Ujian Akhir Semester Hukum Acara Pidana.docx

  • Uploaded by: ilham
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ujian Akhir Semester Hukum Acara Pidana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,301
  • Pages: 5
UJIAN AKHIR SEMESTER HUKUM ACARA PIDANA

Nama

: Ilham Rahmatullah

NIM

: 1111160391

Semester / Kelas

:3/D

Kelompok

:B

Kode Kelompok

: B1

Berikut adalah jawaban essay Nomer 2 , 3 dan 5 !

2. A. Dalam pengertian oleh KUHAP yaitu meneurut pasal 1 angka 10 KUHAP , bahwa “ Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang undang ini, ” tentang : a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan

B. Tujuan dimuatnya lembaga Praperadilan ini adalah pada prinsipnya untuk melakukan pengawasan secara horizontal , atas tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum kepada tersangka selama masa pemeriksaan penyidikan atau penuntutan , agar benar benar tindakan tersebut itu tidak bertentangan dengan ketentuanketentuan hukum dan undang undang yang berlaku.

C. yang dapat berperkara dalam praperadilan adalah a. Tersangka b. Penyidik c. Penuntut Umum diatas adalah pihak pihak yang berhak untuk berperkara dalam praperadilan

3. A.Yang dimaksud Prapenuntutan adalah Istilah prapenuntutan disebutkan di dalam Pasal 14 huruf B KUHAP, ( tentang wewenang penuntut umum) yaitu ”Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik”. Jadi istilah prapenuntutan srbagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf b KUHAP, yaitu hanyalah tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik. Isitlah prapenuntutan di dalam HIR adalah termasuk penyidikan lanjutan. Prosedurnya terdapat dalam pasal 110 KUHP dan pasal 138 KUHAP sebagai berikut : Pasal 110 ayat 1, berbunyi : Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum. Pasal 110 ayat 2, berbunyi : Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi. Pasal 110 ayat 3, berbunyi : Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum. Pasal 110 ayat 4, berbunyi : Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada penyidik. Pasal 138 ayat 1, berbunyi : Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dan penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. Pasal 138 ayat 2, berbunyi : Dalam hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.

B. Dalam hal apa penuntutan tersebut dihentikan dan dikesampingkan adalah sebagai berikut : a . karena tidak cukup bukti b. peristiwa tersebut ternyata bukan tindak pidana c. peristiwa ditutup demi hukum

C. Tugas dan wewenang penuntut Umum adalah menurut Pasal 137 KUHAP, bahwa ”Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili”

5. Berikut bentuk bentuk surat dakwaan dan perbedaanya sebagai berikut : Untuk lebih jelaslah masalah bentuk-bentuk surat dakawaan, diuraikan sebagai berikut: 1. Dakwaan Tunggal (satu perbuatan saja), Dakwaan secara tunggal yaitu seorang atau lebih terdakwa melakukan satu macam perbuatan saja, misalnya: pencurian biasa ex Pasal 362 KUHP; 2. Dakwaan Alternatif Dakwaan secara alternatif yaitu dakwaan yang saling mengecualikan antara satu dengan yang lainnya, ditandai dengan kata “ATAU”... misalnya pencurian biasa (362 KUHP) atau penadahan (480 KUHP). Jadi dakwaan secara alternatif bukan kejahatan perbarengan. Dalam hal dalam dakwaan dibuat secara alternatif, dalam dua hal menurut van Bemmelen yaitu: 1) Jika penuntut umum tidak mengetahui perbuatan mana, apakah yang satu ataukah yang lain akan terbukti nanti di persidangan (umpama suatu perbuatan apakah merupakan pencurian atau penadahan). 2) Jika penuntut umum ragu, peraturan hukum pidana yang mana yang akan diterapkan oleh hakim atas perbuatan yang menurut pertimbangannya telah nyata tersebut. Lanjut van Bemmelen menyatakan bahwa dalam hal dakwaan alternatif yang sesungguhnya, maka ”Masing-masing dakwaan tersebut saling mengecualikan satu sama lain. Hakim dapat mengadakan pilihan dakwaan mana yang telah terbukti dan bebas untuk menyatakan bahwa dakwaan kedua yang telah terbukti tanpa memutuskan terlebih dahulu tentang dakwaan pertama. Namun satu hal perlu diketahui, bahwa penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan jarang sekali dibuat dakwaan yang alternatif yang sesungguhnya, yaitu dalam satu kalimat dakwaan tercamtum dua atau lebih perbuatan yang didakwakan yang saling mengecualikan, misalnya dakwaan yang berbunyi: ”bahwa perbuatan itu dilakukan oleh terdakwa dengan direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan terlebih dahulu...” Jadi di sini telah dibuat dakwaan yang bersifat alternatif yang sesungguhnya, sebab tidak dakwaan primair atau dakwaan subsidiair, sehingga hakim lah yang dapat memilih perbuatan yang mana ”yang direncanakan atau yang tidak” yang telah terbukti. 3. Dakwaan Subsidair Dakwaan secara subsidair yaitu diurutkan mulai dari yang paling berat sampai dengan yang paling ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUHPidana, contoh: lazimnya untuk kasus pembunuhan secara berencana dengan menggunakan paket dakwaan primer: Pasal 340 KUHPidana, dakwaan subsidair: Pasal 338 KUHPidana, dan lebih subsidair: Pasal 355 KUHPidana, lebih subsidair lagi Pasal 353 KUHPidana. Jadi maksud dari surat dakwaan secara subsidiair, yaitu hakim memeriksa terlebih dahulu dakwaan primair, dan jika dakwaan primair tidak terbukti, maka barulah diperiksa dakwaan subsidiair dan apabila masih tidak terbukti, maka diperiksalah yang lebih susbsidiair. Dalam praktek untuk dakwaan secara subsidiair sering disebut juga dakwaan secara alternatif, karena pada umumnya dakwaan disusun oleh penuntut umum menurut bentuk subsidiair, artinya tersusun primair dan subsidiair.

4. Dakwaan Kumulatif Dalam Dakwaan secara kumulatif, yaitu sebagaimana diatur di dalam Pasal 141 KUHAP, bahwa ”Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal: a. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya; b. beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain; c. beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan. Jadi dakwaan secara kumulatif, yaitu: o beberapa tindak pidana dilakukan satu orang sama; o beberapa tindak pidana yang bersangkut paut; o Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkutan. Adapun bentuk dakwaan secara kumulatif, adalah sebagai berikut: 1. Berhubungan dengan concursus idealis/endaadse samenloop perbuatan dengan diancam lebih dari satu ancaman pidana. (Pasal 63 ayat (1) KUHPidana), misalnya: pengendara mobil menabrak pengendara sepeda motor berboncengan satu meninggal (Pasal 359 KUHPidana) dan satu luka berat (Pasal 360 KUHPidana); 2. Berhubungan dengan perbuatan berlanjut (vorgezette handeling). Perbuatan pidana yang dilakukan lebih dari satu kali, misalnya: pemerkosaan terhadap anak dibawah umur (Pasal 287 KUHPidana) dilakukan secara berlanjut (Pasal 64 (1) KUHPidana); 3. Berhubungan dengan concursus realis/meerdadse samenloop Pasal 65 KUHPidana), yaitu melakukan beberapa tindak pidana, dengan pidana pokoknya sejenis atau pidana pokoknya tidak sejenis, Concursus kejahatan dan pelanggaran, Gabungan antara alternatif dan subsidair, misalnya: pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHPidana) ketahuan orang sehingga membunuh orang tersebut (Psal 339 KUHPidana), mengambil kendaraan orang yang dibunuh tersebut (Pasal 362 KUHPidana) 4. Gabungan tindak pidana khusus dan tindak pidana umum. Kumulatif penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jadi dalam dakwaan secara kumulatif, maka tiap-tiap perbuatan (delik) itu harus dibuktikan tersendiri-sendiri pula, walaupun pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang delik gabungan (samenloop) dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 71 KUHPidana. Oleh karena itu perlu diperhatikan peraturan gabungan tersebut dan beserta teori-teorinya.

Related Documents


More Documents from ""