Tugas Napza.docx

  • Uploaded by: Citra Devy Napu
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Napza.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,403
  • Pages: 25
BAB I PENDAHULUAN a.A.

LATAR BELAKANG MASALAH Seringkali Kita mendengar para remaja yang terlibat dalam kasus narkoba

(narkotika/naza/napza), baik si remaja sebagai pecandu maupun selaku pengedar barang maksiat itu. Namun dalam prakteknya dilapangan, sangatlah sulit untuk mampu mengidentifikasi remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika dan alkohol maupun seseorang pecandu, sehingga diperlukan suatu teknik/trik khusus agar mampu mengenalinya. Karena itulah perlu diketahui tentang tanda-tanda pada remaja yang kita curigai kemungkinan apakah mereka terlibat penyalahgunaan napza, hal ini disarikan bersumber dari CDCP (Centers For Disease Control And Prevention). Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll. Semua jenis obat tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat tersebut terhadap susunan saraf pusat. Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

b.B.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

TUJUAN

1. Tujuan umum Mengetahui secara teori dan Asuhan Keperawatan dengan NAPZA 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian dengan NAPZA. b. Mampu menentukan masalah keperawatan klien dengan NAPZA. c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan klien dengan NAPZA.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan. e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan NAPZA.

. BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. KONSEP MEDIS A. DEFINISI

Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.2", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: I, II, III, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua

istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian ataupun secara sintetis yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol. Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba dikelompokkan menjadi golongan halusinogen, depresan, stimulan, dan adiktif. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam jumlah berlebihan, secara berkala atau terus-menerus, berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial (Joewana, 2004). Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).

B. FAKTOR PENDUKUNG.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

1. Faktor predisposisi. Alasan pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang individu dan lingkungan. 2. Faktor individu. 1) Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba. 2) Bersikap tidak tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya. 3) Penilaian diri negatif ( Low self esteem) seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri dan status sosial ekonomi yang rendah. 4) Kurang rasa percaya diri (Low self confidence). 5) Mengurangi rasa tidak enak/sakit. 6) Sikap memberontak terhadap peraturan. 7) Identifikasi diri yang kabur akibat proses identifikasi denga orang tua/pasangan hidup yang berjalan kurang baik. 8) Depresi, dan cemas . 9) Kepribadian dissosial ( perilaku menyimpang dari norma yang berlaku). 10) Kurang menghayati ajaran agama.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

3. Faktor lingkungan. a) Mudah memperoleh zat NAPZA. b) Komunikasi keluarga yang tidak efektif. c) Hubungan antar orang tua yang tidak harmonis. d) Orang tua atau anggota keluarga lainnya pengguna NAPZA. e) Berteman dengan pengguna NAPZA. f) Penghargaan sosial dari lingkungan yang kurang 4. Faktor biologis Genetic:  Tendensi keluarga.  Infeksi pada organ otak.  Penyakit kronis. 5. Faktor psikologis.  Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%).  Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.  Disfungsi keluarga.  Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman.  Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang.  Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.  Rasa bermusuhan dengan orang tua. 6. Faktor social cultural.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

1. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja, alkohol. 2. Norma kebudayaan. 3. Adiktif untuk upacara adat. 4. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80 %). 5. Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat. 6. Remaja yang lari dari rumah. 7. Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini. 8. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal. 7. Stressor presipitasi. a. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%. b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress. c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti. d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman. e. Kompleksitas dari kehidupan modern. 8. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA) Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan / ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah : 1. Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll. 2. Kesibukan orang tua. 3. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik. 9. Tingkah laku. 1.a. Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik 1. Menurunnya sifat menahan diri. 2. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang. 3. Bicara cadel, bertele-tele. 4. Sering datang ke dokter untuk minta resep. 5. Kurang perhatian. 6. Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan. 7. Gangguan dalam daya pertimbangan. 8. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian.. 9. Meningkatkan rasa percaya diri. 1.b.Tingkah laku klien pengguna ganja. 1. Kontrol didi menurun bahkan hilang. 2. Menurunnya motivasi perubahan diri.

Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

3. Ephoria ringan. 1.c. Tingkah laku klien pengguna alcohol. 1. Sikap bermusuhan. 2. Kadang bersikap murung, berdiam. 3. Kontrol diri menurun. 4. Suara keras, bicara cadel,dan kacau. 5. Agresi. 6. Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu. 7. Partisipasi di lingkungan social kurang. 8. Daya pertimbangan menurun. 9. Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan. 10. Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma. 1.d.Tingkah laku klien pengguna opioda. 1. Terkantuk-kantuk. 2. Bicara cadel. 3. Koordinasi motorik terganggu. 4. Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian. 5. Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif. 6. Kontrol diri kurang. 1.e. Tingkah laku klien pengguna kokain. 1. Hiperaktif. 2. Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi. 3. Iritabilitas. 4. Halusinasi dan waham. 5. Kewaspadaan yang berlebihan. 6. Sangat tegang. 7. Gelisah, insomnia. 8. Tampak membesar –besarkan sesuatu. 9. Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid. 1.f. Tingkah laku klien pengguna halusinogen. 1. Tingkah laku tidak dapat diramalkan. 2. Tingkah laku merusak diri sendiri. 3. Halusinasi, ilusi 4. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak). 5. Sikap merasa diri benar. 6. Kewaspadaan meningkat. 7. Depersonalisasi.Pengalaman yang gaib/ ajaib. 1.1) Mekanisme koping. Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5", Tab stops: Not at 0.5"

1.a) Denial dari masalah. 1.b) Proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. 1.c) Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif. 1.g.Data khusus. 1. Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan. 2. Sering menggunakan. 3. Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral). 4. Dosis terakhir digunakan. 5. Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll). 6. Dampak bila tidak menggunakan. 7. Jika over dosis, berapa beratnya. 8. Stressor dalam hidupnya. 9. Sistem dukungan (keluarga, social, finansial) 10. Tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif. 11. Tingkah laku manipulative. 1.h.Klasifikasi pemakai napza. 1. Pemakai coba-coba (experiment use). 2. Pemakai sosial (Social use). 3. Pemakai yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang. 4. Pemakai situasional, pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan atau kekecewaan) . 5. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaanyang bersifat patologis/menyimpang minimal satu bulan lamanya dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaan. 6. Ketergantungan (Dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakai zat dihentikan atau dikurangi.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75", Tab stops: Not at 0.5"

C. PROSES TERJADINYA MASALAH. Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari : penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma putus zat.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.5" Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.5"

1. Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif. Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkanoleh remaja dengangangguan penggunaan zat adiktif. Respon adaptif Respon maladaptive. Gambar 1: Rentang respon penggunaan zat adiktif. 1.a. Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:\ Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba. 1.b.Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah: Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya. 1.c. Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah: Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi. 1.d.Penyalahgunaan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan. 1.e. Ketergantungan zat adiktif ialah: Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"

D. JENIS DAN EFEK YANG DITIMBULKAN OLEH NARKOTIKA

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

Narkotika merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan, berupa serbuk putih dengan rasa pahit. Dalam pasaran warnanya bisa putih, coklat atau dadu, cara penggunaan dapat disuntikan, dihirup dan dimakan. Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan “dungu”, jalan mengambang, rasa senang yang berlebihan. Konsumsi dihentikan menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang, kram perut, menggigil, muntah-muntah, mata

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.5"

berair, hidung berlendir, hilang nafsu makan dan kehilangan cairan tubuh. Menimbulkan kematian bila over dosis. Ganja menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam waktu lama, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. Bentuk daun kering, cairan yang lengket, minyak ‘damar ganja’. Menurunkan keterampilan motorik, peningkatan denyut jantung, rasa cemas, banyak bicara, perubahan persepsi tentang ruang dan waktu, halusinasi, rasa ketakutan dan agresif, rasa senang berlebihan, selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang peradangan paru-paru, aliran darah ke jantung berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, daya pikir berkurang, perhatian ke sekitar berkurang. Morfin merupakan analgesik yang kuat, tidak berbau, berupa kristal putih yang warnanya menjadi kecoklatan. Mengurangi rasa nyeri, kantuk atau turunnya kesadaran. Menyebabkan sembelit, gangguan menstruasi dan impotensi. Pemakaian dengan jarum suntik menyebabkan HIV/AIDS, Hepatitis B & C. Pemakaian dikurangi atau dihentikan : hidung berair, keluar air mata otot kejang, mual, muntah dan mencret. Psikotropika memiliki bentuk berupa tablet dan kapsul warna warni. Cara penggunaan ditelan secara langsung. Mendorong tubuh melakukan aktivitas melampaui batas maksimum. Meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri. Setelahnya akan terjadi perasaan lelah, cemas dan depresi yang dapat berlangsung beberapa hari. Gerakan tak terkontrol, mual dan muntah, sakit kepala, hilang selera makan dan rasa haus yang berlebihan. Kematian terjadi karena tidak seimbangnya cairan tubuh, baik karena dehidrasi ataupun terlalu banyak cairan, menimbulkan kerusakan otak yang permanen. Methamphetamine dikenal shabu atau ubas. Bentuknya berupa serbuk kristal dan cairan. Mudah larut dalam alkohol dan air. Cara penggunaannya dihisap dengan bantuan alat (bong). Menimbulkan perasaan melayang sementara yang berangsur-angsur membangkitkan kegelisahan luar biasa. Aktivitas tubuh dipercepat berlebihan. Penggunaan shabu yang lama akan merusak tubuh, bahkan kematian karena over dosis. Pada mata, anda akan melihat sesuatu yang tidak ingin anda lihat, karena sangat mengerikan. Pada otak, menyebabkan depresi, kepanikan, kecemasan yang berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Pada kulit, pembuluh darah akan mengalami panas berlebihan dan pecah.

Pada hati, bahan-bahan kimia yang terkandung dalam shabu bisa melemahkan aktivitas selsel hati yang mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi hati. Obat penenang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan, dll. Bentuknya berupa tablet. Digunakan dengan cara ditelan secara langsung. Memiliki efek bicara jadi pelo, jalan sempoyongan, persepsi terganggu memperlambat kerja otak, pernapasan dan jantung. Dalam dosis tinggi akan membuat pengguna tidur. Penggunaan campuran dengan alkohol akan menghasilkan kematian. Gejala putus zat bersifat lama dan serius, sakit kepala, cemas, tidak bisa tidur, halusinasi, mual, muntah dan kejang. Alkohol memiliki efek memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. Gejala putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan kematian. Zat yang mudah menguap/solvent dikenal Lem Aica Aibon, Thinner, Bensin, Spiritus. Efeknya begitu dihisap masuk ke darah dan segera ke otak. Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan perasaan senang, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo. Problem kesehatan terutama merusak otak, ginjal, paru-paru, sumsum tulang dan jantung. Kematian timbul akibat otak kekurangan oksigen, berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung. Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau, sapi, kecubung. Efek yang ditimbulkan bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Perubahan pada proses berfikir, hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi.

E. TANDA DAN GEJALA Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

NAPZA, dilihat dari : a.1. Ciri-ciri Umum a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan b. Sulit diajak bicara c. Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1"

d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan e. Mudah tersinggung f. Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari b.2.Perubahan Fisik dan Lingkungan a. Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk b. Mata merah dan berair c. Hidung berair atau seperti pilek

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1"

d. Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari e. Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci f. Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal g. Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar atau di dalam tas h. Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh i. Sering kehilangan uang atau barang di rumah j. Mengabaikan kebersihan diri c.3. Perubahan Perilaku Sosial b.a. Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain b. Berbohong atau memanipulasi keadaan b.c. Kurang disiplin

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1"

b.d.Bengong atau linglung b.e. Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor b.f. Mengabaikan kegiatan ibadah b.g.Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga b.h.Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempattempat tertutup d.4.Perubahan Psikologis 3.a. Mudah tersinggung 3.b.Sering terjadi perubahan mood yang mendadak 3.c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari 3.d.Sulit berkonsentrasi 3.e. Tidak memiliki tanggung jawab

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1"

3.f. Emosi tidak terkendali 3.g.Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada 3.h.Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan 3.i. Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

F. TERAPI Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup dan sikap pada seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku adiktif yang menyebabkannya kecanduan narkoba (martono 2006).

Formatted: Indent: Left: 0.27", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

1. Pengobatan Terapi pengobatanyang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan dua cara: 1.a. Detoksifikasi tanpa substitusi

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. Klien yang ketergantungan tidak diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat tersebut. a.b. Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.

Formatted: Indent: Left: 0.53", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

a.2. Rehabilitasi

Formatted: Indent: Left: 0.27", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001). Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003). Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes, 2001). a.3. Jenis program rehabilitasi: a. Rehabilitasi psikososial Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila klien selesai

Formatted: Indent: Left: 0.27", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

menjalani program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja. b. Rehabilitasi kejiwaan Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Meskipun sudah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga brokenhome. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan NAPZA.

c.

Rehabilitasi komunitas Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu

tempat. Dipimpin oleh seorang mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps.

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain.

d.

Rehabilitasi keagamaan Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

tidaklah cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.

G. KOMPLIKASI. Komplikasi dari penyalahgunaan zat: Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker. Pencegahan: a.1. Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya dan jangan sekali-kali mencoba. b.2.Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga perilaku kita lebih terkontrol. c.3. Katakan tidak bila ada yang menawari. d.4.Konsultasilah kepada petugas kesehatan bila anad memiliki masalah kesehatan termasuk gangguan pikiran. e.5. Pengobatan pasien yang mengalami ketergantungan obat tergantung dari tingkat keparahan atau berat-ringan tingakat ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan waktu yang relatif lama dan membutuhkan biaya yang yang besar. II. KONSEP KEPERAWATAN a.A. PENGKAJIAN

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1"

Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: I, II, III, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.75"

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. a. IDENTITAS KLIEN Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, jenis kelamin (pria > wanita), usia (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5"

masalah), status (belum menikah, menikah atau bercerai), kemudian nama perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.

b. ALASAN MASUK Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA (fsikososial) atau

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5"

mungkin klien mengatakan tidak tahu, karena yang membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan masuk tanyakan kepada klien dan keluarga.

c. Faktor Predisposisi Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5"

pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga d. Fisik Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala yang biasa

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5"

timbul dari jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital, berat badan,dll. Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5"

e. Psikososial a. Genogram Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga. b. Konsep diri Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja Identitas

: Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri

Peran

: Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara

Ideal diri

: Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya

Harga diri

: Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya

c. Hubungan sosial Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas keluarga

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

maupun masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak mata langsung, sering berbohong dan lain sebagainya. d. Spiritual Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

f. Status Mental a. Penampilan. Penampilan tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya dijelaskan. b. Pembicaraan Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

membisu, apatis dan atau lambat Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau memanipulasi keadaa, bengong/linglung. c. Aktivitas motorik Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik, grimasen,

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

termor dan atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak menggunakan NAPZA d. Alam perasaan. Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat mengkonsumsi

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

jenis psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu. e. Afek Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendai. Afek datar

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

muncul pada pecandu morfin karena mengalami penurunan kesadaran. f. lnteraksi selama wawancara Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah tersingung. Pecandu

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

amfetamin menunjukkan perasaan curiga. g. Persepsi. Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan h. Proses piker

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir. i. lsi piker a.1) Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia.

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Indent: Left: 0.69", Hanging: 0.3", Outline numbered + Level: 4 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.75" + Indent at: 2"

b.2) Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat paranoidnya. j. Tingkat kesadaran Menunjukkan perilaku bingung, disoreientasi dan sedasi akibat pengaruh

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

NAPZA. k. Memori. Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek. l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja mengalami penurunan berhitung. m.

Kemampuan penilaian

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik. Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun bermakna. n. Daya tilik diri Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar

Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

dirinya.

g. Kebutuhan Persiapan Pulang Lakukan observasi tentang: a. Makan b. BAB/BAK,

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.59", List tab + Not at 1.5" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

c. Mandi d. Berpakaian e. lstirahat dan tidur f. Penggunaan obat g. Pemeliharaan kesehatan h. Kegiatan di dalam rumah i. Kegiatan di luar rumah

h.

Mekanisme Koping

Maladaptif.

i.

Masalah Psikososial dan Lingkungan Klien NAPZA tentu bermasalah dengan psikososial maupun lingkungannya.

j.

Pengetahuan Kurang Biasanya tentang mekanisme koping dan akibat penyalahgunaan NAPZA

k.

Aspek Medik Sesuaikan dengan terapi medik yang diberikan.

b.B. POHON MASALAH

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: Not at 1.5"

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.69", List tab + Not at 1.5"

Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.69", List tab + Not at 1.5" Formatted: Indent: Hanging: 1.11", Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Tab after: 1.5" + Indent at: 1.5", Tab stops: 0.69", List tab + Not at 1.5"

Formatted: Indent: Left: 0.1", Hanging: 0.2", Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Indent: Left: 0.1", Hanging: 0.3", Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

c.C. DIAGNOSA KEPERAWATAN a.1. Resiko perilaku kekerasan

Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

b.2.Intoksikasi c.3. Penyalahgunaan zat d.4.Harga diri rendah e.5. Gangguan konsep diri f.6. Koping individu tidak efektif

d.D. INTERVENSI Diagnosa: Resiko perilaku kekerasan B.A.

Formatted: Indent: Left: -0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

Pasien

Tujuan a. Pasien

Intervensi dapat

mengidentifikasi

SP 1

penyebab perilaku kekerasan b. Pasien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan

Formatted: Indent: Left: -0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

Formatted: Indent: Left: a. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku

kekerasan

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

c. Pasien

dapat

perilaku

menyebutkan

kekerasan

yang

jenis pernah

dilakukannya

perilaku

kekerasan

yang

dilakukannya menyebutkan

atau

mengendalikan

dapat

atau

perilaku

kekerasannya secara fisik, spiritual, social

psikofarmaka

dengan

SP 2 Indent: Left: a. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan Formatted: cara

mencegah

mengendalikan

dan

d. Melatih memasukkan kegiatan tarik nafas dalam dan pukul

cara

perilaku kekerasannya f. Pasien

fisik 1: tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal

kasur/ bantal ke dalam jadwal kegiatan harian

dapat

mencegah

fisik 1: tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/ bantal c. Malatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari

e. Pasien

b. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

terapi

minum obat secara teratur menggunakan prinsip 6 benar

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

b. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat c. Melatih cara minum obat secara teratur menggunakan prinsip 6 benar d. Melatih memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke dalam jadual kegiatan harian SP 3 Formatted: Indent: Left: a. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan

verbal/bicara baik-baik

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

b. Melatih cara verbal/bicara baik-baik c. Melatih memasukkan kegiatan bicara baik-baik ke dalam jadual kegiatan harian SP 4 A.a.

Indent: Left: Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan Formatted: cara

spiritual

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

B.b.

Melatih cara spiritual

C.c.

Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam

jadual kegiatan harian

1.B.

Formatted: Indent: Left: -0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

Keluarga

Tujuan

Intervensi SP1 Formatted: Indent: Left: a. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

perilaku kekerasan

b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat perilaku kekerasan c. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien resiko perilaku kekerasan d. Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku kekerasan: latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal e. Latih keluarga latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal f. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi Keluarga dapat merawat pasien di rumah

pujian klien klien latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal SP 2 Formatted: Indent: Left: a. Menjelaskan kepada keluarga tentang obat yang diminum klien

b. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" minum

obat c. Melatih keluarga cara klien minum obat menggunakan prinsip 6 benar d. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian saat klien latihan minum obat sesuai dengan jadwal SP 3

a. Menjelaskan

kepada

keluarga

cara

mengontrol

kekerasan secara verbal/ bicara baik-baik

Formatted: Indent: Left: perilaku

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

b. Melatih keluarga latihan verbal/bicara baik-baik c. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian saat klien latihan verbal/bicara baik-baik. SP 4 I.a. Menjelaskan

kepada

keluarga

cara

mengontrol

kekerasan secara spiritual

Formatted: Indent: Left: perilaku

-0.25", Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5"

II.b.

Melatih keluarga cara latihan spiritual

III.c.

Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada

klien cara spiritual IV.d.

Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung

perawatan klien V.e.

Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

tersedia VI.f.

Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan

relaps VII.g.

Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan

kambuh VIII.h.

Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk

klien ke pelayanan kesehatan.

2.5.5 EVALUASI Evaluasi pada klien: 1. Evaluasi perasaan (subjektif); 2. Evaluasi kemampuan klien (objektif); 3. Rencana latihan klien;

4. Rencana tindakan keperawatan lanjutan. Evaluasi pada keluarga: 1. Evaluasi perasaan (subjektif); 2. Evaluasi kemampuan keluarga (objektif); 3. Rencana asuhan keluarga kepada klien: 4. Menyepakati rencana pertemuan berikutnya.

BAB III PENUTUP a.A. KESIMPULAN. Narkoba yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan obatobatan terlarang yang sering disalahgunakan. Penyalahgunaan obat adalah: Pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian sendiri secara relatif teratur sekurangkurangnya selama satu bulan. Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll. Sedangan faktor pendukungnya terdiri dari: Faktor (presdiposisi, individu, lingkungan, biologis genetic, psikologis, sosial kultur). Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi social dan pendidikannya. Tanda-tanda umum pengguna NAPZA adalah: perubahan fisik dan prilaku. Sedangkan tnada-tanda klinis daripengguna NAPZA adalah: menghambat fungsi saraf, penyalahgunaan yang berefek stimultan, penyalahgunaan yang berefek halusinasi. Komplikasi dari penyalahgunaan zat: Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker. Perawat harus mengetahui masalah yang berkaitan dengan penggunaan NAPZA agar dapat memberikan perawatan kepada klien secara efektif.

Formatted: Indent: Left: 0.2", Hanging: 0.3", Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

b.B. SARAN Sebagai tenaga kesehatan khususnya kita harus terus memberikan penyuluhan tentang penyalahgunaan obat-obat NAPZA. karena masyarakat awam masih menganggap bahwa obat-obat NAPZA ini tidak berbahaya, pada kenyataannya banyak remaja di Indonesia khususnya yang meninggal dikarenakan obat-obat yang termasuk dalam golongan

Formatted: Indent: Left: 0.3", Hanging: 0.39", Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"

NAPZA. selain itu juga kita harus menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan obat-obat NAPZA secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., et all. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC

Keliat, Budi A., dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Martono lydia harlina, dkk. 2006. Pemulihan pecandu narkoba berbasis masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.

Saddock, Benjamin J. dan Virginia A. Saddock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tira.

2012.

Indonesia

Sejahtera

Tanpa

Nrkoba. http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=1539 diakses pada 20 September 2014 pukul 09.30

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"

Tugas Batik.docx
November 2019 2
Tugas Napza.docx
November 2019 1
Fisioterapi Dada.docx
November 2019 17
282871_formalin.pptx
June 2020 18