UMUR Masa atau zaman, apakah sesuatu yang memiliki wujud atau tidak, bukanlah persoalan kita di sini. Itu bahasan filosof masa lampau. Yang jelas masa yang berkaitan dengan kesadaran kita adalah masa lalu, kini dan datang. Masa lalu telah pergi, masa datang di balik goib, dan masa kini itulah yang anda miliki, maka gunakanlah ia sebaik mungkin, ia bagaikan pedang, bila anda tidak menggunakan untuk kepentingan anda, dia digunakan menikam anda. Masa terbagi pada abad, abad pada tahun-tahun, dan tahun terbagi lagi pada bulan-bulan, dan yang ini terbagi pada sekian hari, lalu hari terbagi lagi dalam jam, lalu yang terakhir ini pada detik. Semua itu adalah aksioma yang dikenal secara jelas oleh manusia berakal. Masa adalah kadar kelanjutan wujud. Sebagaimana titik bila dilanjutkan akan menjadi garis yang panjang, demikian juga detik bila dilanjutkan akan menjadi abad. Berlalunya detik demi detik menghasilkan pergantian hari dan minggu, lalu bulan, tahun dan abad. Itu semua menandai bertambahnya-bahkan lebih tepat-berkurangnya-usia seseorang. Betapa cepatnya detik-detik menit, dan menit-menit jam, bahkan betapa cepatnya berlalu, minggu, bulan dan tahun kehidupan. Kemana gerangan kita diantar oleh pergantian detik-detik itu ? Al-Qur’an secara tegas mengatakan “ hai manusia Sesungguhnya engkau bersusah payah menuju Tuhanmu, dan engkau pasti akan menemui-Nya” Qs al-insyiqaq 84:6 karena kita diajar berucap inna lillah wa inna ilayhi raiun:/Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepadanya kita akan kembali” (Qs. Al-baqarah 2:156) Kita di dunia hanya bagaikan musafir yang beristirahat sejenak – apakah di bawah pohon yang rindang atau di kolong langit di bawah teriknya panas atau curah hujan – namun yang pasti – perjalanan berlanjut – detik demi detik berganti sampai akhirnya suka atau tak suka detik hidup kita di dunia ini berakhir. Seorang sahabat nabi saw. Bertanya : “Kapan datangnya akhir masa / kiamat ?” “Nabi saw. Balik bertanya: “apa yang engkau siapkan untuk menghadapinya ?” jawaban ini ada kesamaannya dengan jawaban Al-Qur’an ketika muaz bin jabal dan tsa’labah bin ghanamah al-ansahari bertanya “ wahai nabi, mengapa bulan bermula sabit, kemudian membesar hingga purnama, lalu dari malam ke malam, mengecil hingga sirna dari pandangan ?”nabi terdiam dan Al-Qur’an yang menjawab:” katakanlah ( hai Muhammad ), yang demikian itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan(ibadah) haji “ ( Qs.Al-Baqarah 2:189) Jawaban Al-Qur’an tidak sesuai dengan pertanyaan mereka, tetapi menuntun kepada sesuatu yang sangat mendasar, yakni pelajaran yang harus di petik dari apa yang terjadi pada pergantian bulan itu. Al-Qur’an menjawab : “ dia adalah tanda-tanda waktu bagi manusia” dalam arti keadaan bulan silih berganti seperti itu, “agar manusia
menjadikannya sebagai tanda untuk penyelesaian tugas dan kerja mereka”. Memang kata “waktu” di gunakan Al-Qur’an dalam arti “batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan”. Ia tidak boleh disia-siakan dan dibiarkan pergi karena seperti ucap sayydina alira. ”rezeki yang luput dari anda hari ini,masih dapat anda harapkan perolehannya esok, tetapi waktu yang berlalu saat ini, jangan harap dia kembali lagi” Keadaan bulan seperti itu, hendaknya juga mengingatkan manusia bahwa perjalanan hidupnya didunia ini bagaikan bulan manusia pada mulanya tidak hadir di persada bumi, kemudian ia lahir kecil mungil bagai bulan yang sabit itu, dan dari hari ke bulan, bulan ke tahun ia membesar, hingga dewasa, sempurna usia, tetapi kemudian sedikit demi sedikit kembali menurun dan menurun kemampuannya hingga tua dan wafat lalu menghilang dari kehidupan duniawi. Sayydina ali kw. Pernah berkata : bila keadaanmu makin mundur sedang maut terus datang menghadangmu, maka alangkah cepatnya pertemuanmu dengannya. Karena itu pula Al-Qur’an berpesan : “ hai orangorang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok” Qs. Al-hasyr 59:18. Ayat ini menuntun bahkan menuntut orang beriman untuk memilki visa jauh kedepan, bukan hanya terbatas pada kehidupan kini dan disini, tetapi esok dan di akhirat sana.