Tugas Paper.docx

  • Uploaded by: Anonymous zkCkt7V86
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Paper.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,187
  • Pages: 6
PAPER UROGENITAL Tentang TRAUMA GINJAL

Sinyo D. K. Pandie 1608010020 Semester 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018

DEFINISI Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ initraperitoneal di sebelah anteriornya;nkarena itu cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ yang mengitarinya. Trauma ginjal merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10% dari trauma pada abdomen mencederai ginjal. Cedera ginjal dapat terjadi secara langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang atau tidak langsung, yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba didalam rongga retroperineum. Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk, atau luka tembak. Goncangan ginjal didalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabangcabangnya. Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal. ETIOLOGI Sebagian besar trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas: laserasi ginjal, kontusio ginjal, dan trauma pembuluh darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan klinik yang tinggi dan evaluasi serta penanganan yang cepat PENDERAJATAN TRAUMA GINJAL Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan menjadi cedera minor, cedera major, dan cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal. Pembagian sesuai dengan skala cedera organ atau organ injury scale, cedera ginjal dibagi dalam 5 derajat sesuai dengan penemuan pada pemeriksaan pencitraan maupun hasil eksplorasi ginjal. Sebagian besar (85%) trauma ginjal merupakan cedera minor (derajat I dan II), 15% termasuk cedera major (derajat III dan IV), dan 1% termasuk cedera pedikel ginjal. DERAJAT Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV Derajat V

Jenis kerusakan Kontusio ginjal / hematoma perirenal Laserasi ginjal terbatas pada korteks Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal, mungkin terdapat trombosis arteri segmentalis Laserasi dampai mengenai sistem kalises ginjal Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi trombosis arteria renalis Ginjal terbelah (shathered)

EPIDEMIOLOGI Laju mortalitas dan morbitidas trauma ginjal bervariasi tergantung dari beratnya trauma yang terjadi, derajat trauma yang mengenai organ lainnya dan rencana pengobatan yang akan digunakan. Oleh karena itu, pilihan penanganan harus mempertimbangkan angka

mortalitas dan morbiditas. Secara keseluruhan dengan teknik penanganan modern, laju pemeliharaan ginjal mencapai 85-90%. INSIDENSI Frekuensi trauma ginjal agak tergantung pada jumlah populasi yang ada. Jumlah trauma ginjal kira-kira 3% dari keseluruhan jenis trauma dan 10% dari pasien tersebut masuk dalam trauma abdominal. Trauma ginjal merupakan trauma urologi yang paling sering terjadi, terjadi 8-10% dari pasien dengan disertai trauma pada abdomen. Dari penelitian Baverstock (2001) dan Sagalowsky (1983) trauma tumpul merupakan penyebab terbanyak dengan jumlah sebesar 80% dari trauma ginjal. Diantara pasien dengan hematuria, tercatat trauma ginjal sebesar 25%; dimana kurang dari 1% pasien dengan mikrohematuriayang memiliki trauma ginjal. DIAGNOSIS Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat 1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu. 2. Hematuria 3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8 – T12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra 4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang 5. Cedera deseleraasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas Gambaran klinis yang ditunjukan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas kerusakan yang terjadi. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jelas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma major atau ruptur pedikel seringkali pasien datang dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan IVU karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup deras. Unutk itu harus segera dilakukan ekslorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan. PENCITRAAN Jenis pencitraan yang diperiksa tergantung pada keadaan klinis dan fasilitas yang dimiliki oleh klinik yang bersangkutan. Pemeriksaan pencitraan dimulai dari IVU (dengan menyuntikan bahan kontras dosis tinggi 2 ml/kg berat badan) guna menilai tingkat kerusakan ginjal dan melihat keadaan ginjal kontralateral. Pembuatan IVU dikerjakan jika diduga ada luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuroia makroskopik, dan cedera tumpul ginjal yang memberikan tandatanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok.

Pada beberapa klinik, cedera tumpul pada ginjal yang menunjukan tanda hematuria mikroskopik tanpa disertai syok melakukan pemeriksaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan USG ini diharapkan dapat menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau hematoma subkapsuler. Dengan pemeriksaan ini dapat pula diperlihatkan adanya robekan kapsul ginjal. Jika IVU belum dapat menerangkan keadaan ginjal (misalkan pada ginjal non visualized) perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau arteriografi. Pemeriksaan IVU pada kontusiorenis sedring menunjukan gambaran sistem pelvikalises normal. Dalam keadaan ini pemerikasaan ultrasonografi abdomen dapat menunjukan adanya hematoma parenkim ginjal yang terbatas pada subkapsuler dan dengan kapsul ginjal yang masih utuh. Kadang kala kontusio renis yang cukup luas menyebabkan hematoma dan edema parenkim yang hebat sehingga memberikan gambaran sistem pelvikalises yang spastik atau bahkan tak tampak (nonvisualized). Sistem pelvikalises yang tak tampak pada IVU dapat pula terjadi pada ruptura pedikel atau pasien yang berada dalam keadaan syok berat pada saat menjalani pemeriksaan IVU.

Pada derajat IV tampak adanya ekstravasasi kontras, hal ini karena terobeknya sstem pelvikalises ginjal. Ekstravasasi ini akan tempak semakin luas pada ginjal yang mengalasmi fragmentasi (terbelah) pada cedera derajat V. Di klinik-klinik yang telah maju, peranan IVU sebagai alat diagnosis dan penentuan derajat trauma ginjal mulai digantikan oleh CT scan (gambar diatas). Pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan adanya nekrosis jaringan ginjal. Selain itu pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya trauma pada organ lain. PENGELOLAAN Pada setiap trauma tajam yang diduga mengenai ginjal harus difikirkan untuk melakukan tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar tidak memerlukan operasi. Terapi yang dikerjakan pada trauma ginjal sebagai berikut : 1. Konservatif Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran llingkaran perut, penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial. Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi. 2. Operasi Operasi ditujukan pada trauma ginjal major dengan tujuan untuk segera menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan debridement, reparas ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak jarang harus diilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.

PENYULIT Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma major dan trauma pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan kematian. Selain itu kebocoran sistem kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi urine hingga menimbulkan urinoma, abses perirenal, urosepsis, dan kadang menimbulkan fistula reno-kutan. Dikemudian hari pasca cedera ginjal dapat menimbulkan penyulut berupa hipertensi, hidronefrosis, urolitiasis, atau pielonefritis kronis. Sumber 1. Buku Dasar-dasar Urologi Basuki B. Purnoma Edisi Ketiga 2. Geehan,M, Douglas., Santucci, A, Richard. Renal Trauma-Overview. (online) 12 Juni 2006. (Cited) 3. Smith, Kevin,J.,Schauberger,Scott,J. KidneyTrauma-Overview. (online) 21 Februari 2007. (Cited) 22 Desember 2008. Available in URL : http://emedicine.medscape.com/article/379085-overview/htm

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"

Tugas Paper.docx
December 2019 12
Kuliah Forensik.docx
December 2019 27
11soalfistula.docx
December 2019 10
Kuliah Geriatri.docx
December 2019 21
Aldo.docx
December 2019 13