TUGAS KMB II “Makalah pada Pasien dengan Stroke”
Disusun Oleh :
Tingkat IIB (214 049) Nurwahdaniah Wulandari (214 058) Yuniari Parastika Dewi
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN DONGGALA TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini dapat diterima dengan baik, dan dapat berguna serta dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penyusun
DAFTAR ISI Kata Pengantar.......................................................................................................i Daftar Isi.................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................2 C. Tujuan..........................................................................................................2 D. Manfaat........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4 A. KONSEP DASAR.......................................................................................4 1. Pengertian...............................................................................................4 2. Penyebab / Etiologi................................................................................5 3. Patofisiologi...........................................................................................6 4. Tanda dan gejala / Manifestasi Klinis....................................................7 5. Pengobatan.............................................................................................7 B. KONSEP KEPERAWATAN....................................................................8 1. Pengkajian..............................................................................................8 2. Penyimpangan KDM............................................................................10 3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................11 4. Rencana Intervensi...............................................................................11 BAB III PENUTUP..............................................................................................27 A. Kesimpulan................................................................................................27 B. Saran..........................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera serebrovaskuler atau stroke terjadi akibat iskemik atau perdarahan (Tambayong, 2000). Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu tahun di sebuah rumah sakit di Amerika, menyebutkan bahwa dari 757 pasien penderita stroke yang terdiri dari 41,9% stroke hemoragik dan 58,1% stroke iskemik. Hal ini menunjukkan peningkatan angka penderita stroke hemoragik yang sangat tinggi bila dibandingkan pada tahun 1970 dan 1980, yaitu 73% hingga 86% stroke iskemik daan 8% sampai 18% stroke hemoragik (Shiber dkk, 2008).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Laju mortalitas pada stroke hemoragik sangat tinggi, pada perdarahan intraserebrum hipertensif mendekati 50%, sedangkan untuk perdarahan subarakhnoid sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan (Price, 2006).
Di Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama (Mansjoer, 2000). Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur, tetapi yang paling sering pada usia 75-85 tahun (Muttaqin, 2008).
Saat ini, stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan, namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan keterbatasan. Hal ini dapat terjadi karena life style atau gaya hidup yang berhubungan dengan faktor pencetus stroke, seperti makan makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol tinggi serta malas berolahraga. Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke sangat berbahaya, maka penderita stroke memerlukan penanganan dan perawatan yang bersifat umum, khusus, rehabilitasi, serta rencana pemulangan klien. Usaha yang dapat dilakukan mencakup pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari promotif, preventif, kuratif, sampai dengan rehabilitatif.
B. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang menjadi konsep dasar dari penyakit Stroke? 2. Apa saja yang perlu diidentifikasi dalam konsep keperawatan pada pasien dengan Stroke?
C. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi konsep dasar dari penyakit Stroke 2. Mengidentifikasi hal-hal yang terdapat pada konsep keperawatan pada pasien dengan Stroke
D. Manfaat 1. Untuk Mahasiswa Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam hal pemahaman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke 2. Untuk Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke 3. Untuk Pembaca Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR 1. Pengertian
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berapa defisit neurologis fokal dan atau global yang 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan pendarahan darah otak nontraumatik (Arif Mansjoer, 2000)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2001)
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson, 2006)
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak (Wikipedia Indonesia, 2008) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke
atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah defisit neurologis yang terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otak yang dapat berakibat kerusakan dan kematian sel-sel otak yang menimbulkan gejala klinis antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan yang lain, gangguan
sensibilitas, perubahan mendadak status mental, gangguan penglihatan dan gangguan bicara. Stroke
dibedakan
menjadi
dua
yaitu
stroke
infark
(nonhemoragik) dan stroke hemoragik. Pada stroke infark, aliran darah ke otak terhenti karena arterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat
suatu
pembuluh
darah,
melalui
proses
arterosklerosis. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang ke luar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Kurangnya aliran darah ke otak akan menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak, kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut.
2. Penyebab / Etiologi Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu : a) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. b) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. c) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak d) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi. Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
a) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium. b) Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
3. Patofisiologi Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu : a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak. b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan (hemorrhage). c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak. d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai
pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalurjalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
4. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
5. Pengobatan a) Membatasi atau memulihkan infark akut yang sedang berlangsung dengan menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-Plasminogen Activator). b) Mencegah perburukan neurologis : 1) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark yaitu terapi dengan manitol. 2) Ekstensi teritori infark yaitu dengan pemberian heparin. 3) Konversi hemoragik yaitu jangan memberikan antikoagulan.
c) Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin.
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Riwayat keperawatan
Riwayat
hipertensi,
diabetes
mellitus,
penyakit
kardiovaskuler, transient ischemic attacks (TIA)
Merokok sigaret
Menggunakan kontrasepsi oral
Gangguan sensorik/motorik
Gangguan penglihatan
b. Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran dan status mental
Gangguan sensorik dan motorik
Aphasia
Penglihatan
Fungsi saraf kranial
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan darah (pembekuan darah, hitung sel darah, Trigliserida, kolesterol, gula darah)
CT Scan, angiogram; EKG, EEG
Kegemukan/obesitas
c. Psikososial
Usia
Jenis kelamin
Sistem dukungan
Gaya hidup
Strategi koping yang biasa digunakan
Pekerjaan
Peran dan tanggung jawab selama ini
Reaksi emosional terhadap penyakitnya
d. Pengetahuan klien dan keluarga tentang :
Penyebab stroke
Faktor resiko
Prognosa
Tingkat pengetahuan
Kemampuan membaca dan belajar
2. Penyimpangan KDM
NANDA NIC-NOC 2015 Jilid 3
3. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan menelan b/d penurunan fungsi nerfus vagus atau hilangnya refluks muntah b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus c. Hambatan
mobilitas
fisik
b/d
hemiparesis,
kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak d. Kerusakan integritas kulit b/d hemiparesis / hemiplegia, penurunan mobilitas e. Resiko jatuh b/d perubahan ketajaman penglihatan f. Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi otot facial/oral g. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme)
4. Rencana Intervensi No 1
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Intervensi
Gangguan
NOC
NIC
menelan b/d
Pencegahan aspirasi
Aspiration Precautions
penurunan
Status menelan :
- Memantau tingkat
fungsi nerfus
tindakan pribadi untuk
kesadaran, refleks batuk,
vagus atau
mencegah pengeluaran
refleks muntah, dan
hilangnya
cairan dan partikel
kemampuan menelan
refluks muntah
padat ke dalam paru Status menelan : fase
- Memonitor status paru menjaga /
esofagus : penyaluran
Mempertahankan jalan
cairan atau partikel
napas
padat dari faring ke lambung Status menelan : fase
- Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin - Jauhkan manset trakea
oral : persiapan, penahanan, dan pergerakkan cairan atau partikel padat ke arah posterior di mulut Status menelan : fase
meningkat - Jauhkan pengaturan hisap yang tersedia - Menyuapkan makanan dalam jumlah kecil - Periksa tabung NG atau
faring : penyaluran
gastrostomy sisa sebelum
cairan atau partikel
makan
padat dari mulut ke esofagus Kriteria hasil : Dapat
- Hindari makan, jika residu tinggi tempat “pewarna” dalam tabung pengisi NG - Hindari cairan atau
mempertahankan
menggunakan zat
makanan dalam mulut
pengental
Kemampuan menelan adekuat Pengiriman bolus ke hipofaring selaras dengan refleks menelan Kemampuan untuk mengosongkan rongga mulut
- Penawaran makanan atau cairan yang dapat dibentuk menjadi bolus sebelum menelan - Potong makanan menjadi potongan-potongan kecil - Permintaan obat dalam bentuk obat mujarab - Istirahat atau
Mampu mengontrol
menghancurkan pil
mual dan muntah
sebelum pemberian
Imobilitas konsekuensi : fisiologis Pengetahuan tentang prosedur pengobatan Tidak ada kerusakan otot tenggorok atau
- Jauhkan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 menit setelah makan - Sarankan pidato/berbicara patologi berkonsultasi,
otot wajah, menelan, menggerakkan lidah atau refleks muntah Pemulihan pasca
sesuai - Sarankan barium menelan kue atau video fluoroskopi, sesuai
prosedur pengobatan Kondisi pernafasan, ventilasi adekuat Mampu melakukan perawatan terhadap non pengobatan parenteral Mengidentifikasi faktor emosi atau psikologis yang menghambat menelan Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau aspirasi Hidrasi tidak ditemukan Kondisi pernafasan adekuat Tidak terjadi gangguan neurologis 2
Ketidakseimban
NOC
NIC
gan nutrisi
Nutritional Status :
- Kaji adanya alergi
kurang dari
Nutritional Status :
kebutuhan
food and Fluid
makanan - Kolaborasi dengan ahli
tubuh b/d
Intake
gizi untuk menentukan
ketidakmampua
Nutritional Status :
jumlah kalori dan nutrisi
n untuk
nutrient Intake
yang dibutuhkan pasien
mencerna
Weight control
makanan,
Kriteria hasil :
penurunan
Adanya peningkatan
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe - Anjurkan pasien untuk
fungsi nerfus
berat badan sesuai
meningkatkan protein dan
hipoglosus
dengan tujuan
vitamin C
BBI sesuai dengan tinggi badan Mampu
- Berikan substansi gula - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
mengidentifikasi
tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi
mencegah konstipasi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring - BB pasien dalam batas normal - Monitor adanya penurunan berat badan - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan - Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan - Monitor lingkungan selama makan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi - Monitor turgor kulit - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah - Monitor mual dan muntah - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht - Monitor pertumbuhan dan perkembangan - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva - Monitor kalori dan intake nutrisi - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet 3
Hambatan
NOC
NIC
mobilitas fisik
Joint Movement :
Exercise therapy :
b/d hemiparesis,
Active
ambulation
kehilangan
Mobility Level
keseimbangan
Self care : ADLs
sebelum/sesudah latihan
dan koordinasi,
Transfer performance
dan lihat respon pasien
spastisitas dan
Kriteria hasil :
saat latihan
cedera otak
Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Memverbalisasikan
- Monitoring vital sign
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan - Bantu klien untuk
perasaan dalam
menggunakan tongkat saat
meningkatkan
berjalan dan cegah
kekuatan dan
terhadap cedera
kemampuan berpindah Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan - Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhi kebutuhan ADLs ps. - Berikan alat bantu jika
klien memerlukan - Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan Communication Enhancement : Hearing Deficit Communication Enhancement : Visual Deficit Anxiety reduction Active listening 4
Kerusakan
NOC
NIC
integritas kulit
Tissue Integrity : Skin
Pressure Managemenet
b/d hemiparesis
and Mucous
- Anjurkan pasien untuk
/ hemiplegia,
Membranes
menggunakan pakaian
penurunan
Hemodyalis akses
yang longgar
mobilitas
Kriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
- Hindari kerutan pada tempat tidur - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
- Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi,
posisi pasien) setiap dua
pigmentasi)
jam sekali
Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
- Monitor kulit akan adanya kemerahan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan - Monitor aktivitas dan
dan mencegah terjadinya cedera berulang Mampu melindungi
mobilisasi pasien - Monitor status nutrisi pasien - Memandikan pasien
kulit dan
dengan sabun dan air
mempertahankan
hangat
kelembaban kulit dan
Insision site care :
perawatan alami
- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples - Monitor proses kesembuhan area insisi - Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi - Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril - Gunakan preparat antiseptic, sesuai program - Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program Dialysis Acces Maintenance
5
Resiko jatuh b/d NOC
NIC
perubahan
Trauma Risk For
Fall Prevention
ketajaman
Injury risk for
- Mengidentifikasi defisit
penglihatan
Kriteria hasil :
kognitif atau fisik pasien
Keseimbangan :
yang dapat meningkatkan
kemampuan untuk
potensi jatuh dalam
mempertahankan
lingkungan tertentu
ekuilibrium Gerakan terkoordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama
- Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh - Mengidentifikasi
secara volunter untuk
karakteristik lingkungan
melakukan gerakan
yang dapat meningkatkan
yang bertujuan
potensi untuk jatuh
Perilaku pencegahan jatuh : tindakan individu atau pemberi
(misalnya, lantai yang licin dan tangga terbuka) - Sarankan perubahan
asuhan untuk
dalam gaya berjalan
meminimalkan faktor
kepada pasien
resiko yang dapat
- Mendorong pasien untuk
memicu jatuh
menggunakan tongkat atau
dilingkungan individu
alat pembantu berjalan
Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh Pengetahuan : keselamatan anak fisik, Pengetahuan : keamanan pribadi Pelanggaran perlindungan tingkat
- Kunci roda dari kursi roda, tempat tidur, atau brankard selama transfer pasien - Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien - Ajarkan pasien bagaimana jatuh untuk meminimalkan cedera - Memantau kemampuan untuk mentransfer dari tempat tidur ke kursi dan
kebingungan Akut Tingkat agitasi Komunitas pengendalian resiko :
demikian pula sebaliknya - Gunakan teknik yang tepat untuk mentransfer pasien ke dan dari kursi roda,
Kekerasan
tempat tidur, toilet, dan
Komunitas tingkat
sebagainya
kekerasan
- Menyediakan toilet
Gerakan terkoordinasi
ditinggikan untuk
Kecenderungan risiko
memudahkan transfer
pelarian untuk kawin
- Menyediakan kursi dari
Kejadian terjun
ketinggian yang tepat,
Mengasuh
dengan sandaran dan
keselamatan fisik
sandaran tangan untuk
remaja
memudahkan transfer
Mengasuh : bayi/balita keselamatan fisik Perilaku keselamatan pribadi Keparahan cedera fisik Pengendalian risiko Pengendalian risiko :
- Gunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur, sesuai kebutuhan - Memberikan pasien tergantung dengan sarana
penggunaan alkohol,
bantuan pemanggilan
narkoba
(misalnya, bel atau cahaya
Pengendalian risiko : pencahayaan sinar matahari
panggilan) ketika pengasuh tidak hadir - Membantu ke toilet
Deteksi risiko
seringkali, interval
Lingkungan rumah
dijadwalkan
aman
- Menandai ambang pintu
Aman berkeliaran
dan tepi langkah, sesuai
Zat penarikan
kebutuhan
keparahan Integritas jaringan :
- Hapus dataran rendah perabotan (misalnya,
kulit & membran
tumpuan dan tabel) yang
mukosa
menimbulkan bahaya
Perilaku kepatuhan visi
tersandung - Hindari kekacauan pada permukaan lantai - Memberikan pencahayaan yang memadai untuk meningkatkan visibilitas - Menyediakan lampu malam di samping tempat tidur - Menyediakan pegangan tangan terlihat dan memegang tiang - Menyediakan lajur anti tergelncir, permukaan lantai nontrip/tidak tersandung - Menyediakan permukaan nonslip/anti tergelincir di bak mandi atau pancuran - Menyediakan kokoh, tinja curam nonslip/anti tergelincir untuk memfasilitasi jangkauan mudah - Pastikan pasien yang memakai sepatu yang pas, kencangkan aman, dan
memiliki sol tidak mudah tergelincir - Anjurkan pasien untuk memakai kacamata, sesuai, ketika keluar dari tempat tidur - Mendidik anggota keluarga tentang faktor risiko yang berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko tersebut - Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keselamatan - Instruksikan keluarga pada pentingnya pegangan tangan untuk kamar mandi tangga, dan trotoar - Sarankan alas kaki yang aman - Mengembangkan cara untuk pasien untuk berpartisipasi keselamatan dalam kegiatan rekreasi - Lembaga program latihan rutin fisik yang meliputi berjalan - Tanda-tanda posting untuk mengingatkan staf bahwa
pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh - Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping dari obat yang berkontribusi terhadap jatuh (misalnya, hipotensi ortostatik dan kiprah goyah) - Memberikan pengawasan yang ketat dan/atau perangkat menahan (misalnya, bayi kursi dengan sabuk pengaman) ketika menempatkan bayi / anak-anak muda pada permukaan ditinggikan (misalnya, meja dankursi tinggi) 6
Hambatan
NOC
NIC
komunikasi
Anxiety self control
Communication
verbal b/d
Coping
Enhancement : Speech
penurunan
Sensory function :
Deficit
fungsi otot
hearing & vision
facial/oral
Fear self control Kriteria hasil : Komunikasi : penerimaan, interpretasi dan ekspresi pesan lisan,
- Gunakan penerjemah, jika diperlukan - Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan - Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi
tulisan, dan non verbal meningkat Komunikasi ekspresif
wicara - Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
(kesulitan berbicara) :
perlahan dan untuk
ekspresi pesan verbal
mengulangi permintaan
dan atau non verbal yang bermakna Komunikasi reseptif (kesulitan mendengar) : penerimaan
- Dengarkan dengan penuh perhatian - Berdirin didepan pasien ketika berbicara - Gunakan kartu baca,
komunikasi dan
kertas, pensil, bahasa
interpretasi pesan
tubuh, gambar, daftar
verbal dan/atau non
kosakata bahasa asing,
verbal
computer, dan lain-lain
Gerakan terkoordinasi
untuk memfasilitasi
: mampu
komunikasi dua arah yang
mengkoordinasi
optimal
gerakan dalam menggunakan isyarat Pengolahan informasi :
- Ajarkan bicara dari esophagus, jika diperlukan - Beri anjuran kepada
klien mampu untuk
pasien dan keluarga
memperoleh,
tentang penggunaan alat
mengatur, dan
bantu bicara (misalnya,
menggunakan
prostesi trakeoesofagus
informasi
dan laring buatan)
Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan berbbicara Mampu memanajemen
- Berikan pujian potive, jika diperlukan - Anjurkan pada petemuan kelompok - Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur
kemampuan fisik yang
untuk memberi stimulus
dimiliki
komunikasi
Mampu
- Anjurkan ekspresi diri
mengkomunikasikan
dengan cara lain dalam
kebutuhan dengan
menyampaikan informasi
lingkungan sosial
(bahasa isyarat) Communication Enhancement : Hearing Deficit Communication Enhancement : Visual Deficit Anxiety reduction Active listening
7
Resiko
NOC
NIC
ketidakefektifan
Circulation status
Peripheral Sensation
perfusi jaringan
Tissue Prefusion :
Management
otak b/d
cerebral
(Manajemen sensasi
penurunan
Kriteria hasil :
perifer)
aliran darah ke
Mendemonstrasikan
- Monitor adanya daerah
otak
status sirkulasi yang
tertentu yang hanya peka
(aterosklerosis,
ditandai dengan :
terhadap panas/ dingin/
embolisme)
Tekanan systole dan
tajam/ tumpul
diastole dalam rentang
- Monitor adanya paretese
yang diharapkan
- Instruksikan keluarga
Tidak ada ortostatik hipertensi Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (tidak lebih dari 15 mmHg)
untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi - Gunakan sarung tangan untuk proteksi - Batasi gerakan pada kepala, leher dan
Mendemostrasikan
punggung
kemampuan kognitif
- Monitor kemampuan BAB
yang ditandai dengan :
- Kolaborasi pemberian
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai ddengan kemampuan Menunjukkan
analgetik - Monitor adanya tromboplebitis - Diskusikan mengenai
perhatian, konsentrasi
penyebab perubahan
dan orientasi
sensasi
Memproses informasi Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motorik cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakangerakan involunter
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak (Wikipedia Indonesia, 2008)
Diagnosa yang dapat pada pasien dengan Stroke yaitu : 1) Gangguan menelan b/d penurunan fungsi nerfus vagus atau hilangnya refluks muntah 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus 3) Hambatan
mobilitas
fisik
b/d
hemiparesis,
kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak 4) Kerusakan integritas kulit b/d hemiparesis / hemiplegia, penurunan mobilitas 5) Resiko jatuh b/d perubahan ketajaman penglihatan 6) Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi otot facial/oral 7) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme)
B. Saran Mahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang stroke seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta konsep keperawatan bagi pasien yang menderita stroke, agar gangguan pada sistem persarafan ini dapat teratasi dengan baik.
Institusi pendidikan dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk dapat menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke dan makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA 1) Wahyu widagdo, dkk. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN Pada klien dengan gangguan system PERSARAFAN. TIM : Jakarta 2) NANDA
NIC-NOC.
2015.
PANDUAN
PENYUSUNAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PROFESIONAL. MediAction : Jogjakarta 3) Taqiyyah dan Jauhar. 2013. ASUHAN KEPERAWATAN: PANDUAN LENGKAP
MENJADI
PERAWAT
PROFESIONAL.
Prestasi
Pustakaraya: Jakarta 4) https://www.jevuska.com/2007/04/11/gejala-diagnosa-terapi-stroke-nonhemoragik/ 5) http://etd.eprints.ums.ac.id/2926/1/J200050072.pdf 6) http://harnawatiaj.wordpress.com//