Ujian Kedokteran Keluarga Nur Rissa Maharany K1a1 11 072.docx

  • Uploaded by: Nubhy Nub
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ujian Kedokteran Keluarga Nur Rissa Maharany K1a1 11 072.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,776
  • Pages: 16
UJIAN KEDOKTERAN KELUARGA DR.H. JURIADI PADDO, M.KES NAMA: NUR RISSA MAHARANY NIM: K1A1 11 072 Kasus 3 I. Identitas pasien Terdapat 3 pasien dalam 1 keluarga No

Nama

Jenis Kelamin

Umur

1

Ny. X

P

Tdk diketahui (Ibu Muda)

2

An. Y

P

2 tahun

3

An. Z

Tdk diketahui

Kelas 6 SD (12 tahun)

II. Anamnesis -

Ny X mengeluh batuk dan dahak berwarna kemerahan lebih dari 1minggu

-

An. Y datang dengan batuk lebih dari 1 minggu dan tidak nafsu makan, pada kulit di lengan atas dan tungkai terlihat bintik merah dan gatal, pada mata terdapat bintik putih

-

An. Z datang dengan batuk bercampur darah

III. Pemeriksaan fisis -

An. Y : BB 7 kg (Berdasarkan BB menuru Umur BB/U berada pada -3 SD : GIZI BURUK). Pada kulit di lengan atas dan tungkai terlihat bintik merah, mata terdapat bintik putih

IV. Pemeriksaan penunjang -

Foto Thorax Ny. X : menunjukkan tanda infeksi

-

Pemeriksaan Dahak SPS Ny. X : ++- (2 hasil positif)

-

Foto Thorax An. Y : gambaran hiller proses

Untuk mendiagnosis TB paru pada anak perlu dilakukan skoring berdasarkan tabel di atas. An Y memiliki skoring 6 (Kontak dengan Pasien BTA, Gizi Buruk, Batuk, serta Foto thoraks sugestif TB). Namun untuk An. Z (12 tahun) masih perlu dilakukan beberapa pemeriksaan fisis dan penunjang untuk mendukung diagnosis TB paru. Oleh karena itu disarankan melakukan beberapa pemeriksaan berikut: -

Pemeriksaan Status Gizi, Pemeriksaan kelenjar limfe, pembengkakan sendi

-

Uji Tuberkulin

-

Foto Thorax

V. Diagnosis Holistik 1. Diagnosis dari segi biologis : Ny. X didiagnosis TB Paru An Y didiagnosis Gizi Buruk dengan TB Paru An. Z disuspek TB paru 2. Diagnosis dari segi psikologis : Dari segi psikologis tidak diketahui sehingga

perlu dilakukan kunjungan rumah

untuk mengetahui psikososial keluarga. Kunjungan bertujuan untuk mengetahui interaksi keluarga dan faktor psikis lainnya 3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi : Pasien tidak memiliki mengurus BPJS

BPJS kesehatan. Menyarankan pasien agar sebaiknya

VI. Pengobatan Holistik 1. Farmakoterapi Ny X : OAT-FDC (Obat Anti Tuberkulosis-Fixed Dose) tablet sehari tiga kali sehari An Y : OAT-FDC tablet untuk anak (R75/H50/Z150) 1 tablet sekali sehari An Y dengan gizi buruk perlu dilakukan kolaborasi dengan Puskesmas setempat dan RUJUK ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi misalnya Rumah Sakit 2. Non Farmakoterapi 1. Edukasi 1) Konseling mengenai penyakit TB pada pasien 2) Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis 3) Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya setelah dua bulan dan enam bula pengobatan 4) Konseling kepada pasien untuk maka makanan yang bergizi berupa tinggi kalori dan tinggi protein 5) Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang air keci akan berwarna merah yan menandakan itu bukanlah darah hanya menandakan reaksi obat. Selain it juga bisa timbul gatal-gatal dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat 6) Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat positif 7) Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok serta fungsi dari ventilasi dalam rumah. 2. Family Focused amily Focused 1) Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarganya 2) Konseling mengenai penyakit TB yang dapat

menular dengan anggota

keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan tidak membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak sampah didapur/ asbak) 3) Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat 4) Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien

5) Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.

JAWABAN UJIAN KEDOKTERAN KELUARGA

1. Perbedaan Dokter Keluarga dengan Dokter Praktek Umum: DOKTER UMUM

PRAKTEK

Cakupan Pelayanan

Terbatas

Sifat Pelayanan

Sesuai Keluhan

Cara Pelayanan

Kasus per kasus dengan pengamatan sesaat

Jenis Pelayanan

Lebih kuratif hanya untuk penyakit tertentu

DOKTER KELUARGA Lebih Luas

Peran keluarga Promotif dan pencegahan Hubungan dokter-pasien

Kurang dipertimbangkan

Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan Kasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat Lebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi Lebih diperhatikan dan dilibatkan

Tidak jadi perhatian

Jadi perhatian utama

Awal pelayanan

Secara individual

Dokter – pasien

Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan Secara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan

2. Bentuk keluarga: Goldenberg (1980) membagi bentuk keluarga menjadi 9 macam, yaitu: a. Keluarga inti (nuclear family) Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri serta anak-anak kandung. b. Keluarga besar (extended family) Yang dimaksud dengan keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, isteri dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar)yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.

c. Keluarga campuran (blended family) Yang dimaksudkan dengan keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri. d. Keluarga menurut hukum umum (common law family) Yang dimaksud dengan keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta anakanak mereka yang tinggal bersama. e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family) Yang dimaksud dengan keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama. f.

Keluarga hidup bersama (commune family) Yang dimaksud dengan keluarga hidup bersama (komune) adalah keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hal dan tanggungjawab serta memiliki kekayaan bersama.

g. Keluarga serial (serial family) Yang dimaksud dengan keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anakanak dengan pasangan masing-masing, semuany menganggap sebagai satu keluarga. h. Keluarga gabungan (composite family) Yang dimaksud dengan keluarga gabungan (komposit) adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa isteri dan anak-anaknya atau isteri dengan beberapa suami dan anak-anaknya yang hidup bersama. FUNGSI KELUARGA

1) Fungsi Pendidikan. Dalam

hal

ini

tugas

keluarga

adalah

mendidik

dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa. 2) Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 3) Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 4) Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 5) Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini. 6) Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumbersumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga. 7) Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

8) Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

3. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam pelayanannya yaitu: 1) Komprehensif dan holistic Memberikan pelayanan secara paripurna berarti melakukan pemeriksaan secara keseluruhan dengan menimbang rasionalitas dan mafaatnya bagi pasien. Sebagai contoh misalnya, seorang yang sakit kepala, pada awalnya mungkin saja hanya diberi parasetamol atau analgetik lainnya. Jika sakit kepala berulang-ulang, harus digali sejauh mungkin berbagai kemungkinan penyebabnya, dan bila dipandang perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyebabnya. Tentu saja, rujukan harus dilakukan jika memang diperlukan, sekalipun pasien ybs tidak memintanya. Selain itu, ancangan holistik harus dilakukan juga agar terasa lebih manusiawi. Dokter keluarga lebih mempertimbangkan siapa yang sakit daripada sekedar penyakit yang disandang 2) Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya Sebagai dokter layanan primer, DK merupakan tempat kontak pertama dengan pasien, tanpa mamandang jenis kelamin, usia, keluhan utamanya atau sistem organ yang terganggu. Sebenarnya 85% masalah kesehatan dapat diselesaikan di layanan primer jika kinerja DPU/DK dapat diandalkan. Oleh karena itu yang memerlukan rujukan ke rumah sakit seharusnya hanya 15%. Jelaslah kiranya kinerja seperti apa yang harus diwujudkan oleh para DPU/DK agar dapat menyelesaikan 85% masalah yang dihadapinya.

Dokter keluarga merupakan ujung tombak pelayanan medis tempat kontak pertama dengan pasien untuk selanjutnya harus menjaga kontinuitas pelayanan dalam arti, pemantauan kepada pasien dilakukan secara terus-menerus mengunakan rekam medis yang akurat dan sistem rujukan yang terkendali.Untuk menunjang kesinambungan pelayanan, klinik harus dilengkapi dengan rekam medis yang memadai dan sarana komunikasi yang handal sehingga dokter dapat dihubungi sewaktu-waktu diperlukan. Demikian pula, jangan lupa membuat surat rujuk pindah jika ada pasien yang hendak pindah tempat tinggal misalnya pindah kota atau pindah klinik. Dalam surat rujuk pindah itu harus dilengkapi dengan data kesehatan yang penting, dengan data tambahan data yang diperlukan. Boleh dikatakan pemantauan pada setiap pasien dilakukan mulai dari konsepsi sampai mati. 3) Pelayanan promotif dan preventif Dokter Keluarga harus berusaha meningkatkan taraf kesehatan setiap pasien yang menjadi tanggung-jawabnya. Bagaimanapun dokter keluarga harus berupaya menerapkan seluruh tingkat pencegahan. Dengan demikian ia harus memberikan ceramah kesehatan dan vaksinasi, menyelengarakan KB dan KIA dan bahkan acara senam pagi secara rutin. Selain itu DK harus cepat dan tepat membuat diagnosis penyakit dan mengobatinya. 4) Pelayanan koordinatif dan kolaboratif Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu yang bersamaan. Selain itu koordinasi pun dilakukan dengan keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan efisiensi pengobatan Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan mengefisienkan

pelayanan. Misalnya, bekerjasama dengan labotarotium untuk memantau pasien dengan dugaan DHF tetapi belum perlu dirawat. Untuk kasus seperti ini pihak laboratorium diminta untuk memantau perubahan indikator perkembangan penyakit dan segera melaporkan hasilnya sehinga pasien dapat istirahat di rumah tanpa bolakbalik ke klinik. Dokter keluarga bukan hanya mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama berbegai pihak. 5) Pelayanan personal. Titik tolak pelayanan DK adalah pelayanan personal seorang individu sebagai bagian integral dari keluarganya. Seorang individu, sekalipun menjadi bagian dari sebuah keluarga, dibenarkan mempunyai DK sendiri yang mungkin dapat berbeda atau sama dengan anggota keluarga yang lain.

6) Mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Dalam mengobati pasien, DK tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan bagian integral dari keluarga dan komunitasnya. Kesembuhan penyakit sangat dipengaruhi lingkungannya dan sebaliknya penyakit pasien dapat mempengaruhi lingkungannya juga 7) Sadar etika dan hukum Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam menghadapi pasiennya tanda memandang status sosial, jenis kelamin, jenis penyakit, ataupun sistem oragn ayng sakit. Semua dalah pasiennya dan harus dilayani secara profesional. Demikian pula dengan sadar hukum, sangat dekat dengan perilaku dokter

untuk tetap bekerja dalam batas-batas kewenanangan dan selalau mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum yang berolaku di daerah tempat praktiknya. 8) Sadar biaya Yang tidak kalah pentingnya adalah sadar biaya yang juga sebenarnya menyangkut perilaku DK dalam pertimbangkan ”cost effectiveness” dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh menurunkan mutu pelayanan. 9) Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan. Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan bukan hanya layanan DK. Kenyataannya sampai sekarang audit medis masih jauh dari harapan terutamna di Indonesia. Namun demikian praktik DK harus memulai mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit medis ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan sala sekali bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter Sepanjang DK bekerja sesuai dengan SOP yang diberlakukan audit medis tidak akan membawa dampat negative bahkan meningkatkan kredibilitas. Kredibilitas itu akan semakin meningkat jika setiap langkah yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam hal ini penerapan “evidence based medicine” menjadi jalan terbaik

untuk

mewujudkan

pelayanan

yang

akuntabel

atau

dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Indikator Keberhasilan Pelayanan Kesehatan di Dokter keluarga. 1) Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan fisik, mental dan sosial seluruh anggota keluarga

2) Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung jawab keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, sosial maupun lingkungan keluarganya 3) Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya

5. Definisi Rujukan Dalam Pelayanan Dokter keluarga. Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem tersebut.

6. Kriteria Rumah Sehat dan Sarana Sanitasi Dasar (TTU, TPM, SPAL) yang memenuhi syarat. Syarat rumah sehat: 1) Pencahayaan cukup, terang di semua ruangan untuk membaca 2) Atap: tidak bocor 3) Dinding: bersih, kering dan kuat 4) Tersedia jamban keluarga yang sehat. 5) Tersedia air bersih 6) Pengudaraan: segar, banyak udara yang masuk 7) Lantai: bersih, teratur, rapih, ada dinding pemisah, bebas tikus dan nyamuk 8) Ada sarana pembuangan air limbah

Sarana Sanitasi Dasar

1) TTU : terpenuhinya sanitasi dasar (seperti air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria atau persyaratan atau standar kesehatan. 2) TPM : terpenuhinya sanitasi dasar (seperti: air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan atau standar kesehatan 3) SPAL : fasilitas pembuangan air limbah yang sifatnya tertutup dan tidak mencemar. Jelaskan kriteria Rumah Sehat dan Sarana Sanitasi Dasar (TTU, TPM, SPAL) yang memenuhi syarat. 7. Tingkat pencegahan penyakit dalam pendekatan keluarga. 1) Pencegahan primer Health promotion: contohnya seperti pada kasus 1 (pasien dengan penyakit Kusta) dilakukan penyuluhan tentang penyakit Kusta kepada pasien dan keluarganya Specific protection: menggunakan alat pelindung diri saat bekerja agar tidak terluka dikarenakan kerusakan saraf pada peyakit kusta menyebabkan penderita tidak menyadari dirinya terluka. 2) Pencegahan sekunder Early diagnosis dan prompt treatment: Upaya penanggulangan Kusta dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan menganjurkan kepada semua anggota keluarga jika mengalami suatu keluhan yang sama agar segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan 3) Pencegahan tersier

Disability limitation: menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta selalu melakukan pengobatan sesuai dengan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi maupun kematian. Rehabilitation: Menyampaikan kepada keluarga agar memastikan pasien sakit mendapat perlakuan seperti biasa. Usahakan untuk memberi ruangan yang aman dan nyaman untuknya beristirahat. Jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien maka dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga komplikasi yang dialami dapat dicegah perburukannya.

8. Konsep sehat dan sakit. 1) Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, sehingga tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. 2) Sakit merupakan defiasi / penyimpangan dari status sehat. Pemons (1972) Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosial. 9. Hal-hal yang harus menjadi bahan pertimbangan sebelum membangun klinik dokter keluarga 1) Peralatan 

Peralatan medis Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis sederhana, maka pada praktek dokter keluarga perlu disediakan berbagai peralatan medis



Peralatan non- medis adalah suatu klinik yang memiliki sekurangkurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang

rontgen (fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d 200 meter persegi. 2) Tenaga pelaksana 

Tenaga medis Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga.



Tenaga paramedic Tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.



Tenaga non-medis Jumlah tenaga non medis yang di perlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

10. Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga. Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik yang menurut para ahli (Lan R. McWhinney (1981) : 1) Lebih mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau teknik-teknik kedokteran tertentu. 2) Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. 3) Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu kesempatan untuk menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit atau pendidikan kesehatan. 4) Memandang dirinya sebagai masyarakat yang berisiko tinggi.

5) Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat. 6) Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan pasiennya. 7) Melayani pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit 8) Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran. 9) Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai manager dari sumbersumber yang tersedia

Related Documents


More Documents from "Anisah Mahmudah"