PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU dibuat untuk memenuhi salah satu syarat tugas dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila
Disusun Oleh: IWYN GD YUSTIARDIKA DIPUTRA
1807521157
Dosen Pengampu: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., M.B.A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2018 1
DAFTAR ISI
COVER …………………………………….,……………………….,…………01
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………02
BAB 1 …………………………………………………………………………...03 PENDAHULUAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehinggas emua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami di lain waktu.
DENPASAR, 25 OKTOBER 2018
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Pancasila merupakan dasar negara Republi Indonesia yang mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat keberadaannya dan tidak bisa di ganti dengan apapun. Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia masih relatif sederhana dan belum berkembanh. Perkembangan ilmu pada saat ini justru menimbulkan penurunan derajat manusia. Oleh karena itu penerapan nilai-nilai Pancasila dalam pengembangan ilmu pengetahuan harus dieperkuat agar bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu yang semakin jauh dari nilai – nilai ketuhanan dan pancasila.
1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apa peran Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam sikap inklusif, toleran dan gotong royongdalam keragaman agama dan budaya? b. Apa saja kasus yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu ? c. Apa saja contoh tentang perumusan pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia ? d. Bagaimanakah ilustrasi tentang karakter keilmuan berdasar Pancasila ? e. Bagaimana gambaran model pemimpin, arga Negara dan ilmuan yang pancasilais ?
1.3 TUJUAN a. Mengetahui peran pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam sikap inklusif, toleran dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya b. Mengetahui kasus yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu c. Mengetahui contoh tentang perumusan Pancasila sebagi karakter keilmuan Indonesia 4
d. Mengetahui beberapa ilustrasi tentang karakter keilmuan dasar Pancasila e. Mengetahui gambaran model pemimpin, warga Negara dan ilmuan yang pancasilais
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1
PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU YANG TERBENTUK DALAM SIKAP INKLUSIF, TOLERAN DAN GOTONG ROYONG DALAM KERAGAMAN AGAMA DAN BUDAYA
Keterkaitan antara Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dengan sikap inklusif, toleran, gotong royong dalam keragaman agama dan budaya dapat kita lihat dari peran dan nilai dari setiap sila – silanya. Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada saat ini banyak mengalami kemunduran persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah adanya ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, belum stabilnya kondisi politik pemerintahan di Indonesia menjadikan rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis terhadap pemerintah. Dampak buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-kebudayaan baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi lebih kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang datang dan diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan kebudayaan di masyarakat. Belum lagi masalah klasik yang sepele namun berdampak serius seperti perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan yang semakin memecah belah kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Melihat kondisi seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan patah semangat, Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi 5
kehidupan bernegara di negeri yang multikultural ini, karena komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun. Ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan di antara kita janganlah dijadikan pembeda. Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru biarkanlah berlalu, karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu tanah air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu jua. Indonesia satu
2.2
KASUS YANG TERKAIT DENGAN KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU YANG MEMPERLIHATKAN SIKAP BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEPUTUSAN YANG DIAMBIL BERDASAR PADA PRINSIP MUSYARAWAH DAN MUFAKAT DALAM KEHIDUPAN ILMIAH Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya
maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan Iptek. Sebagai Negara demokrasi, di Indonesia sangat dijunjung tinggi kebebasan untuk berpendapat. Kita tidak bisa hanya mementingkan pendapat sendiri. Dalam pergaulan hidup antar manusia, sering terjadi perbedaan pendapat namun perbedaan pendapat diantara kita merupakan suatu yang lumrah dan wajar. Kita harus sadar bahwa perbedaan ini bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk dicari pemecahanya. Dalam memecahkan masalah, kita 6
mengenal cara mengambil keputusan yaitu musyawarah untuk mufakat. Karena cara tersebut dipandang cocok dan sesuai dengan nilai budaya bangsa Indonesia yang demokratis yaitu musyawarah mufakat. Musyawarah berarti membicarakan dan menyelesaikan bersama suatu persoalan dengan maksud untuk mencapai mufakat atau kesepakatan. Dengan kata lain, musyawarah adalah pembahasan bersama suatu masalah guna mencapai keputusan. Sedangkan, mufakat artinya kesepakatan untuk melaksanakan hasil musyawarah. Kesepakatan yang dicapai bersama tentunyaharus di taati maupun dijalankan oleh semua anggota musyawarah dengan tanggung jawab serta menerima keputusan musawrah dengan lapang dada. 2.3
CONTOH
TENTANG
PERUMUSAN
PANCASILA
SEBAGAI
KARAKTER
KEILMUAN INDONESIA
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat para pendiri negara yang juga termasuk cerdik cendekia atau intelektual bangsa Indonesia pada masa itu mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk membangun bangsa dan negara. Para intelektual merangkap sebagai pejuang bangsa masih disibukkan pada upaya pembenahan dan penataan negara yang baru saja terbebas dari penjajahan. Penjajahan tidak hanya menguras sumber daya alam negara Indonesia, tetapi juga menjadikan bagian terbesar dari rakyat Indonesia berada dalam kemiskinan dan kebodohan. Segelintir rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan di masa penjajahan itulah yang menjadi pelopor bagi kebangkitan bangsa sehingga ketika negara Indonesia merdeka diproklamirkan, mereka merasa perlu mencantumkan aspek kesejahteraan dan pendidikan ke dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu baru mulai dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak sekitar 1980-an, terutama di perguruan tinggi yang mencetak kaum intelektual. Konsep Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pernah dikemukakan oleh Prof. Notonagoro, anggota senat Universitas Gadjah Mada sebagaimana dikutip oleh Prof. Koesnadi Hardjasoemantri dalam sambutan seminar tersebut, yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga menjadi objek ilmu pengetahuan atau hal yang diselidiki
7
(Koesnadi, 1987: xii). Penggunaan istilah “asas dan pendirian hidup” mengacu pada sikap dan pedoman yang menjadi rambu normatif dalam tindakan dan pengambilan keputusan ilmiah.
2.4
ILUSTRASI TENTANG KARAKTER KEILMUAN BERDASAR PANCASILA
1. Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan benar-benar menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dimulai dengan menjadikan dasar negara ini kembali sebagai pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa pancasila masih ada, dan masih dibutuhkan bagi bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-nilai juga dapat dilakukan dengan cara manifestasi identitas nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain; spiritual yang berlandaskan etik, estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah pengembangan profesi. Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan handal untuk pembangunan nasional yang menumbuhkan kesadaran nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi dengan perubahan, mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan mampu mengatasi segala permasalahan sengan solusiyang baik, serta mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar lebih maju dan bermartabat.
2.5
GAMBARAN MODEL PEMIMPIN , WARGA NEGARA DAN ILMUAN YANG PANCASILAIS Menurut pengamatan saya seorang pemimpin yang pancasilais dilingkungan saya adalah Kepala Desa di desa saya. Sya berpendapat bahwa ketua RT dilingkungan saya memiliki standar pancasilais yang cukup tinggi, dilihat dari hasil kerja beliau selama menjabat sebagai
8
kepala desa. Lingkungan desa saya menjadi lebih baik dari sebelumnya, terutama saat pemilihan Gubernur Bali, dimana sebelumnya jumlah pemilih di desa saya sangat kurang karena banyak yang tidak ikut memilih (Golput). Tapi beliau dapat meningkatkan jumlah pemilih di desa saya. Kegiatan di desa saya juga jadi lebih terstruktur dan banyak kegiatan bermanfaat. Warganegara yang Pancasialis di lingkungan saya adalah seorang pemuka agama yang cukup terkenal di desa saya juga. Beliau sangat banyak berkontribusi dalam peningkatan kebudayaan di desa saya, beliau juga sering mengenalkan sejarah-sejarah mengenai desa saya kepada anak-anak muda sehingga kita bisa mengenal lebih banyak tentang sejarah desa saya. Yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasialis menurut saya adalah salah satu guru saya ketika di bangku SMA, beliau adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan. Beliau adalah sosok yang sabar dalam mengajarkan murid-muridnya dan membuat kami menjadi lebih mengerti tentang pelajaran Kewarganegaraan yang bagi kami sangat sulit untuk dipahami.
9
BAB 3 KESIMPULAN 3.1 SIMPULAN Peran Pancasila sangat penting sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dalam sikap inklusif, toleran, dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya di Indonesia. Maka dari itu nilai Pancasila harus tetap di terapkan untuk mengembangkan nilai dasar pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dan maka dari itu juga nilai – nilai pancasila harus tetap diterapkan agar bangsa Indonesia tidak jauh dari nilai ketuhanan dan Pancasila.
3.2 SARAN Menurut saya, kurangnya pengembangan dan penerapan nilai – nilai Pancasila harus terus di tuntaskan. Maka dari itu kita sebagai bangsa Indonesia harus tetap berperan dalam penerapan nilai – nilai Pancasia agar bangsa Indonesia tidak jauh dari nilai ketuhanan dan Pancasila.
10
11