Tugas M. Haikal Fiqry Demografi Dan Kependudukan.docx

  • Uploaded by: Muhammad Haikal Fiqry Al-banjari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas M. Haikal Fiqry Demografi Dan Kependudukan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 594
  • Pages: 5
Nama : Muhammad Haikal Fiqry NIM : 170103030030 Jurusan Manajemen Dakwah 2017 Makul : Demografi dan kependudukan Tugas : Review buku seri etnografi 2014 dengan judul “ Perempuan muyu dalam pengasingan” Dosen : Ibu Nur Falikhah S. Ant. M. Sc

Latar Belakang : Distrik mindiptana, adalah distrik yang paling banyak dihuni masyarakat etnik muyu merupakan kota tua yang dulu lahir sebelum tanah merah ( sebagai ibukota kabupaten boven di goel ) Terlebih khusus lagi masyarakat di Provinsi Papua bagian

Selatan. Hal ini

disebabkan Etnik Muyu ini memiliki sejarah yang begitu panjang dan kompleks. Di satu pihak, kompleksitas itu menyangkut pemahaman dan keyakinan menyangkut asal-usul (genealogi) dan perilaku sebagai ekspresi atas pemahaman dan keyakinan dalam wujud budayanya. Sedangkan di pihak lain, juga bertalian dengan hiruk-pikuk konstalasi politik, ekonomi, agama dan tradisi (budaya) yang melingkari dan mewarnai hidup dan kehidupan mereka selama ini. Dalam segi kepercayaan yang berkembang oleh masyarakat etnik muyu di Distrik Mindiptana pada saat ini didominasi oleh agama-agama samawi. Sebagian besar adalah pemeluk agama katolik kemudian disusul Islam dan Kristen. Meski demikian tradisi yang berasal dari kepercayaan asli Muyu masih tetap dilestarikan oleh orang-orang muyu dan bertahan hingga saat ini. Prinsip hidup yang didapati pada etnik muyu yang menonjol adalah prinsip yang memandang dirinya sebagai “manusia sejati” selain itu juga sebagai “ pekerjaan keras”. Prinsip hidup yang dianut ini bukan saja sekedar filosofis belaka, tetapi diwujudkan dalam keseharian dalam cara menghadapi sesuatu bertindak dan menyelesaikan masalah suatu perkara, perbedaan orientasi kehidupan kepada masa lalu, masa kini, masa depan dan kriteria-kriteria yang dibuat oleh orang muyu Orang etnik muyu sangat kental menganut tradisi budaya karena masyarakat setempat masih percaya terhadap kepada kekuatan supranatural, sehingga sulit nya masuk modernisasi ke dalam suku ini dan masih mempercayai adanya tradisi yang tidak masuk akal menurut kita salah satunya dalam buku Perempuan muyu dalam pengasingan.

Permasalahan : Permasalahan yang terjadi Mengapa di etnis muyu ketika perempuan akan bersalin atau sedang menstruasi maka harus keluar dari rumah induknya dan harus diasingkan?

Pembahasan Pembahasan tentang mengapa perempuan etnis muyu diasingkan ketika akan bersalin atau sedang menstruasi karena menurut kepercayaan tradisi setempat apabila perempuan sedang bersalin atau menstruasi, diyakini oleh masyarakat etnik muyu bahwa perempuan membawa hawa supranatural yang kurang baik, yang dalam bahasa muyu disebut Iptem . Iptem perempuan yang dipercaya sedang membawa hawa-hawa kotor ini diyakini bisa mengakibatkan hal-hal buruk bagi orang yang disekitarnya, terutama bagi kaum laki-laki. Kesaktian laki-laki etnik muyu bisa luntur dan juga bisa dikatakan bahwa Iptem apabila dekat dengan orang berjualan maka jualan tersebut gak akan laku dan apabila berada didalam rumah pemburu maka kesaktian akan melemah dan bisa membuat seluruh orang yang ada didalam rumah bisa sakit, karena darah kotor dianggap kurang baik. Bahkan ada sebuah kisah dimana ada seorang wanita yang sedang mengandung berkunjung kerumah keponakannya, dan tiba-tiba beberapa waktu berlangsung wanita tersebut mau melahirkan dan gak sempat dibawa ke rumah sakit akhirnya wanita Tersebut melahirkan dirumah keponakannya. Karena keponakannya terlalu percaya kepada tradisi setempat bahwasanya apabila ada darah kotor maka akan mengalami hal-hal buruk dan akhirnya si keponakannya menuntut ganti rugi terhadap hal tersebut dan terjadi peristiwa konflik yang akhirny dilakukan mediasi dan pada akhirnya di wanita tersebut membayar ganti ruginya berupa uang 10 juta. Oleh sebab itu di etnik muyu ketika perempuan sedang hamil tua maka sang suami harus membuat sebuah pondokan kecil yang berada 10-20 meter dari induk rumah, agar ketika melakukan persalinan tidak dilakukan didalam rumah, dan juga untuk perempuan yang memasuki masa haid maka orang tua harus membuat pondokan kecil yang didekat rumah, dan pondok tersebut menurut etnis muyu dinamakan Tana Barambon Ambip/Bevak

Gambar terkait Tana Barambon Ambip

Related Documents


More Documents from ""