LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
OLEH : SILVIA SUDARTO Nim : 1808242
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2019
KONSEP DASAR OKSIGENASI A. Pengertian Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
B. Penyebab 1. Faktor Fisiologis Penurunan kapasitas angkut O₂ Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂ inspirasi
Hipovolemik Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan. Peningkatan Laju Metabolik Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot. Kondisi Lainnya Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis. 2. Faktor perkembangan Bayi prematur Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir. Bayi dan anak-anak Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lainlain). Anak usia sekolah dan remaja Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok. Dewasa muda dan paruh baya Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. Lansia Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan
kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂. 3. Faktor Perilaku Nutrisi Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. Olahraga Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
Emosi Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. Gaya hidup Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4. Faktor Lingkungan Suhu Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
Ketinggian Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Polusi Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
C. Klasifikasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi dan transportasi. 1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis
Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan. 2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Luasnya permukaan paru
Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan
Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan
umumnya jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel.
D. Patofisiologi/pathway Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan Perubahan Pola nafas a. Takipnea Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia. b. Bradipnea Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain. c. Apnea Biasanya juga disebut dengan henti napas. d. Hiperventilasi Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan karbondioksida. e. Hipoventilasi Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic untuk penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida. f. Pernapasan Kusmal Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic. g. Orthopnea Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri. h. Dispnea Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.
Pathway Pernapasan Oksigenasi
Ventilasi Gangnguan Batuk
ketidakefektifan
Adanya sumbatan pada jalan napas
Transportasi
Difusi
Obstruksi jalan napas
jalan napas Ketidakefektifan pola napas E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Fisik •
Inspeksi Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh, kondisi
kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi) •
Palpasi Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas
dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi. •
Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
•
Auskultasi Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi yang
terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi 1.
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap. 2. 3.
Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji
kulit toraketensis. F. PENATALAKSANAAN Teknik Pemberian Oksigen dengan Face Mask dan Nasal Kanul 1. Nassal kanul, / binasal kanula Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44% Cara pemasangan : - Terangkan prosedur pada pasien - Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler) - Atur peralatan oksigen dan humidiflier - Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula. - Masukan ujung kanula ke lubang hidung - Fiksasi selang oksigen - Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan : Toleransi klien baik Pemasangannya mudah Klien bebas untuk makan dan minum Harga lebih murah Kerugian : Mudah terlepas Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44% Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus 2. Sungkup muka / masker / facemask a. Face mask sederhana Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan koonsentrasi 40-60%. Cara pemasangan : Terangkan prosedur pada klien Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler) Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier. Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas Alirkan oksigen sesuai kebutuhan. Keuntungan Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula system humidifikasi dapat di tingkatkan Kerugian : Umumnya tidak nyaman bagi klien Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi Aktivitas makan dan berbicara tergang
Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida b. Sungkup muka dengan kantung rebresthing Konsentrrasi ooksigen yang di berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana yaitu 6080% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup sederhana. Cara pemakaian : Terangkan prosedur pada klien Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan sungkup Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan. Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi Keuntungan : Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana Tidak mengeringkan selaput lendir Kerugian : Kantung oksigen bisa terlipat Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah c. Sungkup muka non breathing Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi. Cara pemasangan : sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi. Tidak mengeringkan selaput lender Kerugian : Kantung oksigen bisa terlipat Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen Tidak nyaman bagi klien
F. KOMPLIKASI 1.Keracunan O2Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu. 2.Depresi Ventilasi Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada kliendengan retensi "O2 dapat menekan Ventilasi dan dapa 3. Menimbulkan kebakaran dan peledakan O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memuda&kan terjadinya kebakaran. Oleh karena itu' klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari perokok menghindari penggunaan listrik tanpa “ ground” 4. Infeksi 5.Terjadi aspirasi bila muntah 6.Penumpukan"O2 bila aliran O2 diberikan lebi& renda& dari ketentuan masing- masing alat. 7. Barotrauma G. PENGKAJIAN Riwayat Keperawatan Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. 1. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang) 2. Riwayat penyakit a. Nyeri
b. Paparan lingungan c. Batuk d. Bunyi nafas e. Faktor resiko penyakit paru f. Frekuensi infeksi pernapasan g. Masalah penyakit paru masa lalu h. Penggunaan obat 3. Adanya batuk dan penanganan 4. Kebiasaan merokok 5. Masalah pada fungsi kardiovaskuler 6. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi 7. Riwayat penggunaan medikasi’ 8. Stressor yang dialami 9. Status atau kondisi kesehatan
E. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah : 1. Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan gangguan batuk. 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
F. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan No. DX (NANDA) 1
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil ( NOC )
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x pola nafas 24 jam - Klien mampu berhubungan mengidentifikasi dan dengan obstruksi mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas jalan napas - Menunjukan jalan napas yang paten: Ketidakefektifan
Rencana Tindakan (NIC )
Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan napas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi Monitor pemberian oksigen, vital sign tiap .... jam
-
klien tidak merasa tercekik, tidak terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam rentang normal Tidak ada suara napas abnormal Mampu mnegeluarkan sputum dari jalan napas
-
-
-
-
Diagnosa Keperawatan No. DX (NANDA) 2
Ketidakefektifan bersiihan jalan nafas yang berhubungan dengan gangguan batuk
Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan (NIC )
( NOC ) Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 jam - Pasien akan menunjukan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator makanis’mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal - Mempunyai dalamfunsi paru dalam batas normal
Monitor status respirasi: adanya suara tambahan Ajarkan teknik batuk napas efektif Kolaborasi dengan tim medis pemberian o2 Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan aspirasi Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45 derajat setelah makan untuk mencegah aspirasi dan mengurangi dispnea
-
-
Pantau addanya pucat dan sianosis Pantau efek obat pada status respirasi Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan vital sign Informasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi Ajarkan cara batuk efektif Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan aspirasi
H. EVALUASI 1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal 2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta, EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.