Tugas Ujian Dewi Nur Azizah.docx

  • Uploaded by: ravi
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Ujian Dewi Nur Azizah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,312
  • Pages: 71
TUGAS UJIAN

Disusun Oleh : Dewi Nur Azizah (NPM 1102011077)

Penguji : dr. Reino Rambey, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RS. POLRI TK.I IR SAID SUKANTO 28 JANUARI 2019 – 06 APRIL 2019

KELUARGA BERENCANA Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperm yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.1,2 Kontrasepsi yang bagus:      

Efektivitas yang tinggi Efek samping yang minimal Reversible Melindungi dari STD Mudah didapatkan Tidak ada kontraindikasi

Tujuan kontrasepsi   

Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun Menjarangkan kehamilan:20-35 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 keatas

Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional1: Tunda

Jarangkan 2-4

Menghentika

(<20 thn)

tahun

n

(20-35 thn) IUD Suntik Pil Implan Sterilisasi

(>35thn) 1) Sterilisasi 2) IUD 3) Implant 4) Suntik 5) pil

1) 2) 3) 4)

Pil IUD Implant Suntika n

1) 2) 3) 4) 5)

Jenis kontrasepsi: 1) Kontrasepsi alamiah Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB), simptotermal (STB+Mukosa Servik), senggama terputus, laktasi. 2) Kontrasepsi barier mekanik Kondom, diafragma, spermisida, AKDR 3) Kontrasepsi hormonal Bentuk pil, suntikan, implant 1

4) Kontrasepsi mantap Tubektomi, vasektomi

Efektivitas

A.Keluarga berencana alamiah / kontrasepsi alamiah Profil dan mekanisme kerja     

Belajar mengetahui kapan masa subur Efektif jika tertib Tidak ada efek samping Sanggama dihindari pada masa subur Yang dapat menggunakan: 1. Semua perempuan 2. Paritas berapapun 3. Kurus atau gemuk 4. Merokok 5. Alasan kesehatan tertentu 6. Alasan agama atau filosofi 7. Tidak dapat menggunakan metode lain  Yang tidak menggunakan: 1. Kehamilan merupakan resiko tinggi 2. Belum mendapat haid 3. Pasangan tidak mau bekerja sama 4. Tidak suka menyentuh daerah genital 2

I.

Pantang berkala (sistem kalender) Cara kerja: hindari senggama diwaktu subur.

II.

Metode suhu basal/suhu tubuh basal(STB) Suhu tu buh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah banguntidur dan

sebelum

melakukan aktivitas lainnya.3 Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subuur / ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-360C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu (hormone turun mendadak) dan naik menjadi 37-380C kemudian tidak akan kembali pada suhu 350C. Pada saat itulah terjadi masa subur / ovulasi. (progesterone tinggi membuat suhu tubuh lebih tinggi). Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 20C dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun. Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan suhu tubuh.

tidak Hal

terjadi masa ini

terjadi

subur/ovulasi sehingga dikarenakan

tidak

tidak

terjadi

adanya korpus

kenaikan

luteum yang

memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus 3

berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron, akibatnya suhu tubuh tetap tinggi. Faktor yang mempengaruhi metode suhu basal tubuh antara lain: 

Penyakit.



Gangguan tidur.



Merokok dan atau minum alkohol.



Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.



III.

Stres. Metode ovulasi billings (MOB) Efektivitas 9-20 hamil/100 prempuan/tahun Cara kerja: mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi. Lendir / mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-sel vagina. Pada saat menjelang ovulasi, lendir serviks akan mengalir dari vagina. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.3 Pemeriksaan lendir: 1) lendir jernih, licin, mulus menunjukkan masa subur 2) Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket atau kering menunjukkan masa tidak subur sehigga aman untuk berhubungan.

4

Kelebihan 1. Mudah digunakan.

2. Tidak memerlukan biaya. Keterbatasan 1. Tidak

efektif

bila

digunakan

sendiri,

sebaiknya

dikombinasikan

dengan

metode kontrasepsilain (misal metode simptothermal). 2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya. 3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda

kesuburan. 4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.

Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks 1. Menyusui. 2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery. 3. Perimenopause. 4. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat. 5. Spermisida. 6. Infeksi penyakit menular seksual. 7. Terkena vaginitis.

IV.

Simptotermal (STB+Mukosa Servik) Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang

mengidentifikasi masa

subur dari siklus

menstruasi wanita. Metode

ini

mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang

menyatakan

yaitu perubahan suhu

bahwa

metode

basal

ini

mengamati

tiga

indikator

tubuh, perubahan mukosa/lendir

kesuburan serviks dan

perhitungan masa subur melalui metode kalender. 2,3 Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersamasama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi. V.

Senggama terputus - pra-ejakulasi atau pancaran ekstravaginal 

Pengeluaran penis dari vagina sesaat sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas 4-18 kehamilan/100 perempuan/tahun. 5



Prinsipnya adalah menghindari deposit sperma di dalam fornix atau vagina untuk

menghindarkan terjadinya pertemuan ovum dan sperma dalam periode subur. keuntungan: - Alamiah - Efektif bila dilakukan dgn benar - Tidak mengganggu produksi ASI - Tak ada efek samping - Dapat dikombinasikan dgn berbagai metode KB alamiah yang lain - Tidak butuh biaya dan persiapan khusus.  Tidak dianjurkan pada:  pria dengan ejakulasi dini  pria yang sulit melakukan sanggama terputus  perempuan dengan pasangan yang sulit kerja sama  pasangan yang sulit berkomunikasi Metode amenore laktasi(MAL) MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on) 

VI.

pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH sehingga sekresi FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi. Efektivitas 2 hamil/100/6bulan. 1,2 Hanya dianjurkan pada perempuan: Menyusui eksklusif (8-10x per hari dengan interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan sejak melahirkan bayinya. Keterbatasan yaitu; tingkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam hari (tidak boleh > 4-6jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain ,Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung misalnya kondom. B. Metode barier I.

Kondom Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS. Efektifitas 12-14 hamil/100/tahun.1,2,3 6

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm. KONDOM Baik digunakan Ingin berpartisipasi dalam program KB

Tidak baik digunakan Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Ingin kontrasepsi sementara Ingin kontrasepsi tambahan

apabila terjadi kehamilan Alergi terhadap bahan dasar kondom Menginginkan kontrasepsi jangka panjang Tidak mau terganggu dalam persiapan

Hanya

ingin

untuk melakukan hubungan seksual menggunakan Tidak peduli dengan berbagai

alat kontrasepsi saat berhubungan Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS Cara pakai yang benar: 1. 

persyaratankontrasepsi

Kondom lelaki

Tahap 1 Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.



Tahap 2 Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.



Tahap 3 Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.



Tahap 4 7

Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal penis, sambil menekan

ujung kondom.

Pastikan

posisi kondom tidak

berubah

selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis. 

Tahap 5 Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan anda.



Tahap 6 Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yang aman.

2.

Kondom perempuan

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.



Tahap 2

Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita mempunyai ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam. 

Tahap 3

Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong. 

Tahap 4 8

Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring. 

Tahap 5

Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk

untuk

menekan inner

ring lebih

jauh

ke

dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar. 

Tahap 6

Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.



Tahap 7

Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet. II.

Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke

dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan

menutupi serviks.1,2,3 Beberapa

jenis

diafragma; 1.

Flat spring (Diafragma pegas datar). Jenis ini cocok untuk vagina normal dan disarankan

2.

untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas jam yang kuat dan mudah dipasang. Coil spring (Diafragma pegas kumparan). Jenis ini cocok untuk wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini memiliki pegas kumparan spiral dan jauh

3.

lebih lunak dari pegas datar. Arching spring. Jenis ini

bermanfaat

pada

dinding vagina yang

tampak

kendur

atau panjang dan posisi serviksmenyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini merupakan 9

kombinasi dari flat spring dan coil spring, dan menimbulkan tekanan kuat pada dinding vagina. Cara Kerja Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba

1.

falopi). Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

2.

Manfaat 1.

Efektif bila digunakan dengan benar.

2.

Tidak mengganggu produksi ASI.

3.

Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.

4.

Tidak mengganggu kesehatan klien.

5.

Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

6.

Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

7.

Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid.

Keterbatasan 1. Efektifitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per

tahun pertama, bila digunakan dengan spermisida). 2. Keberhasilan kontrasepsi ini tergantung pada cara penggunaan yang benar. 3. Memerlukan motivasi dari pengguna agar selalu berkesinambungan dalam penggunaan

alat kontrasepsi ini. 4. Pemeriksaan pelvik diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan. 5. Dapat menyebabkan infeksi saluran uretra. 6. Harus masih terpasang selama 6 jam pasca senggama.

Pemasangan Diafragma Dipasang 6 jam sebelum dan pasca sanggama, dan dilepas <24 jam pasca sanggama. 

Tahap 1

10

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma secara merata. 

Tahap 2

Cari

posisi

yang

nyaman

pemasangan diafragma.

Posisi

pada dapat

saat dengan

mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah

kap

untuk

pegangan

yang

kuat. Spermisida harus berada di dalam kap. 

Tahap 3

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong

bagian

depan

balik tulang pubis. dalam vagina sampai

pinggiran

ke

Masukkan

atas

jari

menyentuh serviks.

di ke

Sarungkan

karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi. \ Perhatian Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual. Jikahubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke

dalam vagina.

Jangan

meninggalkan diafragma di

dalam vagina lebih dari 24 jam. Pelepasan Diafragma 

Tahap 1

Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait bagian ujungdiafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah penampung. 11



Tahap 2

Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya

III.

Spermisida Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Jenis 1. Aerosol (busa). 2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.

3. Krim. Cara Kerja 1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah. 2. Memperlambat motilitas sperma. 3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Pilihan 1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi). 2. Aerosol dianjurkan

bila spermisida digunakan

sebagai

pilihan

pertama

atau

metodekontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien. 3. Tablet vagina, suppositoria dan

film

sangat mudah dibawa

dan

disimpan.

Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual. 4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.

12

Manfaat 1. Efektif seketika (busa dan krim). 2. Tidak mengganggu produksi ASI.

3. Sebagai pendukung metode lain. 4. Tidak mengganggu kesehatan klien.

5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. 6. Mudah digunakan. 7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual. 8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik. 9. Memberikan

perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV

dan HIV/AIDS. Cara pemakaian Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri. Namun demikian, akan

jauh

lebih

efektif

bila

dikombinasikan

dengan

alat kontrasepsi lain

seperti kondom, diafragma,cervical caps ataupun spons. Bentuk spermisida bermacammacam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli, vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria. Contraceptive

Technology menyatakan

bahwa

angka

kegagalan

dari

alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan. Petunjuk Umum 1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum

melakukan hubungan seksual. 2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau

krim) daninsersi spermisida. 3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan

seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.

13

4. Perhatikan

petunjuk

pemakaian spermisida,

baik

cara

pemakaian

maupun

penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator). 5. Ulangi

pemberian spermisida,

bila

dalam

1-2

jam

pasca insersi belum

terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali. 6. Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara

keseluruhan. Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya: Aerosol (busa) Cara pemakaian: Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol

20-30menit.

Tempatkan

kontainer dengan posisi ke atas, letakkan

aplikator

pada

mulut

kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum melakukan hubungan seksual. Krim dan Jeli Cara pemakaian: Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di ataspenis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekatiserviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli 14

keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Cara

memasukkan spermisida bentuk

busa, krim atau jeli dengan inserter.

Kontrasepsi Vagina Film/Tissue Cara pemakaian: Sebelum

membuka

kemasan,

terlebih

dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/tissue ini berupa

kotak-kotak

dalam serviks.

Untuk

tipis

yang

larut

menggunakannya,

lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif. Suppositoria Cara pemakaian:

15

Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangandengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring masukkan masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atausuppositoria. Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.

16

IV.

AKDR/IUD

Jenis- jenis AKDR Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia antara lain1,2,3: a. Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. b. Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. c. Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini. d. Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah

bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. a.Lippes-Loop b.Saf-T-Coil c.Dana-Super d.Copper-T (Gyne-T) e.Copper-7 (Gravigard) f.Multiload g. Progesterone IUD Keuntungan 

Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun



IUD dapat efektif segera setelah pemasangan



Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)



Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan



Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A



Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI



Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)



Dapat digunakan sampai menopause



Tidak ada interaksi dengan obat-obat



Membantu mencegah kehamilan ektopik



Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Efek samping dan kerugian a. Efek samping yang umum terjadi: 

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)



Haid lebih lama dan banyak



Perdarahan (spotting) antarmenstruasi



Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi lain: 

Merasakan sakit selama 3 – 5 hari setelah pemasangan



Perdarahan berta pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia



Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari h. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan) j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. Kontraindikasi

Relatif 1) Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus 2) Insufisiensi serviks uteri 3) Uterus dengan parut pada dindingnya seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma dan sebagainya 4) Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri Mutlak 1) Kehamilan 2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis 3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis 4) Adanya metroragia yag belum disembuhkan 5) Pasangan yang tidak lestari Efektivitas IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT200) dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian. Mekanisme kerja 

Menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma.



Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel- sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.



Pemadatan endometriosis oleh lekosit.



Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.



IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

Persyaratan Pemakaian A. Yang Dapat Menggunakan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah: 1) Usia reproduktif 2) Keadaan nulipara 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya 6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7) Resiko rendah dari IMS 8) Tidak menghendaki metode hormonal 9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari 10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan efektif. AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya: 1. Perokok 2. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi 3. Sedang memakai antibiotika atau antikejang 4. Gemuk ataupun kurus 5. Sedang menyusi Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini: 1) Penderita tumor jinak payudara 2) Penderita kanker payudara 3) Pusing-pusing, sakit kepala 4) Tekanan darah tinggi 5) Varises di tungkai atau di vulva 6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR) 7) Pernah menderita stroke

8) Penderita diabetes 9) Penderita penyakit hati atau empedu 10) Malaria 11) Skistosomiasis (tanpa anemia) 12) Penyakit tiroid 13) Epilepsi 14) Nonpelvik TBC 15) Setelah kehamilan ektopik 16) Setelah pembedahan pelvic. B. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan 1) Kehamilan 2) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb) 3) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya 4) Tumor jinak atau ganas dalam rahim 5) Kelainan bawaan rahim 6) Penyakit gula (diabetes militus) 7) Penyakit kurang darah 8) Belum pernah melahirkan 9) Adanya perkiraan hamil 10) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim 11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pemasangan 1. Lampu 2. Speculum dua katup 3. Apusan bakleriologis (apabila diindikasikan) 4. Lidi kapas 5. Larutan antiseptik 6. Sarung tangan bersih 7. Wadah sekali pakai untuk instrument yang sudah dipakai dan sampah klinis

8. Baki/bengkok steril (wadah untuk instrument pemasangan) 9. Forseps steril 10 inci untuk memegang spons 10.

Sonde uterus lentur steril yang berskala sentimeter

11.

Forseps jaringan 12 inci atau tenaklum satu-gigi dengan ujung tumpul yang

steril 12.

Gunting yang cukup panjang sehingga dapat memotong benang

Pemasangan AKDR a. Sewaktu haid sedang berlangsung. Dilakukan pada hari- hari pertama atau pada hari terakhir haid. 1 Keuntungannya: 1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek 2) Rasa nyeri tidak seberapa keras 3) Perdarahan yang timbul sebagai alat pemasangan tidak seberapa dirasakan 4) Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada b. Sewaktu postpartum, Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam Pemasangan post plasenta Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa digunakan pada pemasangan post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan menggunakan ringed forceps atau secara manual. 1 Pemasangan segera pasca persalinan Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48 jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi. Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan IUD interval. 1 Pemasangan IUD transcesarian

Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan menggunakan alat. 1 Pemasangan IUD interval Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan. c.

Pemasangan. IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD Pemasangan Pasca abortus Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri. Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga mempunyai angka resiko perforasi yang kecil . 1 Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi. 1

d.

Beberapa hari setelah haid terakhir

e.

Masa interval ( antara dua haid)

f.

After morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)

Teknik Pemasangan AKDR Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol. Betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kaum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks. 4 Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahanlahan, pendorong menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½- 3 cm keluar dari ostium uteri dan akhirnya speculum diangkat. Pemeriksaan lanjutan 

Pemeriksaan sesudah AKDR dipasang, dilakukan 1 minggu sesudahnya



Pemeriksaan kedua 3 bukan kemudian dan selanjutnya tiap 6 bulan

Cara mengeluarkan AKDR Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset atau dengan cunam. Kadang- kadang benang AKDR tidak tampak di ostium uteri eksternum. 4 Tidak terlihatnya benang AKDR ini dapat disebabkan oleh 1. akseptor menjadi hamil 2. perforasi uterus 3. ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor 4. perubahan letak AKDR, sehingga benang AKDR tertarik ke dalam rongga uterus, seperti ada mioma uterus

C. Kontrasepsi hormonal I. PIL Pil KB atau oral contraceptives pill berisi hormon estrogen dan/atau progesteron yang

bertujuan

untuk

mengendalikan kelahiran atau

mencegah kehamilan dengan

menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten tetapi secara umum tidak sepenuhnya melindungi wanita dari infeksi penyakit menular seksual. Jenis Pil KB 1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill Mengandung hormon estrogen dan progesteron dalam bentuk hormon aktif dan tidak aktif, berupa; 1. Conventional Pack. Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. 2. Continuous Dosing Or Extended Cycle.

Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang dapat mencegah haid. Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain: 1. Monofasik.

Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1 2. Bifasik.

Bifasik adalah pil

kombinasi yang

tersedia

dalam

kemasan

21

tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1 3. Trifasik.

Trifasik adalah pil

kombinasi yang

tersedia

dalam

kemasan

21

tablet

mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1 Cara Kerja 1. Mencegah implantasi. 2. Menghambat ovulasi. 3. Mengentalkan lendir serviks. 4. Memperlambat transportasi ovum. 5. Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.

Efektifitas

Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan konsisten.

Ini

berarti,

kurang

kombinasi akan hamil setiap

dari

tahunnya.

1

dari

Metode

100 wanita yang

ini

juga

merupakan

menggunakan pil metode

yang

paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3 bulan. Manfaat Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain: 1. Resiko terhadap kesehatan kecil.

2. Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur. 3. Tidak mengganggu hubungan seksual. 4. Siklus haid teratur. 5. Dapat mengurangi kejadian anemia. 6. Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension). 7. Dapat digunakan dalam jangka panjang. 8. Mudah dihentikan setiap waktu. 9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. 10. Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause. 11. Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker

endometrium,kista

ovarium, penyakit

radang

panggul, kelainan jinak

pada payudara, dismenorea dan jerawat. Keterbatasan Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain: 1. Tidak

mencegah penyakit

menular

B maupun HIV/AIDS. 2. Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.

seksual termasuk Hepatitis

3. Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.

4. Mahal. Efek Samping Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain: 1. Peningkatan resiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke

dan kanker leher rahim. 2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan. 3. Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan

penurunan libido. 4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).

5. Kembung. 6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).

7. Pusing. 8. Amenorea. 9. Nyeri payudara. 10. Kenaikan berat badan.

Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan, seperti: 1. Wanita dalam usia reproduksi. 2. Wanita yang telah atau belum memiki anak. 3. Wanita yang gemuk atau kurus. 4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.

5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi. 6. Wanita pasca keguguran/abortus. 7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia. 8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur. 9. Wanita dengan nyeri

haid hebat,

riwayat kehamilan

ektopik, kelainan payudara jinak. 10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,

mata dan saraf. 11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor

jinak ovarium. 12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif. 13. Wanita dengan varises vena.

Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi 1. Kontra

indikasi

absolute;

tromboplebitis

atau

tromboemboli,

riwayat

tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen. 2. Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal,

diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis

selamakehamilan, hepatitis atau

mononukleosis

tahun

lalu,

riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.

3. Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah: 1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari. 2. Wanita yang dicurigai hamil atau benar hamil. 3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.

Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi 1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid. 2. Sewaktu mendapat haid. 3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6

bulan pemberian ASI). 4. Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil

kombinasi. 2. Minipill. Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,030,05 mg per tablet. Jenis Mini Pil 1) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil,mengandung 75 mikro gram desogestrel. 2) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil, mengandung 300 mikro gram levonogestrel

atau 350 mikro gram noretindron. Contoh mini pil antara lain: 1) Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron. 2) Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol. 3) Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel. 4) Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.

5) Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat. Cara Kerja 1) Menghambat ovulasi. 2) Mencegah implantasi. 3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. 4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu.

Efektifitas Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberculosi (rifampisin). Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil antara lain: 1) Minum pil setiap hari pada saat yang sama. 2) Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa. 3) Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.

Manfaat Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut: 1) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten. 2) Tidak mempengaruhi ASI. 3) Nyaman dan mudah digunakan. 4) Hubungan seksual tidak terganggu.

5) Kesuburan cepat kembali. 6) Efek samping sedikit. 7) Dapat dihentikan setiap saat.

8) Tidak mengandung estrogen.

Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut: 1) Mengurangi jumlah darah haid. 2) Mengurangi kejadian anemia. 3) Menurunkan pembekuan darah. 4) Mengurangi nyeri haid. 5) Mencegah kanker endometrium. 6) Melindungi dari penyakit radang panggul. 7) Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi dapat

menggunakan. 8) Tidak menyebabkan peningkaan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi. 9) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.

Kerugian Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain: 1) Memerlukan biaya. 2) Harus selalu tersedia. 3) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang. 4) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan

mengakibatkan efektifitas menjadi rendah. 5) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.

6) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten. 7) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.

8) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah

mengalami kehamilan ektopik. Efek Samping Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara lain: 1) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur). 2) Peningkatan/penurunan berat badan. 3) Payudara tegang. 4) Mual.

5) Pusing. 6) Perubahan mood.

7) Dermatitis atau jerawat. 8) Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka), tetapi

sangat jarang. Indikasi Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain: 1) Wanita usia reproduksi. 2) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak. 3) Pasca persalinan dan tidak menyusui. 4) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui. 5) Pasca keguguran. 6) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan darah. 7) Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.

8) Perokok segala usia.

Kontra Indikasi 1) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya. 2) Wanita yang diduga hamil atau hamil. 3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid. 4) Riwayat kehamilan ektopik. 5) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara. 6) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil. 7) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata). 8) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas. 9) Wanita dengan mioma uterus.

10) Riwayat stroke. 3. Pil sekuenseal. Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir. 4. Once a month pill. Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang. 5. Morning after pill. Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya

diberikan

dan kondom bocor.

untuk

keadaan

darurat

saja,

seperti

kasus

pemerkosaan

Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain: 1) Mifepristone.

Mifepristone adalah alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis penelitian. 2) Ormeloxifene.

Ormeloxifene dikenal juga sebagai centchroman adalah alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India. II. Suntikan Kontrasepsi suntikan kombinasi mengandung 25mg DMPA dan 5mg Estradiol sipionat, diberikan IM sebulan sekali (cyclofem), 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol valerat, diberikan IM sebulan sekali. Sedangkan kontrasepsi suntikan progestin mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan secara IM, depo noretisteron enantat (depo noristerat) mengandung 200 mg noretindrone enatat, diberikan setiap 2 bulan secara IM Cara kerja A. Menekan ovulasi B. Mengkentalkan lendir C. Perubahan pada endometrium Yang tidak boleh menggunakan A. Hamil atau diduga hamil B. Menyusui postpartum < 6minggu C. Perdarahan pervaginam yang belum jelas D. Penyakit hepatitis E. Usia > 35 tahun yang merokok F. Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi G. Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20 tahun H. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine I. Keganasan payudara Waktu mulai A. Dalam waktu 7 hari siklus haid B. Jika > hari ke 7, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7 hari C. Bila haid (-), pastikan tidak hamil, diberikan setiap saat, tidak boleh koitus atau menggunakan pelindung selama 7hari D. Pascapersalinan 3minggu, tidak menyusui E. Beralih dari kontrasepsi hormonal, diberikan sesuai dengan jadwal

F. Beralih dari kontrasepsi non hormonal, dapat diberikan segera atau menunggu saat haid III.Sub-kutis/bawah kulit : Implant Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan dibawah kulit sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif. 5 Mekanisme kerja -

Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.

-

Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.

-

Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

-

Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3 – 0,5 /100wanita/tahun.

Keuntungan 1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen 2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan 3. Tidak menaikkan tekanan darah, 4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). 5.

Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi hamil kembali.

Efek samping 1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau lebih sering berdarah ( metrorrhagia ), 2. Amenore, 3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,

4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan. 5. Timbulnya jerawat. 6.

Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.

Indikasi a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen Kontraindikasi 1. Kehamilan atau disangka hamil 2. Penderita penyakit hati 3. Kanker payudara 4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ), 5. varikosis 6. Riwayat kehamilan ektopik 7. Diabetes mellitus 8. Kelainan kardiovaskuler. Waktu Pemasangan Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Macam-macam - Norplant 6 batang - Norplant 2 batang - Impanon /Norplant 1 batang D. Kontrasepsi Mantap I. Sterilisasi perempuan / Tubektomi Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 1 Manfaat Kontrasepsi 

Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempan selama tahun pertama penggunaan)



Permanen



Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast feeding)



Tidak bergantung pada faktor senggama



Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal



Tidak ada efek samping dalam jangka panjang



Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium.

Nonkontrasepsi 

Berkurangnya resiko kanker ovarium.

Sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat berikut: 1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup 2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup 3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi 

Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)



Perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya



Infeksi sistemik atau pelvik yang akut



Belum memberikan persetujuan tertulis

Kapan Dilakukan 

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional pasien tersebut tidak hamil.



Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstrasi (fase proliferasi)



Pasca persalinan:



-

minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu

-

laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan

Pasca keguguran: -

Trismester I: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi)

-

Trismester II: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)

II.

Vasektomi

Pengikatan / pemotongan vas deferens kiri dan kanan pad pria untuk mencegah transport spermatozoa dari testis melalui vasa ke arah uretra. Dilakukan dengan cara operasi, dapat dengan operasi kecil atau (minor Surgery)

Gambar 6. Vasektomi Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika dia telah mengalami 8-12 kali ejakulasi setelah vasectomy. Oleh karena itu sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan dianjurkan pada saat koitus memakai kontrasepsi lain. 1 Komplikasi vasektomi antara lain adalah infeksi pada sayatan, reasa nyari, terjadinya hematoma karena perdarahan kapiler, epididimitis dan granuloma. 4 Kegagalan vasektomi dapat terjadi oleh karena terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali vas deferns misalnya ada 2 vas deferens pada kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya batul-betul kosong.

KONTRASEPSI PASCAPERSALINAN DAN PASCAKEGUGURAN A. Metoda kontrasepi pasca persalinan Semua metoda kontrasepsi bisa diberikan pada ibu pada masa pascapersalinan. Waktu untuk memulai suatu kontrasepsi tergantung dari status menyusui ibu. Metoda yang bisa digunakan jika pasangan melakukan hubungan seksual meskipun segera setelah melahirkan adalah : Spermisida, Kondom, Koitus interuptus. 1

1. Wanita menyusui Wanita yang menyusui tidak perlu menggunakan kontrasepsi pada 6 minggu pasca persalinan dan

6 bulan jika mereka menggunakan MAL. Gambar berikut menunjukkan

waktu yang direkomendasikan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui.

Gambar 1. Metoda kontrasepsi pada wanita menyusui

2. Wanita tidak menyusui Meskipun sebagian besar wanita yang tidak menyusui akan mendapat haid dalam 4-6 minggu pascapersalinan, hanya 1/3 dari menstruasi pertama yang terjadi ovulasi dan hanya sebagian kecil yang terjadi kehamilan.

Gambar 2. Metoda kontrasepsi pada wanita yang tidak menyusui Metode kontrasepsi MAL

Waktu pascapersalinan

Ciri-ciri khusus

Mulai segera pasca persalinan.

Manfaat kesehatan bagi ibu dan

Efektivitas tinggi sampai 6 bulan

bayi

pascapersalinan dan sebelum haid

Memberikan waktu untuk memilih metode kontrasepsi yang lain

pill

Jika menyusui:  Kontrasepsi kombinasi dapat

kombinasi  jangan dipakai sebelum 6-8minggu pascapersalinan.

mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuhkembang bayi.

 Sebaiknya tidak dipakai dalam 6 minggu- 6 bulan pasca persalinan

 Kontrasepsi kombinasi dapat meningkatkan masalah

 Jika pakai MAL, tunda sampai 6 bulan  Jika tidak menyusui dapat dimulai

pembekuan darah.

3 minggu pascapersalinan Mini pill  Jika menyusui, jangan digunakan

 Selama 6 minggu

sebelum 6 minggu

pascaperalinan, progestin mempengaruhi tumbuh-

 Jika tidak menyusui dapat segera

kembang bayi

digunakan  Jika dengan MAL, dapat ditunda samapi 6 bulan  Jika tidak menyusui >6 minggu pascapersalinan atau sudah dapat haid, dapat dimulai setelah yakin tidak hamil AKDR  Dapat dipasang lansung, sewaktu SC, atau 4b jam pasca persalinan



Tidak ada pengaruh terhadap ASI

 Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu  Jika sudah haid, insersi dilakukan setelah yakin tidak hamil. Tubektomi  Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan  Jika tidak, tunda sampai 6 minggu pasca persalinan

 Tidak ada pengaruh terhadap ASI  Minilaparatomi pascapersalinan paling mudah dilakukan dalam 48jam pascapersalinan

B. KONTRASEPSI PASCA ABORTUS

Kontrasepsi pasca abortus dapat segera dimulai segera karena ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi abortus. 5,6 Metode

Waktu mulai

Ciri-ciri khusus

kontrasepsi Segera dimulai  Pill

 Dapat segera dimulai

kombinasi

walaupun terdapat infeksi

 Mini pill

 Sangat efektif

 Suntikan

 Langsung efektif

kombinasi  Mengurangi anemia  Implan AKDR

Trismester I  AKDR dapat langsung dipasang bila tidak ada infeksi  Tunda pemsangan hingga infeksi sembuh, perdarahan diatasi, anemia teratasi  Bila ada infeksi tunda hingga 3 bulan infeksi teratasi

Kondom/

Mulai segera sewaktu berhubungan

Metode sementara

spermisida KB alamiah Tubektomi

Tidak dianjurkan Dapat segera dilakukan, kecuali bila

Minilaparatomi;

terjadi perdarahan yang banyak  TS I, sama dengan waktu interval  TS II, sama dengan pascapersalinan

DAFTAR PUSTAKA 1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002 3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006 4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama.cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001 5. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono; 2002. 6. Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception

accessed from

www.aafp.org/afp 7. Postpartum

Contraception

accessed

http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction

from

SARAN KONTRASEPSI Untuk Ny.N 31th, dalam kasus ujian saya. Pasien setelah melahirkan akan menyusui, dan saran untuk ibu menyusui:

Kontrasepsi MAL/LMA: Menyusui eksklusif (8-10x per hari dengan interval <4jam) sejak bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan, tidak haid 4-6 bulan sejak melahirkan bayinya. Keterbatasan yaitu; tingkat efektivitas tergantung tingkat eksklusifitas menyusui bayi, tidak melindungi pengguna dari PMS (HIV/AIDS), pada wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. Instruksi yang diberikan,yaitu; memberikan ASI secara penuh (full breast feeding), dari kedua payudara (sekitar 8-10x sehari), paling sedikit 1x pada malam hari (tidak boleh > 4-6jam diantara 2 pemberian), jangan gantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan/cairan lain ,Selalu gunakan metode kontrasepsi pendukung misalnya kondom. Atau dengan kotrasepsi progestin-only

PEMERIKSAAN FISIK PADA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI 1. Pemeriksaan umum Perhatikan pasien apakah cemas, senang, sedih, nyeri, sambil diukur tinggi badan dan timbang beratnya untuk menghitung BMI. Perhatikan tangan pasien apakah terlihat pucat, adakah eritem palmaris, koilonychia (tanda anemia defisiensi besi), clubbing finger, sianosis dan hitung nadi pasien. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah pasien, untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadinya preeklampsia. Perhatikan dan periksa mata pasien apakah terlihat pucat pada konjungtiva yang menandakan anemia. Adakah sklera ikterik (jaundice), eksoftalmus (tirotoksikosis) yang menjadi masalah dalam kehamilan. Perhatikan membran mukosa mulut yang pucat sebagai tanda lain dari anemia. Adanya stomatitis angularis menandakan terjadi defisiensi folat. Kelenjar tiroid sering membesar pada kehamilan karena terjadi peningkatan metabolisme dalam kehamilan.

2. Pemeriksaan abdomen (Pemeriksaan Leopold I-IV dan Interpretasi Hasil Patologis) Ibu dalam posisi supine dan nyaman dengan perut terbuka. Manuever ini akan menjadi sulit untuk dilakukan atau diinterpretasikan jika pasiennya gemuk (obese), jika ada cairan amnion berlebihan atau jika plasenta berimplantasi di anterior. Pemeriksaan abdomen adalah kunci dari pemeriksaan pasien obstetri. Pasien diposisikan terlentang dengan nyaman dan kepala diganjal bantal. Bagian tubuh pasien terbuka mulai xiphisternum sampai dengan simfisis pubis. Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi,palpasi dan auskultasi denyut jantung janin. Inspeksi

Selama inspeksi harus diperhatikan pembesaran abdomen, adanya linea nigra, striae gravidarum, striae albicans, dilatasi vena, luka operasi (scar) dan gerakan janin. Linea nigra, striae gravidarum dan striae albicans tidak selalu muncul pada kehamilan. Striae gravidarum terjadi karena pembesaran abdomen yang disebabkan kehamilan. Striae albicans karena distensi abdomen sebab kehamilan sebelumnya atau penyebab lainnya. Luka operasi terutama luka melintang di suprapubik sangat penting, karena biasanya tersembunyi. Jika ada luka operasi deskripsikan lokasi, tipe, panjang, tanda infeksi dan adanya nyeri. Palpasi Palpasi harus dilakukan dengan gentle. Untuk memastikan apakah palpasi menyebabkan nyeri atau tidak, dapat terlihat dari raut wajah pasien. Palpasi dilakukan dengan teknik palpasi superfisial dan palpasi dalam. Palpasi superfisial untuk melihat apakah ada tegangan abdomen. Palpasi dalam untuk menilai uterus pasien dan letak janin. Palpasi dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi. Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan selama serta di antara kontraksi pada persalinan.Temuan-temuan tersebut memberikan informasi tentang presentasi dan posisi janin serta seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.Contoh temuan yang dapat dinilai melalui pemeriksaan palpasi abdomen adalah ukuran janin, malpresentasi janin, serta disproporsi sefalopelvik.

Gambar 1. Perasat Leopold Keterangan: a, perasat I; b, perasat II; c, perasat III; d, perasat IV

Pemeriksaan Leopold I-IV dideskripsikan sebagai berikut. a.

Perasat I Setelah melakukan inspeksi kontur uterus dan tinggi fundus uteri terhadap prosesus xifoideus pemeriksa dengan lembut mempalpasi fundus dengan ujung jari kedua tangan untuk menentukan kutub janin yang berada di fundus.Bokong janin memberikan perabaan yang besar, sementara kepala terasa keras dan bundar serta lebih bebas digerakkan dan digoyang

(ballotable).Kondisi yang perlu diperhatikan apabila pada akhir kehamilan tidak teraba bokong pada fundus uteri sehingga diperkirakan terjadi kelainan presentasi dan posisi janin. Saat perasat I, pemeriksa dapat memperkirakan tinggi fundus uteri (TFU) dan usia kehamilan. TFU diukur secara longitudinal dari fundus uteri ke arah simfisis mengikuti kurva fundus. Sambil dipalpasi dari xiphisternum, tentukan batas fundus uteri. Gunakan pita ukur dengan cara membalik bagian skala centimeter, dari titik acuan fundus uteri

ke batas simfisis pubis,

kemudian baca skala centimeter. Dengan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis pubis dapat diperkirakan umur kehamilan. Perkiraan klinis ukuran uterus adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Usia Kehamilan berdasarkan TFU

Tinggi fundus uteri dapat digunakan sebagai perkiraan usia kehamilan. Misalnya usia kehamilan 12 minggu TFU setinggi simpisis pubis, 20 minggu setinggi umbilicus, dan 27 minggu setinggi sternum. Rumus McDonald’s dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan hasil perkiraan usia kehamilan berdasarkan TFU. Perkiraan usia kehamilah berdasarkan rumus

McDonald’s dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester ke-II dan III. Rumus McDonald’s a. Hitungan Bulan Usia kehamilan = TFU (cm) x 2/7 b. Hitungan Minggu Usia kehamilan = TFU (cm) x 8/7 Kondisi patologis yang menyebabkan kelainan pada pengukuran TFU di antaranya: 1) Gemeli (kehamilan ganda) 2) Penghitungan tanggal awal kehamilan yang salah 3) Diabetes gestasional sebagai faktor risiko makrosomia 4) Mioma uteri 5) Obesitas maternal 6) polihidramnion

b. Perasat II Telapak tangan pemeriksa diletakkan di kedua sisi abdomen dilanjutkan dengan penekanan yang lembut tapi dalam. Satu sisi akan teraba bagian yang keras dan resisten yaitu punggung dan di sisi lain teraba bagianbagian kecil tidak teratur yang mudah digerakkan yaitu ekstremitas janin. Namun, pada kondisi tertentu seperti letak lintang, punggung janin akan berada di anterior atau posterior dan di sisi perut ibu akan teraba balotemen pada salah satu sisi dan bagian kecil irregular janin pada sisi yang lain. Letak lintang pada janin biasanya disebabkan oleh multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, polihidramnion, dan panggul

sempit.Perasat II juga dapat membantu indentifikasi denyut jantung janin (DJJ).

Gambar 3. Janin Letak Lintang

c. Perasat III Bagian bawah abdomen ini dipegang tepat di atas simpisis pubis dengan ibu jari dan jari-jari satu tangan. Bila bagian bawah janin belum engaged, akan teraba bagian yang mudah digerakkan, biasanya kepala janin. Bila bagian bawah janin sudah engaged temuan pada perasat III hanya menunjukkan bahwa kutub bawah janin terfiksasi di dalam panggul dandilanjutkan dengan perasat ke IV. Apabila kepala janin belum engaged pada minggu-minggu terakhir mendekati persalinan khususnya pada nulipara, maka curiga adanya disproporsi sefalopelvik dengan pintu atas pelvis.

d. Perasat IV Ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis kedua tangan pemeriksa menekan ke arah sumbu pintu atas panggul. Bila presentasi kepala, satu tangan akan lebih cepat tertahan oleh tonjolan kepala dan tangan yang lain akan turun lebih jauh ke dalam panggul. Tonjolan tersebut merupakan petunjuk seberapa jauh terjadinya penurunan kepala. Apabila saat persalinan tonjolan tersebut tidak menurut maka itu dapat merupakan tanda terjadinya transvers arrest.

3. Pemeriksaan Auskultasi Denyut Jantung Janin dan Interpretasi Hasil Patologis Denyut jantung janin (DJJ) dapat diidentifikasi melalui doppler (usia kehamilan 12 minggu),fetoscope (usia kehamilan 18 – 20 minggu) atau ultrasound (awal trimester). Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada disekitar garis tengah fundus 2 – 3 cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri bawah. Skema di bawah ini akan menunjukkan letak auskulitasi DJJ pada saat kehamilan.

(a)

(b)

1- left sacroanterior position of the head 2- left sacroposterior position of the head 3- right sacroanterior of the head 4- right sacroposterior position of the head 5- left sacroanterior position of the breech 6- left sacroposterior position of the breech 7- right sacroanterior position of the breech 8- right sacroposterior position of the breech

Gambar 4.Auskultasi Denyut Jantung Janin Keterangan: (a) penggunaan stetoskop Laennec; (b) lokasi auskultasi denyut jantung janin

Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai DJJ normal.Panduan Internasional saat ini menyepakati DJJ normal apabila berada pada rentang 110150 kali permenit atau 110-160 kali permenit.Namun, lebih banyak panduan yang menyepakati DDJ antara 110-160 kali permenit merupakan rentang DJJ normal yang aman pada praktek sehari-hari. Denyut jantung janin menggambarkan kondisi kesejahteraan janin.Pola DJJ yang berbeda disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya pada kondisi hipoksia, variabilitas DJJ akan meningkat sebagai kompensata untuk memenuhi kebutuhan O2. Namun, pada kondisi dekompensta akan terjadi deselesari atau penurunan

DJJ. Takikardi pada janin terjadi jika DJJ berada pada rentang 150-170 kali permenit dan bradikardi jika DJJ berada pada rentang 100-110 kali permenit. Takikardi dan bradikardi janin tidak selalu merepresentasikan kondisi hipoksia.Takikardi biasanya disebabkan karena dua faktor yaitu faktor janin berupa pergerakan janin, hipoksia, dan anemia serta faktor maternal berupa dehidrasi, aktivitas simpatis, dan betamimetik. Bradikardia pada janin disebabkan karena adanya blok jantung janin, hipoksia, kompresi tali pusat, abriptio plasenta, dan hiperstimulasi uterus.

4. Pemeriksaan Kapasitas Panggul dan Interpretasi Hasil Patologis Diameter panggul mempengaruhi kelancaran dalam proses persalinan. Kesempitan panggul sering menyebabkan distosia selama persalinan. Bentuk panggul yang kompleks dan lokasi pasti objek dalam panggul yang sulit dijelaskan, maka panggul digambarkan mempunyai 4 bidang imajiner yaitu pintu atas panggul (PAP), pintu tengah panggul (PTP), pintu bawah panggul (PBP), serta bidang panggul besar. Pengukuran diameter panggul eksternal dilakukan dengan menggunakan alat pelvimeter.

(a)

(b) Gambar 5. Pengukuran Panggul eskternal (a) Pelvimeter; (b) distantia spinarum, distantia cristarum, distantia trochaanterica dan Conjugata eskternal

Distantia spinarum (2) : jarak antara kedua titik spina iliaca anterior superior (SIAS). Rentang normal 25-26 cm. Distansia cristarum (1) : jarak antara kedua titik crista iliaca. Rentang normal 2829 cm. Distantia trochanterica (3) : jarak rongga cotyloid os femur. Titik ini mudah ditentukan karena terlihat dengan jelas (bahkan pada wanita gemuk). Rentang normal 31-32 cm. Conjugata external (4) : jarak antara titik tengah tepi atas simfisis pubis dan fossa pada bagian belakang vertebra Lumbalis V dan Sacralis I. Rentang normal 20-21 cm.

Gambar 6.Ruang Panggul

a. Pintu Atas Panggul (PAP) Pintu atas panggul dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum di posterior, linea terminalis di lateral, dan rami horizontalis tulang-tulang pubis dan simpisis. Konfigurasi PAP lebih mendekati bulat daripada lonjong (ginekoid). Diameter PAP biasanya disebut sebagai: anteroposterior, transversal, dan dua oblik. Bagian terpenting secara obstetrik adalah konjugata obstetrik yang terbentang antara promontorium sakrum dan simpisis pubis.

Panggul atas abnormal bila konjugata obstetrik berdiameter <10 cm. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada penurunan kepala. Konjugata obstetrika tidak dapat diukur secara langsung dengan pemeriksaan jari. Perkiraan diameter konjugata obstetrik dapat diukur dari tepi bawah simpisis pubis ke promontorium os sacrum (konjugata diagonalis) normalnya >11.5 cm dan hasilnya dikurangi 1.5-2 cm. b. Pintu Tengah Panggul (PTP) Kesempitan PTP lebih sering terjadi daripada kesempitan PAP. Kesempitan PTP menyebabkan transvers arrest paska engagementkepala janin yang mengakibatkan persalinan patologis dengan tindakan atau dengan sectio caesarea. Diameter interspinarum 10 cm atau lebih sedikit merupakan diameter panggul terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadila normalnya berukuran 11.5 cm. Komponen posterior antara sakrum dengan garis tengah diameter interspinarum setidaknya berukuran 4.5 cm. c. Pintu Bawah Panggul (PBP) Tiga diameter PBP disebut sebagai: anteroposterior, transversal, dan sagital posterior. Diameter anteroposterior terbentang dari tepi bawah simpisis pubis sampai ujung sakrum dengan diameter 9.5-11.5 cm. Diameter transversal diukur dari tuberositas iscii dengan diameter 11 cm. Diameter transversal dianggap normal secara klinis jika >8 cm. Diameter sagital posterior terbentang dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan garis imajiner di antara tuberositas iscii dengan diameter normal > 7.5 cm. Prognosis persalinan bergantung pada diameter sagital posterior PBP

BEBERAPA KONDISI OBSTETRI PATOLOGIS PADA KEHAMILAN TRIMESTER I

1.

MOLA HIDATIDOSA Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan vili khorionik yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edema. Faktor predisposisi :  Usia kehamilan terlalu muda dan terlalu tua  Riwayat kehamilan dengan mola sebelumnya  Beberapa penelitian menunjukkan karena penggunaan kontraseptif oral Diagnosis : 

Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak



Mual dan muntah hebat



Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan



Tidak ditemukan janin intrauterine



Nyeri perut



Serviks terbuka



Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin

Penegakkan diagnosis kehamilan dengan mola dapat dibantu dengan pemeriksaan Ultrasonografi

2.

ABORTUS Abortus adalah ancaman atau pengeluaran konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Faktor predisposisi : 

Faktor Janin (Fetal) : contohnya adalah kelainan genetik (kromosom)’



Faktor Ibu (Maternal) : contohnya : infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroidisme,

DM,

malnutrisi,

penggunaaan

obat-obatan,

merokok,

konsumsi alkohol, faktor imunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu inpartu, umumnya pada trimester kedua)dan sinekhiae uteri karena sindroma Asherman 

Faktor Ayah (Paternal) : kelainan sperma

Diagnosis : 

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga jumlah banyak



Perut nyeri dan kaku



Pengeluaran sebagian produk konsepsi



Serviks dapat tertutup maupun terbuka



Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya

Diagnosis ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan Ultrasonografi. Macam-macam abortus Diagnosis Abortus

Perdarahan Sedikit

Nyeri perut Sedang

imminens Abortus

Sedang –

insipiens

banyak

Abortus

Sedang -

inkomplit

banyak

Abortus

Sedikit

Sedang - hebat

Sedang - hebat

Tidak ada

abortion

Serviks Tertutup

Tanpa / sedikit

Tidak ada

Gejala khas Tidak ada

kehamilan

ekspulsi jaringan

Sesuai usia

konsepsi Tidak ada

Terbuka

kehamilan

ekspulsi jaringan

Sesuai usia

konsepsi Ekspulsi

Terbuka

kehamilan

komplit Missed

Uterus Sesuai usia

sebagian

Lebih kecil

jaringan konsepsi Terbuka/t Ekspulsi seluruh

dari usia

ertutup

jaringan konsepsi

kehamilan Lebih kecil

Tertutup

Janin telah mati

dari usia

tapi tidak ada

kehamilan

ekspulsi jaringan konsepsi

3.

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar uterus. Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5 % sisanya terdapat di ovarium, rongga peritonium atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. Faktor predisposisi : 

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya



Riwayat operasi di daerah tuba dan atau tubektomi



Riwayat penggunaan AKDR



Infertilitas



Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive technology /ART)



Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID



Merokok



Riwayat abortus sebelumnya



Riwayat sectio caesaria sebelumnya

Diagnosis : 

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang



Kesadaran menurun



Pucat



Hipotensi dan hipovolemia



Nyeri abdomen dan pelvis



Nyeri goyang porsio



Serviks tertutup

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan Ultrasonografi

BEBERAPA KONDISI OBSTETRI PATOLOGIS PADA KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III

1.

KELAINAN LETAK A. LETAK LINTANG Diagnosis : Pemeriksaan abdominal : sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong. Pemeriksaan vaginal : sebelum in partu yang tidak ada bagian terendah yang teraba di pelvis, sedangkan saat in partu yang teraba adalah bahu, siku atau tangan.

B. LETAK SUNGSANG Diagnosis : Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen. Pemeriksaan abdominal : kepala terletak di bagian atas, bokong pada bagian pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi Pemeriksaan vaginal : teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya mekonium

Terdapat beberapa variasi presentasi bokong : presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, dan presentasi kaki (footling).

2.

KEHAMILAN DENGAN GEMELLI Gemelli adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih Faktor predisposisi :  Usia kehamilan ibu lebih dari 30 tahun  Konsumsi obat kesuburan , seperti obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua  Fertilisasi in vitro  Faktor keturunan Tanda dan gejala kehamilan dengan gemelli :  Pada kehamilan dengan gemelli distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus.  Mual dan muntah berat karena HCG meningkat.  Palpasi abdomen didapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar  Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar.  Penggunaan stimulator ovulasi  Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.

 Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal.  Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya amenorea Anamnesa : a.

Perut lebih buncit dari umur kehamilan

b.

Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil

c.

Uterus terasa lebih cepat membesar

d.

Pernah hamil kembar atau ada keturunan

Inspeksi dan palpasi : 

Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan cepat tumbuhnya dari biasa.



Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak



Banyak teraba bagian-bagian kecil



Teraba 2 balotemen atau lebih



Pada trimester kedua TFU biasanya lebih besar daripada TFU kehamilan tunggal yang sesuai.



Pada kehamilan 20-30 minggu, TFU kehamilan kembar lebih tinggi 5 cm daripada kehamilan tunggal di usia gestasi yang sama.



Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus.



Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop fetal.

Auskultasi : Terdengar denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan

berselisih 10. 3.

KEHAMILAN DENGAN HIDRAMNION Hidramnion adalah cairan amnion dalam jumlah berlebihan. Hidramnion berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas perinatal, serta komplikasi maternal seperti abrupsio plasenta, disfungsi uterus, dan perdarahan pascapersalinan. Faktor predisposisi : 

Ibu dengan Diabetes mellitus



Riwayat hidramnion dalam keluarga

Diagnosis : Diagnosis hidramnion ditegakkan bila jumlah cairan amnion lebih dari 2000 mL. Temuan klinis yang utama pada hidramnion adalah ukuran uterus yang besar dan tegang disertai dengan kesulitan meraba bagian janin atau mendengarkan denyut jantung janin. Pada keadaan berat, ibu dapat mengalami kesulitan bernapas, pembengkakan tungkai dan oliguria. Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi.

4.

KEHAMILAN DENGAN MIOMA UTERI Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif dan dapat dijumpai pada masa kehamilan. Leiomioma adalah tumor uterus yang paling sering ditemukan, dengan insiden 40-60% pada usia 35 tahun dan 70-80% pada usia 50 tahun. Leiomioma terjadi sekitar 2% pada wanita hamil. Komplikasi pada kehamilan sering disebabkan karena leiomioma yang semakin membesar, mioma submukosa dan yang terletak di bawah perlekatan plasenta. Fibroid yang terletak di segmen bawah uterus dapat meningkatkan kejadian malpresentasi, persalinan dengan sectio caesaria dan perdarahan post partum. Kebanyakan fibroid adalah asimptomatik. Namun nyeri abdomen yang parah

dapat terjadi jika fibroid mengalami torsi “red degeration” atau impaksi. Nyeri abdomen adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada kehamilan dengan fiboid, dan sering terlihat pada wanita dengan pembesaran fibroid (>5cm) selama trimester kedua dan ketiga. Mayoritas fibroid (60-70%) ukuran volumenya selama kehamilan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Akan tetapi 20-32% fibroid dapat mengalami peningkatan volume, perkembangannya terbatas pada trimester pertama terutama 10 minggu pertama kehamilan, dan terjadi sedikit pertumbuhan pada trimester kedua dan ketiga. Komplikasi yang ditimbulkan diantaranya adalah keguguran spontan, persalinan preterm, placenta abruption, malpresentasi, distosia, sectio caesaria dan perdarahan postpartum. Lokasi fibroid menentukan risiko terjadinya perdarahan. Perdarahan pada awal kehamilan sering terjadi jika plasenta melekat dekat dengan fibroid. Fibroid multipel dan fibroid yang kontak dengan plasenta meningkatkan risiko persalinan preterm. Fibroid submukosa, retroplasenta dan fibroid dengan volume>200cm3 dapat menjadi risiko abruptio placenta.

5.

KEHAMILAN DENGAN PLASENTA PREVIA Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks interna. Ada 4 macam plasenta previa berdasarkan lokasinya yaitu : Plasenta previa totalis (ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta), plasenta previa parsialis (ostium internal ditutupi oleh sebagian plasenta), plasenta previa marginalis (tepi plasenta terletak di tepi ostium internal), plasenta previa letak rendah (plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium).

Faktor predisposisi : 

Kehamilan dengan usia lanjut



Multiparitas



Riwayat sectio caesaria sebelumnya

Diagnosis : 

Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu.



Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia.



Syok.



Tidak ada kontraksi uterus.



Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.



Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin.

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan Ultrasonografi.

6.

KEHAMILAN

DENGAN

IUGR

(INTRA

UTERINE

GROWTH

RETARDATION) Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.Defenisi IUGR yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat badan lahir dibawah persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan dengan usia kehamilan. Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat secara tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari IUGR sangat penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi. Secara umum skrinng dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (PAN) sejak usia kehamilan 20 minggu sampai aterm. Diagnosis IUGR dimulai dengan palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold dan pengukuran tinggi fundus uteri. Cara ini tidak bisa memprediksi dengan

tepat IUGR akan tetapi dengan pembatasan pertumbuhan ini adalah cara yang efisien untuk mengidentifikasi kehamilan beresiko. IUGR terdeteksi oleh pemeriksaan ultrasound yang memantau berat badan janin, pertumbuhan asimetris dan volume cairan ketuban. Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya. Pemeriksaan skrining IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester ke-2 (18 minggu – sampai 20 minggu) untuk evaluasi ada tidaknya malformasi, dan kehamilan multipel. Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu smpai 32 minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan retribusi darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal.

DAFTAR PUSTAKA

Clinical Practice Gynaecology Committeeand approved by Executive and Council of theSociety of Obstetricians and Gynaecologists of Canada.2003. The Management of Uterine Leiomyomas. SOGC Clinical Practice Guidelines. Hee Joong Lee.,Errol R. Norwitz., Julia Shaw. 2010. Contemporary Management of Fibroid in Pregnancy. Reviews in Obstetrics and Gynecology. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. 2013. Leanza V, Giunta MR, Leanza G, Carbonaro A, D’Agati A, Giannone TT, Teodoro MC and Pafumi C. 2014. Intrauterine Growth Retardation (IUGR) : Clinical Management. Prensa Med Argnt 100:1 Practical Skills for State Examination-Obstetry&Gynecology Guidelines. 2014.Obstetrics & Gynecology Department (Head of Department - Doctor of Medical Science Professor V.A.Potapov). Health Ministry of Ukraine. Sun Joo Choi, et al. 2011. Intramural leiomyoma during pregnancy becoming delivered

posrtpartally. J womens Med. Korean Society of Obstetric and Gynecology. Tiran Dias. 2012. Fetal growth restriction. Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecologist, 4 : 29-32.

Related Documents


More Documents from ""

Referat Mola.docx
November 2019 55
A
August 2019 49
Doc-20190319-wa0001
August 2019 56