Tutorial 1: Blok Emergency Medicine 1

  • Uploaded by: arvind769
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tutorial 1: Blok Emergency Medicine 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 815
  • Pages: 14
Tutorial 1

BLOK EMERGENCY MEDICINE 1

SKENARIO Seorang laki laki, 37 tahun dating ke praktik dokter keluarga untuk melakukan kontrolterhadap pongobatan tuberkolosis. Pasien telah didiagnosis menderita kekambyhan tuberkolosis paru dengan plihan pengobatan lini kedua. Pada kunjungan kali ini pasien akan mendapatkan suntikan streptomisin untuk yang kedua kali. Pada pemeriksaan fisik dijumpai kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah 100/80mmHg, denyut nadi 00x/menit, halus dan teratur, frekuensi napas 24 x/menit dokter memberikan injeksi streptomisin secara intramuscular. Lima belas menit setelah memperoleh suntikan, pasien mengeluh mengantuk, pusing, dan sesak napas. Dokter melakukan pemeriksaan tanda vital lanjutan dan dijumpai tekana darah menjadi 85/60mmHg, denyut nadi 120 x/menit, sangat halus, dan frekuensi napas 30 x/menit.

Learning issue 

Reaksi alergi (tipe 1,2,3,4)



Empty ventricle syndrome



Anafilactic syok



Aspek hokum kasus emergensi

shock | terjadi vasodilatasi pembuluh darah |

tekanan darah menurun (hipotensi) | penurunan isi aliran darah di atrium dan ventrikel | kompensasi yang terjadi simpatis jantung meningkat utk mempercepat pengisian isi atrium dan ventrikel | denyut nadi dan jantung meningkat, tetapi nadi teraba lemah

| takikardi

SYOK ANAFILAKTIK DEFENISI SINDROM KLINIS SYOK YANG TERJADI HIPERSENSITIVITAS TIPE I (ALERGI) SISTEMIK.

AKIBAT

REAKSI

PATOFISIOLOGI ALERGEN YANG MASUK KE DALAM DARAH AKAN DIKENALI APC YANG AKAN MEMPRESENTASIKAN ANTIGEN KE SEL LIMFOSIT TH2. SEL TH2 MENGELUARKAN SITOKIN – SITOKIN YANG MEMICU SEL MEMORI (LIMFOSIT B) MENGHASILKAN IGE. APABILA ALERGEN KEMBALI MUNCUL, MAKA ALERGEN AKAN LANGSUNG BERIKATAN DENGAN IGE TERSEBUT. IKATAN ANTIGEN ANTIBODI IGE ITU AKAN MENGAKTIVASI SEL MAST UNTUK MENGELUARKAN MEDIATOR – MEDIATOR ANAFILAKSIS, PELEPASAN MEDIATOR INILAH YANG MENDASARI GEJALA PADA KULIT, SALURAN NAPAS, SISTEM VASKULAR, DAN TRAKTUS GI.

TANDA & GEJALA 1.Reaksi sistemik ringan :rasa gatal serta hangat, rasa penuh dimulut & ditenggorokan, hidung tersumbat & terjadi edema di sekitar mata, kulit gatal, mata berair, bersin. Biasanya gejala terjadi dua jam setelah paparan antigen. 2.Reaksi sistemik sedang :gejala sistemik ringan ditambah spasme bronkus &/ edema sal.napas 3.Reaksi sistemik berat :gejala sistemik ringan dan sedang yang lebih berat. Dapat terjadi hingga terjadi henti napas.

DIAGNOSIS Riwayat Penyakit Pem.Fis -Vital Sign -kulit:eritema,edema,urtikaria -takikardia, hipotensi -Respiratory:rhinitis, obs.laring, spasme bronkus -GI:mual,muntah,diare,keram perut lain – lain :anxietas, penurunan kesadaran DD 1.Asma 2.Sinkop 3.Serangan panik 4.keracunan makanan

PENATALAKSANAAN A.Tatalaksana inisial -Pastikan airway dan breathing dalam kondisi baik. Sesak, mengi, sianosisoksigen 3-6 L/mnt dgn sungkup/kanul nasal -pasang akses vena -berikan epinefrin -bila anafilakasis o/k sengatan serangga berikan injeksi epinefrin kedua 1:1000 -pasang turniket proksimal dari suntikan / sengatan serangga -monitor ketat tanda vital dan hemodinamiksetiap 15 mnt

B.Apabila TD semakin turun -posiskan pada Trendelenburg -berikan resusitasi cairan secara agresif -apabila GK belum membaik berikan epinefrin -apabila hipotensi belum juga teratasi, berikan infus norepinefrin C.Pada pasien dengan sesak hebat -bila disertai spasme bronkus, berikan tambahan inhalasi beta 2 agonis -bila spasme menetap, berikan aminofilin 5,5 mg/KgBB -pemberian kortikosteroid IV -bila disertai edema hebat sal.napas atas, pertimbangkan intubasi endotrakeal

D.Pasien dengan urtikaria & angioedema -Difenhidramin HCl 50 mg/ml dgn dosis 25-50 mg IV/IM -Hidroksizin 25 mg/ml dgn dosis 25 – 50 mg IM/oral tiap 6-8 jam PENCEGAHAN 1.kewaspadaan waspada timbulnya reaksi anafilaktik tiap penyuntikan 2.tes kulit dilakukan secara rutin sebelum pemberian obat 3.pemberian antihistamin dan kortikosteroid 4.SKILL dan kelengkapan alat

Aspek Etik dan Hukum Kedaruratan Medis Gawat darurat medik adalah suatu kondisi yang dalam pandangan pasien, keluarga atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa pasien ke rumag sakit, memerlukan pelayanan medik segera. Tujuan penanganan gawat darurat : 

Mencegah kematian dan kecacatan pada pasien gawat darurat sehingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.



Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai.



Menanggulangi korban bencana.

Pelayanan gawat darurat diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang, dalam UU No. 23/1992 dalam pasal 4 tersirat uoaya pelayanan gawat darurat (merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal). UU No. 29/2004 pasal 51 tentang praktik kedokteran menyebutkan “Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan”. Dan sesuai dengan KODEKI pasal 31 yaitu “Setiao dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu memberikan pertolongan”

Dalam kaidah dasar moral, kewajiban menolong pasien gawat darurat termasuk ke dalam konsep beneficence (prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati penyakit-penyakit sederhana pasien) dapat dijelaskan sebagai berikut : 

Seorang dokter yang menolong pasien dalam keadaan gawat darurat, maka ia harus melakukannya hingga tuntas dalam arti ada pihak lain yang melanjutkan pertolongan tersebut atau pasien tidak memerlukan pertolongan lagi.



Jika pertolongan tidak dilakukan dengan tuntas, maka pihak menolong dapat digugat karena dianggap mencampuri/menghalangi kesempatan pasien untuk memperoleh pertolongan lain.

Mengenai informed concent pada kasus gawat darurat Permenkes No. 589/1989 pasa 11 : 

Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekan dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.

SEKIAN TERIMA KASIH

Related Documents


More Documents from "Naufal Akbar"