KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari kerja sama teman-teman. Karena itu ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada kalian, atas kerja samanya, orang-orang terdekat atas pengertiannya dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan, maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan. Dan penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Denpasar, 12 Maret 2019
Penyusun
1
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
4
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Upaya Kesehatan .......................................................................................
5
2.2 Upaya Kesehatan Promotif .........................................................................
6
2.3 Upaya Preventif / Upaya Pencegahan ........................................................
7
2.4 Upaya Kuratif .............................................................................................
12
2.5 Upaya Rehabilitatif ....................................................................................
17
2.6 Contoh Program Promotif dan Preventif ...................................................
19
BAB IV PENUTUP 3.1 Simpulan ....................................................................................................
20
3.2 Saran ..........................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004). Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan. Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan?
2.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan promotif?
3.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan preventif?
4.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan kuratif?
5.
Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan rehabilitatif ?
6.
Apa saja contoh program upaya promotif dan preventif?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa tujuan yaitu sebagai berikut 1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan promotif
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan prenventif
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan kuratif
5.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan rehabilitatif
6.
Untuk mengetahu program upaya promotif dan preventif
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Upaya Kesehatan Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive medicine for the doctor in his community. Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of healt 2.specifik protection 3.early diagnosis and prompt treatment 4.limitation of disability dan 5.rehablitation. Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Promosi Kesehatan (Health Promotion) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Agar promosi kesehatan dapat berjalan secara sistematis, terarah dan terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka perlu pengelolaan program promosi kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi kesehatan berjalan secara efektif dan efesien maka pesan harus sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung dialamatkan kepada masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan menurut Prof. DR. Soekidjo Notoadmojo adalah sub system pelayan kesehatan yang tujuan utamanya adalah preventif (prncegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan 5
sasaran masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) palayanan kesehatan adalah uapaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyambuhakan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningkatan gizi, peningkatan kesehatan juga dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu dan masyarakat. Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan: “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”. (Ottawa Charter,1986). Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah
atau
mengatasi
lingkungannya
(lingkungan
fisik,
sosial
budaya
dan
sebagainya). Dalam konferensi ini ,health promotion dimaknai sebagai perluasan dari health education atau pendidikan kesehatan.
2.2 Upaya Kesehatan Promotif 2.2.1 Pengertian Upaya Kesehatan Promotif Upaya Promotif adalah usaha mempromosikan kesehatan kepada masyarakat. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan upaya 6
promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara berkembang, dalam suatu populasi hanya terdapat antara 80%-85% orang yang benar-benar sehat. Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara kesehatan,maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang yang sakit akan meningkat.
2.2.2
Macam- macam Usaha Promotif
Beberapa usaha diantaranya : 1. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya. 2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya. 3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya. 4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik. 5. Meningkatkan KIE tentang HIV AIDS. 6. Promosi Perilaku Seksual Aman (Promotùng Safer Sexual Behavior). 7. Promosi dan distribusi kondom (Promoting and Distributing Cïndom). 8. Norma Sehat di Tempat Kerja : tidak merokok, tidak mengkonsumsi Napza. 9. Penggunaan alat suntik yang aman (Promoting and Safer Drug Injection Behavior).
2.3 Upaya Kesehatan Preventif Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark (Maulana, 2009) dibedakan menjadi 3 yaitu: pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu : 1.
Usaha pencegahan (usaha preventif)
2.
Usaha pengobatan (usaha kuratif)
3.
Usaha rehabilitasi
7
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan. Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal. Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risko), misalnya kelompok ibu hamil dan menyusui,BBL, para perokok, obesitas (orang-orang kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit (primary prevention). Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145 ). Contoh upaya preventif yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan: Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 1. Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu : a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah 8
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit). e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil Contoh Pelayanan Preventif 2. Pelayanan Preventif dapat meliputi: 1. Peningkatan gaya hidup sehat (Reducing Vulnerability of Spesific Pop) 2. Memahami penyakit HIV AIDS, bahaya dan pencegahannya. 3. Memahami penyakit IMS, bahaya dan cara pencegahannya. 4. Diadakannya konseling tentang HIV AIDS pada pekerja secara sukarela dan tidak dipaksa 5. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil 6. Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, Lansia,dll ) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah 7. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita 8. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah 9. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui 10. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari anemia 11. Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan melancarkan sirkulasi ibu 12. Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan 13. Pencegahan komplikasi pada saat nifas 14. Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia 3. Tingkat-Tingkat Usaha Pencegahan Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark (Maulana, 2009) dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Pencegahan primer Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis), dan disebut dengan pencegahan primer.
9
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum menderita sakit. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection). a)
Promosi Kesehatan Health promotion bertujuan untuk meningkatkan, memajukan dan membina
koordinasi sehat yang sudah ada hingga dipertahankan dan dijauhkan dari ancaman penyebab penyakit atau agent secara umum. Pendidikan kesehatan yang diperlukan antara lain: Meningkatnya gizi, Perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat keasaman), Pendidikan sifat umum, Nasihat perkawinan, Penyuluhan kehidupan sex, Olahraga dan kebugaran jasmani, Pemeriksaan secara berkala, Meningkatnya standar hidup dan kesejahteraan keluarga, Nasihat tentang keturunan, Penyuluhan tentang PMS, Penyuluhan AIDS. Meningkatkan dan memperbaiki program kesehatan ibu : 1) Layanan dan terdesentralisasi 2) Menyusun standar pelayanan dan pastikan adanya supervise 3) Mengembangkan dan menggunakan panduan tetap untuk manajemen komplikasi kebidanan 4) Memperbaiki sistem pelatihan dan memperbaharui keterampilan penyediaan pelayanan 5) Memperbaiki infrastruktur dan memperbaharui fasilitas 6) Menetapkan/memperkuat system rujukan 7) Menetapkaan/memperkuat mekanisme evaluasi kualitas pelayanan 8) Mengembangkan dan menggunakan instrumen untuk memperbaiki kualitas pelayanan 9) Home base maternal records 10) Partograf 11) Melakukan audit dan meninjau kembali kasus-kasus kematian ibu hamil. Ruang lingkup promosi kesehatan : 1) Pendidikan Kesehatan (Health education) 2) Pemasaran sosial (sosial marketing) 3) Penyuluhan 4) Upaya peningkatan (Promotif) 10
5) Advokasi di bidang kesehatan 6) Pengorganisasian, pengembangan, pergerakan, pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan : 1)
Promosi kesehatan tatanan keluarga
2)
Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah
3)
Pendidikan kesehatan di tempat kerja
4)
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum
5)
Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
Tujuan promosi kesehatan meliputi : 1)
Membangun kebijakan masyarakat sehat
2)
Membangun keterampilan personal
3)
Memperkuat partisipasi komunitas
4)
Menciptakan lingkungan yang mendukung
5)
Reorientasi pelayanan kesehatan
Tindakan pencegahan meliputi :
b)
1)
Perlindungan balita, ibu hamil
2)
Pemberian makanan
3)
Perlindungan terhadap ancaman akibat kerja
4)
Perlindungan khusus yang bersifat karsinogenik
5)
Menghindari terhadap zat-zat alergi
6)
Menghindari minuman berakohol
7)
Menghindari merokok
Spesific Protection Spesific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu. Spesific protection terdiri dari (Efendi, 1998 ; Maulana, 2009 ) : 1) Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu. Contohnya : imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang akan praktek di rumah sakit. 2) Isolasi terhadap penderita penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap pasien penyakit flu burung.
11
3) Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat umum, misalnya adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas. Sedangkan di tempat kerja : para pekerja yang memakai alat perlindungan diri. 4) Peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik. Contohnya : kursus-kursus peningkatan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif. 5) Penanggulangan stress. Contohnya : membiasakan pola hidup yang sehat , dan seringnya melakukan relaksasi. 2. Pencegahan sekunder Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, disebut pencegahan sekunder (seconder preventive). Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit. Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and prompt treatment ). a. Early diagnosis Early diagnosis mengandung pengertian diagnosa dini atau tindakan pencegahan pada seseorang atau kelompok yang memiliki resiko terkena penyakit. b. Prompt treatment Prompt treatment memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment merupakan tindakan lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah. 3. Pencegahan tersier Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut pencegahan tersier (tertiary prevention). Pencegahan tersier bentuknya membatasi ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan pemulihan kesehatan (rehabilitation). Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial. a. Pembatasan kecacatan
12
Pencegahan dilakukan dalam taraf penyakit sudah nyata bahkan sudah lanjut sehingga penderita dalam keadaan disable (tidak sanggup melakukan aktivitas yang biasa dikerjakan walau tidak sakit). Sehingga penderita bisa sembuh. b. Rehabilitasi (pemulihan) 1) Ruang dokter, yaitu pemulihan fungsi organ yang baru sembuh/mengalami kelainan yang menetap/cacat. 2) Ruang biang diklat keterampilan, yaitu berupaya memulihkan kembali kemampuan profesionalnya sehingga dapat bekerja kembali di masyarakat. 3) Ruang sosial, yaitu memulihkan kembali kehidupan sosial masyarakat sehingga masyarakat mau menerima kembali. Misalnya, sembuh dari penyakit kusta. 4) Ruang kejiwaan (psikologi), yaitu upaya memulihkan kepercayaan dan harga diri penderita setelah sembuh dari penyakit. Misalnya : a) Tempat pendidikan untuk tuna netra dan rungu b) Tempat pendidikan untuk anak cacat c) Bedah rekonstruksi untuk mantan penderita kusta d) Fisioterapi dan latihan untuk penderita polio
2.4 Upaya Kesehatan Kuratif 2.4.1 Pengertian Upaya Kuratif Upaya kuratif dalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis sperti asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan sebagainya. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan. Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Upaya kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat
13
praktek. Jika tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah
“Health program for survival”. Upaya
kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif. Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. Terapi PAK dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis.
2.4.2 Upaya Promosi Kesehatan Kuratif 1. Bayi 1) Mandiri a. Pemberian vitamin K b. Obat tetes mata. 2) Kolaborasi: a. Pengobatan pada kasus asfiksia berat b. Pengobatan mata pada kasus bayi dengan ibu yang menderita gonore c. Pengobatan pada kasus perdarahan intracranial d. Pengobatan path kasus hipoglikemia e. Pengobatan Dada penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti ISPA. diare dll. Contoh: Pada kasus bayi yang menderita gonoblenorhoe (ibu menderita gonore) dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi pengobatan antibiotika. 2. Balita 1) Mandiri: a. Pengobatan diare tanpa dehidrasi. b. Balita dengan kasus BGM. 2) Kolaborasi a. Pengobatan path kasus ISPA 14
b. Pengobatan Dada kasus cacmgan c. Pengobatan pada kasus gizi buruk d. Pengobatan pada penyakit-penyakit mfeksi lainnya. Contoh : Pada kasus diare dengan dehidrasi, selain rehidrasi, pemenuhan nutrisi dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika. 3. Remaja 1) Mandiri: a. Pengobatan path kasus dismenorhoe b. Pengobatan pada kasus anemia ringan. c. Pada remaja korban perkosaan dengan ruftur pada serviks atau mukosa d. vagina dilakukan tindakan hecting. 2) Kolaborasi: a. Pengobatan path kasus anemia berat. b. Pengobatan pada kasus plour arbus Contoh : Pada kasus dismenorhoe dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi hormonal. 4. PUS/WUS 1) Mandiri: Pengobatan pada efek samping alat kontrasepsi 2) Kolaborasi: a. Pengobatan pada kasus Penyakit Menular Seksual b. Pengobatan pada kasus radang panggul ( PRP) Contoh : Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi obat antibiotika dan symptomatic. 5. Ibu hamil 1) Mandiri: a. Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat I dan tmgkat II. b. Pengobatan pada kasus anemia ringan. 2) Kolaborasi: a. Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat Ill. b. Pengobatan path abortus inleksiousus c. Pengobatan pada kasus anemia berat. 15
d. Pengobatan pada kasus APB e. Pengobatan pada kehamilan dengan penyakit yang menyertai seperti jantung DM dll Contoh : Pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan diberikan obat tambah darah (Fe) dan nutrisi yang adekuat. 6. Ibu Bersalin 1) Mandiri: a. Manajemen Aktif Kala Ill b. Pengobatan path kasus atonia uteri. c. Ibu bersalin dengan ruftur pada servik slmukosa vagina/perineum dilakukan tindakan hecting. 2) Kolaborasi: a. Pengobatan pada kasus inersia uteri b. Pengobatan path kasus perdarahan ( HPP primer). Contoh : Pada Manajemen Aktif Kala III diberikan injeksi oksitosin. 7. Ibu Nifas 1) Mandiri: Pengobatan pada sub involusi 2) Kolaborasi: a. Pengobatan pada mastitis b. Pengobatan pada HPP sekunder c. Pengobatan pada kasus vaginitis d. Pengobatan path kasus abses payudara Contoh : Pada mastitis selain perawatan yang adekuat, dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika (Kloksasillin atau Eritromysin). 8. Klimakterium Menopause 1) Kolaborasi: a. Terafi Sulih Hormon (TSH) Contoh upaya kuratif dalam pelayanan kesehatan b. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis c. Perawatan payudara yang mengalami masalah, seperti : mastitis dan bendungan ASI 16
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir e. Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah f. Pemberian vitamin E yang merupakan upaya pengobatan penyakit tertentu g. Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada ibuhamil yang sakit h. Melakukan rujukan bila diperlukan i. Penatalaksanan dini terhadap komplikasi dalam kehamilan, misalnya pada ibu hamil dengan anemia bidan dapat memberikan tablet Fe sebagai penatalaksanaan dininya.
2.5 Upaya Kesehatan Rehabilitatif Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention). Rehabilitasi ini terdiri atas : 1. Rehabilitasi fisik Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu denganmempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya. 2. Rehabilitasi mental Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat 3. Rehabilitasi social vokasional Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya. 4. Rehabilitasi aesthetis
17
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keandaan mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusian dan keadailan social. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia. Sedangkan peran bidan dalam rehabilitasi (pemulihan) yaitu: 1.
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat
2.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
3.
Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4.
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit
5.
Memberikan konseling pada penderita kecacatan
6.
Memberikan keyakinan dalam kesembuhan, menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dgn masyarakat
7.
Memberikan pendidikan kesehatan Contoh pelaksanaan upaya rehabitatif dalam bidang kesehatan yaitu: 1.
Pemuliahan keadaan pasca sakit pada bayi dan balita
2.
Latihan fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit sebagai usaha pemeliharaan kesehatan
3.
Istirahat yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil pasca sakit
4.
Mobilisasi dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan cara ibu dapat mengubah posisi dan
berjalan-jalan sekurang-kurangnya 6 jam setelah
melahirkan
18
5.
Latihan fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam nifas atau senam kegel untuk membantu pemulihan alat kandungan ibu setelah melahirkan
6.
Pemenuhan gizi pada ibu nifas
2.6 Contoh Program Promotif dan Preventif 1. Program JKN ( Jaminan Kesehatan Nasioal ) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
2. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) BPJS
Kesehatan
(Badan
Penyelenggara
Jaminan
Sosial
Kesehatan)
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan rakyatIndonesia, terutama
pemeliharaan untuk Pegawai
kesehatan
Negeri
bagi
Sipil, Penerima
Pensiun
seluruh PNS
dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan
mulai
beroperasi
sejak
tanggal 1
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
19
Januari 2014, sedangkan BPJS
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu health promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health ke dalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventif medicine for the doctor in his community. Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of healt 2.specifik protection 3.early diagnosis and prompt treatment 4.limitation of disability dan 5.rehablitation. Upaya kesehatan secara garis besar, dapat dibagi menjadi 4, yaitu: upaya kesehatan promotif, upaya kesehatan preventif, upaya kesehatan kuratif, dan upaya kesehatan rehabilitatif. Contoh Program Preventif dan Promotif 1. Program JKN ( Jaminan Kesehatan Nasioal ) 2. BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) 3.2 Saran Akhir dari penulisan makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang berjudul Upaya Kesehatan ini berguna untuk menambah pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal untuk melakukan proses pembelajaran sebagai calon perawat. Selain itu juga diharapkan agar selalu berusaha terus memenuhi rasa ingin tahu hasil dari kegiatan yang telah dilakukan.
20
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014. Mencari Contoh Program Preventif. From: http://www.academia.edu/9257408/TUGAS_Mencari_Contoh_Program_Prefentif (online.available), diakses pada Senin, 11 Maret 2019 pukul 19.56 wita Anonim, 2014. Upaya Promkes. From: http://www.academia.edu/10082175/Makalah_Upaya_promkes (online.available), diakses pada Senin, 11 Maret 2019pukul 19.45 wita Isom,
2012.
Upaya
Promotif
Preventif
Kuratif
dan
Rehabilitatif.
From:
http://www.isomwebs.net/2012/09/upaya-promotif-preventif-kuratif-dan-rehabilitatif/ (online.available) diakses pada Senin, 11 Maret 2019pukul 17.20 WITA
21