keluar, ternyata ada seekor anjing  sedang menjulurkan lidahnya  menjilati tanah basah karena  kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini  kehausan seperti diriku.’ Maka dia  mengisi sepatunya dan  memegangnya dengan mulutnya,  kemudian dia naik dan memberi  minum anjing itu. Allah berterima  kasih kepadanya dan  mengampuninya.” Para sahabat  bertanya, “Ya Rasulullah, apakah  kita bisa meraih pahala dari hewan  ?” Beliau menjawab, “Setiap  memberi minum pada hewan akan  mendapatkan ganjaran.” (HR.  Bukhari no. 2363 dan Muslim  no. 2244) Dua hadis di atas sudah tentu  mengajarkan kita agar berbuat  baik kepada hewan. Jangankan  Dokter Hewan, yang bukan Dokter  Hewan saja berpahala menolong  anjing, terlebih mengobatinya jika  sakit. Perlu diperhatikan bahwa  upah dari mengobati anjing sama  dengan mengobati hewan lainnya.  Halal hukumnya. Sekalipun ada  sebagian yang beranggapan “halal  tapi tidak thayyiban”, pendapat  seperti ini juga tidak pas karena  tdk didukung dengan dalil yg ada. Bagaimana cara kita  berinteraksi dalam melakukan  penanganan terhadap anjing yang  sakit? Hal ini karena sebagaimana  disebutkan diatas, bahwa anjing  adalah hewan yang najis,maka  mengobatinya tentu diusahakan  harus menggunakan sarung  tangan tertutup dan panjang atau  media lainnya agar najis tersebut  tidak terkena pakaian atau kulit.  Jika pun terkena najisnya, maka  Islam sudah mengatur cara untuk  membersihkan dan mensucikan  terhadap najis yang terkena  tersebut. Penulis adalah bagian  dari Keluarga Lansia Veteriner  Indonesia

OPINI SEJAWAT

MENGATASI BAHAYA PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA : Contoh Aplikasi K3 di Pekerjaan - bagian 2 (habis) Oleh : Drh. David Kusmawan, M.K.K.K.

“Ratusan ekor sapi di Bekri,  Lampung Tengah mati diserang  virus. Para peternak berharap  pemerintah segera turun tangan  agar tidak ada lagi yang mati”.  “Petani sapi lainnya, Suprapto  mengatakan,  pihak karantina  hewan Provinsi Lampung sudah  melakukan pemeriksaan  terhadap sapi yang terkena  virus,  namun sampai saat ini  penyakit itu juga belum bisa  disembuhkan.  "Sudah  dilakukan pemeriksaan,  positif  virus Jembrana,” kata dia  Cuplikan berita di atas dimuat  di Lampung TV terkait banyaknya  sapi peternak yang mati akibat  virus Jembrana. Salah  satu hazard (bahaya) psikososial  yang ada di tempat kerja adalah  stess. Stres yang timbul  disebabkan oleh banyak faktor.  Penyebab stres misalnya saja  serangan wabah penyakit  di farm (peternakan) yang terjadi  seperti kasus di atas bisa  menimbulkan stres bagi peternak  rakyat karena kerugian finansial  tidaklah sedikit, kondisi pekerjaan,  tuntutan pekerjaan, dan kondisi  lingkungan kerja, kondisi  kemacetan menuju tempat kerja. Dr. Jane Parry, Ph.D. et all  tahun 2005 menyampaikan  laporan hasil penelitian terkait 

yang berjudul Farmers, Farm  Workers and Work­Related  Stress menyatakan bahwa  tekanan dari pekerjaan beternak  memberikan  sejumlah dampak  pada kesejahteraan fisik dan  mental pada responden yang  menjadi subyek dalam penelitian  yang dilakukan. Hal yang paling  umum dari  adalah kurang tidur,  masalah punggung, khawatir  tentang pekerjaan, lekas marah  dan merasa sedih. Di Indonesia terutama industri  perikanan, peternakan dan  kesehatan hewan, hazard  psikososial ini jarang dan sedikit  sekali menjadi perhatian serius.  Hazard psikososial ini bisa muncul  misalnya karena persaingan  bisnis, kondisi pasar komoditas  misalnya unggas yang fluktuatif  menjelang lebaran akan berisiko  menimbulkan stres bagi para  pedagang kecil dan sebaliknya  akan menguntungan bagi  pengusaha besar.  Tuntutan persaingan bisnis,  tuntuntan target kerja dari  perusahaan kepada pekerja. Stres  ini bisa menghampiri semua lini,  mulai level staf maupun pimpinan  perusahaan atau institusi. Northcraft (1990)  mengungkapkan bahwa ada dua  bentuk sumber stres kerja yaitu  perasaan frustrasi karena tidak  mampu mengontrol situasi yang  sedang berlangsung atau karena  dari situasi yang tidak menentu/  tidak mampu diprediksikan.  Semakin besar potensi frustrasi  terhadap ketidakpastian dan  kontrol yang rendah terhadap  situasi, maka semakin besar stres  yang dirasakan. Frustrasi yang mungkin muncul  dari kontrol yang rendah,  bersumber dari konsultasi yang  kurang baik, hambatan perilaku,  terlalu banyak atau terlalu sedikit  pekerjaan, tekanan waktu, 

partisipasi yang rendah dalam  pengambilan keputusan, dan  tuntutan baik dari keluarga dan  masyarakat, hubungan  interpersonal yang kurang baik.  Sumber stres karena  ketidakpastian adalah politik  dalam organisasi, ketidakamanan  pekerjaan, kekaburan peran,  konflik peran, dan delegasi yang  kurang jelas. Hal tersebut sesuai dengan  salah satu teori stres yaitu  teori behavior constraint atau  hambatan perilaku. Teori ini  didasarkan atas teori yang  dikemukakan oleh Bem bahwa  orang merasa kehilangan kontrol  terhadap situasi yang berkembang  saat itu. Sumber stres ada dua yaitu  sumber stres yang berasal dari  organisasi dan sumber stres yang  berasal dari kehidupan. Sumber  stres dari organisasi meliputi  tuntutan tugas, tuntutan fisik, dan  tuntutan interpersonal. Tuntutan  tugas adalah sumber stres yang  berkaitan dengan pekerjaan  tertentu. Ada beberapa pekerjaan yang  memang pada dasarnya  mempunyai tingkat stres yang  tinggi, ada pula yang rendah  karena terkait dengan tuntutan  tugasnya. Seorang ahli  pengeboran minyak, pengontrol  lalu lintas udara, dan dokter bedah  syaraf merupakan profesi­profesi  dengan bidang tugas yang  mengandung sumber stres tinggi.  Dokter hewan yang bekerja  dengan risiko bahaya tinggi seperti  dokter hewan yang berpotensi  terkena rabies, leptospirosis, virus  H5N1 dan atau hazard biologis  (yang bersifat zoonosis) lain yang  mungkin bisa terpapar terkait  dengan pekerjaannya. Hal lain yang masih berkaitan  dengan tuntutan tugas adalah  sejauh mana akibat tugas tersebut 

Februari 2019  |

43

OPINI SEJAWAT terhadap dampak fisik, misalnya  karyawan yang bekerja di reaktor  nuklir. Dalam hal ini, masalah  keamanan menjadi penting.  Terakhir adalah apakah pekerjaan  tersebut mempunyai risiko beban  pekerjaan besar atau tidak.  Tuntutan fisik sebagai sumber  stres adalah apakah rancangan  lingkungan fisik menjadi sumber  stres apa tidak. Bekerja di reaktor  nuklir ada ancaman jika  reaktornya bocor atau terkena  radiasi. Tuntutan peran, tidak  berbeda dengan yang sudah  dijelaskan di bagian terdahulu.  Tuntutan interpersonal adalah  lebih berkaitan dengan individu  dalam interaksi di pekerjaan,  misalnya apakah ada tekanan dari  kelompok, dalam norma­norma  kerja, yang pada dasarnya tidak  diatur secara resmi oleh  organisasi. Apakah gaya  kepemimpinannya sesuai dengan  tuntutan tugas dan sesuai dengan  kebutuhan karyawan? Apakah ada konflik­konflik yang  berkaitan dengan kepribadian  tertentu, misalnya dengan  perbedaan karakteristik tertentu  akan kurang menguntungkan  untuk kerja secara tim.  Stres  dalam kerja pada dasarnya juga  dipengaruhi oleh sumber stres di  luar organisasi. Stres dalam  sejarah kehidupan manusia, mau  tidak mau akan berdampak  terhadap bagaimana seseorang  bekerja. Ada dua macam stres  kehidupan yaitu perubahan  kehidupan dan trauma dalam  kehidupan. Perubahan kehidupan  misalnya kematian pasangan  hidup dan trauma kehidupan  misalnya perceraian dengan  pasangan hidupnya

Strategi level individu dapat  dilakukan dengan menggunakan  strategi koping yaitu latihan dan  relaksasi, manajemen waktu,  manajemen peran, dan dukungan  sosial. Strategi pada level  organisasi terdiri atas dua yaitu  program institusi dan program  kolateral.  Program institusi berkaitan  dengan pekerjaan itu sendiri,  budaya, dan supervisi. Sedangkan  program kolateral seperti program  promosi kesehatan atau pun  program stres manajemen yang  khusus disusun oleh pihak  manajemen bagi karyawan. Koping merupakan suatu cara  yang ditempuh oleh individu  (pekerja) dalam menghadapi stres  yang dihadapi, cara untuk  menyelesaikan masalah,  menyesuaikan diri dengan  perubahan serta respon terhadap  situasi yang mengancam. Koping  merupakan cara yang unik yang  dilakukan oleh individu dalam  mengatasi stres yang dihadapi.  Koping menunjukkan kekuatan/  ketahanan pekerja/ individu dalam  menghadapi, menilai dan  mengatasi stressor (penyebab  stres) yang muncul.  Bekerja di  bidang apapun akan menghadapi  yang namanya stres baik dalam  tingkat yang ringan sedang dan  berat. Oleh karena itu,  kemampuan mengenali stressor  (pemicu stres) sangat diperlukan. 

Kedua, kemampuan koping dan  manajemen stres yang perlu  dilatih dan dipelajari untuk  menghadapi stresor yang  kemungkinan akan muncul di  tempat kerja.  Hal ketiga adalah  meningkatkan penguasaan/  keahlian/ kompetensi bidang kerja  yang sedang dijalani. Misalnya  seorang yang bekerja di bidang  marketing bisa meningkatkan  kemampuan berkomunikasi dan  bersosialisasi dengan  para customer, seorang pekerja di  bagian peneliti lab meningkatkan  kompetensi dan skill  laboratoriumnya agar tidak  menjadi beban kerja, pekerja di  bidang peternakan secara berkala  dan kontinyu meningkatkan skill  dan jejaring kerja untuk  meningkatkan kapasitas dan  kapabilitas diri untuk kinerja yang  prima. Hal terakhir adalah  mencintai apa yang dilakukan dan  melakukan apa yang  menjadi passion di bidang kerja.  Hal di atas merupakan hal yang  penting menurut penulis untuk  menciptakan kondisi kerja  yang work life balance untuk  pekerja di livestock. Penulis  adalah  Asisten Dosen di  Departemen Kesehatan dan  Keselamatan Kerja, Fakultas  Kesehatan Masyarakat  Universitas Indonesia

Manajemen Pencegahan dan  Kontrol (kiat praktis) Secara garis besar, upaya  mengelola stres dapat  dikelompokkan menjadi dua  macam strategi yaitu strategi  koping untuk level individu dan  strategi dalam level organisasi  (Moorhead & Griffin,1995). 

44

Tidak sedikit kasus yang bisa menimbulkan bahaya psikososial bagi peternak

|  Februari 2019  

PROFIL

MENGENAL SANG PROFESOR

Prof. Dr. Drh. Suwarno, M.Si. Seorang pria yang akrab dipanggil dengan sebutan ‘Prof’ ini, karena memang bergelar ‘Profesor’, sangat mencintai fokus keilmuan yang digelutinya di bidang Virology. Sebutlah beliau sebagai ‘Profesor Virology’. Sejak kuliah Strata 1 di FKH Universitas Airlangga, Suwarno sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang ini, hingga skripsi yang membuatnya lulus juga soal virology, judulnya Isolasi dan Identifikasi Virus Infectious Bursal Disease dengan Uji Agar Gel Presipitasi. Setelah lulus dari FKH Unair pada tahun 1988, Suwarno pun langsung mengambil konsentrasi riset di bidang virology. Dia sangat intens melakukan penelitian, ada dua prinsip menurutnya yang harus dipegang jika ingin menjadi seorang peneliti yang sukses, yaitu ketekunan dan patuh prosedur. Suwarno menyelesaikan program Strata 2 bidang Imunologi dan Strata 3 Bidang Ilmu Kedokteran di Universitas

Airlangga. Ada cerita menarik ketika ia melakukan penelitian soal rabies yang ketika itu menjadi materi desertasinya, karena ia memegang teguh prinsip ketekunan dan patuh prosedur itu maka ia tidak segansegan untuk menjalani vaksinasi rabies 3 kali setiap tahunnya selama melakukan riset soal rabiesnya itu. Desertasinya selesai pada tahun 2005, dengan judul Karakterisasi Molekuler Protein serta Gen Penyandi Nukleoprotein dan Glikoprotein Virus Rabies dari Beberapa Daerah Geografik di Indonesia.

Hingga saat ini, pria kelahiran Tuban 15 Mei-57 tahun yang lalu ini masih aktif mengajar di FKH Universitas Airlangga. Ketekunan dan kehangatan pribadinya membawanya menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Virologi & Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Beberapa penemuan beliau yang fenomenal antara lain : penemu satu-satunya vaksin rabies isolat lokal asli Indonesia yang diproduksi oleh industri vaksin terkemuka di Bandung pada tahun 2012 dan sekarang dimanfaatkan sebagai vaksin rabies pada hewan, penemu Kit Diagnostik AINFLU (membedakan infeksi H5N1, H5N2 atsu H5N9) menyabet juara nasional ke-3 pada Pameran Agroindustri Kemenristekdikti yg diikuti oleh semua perguruan tinggi se Indonesia di tahun 2013, penemu Kit Diagnostik ONRAWIB digunakan untuk deteksi varian virus IB, merupakan kit terlaris thn 2014-2015 pd unit layanan diagnostik FKH UNAIR dan masih ada beberapa penemuan beliau lainnya. Tidak hanya aktif dan berprestasi di kampus, sang profesor juga aktif memberikan kontribusinya untuk profesi dokter hewan melalui organisasi. Prof. Suwarno adalah Ketua 1 Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, yang juga ketua PDHI Cabang Jawa Timur 1. Anda bisa bayangkan, betapa sibuknya bapak dari dua orang putri ini? Namun prinsip ketekunan itu sepertinya sudah mengakar, dilihat dari kerja risetnya yang tidak kenal lelah, maka sang profesor juga tidak akan lelah bekerja untuk profesinya melalui PDHI. Bravo! (Arief/ Vetnesia)

Februari 2019  |

45

RESENSI BUKU Dalam berberapa tahun  terakhir, aspek praktis dan teori  kedokteran telah berkembang  seiring dengan teknologi yang  semakin maju. Dokter hewan  dituntut untuk selalu memperluas  pemahaman literasi dan  bacaannya supaya tidak ditinggal  oleh waktu. Namun demikian,  terdapat dua kemampuan  intelektual dasar yang tidak ikut  mengalami perubahan, yaitu cara  menentukan diagnosis dan tata  laksana terapi yang tepat bagi  seekor hewan tersebut. Profesi  dokter hewan praktisi dituntut  terhadap tiga tantangan besar  ketika dihadapkan dengan pasien.  Tantangan ini diantaranya adalah  mampu menentukan diagnosis  dengan cepat, memilih  manajemen klinis yang baik dan  tidak membahayakan serta harus  tetap menambah wawasan  tentang segala hal yang  berhubungan dengan dunia  kedokteran hewan. Buku ini disajikan dengan  literatur dan refrensi lengkap  sebagi bekal dokter hewan baik di  bidang praktisi maupun dalam  bidang­bidang yang berhubungan  langsung terhadap anamnesa  suatu penyakit. Titik berat  penulisannya lebih  mengedepankan terhadap teknis  anamnesis, observasi, beragam  teknik pemeriksaan fisik dari  berbagai pandangan kamera regio  hingga interpretasi hasil secara  tepat, cepat, dan komprehensif  dalam mendukung penegakan  diagnosis yang akurat. Keterampilan yang harus  dipahami terlebih dahulu ialah  pemahaman terhadap anatomi,  fisiologi, dan perilaku anjing kucing  secara keseluruhan. Dalam  menentukan prognosis, diagnosa  penyakit, hingga terapi, tentunya  attitude dokter terhadap pasien  pemilik hewan dan cara  pemeriksaannya menjadi kunci  dari sikap penanganan yang  diberikan nantinya. Sebagai pembuka, buku ini  memulai dengan hal paling  mendasar yaitu langkah dan  metode diagnosa fisik baik secara  observasi jarak jauh dan jarak  dekat. Kemudian beralih menuju  bahasan pemeriksaan fisik umum  yang disajikan dalam berbagai  poin­poin penting. Pemeriksaan  fisik secara umum dimulai dari  mengetahui teknik pengukuran  temperatur, amplitudo, pulsus,  respirasi, mukosa dan lain 

46

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal ISBN

: Pemeriksaan Fisik Pada Anjing dan Kucing : Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, drh., M.Kes : Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR (AUP) : I, 2013 : xi + 159 halaman : 978­602­7924­33­8

DASAR-DASAR DALAM PEMERIKSAAN FISIK HEWAN PELIHARAAN sebagainya. Bahasan berikutnya mengenai  pemeriksaan fisik terhadap regio  kepala leher dan regio thoraks  yang meliputi alat indra, sistem  respirasi, sistem sirkulasi suara  jantung S1­S4. Kemudian  pemeriksaan fisik terhadap regio  abdomen meliputi penjelasan  diare, asites, dan urolitiasis yang  paling sering terjadi pada hewan  peliharaan anjing kucing.  Pemeriksaan fisik neurologis juga  termasuk dalam bahasan, dimana  fungsi serebrum beserta struktur  otak, hingga refleks yang  menyerang cara berjalan.  Bahasan terakhir ditutup dengan  bahasan pemeriksaan fisik kulit  dan bulu. Pemeriksaan ini  termasuk didalamnya  pemeriksaan fisik seperti macam­ macam lesi, hingga pemeriksaan  lanjutan yang menekankan 

|  Februari 2019  

masalah dermatitis, food alergy, dan  peran­peran faktor lainnya terhadap  kesehatan kulit anjing dan kucing. Kelebihan dari buku ini ialah model  penulisan dengan gaya bahasa yang  mudah dipahami sebagai dokter  hewan. Menggunakan visual gambar  bewarna yang menarik, mengupas hal­ hal penting diluar dugaan yang tanpa  disadari perlu diperhatikan dalam  anamnesa, terdapat sub­bab mengenai  ringkasan dan umpan balik dalam  bentuk tanya jawab antara penulis dan  pembaca, dan sangat cocok untuk  profesi dokter hewan praktisi maupun  mahasiswa kedokteran hewan.  Sedangkan kekurangan menurut  penulis adalah keterbatasan dalam  memperoleh buku salah satu  diantaranya tidak bisa didapatkan  secara mudah dikarenakan  keterbatasan dalam aksesnya. Drh.  Wahyu Hidayat, Kontributor  Vetnesia Wilayah Kepulauan Riau.

RESENSI BUKU Judul 

Pengarang  Penerbit  Cetakan  Bahasa  Tebal  ISBN­10  ISBN­13 

: Small Animal Emergency  and Critical Care: Case  Studies in Client  Communication, Morbidity  and Mortality : Lisa Powell, Elizabeth A.  Rozanski, John E. Rush : Wiley­Blackwell : Pertama ­ 11 Oktober 2010 : Bahas Inggris : 232 halaman : 9781405167529 : 978­1405167529

Untuk bisa maju, orang harus  belajar dari kesalahan. Namun,  apakah kita harus membuat  kesalahan agar kita bisa belajar?  Jawabannya adalah tidak, karena  tentunya kita bisa belajar dari  kesalahan yang telah dilakukan  orang lain. Itulah dasar penulisan  buku ini, yaitu belajar melalui  kesalahan­kesalahan yang telah  dilakukan oleh kolega lain. Buku ini merupakan buku  kompilasi berbagai kasus yang  pernah ditangani oleh para  kontributor. Apa persamaan kasus­ kasus di dalam buku ini?  Persamaannya adalah, dalam  setiap kasus yang ditampilkan,  pasti ada suatu kesalahan atau  error di dalam kisahnya.  Kesalahan itu bisa disebabkan  karena kesalahan prosedur,  kesalahan diagnosa, kesalahan  komunikasi dengan klien, maupun  kesalahan karena miskomunikasi  antar kolega maupun staff dalam  klinik/RS. Tiap penulisan kasus selalu  didahului dengan sinyalement dan  anamnesa dari pasien dan klien.  Kemudian dilanjutkan narasi  secara detil mengenai  pemeriksaan fisik, pemeriksaan  penunjang, dan kejadian­kejadian  yang mengikuti proses kasus  tersebut beserta titik error dari  kasus. Akhir dari kasus, baik akhir  yang membahagiakan ataupun  menyedihkan juga dinarasikan. Di 

PENGALAMAN (ORANG LAIN) ADALAH GURU YANG LEBIH BAIK bagian terakhir kemudian  dituliskan resume dan evaluasi  dari kasus yang sudah dinarasikan  tadi. Pentingnya komunikasi baik  dengan klien, kolega, maupun staff  klinik sangat ditekankan dalam  evaluasi per kasus. Seluruh kasus  yang dituliskan di buku ini  merupakan kasus nyata, namun  untuk kerahasiaan dan privasi,  nama pasien, klien, dokter, dan  instansi disamarkan. Buku ini sangat bagus untuk  dibaca oleh semua dokter hewan  praktisi hewan kecil. Saat 

membaca buku ini, kita bisa  menyadari bahwa kesalahan/error  itu bisa dilakukan oleh siapa saja,  baik dokter hewan magang,  spesialis, maupun dokter hewan  senior di klinik/RS sekalipun.  Kelemahan dari buku ini tidak  menyebutkan prosedur atau tatacara  tindakan gawat darurat secara detil,  karena buku ini memang lebih  menitikberatkan ke kisah dan  evaluasi kasus secara keseluruhan,  bukan pada prosedur gawat  daruratnya saja. Drh. Elievia  Wienarno

Februari 2019  |

47

RISET DAN KASUS

delimpex.ch

rivalea.com.au

Peran Quality Assurance dan Quality Control  dalam Industri Pakan Ternak Oleh : Drh. Tiara Febriani Chaesario Konsumen adalah raja slogan  ekonomi yang tidak asing lagi  ditelinga kita. Konsumen harus  dipuaskan dengan produk dan  jasa yang ditawarkan. Otomatis  produsen harus memastikan  barang atau jasa yang ditawarkan  adalah yang terbaik dan tetap  menguntungkan. Memastikan  proses produksi berjalan  sebagaimana yang diharapkan  perusahaan, maka dibutuhkan  adanya departemen atau bagian  yang bertanggung jawab dalam  proses tersebut yaitu bagian  Quality Assurance dan Quality  Control (QAQC). Pada industri pakan, QAQC  bertugas memastikan perjalan dari  bahan baku yang masuk ke pabrik  hingga menjadi pakan yang siap  didistribusikan ke konsumen.  Proses awal saat bahan baku  masuk, QAQC akan mengambil  sampel representatif yang  nantinya dianalisa dan dipastikan  apakah bahan baku tersebut layak  digunakan atau tidak. Analisa yang  dilakukan meliputi analisa fisik  seperti perbedaan warna dan bau,  adanya jamur, kutu, atau  kontaminasi bahan asing. Selain  itu analisa nutrisi yang telah  ditetapkan oleh masing­masing  pabrik pakan juga menjadi bahan  pertimbangan kelayakan bahan  baku.  Pada proses penyimpanan,  QAQC memastikan bahwa tempat  tersebut layak dan cukup untuk  digunakan. Seperti memastikan 

48

adanya ventilasi yang  mempengaruhi aerasi, pergerakan  bahan baku yang akan digunakan,  kontrol hama, memeriksa tempat  penyimpanan dari kebocoran, dan  kategori penempatan bahan baku.  Selain kelayakan gudang  penyimpanan, QAQC juga  memastikan bahan baku yang  digunakan tetap aman selama  penyimpanan sehingga  penggunaan secara FIFO (First In  First Out) dapat dijalankan secara  optimal. Proses produksi, QAQC  memastikan bahan baku yang  dituang merupakan bahan baku  yang tepat, proses penggilingan  sesuai ukuran partikel yang  ditentukan, proses batching tepat,  mixing homogen, proses pelleting  menghasilkan PDI, dan karakter 

|  Februari 2019  

fisik lain yang diharapkan hingga  proses bagging menghasilkan  pakan yang siap untuk dikirim.  Kontrol terakhir yang dilakukan  oleh QAQC adalah menganalisa  nutrisi pakan yang telah diproses  sesuai dengan nutrisi yang telah  ditetapkan oleh formulator maupun  nutrisionist. Jika pakan sesuai  dengan spesifikasi maka pakan  siap untuk dikirimkan kepada  konsumen. Adanya kontrol yang  ketat dalam pembuatan pakan  akan mengurangi adanya  kesalahan yang mengakibatkan  kerugian selama proses,  mengurangi adanya komplain  konsumen karena pakan yang  tidak sesuai spesifikasi, dan dapat  meningkatkan kepercayaan serta  loyalitas konsumen terhadap  barang yang kita tawarkan.  Penulis adalah supervisor  QAQC pabrik pakan ternak

rivalea.com.au

RISET DAN KASUS

AGP DILARANG, SIAPA TAKUT ? INDONESIA NEGARA KAYA Oleh : Drh. Pamorsinta Alif Faridiastuti AGP (Antibiotic Growth Promoters) adalah salah satu aspek  yang melekat dalam keamanan pangan. Penanganan  keamanan pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan  Halal) sudah menjadi tugas penting bagi dokter hewan.   Indonesia sebagai negara yang kaya tanaman  berkhasiat,  memiliki banyak kandidat  pengganti AGP untuk  pengembangan peternakan Indonesia, baik di masa kini  maupun masa depan.

tropical.theferns.info

AGP adalah bahan yang  bersifat membunuh atau  menghambat pertumbuhan  bakteri, yang dicampurkan ke  dalam pakan dalam dosis rendah  (sub­therapeutic). Pelarangan  penggunaan AGP telah diatur  dalam pasal 22 ayat 4c Undang­ Undang Republik Indonesia  Nomor 18 Tahun 2009 tentang  Peternakan dan Kesehatan  Hewan, yang menyebutkan :  “Setiap orang dilarang :  menggunakan pakan yang  dicampur hormon tertentu dan/  atau antibiotik imbuhan pakan”. Bagaimana dengan tantangan  penggunaan AGP yang sekarang  ini mulai harus diperhatikan?  Dokter hewan tidak usah takut  ataupun bingung, Indonesia  adalah negara yang kaya raya,  beragam tanaman herbal tersebar  di tanah Indonesia. Potensi dan  kandungan yang tersimpan  menjadi solusi bagi pengganti AGP  dalam pakan ternak. 

Beberapa contoh tanaman  herbal yang telah dilakukan  penelitian diantaranya : 1. Kunyit (Curcuma longa atau  Curcuma domestica) dipilih karena  mudah didapatkan dan disiapkan.  Curcumin dan turunannya secara  ilmiah telah dikenal sebagai  ‘yellow bioactive’ yang dilaporkan  memiliki aktivitas biologis  spektrum luas seperti antioksidan,  antibakteria, antijamur,  antiprotozoa, antikoksidial,  antiviral, antiradang, 

imunomodulator, antihipertensif,  dan memperbaiki kondisi  hypochloremia. Bagian terpenting  dalam pemanfaatan kunyit adalah  rimpangnya. Kandungan utama di  dalam rimpang terdiri dari minyak  atsiri, kurkumin, resin, oleoresin,  desmetoksi kurkumin, dan  bidesmetoksi kurkumin, damar,  gom, lemak, protein, kalsium,  fosfor dan besi (Rahardjo dan  Otih, 2005). Minyak atsiri dapat  digunakan sebagai antibakteri  karena mengandung gugus fungsi  hidroksil dan karbonil yang  merupakan turunan  fenol (Masni  dkk., 2010). Senyawa kurkumin  yang terkandung dalam rimpang  kunyit bersifat toksik terhadap  beberapa jenis bakteri dan juga  dapat berperan sebagai  antiinflamasi (Hartati, 2013).  Ekstrak etanol rimpang kunyit  memiliki aktivitas antibakteri  terhadap bakteri Bacillus subtilis,  Pseudomonas aeruginosa,  Escherichia coli, dan Salmonella  typhosa (Himawan dkk., 2012). 2. Bawang putih (Allium  sativum l) kaya zat organosulfur,  seperti allicin, ajoene, diallyl  sulfide, dan diallyl trisulfide.  Bawang putih juga kaya fitokimia,  semacam polifenol dan flavonoid  yang secara ilmiah mampu  berfungsi sebagai antioksidan  pada ayam. Penambahan tepung bawang  putih dalam ransum ayam  pedaging dapat mempercepat  pertumbuhan, meningkatkan  sistem kerja organ pencernaan 

deltomed.id

Daun Meniran

pertaniansehat.com

Daun Kemangi

Februari 2019  |

49

RISET DAN KASUS kandungan minyak atsiri yang  mampu meningkatkan relaksasi  usus halus sehingga penyerapan  zat­zat nutrisi untuk pertumbuhan  menjadi optimum. Minyak atsiri  tersebut juga dapat digunakan  untuk menghambat bakteri  penyebab diare, sehingga proses  pencernaan dan penyerapan  makanan menjadi lebih sempurna,  serta dapat memperbaiki saluran  pencernaan (Adeola et al. 2012). sehingga penyerapan makanan  lebih optimal selain itu juga  berfungsi untuk mempertahankan  daya tahan tubuh ternak  (Dharmawati et al, 2013) 3. Gel lidah buaya menjadi  salah satu tanaman yang diteliti  oleh Balai penelitian Ternak. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa  bioaktif lidah buaya dapat  meningkatkan performans ternak  ayam broiler dan ayam petelur  setara dengan AGP (Sinurat dkk,  2017) 4. Kombinasi antara asap cair  dari cangkang mete dengan  ekstrak tanaman meniran dan  daun cengkeh, menurut penelitian  Balai Penelitian Peternakan, dapat  menekan mortalitas dan  memperbaiki efisiensi penggunaan  pakan pada ayam broiler (Sinurat  dkk, 2017) 5. Daun kemangi memiliki 

6. Larutan jahe dapat  merangsang dinding kantung  empedu, mengeluarkan cairan  empedu dan merangsang  keluarnya getah pankreas yang  mengandung amilase, lipase dan  protase. Enzim­enzim tersebut  dapat meningkatkan kerja sistem  pencernaan. Disamping itu adanya  peranan dari antibiotik yang  terdapat dalam larutan jahe  (gingerol), sehingga pengontrolan 

bakteri ataupun kuman penyakit  semakin efisien (Setyanto et al.,  2012). Beberapa contoh di atas  adalah bukti bahwa Indonesia  adalah negara yang kaya tanaman   berkhasiat pengganti AGP untuk  pengembangan peternakan  Indonesia. Masih banyak  penelitian lain yang belum bisa  diceritakan. Ke depannya, Dokter  hewan diharapkan lebih tertantang  dan makin terpacu untuk  melakukan penelitian­penelitian  yang terkait dengan penyediaan  alternatif pengganti AGP. Apapun  keadaan yang sekarang dihadapi  oleh peternak kita, dokter hewan  harus tanggap dan tidak boleh  takut. Dokter hewan harus siap  menghadapi tantangan global  yang terus berkembang.  VIVA  VETERINER. Penulis adalah  Kontributor Vetnesia Wilayah  Jatim X

ADVERTISING

HOTLINE :  0818.898.310 Drh. Shinta Rizanti Binol email : [email protected]  

50

|  Februari 2019  

RISET DAN KASUS Gambaran klinis rabies pada  anjing, umumnya  menyangkut anjing dewasa.  Penulis merasa beruntung,  pada tahun 2009­2010  bersama­sama teman  sejawat, mengamati tujuh  anak anjing umur dua  sampai empat bulan positif  rabies di tempat praktik.  Dalam periode yang sama,  kami hanya menemukan  lima ekor anjing dewasa  positif rabies.  Pengamatan klinis rabies pada  anak anjing di atas, termasuk  videonya pernah penulis paparkan  pada seminar PDHI di Semarang  (2010). Secara keseluruhan,  jumlah kasus rabies pada anjing di  Bali, menurut BBVet Denpasar  (menggunakan metoda diagnosis  direct FAT) adalah 79 (tahun 2009)  dan 421 (tahun 2010).  Apabila diperhatikan laporan  bulanan BBVet tentang kasus  rabies di Bali, cukup banyak anak  anjing yang positif. Sebagai  contoh, pada Januari 2019  ditemukan 4 ekor anak anjing  umur 2,5–3 bulan positif rabies,  dari total 18 ekor anjing yang  positif. Hal ini tidak  mengherankan, karena jumlah  anak anjing tanpa pemilik di  jalanan memang tinggi.  Antara 2011­2017, ada lima  ekor anak anjing umur dua sampai  empat bulan positif rabies yang  didiagnosis di tempat praktek  penulis. Tiga ekor diambil dari  jalanan oleh pemilik, dua dibeli di  pasar Satria di Denpasar.  Ada teman sejawat  menanyakan mengapa banyak  anak anjing positif rabies di tempat  praktik. Antara 2009­2010 total  lebih dari 200 anak anjing yang  diambil dari jalanan oleh suatu  yayasan, kemudian dititipkan ke  tempat praktik penulis untuk  diobservasi sementara, sebelum di  adopsikan. Anjing ini datang  secara bertahap, sehingga yang  ada di tempat praktek sekitar 20­ 30 ekor. Anjing ditempatkan dalam 

PELAJARAN DARI KASUS RABIES  PADA ANAK ANJING DI BALI Oleh : Drh. Soeharsono, Ph.D.

kandang, seekor tiap kandang.  Ketika datang, anak anjing ini  secara klinis sehat, tidak terlihat  luka gigitan. Namun dapat  diasumsikan, untuk anak anjing  yang kemudian positif rabies,  pernah digigit anjing lain sekitar  seminggu sebelumnya.  Gambaran klinis Tiap hari anak anjing diamati  oleh 4 dokter hewan (Drh.  Christiana Susanti, Drh Ngakan  Karnata, Drh. Juniari dan penulis.  Secara tidak terduga tujuh ekor  dari lebih 200 ekor anak anjing  tersebut, dalam waktu berbeda  menunjukkan gejala agresif,  seperti menggigit kandang tanpa  alasan. Suhu rektal anak anjing ini  bervariasi antara 39,5oC–42oC.  Gejala klinis ini muncul antara 3­5  minggu setelah datang. Apabila  diasumsikan anak anjing digigit  seminggu sebelum dibawa ke  tempat praktik, maka masa  inkubasi rabies pada anak anjing  ini sekitar 4­6 minggu.  Dipergunakan alat pengaman  khusus seperti muzzle dan handuk  untuk keamanan pemeriksa. 

Ketika Drh. C. Susanti dan Drh  Juniari mencoba memercikkan air  dan mengibaskan handuk untuk  memberi angin, pada anak anjing  di dalam kandang, gejala agresif  meningkat. Apakah ini gejala  hydrophobia dan aerophobia?  Beberapa diantara anak anjing  mengeluarkan suara yang serak,  mungkin akibat gangguan syaraf   pada pita suara? Setelah diijinkan untuk  diperiksa terhadap rabies, maka  anak anjing tersebut dibius  dengan xylasin­ketamin, lalu di  euthanasia menggunakan  pentobarbitone. Kepala anjing  dikirim ke BBVet untuk diagnosis  rabies. Hasilnya semua positif  rabies dengan teknik direct FAT.  Tiga anak anjing yang diambil  dari jalan, dibawa ke tempat  praktek karena sakit, telah  menggigit pemiliknya dan orang  lain juga. Seekor anjing ada  keluhan kesakitan apabila  dipegang perutnya. Pemeriksaan  x­ray menunjukkan ada corpus  alienum dalam gastrium,  berbentuk lingkaran bergaris  tengah 2,5 cm. Ketika dilakukan  gastrotomi oleh Drh. C. Susanti  dibantu teman­teman, corpus  alienum tersebut adalah metal.  Menurut pemilik, benda tersebut  adalah alas lilin di rumahnya. Dua  hari setelah operasi anak anjing  menunjukkan gejala rabies,  sehingga di euthanasia.  Dua ekor yang dibeli dipasar,  diduga diambil dari jalanan, juga  menggigit pemilik dan orang lain,  sehingga dibawa ke tempat  praktik. Anak anjing tersebut  umumnya masih mau makan dan  minum. Gejala klinis agresif  menggigit kadang­kadang muncul,  kemudian terlihat normal kembali.  Karena waktu itu sedang terjadi  wabah rabies, maka secara klinis  dan epidemiologis kelima anak  anjing ini didiagnosis rabies. Untuk  konfirmasi, spesimen dikirim ke  BBVet, ternyata semua positif 

Februari 2019  |

51

RISET DAN KASUS rabies.   Penularan pada anjing dalam  pagar Suatu ketika di tahun 2010,  datang permintaan kunjungan dari  klien bahwa dua anjing lokal  dewasa yang ada di pekarangan  dalam pagar galvanis dengan sela  sekitar 10 cm (pagar BRC), terlihat  ada gejala agresif dan berupaya  menyerang penjaga rumah. Anjing  ini sama sekali tidak pernah keluar  pagar. Drh. Ngakan Karnata yang  mengamati gejala klinis curiga  bahwa kedua anjing tersebut  tertular rabies. Atas persetujuan  pemilik, anjing ditulup dengan  xylasin­ketamin, lalu di­euthanasia  dengan pento­barbitone.  Pemeriksaan laboratorium BBVet  meneguhkan bahwa keduanya  positif rabies. Penelusuran (wawancara per  telpon) dengan pemilik diketahui  bahwa 3 minggu sebelumnya, ada 

52

anak anjing menerobos pagar lalu  menyerang anjing di dalam pagar.  Anak anjing tersebut dibantai oleh  anjing dewasa. Diduga keras anak  anjing sempat menggigit anjing  dewasa tersebut sehingga terjadi  penularan rabies. Tidak ada  spesimen dari anak anjing yang  yang mengigit karena telah  dikubur. Pelajaran kasus Dari serangkaian kasus ini  dapat diambil pelajaran, sebagai  berikut :   1. Anak anjing umur 2 bulan bisa  tertular rabies. 2. Tidak perlu luka gigitan besar  untuk menularkan rabies. 3. Kecurigaan terhadap rabies  perlu ada, apabila anak anjing  menggigit lebih dari satu orang,  atau satu orang dan anjing lain,  tanpa profokasi. 4. Gejala rabies anak anjing relatif  lebih ringan dibandingkan anjing 

|  Februari 2019  

dewasa. 5. Bila vaksinasi massal dilakukan  serentak selama 3 bulan dalam  setahun, anak anjing terlahir  setelah program vaksinasi akan  terlewatkan. Penyisiran perlu  dilakukan tiap bulan untuk  kelahiran baru. 6. Anjing besar dalam pagar bisa  tertular rabies, bila pagar  diterobos anak anjing.  7. Vaksinasi anjing disarankan  mulai umur sebulan. (Catatan:  vaksin komersial umumnya  menyarankan vaksinasi dimulai  umur 3 bulan). 8. Benda asing bisa ditemukan  dalam gastrium, meski  jumlahnya tidak banyak. Meskipun pengamatan di atas  terbatas kasus di Bali, penulis  sebagai praktisi ingin membagikan  pengamatan ini, semoga ada  manfaatnya bagi praktisi hewan  kecil di tempat lain. Penulis  adalah Kontributor Vetnesia  Wilayah Denpasar.

RISET DAN KASUS nexusacademicpublishers.com

Lesi ditepi telinga

          Hair Loss

      Telur Notoedres cati (A), parasit Notoedres cati (B)

SCABIES PADA KUCING Oleh: Drh. Siti Maemunah, M.P. Scabies pada kucing  disebabkan oleh Notoedres cati,  Parasit obligat yang hanya bisa  bertahan beberapa hari diluar  tubuh inang. Notoedres cati  termasuk famili sarcoptidae,  hampir mirip dengan sarcoptes  scabiei var canis dengan  beberapa perbedaan. Notoedres  lebih kecil dan telur berbentuk  bulat. Notoedres cati memiliki  dorsal anus. Sarcoptes jarang  menyerang kucing.  Scabies menimbulkan pruritus  (kegatalan) yang sangat pada  inang dan tidak merespon  terhadap obat golongan  glukokortikoid. Lesi dimulai dari  tepi daun telinga yang menyebar  ke muka, kelopak mata, leher, dan  menyeluruh jika tidak diobati yang  diikuti dengan hair loss. Lesi  berupa kerak berwarna kuning  keabuan dan kulit menjadi  menebal. Emasiasi, anoreksia  dimungkinkan terjadi karena rasa  gatal yang sangat, dan dapat  menyebabkan kematian apabila  tidak diobati –dibiarkan begitu  saja. Rasa gatal yang parah  disebabkan oleh tungau betina  yang membuat terowongan di  bawah kulit untuk meletakkan  telurnya. Telur tungau menetas 5­ 10 hari. Tungau immature  berkembang menjadi tungau  dewasa. Siklus hidupnya antara 3­ 4 minggu. Scabies bisa menyebar  ke hewan lain seperti anjing dan  kelinci dan dapat menular ke  manusia (zoonosis). Penyebaran  terjadi karena kontak langsung  dengan hewan penderita Dilhat dari gejala biasanya  dikelirukan dengan 

dermatophitosis, demodecosis,  reaksi hipersensitif.  Diagnosa ditetapkan dengan  mendengar anamnesa dan  pemeriksaan fisik, kemudian  diteguhkan dengan tape strips  atau skin scraping.  Pengobatan dilakukan dengan  pemberian selamectin dengan  aplikasi spot­on dengan interval 30  hari untuk 3 kali pemberian.  Fipronil diaplikasikan dengan spot­ on atau spray. Ivermectin 

digunakan oleh beberapa dokter  hewan. Obat golongan  glukokortikoid hanya untuk  mengurangi gatal dan  pemberiannya untuk jangka  pendek. Pengobatan  dikombinasikan dengan mandi  menggunakan 2% lime­sulphur  untuk mengurangi gatal dan  membersihkan kerak seminggu  sekali dalam jangka 1 bulan.  Penulis adalah Kontributor  Vetnesia wilayah Tasikmalaya.

Scabies pada Kucing Abang Signalement Anamnesa Pemeriksaan Klinis Skin scraping  Diagnosa  Pengobatan

: Abang, kucing, jantan, umur kurang dari 1 tahun,  warna hitam, domestik. : rontok, jamuran. : suhu 39.2oC , berat badan 2.3 kg, ada kerak dan  penebalan kulit warna kuning keabuan ditepi  telinga, hair loss dibadan dan kaki.  : Notoedres cati : Scabies : Ivermectin 0.02 ml/kg interval 7 hari selama 1  bulan. Serta mandi 1 minggu setelah pengobatan  ivermectin. Serta pemberian  immunomodulator 1x  sehari untuk 5 hari.

Kasus scabies oleh pemilik biasanya hampir disamakan dengan kasus  jamur (dermatophitosis), terkadang mereka mengobati sendiri dengan  membeli salep dari petshop tanpa hewannya diperiksakan dulu ke dokter  hewan. Perlu client education, bahwa kasus scabies tidak bisa sembuh  oleh salep karena penyebabnya ada di bawah kulit, scabies beda  penyebabnya dengan jamur. Selain itu, pemilik juga harus diberitahu  tentang kemungkinan tertular karena scabies bersifat zoonosis, untuk  pemilik dianjurkan agar hewan tertular dikandangkan serta dikurangi  kontak dengan manusia maupun hewan lain. Untuk pengobatan pada  kucing Abang diberikan ivermectin injeksi 1 minggu sekali dengan  dijadwalkan bisa sampai 4 kali tergantung dari perkembangan penyakit,  untuk yang kasus ringan 1 kali pengobatan cukup, untuk yang sudah parah  diperlukan 4 kali pengobatan. Kemudian dianjurkan mandi 1 minggu pasca  pengobatan untuk membersihkan kerak­kerak yang ada. Untuk membantu  mempercepat persembuhan diberikan immunomodulator 1x sehari untuk 5­ 10 hari. 

Februari 2019  |

53

RISET DAN KASUS

Serangga : Alternatif Pangan  dan Pakan Masa Depan Oleh : Drh. Cholillurrahman jangkrik, hingga 39 jenis anai­anai. Di negeri kita sendiri, banyak  suku yang menjadikan serangga  sebagai menu tambahan. Sebut  saja ulat sagu di Papua, jangkrik  goreng dari tanah Pasundan,  botok tawon, peyek Laron, dan  belalang goring di Jawa, sayok  (larva capung) di Minahasa, dan  lain sebagainya.  Penuh Gizi, Ekonomis, & Ramah  Lingkungan

cdn­a.william­reed.com

Apa yang terbayang dibenak  anda ketika mendengar kata  serangga? Semut, kecoa,  lalat, nyamuk, pasti  menjijikkan ya? Meski begitu  ternyata serangga memiliki  potensi sebagai sumber  pangan dan pakan, kok  bisa? Jika ditanya sejak kapan  serangga mulai dikonsumsi oleh  manusia, mungkin tidak ada yang  dapat memastikan kapan  persisnya. Kita banyal melihat di  berbagai media bahwa  masyarakat dunia kini sudah  banyak yang menjadikan  serangga sebagai sumber pangan,  bukan hanya masyarakat  pedalaman, kaum urban juga.  Berdasarkan sebuah laporan  FAO, serangga bukanlah makanan  yang asing bagi manusia. Sekitar  2 milyar orang di seluruh dunia  mengkonsumsi serangga sebagai  bagian dari pola makan mereka 

54

sehari­hari. Kebiasaan  mengkonsumsi serangga ini  dinamakan entomophagy.  FAO  juga mencatat ada sekitar 1.900  spesies serangga yang aman  untuk dikonsumsi manusia.  Dalam buku Creepy Crawly  Cuisine : The Gourmet Guide to  Edible Insects (1998), beberapa  spesies serangga yang kerap  disantap manusia terdiri atas 235  spesies kupu­kupu dan ngengat,  344 spesies kumbang, 313 famili  Hymenoptera (semut, lebah, dan  tawon), 239 jenis belalang dan 

Dilansir dari website Huffington  Post, serangga dikenal sebagai  sumber protein berkelanjutan yang  lebih ramah lingkungan karena  menghasilkan limbah atau polusi  lebih kecil dibandingkan sumber  protein hewani lainnya. Berbagai  penelitian menyebutkan bahwa  serangga memiliki kandungan  nutrisi yang tinggi. Mereka kaya  akan protein, zat besi, kalsium  namun rendah lemak dan  karbohidrat. Ada pula yang  berpendapat lebih ekstrim,  serangga lebih bergizi dan sehat  jika dibandingkan dengan daging  sapi, misalnya. Pada Tabel 1. dan  Tabel 2. di bawah ini merupakan  data kandungan gizi berbagai jenis  serangga berdasarkan Banjo et al  (2006). Prof. F.G. Winarno dalam 

Analisis proximat (%) beberapa jenis serangga yang biasa dimakan

|  Februari 2019  

RISET DAN KASUS bukunya yang berjudul Serangga  Layak Santap : Sumber Baru bagi  Pangan dan Pakan, menyatakan  bahwa serangga merupakan  “rahasia” kecerdasan anak – anak  di pedalaman. Tidak  terjangkaunya harga sumber  protein hewani seperti daging sapi,  ayam, dan ikan diakali dengan  substituen yang cukup sepadan,  serangga. Masyarakat di  pedalaman yang miskin, cukup  terbantu asupan gizinya dengan  memakan serangga karena  kebiasaan mereka menjadikan  serangga sebagai lauk­pauk  maupun camilan.  Dalam hal budidaya, serangga  dapat dibudidayakan di lahan yang  minimal, pakannya pun dapat  berupa limbah pertanian. Selain itu  yang menjadi perhatian dunia saat  ini mengenai pencemaran  lingkungan terutama emisi gas  rumah kaca berupa metana dan  nitrogen dioksida, peternakan  serangga tentunya akan lebih  sedikit menghasilkan emisi  ketimbang peternakan ayam atau  ruminansia.  Serangga Untuk Pakan Kita semua sudah pasti  mengetahui bahwa biaya terbesar  dari suatu usaha budidaya  peternakan ialah pakan. Kini  banyak ilmuwan di bidang yang  terkait dengan budidaya  peternakan maupun perairan  mencari alternatif bahan baku  pakan. Dalam suatu formulasi  pakan, kandungan protein dan  asam amino menjadi penting  karena merupakan zat  pembangun yang dapat  mempengaruhi tumbuh kembang  serta performa hewan.  Dalam peternakan unggas  misalnya, menyangkut efisiensi  produksi kadar protein per gram  perlu dihitung agar formulasi  menjadi lebih ekonomis namun  efisien. Seperti yang tadi  disebutkan di atas, serangga  memiliki kandungan protein yang  tinggi, apalagi kandungan asam  amino yang ada didalamnya.  Karena faktor tadi juga serangga  kini dibidik sebagai alternatif 

eatthis.com

Tampilan menu berbahan dasar serangga jangkrik

sumber protein pada pakan hewan  ditengah tingginya harga sumber  protein lain.  Jika berbicara peternakan,  tentunya unggas merupakan yang  terbesar dan menjanjikan banyak  peluang. Dalam suatu penelitian  yang dilakukan oleh  Widiyaningrum et al. (2016),  suplementasi rayap tanah pada  ayam buras terbukti dapat  meningkatkan pertambahan bobot  badan ayam. Ditemukan pula  bahwa rayap tanah mengandung  enzim selulase yang dapat  membantu mencerna serat 

kasar.Penelitian lain yang  dilakukan oleh Fahmi (2015) juga  membuktikan bahwa ikan gurame  yang diberi pakan tambahan  berupa maggot (larva) Black  Soldier Fly pertumbuhannya lebih  baik.  Prof. Nahrowi Guru Besar  Fakultas Peternakan IPB juga  mengatakan bahwa kini serangga  dilirik sebagai alternatif protein  bagi hewan ternak. Ia mengatakan  bahwa kandungan terutama  protein, asam amino, dan  beberapa jenis enzim dalam  serangga berguna bagi ternak. 

Kandungan beberapa jenis vitamin dan mineral dari serangga

Februari 2019  |

55

RISET DAN KASUS “Selama ini kan sumber protein  ternak tepung ikan, tepung darah,  MBM, dari hewan, dan kedelai  (kebanyakan) dari tumbuhan.  Alternatif lain kan kita butuh, saya  rasa serangga ini masuk akal dan  bisa dijadikan substituen. Tetapi  harus ekonomis,” pungkasnya. Ia melanjutkan, dalam  penelitian yang ia lakukan,  kandungan protein dari serangga  tidak kalah dari MBM. Maka dari  itu Prof. Nahrowi menyebut  serangga sebagai alternatif yang  cukup realistis. Dari segi ekonomi  mungkin saat ini karena masih  belum banyak ketersediannya di  lapangan, harganya mungkin  masih mahal, namun ia optimis  bahwa dalam kurun waktu  beberapa tahun ke depan,  serangga akan benar – benar  menjadi sumber protein alternatif  bagi industri pakan ternak Perlu Diperhatikan Penggunaan serangga  sebagai pangan dan pakan  alternatif bukannya tanpa kendala.  Dr. Drh. Denny Widaya Lukman  dari Askesmaveti mencermati  beberapa hal yang perlu  diperhatikan terkait hal tersebut.  memang menurutnya potensi  tertular zoonosis akibat memakan  serangga hampir tidak ada, nmun  potensi alergi akibat zat kitin yang  ada pada serangga dapat terjadi. Kitin, menurut Dr. Denny  terdapat pada crustacea dan  arthropoda dengan kandungan  yang cukup tinggi. “Kitin adalah  senyawa polisakarida yang  mengandung nitrogen, lumrah  memang terdapat pada arthropoda  dan sifatnya memang allergen,”  tuturnya. Selain kitin, senyawa lain  yang terdapat pada arthropoda  adalah tropomysin. Senyawa ini  merupakan protein yang berfungsi  pada kontraksi otot. Alergi yang  terjadi biasanya dapat berupa  ruam pada kulit, bentol, dan sesak  nafas. Selain alergi, potensi akan  tercemarnya serangga dari residu  pestisida juga harus diwaspadai.  bukan rahasia lagi serangga 

56

wur.nl

Proses masak menu dari serangga yang sederhana dalam pengolahannya 

seperti belalang sudah lama  menjadi musuh bagi para petani.  Terkadang petani tidak segan  menggunakan pestisida dalam  membasmi mereka. Jika manusia  memakan serangga yang  mengandung residu pestisida tadi  tentunya efek buruknya juga akan  terjadi pada manusia. Ancaman lain yang juga perlu  diwaspadai adalah residu  antibiotik. Serangga dan antibiotik,  apa hubungannya?. Dr. Denny  menjelaskan bahwa di Indonesia  mungkin antibiotik belum populer  digunakan oleh peternak serangga  seperti di luar negeri. “Peternak  lebah madu di luar negeri  biasanya menggunakan antibiotik  tertentu bila lebahnya terinfeksi  oleh bakteri. Setidaknya ada dua  penyakit lebah madu akibat infeksi  bakteri merujuk pada OIE,” kata  Denny. Oleh karenanya perlu juga  dilakukan pengawasan food safety  pada produk – produk asal  serangga misalnya madu, royal  jelly, dan lain – lain dari residu  antibiotik. “Itu juga produk asal  hewan, oleh karenanya perlu juga  diawasi dari segi food safety­nya,”  tutur Denny. Terkadang orang merasa jijik  memakan serangga dalam bentuk  utuh, oleh karenanya serangga  dikonsumsi dalam bentuk bubuk  yang dikemas dengan kapsul. 

|  Februari 2019  

Dalam bentuk bubuk, produk tadi  juga masih harus diawasi dari  cemaran kapang dan bakteri. “Itu  kan tinggi protein, cemaran bakteri  dan kapang harus diperhatikan  juga, oleh karena itu storage harus  bagus, GMP juga harus  diterapkan, risiko harus ditekan  sekecil mungkin, jangan sampai  kita malah sakit akibat  mengkonsumsinya karena  cemaran – cemaran tadi,” tutur Dr.  Denny. Pada sektor pakan, seperti  halnya pada pangan faktor feed  safety juga perlu diperhatikan.  Tantangan juga datang dari segi  regulasi. Uni Eropa sempat  melarang penggunaan serangga  sebagai bahan baku pakan terkait  aspek feed safety serta hygiene.  Apakah nanti di Indonesia juga  akan terjadi hal yang sama?.  Pun begitu, hasil penelitian  Prof. Nahrowi yang menggunakan  serangga dalam ransum pakan  unggas, tidak ditemukan adanya  kelainan atau anomali pada  unggas yang diberikan tepung  serangga dalam ransumnya. Prof.  Nahrowi juga menambahkan  bahwa regulasi juga menjadi hal  yang penting, intinya hal yang  harus diregulasi utamanya  mengenai kualitas dari bahan  pakan tersebut. Penulis adalah  Redaktur Majalah Infovet

RISET DAN KASUS

KESEJAHTERAAN PADA KUDA PEKERJA Oleh : Zulfikar Basrul Gandong, S.KH., M.Sc. Di beberapa wilayah di Indonesia, kuda masih digunakan  untuk membantu pekerjaan manusia, salah satunya  sebagai alat transportasi . Aspek Kesrawan pada kuda  pekerja kini harus lebih diperhatikan lagi, agar kejadian  kuda yang merasakan rasa sakit dan penderitaan saat   bekerja bisa dicegah.

contoh kesejahteraan pada seekor  kuda menurun. Kepala yang  menurun, sikap yang gelisah,  melakukan gerakan menendang,  “crib biting”, buang air kecil dan  besar di sembarangan tempat  merupakan contoh menurunnya  kesejahteraan hewan pada kuda  yang sering kita lihat tapi kita  abaikan. Padahal, dengan adanya  perilaku itu, kuda sedang  menunjukkan bahwa mereka  sedang merasa sakit, tidak  nyaman, hingga takut sehingga  dapat dikatakan bahwa  kesejahteraan mereka menurun. 2. Usia

unsplash.com

Data tahun 2009 oleh Pollok  mengatakan bahwa 84% dari  seluruh populasi kuda di negara  berkembang memang digunakan  dalam hal yang berkaitan dengan  pekerjaan. Akan tetapi, sangat  sering kita melihat beberapa kuda  masih merasakan rasa sakit dan  penderitaan saat membantu  manusia. Contohnya ketika kuda  delman yang mengalami patah  kaki di Monas pada Minggu  19/11/2017 harus disuntik mati.  Penyebabnya adalah saat  “bekerja”, kuda tersebut sudah  mengalami patah kaki kiri depan.  Kemudian, diperparah dengan  terperosoknya kuda tersebut  kedalam lubang drainase  (Detik.com). Dilansir dari sumber  yang sama, beberapa tahun  sebelumnya, di Yogyakarta  dilaporkan kasus yang serupa.  Kuda yang kemudian mati ini   melahirkan pada saat “bekerja”. 

Dengan adanya beberapa kasus  ini, diharapkan kedepannya kita  lebih mengetahui bagaimana cara  meningkatkan kesejahteraan kuda  yang membantu kita sehingga  manusia dan kuda dapat saling  menguntungkan, bukan  menguntungkan satu sisi saja. Menentukan kesejahteraan kuda  Banyak sisi yang dapat kita  lihat untuk menentukan tingkat  kesejahteraan pada kuda,  beberapa diantaranya : 1. Perilaku Tingkah laku menjadi hal yang  paling mudah untuk menilai  kesejahteraan hewan(OIE, 2018),  dalam hal ini untuk kuda.  Perubahan perilaku pada saat  makan, minum, bertemu orang  hingga cara berjalan merupakan 

Usia juga menjadi salah satu  faktor yang penting. Pada kuda,  umur yang direkomedasikan untuk  kuda pekerja berkisar antara 4  (empat) hingga 12 (dua belas)  tahun (McLeod, 1999). Kuda yang  telah melewati usia tersebut akan  mengalami penurunan performa  dalam hal efisiensi bekerja  (McLeod, 1999; Beltran, 1954). Meningkatkan kesejahteraan  kuda Ada beberapa cara untuk  meningkatkan kesejahteraan pada  kuda seperti yang disarankan oleh  Grandin (2015). Dengan  rekomendasi yang dibuat,  diharapkan kesejahteraan kuda  dapat meningkat dan tidak  memerlukan dana yang banyak  dalam mewujudkannya.  Rekomendasi tersebut antara lain: a. Melakukan pengecekan tali  kekang. Tali harness kuda  menjadi salah satu fokus jika  ingin melihat kuda tersebut  sejahtera atau tidak. Harness  harus bersih dan cocok dengan  ukuran tubuh kuda. Hal ini  diperlukan untuk meminimalisir  luka yang kemungkinan akan  dirasakan oleh kuda saat 

Februari 2019  |

57

RISET DAN KASUS sedang bekerja (Diarra et al.  2007; Sevilla and Leon, 2007).   Ketidakcocokan tali harness  dengan tubuh kuda akan  mengurangi level kesejahteraan  kuda. (Grandin, 2015). Tali  harness seperti yang dijelaskan  sebelumnya akan  menyebabkan luka / lesi yang  akan membuat kuda merasa  tidak nyaman dan kesakitan,  dimana dalam beberapa  penelitian, lesi adalah temuan  yang sangat banyak dikaitkan  dengan kuda pekerja (Pritchard  et al. 2005; OIE, 2018).   Terdapatnya lesi pada kuda  juga dapat dikaitkan dengan  kesejahteraan kuda tersebut. b. Melakukan pengecekan berat  beban. Kebanyakan kuda yang  bekerja terlihat lebih kurus dari  biasanya (Grandin, 2015).  Beberapa penelitian yang  meneliti kuda pekerja di Asia  Tengah menyebutkan rata ­ rata  kuda memiliki Body Condition  Score tingkat Dua atau kurang ,  dimana hal ini juga dikaitkan  dengan beberapa faktor antara  lain malnutrisi, usia, kelebihan  bekerja, medan jalan hingga  penyakit dan parasit (Grandin,  2015 ; Ali et al. 2016). Beban  yang dapat ditanggung oleh  kuda adalah 20 – 25% dari total  berat badan mereka (Wicher et  al. 2001).  c. Menyikat kuda saat sedang  bekerja. d. Membersihkan dan mengobati  jika ada luka. Jika terdapat luka,  sebaiknya segera dibersihkan  dengan air bersih dan sabun,  kemudian diberikan antibiotik.  Jika luka terlihat parah, maka  sebaiknya dilakukan bandaging  dan menghubungi dokter hewan  terdekat.  e. Menyediakan pakan sesering  mungkin. Jika dalam pekerjaan  yang berat, pakan harus  mempunyai nutrisi yang tinggi  pula. Kalori dalam pakan juga  harus diperhatikan jika kuda  diinginkan untuk bekerja  dengan maksimal. Nutrisi yang 

58

tinggi dalam pakan sangat  disarankan kepada kuda yang  bekerja. Kuda juga harus  diberikan garam, terutama  garam mineral. Kebanyakan  kuda yang tidak diberikan  garam mineral akan lebih cepat  dehidrasi dan depresi  dibandingkan kuda yang  mempunyai akses ke garam  mineral setiap harinya (Grandin,  2015). Pada saat istirahat,  sebaiknya kuda diistirahatkan di  tempat yang teduh dan tersedia  banyak air bersih untuk minum.  Air minum harus selalu  disediakan, khususnya kepada  kuda yang bekerja. OIE (2018)  menyebutkan bahwa kebutuhan  air adalah hal yang paling  penting yang sangat dibutuhkan  dalam kesejahteraan kuda  pekerja.  Kebutuhan minum  kuda bervariasi tergantung dari  berat pekerjaan, kondisi kuda,  hingga temperatur lingkungan.  Akan tetapi, kuda  membutuhkan sekitar 10 hingga  15 galon per hari. Hal ini  dilakukan untuk menghindari  tanda dehidrasi pada kuda,  terutama kepada kuda yang  bekerja dalam kondisi  lingkungan yang panas,  dehidrasi dan stress karena  panas selalu ditemukan.  Kekurangan air minum akan  menyebabkan perubahan pada  perilaku seperti keringat yang  berlebihan, kemampuan untuk  bekerja menjadi menurun  hingga bobot tubuh yang  menjadi kurus. f. Tapal kuda harus selalu  diperiksa, baik ukuran maupun  kenyamanannya. Tapal kuda  harus diperhatikan dan dibentuk  kembali setiap enam hingga  sepuluh minggu. Jika kuku kuda  terlalu panjang maka akan  menyebabkan masalah, dan hal  ini sangat sering dilaporkan  (Grandin, 2015). g. Melakukan vaksinasi dan  pemberian obat cacing. Untuk  parasit, penyakit, dan vaksinasi  perlu dipertimbangkan. 

|  Februari 2019  

Investasi parasit seperti  deworming minimal dilakukan  sebanyak dua hingga empat  kali dalam setahun. Vaksinasi  seperti tetanus juga perlu  dilakukan meskipun mahal  (Colorado State University,  2008). Vaksinasi lainnya  tergantung dari penyakit yang  ada di wilayah masing ­  masing.   h. Yang terakhir dan paling penting  adalah tidak menggunakan  kuda yang sedang sakit, hamil,  atau yang sedang pincang.  Menurut OIE (2018), kuda  hanya boleh bekerja selama  maksimal enam jam dalam  sehari kemudian diwajibkan  diberi istirahat total selama satu  hingga dua hari.  Konsultasikan kepada dokter  hewan terdekat untuk proses  perawatan pada kuda. Akan tetapi,  yang harus diingat adalah jangan  berbuat kasar pada kuda, karena  mereka sangat berperan dalam  kehidupan pekerjaan manusia.  Tingkat kesejahteraan pada  hewan, terkhusus kuda, berbeda  dari satu individu ke individu yang  lain. Pemilik adalah seseorang  yang bertanggung jawab dalam  meningkatkan kesejahteraan kuda  masing ­ masing. Pemilik harus  mengetahui kesejahteraan kuda,  karena kekurangan informasi  mengenai perawatan kuda juga  berkaitan dengan kurang  sejahteranya kuda pekerja.  Pengetahuan dan kompetensi  teknis pada pemilik memegang  erat peran dalam kesejahteraan  kuda yang mereka jaga (Lanas et  al. 2018). Dengan adanya artikel  ini, diharapkan masyarakat dapat  lebih bijak dalam menggunakan  kuda sebagai pasangan dalam  mencari sumber ekonomi di  kehidupan sehari ­ hari dan kita  lebih peka dengan kesejahteraan  kuda pekerja. Semoga masyarakat  Indonesia dapat lebih paham  kesejahteraan hewan.  (Penulis  adalah pengelola Program  Profesi Dokter Hewan di  Universitas Hasanuddin

RISET DAN KASUS

Canine Distemper Virus  Mengancam Malang Selatan Oleh: Drh. Wahyu Kusuma Atmaja

pemberian terapi suportif dan antibiotik untuk anjing yang terjangkit CDV oleh tim dokter  hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Malang

Sebuah laporan datang dari  petugas Dinas Peternakan &  Kesehatan Hewan Kabupaten  Malang Bapak Dwi Leksono yang  bertugas di Kecamatan Bantur dan  Bapak Suherman yang bertugas di  Kecamatan Sumber  Manjingwetan, bahwa ada satu  desa di wilayah kerja mereka  terdapat banyak anjing yang mati.  Desa tersebut mayoritas  penduduknya nonmuslim, jadi  populasi anjing disana tidaklah  sedikit. Setelah laporan tersebut  sampai di meja Bidang Kesehatan  Hewan, Bidang Keswan dari Dinas  Peternakan & Kesehatan Hewan  Kabupaten Malang menerjunkan  tim Dokter Hewan untuk  melakukan identifikasi. Setelah dilakukan identifikasi  terdapat 23 ekor anjing yang mati  dari 28 ekor total populasi di Desa  Wonorejo, Kecamatan Bantur dan  21ekor anjing mati dari total  populasi anjing 33 ekor di Desa  Sitiarjo, Kecamatan Sumber  Manjingwetan. Menurut penuturan  pemilik anjingnya mengalami  anoreksia (tidak mau makan),  mata dan hidung mengeluarkan  leleran, hipersalivasi, batuk,  muntah disertai diare, serta 

kejang­kejang hingga  kelumpuhan. Anjing yang  mengalami gejala tersebut adalah  anjing muda dan belum pernah  divaksinasi.  Menurut Drh. Lucia Endah  Sukesi selaku koord tim dokter  hewan yang melakukan investigasi  lapangan, berdasarkan gejala  klinisnya anjing­anjing tersebut  terjangkit Canine Distemper Virus.  Gejala klinis yang ditemukan pada  semua kasus Distemper adalah  batuk, diare, pustula pada kulit  abdomen, dan gejala saraf berupa  depresi, tremor otot atau ataksia.  Sedangkan gejala lain yang  ditemukan adalah demam  (69,5%), leleran mata (52,4%),  leleran hidung (51,4%), muntah  (38,1%), dan hiperkeratosis pada  telapak kaki hanya ditemukan  pada 4,8% kasus. Umumnya  penyakit Distemper akan  menimbulkan gejala pernafasan,  gejala saraf dan gejala  gastrointestinal. Infeksi pada  sistem respirasi dapat  menunjukkan gejala seperti  influenza. Selain itu terjadi  anoreksia, kelemahan dan  discharge dari mata dan hidung.  Gejala lainya yang muncul ialah 

adannya konjungtivitis. Hewan  juga mengalami demam. Apabila  berlanjut maka kulit akan  mengalami eritrema dan pustule  terutama di abdomen, daerah  inguinal dahi dan moncong.  Terdapat juga penebalan pada  telapak kaki. Infeksi pada saluran  pencernaan menyebabkan hewan  mengalami diare yang dapat  berupa mukus atau darah.  Kehilangan cairan pada kondisi  diare dapat menyebabkan adanya  dehidrasi yang dapat memicu  terjadinya shock hipovolemik.  Hewan yang terlihat kejang­kejang  menandakan bahwa infeksi telah  menyebar sampai otak dan  menyebabkan kerusakan saraf .  Kerusakan yang terjadi pada  neuron dan astrosit oleh virus  Distemper menyebar secara  perlahan namun infeksi ini  menyebabkan kematian sel secara  besar­besaran termasuk pada sel  neuron yang tidak terinfeksi. Dari penuturan warga sebelum  terjadinya wabah ada tengkulak  anjing sering keluar masuk di  lingkungan dua desa tersebut  yang disinyalir menyebarkan virus  Distemper yang menempel di  keranjang tempat membawa  anjing yang diperjual­belikan.  Infeksi virus Distemper umumnya  terjadi melalui saluran pernafasan  oronasal. Virus Distemper masuk  dalam tubuh melalui aerosol  berupa droplet yang masuk  kedalam saluran pernafasan. Dari  udara, virus Distemper kemudian  akan berkontak dengan bagian  epitel pada sistem respirasi bagian  atas. Selanjutnya jumlah virus  akan meningkat secara signifikan  karena adanya replikasi virus.  Virus ini kemudian disebarkan  keseluruh tubuh melalui peredaran  darah (terjadinya viremia),  Penyebaran virus oleh darah  biasanya terjadi pada hari ke 8 – 9  setelah terinfeksi. Pada hari ke 9 –  14, umumnya hewan yang  memiliki kekebalan yang tinggi  akan melakukan proses  penyembuhan dengan sendirinya  melalui proses sitotoksik. Pada  hewan yang memiliki titer antibodi 

Februari 2019  |

59

RISET DAN KASUS dan sitotoksin yang dihasilkan oleh  perantara yang tinggi akan  mengeliminasi virus pada jaringan  sehingga secara umum hewan  tidak akan menunjukkan gejala  sakit. Pencegahan dan Pengobatan  Canine Distemper Penanganan terbaik dalam  mengatasi kasus Distemper ialah  dengan tindakan pencegahan.  Umumnya tindakan pencegahan  yang dapat dilakukan untuk  mencegah adanya infeksi canine  Distemper virus ialah dengan  vaksinasi. Beragam variasan  vaksin Distemper yang tersedia di  lapangan saat ini. Umumnya  vaksin ini akan dikombinasikan  dengan jenis vaksin lainya.  Vaksinasi Distemper pertama kali  dilakukan pada anjing yang  berumur tiga bulan. Penggunaan  antibiotik berspektrum luas perlu  dipikirkan mengingat bahwa selain  dapat menyebabkan adanya  infeksi sekunder di saluran  pernafasan penyakit Distemper  juga dapat menyebabkan adanya  infeksi sekunder di saluran  pencernaan. Penggunaan  antibiotik golongan penisilin  seperti amoksisilin dapat dilakukan  karena memiliki spektrum yang  cukup luas. Dalam penggunaan  antibiotik juga perlu dipikirkan  adanya efek resitensinya terhadap  bakteri. Selain pemberian  antibiotik, treatment lainya yang  biasa dilakukan pada anjing yang  terkena Distemper ialah terapi  cairan dan elektrolit. Umunya  anjing yang terinfeksi Distemper  mengalami gejala diare dan  dehidrasi, sehingga penting  melakukan terapi cairan dan  elektrolit. Pengobatan anjing  dengan tanda­tanda neurologis  tidak bermanfaat. Sedatif dan  antikonvulsan dapat memperbaiki  tanda­tanda klinis, tetapi mereka  tidak memiliki efek kuratif. Penulis  adalah Medik Veteriner di Dinas  Peternakan dan Kesehatan  Hewan Kabupaten Malang, Jawa  Timur 

60

MEWASPADAI  MUNCULNYA AVIAN INFLUENZA  PADA BEBEK PEKING Oleh : Drh. Fazlul Rahman Avian Influenza (AI) merupakan penyakit viral akut pada  unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A sub  tipe H5 dan H7. Virus ini menyebabkan kematian tinggi  pada unggas, termasuk Bebek Peking. Munculnya kasus  AI pada musim penghujan seperti saat ini, patut untuk  diwaspadai.

Faktor cuaca merupakan salah  satu komponen pemicu stres pada  peternakan Bebek Peking.  Terpicunya faktor stres di dalam  kandang sehingga menurunkan  daya tahan tubuh Bebek Peking,  lebih lanjut dapat menjadi faktor  predisposisi munculnya kasus AI.  Selain faktor stres, keberadaan  unggas carrier juga dapat  menyebabkan penularan AI secara  langsung ataupun tidak langsung  melalui udara yang tercemar oleh  droplet yang dikeluarkan dari  hidung atau mata, juga melalui  feses yang mengandung virus, 

|  Februari 2019  

melalui pencemaran pakan, air  minum, dan peralatan kandang,  yang dapat menularkan penyakit  ini dalam satu kandang atau antar  flok. Berdasarkan pengalaman  Penulis, penyakit ini lebih sering  muncul pada akhir tahun atau  bertepatan pada musim penghujan  terutama bulan November sampai  Januari.  Gejala klinis yang tampak pada  bebek yang terinfeksi virus AI ini  adalah : mengalami  kebutaan,  mata keabuan (cloudy eyes),  berbusa (foamy eyes), bebek  mengalami inkoordinasi syaraf, 

RISET DAN KASUS

Torticolis

lemah, nafsu makan dan minum  turun, yang akhirnya  mengakibatkan penurunan  berat badan. Bebek yang sakit  di kandang cenderung terlihat  berkumpul. Kematian yang semakin  meningkat dari hari ke hari  membuat peternak khawatir  akan adanya penyakit ganas  yang menyerang pada  bebeknya. Peternak biasanya  akan memanggil dokter hewan  untuk menyelidiki penyebabnya.  Hasil bedah yang ditemukan di  lapangan adalah meningitis,  pneumonia, serta petechiae  pada trachea. Ini terjadi pada  salah satu kandang bebek yang  berlokasi di daerah Tangerang,  Banten. Bebek terinfeksi AI  terjadi pada umur 45 hari,  dengan populasi 5.675 ekor,  dengan pola kematian 5 hari  terakhir adalah 20, 35, 55, 120,  dan 130 ekor.  Hasil bedah bangkai di  lapangan menunjukkan adanya  Pneumonia akibat infeksi virus  AI. Pneumonia terjadi karena  suplai oksigen pada sistem  pernafasan, yang terganggu  akibat replikasi virus yang  begitu cepat, dan  mengakibatkan kematian sel.  Virus ini juga mempengaruhi  sistem syaraf sehingga  menimbulkan gejala kepala 

Mata keabuan (cloudy eyes)

Meningitis

AIV Ag Kit tes/ Rapid Tes AI

Pnemonia

Mata berbusa (foamy)

muntir pada bebek atau yang  sering disebut torticolis. Infeksi  sistem syaraf juga  mengakibatkan gangguan  penglihatan bahkan mengalami  kebutaan. Meningitis timbul  akibat replikasi virus yang terjadi  pada otak, sebagai bentuk  perlawanan/pertahanan organ  otak terhadap virus AI, kondisi  inilah yang dapat menimbulkan  inkoordinasi syaraf.  Penetapan diagnosa AI dapat  dilakukan salah satunya dengan  menggunakan AIV Ag Kit Tes/  Rapid test AI, hasilnya  menunjukkan positif AI dengan  dua garis pada C dan T yang  terlihat jelas. Untuk meneguhkan  diagnosa AI, akan lebih baik  apabila sampel kepala dikirim ke  Laboratorium untuk pemeriksaan  PCR.  Sungguh, tidak ada langkah  tunggal ­­yang paling ampuh­­  yang dapat ditempuh untuk  menanggulangi AI di lapangan.  Oleh sebab itu, biosecurity dan  sanitasi sebaiknya diperbaiki dan  dioptimalkan untuk antisipasi  timbulnya kasus AI.  Penambahan celup kaki,  semprot tangan, masker, sepatu  khusus kandang dapat dilakukan  untuk memperketat biosecurity.  Penulis adalah Kontributor  Vetnesia Wilayah Sumatera  Barat.

Februari 2019  |

61

INTERNASIONAL

Kesehatan Hewan Global Bagian 2 (habis)

Oleh : Drh. Tri Satya Putri Naipospos, M.Phil., Ph.D.  Meskipun kesadaran tentang kesehatan global menjadi tantangan bagi semua pihak tanpa terkecuali, namun masih tetap dibutuhkan upaya harmonisasi beragam pendekatan di tingkat multilateral.

dan seringkali memanfaatkan  standar­standar kesehatan hewan  internasional yang dimuat dalam  OIE Terrestrial and Aquatic Animal  Health Code. Upaya membangun  kepercayaan dan transparansi  dengan mengimplementasikan  standar­standar internasional  sangat penting dalam mencapai  kesetaraan dan keadilan antar  negara. Data dan informasi ilmiah  serta standar­standar internasional  keamanan pangan merupakan 

mempromosikan pertumbuhan  ekonomi, ketahanan pangan dan  pengurangan kemiskinan.  Sedangkan transparansi bagi  masyarakat awam (civil society)  berkontribusi dalam membangun  kepercayaan dalam melaksanakan  aksi­aksi publik dan aksi­aksi  dalam sistim multilateral. Resistensi antibiotik Kecenderungan timbulnya  resistensi antibiotik memunculkan  suatu ancaman global terhadap  manusia dan hewan. Kebanyakan  literatur menyatakan konsekuensi  dari munculnya bakteri yang 

Masih banyak pendapat di  kalangan negara­negara anggota  OIE yang menganggap kurangnya  transparansi dalam pelaksanaan  tindakan­tindakan sanitary yang  menyebabkan kurangnya  kepercayaan antara negara mitra  dagang. Perlunya perbaikan  transparansi antar negara Isu­isu transparansi yang  seringkali dihadapi negara­negara  berkembang termasuk Indonesia  adalah (1) transparansi dalam  pelaporan penyakit dan (2)  transparansi dalam penerapan  standar­standar internasional  hewan yang berkaitan dengan  kesehatan dan kesejahteraan  hewan serta keamanan  perdagangan. Transparansi dalam pelaporan  penyakit berarti setiap negara  anggota OIE melaksanakan  pelaporan penyakit hewan yang  terdeteksi di wilayah teritorialnya.  OIE mendesiminasi informasi  tersebut ke seluruh dunia melalui  websitenya, sehingga setiap  negara dapat mengambil aksi  pencegahan yang diperlukan.  Informasi ini termasuk juga  penyakit­penyakit yang dapat  ditularkan ke manusia dan  introduksi patogen baru.  Seperti halnya negara lain,  Indonesia menganggap penting 

62

wyofile.com

barang publik yang sifatnya global  (global public goods) yang  bergantung kepada proses  transparan dan memiliki tujuan. Transparansi dimanfaatkan  secara berbeda­beda oleh  masing­masing pemangku  kepentingan. Transparansi bagi  organisasi internasional dan  anggota­anggotanya digunakan  untuk mendukung adanya suatu  sistim pengaturan multilateral yang  efektif dan inklusif. Transparansi  bagi sektor swasta berkontribusi  bagi terjadinya persaingan yang  sehat dan lingkungan yang stabil,  sehingga memungkinkan sektor  swasta untuk berkembang, dan  pada gilirannya menciptakan  lapangan pekerjaan, 

|  Februari 2019  

resisten terhadap antibiotik dan  penyebarannya di antara hewan  memiliki dampak potensial  terhadap kesehatan masyarakat. Suatu studi memperkirakan  bahwa sekitar 33 ribu orang  meninggal setiap tahun di seluruh  dunia sebagai konsekuensi  langsung dari infeksi yang  disebabkan oleh bakteri yang  resisten terhadap antibiotik.  Sementara itu, suatu laporan  dengan profil yang tinggi  memperkirakan bahwa pada tahun  2050, 10 juta orang akan  meninggal dunia setiap tahun  disebabkan oleh resistensi  antibiotik apabila tidak ada respon  global terhadap masalah ini.  Meski demikian perkiraan 

INTERNASIONAL global tentang beban masalah  resistensi antibiotik yang  sebenarnya dianggap tidak terlalu  informatif. Sampai saat ini masih  diperlukan data yang detil dan  dapat diandalkan dalam upaya  untuk memperbaiki tindakan­ tindakan pengendalian resistensi  antibiotik berdasarkan surveilans  berbasis populasi di negara­ negara berpendapatan rendah,  menengah dan tinggi.  Pada dasarnya, selama ini  area penggunaan antibiotik 

penyakit juga tinggi. Sebagai  contoh peternakan feedlot dimana  anak sapi digemukkan untuk  produksi daging sapi. Penyakit­ penyakit bakterial juga penting di  sektor aquakultur dimana hewan  aquatik, seperti ikan dan udang  dibudidayakan dalam jumlah besar  dengan kontak antar individu yang  sangat dekat.    Ternak unggas, babi  penggemukan, dan ikan paling  banyak diobati dengan antibiotik  secara oral per kelompok melalui 

barvets.com

ditargetkan untuk promosi  pertumbuhan kelompok ternak  (growth promotants), pencegahan  penyakit dan pengobatan  penyakit.  Produk­produk alternatif  — misalnya: vaksin, prebiotik,  probiotik dan modulator kebal —  menyediakan suatu opsi baru bagi  dokter hewan dan peternak untuk  mengurangi penggunaan  antibiotik.  Pada ternak produksi,  beragam penyakit bakterial  menyebabkan ternak sakit dan  penderitaan bagi ternak, sehingga  timbul kerugian ekonomi akibat  gangguan produksi. Penyakit­ penyakit pernafasan dan  pencernaan merupakan yang  terpenting pada beberapa spesies,  dan mastitis adalah yang paling  utama pada ternak yang dipelihara  untuk produksi susu.  Pada ternak produksi  semacam ini dimana kepadatan  ternak tinggi, risiko wabah 

pakan atau air, sedangkan pada  ternak sapi, kerbau, dan babi  pembibitan diobati secara  individual menggunakan formulasi  yang diinjeksikan ke tubuh hewan. Akses, rasional dan motif  penggunaan antibotik untuk  produksi hewan pangan secara  global sangat bervariasi. Di  beberapa negara terdapat  sejumlah pembatasan terhadap  akses dan penggunaan antibiotik  bagi ternak produksi, tetapi di  negara­negara lain penggunaan  antibiotik diatur secara ketat dan  antibiotik hanya dapat diberikan  setelah ada resep dari dokter  hewan. Disamping penggunaan  teurapetik dan profilaksis,  antibiotik juga digunakan untuk  memperbaiki pertumbuhan ternak  produksi dengan menyertakan  antibiotik dosis rendah dalam  pakan. Penggunaan semacam ini  dianggap kontroversial mengingat 

risiko munculnya resistensi  antibiotik dan seleksi bakteri  resisten, sehingga dainggap  menjadi ancaman utama bagi  kesehatan hewan maupun  kesehatan manusia.  Penggunaan antibiotik sebagai  pemacu pertumbuhan (growth  promoters) sudah dilarang di  sejumlah negara di dunia.  Pertama kali oleh Swedia pada  tahun 1986, diikuti oleh negara­ negara lain, dan pada tahun 2006  sudah dilarang di seluruh negara­ negara Uni Eropa. Indonesia juga  sudah melarang penggunaan  antibiotik sebagai pemacu  pertumbuhan sejak tahun 2018. Untuk memitigasi dampak  penyakit­penyakit bakterial  tersebut, antibiotik haruslah  digunakan secara teurapetik untuk  mengobati hewan sakit dan untuk  profilaksis untuk mengantisipasi  jika terjadi wabah penyakit pada  individu ternak atau kelompok  ternak.   Di Amerika Serikat, industri  peternakan besar seperti Tyson  dan Perdue telah melakukan  respon terhadap permintaan  konsumen untuk mengurangi atau  menghilangkan penggunaan  antibiotik dalam pemeliharaan  ternak. Dalam beberapa tahun  terakhir, perusahaan­perusahaan  makanan cepat saji raksasa  seperti McDonald’s, Subway,  Kentucky Fried Chicken (KFC) dan  lainnya berkomitmen untuk  menghentikan pembelian daging  ayam dan daging sapi yang  dipelihara dengan menggunakan  antibiotik yang penting bagi  kedokteran manusia. Dalam pelayanan kesehatan  hewan, anjing dan kucing adalah  hewan yang paling banyak hadir di  klinik dan rumah sakit hewan. Di  rumah sakit hewan yang modern,  peralatan diagnostik yang canggih  biasanya tersedia, dan terdapat  peluang yang terbaik untuk  dilakukan perawatan intensif dan  bedah. Dalam hal semacam ini,  ada kepadatan hewan yang tinggi  dan penggunaan antibiotik sering  terjadi, terutama untuk infeksi  nosokomial.  Dalam dekade terakhir  terdapat jumlah laporan yang  meningkat dari rumah sakit  mengenai infeksi pada orang 

Februari 2019  |

63

INTERNASIONAL dengan bakteri gram negatif  multiresisten, yang terkait dengan  resistensi terhadap generasi  ketiga cephalosporin atau  carbapenems pada anjing. Meskipun konsekuensi  resistensi sebagian besar adalah  negatif, akan tetapi pendalaman  terhadap bobot masalah dan fokus  dari kalangan masyarakat ilmiah  dan media terhadap isu ini juga 

nasional tersebut akan menjadi  efisien apabila setiap negara  menghormati dan  mengimplementasikan perjanjian­ perjanjian, regulasi dan standar­ standar antar negara yang sudah  ada.  Penghormatan terhadap  kewajiban seperti itu akan  memungkinkan terjadinya  harmonisasi global dalam 

agric.wa.gov.au

pengembangan alternatif antibiotik  untuk menangani resistensi  penyakit.  Untuk mempromosikan  penggunaan antibiotik yang bijak  dan bertanggung jawab oleh  dokter hewan, maka pedoman­ pedoman internasional dan  nasional harus diterbitkan dan  dipatuhi untuk mendapatkan  tujuan ganda yaitu memastikan  efikasi teurapetik dan memitigasi  resistensi. Di masa depan, perawatan  kesehatan hewan peliharaan dan  ternak produksi harus memiliki  tujuan yang sama yaitu  mengurangi insidensi penyakit­ penyakit hewan menular dengan  mengurangi kebutuhan antibiotik.  Hal ini bahkan menjadi relevan,  mengingat saat ini sangat tidak  mungkin kelas antibiotik baru akan  tersedia untuk penggunaan pada  hewan. Apabila kelas antibiotik  baru tersedia dan akan dipasarkan  di masa depan, antibiotik tersebut  mungkin terbatas hanya untuk  penggunaan pada manusia saja.   Selanjutnya hal ini akan 

memberikan aspek yang positif.  Kemunculan resistensi telah  menjadi suatu insentif bagi  pengembangan, evaluasi dan  adaptasi dari rejim­rejim lain yang  digunakan untuk pengobatan atau  pencegahan.  Upaya Indonesia ke depan Upaya Indonesia dalam  pencegahan dan pengendalian  penyakit hewan menular harus  didasarkan atas tatacara  pemerintahan yang baik dengan  menerapkan legislasi, kebijakan  dan metoda yang tepat.  FAO, OIE  dan WHO telah mengidentifikasi  aksi­aksi prioritas ‘One Health’,  yaitu rabies, influenza zoonotik,  resistensi antimikroba, begitu juga  pengendalian penyakit­penyakit  zoonotik pada sumbernya yaitu  hewan. Siskeswannas yang dibangun  dan dikembangkan Indonesia  harus mematuhi prinsip­prinsip  tatacara pemerintahan yang baik,  sehingga mampu melakukan  deteksi dini, respon cepat,  pertukaran data, dan transparansi  dalam notfikasi penyakit dan  komunikasi antar negara. Sistim 

64

agric.wa.gov.au

kebijakan­kebijakan dan metoda­ metoda pencegahan dan  pengendalian penyakit hewan,  serta juga sangat relevan dengan  kepentingan surveilans dan  pencegahan resistensi  antimikroba. Disamping itu, inovasi dan  bioteknologi menjanjikan suatu  dukungan di masa depan bagi  upaya meningkatkan diagnostik  dan genomik yang diaplikasikan  untuk pengembangan vaksin­ vaksin generasi baru untuk  mencegah penyakit dan juga 

|  Februari 2019  

mendorong upaya­upaya untuk  memitigasi muncul dan  menyebarnya resistensi terhadap  antibiotik yang saat ini ada di  dunia kedokteran hewan melalui  program­program  penatalaksanaan antibiotik  (antibiotic stewardship), termasuk  tindakan­tindakan seperti  biosekuriti dan lainnya untuk  mempertahankan agar ternak  tetap sehat tanpa penggunaan  antibiotik. Penulis adalah Ketua II PB PDHI)

INTERNASIONAL

Dokter Hewan Negeri Kanguru,  Dengan Citarasa Nusantara Oleh: Drh. Malik Abdul Jabbar Zen

Namanya Peter Nugroho,  seorang Warga Negara Indonesia  kelahiran Jakarta, seorang dokter  hewan yang membuka praktik di  pedalaman Australia. Di sebuah  kota kecil bernama Katherine di  negara bagian Northern Theritory.  Dokter Peter nama panggilan  akrabnya, saat ini bekerja sebagai  Associate Veterinarian di  Katherine Vet Care sebuah klinik  kesehatan hewan swasta di pusat  kota katherine. Peter yang jebolan  James Cook University di  Townsville ini memiliki rasa sayang  dan empati yang tinggi kepada  hewan sejak masih kecil, hal  tersebutlah yang mendorong cita­ citanya untuk menjadi dokter  hewan. Perjuanganya untuk  berkuliah di negeri kanguru tidak  mudah, dia mencoba untuk  mendaftar ke semua universitas di  Australia yang memilki jurusan  kedokteran hewan. Akhirnya,  James Cook University di  Townsville, Negara bagian  Queensland, menjadi tempat  berlabuhnya. Ia diberikan 

beasiswa penuh untuk  mengenyam pendidikan  Kedokteran Hewan yang  ditempuhnya dalam lima tahun.  Di klinik tempatnya bekerja  saat ini hampir semua hewan  ditanganinya, mulai anjing, kucing,  sapi, kuda, burung, bahkan buaya.  Keragaman kasus dan hewan  yang dihadapi di sini mewakili  hasrat Peter yang sebenarnya  sebagai seorang dokter hewan.  Fokus utamanya dalam bekerja  adalah ingin membantu  meningkatkan animal welfare dan  membantu para pemilik hewan  atau peternak. Dalam bertugas  Peter lebih banyak menangani  hewan besar seperti sapi dan  kuda. Layanan pada sapi biasanya  adalah pregnancy check pada sapi  betina yang akan diekspor. Dalam  satu hari Dokter Peter mampu  melakukan pregnancy check  dengan metode palpasi rectal  kepada 500­1000 ekor sapi.  Beberapa pengalaman menarik  yang tak terlupakan saat bertugas  salah satunya adalah tersesat di 

tengah peternakan saat  melakukan pregnancy check di  salah satu property (baca:  peternakan sapi) yang luasnya  hampir 1.000.000 Ha. “Belajar dari  pengalaman itu, saat ini saya  selalu membawa radio di mobil  sehingga saat tersesat dapat  langsung melakukan kontak  dengan orang yang ada  disekitarnya karena area property  merupakan daerah di luar signal  handphone,”  ujarnya.  Dalam  melakukan layanan  pada pasien Peter bisa  menempuh jarak hingga 600 km  sehingga kliniknya saat ini memilki  dua pesawat berukuran kecil untuk  mejangkau pasien­pasiennya. Dari  berbagai kasus dan hewan yang  ditanganinya, kasus yang masih  menjadi challenge bagi dirinya  adalah penanganan terhadap  hewan kecil seperti anjing dan  kucing, karena banyak sekali  ragam penyakit yang diderita  sehingga dalam penegakan  diagnosa cukup membutuhkan  waktu, selain itu kasus lainnya  adalah kasus yang berhubungan  dengan orthopedic. Profesi sebagai dokter hewan 

Februari 2019  |

65

INTERNASIONAL swasta di Australia sendiri sangat  didukung oleh pemerintah. Hal  tersebut tercermin dari dokter  hewan swasta Australia yang  sangat independen dan  transparan dalam melakukan  pelayanan yang meliputi,  investigasi, pencegahan, dan  pengendalian pada penyakit.  Dokter hewan swasta merupakan  kepanjangan tangan dari  Pemerintah Australia. Semisal  dalam penanganan wabah suatu  penyakit, dokter hewan swasta  merupakan tonggak utama dalam  melakukan investigasi dan  melakukan komunikasi dua arah  baik kepada peternak sebagai  klien dan kepada pemerintah  setempat sebagai laporan.  Bilamana penyakit tersebut  bersifat pandemic dan merupakan  penyakit hewan menular strategis  semisal Food and Mouth Disease  (FMD), Antraks, maka tim State  Veterinary Officer (dokter hewan  pemerintah) akan turun tangan,  namun apabila penyakit hewan  tersebut bersifat endemik seperti  pneumonia dan infertility cukup  ditangani dokter hewan swasta.  Dalam melakukan upaya  investigasi penyakit, dokter hewan  swasta dan peternak di­support  oleh pemerintah dalam bentuk  financial dan peralatan. Walaupun  hal tersebut bisa dikatakan tidak  mudah dan menguras tenaga  maupun pikiran, karena dokter  hewan swasta dituntut oleh  peternak maupun pemerintah  untuk bekerja cepat dalam  menemukan penyebab timbulnya  wabah dan cara  menanggulanginya.  Terkait dengan upaya  preventif, contoh dalam hal ini  adalah dalam penyakit Food and  Mouth Disease, walaupun  Australia merupakan daerah  bebas Food and Mouth Disease  pemerintah Australia mengutus  delegasi dokter hewan, termasuk  Peter untuk belajar dan training  dalam penanganan dan  pemberantasan kasus Food and  Mouth Disease yang berada di  Nepal melalui program Emergency  Animal Disease Training (EAD).  “Walau penyakit hewan besar  seperti sapi yang bersifat  pandemic dan sporadic sangat 

66

jarang ditemui di Australia, namun  pemerintah Australia memiliki  concern terhadap upaya­upaya  pencegahan dan pengendalian  penyakit melalui Australian  Veterinary Emergency Plan  (AUSVETPLAN) dan beberapa  program lainnya dimana ketika  ada outbreak wabah penyakit  dokter hewan telah siap  menanggulangi. Hal tersebut  menjadi penting, karena hewan  ternak khususnya sapi merupakan  salah satu komoditas penting yang  berperan dalam perekonomian  Australia,” jelas Peter. Terkait dengan artikel berita  beberapa waktu lalu yang dirilis  oleh portal berita ABC Australia  yang memuat isu “Profesi Dokter  Hewan Australia Mengalami stres  lebih tinggi dibanding profesi lain”.  Peter tidak menepisnya, bahkan  menurutnya dua orang kolega  dokter hewan saat kuliah dulu  telah mengalami stress mental  dan akhirnya overdosis karena  penyalahgunaan obat bius dan  sudah tidak melakukan praktik.  Hal tersebut kebanyakan terjadi  pada dokter hewan yang  berpraktik di Kota Besar yang  terlalu mengalami tekanan dari  klien dan financial problem.  Beberapa dari mereka dalam  melakukan pelayanan diminta  melakukan pelayanan yang  maksimal, namun ketika hewan  milik klien tersebut tidak tertolong,  terkadang beberapa klien enggan  melakukan pembayaran, biaya  perawatan yang terkesan mahal  karena dalam hal pelayanan  kesehatan hewan di Australia tidak  kalah dengan melakukan  pelayanan kesehatan pada  manusia, terutama dari segi  fasilitas dan alat kesehatan yang  digunakan namun tidak ada  subsidi kesehatan yang diberikan  pemerintah. Sehingga hal tersebut  berdampak pada financial problem  yang dihadapi dokter hewan.  Beruntung menurutnya, Ia tinggal  di kota kecil pedalaman Australia  yang kliennya masih cukup  berempati dengan usaha dokter  hewan dalam melayani dan  menangani pasiennya. Menurut  Peter, Australian Veterinary  Association (AVA) mengambil  peran cukup penting dalam hal ini, 

|  Februari 2019  

yakni selain melakukan advokasi  bagi membernya, AVA juga  memberikan bantuan berupa  pemulihan kondisi psikis yang  dihadapi dokter hewan, termasuk  layanan konseling 24 jam, dana  kebajikan, dan pelatihan. Walaupun Peter tinggal di  Australia, Ia tidak ketinggalan info  seputar kondisi peternakan dan  kesehatan hewan di Indonesia.  Peter menilai, dengan kondisi  peternakan tradisional yang  menerapkan model cut and carry  smallholder group seperti saat ini,  sebenarnya peternak Indonesia  sudah cukup baik dan cerdik  memecahkan masalahnya karena  setiap model peternakan memiliki  tantangan tersendiri. Walau jika  dibandingkan dengan Australia  masih jauh dari kata efisien,  karena di Australia sendiri satu  orang stockman (baca: anak  kandang) bertanggung jawab  terhadap 2.000 ekor sapi.  Keinginan terbesarnya adalah bisa  kembali ke Indonesia dan  mengabdikan profesinya untuk  membantu upaya swasembada  daging sapi di Indonesia.  Menurutnya ia masih butuh  banyak belajar dan mendalami  terkait hal itu. Pesan yang selalu  dingatnya adalah stay passionned  karena bekerja menjadi dokter  hewan itu tidak mudah, oleh  karena tidak mudah maka segera  kerjakan dan teruslah belajar.  Penulis adalah Kontributor  Vetnesia Wilayah Jatim II

INTERNASIONAL Era globalisasi seperti  sekarang menuntut kita untuk  mengembangkan diri dan  menambah keahlian yang kita  miliki. Sebagai dokter hewan yang  ingin terjun di dunia bisnis,  memiliki keahlian di bidang ilmu  kedokteran hewan saja tidaklah  cukup. Itulah yang dirasakan oleh  Fendy Fadillah Akbar, dokter  hewan muda yang mengambil  program Master of International  Business Management di  Newcastle University, Inggris.  Fendy memilih jurusan tersebut  karena ilmu bisnis yang diberikan  cukup lengkap dan berskala  internasional, seperti strategy for  managers, international marketing,  international business strategy,  managing organisation and  change, international  entrepreneurship dan masih  banyak lainnya. Menurutnya,  dengan mengambil master  dibidang tersebut akan  mendatangkan banyak manfaat,  terutama karena Fendy ingin  terjun ke bidang bisnis veteriner.  Bukan sembarang bisnis,  Fendy ingin menggabungkan  keahliannya di dunia veteriner  dengan ilmu bisnis yang  didapatnya. Menurutnya, keahlian  teknis yang mumpuni harus  diimbangi dengan kemampuan  manajerial yang baik. Sebagai  contoh adalah seorang dokter  hewan yang ingin membangun  perusahaan obat.  Selain  kemampuan teknis di bidang  veteriner, diperlukan ilmu  manajemen dan bisnis untuk  mengembangkan usaha tersebut  agar produknya dapat dipasarkan  dengan baik. Selain itu, untuk  dapat menjalankan perusahaan  dengan baik, dokter hewan  tersebut dituntut untuk paham  mengenai budget planning,  organising company and human  resources, dan lainnya. Ilmu  tersebut tentu tidak didapatkan  saat kuliah dokter hewan,  sehingga menurut Fendy sangat  penting untuk belajar manajemen  bisnis bagi dokter hewan yang  berniat berkecimpung di dunia  bisnis.  Fendy memiliki alasan  tersendiri mengapa memilih  Inggris sebagai tempat untuk 

VETS LEARN BUSINESS?  WHY NOT? Oleh : Drh. Aprilia Maharani

belajar manajemen bisnis.  Pertama adalah ketersediaan  program yang ia inginkan, yaitu  International Business  Management. Program ini  mempelajari manajemen bisnis  yang berorientasi pada pasar  global atau lintas negara. Hal  tersebut tentunya akan lebih  mudah untuk dipelajari di suasana  internasional, dimana dia dapat  berinteraksi dengan orang ­ orang  dari berbagai negara sekaligus  membangun jaringan yang akan  berguna nantinya saat ia memulai  bisnis. Alasan lainnya yaitu karena  sistem pendidikan di United  Kingdom (UK) dapat dikatakan  sebagai salah satu yang terbaik di  dunia dengan para pengajarnya  yang profesional dan disiplin.  Newcastle University sendiri  adalah salah satu perguruan tinggi  terbaik di Inggris yang termasuk  ke dalam Russel Group  Universities bersama dengan  universitas lainnya seperti  University of Cambridge,  University of Oxford, Imperial  College London dan lainnya.  Fasilitas yang ditawarkan terhadap  mahasiswanya juga cukup 

banyak, seperti perpustakaan  yang buka 24 jam setiap hari,  jaringan kerjasama ke berbagai  perusahaan internasional, career  service yang sangat proaktif  terhadap mahasiswanya, dan  masih banyak lagi. Bahkan pihak  kampus sangat mendukung start­ up mahasiswa dengan berbagai  program pembinaan dan  pendanaan untuk usaha­usaha  tersebut. Hal menarik lainnya  adalah letak business school yang  hanya bersebrangan dengan  stadion sepak bola milik  Newcastle United. Di Inggris, sebagian besar  program Master ditempuh hanya  dalam jangka satu tahun, begitu  juga dengan program yang diambil  oleh Fendy. Dengan jangka waktu  yang cukup singkat, mata kuliah  yang diberikan cukup padat dan  mahasiswa dituntut untuk  mampu  membagi waktu belajarnya  dengan baik. Meskipun yang  mengambil program ini  kebanyakan berlatar belakang  ekonomi, bisnis, manajemen atau  ilmu sosial lainnya, ada juga yang  datang dari latar belakang profesi  lainnya, seperti arsitek, lawyer, 

Februari 2019  |

67

INTERNASIONAL

biochemist, electrical engineer  bahkan aviation engineer. Fendy  berpendapat bahwa di era  globalisasi sekarang, trennya  adalah mengkolaborasikan  berbagai latar belakang keilmuan.  Dia melihat bahwa berbagai  profesi lain seperti dokter, arsitek,  pengacara sudah banyak yang  mengkolaborasikan keilmuannya  dengan ilmu manajemen. Di  Inggris sendiri sudah ada  perguruan tinggi yang  menawarkan program sertifikasi  bisnis manajemen bagi dokter  hewan, yaitu University of  Liverpool yang menawarkan  program Postgraduate  Certification of Veterinary  Business Management  (PgCert.VBM). Ia mengakui pada awalnya  sulit melakukan transisi ilmu, dari  yang sebelumnya terbiasa dengan  ilmu eksakta dan sekarang dituntut  untuk terbiasa dengan ilmu sosial.  Sistem Pendidikan yang  mengutamakan kerjasama dan  menghargai perbedaan kultur  melatih Fendy untuk terbiasa  dengan situasi kerja internasional.  Banyaknya project kelompok,  menurutnya menambah  pengalaman bekerja dalam situasi  yang benar­benar berbeda dengan  di Indonesia. Perbedaan  pendapat, kultur dan perspektif  adalah hal yang biasa, namun  para mahasiswa dituntut untuk  bekerjasama menghasilkan output  project yang baik. Ia bercerita  bahwa di kampusnya tidaklah  mudah untuk mendapat nilai  bagus, karena dosen­dosennya  memiliki standar penilaian yang 

68

cukup tinggi. Namun, tantangan  dan kesulitan tersebut tidak  membuat Fendy down, justru  membuatnya semakin terpacu  untuk belajar. Menurut Fendy, prospek bisnis  di bidang veteriner sangat besar.  Prospek bisnis di sektor ternak  mulai dari hulu ke hilir menjadi  yang paling menjanjikan di  Indonesia karena populasi  penduduknya yang terbesar ke­4  di dunia dan tentunya dibutuhkan  ternak sebagai penghasil protein  hewani untuk memenuhi  kebutuhan pangan. Sangat  disayangkan bahwa banyak  penelitian bagus dan solutif yang  punya potensi besar, namun  hanya berhenti di kertas saja.  Harusnya penelitian – penelitian  tersebut dapat diaplikasikan  menjadi berbagai produk yang  prospektif untuk dipasarkan.  Menurutnya, dengan era  globalisasi seperti ini, Indonesia  jangan hanya menjadi market dari 

|  Februari 2019  

perusahaan­perusahaan  multinasional saja, berbagai  perusahaan Indonesia ke  depannya harus mampu ikut  meramaikan persaingan industri  peternakan di berbagai negara di  luar sana. Selain sektor  peternakan, industri pakan hewan  peliharaan juga dikatakannya  memiliki potensi pasar yang cukup  tinggi. Hal ini dilihat dari tren  memiliki hewan peliharaan yang  makin meningkat, namun  sebagian besar produsen adalah  dari luar negeri. Fendy juga  melihat bahwa kedepannya akan  muncul berbagai perusahaan  start­up baik itu offline atau online  yang akan membanjiri bidang  kehewanan, oleh karena itu,  dokter hewan dituntut untuk selalu  mampu beradaptasi dan kreatif  dalam perkembangan zaman. Berikut adalah pesan dari  Fendy untuk kolega “Dengan era  globalisasi seperti sekarang dan  zaman yang cepat berubah, dokter  hewan harus mengikuti  perkembangan zaman.  Dibutuhkan kemampuan  manajerial dalam mengelola  keahlian yang kita miliki. Selain itu,  kita juga harus membuka diri  dengan ilmu lain dan berusaha  catch­up. Karena mungkin suatu  saat nanti kita butuh dokter hewan  yang belajar hukum, dokter hewan  yang belajar computer science,  dokter hewan yang belajar ilmu  elektronik atau bahkan dokter  hewan yang mungkin saja belajar  arsitektur. Dan saya yakin, profesi  dokter hewan di Indonesia akan  maju!”. Penulis adalah Sekretaris  Redaksi Majalah Vetnesia

KABAR KAMPUS International Veterinary  Students Association atau lebih  dikenal dengan sebutan IVSA baru  saja menggelar simposium ke 67  di Seoul dan Jeonju, Korea  Selatan. Kegiatan yang  berlangsung selama sembilan hari  ini diikuti oleh 150 delegasi dari 31  negara. Pada kesempatan ini, 10  mahasiswa Fakultas Kedokteran  Hewan dari 5 Universitas  terkemuka di Indonesia  berkesempatan untuk berangkat  dan mewakili IVSA Chapter  Indonesia (IMAKAHI). Rangkaian kegiatan simposium  dimulai pada tanggal 14 Januari  2019 meskipun secara resmi 67th  IVSA Symposium dimulai pada  keesokan harinya dengan  sambutan oleh ketua  penyelenggara, President of IVSA  Global, dan juga Wakil Dekan  Fakultas Kedokteran Hewan Seoul  National University. Kegiatan tahunan IVSA ini  merupakan salah satu forum  tertinggi IVSA yang tersusun atas  beberapa sidang umum yang  bertujuan untuk membahas  langkah strategis akan peran IVSA  dalam masyarakat global serta  merupakan forum pemilihan  President of IVSA yang baru. Pada  simposium ini Elwin van  Oldenbergh dari IVSA The  Netherlands berhasil menjadi  presiden terpilih IVSA Global  2019/2020, tak mau kalah,  terdapat juga dua mahasiswa  Indonesia yang memegang peran  penting dalam struktural IVSA  Global. Andre Firmansyah dari  Universitas Gadjah Mada dan  Cahyani Fortunitawanli dari Institut  Pertanian Bogor berperan sebagai  Public Relation Coordinator dan 

Delegasi Indonesia dalam sesi Cultural Night

IMAKAHI Di 67th IVSA Symposium

Andre Firmansyah (Baris pertama paling kiri) dan Cahyani Fortunitawanli (Baris kedua paling kanan) dalam  jajaran pengurus IVSA Global.

sekretaris yang sudah mulai  menjabat sejak 2018 lalu.  Di acara simposium ini,  IMAKAHI berkesempatan untuk  mempromosikan fakultas  kedokteran hewan serta  kesempatan untuk magang atau  internship di Indonesia bagi  delegasi­delegasi negara lain  melalui sesi International Stand.  Dari sesi International Stand  tersebut diharapkan mahasiswa  dapat mempopulerkan dunia  kedokteran hewan serta wisata  alam di Indonesia. Selain mempromosikan dunia  kedokteran hewan Indonesia,  melalui sesi Cultural Night,  IMAKAHI juga berkesempatan  unutk memperkenalkan  kebudayaan serta atribut budaya  Indonesia. Makanan serta  souvenir khas Indonesia pun  cukup populer dikalangan para  delegasi, bahkan tak sedikit  delegasi yang juga  mengungkapkan bahwa mereka  pernah berkunjung ke Indonesia  dan sangat mengagumi Indonesia. 67th IVSA Symposium 

Delegasi Indonesia dalam sesi International Stand 

dirancang dengan sangat hebat  oleh panitia penyelenggara  dengan menghadirkan berbagai  kuliah umum oleh para ahli  dibidangnya, para delegasi juga  diperkenankan memilih satu dari  tiga kelas pilihan yang tersedia  diantaranya : ­ Veterinary Emergency Medicine  oleh dr. Minsoo Kim ­ Oriental Veterinary Medicine oleh  dr. Musook Kang ­ Veterinary Oncology & Veterinary  Career Exploration oleh dr. Kim  Hillers Selain berfokus pada pendidikan  dan kebudayaan, kegiatan ini juga  penuh dengan aktivitas menarik  serta kunjungan­kunjungan ke  tempat bersejarah yang ada di  Seoul dan Jeonju seperti Yongsan  War Memorial, Korea Horse  Racing Authority, Jeonju Hanok  Village dan juga Gyeongbokgung  Palace. IVSA sebagai satu­satunya  organisasi mahasiswa kedokteran  hewan dalam tingkat global juga  menunjukkan pengaruh positifnya  dengan menyelenggarakan lelang  terbuka dan lelang tertutup. Hasil  dari dana yang terkumpul ini  nantinya akan digunakan untuk  kegiatan sosial seperti beasiswa,  pengiriman buku tentang  kedokteran hewan kepada  sekolah­sekolah yang  membutuhkan di Afrika Selatan  (Vet Books for Africa) dan juga  misi pemberantasan rabies di  beberapa negara (Mission  Rabies). Arindraka Pratama,  IMAKAHI

Februari 2019  |

69

KABAR KAMPUS Kunjungan Departemen Farmakologi FKH UGM  ke Departemen Farmakologi FKH dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan  Universitas Brawijaya

Pada tanggal 11 Februari  2019 lalu,, Departemen  Farmakologi FKH UGM yang  dikepalai oleh Dr. Drh. Agustina  Dwi Wijayanti, MP, melakukan  kunjungan studi banding sekaligus  saling sharing mengenai  perkembangan keilmuan  farmakologi  terutama tentang  farmasi dan juga sekaligus  memperkenalkan konsep apotik  veteriner yang sedang jadi  trending topic di kalangan  mahasiswa kedokteran hewan, ke  departemen Farmakologi FKH  Universitas Brawijaya Malang dan  Rumah Sakit Hewan Pendidikan  Brawijaya Malang.  Rombongan yang terdiri atas  6 orang anggota diterima oleh  Wakil Rektor 1 FKH Universitas  Brawijaya,  Prof. Dr. Aulanni'am,  rh., DES., Wakil Dekan 1, Drh.  Dyah Ayu OAP., M Biotech dan  Wakil Dekan 2, Dr. Dra. Herawati,  MP, Kaprodi Drh.Fajar Shodiq  Permata, M. Biotech,  dan tak lupa  juga  kepala departemen Dhita Evi  Aryani, S. Farm, Apt., M. Farm.  Klin.  Sesudah diterima dengan  ramah dan penuh dengan  suasana kekeluargaan, 

70

selanjutnya masing­masing pihak  mempresentasikan dan saling  sharing kegiatan departemen dan  juga penelitian­penelitian yang  sedang ataupun sudah dilakukan.  Menurut apoteker apotik 

veteriner FKH UGM,  Ida Fitriana  S. Farm., Apt., Msc,  kunjungan ini  juga merupakan salah satu sarana  untuk memperkenalkan konsep  apotik veteriner.  Kunjungan diakhiri dengan  sesi foto bersama dan visiting  Rumah Sakit Hewan Pendidikan  FKH Brawijaya.  Kedua pihak berharap  kerjasama yang baik ini akan terus  berlanjut dan tetap bisa saling  mendukung di masa yang akan  datang. Drh. Antonia Agnes,  Kontributor Vetnesia wilayah  Yogyakarta 

Coming Soon  Menyonsong Revolusi Industri 4.0 MUKERNAS IMAKAHI 2019 Setelah sukses­nya  Musyawarah Nasional IMAKAHI  2019 di Universitas Wijaya  Kusuma Surabaya. Mahasiswa  Kedokteran Hewan se­Indonesia  dipertemukan kembali di acara  nasional IMAKAHI yaitu  Musyawarah Kerja Nasional 2019  dengan tuan rumah Universitas  Brawijaya, Malang. Musyawarah  Kerja Nasional merupakan suatu  agenda tahunan yang dilakukan  sebagai wadah perjuangan profesi  dan penghubung dalam merangkul  para civitas dalam bidang medis  veteriner dalam lingkup  mahasiswa dimana acara ini  menjadi kegiatan Musyawarah  dalam membahas bagaimana  arahan IMAKAHI satu tahun  kedepannya. Pengurus cabang IMAKAHI  beranggota­kan beberapa  universitas se­Indonesia yaitu  Universitas Syiah Kuala, Institut  Pertanian Bogor, Universitas  Gadjah Mada, Universitas  Brawijaya, Universitas Wijaya 

|  Februari 2019  

Kusuma Surabaya, Universitas  Airlangga, Universitas Udayana,  Universitas Hasanuddin,  Universitas Nusa Cendana,  Universitas Nusa Tenggara Barat,  dan Universitas Padjajaran.  MUKERNAS IMAKAHI telah  dilakukan selama 20 kali, di  Universitas Brawijaya menjadi  tuan rumah MUKERNAS IMAKAHI  XXI bertajuk “Menghadapi  Tantangan Revolusi Industri 4.0  bersama IMAKAHI”. Mengangkat  tema tersebut, revolusi industri  generasi cepat tidak hanya  menediakan peluang, tetapi juga  tantangan bagi generasi milenial.  Revolusi industri memiliki  dampak hampir di seluruh sektor,  termasuk bidang medis veteriner.  Harapannya, IMAKAHI dapat  dijadikan wadah bagi mahasiswa  Kedokteran Hewan Indonesia  dalam mempersiapkan diri untuk  mampu menghadapi tantangan  tersebut dan dapat berkontribusi  terhadap profesi. Arindraka  Pratama, IMAKAHI

RUANG DOKTER

Instruksi Harus Detail ! Instruksi yang baik adalah  instruksi yang detail dan merinci.  Jika tidak, arahan atau instruksi  yang kita berikan bisa tidak sesuai  dengan ekspektasi (harapan) sang  pemberi instruksi. Hal ini serupa  dengan pengalaman yang saya  alami pertengahan tahun 2018 lalu  di klinik Elnemr Veterinary Service  cabang Sungai Hanching, Muara,  Brunei Darussalam.  Kisah ini diawali dengan  datangnya seorang klien  keturunan etnis tionghoa dengan  asistennya yang saya kurang tahu  dari mana, namun dari bahasanya  menyerupai Bahasa Thailand,  karena saya salah satu pecinta  drama Thailand. Mereka datang  dengan anjing German Sheperd  berusia lebih kurang 1,5 Tahun  dengan keluhan ada luka di area  kakinya. Untuk sekedar informasi,  asisten ini tidak terlalu baik  bahasanya. Tidak bisa berbahasa  melayu, dan  Bahasa Inggrisnya  ala kadarnya saja. Jadi, semua  intruksi diberikan dalam bahasa  inggris 30% dan selebihnya  menggunakan instruksi bahasa  tubuh. Akhirnya giliran mereka  untuk masuk ke ruang periksa  setelah melakukan registrasi di  resepsionis. Seperti biasa, saya  sebagai dokter hewan jaga 

Oleh : Drh. Habyb Palyoga

Brangus (Muzzle) yang digunakan dalam kasus ini

mempersilahkan mereka masuk,  kemudian saya mulai melakukan  anamnesa kepada pemilik hewan  yang memiliki wajah Chinese ini.  Sambil si klien bercerita tentang  histori luka di kaki anjingnya, saya  mengambil brangus (alat untuk  membungkam mulut anjing) dan  kemudian memberikan instruksi  kepada pria Thailand ini.  “Please put the muzzle on!” “Mohon pasangkan  brangusnya!” (Sambil melirik kearah  anjingnya) Kemudian saya langsung  fokus ke klien lagi untuk  menanyakan anamnesa lain  tentang anjingnya. Sedangkan  asisten medik saya masih sibuk 

mempersiapkan termometer dan  alat­alat pemeriksaan lainnya. Dan  betapa kagetnya saya ketika  asisten saya berteriak setelah dia  selesai dengan kegiatannya.  “To the dog… to the dog!”  “ke anjing… ke anjing!”  ungkap si asisten medik.  Pandangan saya langsung  tertuju ke arah pria Thailand ini.  Betapa kagetnya saya, dia  berusaha mengalungkan muzzle  itu ke arah mulutnya dan  melingkarkan ke lehernya dan  hampir saja (muzzle tersebut)  terpasang sempurna. Kemudian  saya langsung menarik brangus  itu dari wajahnya dan memberikan  instruksi selanjutnya.  “This one, for dog!” “yang ini untuk anjing” sambil  menunjuk ke arah anjingnya Kamu pasti sudah tahu apa  yang terjadi berikutnya kan?  Semua orang tertawa terbahak­ bahak. Mulai dari saya, asisten  klinik, pemilik anjing bahkan pria  Thailand ini pun tertawa terbahak­ bahak sambil mengoceh dengan  bahasa daerahnya. Jadi, lain kali semua instruksi  harus detail dan rinci ya!. Penulis  adalah Praktisi di Elnemr  Veterinary Clinic Brunei  Darussalam

Februari 2019  |

71

RUANG DOKTER

Antara Blacky, Jarum Suntik  dan Mas­Mas Ber­tatoo Oleh : Drh. Antonia Agnes Budiastri C. Jam sudah menunjukkan  pukul 20.30 WIB saat sebuah  telpon masuk.  "Dokkkk,  ada dirumah gak?  Praktek gak?  Mau vaksinin Blacky  nihhh", sebuah suara manis manja  riang seorang client menyapa dari  seberang.  "Halooo Buuu,  bolehhh sini  aja. Kebetulan saya baru selesai  operasi. Gak ada pasien sakit kok  hari ini,  jadi aman bisa vaksin" "Okeee,  kesitu ya Dokkk. Tar  yang bawa Blacky kesitu Mbak'e  sama kennel boy yang baru ya.  Nanti biayanya saya transfer aja  yak seperti biasa? " "Siappp, Buuu" Setengah jam kemudian,   datanglah Blacky. Oiya,  Blacky  adalah seekor Rottweiller jantan  gagah berusia 3 tahun,  cukup  dominan tapi untungnya baik hati  deh dan nurut sama Bu Dokter.  Cieee... Dan kali ini Blacky datang  ditemani seorang pria kekar ber­

72

tatoo dengan celana jeans sobek­ sobek ala­ala kekinian. Si embak  lalu memperkenalkan diri,  "Ini mas'e yang sekarang  ngurusi Blacky dok" Oh, ok. Bu Dokter pun segera  memasang stetoskop dan  memakai sarung tangan karet.  "Ok Blackyyy, periksa dulu  yaaa,  nanti habis itu digigit semut  sebentar yaaa", Seperti biasa Blacky pun  mengibaskan ekornya dan pasrah  diperiksa.  "Ok,  sekarang tolong  dipegangin ya Mas,  mau suntik  sekarang" (iyalah,  walaupun  nurut,  tetep aja Blacky ini disuntik  ya kadang berbalik juga, daripada  resiko kan ya) "Ya Dok. " "Cuzz ya Blackkk, gigit  semuttt, yak tahan bentarrrr, good  boyyy,  Blacky pinterrr. " Tiba­tiba,  Gedebuk! 

|  Februari 2019  

Si mas ber­tatoo pingsan ! Blacky dan si embak melongo. Bu dokter apalagi.  Langsung deh tepuk­tepuk pipi  si mas. "Mas, mas,, heiii mass" Si mas pun bangun pelan­ pelan.  "Kulo niku ajrih kalih jarum  suntik Dok. "(saya itu takut dengan  jarum suntik Dok)  Yaelahhh, ternyata badan  gede otot kawat balung wesi plus  gambar tattoo seluruh badan,  KO  nya sama jarum suntik bok!  Bu dokter pun kepo,  "Lha terus,  dulu pas bikin  tattoo kan pakai jarum juga?kok  gak pingsan? " "Ya dulu itu saya mabuk dikit  Dok,  trus pacar saya nungguin di  samping. Saya mah tutup mata aja  supaya gak pingsan" Ohhh begitu ;). Penulis  adalah Kontributor Vetnesia  Wilayah DIY 

VET TOON

BERSAMA, KITA BISA ! Seorang superhero itu, saking  hebatnya bisa merantasi  persoalan dunia sendirian.  Dengan kekuatan dahsyat yang  dimilikinya, semua musuh dan  masalah yang ditimbulkannya bisa  dilibas dalam sekejap. Itu dahulu. Jaman pun terus berubah,  tatkala masalah semakin pelik, kini  superhero tidak bisa lagi beraksi  sendirian. Inilah tontonan yang  coba disajikan oleh produser film  dunia belakangan ini. Maka,  saksikanlah betapa eloknya  kolaborasi yang ditunjukkan dalam 

film AVENGER.  Sungguh, tidak mudah  menyatukan orang­orang hebat  dari berbagai latar belakang dalam  sebuah karya kolaborasi. Ini pula  yang diceritakan dalam perjalanan  pembentukan hingga bekerjanya  tim superhero berlabel Avenger  itu. Masing­masing punya cara  untuk menyelesaikan  permasalahan. Namun  saksikanlah ketika sebuah  kekuatan kolaborasi para  superhero itu bekerja.  Alhasil, kolaborasi datang 

sebagai Kekuatan dahsyat untuk  merubah situasi pelik menjadi  kemenangan gemilang. Melalui  kolaborasi bisa dicapai  kesuksesan yang lebih besar lagi,  ketimbang beraksi sendirian.  Kolaborasi adalah salah satu  hal yang wajib dilakukan untuk  mencapai kesuksesan dalam tim.  Ketika kita mampu membawa  semangat kolaborasi, maka itu  akan memberi nilai tambah pada  sebuah tim ­­bahkan kepada  orang yang tidak disukai  sekalipun.  Seperti  disitasi dari buku The  Maxwell Daily Reader, Karya John  C. Maxwell, untuk mencapai hasil  yang luar biasa bersama tim, kita  perlu menjadi pemain yang  kolaboratif, yaitu dengan cara : 1. Berpikirlah tentang menang  bersama. Tanamkan  pemahaman tentang menang  bersama. Tumbuhkan sikap  untuk bisa saling berbagi  informasi dan bekerja bersama  demi manfaat yang akan  dirasakan bersama. 2. Melengkapi orang lain. Carilah  orang yang memiliki kelebihan  dalam bidang kelemahan Anda,  begitu sebaliknya. Sehingga  terjadi hubungan saling  melengkapi. 3. Singkirkan kepentingan diri  sendiri dalam tujuan tim.  Biasakan untuk mengajukan  solusi yang membawa kebaikan  bagi seluruh tim. Dengan cara inilah kolaborasi  akan menghasilkan sesuatu yang  luar biasa. Kolaborasi akan  menjadi warisan dunia yang sejati.  Inilah saatnya bagi dokter hewan  untuk berkolaborasi dengan  berbagai bidang dan multidisiplin  ilmu, demi kejayaan dan  kemuliaan profesi dokter hewan.  VIVA VETERINER. (Ilustrasi  kartun oleh Drh. Akbar Agus,  teks oleh Drh. Wikrama  Satyadarma)

Februari 2019  |

73

KUIS Majalah VETNESIA menyelenggarakan Kuis Veteriner pada setiap edisi  penerbitan. Bagi Anda yang beruntung, tersedia cinderamata menarik dari  pihak sponsor.

JAWABAN KUIS EDISI 1 1. Sapi 

2. Llama 3. Kambing  4. Anjing  5. Kucing

Ada 5 jenis hewan  dalam gambar siluet.

PERTANYAAN KUIS

A PAPITO, SAPI APA YANG BISA NGEBUT ?

....

BALAP

....

NGEBUTAN MOTOR BALAP

Drh. Ruth Elok Cyntiara Yang telah terpilih sebagai pemenang  dalam kuis Majalah VETNESIA edisi  1. Hadiah dikirim langsung ke alamat.

Majalah VETNESIA siap  bekerjasama dengan pihak  sponsor untuk  menyelenggarakan Kuis  Veteriner. Jika Anda atau  perusahaan Anda tertarik untuk  berpartisipasi mengisi rubrik  ini, silahkan menghubungi kami  melalui : drh. Shinta Rizanti Binol Whatsapp/ Telp. :  0818.898.310  email : [email protected] Mari bergabung bersama kami  dalam menyemarakkan Profesi  melalui Rubrik Kuis Veteriner

B PAPITO, SAPI APA YANG WARNA­WARNI ?

SELAMAT KEPADA

HADIAH KUIS

....

C PAPITO, SAPI APA YANG  BISA NEMPEL DI  TEMBOK ?

....

Bagi Anda yang hendak  berpartisipasi,  silahkan akses dan isi form  jawaban, dengan cara klik tautan  berikut ini :

http://bit.ly/kuisVETNESIA-2

74

|  Februari 2019  

TAHUKAH ANDA

Belajar

2 Menyusui

dari Hewan

Induk hewan menyusui anak­ anaknya merupakan  pemandangan yang sangat umum  ditemui baik di ruang praktik, di  kandang, maupun di alam liar.  Sobat Vetnesia pasti pernah  melihat induk kucing menyusui  bayi­bayinya bukan? Kira­kira  seperti apa penampakannya?  Induk berbaring rileks bisa rebah  lateral maupun rebah dorsal,  kemudian bayi­bayi kucing dengan  posisi rebah ventral atau bahkan  dengan posisi freestyle menyusu  pada ambing induknya. Proses menyusui merupakan  proses yang alamiah bagi setiap  hewan mamalia, spontan dari saat  bayi mamalia lahir, kemudian  merangkak mencari puting  induknya, hingga akhirnya  menghisap ambing induknya.  Proses ini terjadi di hewan secara  alami tanpa butuh dibantu ataupun 

3

Lebih Banyak Komodo Jantan

Komodo merupakan salah  satu satwa endemik Indonesia,  yang habitat asalnya di NTT  (Nusa Tenggara Timur). Komodo  atau biasa disebut kadal  terbesar di dunia ini  berkembangbiak secara seksual  dan aseksual melalui proses  partenogenesis. Komodo betina yang  berkembangbiak secara  partenogenesis anak yang  dihasilkan sudah pasti pejantan. 

diajari. Lain halnya dialami pada  manusia, proses menyusui tidak  sealami dan tidak semudah yang  dialami oleh hewan akibat adanya  berbagai intervensi baik medis  maupun non medis. Proses menyusui hewan  mamalia ini diadopsi oleh ilmu  laktasi Kedokteran Manusia.  Badan Kesehatan Dunia (WHO)  merekomendasikan Inisiasi  Menyusu Dini (IMD) sebagai poin  pertama dalam standar emas  makanan bayi (manusia). Proses  IMD ini seperti apa sih? Proses ini  dimulai segera setelah bayi lahir,  lalu bayi diletakkan rebah ventral  di dada ibunya. Sama seperti yang  dilakukan bayi kucing dan bayi  mamalia lainnya, bayi manusia  tersebut kemudian merangkak  menuju puting ibunya, dan pada  akhirnya menghisap dan menyusu  pada payudara ibunya. IMD ini  berfungsi sebagai kontak kulit  primal bonding dan  mempertahankan insting alami  yang pertama bagi semua bayi  mamalia, yaitu menghisap dan  mencari sumber makanan di  ambing/payudara induknya. Selain  itu proses ini dipercaya  mengaktifkan 20 refleks primitif  yang dimiliki bayi, mengurangi  tingkat stress pada bayi, dan  menjadi pijakan bagi  keberlangsungan proses  menyusui selanjutnya.  Keren ya, ternyata untuk  sukses menyusui, manusia juga  perlu belajar dari hewan ya. (Drh.  Elievia Wienarno) Hal ini dikarenakan komodo  memiliki sistem penentuan  kromosom sex ZW, bukan sistem  penentuan seks XY, ketika komodo  betina (kromosom ZW)  berkembang biak dengan cara  partenogenesis ia mewariskan  hanya salah satu dari pasangan  kromosomnya. Satu set kromosom  tunggal ini kemudian diduplikasi  dalam telur. Telur yang menerima  kromosom Z akan menjadi ZZ  (Jantan) dan yang menerima  kromosom W akan menjadi WW  (gagal berkembang). Oleh karena  itulah, populasi komodo jantan jauh  lebih banyak dibandingkan komodo  betina. (Drh. Tri Wahyu Hidayati)

arachnophoto.com

Lycosa tarantula

1

Tarantula hidup hingga 40 tahun

Lycosa tarantula (atau biasa kita  kenal sebagai tarantula) ternyata  bisa hidup hingga 40 tahun lho !  Dan meskipun banyak sekali  spesiesnya (diperkirakan  mencapai lebih dari 850 spesies),  ternyata ada juga spesies  tarantula asli Indonesia. Contoh  yang paling sering ditemui adalah  Cypriopagopus hati­hati  (Sulawesi), Selenocosmia  javanensis (di berbagai hutan dan  sawah di Jawa Indonesia), P. rufus  dan P. akcaya. (Drh. Antonia  Agnes Budiastri C.)

bjharisel.blogspot.com

Selenocosmia javanensis

mymonsters.co.za

Cypriopagopus hati­hati

i.pinimg.com

P. rufus

Februari 2019  |

75

TAHUKAH ANDA

tropicalherping.com

4

Cara Primata Mencegah Parasit

Parasit merupakan organisme  yang menggantungkan sebagian  atau seluruh hidupnya pada  hospes. Infestasi parasit dapat  menyebabkan masalah kesehatan  yang serius pada manusia  maupun hewan. Jika manusia  memperhatikan sanitasi dan  mengonsumsi obat cacing sebagai  upaya preventif terhadap infestasi  parasit, maka satwa primata yang 

satu ini punya cara yang unik  untuk mencegah masuknya  parasit ke dalam tubuhnya  maupun untuk mengurangi resiko  penyebaran parasit.  Red howler (Alouatta  seniculus) merupakan salah satu  jenis primata pemakan dedaunan  (foliovora) dan buah (frugivora)  yang terdapat di Amerika Selatan.  Fakta menarik tentang spesies ini  dan menjadi karakteristiknya  adalah defekasi komunal  (communal defecation). Sama  halnya seperti manusia yang  membangun toilet untuk 

5

Hairball pada sapi

Tahukah anda, hairball tidak  hanya terjadi pada kucing.  Hairball juga dapat terjadi pada  sapi. Mengapa hal ini dapat  terjadi?. Hairball merupakan  salah satu manifestasi klinis  karena defisiensi mineral.  Pemberian pakan ternak yang  tidak diimbangi dengan  pemberian nutrisi lainnya. Salah  satu nutrisi yang penting bagi  ternak adalah mineral.  Apabila  kandungan mineral dalam tubuh 

76

|  Februari 2019  

kepentingan ekskresi (defekasi),  maka Red Howler pun demikian.  Hal ini biasanya terjadi di pagi hari  setelah bangun dan pada tengah  hari setelah waktu istirahat. Selain  itu, struktur vegetasi di tempat  spesies ini defekasi pun berbeda  dengan vegetasi di tempat mereka  mencari makan, istirahat, maupun  travelling (berpergian). Hal unik  lain yang dimiliki oleh spesies ini  adalah perilaku defekasi yang  dilakukan pada tempat yang tidak  ditumbuhi oleh tanaman atau pada  celah vegetasi. Perilaku ini akan  menurunkan jumlah infestasi telur  atau larva parasit dalam rentang  vertikal spesifik hutan kira­kira 25­ 28 m di atas permukaan tanah,  dimana wilayah ini merupakan  wilayah yang paling sering  digunakan monyet untuk mencari  makan dan travelling.  Pakan utama Red Howler  adalah dedaunan, sedangkan  buah­buahan hanya sebesar 38%  dari total dietnya. Dedaunan  merupakan sumber makanan yang  sering terkontaminasi oleh  material feses yang jatuh. Oleh  karena itu, Red Howler umumnya  mencari makan pada ketinggian di  atas area defekasi pada  umumnya. Adanya perilaku Red  Howler dalam memilih lokasi  defekasi ini berhasil menurunkan  tingkat infeksi endoparasit pada  satwa primata yang satu ini. (Drh.  Ayu Joesoef, M.Si.) sapi rendah, secara otomatis tubuh  ternak akan merespon. Hal yang  biasa dilakukan ternak ketika tubuh  kekurangan mineral adalah  menjilat pagar kandang, dan yang  lebih parah ternak akan menjilati  sapi – sapi lainnya. Jadi bisa  dibayangkan kan, bagaimana  rambut – rambut sapi ini akan  menempel dilidah dan akan  terakumulasi didalam saluran  pencernaan. Dan didalam saluran  pencernaanpun (rumen dan  reticulum) bulu­bulu sapi tersebut  tersisih dari pakan dan mengumpul  membentuk hairball. (Drh.  Pamorsinta Alif Faridiastuti)

VET-SOULMATE terkenal sampai seluruh  Indonesia. Yuk, kita bereksperimen  membuat kue pukis ala ibu Sri  Kayati Agik. BAHAN : 1 kg tepung terigu. 5 telur. 1/5 kg gula pasir. 1 sachet fermipan. 150 ml air hangat kuku Santan 700 ml (air rebus  dinginkan) . 2 sdm Blue Band cair. Vanilli sesuai selera Garam sesuai selera CARANYA :

Dokumen pribadi

Merem Melek  Pukis Ibu Sri Agik Siapa tak kenal dengan  keempukan, kelembutan  pukis yang terasa tenggelam  di gigi. Paduan rasa yang  pas, manisnya membuat  merem melek beda dengan  kue pukis pada umumnya.  Pukis ala ibu Sri Agik ini  menjadi kue favorit istri  dokter hewan jika rapat­ rapat PIDHI. Ngomong­ngomong mengenai  kue pukis, pasti disini kita ada  yang belum tau sejarah dari si kue  pukis ini yang dimuat dilaman  kampungkaleng.com Dikisahkan kue ini merupakan  salah satu kue dari Cina. Di  Indonesia kisahnya bermula saat  masa penjajah, saat masyarakat  Sampang Kebumen yang diculik 

penjajah mereka yang diculik  diwajibkan untuk bekerja membuat  kue pukis. Dulunya, resep kue  pukis sendiri tidak pernah  diceritakan kepada siapa pun.  Tapi, entah mengapa seseorang di  antara mereka ada yang  mendapatkan bocoran tentang  apa saja bahan yang digunakan  untuk membuat pukis dan  bagaimana cara pengerjaannya. Akhirnya, seseorang tersebut  mengetahui semua tentang  pembuatan pukis. Karena merasa  bosan dijajah, seseorang yang  tahu cara membuat pukis tadi  berinisiatif untuk melarikan diri dari  tempat penculikan tersebut dan  berhasil lolos. Tanpa menunggu  lama setelah lolos kabur, dia  langsung mempraktikkan  membuat pukis sendiri. Hasilnya,  kue pukis ini jadi primadona dan 

1. Fermipan direndam dengan air  hangat kukus 150 ml supaya  mengembang. 2. Kocok gula, telur, vanilli sampai  larut kemudian masukan  fermipan yang sudah  mengembang, tuang terigu  sedikit demi sedikit bergantian  dengan santan yang sudah  diberi garam 3. Aduk sampai tidak menggumpal  diamkan adonan 1 jam 4. Setelah mengembang tuang  blueband cair aduk sampai  tercampur rata 5. Panaskan cetakan pukis dan  oles dengan sedikit Blue Band  supaya tidak lengket 6. Tuang adonan. Di atasnya bisa  diberi topping sesuai selera bisa  ditambah kismis, meses, keju,  pisang, strawberrry, nangka  atau yang lain 7. Panggang 5 menit dengan api  sedang untuk 1 resep bisa jadi  60 kue pukis 8. Adalagi resep yang sangat  penting adalah "rasa cinta" itu  yang bikin kue ini super enak. Selamat Mencoba. PP PIDHI

Februari 2019  |

77

VET-SOULMATE Pernyataan ini menggelitik  dihati. Karena berpikir,   saya mempunyai karier  sendiri dan sudah begitu  sibuk dengan aktifitas  kerja yang begitu padat,  bahkan sabtu minggu pun  masih dipakai untuk  pelatihan dan berbagai  acara lain. Bagi ibu  yang  tidak beraktifitas bekerja di  luar rumah, sudah sangat  sibuk dengan kesibukan  rumah tangganya   sehingga sangat terbatas  waktunya. Namun saya juga berpikir  bahwa untuk bisa mencapai  jenjang ini : bisa bekerja,  berorganisasi, dan  juga  aktualisasi diri, Itu semua karena  suami memberi ijin. Dalam Islam,  istri boleh bekerja harus seijin  suami,  Suami kita mempunyai profesi  sebagai Dokter hewan, seperti  dalam Mars Dokter Hewan ciptaan  Drh. Djiyono Notokusumo  (ayahanda Drh. Raden Nurcahyo   Nugroho, M.Si.), lagu oleh  Mochtar MK dan Max Kandri,  sebagai berikut :

Istri Dokter Hewan Harus Bersatu Men­support Profesi Dokter Hewan

Sebagian peserta Kongres XVI PIDHI tahun 2018

Silaturahin dengan DIrjen PKH Dr. Drh. I Ketut Diarmita, M.P. dan Dekan FKH IPB Prof. Dr.  Drh. Srihadi Agungpriyono.

Dokter Hewan Indonesia Profesi  mulia Mengabdi pada nusa bangsa  dan negara Menjunjung tinggi asas negara,  Pancasila Undang­Undang Dasar empat  lima pedomannya Menolong hewan tugas  utamanya Menjaga malapetaka pada satwa Mencukupi kebutuhan gizi,  protein hewani Gerak Bakti Dokter hewan untuk  mewujudkan Masyarakat adil dan makmur Dasar Pancasila Syair lagu yang amat mendalam,  menyentuh kalbu saya, untuk  kembali bertanya pada diri saya,  apa yang bisa saya baktikan 

78

PIDHI sebagai anggota BKOW Sumsel melaksanakan baksos

sebagai Istri dokter hewan, untuk  bisa dukung profesi suami, siapa  lagi kalau bukan dari orang  terdekatnya, yaitu istrinya sendiri  ­­dengan segala kemampunan  dan keterbatasan yang ada.  Tidaklah mudah bagi istri  dokter hewan, apabila hanya  seorang sendiri berkiprah untuk  membaktikan diri, karena tentu  banyak keterbatasan yang ada.  Kita harus berkiprah bersama 

|  Februari 2019  

melalui organisasi  PIDHI ­­yang  merupakan wadah Persatuan  Isteri Dokter Hewan Indonesia­­  yang sudah berdiri sejak 7 Maret  1954 (yang sekarang sudah  berusia 65 tahun). Mendampingi  organisasi Perhimpunan Dokter  Hewan Indonesa yang lahir pada 9  Januari 1952. Usia­usia yang  seharusnya sudah sangat matang,  namun masih banyak hal yg perlu  kita kerjakan, dan tidak sedikit 

VET-SOULMATE tantangan yang harus dihadapi. Dengan bersatunya PARA  ISTRI DOKTER HEWAN dalam  bendera PIDHI akan menjadikan  sebuah kekuatan yang solid, akan  lebih mudah mewujudkan hal­hal  yang positif, menjadikan kita lebih  cerdas dan mencerdaskan  masyarakat di sekitar kita, untuk  men­support profesi suami dalam  kiprahnya sebagai dokter hewan  melalui karya nyata untuk  kemaslahatan masyarakat. Dengan persatuan ini pula,  yang menjadikan kita kokoh, dan  membuat orang segan dan  hormat. Kita bisa berbagi  pengalaman dan wawasan untuk  bisa saling  mendukung  Ini semua untuk membangun  kebanggaan sebagai Keluarga  Besar Dokter Indonesia, sekaligus  untuk membangun peradaban  bangsa. PIDHI berkeinginan untuk bisa  berkiprah nyata bagi mensyarakat  awam, tentunya dengan dukungan  para suami yang Dokter Hewan,  atau para anggota PIDHI yang  berprofesi sebagai Dokter hewan  juga, antara lain melalui kegiatan :  Sosialisasi Daging ASUH, penyakit  Zoonosis (Rabies, Leptospirosis,  Toxoplasmosis, dan lainnya),  Animal Welfare ( kesejahteraan  Hewan), Gemarikan, dan masih  banyak kegiatan lainnya. Contoh kiprah nyata PIDHI  lainnya adalah pengelolaan Pos  Yandu Asoka 1, di Jl. Patriot 34,  Jaka sampurna, Bekasi yang  membantu monitoring kesehatan  sekitar 120 balita.   PIDHI bisa  berbagi pengetahuan dan tips  praktis seputar  kesehatan  masyarakat veteriner. Organisasi PIDHI sangat  berharap agar para suami ridho  istrinya bisa bersatu bersama di  keluarga besar PIDHI (termasuk 

Bakti sosial PIDHI kepada ananda di SLB type B, Badung, Bali

POS YANDU ASOKA 1 BINAAN PP PIDHI

SKH Perempuan dan Istri SKH).  Mari bersama sama men­support  profesi veteriner, menjadi sebuah  profesi yang disegani, yang lebih  bermartabat , melalui kiprah nyata. Viva Veteriner, Majulah Dokter  Hewan Indonesia. Viva Veteriner,  Jayalah Dokter Hewan Indonesia.  Kontributor PP PIDHI

SILATURAHIM dengan Ketum PB PDHi di Aceh PIDHI PC Kalsel

PP PIDHI menghadiri undangan IISPI

PP PIDHI menghadiri undangan Lansiavet

Februari 2019  |

79

LANSIA-VET

Alhamdulillah,  Drh. Tutuk Astiawati yang jarang muncul, hadir di pertemuan bersama anak dan menantu 

Masri Hanafi – Soewarno TS

KELUARGA LANSIA VETERINER INDONESIA CERMIN SEMANGAT VETERINER Usia senja tidak menjadi  halangan untuk terus  berkarya di dunia  veteriner. Inilah teladan  yang telah diberikan oleh  generasi sesepuh  veteriner di negeri ini.  Jalinan kebersamaan di  antara mereka masih  terpelihara hingga kini.

Bapak HMG Siregar, Ibu Tjitjiek Sulaeman dan Ibu Nurdjannah Siregar

Keluarga Lansia Veteriner  Indonesia (KLVI) tetap eksis dari  masa ke masa. Ini bisa disimak  dari Buletin BERSAMA yang  diterbitkan oleh trio penyusunnya,  yaitu : GusKarNa  (terdiri dari Agus  Nurhadi, Sukardi Hastiono dan  Nana Soekarto). Mereka adalah  dewan redaksi,  yang menjadi  motor utama Buletin BERSAMA. 

80

Nana Soekarto bertindak selaku  reporter, drh. Sukardi Hastiono  bertindak selaku Editor sedangkan  drh. Agus Nurhadi (Alm.) adalah  seorang pengambil gambar alias  juru potret.  Sebagai media komunikasi dan  informasi KLVI, Buletin BERSAMA  terbit setiap tiga bulan sekali.  Rubrik yang diangkat memuat  berbagai informasi, mulai dari  rubrik : apa dan siapa, ucapan  ulang tahun anggota KLVI, berita  keluarga (berita meninggal dan 

Nana, Soewarno TS, Waskito, Hj. Jenny

berita sakit), laporan keuangan  KLVI, berbagai liputan kegiatan  pertemuan KLVI, serta undangan­ undangan KLVI.  Anggota Lansia Veteriner  Indonesia tersebar di lebih dari 15  kota di Indonesia. Paling barat  Bengkulu dan paling timur kota  Anging Mamiri, Makasar.  Penyebaran BERSAMA 90% 

|  Februari 2019  

dilakukan lewat pos. Sisanya  dikirim lewat email bagi mereka  yang masih lebih senang  membaca e­file. “Maklum lansia,  adik­adik. Malas buka email,  maunya baca sambil ‘leyeh­leyeh’,  sambil ngeteh di sore hari, itulah  dia lansia veteriner,” tulis Nana  Soekarto. Awal mula pertemuan Lansia  Veteriner dengan vetnesia terjadi  di hari Minggu, 27 Januari 2019.  Saat Ketua PDHI dan Ketua PIDHI  diundang pada Pertemuan Lansia  Veteriner di Puri Multazam, Depok. 

Ibu Tuning dan Ibu Nani Memet Adinata, keduanya tersenyum  bahagia."Cepat sembuh, bu Nani!"

Pada pertemuan tersebut, Ketua  PDHI Drh. Munawaroh  menerangkan bahwa ada wadah  yang bisa dipakai sebagai ajang  pertukaran pengetahuan atau  berita seputar Veteriner dan  Lansia Veteriner yaitu Majalah  Vetnesia. Dari situlah Ketua  Lansia Veteriner Indonesia Drh.  Bachtiar Moerad memberikan 

LANSIA-VET

Drh. Olan Sebastian bersama Tuning Cs, membawakan Mars Lansia

sinyal lampu hijau, sedianya  Rubrik Lansia Vet hadir dalam  Majalah Vetnesia edisi Februari  2019. Sedikit kilas balik, Trio  GusKarNa terbentuk sejak 2014,  pada waktu itu Ketua Lansia  Veteriner Indonesia adalah Drh.  Oni Sa’aroni. Ketua sebelumnya  yang juga sebagai salah satu  pendiri dari KLVI adalah Drh.  Sukobagyo. Nana Soekarto  mengatakan sempat ‘mengecap’  didikan Bapak Drh. Sukobagyo  pada dua nomor BERSAMA, 

Keluarga Lansia Veteriner Indonesia pada bulan Oktober 2018

sebelum Beliau meninggal pada  23 Mei 2014. Dari situlah Nana  setia di Buletin BERSAMA hingga  sekarang. Menurut Nana, satu­ satunya pendiri yang sekarang  masih setia hadir adalah Drh.  Dharmojono (1935). Setahun yang lalu lansia  veteriner kehilangan juru potret  Drh. Agus Nurhadi (Alm.).  Untungnya para Lansiaveter’s  banyak yang menjadi juru potret  amatir, sehingga Buletin  BERSAMA tidak begitu ‘keteter’  dengan pengumpulan gambar­

gambar di setiap pertemuan untuk  konten buletin.  Rupanya keberuntungan belum  berpihak kepada GusKarNa.  Empat bulan lalu editor andalan  Drh. Sukardi Hastiono menderita  sakit pada penglihatannya hingga  harus istirahat total  pengelihatannya. Semoga pada  penyusunan Buletin BERSAMA  edisi 161 nanti Sang Editor sudah  dapat berkarya kembali.  Aamiin.  Kontributor Keluarga Lansia  Veteriner Indonesia.

ADVERTISING HOTLINE :  0818.898.310 Drh. Shinta Rizanti Binol email : [email protected]  

Februari 2019  |

81

Related Documents


More Documents from ""