MAKALAH “PRAKTEK COMPOUNDING & DISPENDING” MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) “KASUS 1”
DISUSUN OLEH:
Wahyu Mukti Wijaya Windy Tri Kurnianti Kelompok
1820364080 1820364081 :B
PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXVI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu. Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES). Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.
DEFINISI Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau keluarganya. Pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat kesehatan agar tercapai efek yang terbaik
II.
Tujuan dan Manfaat a. Tujuan
Tujuan Umum Tercapainya keberhasilan terapi obat
Tujuan Khusus a) Terlaksananya
pendampingan
pasien
oleh
apoteker
untuk
mendukung efektifitas, keamanan dan kesinambungan pengobatan b) Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga dalam penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat c) Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga b. Manfaat Bagi Pasien a) Terjaminnya
keamanan,
efektifitas
dan
keterjangkauan
biaya
pengobatan b) Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan/atau alat kesehatan c) Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan
d) Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/atau alat kesehatan dalam situasi tertentu Bagi Apoteker a) Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah b) Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan, masyarakat umum dan pemerintah c) Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan 1.
Prinsip-Prinsip Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit a. Pengelolaan pelayanan kefarmasian di rumah dilaksanakan oleh apoteker yang kompeten b. Mengaplikasikan peran sebagai pengambil keputusan profesional dalam pelayanan kefarmasian sesuai kewenangan c. Memberikan
pelayanan
kefarmasian
di
rumah
dalam
rangka
meningkatkan kesembuhan dan kesehatan serta pencegahan komplikasi d. Menjunjung tinggi kerahasiaan dan persetujuan pasien (confidential and inform consent) e. Memberikan rekomendasi dalam rangka keberhasilan pengobatan f. Melakukan telaah (review) atas penatalaksanaan pengobatan g. Menyusun rencana pelayanan kefarmasian berdasarkan pada diagnosa dan informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan dan pasien/keluarga h. Membuat catatan penggunaan obat pasien (Patient Medication Record) secara sistematis dan kontiniu, akurat dan komprehensif i. Melakukan monitoring penggunaan obat pasien secara terus menerus j. Bertanggung jawab kepada pasien dan keluarganya terhadap pelayanan yang bermutu melalui pendidikan, konseling dan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain
k. Memelihara hubungan diantara anggota tim kesehatan untuk menjamin agar kegiatan yang dilakukan anggota tim saling mendukung dan tidak tumpang tindih l. Berpartisipasi
dalam
aktivitas
penelitian
untuk
mengembangkan
pengetahuan pelayanan kefarmasian di rumah.
2.
Pelayanan Yang Dapat Diberikan Apoteker Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi : a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan b. Identifikasi kepatuhan dan kesepahaman terapeutik c. Penyediaan obat dan/atau alat kesehatan d. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misal cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin, dll e. Evaluasi penggunaan alat bantu pengobatan dan penyelesaian masalah sehingga obat dapat dimasukkan ke dalam tubuh secara optimal f. Pendampingan pasien dalam penggunaan obat melalui infus/obat khusus g. Konsultasi masalah obat h. Konsultasi kesehatan secara umum i. Dispensing khusus (misal : obat khusus, unit dose) j. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat termasuk alat kesehatan pendukung pengobatan k. Pelayanan farmasi klinik lain yang diperlukan pasien l. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah
3.
Peran Apoteker
Kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah tidak dapat diberikan pada semua pasien mengingat waktu pelayanan yang cukup lama dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan seleksi pasien dengan menentukan prioritas pasien yang dianggap perlu mendapatkan pelayanan kefarmasian di rumah. Pasien yang perlu mendapat pelayanan kefarmasian di rumah antara lain : Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dll Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah satu kriteria atau lebih regimen obat sebagai berikut: -
Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari
-
Pasien minum obat 12 dosis atau lebih setiap hari
-
Pasien minum salah satu dari 20 macam obat dalam tabel 1 yang telah diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatri
-
Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih
A. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 1.
Pengertian Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
2.
Tujuan Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
3.
Kegiatan Menganalisis laporan efek samping Obat. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
4.
Faktor yang perlu diperhatikan: Kerja sama dengan tim kesehatan lain. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
Siapa yang melaporkan? Tenaga kesehatan, dapat meliputi: dokter, dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, bidan, perawat, tenaga kesehatan lain. Apa yang perlu dilaporkan? Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping obat perlu dilaporkan, baik efek samping yang belum diketahui hubungan kausalnya (KTD/AE) maupun yang sudah pasti merupakan suatu ESO (ADR). Bagaimana cara melapor dan informasi apa saja yang harus dilaporkan? Informasi KTD atau ESO yang hendak dilaporkan diisikan ke dalam formulir pelaporan ESO/ formulir kuning yang tersedia. Dalam penyiapan
pelaporan KTD atau ESO, sejawat tenaga kesehatan dapat menggali informasi dari pasien atau keluarga pasien. Untuk melengkapi informasi lain yang dibutuhkan dalam pelaporan dapat diperoleh dari catatan medis pasien. Karakteristik laporan efek samping obat yang baik. Karakteristik suatu pelaporan spontan (Spontaneous reporting) yang baik, meliputi beberapa elemen penting berikut: 1. Diskripsi efek samping yang terjadi atau dialami oleh pasien, termasuk waktu mula gejala efek samping (time to onset of signs/symptoms). 2. Informasi detail produk terapetik atau obat yang dicurigai, antara lain: dosis, tanggal, frekuensi dan lama pemberian, lot number, termasuk juga obat bebas, suplemen makanan dan pengobatan lain yang sebelumnya telah dihentikan yang digunakan dalam waktu yang berdekatan dengan awal mula kejadian efek samping. 3. Karakteristik pasien, termasuk informasi demografik (seperti usia, suku dan jenis kelamin), diagnosa awal sebelum menggunakan obat yang dicurigai, penggunaan obat lainnya pada waktu yang bersamaan, kondisi komorbiditas, riwayat penyakit keluarga yang relevan dan adanya faktor risiko lainnya. 4. Diagnosa efek samping, termasuk juga metode yang digunakan untuk membuat/menegakkan diagnosis. 5. Informasi pelapor meliputi nama, alamat dan nomor telepon. 6. Terapi atau tindakan medis yang diberikan kepada pasien untuk menangani efek samping tersebut dan kesudahan efek samping (sembuh, sembuh dengan gejala sisa, perawatan rumah sakit atau meninggal). 7. Data pemeriksaan atau uji laboratorium yang relevan. 8. Informasi dechallenge atau rechallenge (jika ada). 9. Informasi lain yang relevan. Kapan Melaporkan?
Tenaga kesehatan sangat dihimbau untuk dapat melaporkan kejadian efek samping obat yang terjadi segera setelah muncul kasus diduga ESO atau segera setelah adanya kasus ESO yang teridentifikasi dari laporan keluhan pasien yang sedang dirawatnya. Analisis Kausalitas Analisis kausalitas merupakan proses evaluasi yang dilakukan untuk menentukan atau menegakkan hubungan kausal antara kejadian efek samping yang terjadi atau teramati dengan penggunaan obat oleh pasien. Badan Pengawas Obat dan Makanan akan melakukan analisis kausalitas laporan KTD/ESO. Sejawat tenaga kesehatan dapat juga melakukan analisis kausalitas per individual pasien, namun bukan merupakan suatu keharusan untuk dilakukan. Namun demikian, analisis kausalitas ini bermanfaat bagi sejawat tenaga kesehatan dalam melakukan evaluasi secara individual pasien untuk dapat memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien. Tersedia beberapa algoritma atau tool untuk melakukan analisis kausalitas terkait KTD/ESO. Pendekatan yang dilakukan pada umumnya adalah kualitatif sebagaimana Kategori Kausalitas yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO), dan juga gabungan kualitatif dan kuantitatif seperti Algoritma Naranjo. Di dalam formulir pelaporan ESO atau formulir kuning, tercantum tabel Algoritma Naranjo, yang dapat sejawat tenaga kesehatan manfaatkan untuk melakukan analisis kausalitas per individu pasien. Berikut diuraikan secara berturut-turut Kategori Kausalitas WHO dan Algoritma Naranjo. STROKE Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah lebih dari 200.000.Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah
750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren.Angka kejadian di antara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi dari pada orang kaukasoid (Price dan Wilson, 2006). Di Inggris stroke menyebabkan kematian antara 174 sampai 216 orang per tahunnya dan menyumbang 11% dari seluruh kematian di Inggris dan Wales. Sedangkan stroke berulang dalam waktu lima tahun dari stroke pertama adalah 30% dan 43% (Royal college of physicians, 2004). Di Indonesia stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama. Oleh karena itu serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat (Media aesculapius, 2000). Pasien yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami serangan stroke ulang. Serangan stroke ulang berkisar antara 30%‐43% dalam waktu 5 tahun. Setelah serangan otak sepintas, 20% pasien mengalami stroke dalam waktu 90 hari, dan 50% diantaranya mengalami serangan stroke ulang dalam waktu 24‐72 jam (Erpinz, 2010). Agen antitrombotik diindikasikan untuk pencegahan stroke sekunder; jangka panjang antikoagulan dan carotid endarterektomy juga didiskusikan ditempat lain (Pattigrew, 2001). Selain itu tekanan darah yang tinggi (tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) akan meningkatkan risiko terjadinya stroke ulang (Erpinz, 2010).
a) Definisi Istilah medis dari stroke adalah "penyakit pembuluh darah otak". Hal ini terjadi ketika pasokan darah ke otak berkurang atau terhambat karena hal-hal tertentu, yang mengarah ke kurangnya kadar oksigen dalam sel-sel otak secara mendadak. Dalam beberapa menit, sel-sel otak bisa rusak dan kehilangan fungsinya. Kerusakan otak ini memengaruhi fungsi tubuh yang dikendalikan oleh bagian sel-sel otak yang rusak tersebut.
b) Epidemiologi Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008) memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Sedangkan Permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia adalah: rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke, ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru dan tingginya angka kematian akibat stroke di Indonesia serta tingginya kejadian stroke ulang. Stroke dapat ditemukan pada smeua golongan usia, namun sebagian besar akan dijumpai pada usia diatas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 110 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia tersebut adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur. Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna, dari hasil suvei kesehatan rumah tangga tahun 2013 dilaporkan prevalensi stroke pada golongan umur ≥15 tahun adalah 7/mil, sedangkan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8/mil), diikuti DIY Yogyakarta (10,3/mil), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing – masing 9,7/mil, dan Jawa Timur sebesar 16/mil. Prevalansi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah, masyarakat kota baik dan masyarakat tidak bekerja.
c) Klasifikasi Pada dasarnya klasifikasi stroke dikelompokkan atas dasar manefestasi klinik, proses patologi yang terjadi diotak dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan diagnosis neurologis yang melakukan diagnosis klinik, diagnosis kausal, dan diagnosis topis. Klasifiasi yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut
1. Berdasarkan manifestasi klinik : Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam Stroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu Reversible Ischemic Neurologica Deficit (RIND) Completed Stroke 2. Berdasarkan proses patologik (kausal) : Infark Pendarahan intra serebral Pendarahan subarachnoidal 3. Berdasarkan tempat lesi : Sistem Karotis Sistem Vertebrobasiler 4. Diklinik secara umum ada 2 jenis stroke. Yaitu : Stroke Iskemik (non hemoragik) Pada stroke ini, aliran darah ke otak terhenti karena adanya penumpukan kolesterol pada dinding pembulu darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sekitar 83% mengalami stroke jenis ini. Jenis iskemik dapat berupa TIA, thrombosis, dan emboli. Stroke Hemoragik Pada stroke ini pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar merembes masuk kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Sebagian kasus stroke terjadi secara mendadak sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Selanjutnya stroke dapat bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Jenis hemoragik dapat terjadi sebagai pendarahan intracerebral atau subaracnoid.
II. PATOFISIOLOGI a) Patologi Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena kawasan pendarahan suatu areteri tidak/kurang mendpat jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesi yang terjadi dinamakan infark iskemik, jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu stroke dapat di bagi dalam : a. Stroke iskemik / non hemoragik Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infark otak terjadi jika ada daerah otak yang iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplay darah sampai pada tingkat lebih rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga disertai gangguan fungsional dan structural yang menetap. Terdpat 2 penyebab utama infark iskemik, yaitu : thrombus dan emboli. b. Stroke hemoragik Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial
yang
tidak
dpat
dikompensasi
tubuh
akan
menimbulakan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan mengakibatkan hemiasi otak sehingga timbul kematian.
b) Manifestasi Klinik 1. Stroke Non Hemoragik /Infark stroke Defisit neurologis secara mendadak/ sub akut
Terjadinya pada waktu istirahat/ bangun pagi Kesadaran tidak menurun, ttp bila emolib cukup besar Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun 2. Stroke Hemoragik Perdarahan intraserebral (PIS)
Nyeri kepala karena hipertensi, hebat sekali
Sering kali siang hari, saat aktivitas, emosi / marah
Mual, muntah permulaan serangan
Hemiparesis/ hemiplegi terjadi sejak permulaan serangan
Kesadaran menurun, cepat koma
Perdarahan subaraknoid (PSA)
Nyeri kepala hebat dan akut
Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
Ada gejala tanda ransangan meningeal
Edema papil
3. Stroke akut : Kelumpuhan wajah/ anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak Gangguan sensibilitas pada satu / lebih anggota badan Perubahan mendadak ststus mental (konfusi, delirium, letargi, stupor/ koma) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, kesulitan memahami ucapan) Disatria (bicara pelo / cadel) Gangg. penglihatan (hemianopia/ monokuler) diplopia Atoksia (trunkal / agg badan) Vertigo, mual, muntah/ nyeri kepala 4. Komplikasi Aspirasi pneumonia Kontraktur Trombosis vena dalam
Embolisme pulmonal Defresi Herniasi batang otak
c) Gejala Timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa seperti terbakar,
atau terkena cabai. Lemas, atau bahkan kelumpuhan pada seisi badan, sebelah kanan atau kiri
saja Mulut, lidah mencong bila diluruskan, mudah diamati jika sedang berkumur Gangguan menelan, atau bila minum sering tersedak Gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti Tidak mampu membaca dan menulis Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil – kecil Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain Kemampuan intelektual menurun drastis Fungsi indra terganggu, sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa
sebagian lapang pandang tidak terlihat atau gelap, pendengarannya juga berkurang Gangguan pada suasana emosi, menjadi lebih mudah menangis atau tertawa Kelopak mata sulit terbuka Gerkan badan tidak terkoordinasi Gangguan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma.
d) Faktor Resiko Faktor resiko strok digolongkan menjadi 2 ; •
Faktor resiko strok yang tidak dapat dikendalikan : Umur, Jenis kelamin,
Garis keturunan, Rasa tau etnik, diabetes, arterosklerosis, penyakit jantung,
•
Faktor resiko strok yang dapat dikendalikan : Obesitas, kurang berolahraga,
merokok, mengkonsumsi alcohol dan penggunaan obat-obatan, hipertensi, kolesterol, sleep apnea
e) Diagnosa 1. Anamnesis Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun sewaktu istirahat. 2. Pemeriksaan fisik Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma glasglow telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks – refleks batang otak yaitu : Reaksi pupil terhadap cahaya. Refleks kornea. Refleks okulosefalik. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik dan ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf – saraf otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat hubungannya dengan kesadaran menurun, karena makin dalam penurunan kesadaran, makin kurang baik prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan perdarahan intra
serebral dapat luas sekali jika terjadi perdarahan – perdarahan retina atau preretina pada pemeriksaan funduskopi. 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah : laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis dengan segera tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik selama 48-72 jam. MRI (magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu mengidentifikasi area yang mengalami iskemia atau infarksi dan pembengkakan serebral. MRI menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu. Oftalmoskopi
bisa
menunjukkan
tanda
hipertensi
dan
perubahan
aterosklerotik dalam arteri retina, memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark, dan membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. Fungsi Lumbal, menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal III. SASARAN TERAPI Pada
stroke
infark,
pengobatan
ditujukan
pada
daerah
penumbra.Menghilangkan sumbatan aliran darah dengan menggunakan terapi
trombolitik, antiplatelet, antikoagulan. Terapi dengan antibiotic untuk adanya pneumonia IV. TUJUAN TERAPI Tujuan terapi adalah mengurangi luka sistem syaraf yang sedang berlangsung dan menurunkan kematian dan cacat jangka panjang, mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan disfungsi sistem syaraf,Memelihara agar tekanan darah normal, Memperbaiki aliran darah dengan mencegah terjadinya klot kembali, dan mencegah kekambuhan stroke. V. STRAREGI TERAPI Strategi terapi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan farmakologi dan non farmakologi. -
Terapi farmakologi
a. Fibrinolitik/trombolitik
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut.Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta angioedema. Kriteria pasien yang dapat menggunakan obat ini berdasarkan rentang waktu dari onset gejala stroke dapat dilihat pada tabel 1 (onset gejala<3 jam) dan tabel 2 (onset gejala 3-4,5 jam). Waktu memegang peranan penting dalam penatalaksanaan stroke iskemik akut dengan fibrinolitik. Beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan juga terhadap angka kematian adalah<3 jam dan rentang 3-4,5 jam setelah onset gejala. Pada pasien yang menggunakan terapi ini usahakan untuk
menghindari penggunaan bersama obat antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam pertama setelah terapi untuk menghindari risiko perdarahan.
b. Antikoagulan
Salah satu meta-analisis yang membandingkan LMWH dan aspirin menunjukkan LMWH dapat menurunkan risiko terjadinya tromboembolisme vena dan peningkatan risiko perdarahan, namun memiliki efek yang tidak signifikan terhadapangka kematian, kejadian ulang stroke dan juga perbaikan fungsi saraf.Oleh karena itu antikoagulan tidak dapat menggantikan posisi dari aspirin untuk penggunaan rutin pada pasien stroke iskemik. Terapi antikoagulan dapat diberikan dalam 48 jam setelah onset gejala apabila digunakan untuk pencegahan kejadian tromboemboli pada pasien stroke yang memiliki keterbatasan mobilitas dan hindari penggunaannya dalam 24 jam setelah terapi fibrinolitik. c. Antiplatelet
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk pencegahan stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi platelet.Aspirin merupakan salah satu antiplatelet yang direkomendasikan penggunaannya untuk pasien stroke. Penggunaan aspirin dengan loading dose 325mg dan dilanjutkan dengan dosis 75100mg/hari dalam rentang 24-48 jam setelah gejala stroke. Penggunaannya tidak disarankan dalam 24 jam setelah terapi fibrinolitik. Sedangkan klopidogrel hingga saat ini masih belum memiliki bukti yang cukup kuat penggunaannya untuk stroke iskemik jika dibandingkan dengan aspirin d. Antihipertensi
Pilihan antihipertensi yang dapat digunakan pada pasien stroke iskemik akut dapat dilihat pada tabel 4, sedangkan setelah post stroke semua agen antihipertensi dapat digunakan dan untuk pilihannya disesuaikan dengan penyakit penyerta dan komplikasi masing-masing pasien.
e. Obat neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan.9 Beberapa jenis obat yang sering digunakan seperti citicoline, flunarizine, statin, atau pentoxifylline.Citicoline merupakan salah satu obat yang menjadi kontroversi penggunaannya hingga saat ini untuk pasien dengan stroke iskemik, dimana penggunaan obat ini diharapkan dapat melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga dapat mengurangi luas daerah infark. -
Terapi non farmakologi
a. Pencegahan Primer
Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan penyakit vascular lainnya.
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas strok :
Menghindari : rokok, stress mental, alcohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obat golongan amfetamin, kokain, dan sejenisnya.
Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan
Mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit vascular aterosklerotik lainnya.
b.
Menganjurkan : konsumsi gizi seimbang dan olah raga teratur. Pencegahan Sekunder
Modifikasi gaya hidup berisiko strok dan factor resiko misalnya : -
Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai.
-
Diabetes mellitus : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
-
Penyakit jantung aritmia nonvalvular (antikoagulan oral)
-
Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
-
Berhenti merokok
-
Hindari alcohol, kegemukan, dan kurang gerak
-
Hiperurisemia : diet, antihiperurisemia
-
Polisitemia
-
Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.
B. Evaluasi Hasil Terapi Pasien dengan stroke akut harus dimonitor dengan sungguh untuk memperbaiki
pemburukan
neurologi
(perluasan
atau
kambuh),
komplikasi
(thromboembolism atau infeksi/peradangan), atau efek tak diinginkan dari penanganan nonpharmacologic atau pharmacologic. Pertimbangan paling umum untuk pasien stroke adalah : Perluasan luka ischemic atau hemorrhagic pada otak Terjadinya edema cerebral
dan
meningkatnya
tekanan
intracranial
Hypertensive
darurat
Infeksi/peradangan (berhubung pernapasan dan air kencing paling umum) Thromboembolism pembuluh darah (trombosa pembuluh darah mendalam dan embolism (penyumbatan pembuluh darah) berkenaan dengan paru-paru) Kelainan elektrolit dan gangguan-gangguan irama berhubungan jantung (dapat dihubungkan dengan luka otak) Kambuhnya stroke. Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi Neurorestorasi dan neurorehabilitasi pasien strok adalah berdasarkan kerjasama tim yang dipimpin oleh dokter spesialis saraf dan dibantu oleh perawat khusus strok, petugas terapi fisik dan okupasional, petugas terapi wicara serta ahli gizi dengan melibtkan juga keluarga pasien/petugas social.Neurorestorasi dan neurorehabilitasi
pasien strok harus dilaksanakan sedini
mungkin
dengan
memperhatikan factor-faktor gangguan motorik, sensorik, kognitif, komunikasi, visuospsial, dan emosi (depresi).Rehabilitasi awal meliputi pengaturan posisi, perawatan kulit, fisioterapi dada, fungsi menelan, fungsi berkemih dan gerakan psif pada semua sendi ekstremitas.Mobilisasi aktif sedini mungkin secara bertahp sesuai toleransi setelah kondisi neurologis dan hemodinamik stabil.Terapi wicara harus dilakukan sedini mungkin pada pasien afasia dengan stimulasi sedini mungkin, terapi komunikasi, terapi aksi visual, terapi intonasi melodic, dll. Depresi harus diobati sedini mungkin dengan obat antidepresi yang tidak mengganggu fungsi kognitif.
BAB III PEMBAHASAN KASUS 1 Anda apoteker di Klinik Bina Sehat yang akan melakukan monitoring efek samping obat ke rumah pasien (Home Care Pharmacy). Pasien adalah seorang perempuan usia 47 tahum yang sedang menjalani pengobatan stroke pada minggu ke 2. Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Tekanan darah pasien : 165 mmHg dan mempunyai sakit maag akut. Tugas : 1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan menggunakan data yang tesedia ! 2. Komunikasikan dengan pasien !
1. Skrining admistrasi Nama, Izin Praktik, Alamat Dokter Nama Dokter
Ada
Izin Praktik Dokter
Ada
Alamat dan Nomor Telp. Dokter
Ada
Inscriptio (Tanggal Penulisan Resep) Tidak Ada
Tgl. Penulisan Resep
Invocation (Tanda R/) Ada
Tanda R/ pada tiap resep
Prasecriptio (Nama setiap obat dan komposisi) Ada Nama setiap obat dan komposisi
Aturan Pakai
Signatura (Aturan Pakai) Ada
Paraf Dokter
Subscriptio Ada
Nama Pasien
Identitas Pasien Ada
Umur Pasien
Ada
Alamat dan Nomor Telp. Pasien
Ada
2. Skrining Farmasetis No
Nama obat
Sediaan
Kandungan
Dosis
Aturan pakai
1
Prazotec
Tablet
Lansoprazole
30 mg
2xsehari sebelum makan
2
Canderin
Tablet
Candesartan
8 mg
1xsehari seseudah makan
3
Plavix
Tablet
Klopidogrel
300 mg
1xsehari sesudah makan
Ascavin
Tablet
Astaxanthin
-
1xsehari sesudah makan
4
3. Skrining Klinis No
Nama Obat
Indikasi
Dosis
Rute
Interaksi
Efek Samping Obat
Pemberian 1.
Prazotec
30 Pengobatan ulkus duodenum, Dosis awal : 30 mg 1 x
mg tablet
oral
tukak lambung, dan refluks sehari secara oral selama
(lansoprazole) esophagitis
Fenitoin,
teofilin, Diare, sakit kepala, mual, muntah,
warfarin, diazepam, kulit anoreksia, sembelit, pusing,
kira-kira 8 minggu. Atau,
tramadol,
proteinurea, kelelahan, dyspepsia,
infus intravena 30 mg /
ketokonazole,
mulut kering, pruritus, dan edema
hari selama 30 menit,
atazanavir, dan ester perifer
dilakukan hingga 7 hari.
ampicillin
Dosis pemeliharaan : 15 mg 1 x sehari secara oral. 2
Canderin
8 Hipertensi dan gagal jantung Dosis
awal
mg tablet
dan gangguan fungsi sistolik 1xsehari
(candesartan)
ventrikel
kiri
penghambat
:
16
mg Oral
ketika obat Dosis lanjutan : 8-32 mg ACE
tidak 1-2x sehari
Obat
penurun TD Pusing, kelelahan, hyperkalemia,
lainnya,
litium, sakit punggung, rhinitis, infekasi
OAINS
seperti saluran pernapasan atas dan vertigo
indometasin
gatal-gatal,
kesulitan
bernapas,
pembengkakan pada wajah, bibir,
ditolerir
lidah, atau tenggorokan. 3
Plavix mg tablet
300 Pengurangan
keparahan Dosis dewasa : 75 mg 1 x Oral
aterosklerosis seperti infark sehari,
Warfarin, asam asetil Dapat menyebabkan pendarahan, salisilat,
heparin, neutropenia, atau agranulositosis,
(klopidogrel)
miokardis, kematian
strok,
dan
veskulus,
pada
pasien arterosklerosis yang
naproxen, PPI (ex: sakit pada saluran cerna omeprazole
atau
Esomeprazole)
mengalami strok, dan sakit arteri perifer. 4
Ascavin
suplemen
yang
banyak 1-2 kapsul sehari sesudah Oral
(astaxanthin)
digunakan untuk menjaga dan makan
adanya efek samping penggunaan
meningkatkan
kesehatan
Ascavin yang mampu merugikan
tubuh penggunanya. Ascavin
atau menimbulkan penyakit lainnya
sendiri
anti
yang membahayakan penggunanya
oksidan yang sangat tinggi
selama dosis penggunaan Ascavin
sehingga
sesuai dan tidak dikonsumsi secara
mengandung
mampu
mempercepat penyembuhan meningkatkan penggunanya
proses dan
mampu kesehatan
-
Hingga saat ini belum ditemukan
berlebihan.
FORMULIR MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) Informasi Pasien
Informasi Obat
Jeni No
s Nama
U
Kel
mu
ami
r
Bentu
Nama
k
Obat
Sedia an
No
Obat yang
Be
digunakan
ts
bersamaan
Tg Car Dosi a
s
n
1.
Ny. Indah
P
KTD/ESO
Pemberian l m ul ai 47 thn
prazotec
table t
Canderin -
Plavix Ascavin
Tg l
Deskrip
Tgl
ak
si
mula
hir
200 PO
mg 1x1
-
-
Mual/ muntah
Tgl
Kes
akh
uda
ir
han
-
-
Riwayat KTD/ESO yang pernah dialami
14/8 /201
Nama Pelapor
-
9
Surakarta, 12 Agustus 2019 Apoteker
Wahyu Mukti, S.Farm.,Apt
Nabila Apt (…)
DOKUMENTASI PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH (HOME PHARMACY CARE)
Nama Pasien : Ny. Indah Jenis Kelamin : Perempuan Umur
: 47 tahun
Alamat
: Fajar Indah Solo
No. Telepon
:-
No.
Tanggal
Catatan pelayanan apoteker
kunjungan 1.
15 Agustus Masuk pengobatan stroke minggu ke 2. Efek samping obat yang terjadi :
2018 -
prazotec : mual muntah
-
Jadi, efek samping dari obat tersebut dapat diatasi dengan tegretol diminum 30 menit sebelum makan
2 x sehari,
Keberhasilan pengobatannya sangat penting supaya serangan kekambuhan tidak terjadi lagi
Simulasi Percakapan Apoteker – Pasien Pada pagi hari Seorang Apoteker melakukan monitoring ke rumah pasien. Salah satu pasiennya bernama Ny. Indah berusia 47 tahun, menjalani pengobatan stroke dan mempunyai riwayat Hipertensi dengan TD terakhir 165 mg/mmHg dan mempunyai sakit maag akut. Apoteker Selamat pagi bu Pasien
Selamat pagi mas, ada apa ya mas?
Apoteker
Tidak apa-apa bu, Perkenalkan saya wahyu mukti , apoteker di Klinik Bina Sehat, saya disini untuk melakukan monitoring efek samping obat, mau bertanya-tanya tentang pengobatan ibu, Bagaimana apa ibu ada waktu sebentar?
Pasien
Oh ya bisa mas
Apoteker
Baik bu sebelum nya saya mau mengkonfirmasi dulu obat yang ibu dapatkan, apakah ibu mendapatkan obat Prazotec, Canderin, Plavix, dan Ascavin
Pasien
Oh ya mas benar itu obat yang saya gunakan saat ini
Apoteker
Oh ya, Bagaimana kondisinya ibu sekarang?
Pasien
Sudah lumayan mendingan mas, tapi kok kepala bagian belakang ini masih terkadang sakit
Apoteker
Sakit kepala ringan atau berat bu? Seberapa sering
Pasien
Cuma kadang-kadang aja mas, tidak terlalu berat juga
Apoteker
Terakhir periksa sama perawatnya TD nya berapa bu?
Pasien
Barusan diperiksa katanya 165 mg/mmHg mas
Apoteker
Ow ini TD nya masih tinggi bu, jadi ibu banyak istirahat ya, jangan banyak pikiran, jangan sampai stress bu, nanti TDnya ndak turunturun,
Pasien
Baik mas, oh ya mas saya kok ngerasa mual-mual ya, padahal makanan saya terkontrol semua, saya juga ndak makan yang aneh-aneh.
Apoteker
Oh ya bu, jadi bapak itu menerima obat untuk maag ibu diberi obat Prazotec, nah memang efek sampingnya itu bisa mual & muntah bu, Mual-mual nya seberapa sering bu?
Pasien
Kadang-kadang aja mas, saya kira faktor dari maag saya mas
Apoteker
Oh ya bu, kalau kadang-kadang saja itu tidak jadi masalah bu karena penggunaan obat Prazotec tidak usah membuat ibu khawatir ya, nanti kalau masih berlanjut atau makin sering segera ke dokter ya bu, Selain itu ibu ada keluhan lain lagi?
Pasien
Tidak ada sih mas,
Apoteker
Oh ya bu, nanti kalau diberi obat oleh perawatnya diminum ya bu, minumnya harus rutin, biar tekanan darahnya bisa turun dan terkontrol. Kalau masih tinggi nanti bapak bisa komplikasi ke penyakit yang lain bu seperti stroke,
Pasien
Baik mas,
Apoteker
Jadi ibu harus sering periksa atau cek tekanan darah ibu ya. Dan juga untuk obat Prazotec untuk maag ibu diminum 30 menit sebelum makan, kalau obat Plavix diminum sekitar 1-2 jam setelah makan ya bu,
Pasien
Baik mas, kemarin saya juga minumnya seperti itu
Apoteker
Baik bu, nanti semua obatnya dan khususnya obat HT dan Stroke nya diminum rutin ya bu,
Pasien
Baik mas terimakasih
Apoteker
Ada yang mungkin mau ditanyakan lagi bu?
Pasien
Tidak ada mas, informasinya sudah jelas mas
Apoteker
Baik ibu kunjungan saya hari ini untuk memonitor efek samping obat sudah cukup ya, maaf mengganggu waktunya bu, selamat melanjutkan istirahatnya,
Pasien
Tidak apa-apa kok mas, besok-besok kesini lagi tidak apa mas
Apoteker
Baik bapak, terimakasih untuk hari ini, permisi
Pasien
Iya mas sama-sama
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, Joseph T. 2015. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Ninth Edition. The McGraw-Hill Companies: USA
Textbook Of Therapeutics HERFINDALE CHM.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. PT Isfi Penerbitan. Jakarta.
ISO Indonesia vol. 48, 2013 s/d 2014.
•
Martindale : The Complate Drug Reference, 35 th ed., 2007 (e-book).
•
MIMS Indonesia 109th ed. 2008.
•
Basic Pharmacology & Drug Notes
•
https://www.farmasiana.com/