Tugas Komunikasi Makalah (bayi 0-12bl).docx

  • Uploaded by: richardia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Komunikasi Makalah (bayi 0-12bl).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,066
  • Pages: 15
Communication With Newborn up to 12 Months of Age

CREATED BY : 1. Sekar Ayudya Dwi Putri M

(P1337420618014)

2. Musyaffa Dzaki Santosa

(P1337420618032)

3. Rio Gita Rahma Putra

(P1337420618058)

4. Tiara Sekar Dewi

(P1337420618060)

5. Maulina Ayu Meidiastuti

(P1337420618065)

6. Larasati Nugraheni

(P1337420618070)

7. Novia Putri Firmana

(P1337420618089)

8. Nenden Dila Adinalah

(P1337420618090)

9. Syaqiq Balkhy Alwany

(P1337420618094)

UNDERGRADUATE NURSING APPLIED SCIENCE DEPARTMENT OF NURSING HEALTH POLYTECHNIC OF SEMARANG 2018

BAB I PENDAHULUAN Bayi adalah mahkluk yang hadir kedunia dengan sebuah meknisme bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan pertumbuhan kembangnya “Benih sifat pengasih” yang secara alami telah ada dalam dirinya (lama, 2010). Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan yang unik ( Lewis, 2010). Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan (Puspita, 2010). 1. Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-6 bulan dan Stimulasi Pendukungnya Berikut gambaran umum tumbuh kembang bayi umur 0-6 bulan : a. Tumbuh Kembang Bayi usia 0-6 bulan Mulai mampu mengontrol gerakan-gerakan otot-ototnya, megerakkan tangan dan kakinya, ketika dia bergerak seolah-olah kejang itu adalah cara dia belajar mengendalikan diri. b. Tumbuh Kembang Bayi Usia 1,5-3 bulan Umumnya sudah mulai mampu mengangkat kepala diposisi telungkup. Aktif belajar mengontrol dan mengendalikan gerakan otot tangan dan kaki, menggenggam benda-benda kecil disekitar atau yang diberikan kepadanya. c. Tumbuh Kembang Bayi Usia 3-6 Bulan Motoric kasar Mampu mengangakat dan menahan kepalanya beberapa saat lamanya.mampu menggunakan kedua tangan untuk menahan tubuhnya sambal bergerak maju pada posisi telungkupkan. Motoric halus Mampu menggunakan kedua tangan untuk meraih dan menggenggam sebuah benda. Mulai memasukkan semua benda yang dipegangnya kedua mulut untuk mengenal benda-benda/ mainannya (Rahman, 2012).

Pengertian Komunikasi a. Komunikasi menurut Laswell Komunikasi adalah sebuah proses yang memberikan gambaran siapa, megatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa. b. Komunikasi menurut Mr. Carl I. Hovland Komunikasi sebagai proses komunikator memberikan stimulan yang umunya terdiri atas lambing-lambang Bahasa (verbal atau non verbal) sehingga terjadinya perubahan tingkah laku penerima/orang lain. c. Komunikasi Menurut Theodorson Komunikasi kepada wilayah ide dan emosi yaitu penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari suatu individu kepada individu lain terutama melalui symbol-simbol. d. Menurun Mr. Deltene Komunikasi adalah sebagai suatu proses interaksi yang memiliki arti antara sesame manusia. Jadi dapat disimpulkan komunikasi yaitu suatu proses dalam mana seseorang atau bebrapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar berhubungan dengan lingkungan dan orang lain.

BAB II PEMBAHASAN

1. Masa Bayi Umur 1-3 Bulan Pada umumnya kemampuan komunikasi di usia 1-3 bulan masih cukup terbatas dengan menunjukan kemampuan komunikasi seperti : 1. Memperhatikan wajah dan sekitarnya 2. Tersenyum saat mendengar suara orang tua 3. Tersenyum dengan kontak sosial 4. Berbisik dan mungkin mulai mengoceh 5. Meniru beberapa ekspresi wajah Perlu diingat bahwa bayi berkomunikasi pada tingkat yang berbeda sehingga anda dapat menstimulasi kemampuan berbicara dengan mengajaknya mendengarkan cerita ketika sedang melakukan aktivitas misalnya setelah mandi atau menggunakan pakaian. 2. Masa Bayi Usia 4-7 Bulan Bayi yang berusia 4-7 bulan akan bersuara dan berekspresi wajah secara berkembang dan dia mungkin akan menghabiskan banyak waktu untuk mengoceh, tersenyum, dan tertawa sehingga menangis mulai berkurang. Dia juga meniru lebih dari suara yang ia dengar, yang merupakan upaya pertamanya untuk berbicara. Bayi usia ini suka dirangsang oleh permainan dan interaksi vokal. Bayi akan senang ketika kita mengajaknya untuk berbisik. Dia akan mampu meniru suara vokal kemudian berkata-kata sederhana dengan bantuan vokal yang bayi kuasai. Kita dapat membuat percakapan dengannya sehingga memberikan kesempatan dia untuk bercakap kemudian anda menjawab atau sebaliknya. Tanggapi dengan antusias sehingga bayi akanterespon untuk melakukan vokal selanjutnya. Perkenalkan bayi dengan kata-kata sederhana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan kata-kata dewasa, penelitian ahli menyatakan bahwa bayi dapat memahami kata-kata

panjang

sebelum

mereka

mampu

mengucapkanya

dan

kebiasaan

bicara yang baik membantu membentuk pola bicara bayi. Ketika Anda berbicara dengan bayi Anda, memperlambat bicara Anda dan menekankan kata-kata tunggal kemudian anda dapat menunjukan objek yang dibicarakan untuk menambahnya semakin tertarik berkomunikasi dengan anda. Kemudian berikan kesempatan untuk bayi memberikan tanggapan. Anda dapat membacakan buku-buku cerita karena bayi akan senang dibacakan dari buku-buku dengan gambar besar berwarna cerah. Selain membantu dia membentuk kebiasaan ucapan yang baik, bayi akan mempertajam kemampuan indera penglihatan dengan gambar tersebut. Jangan terlalu memaksakan bayi anda berkomunikasi, sama halnya dengan orang dewasa bayi memiliki mood ketika berbicara. Terkadang bayi tidak dalam keadaan mood untuk bersuara. Jika bayi Anda berpaling, menutup matanya, atau menjadi rewel, biarkan saja hal ini umum terjadi, bayi anda sedang memerlukan waktu untuk beristirahat. Pada usia ini 4-7 bulan bayi memiliki perkembangan komunikasi diantaranya adalah sudah dapat mengenali dan menanggapi namanya kemudian dapat membuat suara dengan berbagai vokal sehingga bayi mulai dapat menanggapi dan meniru ekspresi lawan bicara. Bila pada usia ini bayi anda belum menunjukan komunikasi yang baik dan tidak peka dengan respon yang diberikan oleh anda tanpa memiliki ekspresi wajah sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada bayi anda. 3. Masa Bayi (0-1 tahun) Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata – kata oleh karena itu, komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan yang tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walau demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, berbicara dengan lemah lembut.Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang

dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi usia lebih dari enam bulan., dan perhatiannya berpusat pada ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi aakan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan/atau mainan yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan ibunya ( Yupi Supartini, 2004 : 81-82)

Pada masa bayi, tingkat perkembangan indra dijelaskan sebagai berikut : a. Penglihatan Pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah mampu merespons cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menangkap gerak benda yang digerakkan di sekitar matanya. Dan mengedipkan matanya terhadap sinar yang terang dan suara. Pada usia tiga bulan, kemampuan koordinasi otot matabayi meningkat sehingga ia mampu melihat objek dengan jelas dalam jarak relatif jauh. Pada usia empat bulan, bayi telah mampu mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan objek tersebut. Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi warna. Sebelumnya, bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan terang gelap serta visus penglihatannya kurang. b. Pendengaran Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat kematangan paling rendah diantara fungsi indra bayi baru lahir. Pada saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga sampai ketujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari lingkungannya. Ini terlihat pada refleks kedip bayi, yang terbentuk sebagai reaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks ini disebut sebagai refleks Morro. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu membedakan berbagai suara. Pada sekitar usia lima bulan, bayi dapat menghentikan kegiatan menyusunyahanya untuk mendengar suara ibunya. Pada usia 9 bulan, bayi telah

mampu melokalisasi suara, yang dimulai dengan membedakan kata-kata dan merespons perintah sederhana.

c. Penciuman dan pengecapan Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup peka pada masa bayi, sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena merasa makanan terlalu asam, pahit, pedas dan sebagainya. Bayi lebih menyukai rasa yang manis dan ia akan mengurangi respons mengisap terhadap rasa asin. Mereka dapat menentukan bau susu ibunya dan berespons terhadap bau tersebut dengan menoleh ke arah ibunya. d. Perabaan Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala sentuhan, tekanan, dan suhu. e. Wicara Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk, yang lebih dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech forms), yaitu : menangis, merengek, dan gerak-gerik. Tangisan merupakan bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan bayi, yang bertujuan menunjukkan rasa lapar, rasa sakit (tidak nyaman), kesendirian, atau kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah belajar dari pengalaman bahwa menangis merupakan cara yang paling berhasil untuk menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan menggunakan kata yang tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga bulan. Gerak-gerik merupakan bentuk pengganti bahasa (bahasa nonverbal) untuk melengkapi ungkapan yang ingin disampaikan bayi. Setelah mengetahui tingkat perkembangan indra pada bayi, barulah dapat disimpulkan jenis komunikasi yang akan dipergunakan. Komunikasi dengan bayi dilakukan dengan menggunakan suara, sentuhan dan belaian, ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan rangsang suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan, komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan

dengan menggunakan bahasa. Penggunaan suara yang didengarkan oleh bayi juga memberi rasa aman walaupun bayi belum mampu mengartikan suara dari ucapan orang lain.

BENTUK KOMUNIKASI PRABICARA 1.

Tangisan Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat sebaris senyum kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorabng bayi merupakan bentuk komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pasan dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi. Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila yia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mreka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam – macam arti tangisan bayi untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu muda memerlukan bantuan ini. 2. Ocehan dan Celoteh Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (Cooing) atau “Celoteh” (Babbling). Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme “suara”. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti: merengek, menjerit, menguap, bersin, menanangis dan mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang dan sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke-6 dan ke-8. Nilai celoteh:

a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara. b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari kelompok sosial. 3. Isyarat Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Contoh isyarat umum pada masa bayi : 

Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar



Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong



Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.

Ungkapan emosional : Adalah

ungkapan

emosional

melalui

perubahan

tubuh

&

roman

muka.

Contoh : a) Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum

& ramah

b) Maneragangkan badan, gerakan membanting tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.

KOMUNIKASI DENGAN BAYI MENGGUNAKAN TEKNIK VERBAL DAN NON VERBAL 1. Teknik Verbal a. Melalui orang atau pihak ketiga Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari berkomunikasi secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan orang tuanya yang sedang berapa disampingnya, mengomentari pakaian yang sedang dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan rasa percaya anak pada perawatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang menjadi tujuan. (Yupi Supartini, 2004 : 86) b. Bercerita sebagai alat komunikasi

Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak misalnya, bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit yang mematuhi nasihat orang tua dan perawat sehingga diberi kesembuhan oleh ALLAH Yang Mahaesa. Jadi, ini cerita harus disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak. selama bercerita gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak. penggunaan gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita akan membuat penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima anak secara efektif. (Yupi Supartini, 2002 : 86-87) c. Fasilitasi anak untuk berespons Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi jangan menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara pada anak, tetapi fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap pesan yang kita sampaiakan. Dengarkan ungkapanya dengan baik, tetapi hati-hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif. Misalnya, saat anak bicara, “saya mau pulang, saya tidak ada suka tinggal di rumah sakit “. Untuk merespons perkataan anak seperti ini katakan, “ tentu saja kamu akan pulang jika... supaya kamu senang berada dirumah sakit bagaimana kalau kita buat permainan yang lain setiap harinya. Suster akan merencanakanya kalau kamu setuju. (Yupi Supartini, 2002 : 87) d. Meminta anak untuk menyebutkan keinginanya Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak untuk menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster menawarkan pilihan keinginan, apa yang paling diinginkan anak saat itu. Keinginan yang diungkapkanya akan meningkatkan perasaan dan pikirannya saat itu sehingga dapat mengetahui masalah dan potensial yang dapat terjadi pada anak. (Yupi Supartini, 2002 : 87) e. Biblioterapi Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak mengekspresikan pikiran

dan

perasaanya.

Bantu

anak

mengekspresikan

perasanya

dengan

menceritakan isi buku atau majalah. Untuk itu perawat harus tahu terlebih dahulu ini dari buku atau majalah tersebut dan simpulkan pesan yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.

(Yupi Supartini, 2002 : 87) f. Pilihan pro dan kontra Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah dengan mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik, kemudian mintalah anak untuk memulihkan hal yang positif dan negatif memuat pendapatnya dari situasi tersebut. (Yupi Supartini, 2002 : 88) g. Penggunaan skala peringkat Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada satu titik ekstrim dan 10 pada satu titik ekstrim lainya. Nilai tingkat nyeri 1 sampai lima. Kemudian kita tentukan kondisi anak berada pada angka berapa saat mengungkapkan perasaan sedih, nyeri, dan cemas tersebut. 0 diartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri 1-2 diartikan sebagai skala nyeri ringan Lebih dari 3-7 diartikan sebagai skala nyeri sedang Lebih dari 7- 9 diartikan nyeri yang sangat berat Lebih dari 9-10 diartikan nyeri yang sangat hebat (Yupi Supartini, 2002 : 88) 2. Teknik Non Verbal a. Kontak mata, postur dan jarak fisik Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kitan sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan anak. dengan posisi sejajar akan memungkinkan kita dapat memungkinkan kontak mata dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan anak. b. Ungkapan marah Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan anak pada saat marah, duduklah dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau peluklah dia. c. Sentuhan

Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua. (Kemenkes, 2013) Komunikasi Sesuai Tumbuh Kembang Anak Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik komunikasi kreatif pada anak yaitu teknik verbal dan teknik non verbal. 1. Komunikasi dengan Bayi a. Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata, sehingga bahasa nonverbal sering digunakan. b. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh orang sekitar Untuk bayi yang masih muda (usia < 6 bulan) 

Merespon positif terhadap kontak fisik yang lembut



Perilaku menggerak-gerakan tangan, kaki, menendang yang merupakan rangsangan untuk memperoleh perhatian.

Untuk bayi yang lebih tua (umur > 6 bulan) 

Cemas dengan orang asing yang belum dikenalnya, merupakan ciri perilaku yang sering muncul.



Perhatiannya berpusat pada diri dan ibunya.



Perhatikan saat berkomunikasi dengannya



Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunga dan atau mainan didekatnya



Kerjakan dengan lembut



Tanpa gerak isyarat



Bayi dalam pengawasan orang tua.



Berikan obyek yang aman

2. Tujuan berkomunikasi pada bayi  Memberi rasa aman kepada bayi  Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih saying  Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar, dan menerima rangsangan

Dalam melakukan pengkajian akan lebih mudah bagi anak, orangtua dan pemeriksa jika sudah di jalin hubungan yang lebih awal. Hubungan itu mungkin tidak menghilangkan semua ketakutan atau ketidaknyamanananak, namun membangun hubungan saling percaya dan komunikasi dapat membantu membuat membuat pengkajian menjadi sebuah pengalaman yang lebih positif. Pedoman untuk berkomunikasi dengan anak  Tanya orang tua bagaimana anak biasanya mengatasi situasi-situasi baru atau situasi yang penuh tekanan. Mengetahui bagaimana anak bereaksi memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi-intervensi khusus untuk mempermudah komunikasi.  Tanya orang tua apakah mereka telah mengatakan kepada anak bahwa mereka akan pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan. Persiapan yang diterima anak, khususnya anak laki-laki, seringkali tidak adekuat atau tidak cocok. Sehingga, di perlukan banyak waktu untuk menyiapkan anak sebelum memulai beberapa aspek pengkajian kesehatan yang membutuhkan partisipasi aktif.  Amati tingkah laku anak terhadap tanda-tanda kesiapan. Seorang anak yang siap untuk berpartisipasi dalam pengkajian akan bertanya, melakukan kontak mata, menceritakan pengalaman-pengalaman masa lalu, memegang peralatan, atau memisah dari orang tua.  Pertimbangkan tingkat perkembangan dan rentang perhatian anak dan gunakan pendekatan imajinatif saat merencanakan pemeriksaan.  Jika seorang anak sulit menerima pengkajian: Berbicara dengan orang tua dan biarkan anak Puji anak Bermain ( seperti main ciluk-ba ) atau becerita. Gunakan bentuk bahasa orang ketiga:’’kadang-kadang seorang anak lelaki dapat benar-benar takut ketika tekanan darahnya diukur’’.  Dorong anak untuk bertanya selama pengkajian, tetapi jangan menekan anak untuk bertanya. Hal ini memungkinkan anak untuk lebih mengontrol situasi.  Jelaskan proses pengkajian dalam batasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,  Gunakan istilah-istilah yang konkrit daripada informasi teknis, khususnya anak yang lebih muda: ‘’saya dapat mendengar kamu menarik dan mengeluarkan nafas’’, bukan’’saya sedang mengauskultasi dadamu’’.  Berikan sedikit informasi dalam suatu waktu. Petunjuk praktis adalah tidak lebihdari 3 bahasan yang harus di berikan dalam sekali waktu.

 Buatlah harapan-harapan yang diketahui dengan jelas dan sederhana: ‘’saya ingin kamu diam’’.  Jangan menawarkan pilihan jika memang tidak ada  Berikan pujian yang jujur.’’saya tahu kamu sakit. Kamu masih memegang perutmu’’. Pengalaman positif membantu untuk membangun kemampuan koping dan harga diri.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Komunikasi terapiutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien, yang direncanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada bayi, perawat perlu memperhatikan bebrapa aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan bayi, teknik komunikasi, tahapan momunikasi, dan factor yang mempengaruhi komunikasi. Dalam proses komunikasi dengan bayi sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi/teknik dan hambatan-hambatan yang mungkin akan timbul.

Related Documents


More Documents from "selviana"