AGAR UMUR MENJADI BERKAH oleh Mazlan Salim Seorang nenek bertanya kepada Rasulullah apakah kelak ia akan masuk surga. Beliau menjawab : "Tidak akan ada nenek-nenek di surga". Mendengar jawaban ini spontan sang nenek menangis. Lalu Rasulullah berkata kepadanya bahwa di surga memang tidak ada nenek-nenek karena semua akan dijadikan muda belia. Sang nenek pun langsung tersenyum gembira. Kisah ini biasanya dikutip untuk menjelaskan semangat humor Rasulullah saw. Namun, dari sisi lain ada hikmah yang dapat kita ambil berkaitan dengan sikap seseorang terhadap umurnya. Sang nenek dalam kisah diatas – sepertinya – tidak peduli apakah dia muda atau tua, karena yang penting dia bisa masuk surga. Siapa pun memiliki peluang yang sama untuk masuk surga, baik muda maupun tua. Dalam pergaulan sehari-hari kita sering menjumpai orang-orang muda yang enggan bicara akhirat karena menurut mereka itu urusan nanti kalau sudah tua. Padahal bukankah kematian bisa datang kapan saja ? Dan sebaliknya, ada banyak orang tua yang belum tergerak hatinya untuk memikirkan nasibnya di akhirat. Padahal, boleh jadi Allah swt panjangkan umurnya untuk memberi kesempatan agar kembali kepadaNya. Banyak orang keliru dalam memandang umurnya. "Ada dua nikmat – kata Rasulullah saw –yang membuat banyak orang tertipu karenanya yaitu kesehatan dan waktu yang luang".1 Waktu yang luang itu adalah umur yang menjadi kesempatan untuk beramal soleh. Orang yang tidak menggunakan kesempatan tersebut sampai tiba kematian berarti dia tertipu dengan umurnya.
Apakah Umur Bertambah atau Berkurang ? Sebelum menjawab pertanyaan diatas, menarik kita simak ilustrasi yang dibuat oleh Amir Muhammad Al Madri, penulis buku "Tsalatsuna Amalan Yuthil al-'Umur" (Tiga puluh amal yang memperpanjang umur) sebagai berikut : • Seseorang berumur 60 tahun. 20 tahun digunakannya untuk tidur dengan asumsi rata-rata tidurnya 8 jam sehari. Dipotong masa menjelang baligh biasanya 15 tahun dan waktu yang digunakan untuk makan, minum, aktifitas lainnya selama 5 tahun. Maka, secara efektif, minus usia baligh, waktu tidur, makan minum dan lain-lain, umurnya yang tersisa untuk beramal sebenarnya selama 20 tahun saja. Jadi, dari 24 jam yang tersedia hanya sekitar 30 persen saja waktu efektif kita untuk beramal. Bahkan, jika seluruh usia 60 tahun itu digunakannya untuk beramal sekalipun, maka itu sebenarnya hanya baru tiga menit untuk ukuran akhirat, karena satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. • Seseorang berumur 60 tahun. Jika setiap hari rata-rata satu jam waktunya hilang tanpa amal maka telah sia-sia umurnya selama 3 tahun. Kalau 2 jam maka hilang 6 tahun. Demikian seterusnya setiap kehilangan satu jam
tanpa amal. Bayangkan, jika didalam waktu yang terbuang itu dia melakukan maksiat kepada Allah. Alangkah sia-sia kehidupannya. • Seseorang berumur 70 tahun. Jika 2 jam setiap hari digunakannya untuk beramal, misalnya 1 jam untuk shalat lima waktu dan 1 jam lagi untuk amal soleh lainnya, maka waktu potensial untuk beramal tinggal 22 jam perhari, sama dengan 64 tahun. Hal ini berarti, 2 jam per hari yang terpakai untuk beramal selama 70 tahun, itu hanya terhitung selama 6 tahun saja ! Dari ilustrasi ini, kesannya umur itu merupakan kesempatan untuk beramal. Umur yang lama (panjang) memberi kesempatan lebih banyak untuk beramal. Umur yang pendek berarti kesempatan beramalnya lebih sedikit. Dalam hadis Rasulullah saw yang sangat popular di kalangan kita dijelaskan bahwa apabila meninggal dunia maka terputuslah amal seorang hamba. Dengan demikian, batas umur itu adalah kematian. Setiap panjang umur maka semakin dekat dengan kematian dan semakin sedikit waktu untuk beramal. "Orang yang baik diantara kamu adalah yang panjang umurnya dan paling baik amalnya", demikian Rasulullah menegaskan.2 Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa umur sebenarnya semakin hari semakin berkurang. Tetapi, siapakah yang tahu kapan akan mati ? Allah swt berfiman : " (jika kamu menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya) niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan (ajal) Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.".3 Ketetapan disini maksudnya kematian. Kita hanya tahu adanya penundaan kematian jika kita tahu kapan ajal kita datang. Kematian itu batas hidup didunia yang menjadi rahasia Allah swt. Tidak seorang pun yang tahu kapan dia mati. Dengan demikian, pada hakikatnya, tak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa umurnya bertambah atau berkurang. Mengapa seorang bisa mengatakan bahwa sebuah pensil - misalnya - berubah menjadi pendek ? Karena dia tahu ukuran sebenarnya. Bagaimana mungkin suatu benda dikatakan harganya terlalu mahal atau terlalu murah kalau kita tidak tahu harga pasarannya ? Jika bilangan umur bertambah maka semakin dekat dengan kematian dan kesempatan hidup pun makin berkurang. Dengan demikian, umur kita pun pada dasarnya berkurang. Pendek kata, kematian ibarat tombol turn off bagi seorang dalam beramal. Tetapi, bila umur dipahami sebagai waktu yang terpakai untuk hidup, maka sebelum kematian datang umur dikatakan terus bertambah. Umur akan semakin bertambah sampai seseorang menemui ajalnya. Setiap manusia pasti menemui ajal yang telah ditetapkan Allah swt kepadanya tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikitpun. Inilah barangkali yang dimaksudkan oleh firman Allah swt : "…Dan sekalikali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah." (QS. Fathir [35] : 11) Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Jalaluddin as-Suyuthi mengutip sebuah hadis qudsi bahwa Allah berfirman : Tidaklah seseorang yang telah kutetapkan padanya umur yang panjang melainkan dia akan sampai pada ketetapan umurnya itu dan Aku memang telah menetapkannya tanpa penambahan sama sekali. Dan siapa yang
Kutetapkan berumur pendek maka dia akan menemui takdirnya sebagaimana yang telah Kutetapkan.4 Doa Panjang Umur Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah saw pernah mendoakan sahabat Anas bin Malik agar dilimpahkan banyak harta dan keturunan serta keberkahan dalam hidupnya. Doa beliau dikabulkan oleh Allah swt. Dalam hidupnya Anas termasuk generasi sahabat senior yang paling akhir wafat – umur beliau mencapai lebih 100 tahun – dan meninggalkan banyak harta dan anak. Dapatkah doa memanjangkan umur atau bisakah doa menghalangi takdir ? Seandainya seseorang yang rajin berdoa agar dipanjangkan umurnya meninggal dunia pada usia 60 tahun, darimana dia tahu bahwa seharusnya dia meninggal 5 atau 10 tahun sebelumnya ? Tentu dia tidak tahu sehingga tidak bisa berkata bahwa Allah telah memanjangkan atau memendekkan umurnya. Yang sudah pasti adalah 60 tahun merupakan umur yang telah ditakdirkan Allah swt kepadanya tanpa penambahan dan pengurangan sedikitpun. Kalau begitu, buat apa kita memohon agar dipanjangkan umur ? Bukankah permohonan itu sia-sia disebabkan tidak ada yang tahu batas kehidupannya? Seyogianya umur dinilai tidak sekedar dari bilangannya, melainkan dari aktifitas yang dilakukan dalam mengisi waktu hidup yang dimiliki. Dua orang yang memiliki waktu sama, 1 jam misalnya, dapat melakukan aktifitas yang berbeda, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Bagi seorang yang rajin dan enerjik, 8 jam kerja di kantor dapat melakukan sepuluh aktifitas, sedangkan bagi seorang pemalas, 8 jam itu bisa tak menghasilkan apa-apa. Inilah barangkali yang dinamakan waktu yang penuh keberkahan. Berkah (barokah, Arab) sejenis added value (nilai tambah). Bila segelas air yang selama ini hanya untuk menghilangkan haus, ternyata juga dapat digunakan untuk mengobati sakit kepala, maka kita menyebutnya air berkah. Nasi bungkus yang didapat dari sebuah pengajian lazim disebut nasi berkah karena diyakini mengandung nilai lebih dibanding nasi bungkus biasa. Jadi permohonan doa agar dipanjangkan umur itu pada dasarnya merupakan permohonan agar mendapat bimbingan (hidayah) Allah swt agar umur yang tersisa dapat digunakan secara optimal untuk beribadah kepada-Nya. Setiap kita memohon kepada Allah swt agar dipanjangkan umur, itu berarti kita selalu berupaya agar setiap detik yang berlalu dalam hidup ini senantiasa mendatangkan manfaat dan mashalahat buat kita, baik di dunia maupun di akhirat. Inilah umur yang berkah, dan keberkahan ini pula yang sebenarnya kita mohonkan kepada Allah swt. "Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran", (QS. Al-Ashr [103] : 1-3), demikian Allah swt mengingatkan. Agar Umur menjadi Berkah Amir Muhammad Al Madri dalam kitabnya diatas menyebut ada 30 amal yang dapat dilakukan untuk menambah berkah umur. Disini kami kutipkan tiga saja, yaitu :
1) Dalam setiap aktifitas senantiasa mengharapkan ridho Allah. Sebagian ulama salaf berkata : "Makan, minum, tidur dan apapun yang dilakukan seorang mukmin karena ketaatan kepada Allah pasti menghasilkan pahala". Bisa melakukan banyak hal yang bernilai pahala dalam setiap detik kehidupan membuat umur terasa panjang karena banyak manfaat yang dihasilkan. 2) memelihara hubungan silaturrahmi. Silaturrahmi membuat kita akan selalu diingat orang lain, bahkan setelah meninggal dunia sekalipun. Inilah yang membuatnya seolah-olah tetap hidup. Dalam pergaulan sehari-hari mudah sekali kita berkenalan dengan banyak orang. Baru pertama berjumpa, kita saling memperkenalkan nama, tempat tinggal, pekerjaan dan lain sebagainya. Namun, kadang setelah itu kita mudah pula melupakannya. Dalam bisnis, kita perlu relasi, rekanan atau orang yang kita kenal untuk memperluas usaha. Tak jarang kita mendapatkan peluang sebagai berkah dari hubungan-hubungan seperti ini. Benarlah Rasulullah saw dengan sabdanya : "Siapa yang ingin dipanjangkan sisa umurnya dan diluaskan rezekinya maka hendaklah ia menjalin silaturrahmi".5 3) Berakhlak baik. Orang baik pasti disenangi banyak orang. Dalam setiap pergaulan ia mudah diterima, namanya sering disebut dan diberi kesempatan. Kehadirannya dinantikan dan ketiadaannya dipertanyakan. Keadaan ini membuatnya senantiasa hidup sekalipun nanti setelah wafat. Inilah yang membuatnya seolah berumur panjang (berkah). It's nice to be a important but it's important to be nice (Memang baik jadi orang penting namun jauh lebih penting menjadi orang baik) Kita tentu kenal ungkapan ini. Jauh sebelum adanya ungkapan ini, Rasulullah saw pernah bersabda : "Sesungguhnya kamu tidak akan bisa membahagiakan semua orang dengan seluruh hartamu. (Tetapi) Bahagiakanlah mereka dengan wajah lembut dan kebaikan akhlakmu".6
1
Hadis riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas Hadis riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah 3 QS. Nuh (71) : 4 4 Jalaluddin a-Suyuthi, Tafsir ad-Durr al-Mantsur fi at-Ta'wil bi al-Ma'tsur, Mesir : 2003, cet. ke-1, Juz 12, hal 264, 5 Hadis riwayat Muttafaq alaih 6 Hadis riwayat dari Abu Hurairah. Menurut al-Hakim hadis ini sahih. Lihat Al-Mustadrak ala ashahihain, Juz 1 hal. 201, Nomor : 427-428. 2