360655368-pendekatan-kedokteran-keluarga-pada-penanganan-hipertensi_editt.docx

  • Uploaded by: Anisah Mahmudah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 360655368-pendekatan-kedokteran-keluarga-pada-penanganan-hipertensi_editt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,530
  • Pages: 16
LAPORAN KASUS

Penanganan

Kasus

Hipertensi

dengan

pendekatan Kedokteran Keluarga Febby Dahlia P *Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah. **Dokter Muda FKMM, KDK Rapokalling Agustus 2017.

Abstrak: studi kasus ini menyajikian penanganan kasus Hipertensi pada seorang pasien dengan pendekatan dokter keluarga yang bersifat holistik, komperhensif, terpadu dan berkesinambungan. Didapatkan perbaikan ,masalah klinis pasien. Dilaksanakan pula upaya penanganan dengan perbaikan perilaku hidup sehat pasien dan komunitas sekitar pasien. Kata Kunci: hipertensi, kedokteran keluarga

50% dari golongan hipertensi sekunder dapat

Pendahuluan Sampai saat ini, hipertensi masih

diketahui penyebabnya dan dari golongan ini

merupakan tantangan besar di Indonesia.

hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki

Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi

kelainannya.2 Menurut American Heart Association

yang sering ditemukan pada pelayanan itu

{AHA}, penduduk Amerika yang berusia

dengan

diatas 20 tahun menderita hipertensi telah

prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%,

mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,

dengan contoh jika saat ini (2013) penduduk

namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak

Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka

diketahui

terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita

merupakan silent killer dimana gejala dapat

hipertensi sesuai dengan data Riskesdas

bervariasi pada masing-masing individu dan

2013.

pengontrolan

hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

hipertensi belum adekuat meskipun obat-

Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa

obatan yang efektif banyak tersedia.1

berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung

kesehatan merupakan

Di

primer

kesehatan.

masalah

Hal

kesehatan

samping

itu,

penyebabnya.

Hipertensi

Hipertensi di negara-negara industri

berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan

merupakan salah satu masalah kesehatan

kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan

utama,

mimisan.1

di

Indonesia

hipertensi

juga

Pelayanan

merupakan masalah kesehatan yang perlu

kedokteran

keluarga

diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada

memiliki beberapa nilai utama yang dianut,

pelayanan kesehatan primer karena angka

salah satunya adalah pendekatan holistik

prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka

terhadap suatu masalah penyakit pasien yang

panjang yang ditimbulkanya. Berdasarkan

tidak hanya memandang penyebab penyakit

penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2

dari dimensi fisik tetapi juga dari segi

golongan yaitu hipertensi primer yang tidak

psikologi dan social (biopsiko-sosial) dari

diketahui

pasien,

penyebabnya

dan

hipertensi

keluarga

dan

komunitasnya.

sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan

Pendekatan holistic sangatlah penting pada

oleh

primer

zaman sekarang ketika teknologi tinggi

meliputi kurang lebih 90% dari seluruh

kedokteran telah menyebabkan dehumanisasi

pasien

pasien dan fragmentasi pelayanan kesehatan,

penyakit

hipertensi

lain. Hipertensi

dan

10%

lainnya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Sekitar

sehingga

prinsip

pelayanan

kedokteran

keluarga sangatlah tepat dalam penatalaksaan

partisipasi

kasus Hipertensi di Indonesia.3

masalah kesehatan.

Kasus adalah seorang ibu berusia 56 tahun

yang

datang

ke

puskesmas

rappokalling dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk terasa tegang sejak 2 hari yang lalu disertai nyeri ulu hati dan pada saat di periksa, tekanan darah pasien 160/100 mmHg. Selain itu pasien juga sudah rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi dalam 1 bulan terahkhir. Hal ini dijadikan focus masalah dokter muda dengan bimbingan dari dokter pengajar di bidang Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan dengan pendekatan

individual

untuk

penatalaksanaan klinisnya dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor

yang

tersebut

berpengaruh.

diterapkan

paripurna,

secara

Pendekatan menyeluruh,

terintegrasi

dan

berkesinambungan sesuai konsep dokter

Penatalaksanaan

kasus

bertujuan

mengidentifikasi masalah klinis pada pasien keluarga

dalam

mengatasi

Ilustrasi kasus Ny. H, wanita, usia 56 tahun datang ke puskesmas rappokalling dengan keluhan kepala pusing dan tengkuk terasa tegang sejak 2 hari yang lalu disertai nyeri uluhati. Pusing dirasakan hilang timbul, terlebih bila pasien kurang istirahat. Rasa pusing tidak diikuti dengan keluhan mata berkunangkunang ataupun telinga berdengung, Pasien juga mengeluh beberapa minggu belakangan ini, banyak pikiran yang membebaninya. Pasien tidak ada keluhan mual, tidak muntah, nafsu makan tidak ada masalah, tidak ada gangguan BAB dan BAK. Pasien mengaku sudah membatasi untuk makan makanan seperti daging - dagingan dan ikan asin. Pasien mengaku mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien tidak teratur meminum obat dan baru 1 bulan terakhir pasien

mulai

teratur

berobat

dengan

mengkomsumsi obat anti hipertensi hingga

keluarga.

dan

keluarga

serta

faktor-faktor

yang

berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dankeluarga serta

sekarang. Pada saat di periksa, tekanan darah pasien 160/100 mmHg. Keluhan tersebut hanya dialami oleh pasien, keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama baik suami ataupun anak pasien. Pasien menyangkal mempunyai riwayat keluarga dengan keluhan

yang sama dengan pasien, baik ibu atau ayah

Pasien tidak memiliki kebiasaan minum

pasien.

alkohol. Dikeluarga Ny.H, yang menjadi Riwayat

ini

tulang punggung adalah suaminya dan anak

sebelumnya tidak disangkal. Pasien mengaku

bungsunya yang masih tinggal bersama

memiliki riwayat yang sama seperti ini

pasien. Suaminya bekerja sebagai wiraswasta

sebelumnya. Menurut pengakuan pasien,

(empang + nelayan) dan pasien sendiri

pertama kali didiagnosis hipertensi pada

membuka usaha mandiri yaitu berjualan di

tahun

rumah.

2014,

penyakit

namun

seperti

pasien

tidak

mengkonsumsi obat secara teratur. Ny. H

Keadaaan umum pasien tampak sakit

(pasien) merupakan seorang ibu yang tinggal

ringan, suhu tubuh 36,3 oC, tekanan darah

bersama suami, anak bungsu dan menantu

160/100 mmHg, frekuensi nadi 84x/menit,

dan beberapa cucunya yang masih berusia

frekuensi nafas 22 x/menit, berat badan 63

sekitar 4 tahun.

kg, tinggi badan 156 cm, status gizi obesitas

Sejak didiagnosis hipertensi oleh

I (Indeks masa tubuh 25,92 kg/m2). Kepala,

dokter puskesmas pasien melakukan aktifitas

telinga, hidung, mulut, leher, jantung, pulmo,

kesehariannya di lingkungan rumah seperti

abdomen, dan ekstremitas semua dalam batas

biasanya tetapi dikurangi frekuensinya yang

normal. Reflek fisiologis normal, reflek

biasanya ibu yang menjual, kini digantikan

patologis

oleh anak bungsunya. Pasien juga lebih

Rangsang raba normal. Kekuatan otot tangan

sering bersantai dan beristirahat (tidur siang).

dan kaki normal. Tidak ada pemeriksaan

Setelah sakit, pasien memutuskan untuk

penunjang yang dilakukan pada pasien.

tidak

ditemukan

kelainan.

fokus pada pengontrolan penyakitnya. Pasien

Pasien tinggal bersama dengan yang

biasanya makan tiga kali sehari. Makanan

tinggal bersama suami, yang tinggal bersama

yang dimakan bervariasi, Pasien mengaku

suami, anak bungsu dan menantu dan beberapa

baik pasien ataupun keluarga pasien sudah mulai membatasi untuk makan makanan seperti daging - dagingan dan ikan asin ataupun makanan yang dapat membuat tekanan darah pasien naik. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan pasien tidak memiliki kebiasaan berolahraga yang teratur.

cucunya yang masih berusia sekitar 4 tahun. Jarak dari rumah ke puskesmas dekat kurang dari 2 km. Rumah dengan luas bangunan 10x12 m.

Rumah pasien tidak memiliki halaman depan. Rumah 1 lantai (tidak bertingkat), Lantai rumah: lantai rumah dari keramik dan tidak lembab. Ruang rumah: ruang rumah yang ditempati pasien terdapat 5 ruangan,

berupa 1 ruang tamu yang tersambung

sebagai

dengan ruang keluarga, 3 ruang kamar, ruang

kedatangan: Ny. H, wanita, usia 56 tahun

makan yang tergabung dengan dapur 1 kamar

datang ke puskesmas rappokalling Ny. H,

mandi yang masing-masing. Rumah dihuni

wanita, usia 56 tahun datang ke puskesmas

oleh 5 orang. Terdapat jendela 7 buah dengan

rappokalling dengan keluhan kepala pusing

ventilasi di atas jendela dan pintu. Cahaya

hilang timbul dan tengkuk terasa tegang sejak

yang masuk ke rumah dirasakan cukup.

2 hari yang lalu disertai nyeri ulu hati. Pasien

Rumah sudah menggunakan listrik. Rumah

punya riwayat tekanan darah tinggi, tekanan

berada di lingkungan yang cukup bersih. Sumber

darah pasien pada saat di periksa 160/100

air berasal dari PDAM, tidak digunakan untuk

mmHg. Pada poin II, diagnosis kerja yang

minum, tapi digunakan untuk mandi dan mencuci

ditegakkan adalah Hipertensi dan Dyspepsia

dengan pembuangan Limbah dialirkan ke got.

Kegiatan di rumah hanya terbatas untuk tidur, makan, berjualan dan mandi. Sepanjang harinya pasien juga terkadang berjualan di pondoknya sedangkan suaminya lebih sering di empang ataupun pergi melaut (nelayan).

tidak menentu tergantung keuntungan dari pasien,

penghasilan

Pada

poin

I,

alasan

(ICD 10 : I10 + k.30). Pada poin III didapatkan kurang

masalah tentang

Pengetahuan Hipertensi,

yang tentang

pentingnya perubahan gaya hidup sehat dan faktor yang berperan dalam penyakitnya Pada poin IV didapatkan masalah yaitu faktor yeng memperberat penyakit pasien (faktor

Penghasilan kepala keluarga (KK)

usaha

berikut.

namun

perbulan

menurut berkisar

pasien ±

Rp.

3.000.000,- sebulan, untuk kesehatan pasien sudah memiliki kartu BPJS dan sering digunakan jika berobat. Selama beberapa bulan terakhir ini pasien rajin ke puskesmas jika pasien merasa ada keluhan ataupun obat anti hipertensi pasien habis. Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan konsep Mandala of Health (Gambar 1). Diagnosis holistik yang ditegakkan pada pasien adalah

stresor) . Pada poin V ditetapkan Derajat fungsional yang didapatkan adalah satu (1), yaitu mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan). Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien, keluarga, dan lingkungannya. Pada pasien diberikan Obat Anti Hipertensi Amlodipine 10mg yang merupakan obat antihipertensi golongan Calsium

Chanel

Blocker

(CCB)

yang

diminum setiap hari 1x1, dan Omeprazole 2x1 (untuk keluhan nyeri ulu hati).

Tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan antara lain dengan melakukan Penyuluhan kepada keluarga pasien tentang hipertensi, memberikan Konseling kader mengenai

penanganan

Hipertensi

dan

memberikan Penyuluhan terjadwal kepada masyarakat mengenai Hipertensi. Hasil

pembinaan

yang

telah

dilakukan dievaluasi dengan menggunakan indeks koping,

GAYA HIDUP - Pemenuhan kebutuhan primer -> prioritas utama - Alokasi khusus untuk kesehatan PERILAKU KESEHATAN - Higiene pribadi dan lingkungan cukup - Berobat jika obat habis

LINGK. PSIKOSOSIO-EKONOMI - Pendapatan keluarga cukup - Kehidupan sosial PASIEN 56 tahun - Pusing dan nyeri uluhati sudah 2 hari - Status generalis dalam batas normal - tanda vital : TD = 160/100mmHg - pem. Tambahan (-)

PELAYANAN KESEHATAN - Jarak rumah–KDK -> jauh

FAKTOR BIOLOGI - keluarga memberikan dukungan

LINGK. KERJA - pasien melakukan aktivitas pekerjaan di rumah yaitu berjualan

LINGK. FISIK - Ventilasi pencahayaan dan kepadatan hunian yang sesuai standar

Diagram 1. Mandala of Health Tabel 1. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga No.

Masalah

Skor awal

Upaya penyelesaian

Resume hasil akhir perbaikan

Skor akhir

Fungsi biologis 1.

Pasien tinggal bersama dengan suami, anak bungsu dan cucunya dan tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama

2

Edukasi mengenai penyakit dan pencegahannya melalui penyuluhan

Terselenggarakan penyuluhan

4

2.

Stresor (beban pikiran)

2

Konseling untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat positif.

Keluhan berkurang

4

Pekerjaan rumah tangga pasien dibantu oleh keluarga pasien

5

Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan 4.

Memasak, mencuci dan membereskan barang dagangan dagangan dibantu oleh anak pasien.

3

Edukasi dan motivasi untuk memanfaatkan salah anak pasien bantu pekerjaan di rumah

Factor perilaku kesehatan keluarga 5.

Higine pribadi dan lingkungan cukup

4

Edukasi mengenai higine dan pembersihan lingkungan rumah

lebih di tingkatkan lagi tingkat hygiene dalam keluarga

4

6.

Berobat jika ada keluhan dan jika obat habis

4

Edukasi dan motivasi agar pasien tetap memeriksakan kesehatan berkala

Keluarga sudah berkeinginan untuk memeriksakan kesehatan secara berkala

5

2

Edukasi mengenai gaya hidup sehat

Terselenggarakan penyuluhan

3

Lingkungan rumah 7.

Perilaku kurang sehat (tidak berolahraga dan pola serta diet makanan)

Total skor:

17

25

Rata-rata skor:

2,42

3,57

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

hipertensi

Pembahasan Hipertensi adalah jika tekanan darah

yang

berhubungan

dengan

kehamilan dan lain-lain.

systole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah

Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥

diastole ≥ 90 mmHg (JNC VII, 2003).

18 tahun menurut Joint National comitte

Sedangkan menurut WHO tahun 1999,

(JNC VII,2003):

hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti hipertensi.

4

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Stadium I

140-159

90-99

Stadium II

≥ 160

≥ 100

Klasifikasi lain yang sering digunakan, dengan

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi

Kategori

menjadi

dua

macam

yaitu:

5

memasukkan tekanan arteri sistolik dan diastolik yaitu klasifikasi menurut WHO.

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi

yang tidak diketahui penyebabnya, atau

(menurut WHO):

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat

Kategori

Sistolik

Diastolik

pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang

Normal

140 mmHg

90 mmHg

mempengaruhinya antara lain faktor genetik,

Borderline

140-159 mmHg

90-94 mmHg

Hipertensi definitif

160 mmHg

95 mmHg

Hipertensi ringan

160-179 Hg

95-140 Hg

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler

dan

faktor-faktor

yang

menyebabkan meningkatnya resiko seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat

pada

sekitar

5

%

kasus.

Penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan hipertensi

esterogen,

penyakit

vaskuler

ginjal, renal,

hiperaldosteronisme primer dan sindroma

Bentuk-bentuk hipertensi adalah: 1. Hipertensi diastol (diastol hypertension) 2. Hipertensi

campuran

(sistolik

dan

diastolik yang meninggi) 3. Hipertensi

sistolik

(isolated

systolic

hypertension) Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat pada peninggian yang ringan dari tekanan diastol, misalnya 120/100 mmHg. Ini biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.6

cushing, feokromositomia, koartasio aorta,

Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh

faktor

genetik

maupun

faktor

lingkungan. Sekitar 95% kasus hipertensi

Diagnosis ditegakkan berdasarkan

adalah merupakan hipertensi esensial yang

pemeriksaan fisis dan hasil anamnesis yaitu

tidak diketahui sebabnya. Pada beberapa

tekanan darah >140/90 mmhg, dan gejala

individu, hipertensi dapat terjadi dengan

yang dikeluhkan berupa sakit kepala/rasa

adanya satu faktor lingkungan ditambah

berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung

faktor predisposisi genetik, sedang pada

berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan

individu yang lain membutuhkan akumulasi

kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan

pengaruh

mimisan.1

beberapa

faktor

lingkungan.

Tekanan darah merupakan perkalian antara

Pada

pasien,

Ny.

H,

diagnosis

curah jantung dan resistensi perifer, sehingga

Hipertensi berdasarkan anamnesis dan hasil

semua faktor yang mempengaruhi curah

pemeriksaan fisis, yaitu pasien mengalami

jantung

dapat

gejala pusing, terasa tegang pada daerah

Berbagai

tengkuk dan pada saat dilakukan pengukuran

dan

meningkatkan

resistensi tekanan

perifer darah.

keadaan seperti asupan garam yang berlebih,

tekanan

retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron

160/100mmHg. Tidak ada riwayat keluarga

yang kurang dan faktor yang berasal dari

yang mengalami keluhan yang sama.

endotel

berperan

terhadap

darah

didapatkan

hasil

terjadinya

Keadaaan umum pasien tampak sakit

hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang

ringan, suhu tubuh 36, oC, tekanan darah

berlebihan, sistem vaskuler serta sistem

160/100 mmHg, frekuensi nadi 84x/menit,

renin-angiotensin.7

frekuensi nafas 22 x/menit, berat badan 63

Evaluasi

pasien

hipertensi

kg, tinggi badan 156 cm, status gizi obesitas

mempunyai tiga tujuan : (1) mengidentifikasi

I (Indeks masa tubuh 25,92 kg/m2). Kepala,

penyebab hipertensi; (2) menilai adanya

telinga, hidung, mulut, leher, jantung, pulmo,

kerusakan

penyakit

abdomen, dan ekstremitas semua dalam batas

kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta

normal. Reflek fisiologis normal, reflek

respon

patologis

organ

target

terhadapa

mengidentifikasi

dan

pengobatan;

adanya

faktor

(3)

tidak

ditemukan

kelainan.

resiko

Rangsang raba normal. Kekuatan otot tangan

kardiovaskuler yang lain atau penyakit

dan kaki normal. Tidak ada pemeriksaan

penyerta, yang ikut menentukan prognosis

penunjang yang dilakukan pada pasien.

dan menentukan panduan pengobatan.8

Pada pasien dengan hipertensi dapat

Pelaksanaan pembinaan pada pasien

dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,

ini dilakukan dengan mengedukasi dan

terdiri dari: 8

memantau tekanan darah pasien beserta

 test darah rutin

keluarga

 glukosa darah (sebaiknya puasa)

dilakukan kunjungan pertama pada tanggal

 kolesterol total serum

18 agustus 2017. Pada kunjungan keluarga

 kolesterol

LDL

dan

HDL

serum

pertama perkenalan

trigliserida serum slasa)

sebanyak

tiga

dilakukan

kali,

dimana

pendekatan

dan

pasien

serta

terhadap

 asam urat serum

menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,

 kreatinin serum

diikuti dengan anamnesis tentang keluarga

 kalium serum

dan perihal penyakit yang telah diderita. Dari

 hemoglobin dan hematokrit urinalisis (uji

hasil kunjungan tersebut, sesuai konsep Mandala of Health, dari segi perilaku

carik celup serta sedimen urin)

kesehatan

 elektrokardiogram

pasien

masih

mengutamakan

kuratif daripada preventif dan memiliki terapi

pengetahuan yang kurang tentang penyakit-

farmakologis berupa obat antihipertensi

penyakit yang pasien derita. Konsep mandala

golobgab CCB (calcium chanel Blocker)

of health mencakup beberapa komponen

berupa amlodipin 10mg yang dikonsumsi 1x

penting yaitu human biology, lingkungan

perhari. Pemberian terapi tersebut sudah

psikososial, ekonomi dan lingkungan rumah

cukup tepat, karena berdasarkan JNC 7, obat

serta lingkungan tempat tinggal.

hipertensi yang dianjurkan adalah:

Human biology, pasien merasakan penyakit

 diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz)

hipertensi yang dideritanya menimbulkan

Di

puskesmas

pasien

diberikan

atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)

keluhan-keluhan

dan

menggangu

 Beta Blocker (BB)

aktifitasnya. Awalnya pasien tidak tahu kalau

 Calcium Channel Blocker atau Calcium

pasien harus rutin

antagonist (CCB)  Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)  Angiotensin 11 Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist/blocker (ARB). 8

minum obat serta

melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan. Untuk hal ini pasien diberikan edukasi bahwa pengobatan hipertensi harus rutin minum obat dan kontrol ke pelayanan kesehatan jika obat telah habis.

Lingkungan psikososial, pasien merasa

keluarganya dalam hal pemilihan makanan

bahagia dengan keadaan keluarganya saat ini,

yang akan dimakan oleh pasien. Dalam hal

hubungan antar anggota keluarga juga

ini memungkinkan proses pemulihan pasien

terbilang dekat dan jarang mengalami suatu

lancar. Jadi pasien hanya perlu diedukasi

masalah. Sehingga hal ini dapat mendukung

lebih lagi mengenai asupan gizi yang harus

pasien dalam menjalani pengobatan yang

terpenuhi sesuai kebutuhan energi harian Ny.

dapat dilihat dari seluruh anggota keluarga

H.

memberikan

dukungan

serta

bersedia Lingkungan tempat tinggal tidak terdapat

menjadi pengawas minum obat.

faktor risiko yang dapat mempengaruhi Ekonomi,

menurut

pasien,

pendapatan

perbulan keluarga pasien sudah cukup untuk

penyakit hipertensi pasien. Keadaan rumah Ny.H sudah ideal.

memenuhi kebutuhan sehari-hari Mengenai jaminan kesehatan pasien memiliki asuransi BPJS dan pasien sering menggunakannya untuk

melakukan

pengobatan

atas

Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 19 agustus 2017, dengan tujuan Follow up pasien

tentang penyakit dan edukasi.  Follow up berupa pemeriksaan tanda vital dan

penyakitnya.

pemeriksaan

Lingkungan

rumah,

hubungan

fisik

terhadap

pasien

dan

pasien

didapatkan TD 140/90 mmHg, RR 20×, nadi

dengan tetangga sekitar rumah terjalin cukup

84×, dan suhu 36,2°C. Pada pemeriksaan fisik

akrab. Namun pasien mengaku sering cepat

dalam batas normal.

stres jika cucu pasien nakal dan tidak mau

 Edukasi langsung ke pasien mengenai

mendengar apa yang pasien katakan. Dalam

penyakitnya, dan memberikan saran untuk

hal ini pasien memiliki peluang untuk stress

rutin kontrol ke puskesmas bila obat habis

psikososial

atau bila ada keluhan.

yang

dapat

memperberat fisik,

 Edukasi tentang pentingnya pengaturan

pemukiman cukup padat penduduk dan

diet dan membatasi konsumsi makanan

lingkungan tampak kurang bersih dan rapih.

yang dapat menaikkan tekanan darah.

Pola mengaku sudah mulai makan-makanan

 Pasien akan mencoba menceritakan jika

penyakit

pasien.

Lingkungan

sesuai dengan anjuran dokter, pasien sudah

pasien

mengurangi mengkonsumsi makanan tinggi

keluarga ataupun teman dekat yang

protein dan tinngi garam. Pasien dibantu oleh

mempunyai

masalah

kepada

dipercaya sehingga sedikit mengurangi beban pikiran pasien.  Pasien

Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal 20 agustus 2017, kunjungan kali ini

terlalu

dengan tujuan Follow up pasien tentang

menghiraukan gangguan-gangguan yang

penyakit dan melihat hasil edukasi pada

berasal dari cucunya.

kunjungan ke dua. Saat dilakukan kunjungan

berusaha

tidak

Ada beberapa langkah atau proses sebelum

pasien sedang bersantai dengan anak dan

orang mengadopsi perilaku baru. Pertama

cucunya dan keluhan yang pernah muncul

adalah kesadaran (awareness), dimana orang

sudah tidak ada. Pasien dan keluarganya juga

tersebut

sudah terlihat mulai menjalani gaya hidup

menyadari

tersebut.Kemudian

dia

stimulus mulai

tertarik

sehat

meskipun

belum

sepenuhnya

(interest). Selanjutnya, orang tersebut akan

diterapkan. Pasien mengatakan bahwa ia

menimbang-nimbang baik atau tidaknya

minum obat secara teratur, mulai makan tepat

stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,

waktu dengan menu yang disarankan oleh

dia akan mencoba melakukan apa yang

dokter, istirahat cukup, dan mulai santai

dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap

dengan aktifitas cucu pasien. Pasien juga

akhir adalah adoption, berperilaku baru

mengatakan bahwa badannya terasa lebih

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sehat.

sikapnya.

mengetahui cara mencegah keluhan pasien

Ketika

intervensi

dilakukan,

Keluarga

namun

pasien

pasien

juga

sudah

keluarga juga turut serta mendampingi dan

berulang,

masih

belum

mendengarkan apa yang disampaikan pada

meningkatkan aktifitas latihan jasmaninya

pasien. 9,10

sesuai dengan kondisi penyakit pasien.

Follow up dan edukasi ini dilakukan

Pasien juga mengatakan akan rutin

dengan tujuan agar pasien tau tentang

datang ke puskesmas untuk mengambil obat.

penyakitnya dan mau minum obat secara

Dalam kunjungan kali ini juga tetap

teratur. Selain itu diharapkan pasien juga

dilakukan motivasi kepada pasien dan

dapat mengoreksi status gizi pasien dimana

keluarganya. Hal ini dilakukan agar pasien

hasil pemeriksaan berat badan Ny.H yaitu 63

dan keluarga senantiasa menerapkan gaya

kg dengan tinggi badan 163 cm, didapatkan

hidup

Index Masa Tubuh (IMT) obesitas I yaitu

meningkatkan kualitas hidup pasien dan

25,92 kg/m².

anggota keluarga lainnya.

sehat

yang

pada

akhirnya

Daftar pustaka 1. Infodatin. Hipertensi. Pusat data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2. Susalit, et al. Hipertensi Primer dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001 3. Wiyono A et al. Paduan kepaniteraan program pendidikan Profesi Kedokteran Keluarga, 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta 4. Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I., Setiowulan W., 1999, Hipertensi, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid1, Media Aesculapius-FKUI, Jakarta, 518-22. 5. Prodojosudjadi,2000, Hipertensi: Mekanisme dan Penatalaksanaan, Berkala Neurosains, Vol.1, No.3:133-160 6. Slamet S. Dkk, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, 2001.,FKUI, Jakarta. 7. Sja’bani.M. Hipertensi dalam kumpulan Hand Out Interna Tiga. HSC 1997, FK- UGM., Yogyakarta. 8. Yugiantoro M. Hipertensi Esensial.

Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati Siti, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing ; 2010. Hal 1079-1085. 9. Sulistomo A. Penerapan Pelayanan Kedokteran Keluarga, kedokteran okupasi, dan kedokteran lingkungan

masa

kini.

Kuliah

Modul

kedokteran Komunitas mahasiswa tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Jakarta:FKUI;2008. 10. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta:PT Rineka Cipta;2003.

Lampiran

3. Ruang tamu

1. Rumah pasien tampak depan

4. Dapur + ruang makan 2. Ruang keluarga

5. Kamar mandi

6. Kamar Tidur

More Documents from "Anisah Mahmudah"