UKL-UPL UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PETERNAKAN AYAM PETELUR UD. FAJAR MULYA Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo 2018
SURAT PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL UPL Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hadi Prayitno Jabatan : Direktur Alamat usaha / kegiatan : Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Telp / faks / HP / email : 0852 5980 4321 Selanjutnya bertindak atas nama pemrakarsa peternakan ayam pedaging, dengan ini menyatakan bahwa : 1. Data UKL-UPL dari kegiatan di atas telah disusun dengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku 2. Kami bersedia melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan yang tercantum didalam dokumen UKL-UPL serta bersedia dipantau dampaknya oleh instansi yang berwenang selama kegiatan berlangsung dan mengirimkan laporan setiap 6(enam) bulan sekali ke Badan Lingkungan Hidup 3. Apabila kami tidak melakukan apa yang tercantum dalam dokumen UKL-UPL dan terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan, kami bersedia menghentikan kegitan usaha dan bersedia menanggung semua kerugian serta resiko yang ditimbulkan oleh pencemaran atau kerusakan lingkungan yang terjadi 4. Kami bersedia merevisi dokumen UKL-UPL jika terdapat perubahan dalam kegiatan atau usaha baik luasan lahan, kapasitas maupun desain Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya sebagai komitmen perusahaan kami dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan Ponorogo, Februari 2019 Penanggungjawab UKL-UPL
Anik Yulaika
KATA PENGANTAR
Pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dan Peraturan Bupati Ponorogo No. 53 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting diharuskan menyusun dokumen UKL-UPL, sehingga rencana operasional Peternakan Ayam Pedaging di Kabupaten Ponorogo kategori dampaknya kecil, tetapi tetap harus diantisipasi dan dilakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang memadai. Tujuan penyusunan dokumen UKL-UPL ini khususnya agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup juga bagi Dinas/Instansi terkait di Kabupaten Ponorogo, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah mendukung penyelesaian dokumen UPL-UKL ini.
Ponorogo,
Februari 2019
Pemrakarsa
Anik Yulaika
DAFTAR ISI PERNYATAAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN HIDUP SURAT REKOMENDASI UKL-UPL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 Pedahuluan A. Latar Belakang B. Maksud, Tujuan dan Kegunaan C. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun UKL-UPL D. Dasar Hukum BAB 2 Rencana Kegiatan 2.1. Nama Kegiatan 2.2. Lokasi Kegiatan 2.3. Skala Kegiatan 2.4. Kesesuaian Tata Ruang 2.5. Rona Lingkungan Awal 2.6. Tahap Pra konstruksi 2.6.1. Sosialisasi kepada masyarakat 2.6.2. Pembebasan lahan 2.6.3. Pengurusan perizinan 2.7. Tahap Konstruksi 2.7.1. Rekrutmen tenaga kerja 2.7.2. Pematangan lahan 2.8. Tahap Operasi 2.8.1. Mobilisasi Tenaga kerja 2.8.2. Kegiatan Peternakan BAB 3 Dampak Lingkungan yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 3.1. Tahap Pra Konstruksi 3.2. Tahap Konstruksi 3.3. Tahap Operasi MATRIKS UKL-UPL BAB 4 Jumlah dan Jenis izin PPLH yang dibutuhkan DAFTAR PUSTAKA Lampiran - lampiran
DAFTAR TABEL Table 2.1. Penggunaan Lahan Table 2.2. Luas bangunan Table 2.3. Populasi ternak Tabel 2.4. Pemberian pakan ternak Tabel 2.5. Vaksin dan obat-obatan Table 2.6. Tenaga kerja Table 2.7. jadwal rencana kegiatan Table 2.8. Baku mutu air limbah Table 2.9. Perizinan yang dimiliki Table 2.10. Tenaga kerja konstruksi Table 2.11. Peralatan yang digunakan Table 2.12. Material yang digunakan Table 2.13. Fungsi bangunan Table 2.14. Jenis tanaman RTH Table 2.15. Kebutuhan tenaga kerja tahap operasi Table 2.16. Kebutuhan air bersih Table 2.17. Volume timbulan sampah Tabel 2.18. Volume limbah B3 Tabel 2.19. Volume kotoran ternak Table 2.20. Durasi kendaraan
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Lay Out Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA Gambar 2.2. Denah Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA Gambar 2.3. Peta Satelite Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA Gambar 2.4. Peta Pemantauan Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA Gambar 2.5. Muka Air ROW 6 Gambar 2.6. Skema penggunaan air bersih Gambar 2.7. Desain Drainase Gambar 2.8. Rencana pemasangan septic tank Gambar 2.9. Model sumur resapan Gambar 2.10. Neraca air
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan Perlindungan Lingkungan Hidup, setiap kegiatan dan/atau usaha yang dilakukan dipastikan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik positif maupun negative. Dalam rangka pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan dan/atau usaha diperlukan adanya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Prinsip pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kegiatan dan/atau usaha adalah meningkatkan dan mengembangkan dampak positif yang akan terjadi serta mengurangi dan meminimalkan dampak negative yang mungkin terjadi. Salah satu kegiatan dan/atau usaha yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup sekitar adalah kegiatan Peternakan Ayam Pedaging Clouse House. Sehubungan hal tersebut UD. ANIK YULAIKA sebuah perusahaan peternakan Ayam Pedaging Clouse House yang berlokasi di Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo melakukan studi kelayakan lingkungan dengan menyusun formulir Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL – UPL). Penyusunan formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA dengan jumlah populasi 62.000 ekor dengan berpedoman Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
B.
MAKSUD, TUJUAN DAN KEGUNAAN 1. MAKSUD Maksud disusunnya formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA adalah sebagai pedoman bagi pemrakarsa atau penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sehingga akan dapat mengembangkan dampak positif dan menimbulkan dampak negative yang mungkin timbul di lingkungan sekitar kegiatan dan/atau usaha.
2. TUJUAN Tujuan disusunnya formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA ini adalah : a. Mengidentifikasi kegiatan dan/atau usaha Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak akibat kegiatan dan/atau usaha Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA. c. Sebagai acuan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada operasional Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA. d. Sebagai Instrumen pengikat bagi pihak Perusahaan untuk melakukan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
3. KEGUNAAN Kegunaan formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA adalah : A. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan untuk melaksanakan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.
Sebagai bahan untuk membantu semua pihak dalam menciptakan kualitas lingkungan yang baik.
Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan.
B. Bagi Penanggungjawab Kegiatan
Sebagai panduan bagi pemrakarsa/penanggungjawab kegiatan dalam menangani dampak yang mungkin timbul akibat operasional peternakan ayam system clouse house UD. ANIK YULAIKA di Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
Mewujudkan peternakan ayam system clouse house UD. ANIK YULAIKA Desa Grogol Kecamatan Sawoo sebagai kegiatan/usaha yang berwawasan lingkungan hidup.
Sebagai instrument pengikat bagi pemrakarsa/penanggungjawab kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
C. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN UKL-UPL A. PEMRAKARSA Identitas Pemrakarsa Kegiatan ini adalah sebagai berikut : Nama Pemohoan
: Anik Yulaika
Alamat Pemohon
: Perum Kertosari Estate B-15 RT 02 RW 04 Kelurahan Kertosari Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo
Lokasi Kegiatan
: Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Penanggung jawab UKL-UPL : Nama
: Anik Yulaika
Jabatan
: Direktur
Jenis usaha
: Peternakan Ayam Pedaging
Luas tanah
: 2.788 m2
Luas bangunan
: 2.302 m2
Jumlah populasi
: 62.000 ekor
Jumlah kandang
: 2 kandang
Luas kandang
: 100 x 8 m dan 100 x 14 m
B. PENYUSUN UKL-UPL Tim Penyusun DPLH ini adalah sebagai berikut : Nama Perusahaan
: CV. Bakti Pertiwi
No. Hp
: 085 257 226 027
Email
:
[email protected]
SIUP
: 503/384/405.16/2018
TDP
: 13.18.5.47.1240
Akte Notaris
: No 4, 4 november 2016
NPWP
: 80.570.533.2-647.000
SKA / SBU
: 1149179 / 13.13.0007112
Penanggung jawab : Ike Sureni,SKM,M.Kes Jabatan
: Direktur
Alamat
: Perum Anggrek Garden D 2 Kertosari Babadan Ponorogo
Tenaga Ahli
: 1. Ike Sureni,SKM,M.Kes(Kesehatan) 2. Putri Nugraheni, ST (Tehkik Lingkungan) 3. Lilis Purnama Dewi,ST (Teknik Sipil) 4. Hawin Mey R.F,SKM (K3) 5. S. Wiyono, M.Si (Sosial Ekonomi)
D.
DASAR HUKUM Penyusunan Formulir UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Clouse House UD. ANIK YULAIKA Desa Grogol Kecamatan Sawoo ini dilandasi beberapa Peraturan Perundang-undangan antara lain : A. UNDANG – UNDANG 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah
7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 10. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
B. PERATURAN PEMERINTAH 1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) 3. Peraturan Pemerintah 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 Tentang perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Bahan Berbahaya dan Beracun. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 7.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
C. PERATURAN MENTERI 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1980 tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Men.kes/Per/IX/1990 tentang syaratsyarat dan Pengawasa Kualitas Air 3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan 7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan 8. Peraturan Menteri Negara Perhubungaan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu-rambu Lalu Lintas 9. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 40/Permentan/OT.140/2/2014 Tahun 2014 tentang Pedoman Budi Daya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik 10. Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016
dan tentang
Kehutanan Pedoman
RI
Nomor
Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/ Atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan hidup
D. KEPUTUSAN MENTERI 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan 2. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perusahaan 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Domestik
E. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur
F. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR 1. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak 2. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dokumen DPLH 3. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lain
G. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR 1. Surat Keputusan Gub. Jatim Nomor 129 Tahun 1996 tentang Baku mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 1. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032 2. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 5 Tahun 2011 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat
I. PERATURAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO 1. Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2015 tentang Izin Lingkungan 2. Peraturan Bupati Nomor 50 Tahun 2017 tentang Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 Skala Kabupaten 3. Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2017 tentang Izin Pembuangan Air Limbah
J. KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO 1. Keputusan Bupati Nomor 188.45/1729/405.25/2017 tentang Pembentukan Tim Pemeriksa UKL-UPL dan Tim Pemeriksa SSPL Kabupaten Ponorogo
BAB 2 RENCANA KEGIATAN 2.1. Nama Kegiatan Kegiatan ini adalah rencana kegiatan pembangunan “Peternakan Ayam Broiler (Pedaging)” yang diprakarsai oleh perorangan yang selanjutnya disingkat dengan kata peternakan. Peternakan yang akan dibangun sesuai rencana kegiatan memiliki luas lahan 2.788 m2 dengan luas bangunan 2.302 m2 Berisikan populasi ternak sebanyak 62.000 ekor ayam broiler (pedaging) dalam kandang berlantai dua sebnyak 2 buah dengan ukuran kandang 8 m x 100 m dan 14 m x 100 m. 2.2. Lokasi Kegiatan Rencana kegiatan peternakan secara administrasi berlokasi : Jalan
: -
Dukuh
: Krajan
Kel./Desa
: Grogol
Kecamatan
: Sawoo
Kabupaten
: Ponorogo
Provinsi
: Jawa Timur
Koordinat
: 7°58’08.4"S 111°31 '45.7"E
Kesampaian lokasi rencana kegiatan dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan dikarenakan berada di jalan raya Ponorogo. Selain itu, jarak lokasi kegiatan dengan pusat Pemerintahan antara lain :
Pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo + 25 KM
Pemerintahan Kecamatan Sawoo + 4 KM
Pemerintahan Desa Grogol + 2 KM
Pemukiman penduduk terdekat + 150 meter
Gambar 2.1. Lay Out Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA
Gambar 2.2. Denah Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA
Gambar 3.3. Peta Satelit Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA
Gambar 2.4. Peta Pemantauan Peternakan Ayam UD. ANIK YULAIKA
Adapun batas lokasi dengan kegiatan di sekitarnya antara lain : Sebelah Utara
: Tanah Milik Sdr. Imam Mustakim
Sebelah Timur
: Jalan Desa
Sebelah Selatan
: Tanah Milik Sdr. Boiran dan Panut
Sebelah Barat
: Tanah Milik Sdr. Tumikun
2.3. Skala Kegiatan Luas lahan yang digunakan untuk rencana pembangunan peternakan seluas 2.788 m2 dimanfaatkan untuk : Table 2.1. Penggunaan Lahan NO
Penggunaan
Luas(m2)
Persen(%)
A Lahan Tertutup 1
Kandang 1
800
29
2.
Kandang 2
1400
50
3
Gudang dan mess
66
2
3
Parkir
186
6
Jumlah
2.452
88
B Laham Terbuka
4
RTH
300
11
5
Tempat bangkai
36
1
Jumlah
336
12
2.788
100
Jumlah (A+b)
Adapun luas bangunan rencana peternakan sebesar 2.302 m2 untuk pembangunan kandang tipe close house 2 lantai.
Table 2.2. Luas Bangunan No Bangunan 1 Kandang 1 2 Kandang 2 3 Mess dan gudang JUMLAH
Volume (Lantai) 1 1 1
Jumlah satuan (m2) 800 1400 66
Jumlah (m2) 800 1400 66 2.266
Jumlah Ternak Rencana kegiatan peternakan ayam pedaging dengan jumlah populasi 62.000 ekor dalam 2 ruang kandang menggunakan sistem close house (sistem tertutup). Table 2.3. Populasi Ternak No 1 2
Kandang Kandang 1 Kandang 2 JUMLAH
Populasi Ternak (ekor) 22.000 40.000 62.000
Bibit Ternak Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Rencananya bibit ayam (DOC) diperoleh dari PT. Inti Plasma (Pokphand Group) melalui perjanjian kerjasama dengan pemrakarsa. Pemasukan ayam bibit dilakukan secara bertahap. Secara singkat DOC ayam yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat. Sedangkan dalam pemeliharaan bibit dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak akan segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas. Pemeliharaan 1. Perkandangan Kandang system closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan
ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Tujuan membangun kandang closed house adalah: 1. Mampu mengeluarkan gas gas berbahaya seperti karbondioksida dan amonia ke luar kandang 2. Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan hawa panas dari kandang yang dihasilkan berasal dari tubuh ayam dan lingkungan luar. Kemudian menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang sesuai. 3. Meminimalisir tingkat stress pada ternak, dapat dilakukan dengan cara mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stress, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia (misalnya dengan feeder dan drinker otomatis, vaksinasi dengan spray dll), serta meminimumkan cahaya dan lain-lain. Kualitas udara dilihat dari kandungan oksigen, karbondioksida, dan amoniak dengan batasan tertentu. Adapun batasan yang perlu karbonmonoksida
Oksigen > 19.6%
Karbondioksida < 0.3%
Karbonmonoksida < 10 ppm
Amonia < 10 ppm
Kelembaban relatif 45 - 65 %
Kecepatan angin setelah 28 hari 350 - 500 FPM (Feet Per Minute)
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 500 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Selain itu, pembuatan kandang didukung juga dengan lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh tembok pembatas agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang. Penyucian kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur dua kali dalam seminggu dan setiap akhir periode untuk penyucian kandang sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri Ukuran kandang : rencana pembangunan kandang berukuran 100 x 8 m dan 100 x 14 m Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi harus menampung maksimal 10 ekor ayam dewasa.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. 2. Pemberian pakan dan minum Pemberian pakan haruslah memperhatikan kualitas pakan itu sendiri dengan memiliki kadar nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ternak. Kandaungan gizi pakan tiada lain mengandung protein, lemak, serat kasar, kalsium, posfor, karbohidrat, dan multi vitamin. Pemberian pakan berdasarkan Standar Performance Broiler untuk 62.000 ekor ternak antara lain : Table 2.4. Pemberian Pakan Ternak
TGL
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
18 Jan
1
18
19 Jan
2
24
20 Jan
3
27
21 Jan
4
33
22 Jan
5
36
23 Jan
6
42
24 Jan
7
45
Total WK I
195
TGL
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
25 Jan
8
57
26 Jan
9
66
27 Jan
10
69
28 Jan
11
75
29 Jan
12
81
30 Jan
13
84
31 Jan
14
87
Total WK II
519
TGL
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
25 Jan
15
93
26 Jan
16
99
27 Jan
17
108
28 Jan
18
114
29 Jan
19
120
KEMATIAN SISA
MATI
AFKIR
TOTAL
KEMATIAN SISA
MATI
AFKIR
TOTAL
KEMATIAN SISA
MATI
AFKIR
TOTAL
30 Jan
20
126
31 Jan
21
135
Total WK III
795
TGL
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
25 Jan
22
144
26 Jan
23
147
27 Jan
24
162
28 Jan
25
168
29 Jan
26
174
30 Jan
27
183
31 Jan
28
192
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
25 Jan
29
198
26 Jan
30
204
27 Jan
31
207
28 Jan
32
213
29 Jan
33
222
30 Jan
34
231
31 Jan
35
240
UMUR
VAKSIN & OBAT
MAKANAN (Bag) MASUK (KELUAR) STD PAKAI
25 Jan
36
240
26 Jan
37
252
27 Jan
38
255
28 Jan
39
261
29 Jan
40
267
30 Jan
41
273
31 Jan
42
282
Total WK VI
AFKIR
TOTAL
KEMATIAN SISA
MATI
AFKIR
TOTAL
1.515
Total WK V
TGL
MATI
1.170
Total WK IV
TGL
KEMATIAN SISA
KEMATIAN SISA
MATI
AFKIR
TOTAL
1.830
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan untuk ternak ayam sebanyak 62.000 ekor dalam satu periode selama 42 hari adalah 1.830 Sak x 50 Kg = 91.500 Kg, dimana 1 Sak berisi 50 Kg pakan ayam.
Sedangkan, pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam diperkirakan rata-rata dua kali lipat dari jumlah konsumsi pakan per hari. Kebutuhan air per hari mencapai 5000 liter. 3. Pengendalian Penyakit Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain : 1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya 2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak 3. Melakukan vaksinasi secara teratur 4. Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit 5. Manajemen pemeliharaan yang baik 6. Kontrol terhadap binatang lain Berikut sedikit uraian beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam : a. Tetelo (ND) Penyebab : paramyxivirus Gejala ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada kaki dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan. Pencegahan : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang Pengobatan : belum ada b. Gumboro (gumboro disease) Penyebab : virus ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus. Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang Pengobatan : belum ada c. Penyakit cacing ayam (worm disease) Penyebab : Cacing Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam. Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara. Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya
d. Berak kapur (Pullorum) Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya e. Berak darah (Coccidiosis) Penyebab : protozoa Eimeria sp. Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang. Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya.
Tabel 2.5. Vaksin dan Obat-obatan Vaksin dan obat-obatan yang digunakan dalam pemeliharaan ternak ayam antara lain : No Jenis Obat 1 Vaksin ND Kill 2
Vaksin Lasoka
3
Vaksin IBD
4
Dosis
Jumlah
0,25 ml/ekor
10 liter
tetes/ekor
4 liter
vial/1.000 ekor
40 vial
Antibiotic
0,025 gr/ekor
1 kg
5
Vitamin
0,03 gr/ekor
1,2 kg
6
Vitamin elektrolit
0,05 gr/ekor
2kg
7
Vitamin growth promotor
0,1 gr/ekor
4kg
8
Desinfektan
5 ml/40 air
secukupnya
Panen dan Pasca Panen Hasil utama peternakan ayam pedaging berupa ayam dewasa yang siap dipotong biasanya 95 % dari total populasi ayam ternak. Sedangkan 5 % lagi di asumsikan sebagai tingkat kematian ternak. Dari 62.000 ekor ternak di asumsikan hasil panen ayam mencapai 59.000 ekor ayam dewasa yang siap di potong dan sisanya
3.000 ekor ayam dianggap masuk dalam ranah resiko kematian ternak. Hasil panen ayam dewasa di salurkan ke PT. Inti Plasma (Pokphand Group) sebagai rekan bisnis utama pemrakarsa. Pada pasca panen dilakukan pembersihan dan penyucian kandang dengan menggunakan desinfektan, agar kandang terjaga kebersihannya. Air buangan sisa pencucian
dialirkan
menuju
settling
pond
sebagai
IPAL
sederhana/kolam
pengendapan/filterisasi. Masa pasca panen ini kandang setelah dibersihkan akan di biarkan selama satu minggu dan penaburan kapur untuk memastikan kandang telah siap untuk digunakan kembali. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk menjalankan rencana usaha peternakan ayam pedaging ini membutuhkan karyawan sebanyak 7 orang, antara lain : Table 2.6. Tenaga Kerja No
Departemen
Pendidikan
Jumlah
Jenis Kelamin L
P
Asal
1
Kepala kandang
Sarjana
1
1
-
Ponorogo
2
Admin
Sarjana
1
-
1
Ponorogo
3
Anak kandang
-
3
3
-
Warga sekitar
4
Keamanan
-
2
2
-
Warga sekitar
7
6
1
Jumlah
Jadwal Kegiatan Jadwal rencana kegiatan pembangunan Peternakan Ayam broiler ( Pedaging ) dimulai dari survey pendahuluan dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar sebelum melakukan pembebasan lahan sampai operasional rencana kegiatan. Adapun jadwal rencana kegiatan antara lain :
Table 2.7. Jadwal Rencana Kegiatan
No
Kegiatan I
I. 1 2 3 II. 1 2 3 4 III. 1 2
II
III
IV
V
Tahun 2016 Bulan VI VII VIII
IX
X
XI
Pra Konstruksi Sosialisasi kepada masyarakat Pembebasan lahan Pengurusan perizinan Konstruksi Rekrutmen tenaga kerja Pematangan lahan Mobilisasi alat dan material Pembangunan sarana dan prasarana Operasi Rekrutmen tenaga kerja Kegiatan peternakan 2.4. Kesesuaian Tata Ruang Rencana kegiatan peternakan ayam broiler (pedaging) UD. Anik Yulaika haruslah sesuai dengan perda 22/2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan paragraph 3 kawasan peruntukan pertanian pasal 85 huruf d di pertegas pada pasal 89 poin 2. Ayam Pedaging tidak bertentangan dengan RTRW Kabupaten Ponorogo dikarenakan termasuk peternakan rakyat. 2.5. Rona Lingkungan Awal 1. Iklim Cuaca adalah keadaan atmosfir pada waktu tertentu yang berubah- ubah, sedangkan iklim adalah keadaan rata rata cuaca dalam waktu relatif lama dan tetap. Keadaan iklim di sekitar daerah lokasi studi secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah curah hujan, lama penyinaran matahari, temperatur, kelembaban relative dan dataran sedang. Desa Grorogol memiliki kelembaban rata-rata berkisar antara 60-90 °C, temperatur 25-35 °C, curah hujan 2.115 mm/tahun. 2. Kualitas udara Kualitas udara di sekitar lokasi studi cukup baik, hanya apabila musim kemarau banyak terdapat debu dari jalan. Oleh karena itu dilakukan uji kadar debu rona lingkungan awal terlampir. Kualitas udara harus memenuhi baku mutu untuk areal peternakan sesuai peraturan pemerintah.
XII
3. Kebisingan Keadaan di lokasi studi mempunyai tingkat kebisingan relatif aman, karena berada di areal pertanian dan jauh dari jalan raya Ponorogo-Trenggalek. 4. Perairan Pola aliran permukaan suatu daerah tangkapan hujan ditentukan oleh tofografi dan kondisi bentang alam daerah wilayah studi merupakan perbukitan. Secara alami air akan mengalir ke tempat-tempat yang rendah. Untuk mengetahui kondisi fisik, kimia dan biologi air maka tim melakukan pengamatan langsung dilapangan dan pengambilan sampling air permukaan (eksisting). Table 2.8. Baku Mutu Air Limbah No Parameter A. Fisika
Satuan
Batas maksimum
1
Bau
-
Tidak berbau
2
Suhu
-
-
3
Kekeruhan
NTU
25
4
Warna
-
Tidak berwarna
5
TDS
mg/l
1500
M.mhos/cm
-
6
DHL B. Kimia
1
pH
-
6-9
2
Krom
mg/l
0.5
3
Seng
mg/l
10
4
Tembaga
mg/l
2
5
Ammonia
mg/l
20
6
Sulfide
mg/l
1
7
BOD
mg/l
50-100
mg/l
100-300
8
COD C. Mikrobiologi
1
e.coli
Per 100ml
100
2
Total coliform
Per 100ml
1000
5. Kependudukan Desa Grogol yang memiliki wilayah 1.112,90 Ha, dengan kondisi geografis berbukit. Jumlah penduduk Desa Grogol sebanyak 8.782 jiwa dengan komposisi 4.330 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.452 jiwa berkelamin perempuan, yang tersebar dalam wilayah 8
Dusun, 19 RW dan 60 RT. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dan pedagang sedangkan yang lainnya berprofesi sebagai PNS, pegawai swasta, tenaga pengajar, wirausaha, TNI, POLRI, dan sebagainya.
2.6. Tahap pra konstruksi Tahap pra konstruksi, meliputi : sosialisasi kepada masyarakat, pembebasan lahan, dan pengurusan perizinan. 2.6.1. Sosialisasi kepada masyarakat Melakukan sosialisasi di wilayah Dukuh Krajan Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Disamping itu pula, pemrakarsa mendapatkan persetujuan secara tertulis dari warga Desa Grogol yang akan kami lampirkan dalam dokumen ini. Rangkuman hasil sosialisasi kepada masyarakat menghasilkan Kesepakatan / Persetujuan masyarakat dengan catatan sebagai berikut : 1. Tempat usaha tersebut tidak mencemari lingkungan yang akan merugikan warga masyarakat dan harus melaksanakan peraturan dan perundangan yang berlaku; 2. Penyerapan tenaga kerja harus memprioritaskan warga setempat. 3. Perusahaan akan memberikan CSR kepada masyarakat terkena dampak langsung dalam bentuk bantuan pembangunan fasilitas umum, bantuan kapada warga miskin, dan bantuan-bantuan untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya seperti memperingati hari-hari besar keagamaan, hari- hari besar nasional dan lain-lain; 4. Warga masyarakat terkena dampak langsung pada dasarnya menyetujui rencana kegiatan peternakan ayam dengan catatan dan tuntutan warga dapat terpenuhi; 2.6.2. Pengurusan Perizinan Pengurusan izin Peternakan Ayam Pedaging termasuk pula didalamnya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi untuk mendapatkan persetujuan tetangga. Secara keseluruhan pengurusan perizinan meliputi :
Persetujuan warga
Surat keterangan domisili
Surat rekomendasi Kecamatan
Rekomendasi UKL-UPL
Izin Lingkungan
Tanda daftar perusahaan (TDP)
Izin Usaha Peternakan (SIUP)
Izin PPLH
Adapun izin yang telah dimiliki antara lain : Table 2.9. Perizinan yang dimiliki No 1 2 3
Jenis surat KTP NPWP Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
Nomor 3502164507710001 89.408.646.1-647.000 503/839/405.16/2018
4
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
770 berlaku sd 21 Agustus 2020
5
Sertifikat
Hak Milik No 2962,2964
2.7. Tahap Konstruksi Tahap konstruksi, meliputi: rekrutmen tenaga kerja konstruksi, pematangan lahan, mobilisasi alat dan material, dan pembangunan sarana dan prasarana. 2.7.1. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi Untuk melaksanakan rencana kegiatan tahap konstruksi pembangunan, maka dilakukanlah rekrutmen 10 tenaga kerja yang terdiri dari mandor, tukang dan kuli.
2.7.2. Pematangan Lahan Lahan yang berupa tegalan dengan struktur yang tidak merata dan bergelombang sehingga harus dilakukan cut and fiil untuk perataan, pembersihan, pengurugan dan penggalian serta pemagaran. Hal tersebut dilakukan bertujuan agar tanah bisa stabil dan tidak mudah amblas sehingga memudahkan dalam pengerjaan pondasi dan bangunan. Lahan yang dimatangkan dan dibersihkan seluas 2.400 m untuk pembangunan Peternakan Ayam Broiler (Pedaging) 2.7.3. Mobilisasi Peralatan dan Material Alat yang digunakan untuk melaksanakan rencana kegiatan pembangunan kandang beserta sarana dan prasarana dasar maupun pekerjaan finishing sesuai rencana teknis adalah : No 1
Jenis peralatan Beck hoe
Jumlah 1
Menggali, memuat
2 3 4 5
Vibrator Bulldozer Stum Alat bangunan sederhana lainnya
1 1 1
Memadatkan Memotong, meratakan tanah Memadatkan jalan
Sedangkan material yang digunakan untuk pengerjaan pada tahap konstruksi adalah : No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis peralatan Pasir Semen Krikil Koral / batu cadas Baja ringan Baja belah Besi kolom Bahan bangunan lainnya
Fungsi Campuran beton Campuran beton Campuran beton Campuran jalan Rangka atap Pondasi Campuran pondasi dan tiang
2.7.4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi ( kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Rencana pembangunan peternakan untuk 2 lantai dengan dimensi 100 x 14 m. Fungsi gedung tersebut dibangun sesuai rencana teknis diantaranya : Table 2.13. Fungsi Bangunan Bangunan Lantai dasar Lantai Jumlah
Fungsi Luas (m2) Kandang ukuran 100 x 14 m, mess ukuran 9 x 5 m sudah 1.445 termasuk MCK, washing, dan tangga Kandang ukuran 100 x 14 m 1.400
2.845 Pembangunan jalan, pagar dan drainase Pembangunan jalan yang direncanakan menggunakan batu koral dan agregat
terdiri dari 1 type jalan dengan lebar jalan ROW 6 meter. Jalan yang dibangun haruslah stabil dan kuat sehingga tidak terjadi penurunan badan jalan/amblas ketika kendaraan berada di atasnya. Untuk pembangunan pagar digunakan beton/tembok dengan tinggi 3 m dari tanah. Sedangkan saluran drainase di sisi kiri dan kanan badan jalan dan mengeliling bangunan bermanfaat untuk penyaluran air larian dari air buangan dan air limpasan hujan ke settling pond dan kolam ikan sebelum masuk
ke badan air permukaan umum. Permukaan jalan harus memiliki kemiringan tertentu (2 %) untuk memperlancar air hujan masuk ke dalam saluran.
Gambar 2.5. Muka Jalan ROW 6
Gambar 2.6 Skema Penggunaan Air Bersih Drainase yang akan dibangun memiliki dimensi lebar 0,5 meter dan kedalaman 0,5 meter
Gambar 2.7. Desain Drainase
System penyediaan air (Plumbing Sistem)
Plumbing Sistem dimanfaatkan untuk penyediaan atau pengeluaran air ke tempattempat yang dikehendaki tanpa ada ganguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air, yakni melalui kran, kloset, wastafel, dan lain-lain. Untuk bahan plumbing dapat digunakan pipa besi tuang (galvanize), pipa PVC, dan pipa tembaga (untuk air panas). Plumbing sistem menggunakan sistem vertikal dan horizontal melalui sumber air memanfaatkan air permukaan dari sungai Cimerang yang diolah dengan metode fisika-kimia agar
menghasilkan air bersih layak pakai yang ditampung dalam reservoir. Sedangkan untuk air minum menggunakan air dalam kemasan (gallon) yang di beli dari pasaran. Saluran pembuangan air bekas dan air kotor berasal dari westafel, MCK, pencucian alat dan lain-lain dialirkan menuju saluran menuju settling pond dan kolam ikan. Sedangkan, pembuangan tinja berasal dari kloset dialirkan menuju septic tank. Dan saluran air hujan, penyiraman taman di alirkan menuju sumur resapan.
Pembangunan septictank
Septic tank dibuat sesuai standar yang disyaratkan agar tidak menyebabkan bau dan tidak mengalami kebocoran yang menyebabkan penurunan kualitas air tanah.
Gambar 2.8. Rencana pemasangan Septictank Septic tank ini direncanakan dapat menampung semua limbah buangan tinja yang dihasilkan dari karyawan.
Pembangunan sarana prasarana Sarana persampahan yang disediakan oleh pemrakarsa adalah sarana
persampahan yang dibuat secara permanen dan non-permanen. Tong sampah terpilah organic dan anorganik yang non-permanen akan disiapkan pada masingmasing ruangan sebanyak 5 unit tong sampah terpilah untuk sampah organic dan anorganik. Sedangkan tong sampah B3 akan dibangun tempat penyimpanan sementara limbah B3 di areal kegiatan beserta TPSS secara permanen. Disamping itu, dibuatkan juga untuk limbah bangkai ayam yaitu kolam pemusnahan untuk memusnahkan bangkai ayam dengan cara di bakar terus dikubur.
Tempat penyimpanan sementara limbah B3 (TPS B3) Tempat penyimpanan sementara limbah B3 atau lebih dikenal dengan nama
TPS B3 dibangun dengan ukuran 4,5 x 4 m. Dengan luas 18 m TPS B3 dapat menampung limbah B3 baik cair dan padatan yang dihasilkan dari kegiatan peternakan. TPS B3 disesuaikan dengan ketentuan perundangan yang berlaku dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya.
Penggunaan jaringan listrik Kebutuhan tenaga listrik bersumber dari PT. PLN Ponorogo sebesar 70.000 watt
dengan serta lampu LED emergency untuk penerangan pertama saat terjadi mati listrik. Di UD. Anik Yulaika ini terdapat Genset. Penggunaan genset dilakukan pada saat terjadi mati listrik dari PLN.
Penggunaan alat pemadam kebakaran Penyediaan dan pemasangan alat pemadam kebakaran untuk kegiatan
peternakan digunakan APAR. Pemasangan APAR berkapasitas 3 Kg sebanyak 4 unit diletakan pada tempat yang strategis setiap lantai bangunan khususnya di dalam ruangan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau (RTH) harus sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Proporsi RTH pada wilayah kota sebesar 30 % dari luas wilayah kota. Seluas 20 % diperuntukan RTH publik dan sebesar + 10 % untuk RTH privat. Yang termasuk RTH publik diantaranya taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau, dan lainnya. Sedangkan RTH privat antara lain kebun atau halaman rumah milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Oleh karena itu, RTH kegiatan peternakan ayam pedaging ini sebesar 30 % dari luas lahan sehingga sudah melebihi batas minimal Pemerintah sebesar 10 %. Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) haruslah berfungsi sebagaimana mestinya dapat menyimpan air tanah, menjaga kualitas udara, peredam kebisingan, dan penyeimbang estetika lingkungan hidup. Konsep RTH berdasarkan fungsi dan luasan lebih condong pada RTH mikro dengan fungsi RTH : o Ameliorasi iklim artinya dapat mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. Ruang terbuka hijau menghasilkan O2 dan uap air (H2O) yang menurunkan, serta menyerap CO2 yang bersifat gas rumah kaca
sehingga dapat menaikkan suhu udara dan berpengaruh pada iklim mikro setempat o Memberikan perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan peredam suara. Tanaman berfungsi sebagai pematah angin ( windbreak) dan peredam suara (soundbreak) o Memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari. Kehadiran tanaman dalam ruang terbuka hijau akan mengintersepsi dan memantulkan sinar matahari o Memberikan perlindungan terhadap asap dan gas beracun, serta penyaring udara kotor dan debu o Mencegah
erosi.
Arsitektur
tanaman
(pilotaxi)
berupa
pohon
akan
mempengaruhi sifat aliran batang (steam flow) air hujan yang tertampung oleh tajuk, sehingga dapat mempengaruhi tata air dan erosi lahan o Membantu peresapan air hujan sehingga memperkecil erosi dan banjir serta membantu penanggulangan intrusi air laut. Tanaman dalam ruang terbuka hijau yang diperuntukkan untuk mencegah intrusi air laut adalah jenis tanaman yang berkemampuan dalam menyerap, menyimpan, dan memasok air, dll. Oleh karena itu, direkomendasikan menanam pohon rindang di sekeliling areal kegiatan. Dibawah ini merupakan pohon yang dapat di gunakan untuk RTH yang dapat di pilah dan di pilih sesuai keadaan di lokasi kegiatan. Table 2.14. Jenis Tanaman untuk RTH Fungsi
NO
Nama Tanaman
Dimensi
1
Trembesi
Tinggi 5 meter
Penyerap CO 28 ton/thn Pohon peneduh
2
Bambu
Tinggi 5 meter
Penyerap CO 12 ton/thn Pohon peneduh
3
Cassia
Tinggi min 3m
Penyerap CO 5.295,47Kg/thn
4
Kenanga
Tinggi min 3m
Penyerap CO 756,59 Kg/thn
5
Pingku
Tinggi min 3m
Penyerap CO 720,49 Kg/thn
6
Beringin
Tinggi 5 meter
Penyerap CO 535,9 Kg/thn Pohon peneduh
7
Krey paying
Tinggi min 3m
Penyerap CO 404,83 Kg/thn Pohon peneduh
8
Matoa
Tinggi min 3m
Penyerap CO 329,72 Kg/thn
9
Mahoni
Tinggi min 3m
Penyerap CO 295,73 Kg/thn Pohon peneduh
10
Saga
Tinggi 5m
Penyerap CO 221,18 Kg/thn Pohon peneduh
11
Bungur
Tinggi min 3m
Penyerap CO 160,14 Kg/thn
12
Jati
Tinggi 5m
Penyerap CO 135,27 Kg/thn
13
Nangka
Tinggi min 3m
Penyerap CO 126,51 Kg/thn
14
Johar
Tinggi min 3m
Penyerap CO 116,25 Kg/thn
15
Flamboyan
Tinggi 5m
Penyerap CO 42,2 Kg/thn Pohon peneduh
16
Sawo kecik
Tinggi 5m
Penyerap CO 36,19 Kg/thn Pohon peneduh
17
Tanjung
Tinggi min 3m
Penyerap CO 34,29 Kg/thn Pohon peneduh
18
Bunga merak
Tinggi min 3m
Penyerap CO 30,95 Kg/thn
19
Puring
Tinggi 0,5m
20
Lidah mertua
4/5 helai
Penyerap CO 20-30 gr/hari Penyerap timbal dan polutan Penyerap formaldehid, nitrogen oksida dan polutan lainnya
21
Spider plant
22
Bunga lily
-
23
Sri rezeki
-
Penyerap formalin, xylene, CO Mengurangi racun dalam ruangan yang menyebabkan kanker Menyerap trikloroetilen, benzene
24
Hanjuang
25
Kerisik
26
Cemara
27
Palem
Panjang daun 20 cm
Menyerap polutan bensin
Menyerap bau
Tinggi 3m
Peredam bising
Tinggi 5m
Peredam bising
Tinggi min 1m -
Gambar 2.9. Model Sumur Resapan
2.8. Tahap Operasi Tahap operasi meliputi, mobilisasi tenaga kerja dan kegiatan peternakan. 2.8.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Tenaga yang dibutuhkan untuk kegiatan peternakan sebanyak 7 orang. Rekrutmen tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar lokasi yang terkena dampak langsung dengan kegiatan. Adapun posisi tenaga kerja yang dibutuhkan terdiri dari : Table 2.15. Kebutuhan Tenaga Kerja Tahap Operasi No Departemen Pendidikan Jumlah Jenis kelamin Asal L P 1 Kepala kandang Sarjana 1 1 Ponorogo 2 Admin Diploma 1 1 1 Ponorogo 3 Anak kandang 6 6 Warga sekitar 4 Keamanan 2 2 Warga sekitar Jumlah 10 9 1 Adapun jam kerja terbagi dalam 2 sift dalam waktu operasi 24 jam setiap hari kerja. Sift 1 mulai dari pukul 07.00 - 15.00 WIB dan sift 2 mulai jam 15.00 - 23.00 WIB. Setiap karyawan memiliki hak libur selama 1 hari dalam satu minggu yang waktunya di jadwalkan oleh pihak pengelola. Selain itu, diberlakukannya jadwal piket tengah malam secara bergiliran dan masuk dalam kategori lembur. Untuk jam keamanan berlaku malam hari sampai esok pagi. 2.8.2. Kegiatan Peternakan Air bersih dibutuhkan untuk kegiatan peternakan dan kebutuhan dasar karyawan serta untuk penyiraman dan pencucian. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut maka di bangun sumur dalam dengan kedalaman ± 20 m. Kabutuhan air bersih untuk karyawan dihitung jika 1 orang menghabiskan 0,01 m per hari antara lain : Kebutuhan air bersih = A x B Dimana : A adalah jml orang B adalah rata-rata penggunaan air Kebutuhan air bersih karyawan = A x B = 10 x 0,01 m = 0,1 m /hari
No 1. 2. 3. 4.
Jenis kebutuhan Karyawan Penyiraman taman Ternak Pencucian kandang
Table 2.16. Kebutuhan air bersih Jumlah Satuan 0,1 m3 1 m3 157,52 m3 10 m3
Periiode Harian Harian Periode Akhir periode
Gambar 2.10 Neraca Air
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari aktivitas karyawan, produksi, boiler, pencucian, penyiraman, mushola dan fasilitas umum lainnya. Dapat diperkirakan timbulan limbah cair domestik adalah 80% dari jumlah total kebutuhan air jika dihitung adalah : Limbah cair domestic
= (0,1 + 1) 80% = 0,88 m /hari
Limbah cair domestic akhir periode
= 10 x 80 % = 8m
Limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan tersebut di alirkan melalui saluran tersendiri, untuk limbah domestik karyawan terbagi dalam dua jaringan yakni, jaringan limbah tinja menuju septic tank dan air kotor menuju IPAL. Sedangkan pencucian kandang melalui saluran air kotor dan bekas menuju IPAL sebelum masuk pengolahan bakteri (digester), kolam pengendapan, dan kolam pemisahan ( filter ). Sedangkan limpasan air hujan dan penyiraman taman dialirkan melalui drainase ke sumur resapan dan lubang biopori.
Timbulan Gas Amoniak Dampak negative dari kegiatan perternakan terutama masalah bau yang berasal dari limbah kotoran ternak, yakni gas amoniak (NH3) . Reaksi pembentukan amoniak dipengaruhi oleh kadar protein dalam pakan dan kotoran ternak. Semakin besar kandungan protein pada pakan akan semakin besar pula gas amoniak yang dihasilkan. Namun, di sisi lain kandungan protein pada pakan juga akan mempengaruhi bobot ternak. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik tentunya berbanding lurus dengan bobot ternak. Oleh karena itu, kandungan protein sangat penting untuk pertumbuhan ternak (dampak positif) dan sebagai sumber utama penghasil gas amoniak (dampak negative). Untuk meminimalisir reaksi gas amoniak maka ditambahkan probiotik ke dalam pakan atau minum ternak. Probiotik tersebut dapat memaksimalkan metabolisme protein dalam tubuh ternak dan akan mengurangi gas amoniak yang keluar bersama kotoran (ekskresi). Timbulan sampah / limbah padat Sampah yang ditimbulkan dari kegiatan peternakan berupa sampah organic, anorganik dan B3. Hasil timbulan sampah tersebut di dominasi sampah organic diantaranya dari aktivitas karyawan dan ternak. Sedangkan sampah anorganik di timbulkan dari aktivitas karyawan. Sampah organik dihasilkan dari sisa-sisa makanan, tumbuhan, pakan dan kotoran ternak. Sedangkan sampah anorganik berasal dari sisasisa bungkus makanan, minuman, dan lain-lain. Adapun sampah B3 yang umum di temukan antara lain dari limbah lampu, pecahan kaca, solar, kemasan obat-obatan, dan lain-lain. Volume sampah yang ditimbulkan dari kegiatan karyawan jika di asumsikan sebesar 0,54 l/karyawan/hari maka besarnya volume sampah yang dihasilkan sebanyak 5,4 l/hari setara dengan 0,0054 m /hari. Maka besarnya volume timbulan sampah yang dihasilkan adalah : No Kegiatan 1 Karyawan Jumlah
Table 2.17. volume timbulan sampah Volume satuan Jumlah karyawan Jumlah (L/hari) (L/hari) (orang) 0,54 10 5,4 5,4
Konversi ke m3/hari 0,0054 0,0054
Dengan adanya timbulan sampah tersebut Peternakan Ayam Pedaging menyediakan tong sampah terpilah organic dan anorganik sebanyak 2 unit untuk menampung dan mengelola sampah yang dihasilkan dari kegiatan karyawan.
Timbulan limbah B3 Timbulan limbah B3 sebagian besar berasal dari aktivitas laboratorium hewan dengan penggunaan bahan kimia dan obat-obatan baik berupa padat maupun cair serta sisa oli bekas dari mesin bermotor. Timbulan limbah B3 padat seperti pecahan kaca, pial, botol, suntikan, jarum suntik, alumunium voil, dan lain-lain diperkirakan mencapai 20 Kg/periode. Sedangkan limbah B3 cair seperti oli bekas diperkirakan sebesar 10 L/bulan. No 1 2
Jenis limbah Padatan Cairan
Volume 20 Kg 10 Liter
Periode periode bulanan
Timbulan limbah B3 harus dikelola secara khusus ditempatkan di TPS B3 sebagai tempat penyimpanan sementara limbah B3. Adapun untuk pengelolaan limbah B3 ini harus dikerjasamakan dengan pihak ketiga perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan pengolah/pemusnah limbah B3. Penggunaan limbah kotoran ternak Volume timbulan limbah ternak dengan populasi 62.000 ekor diperkirakan adalah 9.300 Kg/hari atau 9,3 ton/hari.
Jumlah populasi 62.000
Table 2.19. Volume Kotoran Ternak Volume kotoran Jumlah total (kg/ekor/hari) (kg/hari) 0,15 9300
Jumlah total (ton/hari) 9,3
Untuk menangani limbah kotoran ternak dilakukan dengan cara pemberian kapur dan sekam pada kotoran ternak. Kotoran ternak di tampung dalam ruang penampungan sementara kotoran ternak yang berada di bawah kandang. Penambahan kapur sebesar 1% dari jumlah total limbah kotoran ternak selama 14 hari akan menurunkan kadar nitrogen dan sulfida sebagai sumber penyebab bau dalam bentuk senyawa amoniak (NH3) dan hydrogen sulfida (H2S). Kapur dan sekam dicampur aduk dengan kotoran sampai merata agar proses pengomposan berjalan sempurna. Kotoran ternak ini akan di jadikan pupuk kandang organic melalui proses dekomposisi yang akan dikerjasamakan dengan warga sekitar lokasi kegiatan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organic dalam bidang pertanian. Pengambilan kotoran ternak dilakukan dalam waktu 14 hari sekali keluar areal lokasi kegiatan setelah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk organic oleh pengelola yang melibatkan pemrakarsa dan warga masyarakat.
Penanganan Bangkai Ternak Bangkai ternak diperkirakan mencapai 3.000 ekor berdasarkan factor resiko kematian sebesar 5 % dari jumlah populasi sebanyak 62.000 ekor. Penanganan bangkai ayam dilakukan dengan cara : 1. Pengontrolan kandang untuk memeriksa ayam yang mati 2. Pengambilan ayam yang mati di dalam kandang petugas diwajibkan menggunakan pakaian khusus karena tidak diperbolehkan kontak langsung dengan ayam yang mati 3. Bangkai ayam mati dikeluarkan dari kandang dan ditampung pada banker 4. Bangkai ayam yang mati di bakar pada akhir kegiatan harian dan di saksikan oleh masyarakat Penanganan Flu Burung Salah satu ciri ternak terjangkit flu burung adanya ayam mati mendadak. Setelah itu di periksa ciri-ciri ayam terjangkit flu burung. Ketika terjadi suspek seperti itu maka pengambilan ayam yang mati mendadak tersebut dapat dilakukan sama seperti penanganan bangkai ternak. Namun untuk pencegahan penularan dan penyebaran flu burung ini dapat dilakukan melalui : 1. Peningkatan biosekuriti ; desinfektan alat dan fasilitas peternakan serta alat pelindung kerja karyawan (anak kandang) 2. Depopulasi (pemusnahan selektif); pemusnahan ayam sehat yang berdekatan dengan ayam mati terinfeksi flu burung 3. Disposal; pemusnahan (pembakadan dan penguburan) ayam mati dan pakan yang tercemar 4. Vaksinasi; pemberian vaksin terhadap ayam yang sehat dalam satu kandang yang ditemukan ayam mati terjangkit flu burung 5. Melaporkan terjadinya kasus flu burung kepada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ponorogo 6. Mendapatkan pelatihan atau pembekalan penanganan flu burung oleh Dinas terkait di Kabupaten Ponorogo Potensi terjadinya kebakaran Sumber energy listrik tegangan tinggi sebesar 70.000 watt berpotensi terjadinya kebakaran bila terjadi konsleting listrik. Oleh karena itu, disediakan APAR
berkapasitas 3 Kg sebanyak 4 unit. Disamping itu, adanya pintu darurat dan jalur evakuasi bencana menuju titik kumpul. Aspek Transportasi Kebutuhan transportasi merupakan aspek yang sangat penting untuk kegiatan Peternakan Ayam Pedaging. Kendaraan operasional digunakan untuk pengangkutan DOC, pakan, hasil panen, dan limbah kotoran serta sekam. Kendaraan operasional rencananya sewa truk kepada pihak ketiga. Selain kendaraan operasional aspek transportasi juga digunakan karyawan yang menggunakan mayoritas sepeda motor yang keluar masuk lokasi kegiatan setiap harinya. Kegiatan transportasi ini menyediakan petugas parkir dan tanda warning
symbol di pintu keluar masuk
kendaraan peternakan.
No 1 2 3 4
Pengguna Karyawan Pakan Panen Limbah ternak
Table 2.20. Durasi Kendaraan Jenis kendaraan Sepeda motor Truk Truk Truk
Durasi Setiap hari Seminggu Akhir periode Setiap hari
BAB 3 Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Dari komponen-kompenen kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi pada rencana kegiatan Peternakan Ayam Broiler (Pedaging) yang terletak di Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo akan menimbulkan dampak terhadap komponen-komponen lingkungan hidup, baik dampak positif (+) maupun dampak negatif (-) dari tahapan kegiatan yang meliputi :
Tahap pra konstruksi, meliputi: sosialisasi kepada masyarakat, pembebasan lahan, dan pengurusan perizinan.
Tahap konstruksi, meliputi : rekrutmen tenaga kerja konstruksi, pematangan lahan, mobilisasi peralatan dan material, dan pembangunan sarana dan prasarana;
Tahap operasi, meliputi: mobilisasi tenaga kerja operasional, Kegiatan peternakan. Prakiraan dampak dari tahapan tersebut diatas diuraikan dibawah ini :
3.1.Tahap Pra Konstruksi Kegiatan yang diprakirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap pra konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Persepsi masyarakat Sumber dampak Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan di Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo untuk mendapatkan persetujuan izin warga. Jenis dampak Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan peternakan ayam pedaging. Besaran Dampak Jumlah dan respon masyarakat yang menanggapi positif dan negatif terhadap rencana pembangunan peternakan ayam pedaging.
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Melakukan komunikasi, sosialisasi, observasi Lokasi UKL Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Periode UKL Satu kali pada saat sosialisasi rencana kegiatan dan untuk mendapatkan persetujuan izin warga. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Observasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi Lokasi UPL Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Periode UPL Sekali pada saat pembuatan izin tetangga dan Rekomendasi Camat Institusi penglolaan dan pemantauan lingkungan hidup Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo Penerima laporan : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo Keterangan Pada prinsipnya warga terkena dampak langsung Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo setuju dengan adanya rencana pembangunan Peternakan Ayam Pedaging oleh Pemrakarsa serta mendapatkan persetujuan tertulis dari kegiatan peternakan boiler UD. Anik Yulaika. 3.2. Tahap Konstruksi Kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi Sumber Dampak
Untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan sesuai rencana teknis membutuhkan tenaga kerja konstruksi. Jenis Dampak Terserapnya tenaga kerja lokal Besaran Dampak Tenaga kerja konstruksi sebanyak 7 orang. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Rekrutmen tenaga kerja konstruksi lebih memprioritaskan warga sekitar lokasi yang terkena dampak langsung Lokasi UKL Warga Warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Periode UKL Pada saat rekrutmen tenaga kerja konstruksi Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Melakukan wawancara dan observasi dengan pekerja dan penduduk sekitar Lokasi UPL Warga Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Periode UPL Sekali pada tahap rekrutmen tenaga kerja konstruksi Instansi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Disnakertrans Penerima laporan : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Disnakertrans
Keterangan Pekerja didatangkan dari Ponorogo dan kepala proyek bagian dari internal perusahaan.
2. Pematangan Lahan Sumber Dampak Penggunaan lahan berupa persawahan yang tidak produktif seluas 2.788 m . Pematangan dilakukan untuk pembersihan, perataan, pengurugan, pemotongan, dan penggalian untuk pondasi bangunan sesuai rencana teknis. Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu
Peningkatan kebisingan
Penurunan estetika lingkungan
Terganggunya flora dan fauna lingkungan sekitar
Peningkatan run off pada saat turun hujan
Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien, dan besaran partikel harus lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m dan debu maksimum 350 mm /m per hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan melebihi baku mutu KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan untuk lahan ruang terbuka dan hijau 50 dBA.
Volume tanah galian dan urugan yang berceceran tidak beraturan
Jumlah flora dan fauna yang terganggu/mati akibat dari kegiatan
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
Penyiraman lahan secara periodic pada musim kemarau
Pemagaran di sekeliling areal kegiatan
Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari
Pembersihan sisa tanah galian dimanfaatkan untuk urugan dan pemadatan
Memilah dan memindahkan tanaman endemic yang di lindungi
Membuat trap lumpur/kolam pengendapan
Membuat saluran drainase
Lokasi UKL
Areal lokasi kegiatan
Areal pagar batas lahan
Areal lokasi kegiatan
Areal lokasi kegiatan
Areal lokasi kegiatan
Trap lumpur/kolam pengendapan
Saluran drainase
Periode UKL
Pada saat musim kemarau
Sebelum pematangan lahan dilakukan
Selama kegiatan pematangan lahan
Selama kegiatan pematangan lahan
Pada saat melakukan pematangan lahan
Selama kegiatan berlangsung pada saat turun hujan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Uji kualitas udara/kadar debu
Uji intensitas tingkat kebisingan
Pengamatan visual
Pengamatan visual
Pengamatan visual pada saat turun hujan
Lokasi UPL
Areal lokasi kegiatan
Saluran drainase
Areal lokasi kegiatan
Trap lumpur/kolam pengendapan
Periode UPL Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kab. Ponorogo
Penerima laporan : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, DLH Kab. Ponorogo
Keterangan : 3. Mobilisasi Peralatan dan Material Sumber Dampak Adanya mobilisasi alat berat, material bangunan, dan perlengkapan lainnya yang di datangkan baik dari dalam maupun dari luar daerah. Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu
Peningkatan kebisingan
Peningkatan arus lalu lintas
Penurunan kualitas badan jalan
Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien dengan besaran partikel lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m dan debu maksimum 350 mm /m per hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk RTH sebesar 50 dBA sesuai
KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan.
Bertambahnya volume kendaraan melalui jalan Purabaya
Panjang jalan yang terkotori lumpur dari kendaraan proyek
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL)
Penyiraman secara periodik pada musim kemarau
Pemagaran sekeliling areal lokasi kegiatan
Pengangkutan alat terjadwal dan dilakukan pada siang hari
Penempatan petugas pengatur lalu lintas di pintu keluar masuk lokasi
Pembuatan kolam pengendapan pembersihan ban kendaraan
Penyemprotan ban kendaraan sebelum keluar areal lokasi
Lokasi UKL Areal lokasi kegiatan
Areal lokasi kegiatan
Jalan Ponorogo-Trenggalek
Pintu keluar masuk lokasi proyek
Periode UKL Pada saat keluar masuk kendaraan angkut peralatan dan material Upaya Pematauan Lingkungan Hidup (UPL)
Uji kualitas udara/kadar debu
Uji intensitas tingkat kebisingan
Pengamatan visual
Pengamatan visual
Lokasi UPL
Areal kegiatan
Areal kegiatan
Periode UPL Pada saat keluar masuk kendaraan angkut dan saat bongkar muat Institusi Pengelolaan dan Pemantaua Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : DLH, Dishub, Dinas PUPR
Penerima laporan : DLH, Dishub, Dinas PUPR
Keterangan Peralatan akan didatangkan secara bertahap dan terencana sesuai jadwal yang sudah di tetapkan tim teknis. 4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Peternakan Sumber dampak Adanya lahan pembangunan sarana dan prasarana Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu
Peningkatan intensitas kebisingan
Penurunan estetika lingkungan
Potensi kecelakaan kerja
Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien dengan besaran partikel lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m dan debu maksimum 350 mm /m per hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk peternakan sebesar 70
dBA sesuai
KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan.
Volume sampah/limbah padat sisa-sisa pembangunan
Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Penyiraman secara periodic pada musim kemarau
Pemagaran di sekeliling areal kegiatan
Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan tinggi di kerjakan pada siang hari
Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara
Sisa bahan bangunan yang layak pakai dapat dimanfaatkan kembali atau di jual
Pemakaian peralatan septic kerja konstruksi sesuai SNI
Penyediaan P3K
Lokasi UKL Areal lokasi kegiatan Periode UKL Selama kegiatan pembangunan di kerjakan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Uji kualitas udara/kadar debu
Uji tingkat kebisingan
Lokasi UPL Areal lokasi kegiatan Periode UPL Sekali pada tahap konstruksi bangunan dikerjakan
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : DLH, Lurah Grogol
Penerima laporan : DLH, Camat Sawoo
Keterengan Luas lahan 2.788 m2 dengan luas bangunan sebesar 2.303 m2 , RTH 300 m2 dan parkir 186 m2. 3.2.Tahap Operasi Kegiatan yang diprakirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap operasi adalah sebagai berikut : 1. Mobilisasi Tenaga Kerja Sumber Dampak Mobilisasi tenaga kerja tahap operasi untuk kegiatan Peternakan Ayam Pedaging. Jenis Dampak Terserapnya tenaga kerja lokal dan berwirausaha yang berasal dari masyarakat sekitar. Besaran Dampak Jumlah tenaga kerja yang akan dikerjakan pada tahap operasional adalah sebanyak 7 orang dan jumlah warga yang membuka usaha di sekitar lokasi. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL)
Rekrutmen tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar lokasi kegiatan sesuai keahlian dan kemampuannya
Memberikan upah/gaji sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dengan profesional dan proporsional.
Lokasi UKL Warga Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
Periode UKL Selama operasional peternakan Upaya Pemanatauan Lingkungan Hidup (UPL) Melakukan wawancara dan komunikasi dengan karyawan dan penduduk sekitar lokasi kegiatan Lokasi UPL Warga Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Periode UPL Selama operasional peternakan dilakukan dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Disnakertrans, DLH
Penerima laporan : Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Disnakertrans, DLH
Keterangan Rekrutmen tenaga kerja akan memprioritaskan penduduk warga sekitar lokasi sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya. 2. Kegiatan Peternakan Ayam Sumber Dampak Operasional Peternakan Ayam Pedaging akan menghasilkan berbagai dampak positif dan negatif terhadap komponen lingkungan. Janis Dampak
Penurunan kualitas air permukaan karena limbah cair domestik akibat adanya aktivitas karyawan dan penyucian kandang
Penurunan kualitas air tanah yang diakibatkan oleh rembesan septictank dari sisa MCK pada Toilet
Penurunan kuantitas air tanah karena penggunaan sumur bor sebagai sumber air bersih utama
Penurunan kualitas udara dilingkungan peternakan
Penggunaan genset
Timbulan gas amoniak dan sulfide
Timbulan sampah yang dihasilkan dari kegiatan karyawan.
Timbulan limbah B3
Timbulan limbah kotoran ternak
Timbulan bangkai ternak
Potensi wabah flu burung
Potensi terjadinya kebakaran di areal peternakan.
Potensi terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan karyawan Peningkatan run off limpasan air.
Besaran Dampak
Limbah cair domestik yang dihasilkan dari kegiatan karyawan sebesar 0,88 m3 /hari dan pada akhir periode sebesar 8 m /hari.
Limbah cair domestik yang dihasilkan dari kegiatan karyawan sebesar 0,88m3/hari dan pada akhir periode sebesar 8 m /hari
Besarnya debit kebutuhan air bersih untuk aktivitas karyawan dan kegiatan lainnya sebesar 1,1 m /hari, ternak 157,52 /periode; dan akhir periode 10 m3
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien dengan besaran partikel lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m dan debu maksimum 350 mm /m per hari (PP. 41 tahun 1999)
Gas amoniak dan sulfida dipengaruhi kadar protein dalam kotoran ternak dan badan ternak
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk peternakan sebesar 70 dBA sesuai KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan.
Jumlah kendaraan yang keluar masuk areal peternakan akan berpotensi terhadap kemacetan dan gangguan lalu lintas.
Limbah padat dan sampah yang dihasilkan sebanyak ± 0,0054 m /hari.
Limbah B3 yang dihasilkan untuk padatan sebesar 20 Kg/hari dan cairan 10L/bulan
Jumlah limbah kotoran ternak mencapai 4,5 ton/hari
Jumlah kerugian yang di akibatkan dari bencana kebakaran
Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Pembuatan jaringan saluran pembuangan air kotor dan air bekas
Membuat IPAL
Membuat septic tank sesuai standar penyedotan septic tank
Membuat areal ruang terbuka hijau
Pemasangan meteran air
Membuat sumur resapan 2 m sebanyak 5 unit
Membuat lubang biopori sebanyak 616 unit
Menanaman pohon penyerap CO paling baik
Membuat taman dengan pohon pelindung berdaun lebar untuk menyerap polusi
Penanaman pohon keresik
Pemasangan jaring dengan ukuran 150 mesh pada blower
Pemasangan cerobong genset
Pemberian probiotik starbio pada pakan ternak
Pemberian kapur, EM4, sekam,dedak pada kotoran ayam
Penyediaan RTH
Pemasangan jaring dengan ukuran 150 mesh
Pengangkutan kotoran ternak tepat waktu 14 hari sekali
Pemagaran disekeliling areal peternakan
Penanaman pohon pelindung dan peneduh dengan tinggi minimal 3 meter
Memasang peredam suara dan cerobong di ruang genset
Penempatan petugas parkir lalu lintas pemasangan warning symbol
Pembuatan areal parkir karyawan dan areal bongkar muat
Menyediakan tong sampah terpilah organik, anorganik sebanyak 10 unit
Membuat TPS B3
Menjalin kerjasama dengan pengolah limbah B3
Penggunaan probiotik starbio dan EM4 pada pakan dan minuman
Pemberian kapur 1 % dan sekam pada kotoran
Membuat tempat penampung sementara kotoran ternak
Pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk organic
Pemusnahan ayam mati dengan cara di bakar dan dikubur
Membuat banker tempat pemusnahan bangkai ternak
Peningkatan biosekuriti
Penjarangan ayam
Pemusnahan ayam mati dengan cara di bakar dan dikubur
Pemberian vaksin AI pada ternak
Melaporkan kasus flu burung kepada Dinas terkait
Penyediaan APAR 3 Kg sebanyak 4 unit
Pemasangan alarm bencana
Membuat jalur evakuasi dan pintu darurat
Menerapkan SOP
Pemakaian alat pelindung kerja
Penyemprotan desinfektan
Menyediakan P3K
Mendapatkan pelatihan penanganan flu burung
Ikut serta dalam program BPJS tenaga kerja dan kesehatan
Membuat RTH
Lokasi UKL
Saluran buangan air kotor
IPAL
Kolam resapan
Septic tank
Sumur bor
blower
Ruang genset
Tempat penampungan kotoran ternak RTH
blower pagar batas areal peternakan
RTH
Ruang genset
Areal parkir
Areal bongkar muat barang
Tong sampah
TPSS
TPS B3 Feeder kandang
Tempat penampungan kotoran ternak
Areal lokasi kegiatan
Pintu keluar masuk kandang
RTH
Periode UKL
Setahun sekali
Setiap hari
Setiap hari
Setiap musim hujan
Sekali pada saat penanaman dan pembangunan ruang genset dan blower
2 minggu sekali
Setiap hari
Setiap hari
Setiap mati listrik
Setiap hari
Setiap angkut barang
Setiap hari
Setiap 2 x dalam seminggu
Setiap 3 bulan sekali
Setiap hari kerja
2 minggu sekali
Ketika terjadi kasus ayam mati
Setiap hari untuk biosekuriti
Ketika terjadi kasus ayam mati mendadak terjangkit flu burung
Ketika terjadi kebakaran
Setiap hari
Pada saat musim hujan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Pengukuran kualitas air permukaan
Pengukuran kualitas air tanah
Pengamtan visual terhadap sumur warga
Pengukuran kualitas air bersih
Pengukuran kualitas udara
Pengukuran kualitas udara (amoniak dan hydrogen sulfide)
Melakukan jejak pendapat warga melalui kuisioner tertulis
Pengukuran intensitas kebisingan
Uji peroximat kotoran ayam
Pengamatan visual
Pengecekan ayam mati
Pengamatan visual
Pengecekan ayam mati
Pengecekan sumber arus kelistrikan
Pengamatan visual
Medical check up karyawan
Pengamatan visual
Lokasi UPL
Saluran buangan air kotor
IPAL
Kolam resapan
Septic tank
RTH
Meteran air
blower
Ruang genset
Areal lokasi kegiatan
Warga sekitar lokasi
Pagar batas areal peternakan
RTH
Ruang genset
Areal parker
Tong sampah
TPSS
TPS B3
Areal sekitar kandang
Areal lokasi kegiatan
Pintu keluar masuk kandang
RTH
Periode UPL
3 bulan sekali
3 bulan sekali
Setiap hari
Setiap musim hujan
3 bulan sekali
3 bulan sekali
2 minggu sekali
Sebulan sekali
Setiap hari
Setiap angkut barang
Setiap hari
Setiap 2 x dalam seminggu
Setiap 3 bulan sekali
2 minggu sekali
Setiap hari
Ketika terjadi kasus ayam mati mendadak terjangkit flu burung
Ketika terjadi kebakaran
Pada saat musim hujan
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : DLH, Dinas Kebersihan, Dishubkominfo, Disnak, Dinkes
Penerima laporan : DLH, Dinas Kebersihan, Dishubkominfo, Disnak, Dinkes
Keterangan Operasional Peternakan Ayam Pedaging akan menyesuaikan dan mengikuti perkembangan peraturan dan perundangan Pemerintahan Indonesia serta melaporkan kegiatan setiap 6 bulan sekali.
Sumber dampak
A. Sosialisasi kepada masyaraka
Jenis dampak
Besaran dampak
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Lokasi
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Melakukan komunikasi, sosialisasi dan observasi
Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Satu kali pada saat sosialisasi rencana kegiatan dan untuk mendapatk persetujuan izin warga
Observasi wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi
Warg Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Sekali pada pembuatan izin tetangga dan Rekomendasi Camat
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Pelaksana : Pemrakarsa
Pada prinsipnya warga terkena dampak langsung Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo setuju dengan adanya rencana pembangunan
Pra konstruksi Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana pembangun peternakan ayam pedaging
Jumlah dan respon masyarakat yang menanggapi positif dan negatif terhadap rencana pembangunan peternakan ayam pedaging
Pengawas : Lurah Grogol, Polsek setempat Penerima laporan : Camat Sawoo, Polsek setempat
Peternakan Ayam
Sumber dampak
B.
Jenis dampak
Besaran dampak
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Lokasi
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Rekrutmen tenaga kerja konstruksi lebih memprioritaska n warga sekitar lokasi yang terkena dampak langsung
Warga Kp. Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Pada saat rekrutmen tenaga kerja konstruksi
Melakukan wawancara dan observasi dengan pekerja dan penduduk sekitar
Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Sekali pada rekrutmen tenaga kerja konstruksi
Selama kegiatan pematangan lahan berlangs
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Konstrksi
Mobilisasi tenaga kerja
Pematanga n lahan
Terserapnya tenaga kerja lokal
Peningkata n kadar debu
Tenaga kerja sebanyak 7 orang
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien, dan besaran partikel harus lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m3 dan debu maksim um 350 mm3 / m2 per hari (PP 41 tahun 1999)
Penyiraman lahan secara periodik pada musim kemarau
Areal lokasi kegiatan
Pada
saat musim kemarau
Uji kualitas udara/ka dar debu
Areal lokasi kegiatan
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Lurah Grogol, Disnakertrans Penerima laporan : Camat Sawoo, Disnakertrans
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Lurah Grogol, DLH Penerimas laporan : Camat Sawoo, DLH
Keterangan
Sumber dampak
Jenis dampak
Peningkatan kebisingan
Besaran dampak
Kebisingan melebihi baku mutu Kepmen LH No.48/1996 tentang baku mutu kebisingan untuk lahan ruang terbuka dan hijau 50 dBA. Penurunan Volume tanah galian estetika dan urugan lingkungan yang berceceran tidak beraturan Tergangguny Jumlah flora dan fauna a flora dan yang fauna terganngu / lingkungan mati akibat sekitar dari kegiatan pematangan lahan
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Bantuk
Lokasi
Periode
Lokasi
Pemagaran di sekeliling areal kegiatan Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari
Areal pagar batas lahan Areal lokasi kegiatan
Sebelum pematanga n lahan ilakukan Selama kegiatan pematan gan lahan
Uji intensitas tingkat kebisingan
Areal lokasi kegiatan Areal pagar batas lahan
Pembersihan sisa tanah galian dimanfaatkan untuk urugan dan pemadatan
Areal lokasi kegiatan
Selama kegiatan pematanga n lahan
Pengamatan Areal lokasi visual kegiatan
Memilah dan memindahkan tanaman endemic yang dilindungi
Areal lokasi kegiatan
Pada saat melakukan pematanga n lahan
Pengamatan Areal lokasi visual kegiatan
Periode
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Mobilisasi alat dan material bangunan
Jenis dampak
Penurunan kualitas udara
Besaran dampak
Kualitas udara melebihi baku mutu diameter debu lebih dari 10 μg maksimal 150 μg/m3 dan debu maksim um 350 mm3 / m2 per hari (PP 41 tahun 1999)
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Periode
Bantuk
Pada saat keluar masuk kendaraan angkut
Penyiram an secara periodik
Lokasi
Areal lokasi kegiatan
Pengukuran kualitas udara
Lokasi
Areal lokasi kegiatan
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Periode Pada saat keluar masuk kendaraan angkut peralatan dan material
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Lurah Grogol, DLH, Dishub, Dinas PUPR Penerima laporan : Camat Sawoo, DLH, Dishub, Dinas PUPR
Peralatan akan didatangkan secara bertahap dan terencana sesuai jadwal yang sudah di tetapkan tim teknis
Sumber dampak
Jenis dampak
Peningkatan kebisingan
Peningkatan volume lalu lintas
Penurunn kualitas badan jalan
Besaran dampak
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk areal industry sebesar 50 dBA (Kepmen LH No. 48 thn 1996 tentang baku mutu kebisingan) Bertambahnya volume kendaraan melalui jalan PonorogoTrenggalek
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Bantuk
Lokasi
Periode
Lokasi
Pemagaran Areal lokasi disekeliling kegiatan Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan tinggi dilakukan pada siang hari
Pengukuran intensitas kebisingan
Areal lokasi kegiatan
Pengangkutan Jalan alat terjadwal Purabaya dan dilakukan pada siang hari Penempatan petugas lalu lintas di pintu keluar masuk Panjang jalan Pembuatan Pintu keluar yang terkotori kolam masuk proyek lumpur dari pengendapan kendaraan pembersihan ban proyek kendaraan Penyemprotan ban kendaraan sebelum keluar lokasi proyek
Pengamatan visual
Jalan PonorogoTrenggalek
Pengamatan visual
Jalan purabaya
Periode
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Pembangu nan sarana prasarana
Jenis dampak
Besaran dampak
Kualitas udara melebihi baku mutu diameter debu lebih rendah dari 10 sampai maksimal 150μg/m3 dan debu maksimum 350mm3/m2 per hari (PP. 41 tahun 1999) Peningkatan Kebisingan kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk areal industry peternakan sebesar 70 dBA (Kepmen LH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan)
Penurunan kulaitas udara
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Lokasi
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Areal lokasi kegiatan
Selama pekerjaan dilakukan
Areal lokasi kegiatan
Sekali pada tahap konstruksi bangunan dikerjaka
Penyiraman secara periodic pada musim kemarau
Pengukura n kualitas udara
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Lurah Grogol, DLH Penerima laporan : Camat Sawoo, DLH
Pemagaran di sekeliling areal kegiatan Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan tinggi di kerjakan pada siang hari
Pengukuran tingkat kebisingan Pengamatan visual
Keterangan
Luas lahan 2.788 m2 dengan bangunan sebesar 2.302 m2, RTH 300 m2
Sumber dampak
Jenis dampak
Penurunan estetika lingkungan
Kecelakaan kerja
C.
Besaran dampak
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Bantuk
Lokasi
Periode
Volume sisa Penyediaan tanah dan tempat bangunan yang pembuangan berserakan sementara Sisa bahan bangunan yang layak pakai dapat dimanfaatkan kembali atau diijual Jumlah Pemakaian tenaga kerja peralatan septic yang celaka kerja konstruksi dan sakit sesuai SNI Penyediaan P3K
Lokasi
Periode
Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Selama operasional peternakan dilakukan dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Medical check up
Konstrksi
Mobilisasi tenaga kerja
Terserapnya tenaga kerja dan wirausaha lokal yang berasal dari warga masyarakat
Jumlah tenaga kerja yang akan dikerjakan pada tahap operasional adalah sebanyak 7 orang
Rekrutmen tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar lokasi kegiatan sesuai keahlian dan kemampuann Memberikan upah/gaji sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dengan professional dan proporsional
Warga Desa Grogol Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Selama operasional peternakan
Melakukan wawancara dengan pekerja dan penduduk sekitar
Pelaksana ; Pemrakarsa Pengawas : Lurah Grogol, DLH, Disnakertras Penerima laporan : Camat Sawoo, DLH, Disnakertrans
Rekrutmen tenaga kerja akan memprioritaskan penduduk warga sekitar lokasi sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya
Sumber dampak
Kegiatan peternakan ayam pedaging
Jenis dampak
Penurunan kualitas air permukaan karena limbah cair domestic akibat adanya aktivitas karyawan penyuciana an kandang
Penurunan kualitas air tanah yang diakibatka n oleh rembesan septictank dari sisa MCK pada toilet
Besaran dampak
Limbah domestic yang dihasilkan dari kegiatan karyawaan sebesar 0,88m3/har i dan pada akhir periode sebesar 8m3/hari.
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Bantuk
Pembuatan jaringan saluran pembuangan air kotor dan air bekas Membuat IPAL
Lokasi
Saluran buangan air kotor
Periode
Setiap hari
Pengukuran
Lokasi
kualitas air permukaan
IPAL Kolam resapan
Saluran buangan air kotor
domestik septictank sesuai yang standar dihasilkan penyedotan dari kegiatan septic tank karyawan Membuat areal sebesar ruang terbuka 0,88m3/hari hijau (RTH) dan pada akhir periode sebesar 8m3/hari
3 bulan sekali
Pelaksana : Pemrakarsa Pengawas : Dinas Kebersihan, Dinkes
IPAL Kolam resapan
Penerima laaporan : DLH, Dinas Kebersihan, Dinkes
Septictank RTH
Setahun sekali Setiap hari
Pengukuran kualitas air tanah
Septictank RTH
Keterangan
Periode
Membuat kolam ikan sebagai bak control
Limbah cair Membuat
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
3 bulan sekali
Operasional Peternakan Ayam Pedaging akan menyesuaikan dan mengikuti perkembangan peraturan dan perundangundangan Pemerintahan Indonesia serta melaporkan kegiatan setiap 6 bulan sekali.
Sumber dampak
Jenis dampak
Penurunan kuantitas air tanah karena penggunaan sumur bor sebagai sumber air bersih utama Penurunan kualitas udara dilingkungan peternakan Penggunaan genset
Besaran dampak
Besarnya debit kebutuhan air bersih untuk aktivitas karayawan dan kegiatan lainnya sebesar 1,1m3/hari Kualitas udara melebihi baku mutu diameter debu lebih rendah dari 10 sampai maksimal 150μg/m3 dan debu maksimum 350mm3/m2 per hari (PP. 41 tahun 1999)
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk
Lokasi
Bantuk
Pemasangan meteran air
Sumur bor
Setiap hari Pengamatan visual Setiap musim terhadap hujan sumur warga Pengukuran kualitas air bersih
Sumur bor
Menanam pohon penyerap CO2 paling baik Membuat taman dengan pohon pelindung berdaun lebar untuk menyerap polusi Penanaman pohon kresik Pemasangan jaring dengan ukuran 150 mesh pada blower Pemasangan cerobong genset
RTH Blower Ruang genset
Sekali pada Pengukuran saat kualitas penanaman udara dan pembangunan runag genset dan blower
RTH 3 bulan sekali Blower Ruang genset
Periode
Lokasi
Periode Setiap hari Setiap musim hujan 3 bulan sekali
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Jenis dampak
Timbulan gas amoniak dan sulfide
Peningkatan intensitas kebisingan dari operasi genset dan mobilitas kendaraan angkut
Besaran dampak
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Bentuk Gas amoniak Pemberian dan sulfida probiotik starbio dipengaruhi pada pakan ternak kadar protein Pemberian kapur, dalam kotoran EM4, sekam ternak dan dedak pada badan ternak kotoran ayam Penyediaan RTH Pemasangan jarring dengan 150mesh Pengangkutan kotoran ternak tepat waktu 14 hari sekali Kebisingan Pemagaran tidak melebihi disekeliling areal baku mutu peternakan untuk areal Penanaman industry pohon pelindung peternakan dengan tinggi sebesar 70 minimal 3 m dBA (Kepmen Memasang LH No. peredam suara 48/1996 dan cerobong di tentang baku ruang genset mutu kebisingan)
Lokasi
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Tempat penampun gan kotoran ternak RTH Blower
2 minggu sekali Setiap hari
Pengukuran kualitas udara (amoniak dan hydrogen sulfide) Melakukan jejak pendapat warga melalui kuisioner tertulis
Areal lokasi kegiatan Warga sekitar lokasi
2 minggu sekali
Pagar batas areal peternakan RTH Ruang genset
Setiap hari Setiap mati listrik
Pengukuran intensitas kebisingan
Pagar batas awal peternakan RTH Ruang genset
Sebulan sekali
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Jenis dampak
Besaran dampak
Bentuk
Peningkatan volume lalu lintas akibat adanya kendaraan roda 2 dan 4 serta truk yang keluar masuk lokasi parkir dan jalan PonorogoTrenggalek Timbulan sampah yang dihasilkan dari kegiatan karyawan
Timbulan limbah B3
Jumlah kendaraan yang keluar masuk areal peternakan akan berpotensi terhadap kemacetan dan gangguan lalu lintas Limbah padat dan sampah yang dihasilkan sebanyak ±0,0054m3 /hari Limbah B3 yang dihasilkan untuk padatan sebesar 20 kg/hari dan cairan 10 L/bulan
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Penempatan petugas parkir lalu lintas Pemasangan warning symbol Pembuatan areal parkir karyawan dan areal bongkar muat
Jalan purabaya Areal parker Areal bongkar muat barang
Setiap hari Setiap angkut barang
Pengamatan visual
Areal parkir Areal bongkar muat
Setiap hari Setiap angkut barang
Menyediakan tong sampah terpilah organik, anorganik sebanyak 2 unit Membuat TPSS Membuat komposter Membuat TPS B3 Menjalin kerjasama dengan pengolah limbah B3
Tong sampah TPSS
Setiap hari Setiap 2x dalam semingu
Pengamatan visual
Tong sampah TPSS
Setiap hari Setiap 2x dalam seminggu
TPS B3
Setiap 3 bulan sekali
Pengamatan visual
TPS B3
Setiap 3 bulan sekali
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Jenis dampak
Besaran dampak
Bentuk
Timbulam limbah kotoran ternak
Jumlah limbah kotoran ternak mencapai 9,3 ton/hari
Timbulan bangkai ternak
Ayam mati diperkirakan sebanyak 3.000 ekor atau 5% dari 62.000 ekor
Potensi wabah flu burung
Jumlah ayam mati mendadak terjangkit flu burung
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi
Penggunaan probiotik Feeder starbio dan EM4 pada Kandang pakan dan minuman Tempat Pemberian kapur 1% penampungan dan sekam pada kotoran ternak kotoran Membuat tempat penampung sementara kotoran ternak Pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk organik Pemusnahan ayam Areal lokasi mati dengan cara kegiatan dibakar dan dikubur Membuat banker tempat pemusnahan bangkai ternak Penigkatan biosekuriti Areal lokasi kegiatan Penjaragan ayam Pemusnahan ayam mati dengan cara di bakar dan dikubur Pemberian vaksin AI pada ternak Melaporkan kasus flu burung kepada dinas
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Setiap hari kekrja 2 minggu sekali
Pengamatan visual Uji peroximat kotoran ayam
Areal sekitar kandang
2 minggu sekali
Ketika terjadi lasus ayam mati
Pengamatan visual Pengecekan ayam mati
Areak lokasi kegiarn
Setiap hari
Setiap hari untuk biosekuriti Ketika terjadi kasus ayam mati mendadak terjangkit flu burung
Pengamatan visual Pengecekan ayam mati
Areal lokasi kegiatan
Ketika terjadi kasus ayam mati mendadak terjangkit flu burung
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
Sumber dampak
Jenis dampak
Besaran dampak
Bentuk
Potetnsi terjadinya kebakaran di areal peternakan
Jumlah kerugian yang di akibatkan dari bencan kebakaran
Potensi terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan karyawan
Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
Upaya Pemantauan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup
Penyediaan APAR 3 kg sebanyak 4 unit Pemasangan alarm bencana Membuat jalur evakuasi dan pintu darurat Menerapan SOP Pemakaian alat pelindung kerja Penyemprotan disinfektan Menyediakan P3K Mendapatkan pelatihan penanganan flu burung Ikut serta dalam program BPJS tenaga kerja dan kesehatan
Periode
Bantuk
Lokasi
Periode
Areal lokasi kegiatan
Ketika terjadi kebakaran
Pengecekan sumber arus kelistrikan
Areal lokasi kegiatan
Ketika terjadi kebakaran
Areal lokasi kegiatan Pintu keluar masuk kandang
Setiap hari
Pengamatan visual Medical check up karyawan
Areal lokasi kegiatan Pintu keluar masuk kandang
Setiap hari
Lokasi
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan
Keterangan
BAB 3 JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum lingkungan hidup. Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut, maka setiap rencana kegiatan atau usaha wajib memliki izin lingkungan termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup mewajibkan setiap rencana kegiatan/usaha memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ( PPLH ). Adapun rencana kegiatan peternakan ayam boiler bersifat permanen maka dari itu rencana kegiatan tersebut diwajibkan memiliki izin PPLH diantaranya adalah A. Izin pembuangan limbah cair B. Izin penampungan sementara limbah B3
DAFTAR PUSTAKA
http://alamendah.org/2010/09/01/tanaman-penyerap-karbondioksida/
http://green.kompasiana.com/polusi/2013/03/09/ukl-upl-celah-bagi-kerusakanlingkungan-hidup-540449.html http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0107 .pdf
http://tehniksumurresapan.blogspot.com/2013/02/standard-sumur-resapan.html
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=menghitung%20beban%20 pencemaran%20air&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDEQFjAC&url=http %3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F37627%2F1%2F05Dyah.pdf&ei=14rCUe 2cLIy3rAfN1IGwBw&usg=AFQjCNGTctpRA-vylb4JnQ6hNqL9T5sPRg http://www.slideshare.net/kebonbawang/cara-beternak-ayam-kampung-pedagin
Kementerian Lingkungan Hidup RI Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, “Teologi Lingkungan : Etika Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Islam” cetakan kedua, 2012; Penelitian Endes N. Dahlan IPB Publishing, 2008 Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan.2000. “Budidaya Ayam Ras Pedaging”. BAPPENAS.
Sardi Duryatmo. “Para Jagoan Serap Karbondioksida”; Trubus 459, Februari 2008 Soemarwoto, Otto. 2004. “Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan”