Tugas Pcd 2 Fix.docx

  • Uploaded by: Andrean Mukti Beladexsa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Pcd 2 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,489
  • Pages: 15
2

LAPORAN PCD KOMONIKASI DENGAN DOKTER “RESEP TBC”

DISUSUN OLEH:

Wahyu Mukti Wijaya Windy Tri Kurnianti Kelompok

1820364080 1820364081 :B

PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXVI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018

2

BAB 1 PENDAHULUAN

Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari makanannya. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat. Kebanyakan gigitan dan sengatan dilakukan untuk pertahanan. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Reaksi paling sering dilaporkan terjadi setelah digigit nyamuk dan sejenisnya. Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari makanannya. Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi alergi, namun pengetahuan ilmiah mengenai alergi terhadap gigitan serangga masih terbatas. Reaksi paling sering dilaporkan terjadi setelah digigit nyamuk dan sejenisnya, serta dari golongan serangga Triatoma. Sayangnya, strategi manajemen untuk mengurangi risiko insect bite reaction ke depannya masih kurang dikembangkan dan kurang efektif bila dibandingkan dengan alergi terhadap sengatan serangga.

2. EPIDEMOLOGI Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-lain.

3. ETIOLOGI Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Insekta merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan paling beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit dihindari. Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam nyawa. Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup yaitu

2

Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah. Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikkan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas : 1. Kelas Arachnida a. Acarina b. Araniae (Laba-laba) c. Scorpionidae (Kalajengking) 2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing) 3. Kelas Insekta a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis) b. Coleoptera (Kumbang) c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat) d. Hemiptera (Kutu busuk) e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon) f. Lepidoptera (Kupu-kupu) 4. PATOGENESIS Saliva pada serangga dapat membantu dalam pencernaannya, menghambat koagulasi, meningkatkan aliran darah pada tempat gigitan, atau menganestesi daerah gigitan. Banyak lesi yang terjadi biasanya merupakan akibat dari respon imun terhadap sekret insekta ini. Kebanyakan gigitan serangga bentuknya kecil dan hanya menghasilkan luka tusuk superfisial. Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem

2

imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok : reaksi imediate dan reaksi delayed. Reaksi imediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilk. Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun tersebut.

5. DIAGNOSIS a. Anamnesis

Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang memiliki sejarah tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental juga memungkinkan adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan dengan binatang liar maupun binatang peliharaan juga dapat

menyebabkan

papara terhadap

gigitan serangga. b. Gejala Klinis

n Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman,

gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, irtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan berikutnya. Pada reaksi sistemik atau anafilaktik, pasien bisa mengeluhkan adanya gejala lokal sebagaimana gejala yang tidak terkait dengan lokasi

2

gigitan. Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai fatal. Keluhan awal biasanya termasuk ruam yang luas, urtikaria, pruritus, dan angioedema. Gejala ini dapat berkembang dan pasien dapat mengalami ansietas, disorientasi, kelemahan, gangguan gastrointestinal, kram perut pada wanita, inkontinensia urin atau alvi, pusing, pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau batuk. Seiring berkembangnya reaksi, pasien dapat mengalami kegagalan napas dan kolaps kardiovaskuler. c. Laboratorium Pemeriksaan

laboratorium

jarang

dibutuhkan.

Pemeriksaan

laboratorium yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat dan membutuhkan penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami kegagalan organ akhir atau membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti sellulitis. Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada diagnosis scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan serangga. Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi yang diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang tersedia dan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.

6. PENATALAKSANAAN a. Perawatan dirumah Kebanyakan gigitan serangga dapat dirawat pada saat akut dengan memberikan kompres setelah perawatan luka rutin dengan sabun dan air untuk meminimalisasi kemungkinan infeksi. Untuk reaksi lokal yang luas, kompres es dapat meminimalisasi pembengkakan. Pemberian kompres es tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit dan harus diberikan dengan pembatas baju antara es dan kulit untuk mencegah luka langsung akibat suhu dingin pada kulit. Epinefrin merupakan kunci utama untuk penanganan pra rumah sakit pada reaksi sistemik. Antihistamin sistemik dan kortikosteroid, bila tersedia, dapat membantu mengatasi reaksi sistemik. b. Farmakologi - Topikal : Jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat 3%, atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1- 2%. Jika reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan pemasangan torniket

2

proksimal dari tempat gigitan dan diberi obat sistemik. - Sistemik : Injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin

50mg.

Adrenalin

1%

0,3-0,5

ml

subkutan.

Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak tertolong dengan antihistamin atau adrenalin. c. Keadaan Berat Intubasi endotrakeal dan ventilator mungkin diperlukan untuk menangani anafilaksis berat atau angioedema yang melibatkan jalan napas. Penanganan anafilaksis emergensi pada individu yang atopik dapat diberikan dengan injeksi awal intramuskular 0,3-0,5 ml epinefrin dengan perbandingan 1:1000. Dapat diulang setiap 10 menit apabila dibutuhkan. Bolus intravena epinefrin (1:10.000) juga dapat dipertimbangkan pada kasus berat. Begitu didapatkan respon positif, bolus tadi dapat dilanjutkan dengan infus dicampur epinefrin yang kontinu dan termonitor.2 Eritema yang tidak diketahui penyebabnya dan pembengkakan mungkin sulit dibedakan dengan sellulitis. Sebagai aturan umum, infeksi jarang terjadi dan antibiotik profilaksis tidak direkomendasikan untuk digunakan

2

BAB III PENYELESAIAN KASUS 2

Anda (Ratih), seseorang ibu datang ke apotik untuk membelikan obat buat anaknya yang berumur 9 tahun dengan keluhan gatal-gatal kemerahan karena digigit serangga, sebelumnya pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki penyakit lain, tidak memiliki alergi

Problem medik : gatal-gatal kemerahan karena digigit serangga subyektif 

Anak 9 tahun



Keluhan : gatal-gatal



obyektif -

terapi Cream 1%

assesment

hidrokortison Pasien

DRP

mengeluh

gata-gatal kemerahan

kemerahan karena

karena

digigit serangga

serangga

sehingga

Sebelumnya pernah

diberikan

obat

mengalami penyakit

kortikosteroid topikal

ini

digigit

-

Plan

Monitoring

Salep hidrokortison Penggunaan 1%

obat

tidak boleh lebih dari 5-7 hari, rasa gatal dirasakan

yang

2

2

DOKUMENTASI SWAMEDIKASI

Nama Pasien

Anak Windy tri kurnianti

Jenis Kelamin

wanita

Usia

9 tahun

Alamat

Perum dosen UNS IV Triagan

Tanggal pasien

6 September 2018

datang Keluhan pasien

gatal-gatal kemerahan karena digigit serangga

Riwayat alergi

-

Pasen pernah datang

Ya/tidak*)

*coret salah satu

sebelumnya : Obat yang diberikan : Nama Obat

Dosis

Cara

No Batch

Tanggal ED

970701

Juli 2020

pemakasian Cream

2-3 kali

Hidrokortison 1%

sehari

Dioleskan tipistipis dibagian yang gatal

KESIMPULAN: gatal karena gigitan serangga

2

Swamedikasi Pengobatan Pada suatu hari nyonya Nina yang berusia 35 tahun datang ke apotik untuk membelikan obat buat anaknya yang berumur 9 tahun dengan keluhan gatal-gatal kemerahan karena digigit serangga. Sebelumnya pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki penyakit lain, dan tidak memiliki alergi. Apoteker

:“ Selamat siang bu, saya Ratih selaku apoteker dari apotek Restu Ayah, ada yang bisa saya bantu?”

Ibu Pasien

:“ Iya siang mbak, saya mau beli obat gatal untuk anak saya.”

Apoteker

:“ Sebelumnya bisa diceritakan keluhan anak ibu seperti apa ya?

Ibu Pasien

:“ Jadi begini mbak anak saya itu garuk-garuk terus katanya gatal, terus saya tanyain kenapa kok gatal sampai merah gitu?, dia bilangnya tadi digigit binatang kecil gitu mbak”

Apoteker

:“ kalau boleh tau usia anak ibu berapa ya?” Apakah ibu tau serangga apa yang menggigitnya ?”

Ibu pasien

:“ usia anak saya 9 tahun mbak, wah saya tidak tau itu mbak serangga apa ya, tau tau sudah gatal dan kemerahan gitu, dulu pernah kayak gini juga mbak tapi saya lupa obatnya apa. Ya udah kemarin saya kasih minyak kayu putih aja mbak tapi kata anak saya masih gatal”

Apoteker

:“ oo begitu, apakah anak ibu menderita penyakit lain bu?

Ibu pasien

: “ tidak ada mbak, anak saya alhamdulillah sehat kok”

Apoteker

:“ apa anak ibu memiliki alergi terhadap obat tertentu?”

Ibu pasien

:“ tidak mbak, anak saya tidak alergi obat.”

Apoteker

:“ baiklah bu, mohon ditunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu obatnya (berjalan mengambil obat).

Apoteker

:“ibu, ini saya berikan obat cream hidrokortison ya”

Ibu pasien

:“ o ya mbak ini bisa kan untuk mengatasi keluhan anak saya tadi”

Apoteker

:“ bisa ibu. Cream hidrokortison ini dapat mengurangi rasa peradangan pada kulit akibat gigitan serangga dan ini cara penggunaannya, dioleskan tipis-tipis saja pada kulit anak ibu setelah mandi 2-3 kali sehari ya bu, sebelum mengoleskan kekulit anak ibu, tangan dalam keadaan bersih ya bu”

Ibu pasien

: “baik mbak, tapi aman aja kan mbak buat anak saya?”

Apoteker

: “aman ibu, saya memberikan dosis yang paling rendah dan ini cocok untuk anak-anak asalkan pemberian obat sesuai aturannya bu. Dan efek samping obat

2

ini kulit menjadi kering, gatal, dan terasa panas jika digunakan, tetapi efek samping setiap orang beda-beda ibu, tidak usah khawatir, asalkan sesuai aturan efek samping tidak terjadi bu” Ibu pasien

: “ooo ya ya mbak kalau gitu, semoga obatnya cocok ya”

Apoteker

: “iya bu, tapi jika pemakaian obat ini sudah melebihi 5-7 hari, keluhannya tidak berkurang, tolong konsultasikan kepada dokter dulu ya bu”

Ibu pasien

: ”oiya mbak nnt kalo tidak berkurang gatalnya saya konsultasikan kedokter”

Apoteker

: “untuk penyimpanan obatnya bisa disimpan di tempat kering atau dikotak obat ya bu?”

Ibu pasien

: “iya mbak nanti saya taruh dikotak obat.”

Apoteker

: “baik bu, apakah ibu sudah mengerti?”

Ibu pasien

: “iya mbak saya sudah paham.”

Apoteker

: ”Bisa diulangi apa yang sudah saya jelaskan tadi ibu?”

Ibu pasien

: “ Iya mbak, jadi obatnya ini dioleskan setelah mandi 2-3 kali sehari tipis-tipis aja ya mbak dan harus tangan dalam keadaan bersih, terus kalo sampai 5-7 hari tidak berkurang keluhannya, saya harus konsultasikan kedokter kan mbak”

Apoteker

: “Iya bu, benar sekali. Oiya bu, jika nanti anak ibu gatal-gatal karena gigitan serangga lagi, pertolongan pertama dirumah dicuci dulu dengan sabun ya bu untuk meminimalisasi infeksi atau mengkompres es yang dibalut dengan kain sebentar saja tidak melebihi 15 menit untuk meminimalisasi terjadinya pembengkakan”

Ibu Pasien

: “ooo gitu ya mbak, jd dikompres es batu kalau nggak dicuci dulu ya yang habis gigitannya itu?

Apoteker

: “iya ibu benar sekali, Ada yang bisa saya bantu lagi bu?

Ibu pasien

: “tidak mbak, jadi ini obatnya berapa ya mbak harganya?”

Apoteker

: “Harganya Rp.8.000,- bu, silahkan obatnya dibayar dikasir ya bu. Semoga Anak ibu lekas sembuh.”

Ibu pasien

: “iya mbak, terimakasih ya (berjalan menuju kasir)”

2

A. Terapi Farmakologi Krim hidrokortison 1% Indikasi

: mengatasi gigitan serangga, mengibati ruam, meredakan gatal pada alat vital bagian luar wanita, mengatsi gatal pada dubur,mengobati alergi

Kontraindikasi : memiliki hipersensitif atau alergi pada obat ini, penderita skabies Dosis

: 2-3 kali sehari

Efek samping

: kulit terasa panas, terasa gatal dikulit, kulit mengalami kering, kulit lebam, perubahan warna kulit

Perhatian

: hati-hati penggunaan salep hidrokortison dalam jangka waktu lama, Hati-hati penggunaan area dikulit yang luas, sebaiknya hindari Pemakaian pada bayi dan anak berusia dibawah 4 tahun.

2

B. Terapi Non Farmakologi 

Dengan mencuci kulit memakai sabun dan air



Mengkompres dengan es batu yang dibalut dengan kain, tidak melebihi 15 menit



Memanaskan sendok dalam air mendidih, pegang gagangnya dengan lap dan tekan bagian belakang sendok kebekas gigitan secara lembut dan tidak melebihi 15 menit



Mengoleskan minyak essensial



Menggunakan perasan jeruk atau cuka untuk menghentikan rasa gatal



Mengoleskan madu untuk mengurangi pembengkakan



Mengeringkan bekas gigitan dengan pasta soda kue atau sikat gigi untuk menarik keluar cairan dan racun



Menggosokan lidah buaya untuk mendinginkan serta menenangkan dan membantu menyembuhkan.

2

DAFTAR PUSTAKA

Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on Southern Medical Journal, November 2003, Volume 96, Issue 11, pp 1073-1079. Burns, Bo. DO, FACEP, FAAEM. Insect Bites. Insect Bites and Infestations. In : Freedberg IM at al, eds, Fitzpatrick’sDermatology in General Medicine 5th. 2007. USA: McGrawHill.4. Hogan, Daniel J. MD. Allergic Contact Dermatitis. overview#showall Beck, M.H., Wilkinson, S.M.. Contact Dermatitis: Allergic. In: Burns T,Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. EightEdition. USA: Blackwell publishing; 2010. P. 26.13-14. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.5. Jakarta: FKUI; 2005. P. 135 McCroskey, Amy L. MD. Scabies. Amiruddin MD. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1.Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003. P. 5-10. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. P. 1718-2710. Adverse Cutaneous Drug Reactions. In : Freedberg IM at al, eds, Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 5th. 2007. USA: McGrawHill

Related Documents

Tugas Pcd 2 Fix.docx
December 2019 9
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Pcd
November 2019 22
S2 Bab 2 Pcd
November 2019 13
Pcd-2300
November 2019 14
Pcd 3
May 2020 7

More Documents from ""