BAB I PENDAHULUAN
Ulser Traumatik (Traumatic Ulcer) merupakan suatu defek yang terjadi pada jaringan epitel yang disebabkan oleh trauma sehingga menimbulkan suatu lesi cekung yang telah kehilangan lapisan epidermisnya (Greenberg dan Glick, 2008). Trauma yang terjadi dapat disebabkan oleh trauma fisik (mekanis, panas, elektris) atau trauma kimia. Trauma mekanis paling sering disebabkan gigi yang tajam, penggunaan kawat ortodontik atau gigi palsu, dan tergigit (Field,2003). Makalah ini akan membahas mengenai Traumatic Ulcer pada pasien lakilaki usia 24 tahun yang datang ke RSGM Unpad. Pada tanggal 31 Agustus 2017, Tn. M datang dengan keluhan terdapat sariawan di pipi sebelah kiri sejak 6 hari yang lalu. Sariawan terjadi akibat pasien dilakukan swab mukosa di bagian pipi. Melalui anamnesa, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, didapatkan diagnosa traumatic ulcer. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kesehatan mulutnya, diberi resep salep triamcinolone acetonide 0,1%.
1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Status Klinik IPM 2.1.1
2.1.2
Status Umum Pasien Tanggal Pemeriksaan
: 31 Agustus 2017
Nama Pasien
:M
Nomor Rekam Medik
: 2013-02580
Usia
: 24 Tahun
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa Profesi
Alamat Rumah
: Jl. Gagak, Sekeloa Selatan
Anamnesa Pasien laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan yang
terasa perih di bagian pipi sebelah kiri sejak 6 hari yang lalu, dan sekarang perihnya sudah berkurang. Sariawan terasa lebih sakit saat pasien makan. Awal mula sariawan terjadi setelah pasien menjadi subjek penelitian untuk dilakukan swab mukosa. Pasien tidak memiliki riwayat sariawan yang muncul tiba-tiba. Di keluarga pasien (orang tua dan adik) tidak memiliki riwayat sariawan yang
2
3
berulang dan muncul tiba-tiba. Pasien belum mengobati sariawannya. .Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk Pasien ingin sariawannya diobati.
2.1.3
2.1.4
Riwayat Penyakit Sitemik Penyakit jantung
: YA / TIDAK
Hipertensi
: YA / TIDAK
Diabetes Melitus
: YA / TIDAK
Asma/Alergi
: YA / TIDAK
Penyakit Hepar
: YA / TIDAK
Kelainan GIT
: YA / TIDAK
Penyakit Ginjal
: YA / TIDAK
Kelainan Darah
: YA / TIDAK
Hamil
: YA / TIDAK
Kontrasepsi
: YA / TIDAK
Lain-lain
: YA / TIDAK
Riwayat Penyakit Terdahulu Disangkal.
2.1.5
Kondisi Umum Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
4
2.1.6
Suhu
: Afebris
Tensi
: 110/70 mmHg
Pernafasan
: 16 x / menit
Nadi
: 72 x / menit
Pemeriksaan Ekstra Oral Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
Mata
pupil isokhor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
TMJ
clicking sebelah kanan, deviasi ke kanan
Bibir
kompeten, t.a.k
Wajah
Simetri / Asimetri
Sirkum Oral
t.a.k
Lain-lain
-
2.1.7
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut
baik/sedang/buruk
plak + / -
5
Kalkulus + / -
stain + / -
Gingiva
oedematus pada region lingual rahang bawah
Mukosa Bukal
Terdapat ulcer pada mukosa bukal bagian kiri belakang kiri bawah, berbentuk oval, tepi irregular, warna lesi putih, diameter ±0,5 mm, dasar cekung, tunggal, tepi dikelilingi eritem, di regio gigi 37
Mukosa Labial
t.ak
Palatum Durum
t.a.k, dalam
Palatum mole
t.a.k
Frenulum
t.a.k
Lidah
t.a.k
Dasar Mulut
t.a.k
2.1.8
2.1.9
Status Gigi 8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
Pemeriksaan Penunjang Radiologi
TDL
Darah
TDL
Patologi Anatomi
TDL
Mikrobiologi
TDL
6
2.1.10 Diagnosa D/
: Traumatic ulcer a/r bibir bawah dekstra
DD/
: Stomatitis Aphtous Recurrent Minor
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan − Pro OHI − Pro Resep:
R/ Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase R/Chlorhexidine gluconate 0,2% flc
− Pro Kontrol 1 minggu kemudian
Gambar 2.1 Ulser pada bibir bawah dekstra
2.2
Status Kontrol IPM
Tanggal
2.2.1
: 7 September 2017
Anamnesa
7
Tujuh hari yang lalu pasien datang ke RSGM FKG Unpad dengan keluhan terdapat sariawan di pipi di bagian belakang bawah. Pasien diberikan resep salep triamcinolone acetonide 0,1% in orabase yang dioleskan pada sariawannya setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Berdasarkan hasil observasi sariawan di bibir pasien sembuh, tidak meninggalkan bekas, dan tidak terasa sakit.
2.2.2
Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe Submandibula
Submental
Servikal
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
Bibir
t.a.k
Wajah
Simetri/Asimetri
Sirkum Oral
t.a.k
Lain-lain
-
8
2.2.3
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut Debris Indeks 16 11 26 0 1 0 46 31 36 1 0 0 DI = 2/6 KI = 0/6
16 46
OHI-S = DI + CI = 2/6 = 0,33
Kalkulus Indeks 11 26 0 0 0 31 36 0 0 0
OHI-S Baik/ sedang/ buruk Stain +/-
baik
Gingiva
oedem di region lingual rahang bawah
Mukosa Bukal
t.a.k
Mukosa Labial
t.a.k
Palatum Durum
t.a.k, dalam
Palatum mole
t.a.k.
Lidah
t.a.k
Dasar Mulut
t.a.k.
2.2.4 Diagnosis D/
: Post traumatic ulcer a.r lateral lidah dekstra
DD/ : Reccurent apthous stomatitis
2.2.5 Rencana Perawatan − Pro OHI, pasien diminta untuk menjaga kebersihan mulut
9
Gambar 2.2 Kondisi lateral lidah dekstra pasien saat kunjungan kontrol
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Ulser Traumatik
3.1.1
Definisi Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis (Greenberg dan Glick, 2003). Ulser merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan hilangnya kontinuitas epitel dan lamina propia dan membentuk kawah. Kadang secara klinis tampak edema atau proliferasi sehingga terjadi pembengkakan pada jaringan sekitarnya. Jika terdapat inflamasi, ulkus dikelilingi lingkaran merah yang mengelilingi ulkus yang berwarna kuning ataupun abu-abu (Scully, 1999). Ulser traumatik adalah lesi oral yang sering terjadi dan dapat disebabkan oleh gigi yang patah atau tajam, tambalan yang kurang baik, instrument kedokteran gigi, gigitan, iritasi gigi tiruan, benda asing yang tajam, dan lain-lain (Laskaris, 2006). Reccurent oral ulceration merupakan kondisi yang banyak terjadi disebabkan beberapa etiologi, trauma menjadi penyebab yang banyak ditemukan. Lokasi yang banyak ditemukan antara lain mukosa labial, mukosa bukal, palatum, dan lidah (Langlais & Miller, 2000)
3.1.2
Etiologi dan Tampilan Klinis Traumatik ulser dapat disebabkan oleh bahan kimia, panas, elektrik, atau
gaya mekanis. Trauma mekanis dapat disebabkan ill-fitting denture, tergigit,
11
11
abrasi karena sering berkontak dengan gigi yang tajam atau patah, iatrogenik (seperti terkena alat tajam saat pemeriksaan gigi) (Langlais & Miller, 2000; Regezi et al, 2012). Ketidak sengajaan tergigit saat mengunyah makanan ataupun tertusuk makanan yang tajam seperti duri ikan dapat menyebabkan ulser traumatik yang akut (Anura,2014). Bahan kimia dapat menyebabkan ulser rongga mulut karena sifat asam bahan tersebut atau karena kemampuan bahan berperan sebagai iritan atau alergen. Bahan medikamen yang mengandung fenol misalnya, dapat menyebabkan ulser lokal iatrogenik. Ulser rongga mulut karena panas jarang ditemukan. Perawatan radiasi atau kemoterapi juga dapat menyebabkan ulser rongga mulut. Etiologi ulser dan mukositis berhubungan dengan banyak faktor dan melibatkan lima fase biologis yaitu inisiasi, respon kerusakan awal, penguatan sinyal, ulserasi, dan penyembuhan (Regezi et al, 2012). Menurut Houston (2009), etiologi ulser antara lain tergigit ketika berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi yang patah, karies, malposisi, protesa yang tidak tepat, dan trauma mekanis lainnya (seperti terkena alat makan, bahan kimia, dan panas). Lokasi ulser yang banyak ditemui berdasarkan penyebabnya antar lain: (Houston, 2009) 1) Trauma mekanis, ulser yang disebabkan trauma mekanis banyak ditemukan pada mukosa bukal, mukosa labial pada bibir atas maupun bibir bawah, dan lateral lidah. Kadang dapat juga ditemukan pada mukobukal fold, gingiva, dan palatum.
12
2) Elektrik, lesi yang berhubungan dengan panas elektrik sering terdapat pada bibir dan komisur bibir. 3) Panas, lesi karena panas dari makanan panas sering terdapat pada posterior mukosa bukal dan palatum. 4) Bahan kimia, lesi karena bahan kimia dapat terjadi pada seluruh bagian mukosa rongga mulut. Bahan kimia yang dapat menimbulkan lesi seperti aspirin, hidrogen peroksida, silver nitrate, dan fenol. Ulser dilapisi eksudat fibrin putih-kekuningan, dikelilingi daerah eritem (erythematous halo), disertai rasa nyeri. Ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari tanpa pembentukan scar, sembuh dengan sendirinya atau dengan menghilangkan penyebabnya. Bibir, lidah, dan mukosa bukal merupakan lokasi predileksi terjadinya ulser. (Laskaris, 2006; Regezi et al, 2012).
Gambar 3.1. Traumatik ulser pada mukosa labial karena gigi yang tajam (Greenberg & Glick, 2008)
13
14
3.1.3
Histopatologi Ulser akut memperlihatkan kehilangan permukaan epitelium yang
digantikan jaringan fibrin berisi neutrophil. Dasar ulser terdapat dilatasi kapiler dan jaringan granulasi. Regenerasi epitelium dimulai dari bagian tepi ulser, dengan proliferasi sel di atas jaringan granulasi dan di bawah bekuan fibrin (Regezi et al, 2012). Ulser kronis memiliki dasar jaringan granulasi, dengan scar ditemukan lebih dalam pada jaringan. Regenerasi epitel biasanya tidak terjadi karena trauma yang berkelanjutan atau karena faktor jaringan lokal yang tidak menguntungkan. Faktor tersebut berhubungan dengan adhesi yang tidak tepat dari ekspresi molekul (integrin) atau inadekuat reseptor matriks ekstraselular untuk integrin keratinosit (Regezi et al, 2012).
15
3.1.4
Diagnosis, Diagnosis Banding, dan Perawatan Penegakan diagnosa untuk traumatik ulser dapat dilakukan melalui
anamnesa, pemeriksaan klinis, riwayat trauma, evaluasi gigi tiruan, dan evaluasi alat ortodontik yang digunakan pasien (Sciubba et al, 2002). Diagnosis banding untuk ulser traumatik antara lain eosinophilic ulcer, reccurent aphthous ulcer, Riga–Fede disease, syphilis, tuberculosis, systemic mycoses (Laskaris, 2006). Meskipun traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan pemberian kortikosteroid topikal (Regezi et al, 2012).
3.2
Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) Recurrent aphtous stomatitis (RAS) merupakan suatu kelainan yang terjadi
pada mukosa rongga mulut yang ditandai dengan munculnya ulser yang berulang dan tidak disertai dengan penyakit lain (Greenberg dan Glick, 2008). Ulser ini biasanya terjadi pada mukosa rongga mulut tidak berkeratin, seperti bibir, pipi, vestibulum, dasar mulut, serta palatum lunak dan terkadang pada gusi meskipun jarang terjadi (Guallar, et al.,2014). RAS merupakan lesi dalam rongga mulut yang banyak ditemukan, dengan prevalensi 10-30% pada semua populasi. Etiologi RAS belum diketahui secara pasti, faktor predisposisi antara lain trauma, alergi, genetik, gangguan endokrin,
emosional
stress,
defisiensi
hematologi,
dan
AIDS.
RAS
diklasifikasikan menjadi minor ulcer, mayor ulcer, dan herpetiform ulcer. Tipe
16
minor merupakan jenis yang paling banyak ditemui, ukurannya kecil dengan diameter 3-6 mm, dasar ulser putih kekuningan, dan dikelilingi tepi eritem (eritemathous halo), lesi dapat single maupun multiple (dua hingga enam lesi), dapat sembuh dengan sendirinya tanpa scar dalam waktu 7-12 hari. Tipe major memiliki diameter 1-2 cm, terasa nyeri yang dalam, dan dapat bertahan 3-6 minggu, proses penyembuhan dapat menimbulkan scar, jumlah lesi bervariasi (satu hingga lima). Tipe herpetiform ukurannya kecil dengan diameter 1-2 mm, jumlah lesi banyak berkisar 10-100, lesi dapat bersatu membentuk ulser iregular yang lebih besar, waktu penyembuhan 1-2 minggu tanpa pembentukan scar. Perawatan RAS menggunakan steroid topikal, dalam kasus yang berat terapi dengan injeksi steroid atau steroid sistemik dalam dosis rendah (10-20 mg prednisone) selama 4 hingga 8 hari dapat meringankan simptom (Greenberg & Glick, 2008; Laskaris, 2006).
Gambar 3.2 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major Apthous Ucer, (c) Multiple Herpetiform Ulcer (Laskaris, 2006)
17
Tampilan klinis berupa pemanjangan papila filiform pada lidah yang asimptomatik. Warna dapat bervariasi berupa putih, coklat, hingga kekuningan. Pasien biasanya mengeluhkan halitosis dan rasa yang tidak nyaman pada lidah. Perawatan yang dilakukan dengan menghentikan merokok dan penggunaan oxidizing mouthwash, menyikat lidah, peningkatan kebersihan rongga mulut, agen keratolytic. (Laskaris, 2006; Greenberg & Glick, 2008)
3.4 Triamcinolone Acetonide 0,1% in Orabase Triamcionolone acetonide 0,1% in orabase merupakan kortikosteroid topikal golongan glukokortikoid. Golongan kortikosteroid mampu menghambat akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan pelepasan mediator inflamasi, sehingga mengurangi atau mencegah reaksi jaringan terhadap proses inflamasi (Jeske, 2014). Triamcinolone acetonide in orabase digunakan dalam terapi pada stomatitis sebagai simple covering agent. Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase diaplikasikan setelah makan untuk menghindari terhapusnya obat yang telah diaplikasikan sebelumnya, dan sebelum tidur untuk memaksimalkan kontak antara obat dan ulser. Jumlah aplikasi obat tergantung tingkat keparahan ulser bahkan dapat diaplikasikan hingga tiga kali sehari (Rutter & David, 2013).
18
BAB IV PEMBAHASAN
Nn. D datang ke RSGM FKG UNPAD dengan keluhan terdapat sariawan pada bibir bawah sebelah kanan. Sariawan tersebut muncul karena tertusuk tulang ikan saat makan sejak 4 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat sariawan berulang yang muncul secara spontan. Riwayat sariawan sebelumnya muncul 2 bulan yang lalu pada bibir bawah karena tergigit. Traumatik ulser dapat disebabkan karena tergigit ketika berbicara, tidur, atau mengunyah, gigi fraktur, karies, malposisi gigi, protesa yang tidak tepat pemasangannya, dan trauma lainnya. Ulser karena trauma mekanis biasanya terjadi pada mukosa bukal, mukosa labial, dan lateral lidah (Houston, 2009). Pasien mengeluhkan rasa sakit pada sariawan ketika tersentuh. Gambaran lesi pada bibir bawah kanan, bentuk lingkaran dengan batas irreguler, diameter ±2 mm, dasar datar dikelilingi tepi yang eritem. Laskaris (2006) dan Langlais & Miller (2000), gambaran klinis traumatik ulser yaitu nyeri, dasar cekung, berbentuk oval, margin irreguler, dan dikelilingi tepi eritema. Pasien diresepkan triamcinolone acetonide 0,1 % in orabase, digunakan tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan pemberian kortikosteroid topikal (Regezi et al, 2012). Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase berperan untuk menurunkan respon jaringan terhadap reaksi
20
20
inflamasi, mampu menghambat akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan pelepasan mediator inflamasi, sehingga mengurangi atau mencegah reaksi jaringan terhadap proses inflamasi (Jeske, 2014). Tujuh hari kemudian pasien datang kembali untuk kontrol. Hasil pemeriksaan menunjukkan traumatik ulser telah sembuh tanpa meninggalkan bekas. Lakaris (2006), traumatik ulser akan sembuh dalam waktu 6-10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.
BAB V SIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis lesi yang dialami pasien berupa ulser traumatik, karena tertusuk tulang ikan saat makan. Gambaran klinis lesi pada bibir bawah kanan berbentuk lingkaran, batas irregular, diameter ±2mm, dasar datar, dikelilingi tepi eritem, terasa nyeri. Perawatan ulser traumatik pada pasien dengan triamcinolone acetonide 0,1% in orabase dan chlorhexidine gluconate 0,2% cukup efektif, ulser dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas dalam 7 hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
Danser MM, et alI. 2003. Tongue Coating and Tongue Brushing: A Literature Review. Int J. Dent. Hyg. 2003 Aug; 1(3): 151-158 Greenberg, Martin S. dan Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine Diagnosis & Treatment 11thEd. London: BC Decker Inc. Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at http://emedicine.medscape.com Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 7thed. New York: Thieme Langlais, R. P & Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Disease Rutter, Paul, & David Newby. 2013. Community Pharmacy ANZ; Symptoms, Diagnosis, and Treatment. Elsevier Regezi, A. dan James J. Sciubba, Richard C. K. Jourdan. 2012. Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations.6th Ed. Elsevier Scuba, J.J, et al. 2002. PDQ Oral Diseases. London: BC Becker Inc. Scully, Crispian. 2010. Medical Problems in Dentistry. London: Elsevier. Quirynen M, et al. 2004. Impact of Tongue Cleansers on Microbial Load and Taste. J Clin Periodontal 2004; 31: 506-510
22