Uts Artikel Analisis.docx

  • Uploaded by: Muhamad Maulana Yusuf
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uts Artikel Analisis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 843
  • Pages: 4
Nama : Muhamad Maulana Yusuf NIM

: 1164020103

Kelas : KPI 6 C Matkul : UTS Wacana Bahasa Indonesia

Analisis Diksi dan Kalimat Dalam Debat Calon Presiden Dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2019

Tahun 2019 adalah tahun politik. Dimana pada tanggal 17 April 2019 nanti, warga Indonesia akan memilih pengganti dari Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih pada pemilu tahun 2014 silam. Pada pemilu tahun ini, Jokowi berpasangan dengan KH. Ma’ruf Amin dan dihadapkan kembali dengan lawannya yaitu Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno. Salah satu yang menarik dari pesta politik yang saat ini terjadi di Indonesia ini adalah kegiatan debat antara kedua pasangan calon. Hal tersebut menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Untuk itu, penulis akan mencoba menganalisis dari pemilihan diksi dan kalimat yang digunakan oleh kedua pasangan calon tersebut pada debat kedua yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2019 di The Sultan Hotel, Jakarta. Pada debat kedua ini, tema yang diusung merupakan pembahasan terkait energy, infrastruktur, pangan, energi, dan lingkungan yang secara teknis dinilai lebih hidup dari debat sebelumnya. Debat tersebut terbagi dari enam sesi, dimana masing-masing sesi para pasangan calon (paslon) menyampaikan gagasan dan argumentasinya. Penulis disini akan membahas setiap sesi yang dijalani. Sesi pertama debat berisi penyampaian visi dan misi tentang infrastruktur, energi dan pangan, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.. Jokowi dinilai unggul secara teknis, tetapi ada jeda tiga detik dan slip of tongue (selip lidah) saat berbicara mengenai lingkungan hidup. Sedangkan Prabowo dalam memilih kalimat dinilai tidak seperti menyampaikan visi dan misi. Hal tersebut terjadi karena Prabowo melakukan pendekatan searah seperti sedang berorasi. Pada sesi kedua, Jokowi menyampaikan paparannya dengan baik karena disertai dengan data-data. Itulah yang membuat kalimat dan pemilihan kata-katanya menjadi meyakinkan. Sedangkan Prabowo terkesan menyerang dengan mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur selama ini tidak efisien, menambah beban hutang, dan tidak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, Prabowo terlihat tidak

menguasi konteks pertanyaan yang diarahkan sehingga kesulitan memilih kalimat untuk menjawab. Debat semakin panas pada sesi ketiga, karena pada sesi ini kedua paslon sudah saling membuka borok. Diksi yang dilakukan oleh Jokowi terkesan menyindir Prabowo terkait inkonsistensinya menguasai lahan dalam jumlah besar. Pada sesi selanjutnya, terdapat pengakuan dan pujian dari Prabowo untuk Jokowi karena mengambil alih panggung debat secara emosional dengan menjelaskan, “kalau ada kekurangan, ini juga koreksi”. Sesi kelima, terdapat sebuah blunder yang merujuk kepada Prabowo. Hal tersebut karena Prabowo bukan hanya tidak tahu unicorn tetapi pernyataannya terkait “uang yang bisa lari ke luar” mempunyai efek negatif ke kaum millennial. Sedangkan pada sesi terakhir, masing-masing capres menyampaikan closing statement. Penutupnya, Prabowo sempat menarik emosi ketika membantah mengenai tanah HGU, tetapi ketika Prabowo bicara “lebih baik buat saya daripada asing” itu menjadi hal yang tidak terduga. Jokowi, sebagaimana diduga banyak pengamat, kesulitan beretorika dengan lancar. Beberapa diksi diulang-ulang, entah karena untuk menegaskan atau karena berpikir untuk membuat kalimat selanjutnya. Berdasarkan data dari alinea.id yang memberikan infografik mengenai kata-kata yang sering diucapkan oleh kedua paslon dalam debat kedua tersebut. data tersebut didapat menggunakan tools yang membantu mengelompokkan kata, menentukan kata kunci, dan menghitung penggunaan kata yang sama dalam suatu pemaparan. Hasilnya adalah Jokowi mengucapkan total 2.310 kata dalam debat tersebut, sementara KH. Ma’ruf Amin melontarkan 300 kata. Adapun Prabowo berbicara sampai 2.389 kata, dan Sandiaga menyampaikan 895 kata. Dalam debat ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2019 ini, saatnya kedua cawapres yang unjuk kemampuannya dalam menyampaikan pendapat dan berdebat. Tema yang diusung yaitu ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, sosial, dan budaya. Proses debat di antara kedua cawapres ini terasa tenang bahkan terkesan santun karena perbedaan usia antara KH. Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno

Calon wakil presiden nomor urut satu, KH. Ma'ruf adalah paslon paling tenang, tidak emosional, dan tak ada kesan menyerang kepada lawan. Sehingga siapapun yang mendengarkan penjelasannya -termasuk kubu lawan- tak berani membantahnya. Sepanjang acara debat, sisi keulamaan KH. Ma'ruf sangat terlihat dengan pembawaanya yang tenang dan kharismatik. KH. Ma'ruf Amin melontarkan beberapa istilah baru dalam Debat Cawapres Pilpres 2019 saat menghadapi lawannya, Sandiaga Uno. Setidaknya ada dua kata yang diucapkan Ma'ruf dan menjadi sorotan publik, yakni #10YearsChallenge dan DUDI yang merupakan singkatan dari dunia usaha dan dunia industri. KH. Ma'ruf sedikitnya mengucapkan istilah #10YearsChallenge dan kata DUDI masing-masing sebanyak tiga kali. Pengulangan dua istilah itu adalah upaya Ma'ruf menyaingi Sandi sebagai lawan politik yang lebih muda dari usianya. Sementara Sandiga Uno, dia jauh lebih tenang dan sistematis sehingga tampak bicara tanpa beban dan sangat menikmati panggung. Namun pada saat debat sebelumnya, Sandiaga melakukan kesalahan komunikasi nonverbal yaitu ketika dia menepuk-nepuk pundak Prabowo. Komunikasi ini menunjukkan bahwa Prabowo lebih emosional. Sekalipun ini dilakukannya untuk menjaga suasana debat agar lebih tenang dan penuh keakraban. Dapat diambil kesimpulannya dari pemaparan di atas bahwa kedua pasangan calon memiliki kemampuan dan strategi masing-masing. Ada yang memang unggul dalam beretorika, ada juga yang unggul dalam konten dan detail data. Semua kembali pada basic background dari masing-masing paslon. Pemilihan diksi dan kalimat yang kurang tepat akan menjadi sasaran yang empuk untuk menjatuhkan argument lawan. Untuk itu, debat memang ajang pertunjukkan atau political performance. Tetapi, siapa yang memberikan pertunjukan terbaiklah yang menang.

Related Documents

Uts Artikel Analisis.docx
December 2019 22
Artikel
April 2020 61
Artikel
June 2020 55
Uts
June 2020 48
Artikel
July 2020 41
Artikel
November 2019 56

More Documents from ""