NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
No.
1.
Nama Penulis/Nama Jurnal/No./Vol/Tahun
Judul
Andrew W. Shih, Vinai C. Bhagirath, Nancy M. Heddle, Jason P. Acker, Yang Liu, John W. Eikelboom, and Patricia C.Liauw/
Pengukuran cellfree DNA (cfDNA) Pada Sel Darah Merah dengan Metode Pengolahan Whole Blood Berbeda
CfDNA (cell free DNA), RCF (red cell filtration), WBF (whole blood filtration)
Model analisa regresi menentukan hubungan antara metode pengolahan dan lama penyimpanan serta interaksinya dengan cfDNA.
Hasil penelitian menunjukkan https://www.hindawi. kadar cfDNA yang lebih tinggi com/journals/jbt/2016 pada darah segar dengan proses /9316385/ WBF dibandingkan dengan darah simpan dengan proses RCF. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk dikaitkan dengan outcome pasien.
PEMERIKSAAN HEPARIN – INDUCED TROMBOCYTOPE NIA PADA PASIEN KANKER
Cancer; Heparininduced thrombocytopenia; skor propabilitas (4T score)
Penelitian retrospektif dilakukan pada pasien (n=140) dengan permintaan uji laboratorium untuk HIT.
HIT dapat dikesampingkan pada pasien kanker (nilai prediktif negatif dan sensitivitas 100%) dengan probabilitas uji dini rendah, ditandai dengan skor 4T ≤ 2, secara signifikan mengurangi kebutuhan uji laboratorium pada populasi pasien ini.
Hindawi Publishing Corporation Journal of Blood Transfusion Volume 2016, Article ID 9316385, 5 pages 2.
Maly Fenelus, MD,MPH, and Ellinor I.B. Peerschke,Phd. Am J Clin Pathol August 2018;150:116-120 DOI: 10.1093/AJCP/AQY040
Variabel
Metodologi
Hasil
Website
https://academic.oup. com/ajcp/articleabstract/150/2/116/5 036799
1
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
3.
Wang Z, Liu H, Dou M, Du X, Hu J, Su N, et al. (2017) The quality changes in fresh frozen plasma of the blood donors at high altitude. PLoS ONE 12(4): e0176390.
Perubahan Kualitas Fresh Frozen Plasma (FFP) pada pendonor darah di dataran tinggi
4.
Xiaoyue Wang, Yan Xu, Wenxiang Luo, Hui Feng,Yizhou Luo, Yanli Wang, Hui Liao
Trombositopenia Kehamilan, pada Kehamilan trombositopenia, dengan Diagnosis terapi berbeda yang Berbeda. Gambaran Klinis, Terapi, dan Outcome yang berbeda
Department of Hematology, No. 454 Hospital of PLA, Nanjing, bDepartment of Obstetrics and Gynecology, Huai’an Second People’s Hospital, Huai’an, Jiangsu, cDepartment of
FFP, Pendonor darah, Dataran Tinggi
Jumlah 41 pendonor pada dataran tinggi (Lhasa, 3700 m) dan 46 pendonor pada dataran rendah (Chengdu, 500 m) dimasukkan dalam penelitian kami untuk menganalisa perbedaan FFP dari pendonor di dataran tinggi dan dataran rendah. Data klinis dari 195 wanita hamil dengan trombositopenia yang berkunjung di 2 Rumah Sakit tersier dari Januari 2014 hingga Oktober 2016 diteliti secara retrospektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan perangkat lunak SPSS 19.0.
Kualitas FFP secara signifikan berbeda antara pendonor di dataran tinggi dan dataran rendah, dan persyaratan kualitas FFP di China saat ini tidak cocok untuk FFP di dataran tinggi. Oleh karena itu, menyiapkan persyaratan kualitas khusus untuk FFP pada dataran tinggi cukup penting dan bermakna.
https://doi.org/10.137 1/journal.pone.01763 90
Penyebab trombositopenia pada kehamilan beragam, dan gambaran klinisnya sangat bervariasi. Diperlukan analisis yang tepat waktu untuk menentukan penyebab utama trombositopenia, dan terapi yang sesuai kemudian harus dipilih untuk meningkatkan efektifitas prognosis kehamilan.
http://dx.doi.org/10.1 097/MD.00000000000 07561)
2
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
5.
Obstetrics and Gynecology, No. 454 Hospital of PLA, Nanjing, People’s Republic of China. Medicine (2017) 96:29(e7561) Hyewon Lee,Sangeun Lee,Sun-Young Kong,Hyun Ju Kim,Ji Yeon Sohn, Hyoeun Shim,Hye Sun Youn, and Hyeon-Seok Eom Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International Volume 2014, Article ID 145619, 8 pages
Peningkatan Red Blood Cell Distribution Width Sebagai Faktor Prognostik Sederhana Pada Pasien Multiple Myeloma Simptomatik
Elevated RDW, Multiple Myeloma Simptomatik, Faktor Prognostik
Penelitian ini meninjau secara retrospektif nilai RDW dari 146 pasien myeloma simtomatik yang diperoleh pada saat diagnosis kemudian membandingkan karakteristik pasien antara dua kelompok yaitu kelompok RDW tinggi (>14.5%) dan kelompok RDW normal (=14.5%) . RDW berkorelasi dengan hemoglobin, stadium MM, β2mikroglobulin, protein M, sel plasma sumsum
Dalam analisis multivariat, peningkatan RDW pada diagnosis adalah faktor prognostik yang buruk untuk PFS (HR 3,21, 95% CI 1,24-8,32) setelah disesuaikan dengan faktor prognostik lainnya yang hubungan dengan myeloma. RDW dapat menjadi biomarker sederhana dan mudah tersedia yang mencerminkan adanya peradangan sistemik pada pasien MM simtomatik.
http://dx.doi.org/10.1 155/2014/145619
3
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
tulang, dan seluler 6.
Aurora Espinosa, Roar Stenseth , Vibeke Videm and Hilde Pleym Espinosa et al. BMC Anesthesiology 2014, 14:80
Suatu Penelitian Prospektif Observasional : Perbandingan antara Tiga Alat Point of Care Testing untuk Mendeteksi Perubahan Hemostatik pada Operasi Jantung Elektif
Darah, operasi jantung, pintasan kardiopulmoner, koagulasi, tromboelastografi, tromboelastometri
Sampel darah dari tiga puluh lima pasien diambil sebelum dan setelah operasi dan diperiksa dengan TEG, RoTEM, Sonoclot dan tes koagulasi rutin. Data dibandingkan dengan analisis varians pengukuran berulang dan tes Pearson untuk korelasi linear.
TEG dan RoTEM dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan hemostasis setelah operasi jantung dengan pintasan kardiopulmoner. Sonoclot terlihat kurang sesuai untuk mendeteksi perubahanperubahan tersebut. Variabelvariabel dari ketiga instrument berhubungan dengan fibrinogen plasma dan dapat digunakan untuk memonitor terapi dengan fibrinogen concentrate.
http://www.biomedce ntral.com/14712253/14/80
4
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
7.
Abdulraouf Y. Lamoshi, Alison M. Wilson Niger J Surg Res 2016;17:33-7.
Parameter Tromboelastogra fi vs Profil Koagulasi Klasik pada Pasien Trauma : Penelitian Retrospektif
Koagulasi Klasik, tromboelastografi, cedera kepala
Suatu penelitian retrospektif observasional cross sectional dari 142 pasien yang masuk kepusat trauma level 1 berbasis universitas. TEG dan CCT dikumpulkan pada saat pasien masuk. Persetujuan dari Institutional Review Board didapatkan untuk penelitian ini. SAS digunakan untuk data kategorik yang dianalisis dengan Chi-square atau Fisher’s exact. Perbandingan dari variable-variabel kontinu antara pasien TBI dan NTBI dianalisis dengan independent t-test.
Parameter TEG berguna sebagai cara untuk mendiagnosa koagulopati secara cepat dan memprediksi transfusi pada pasien trauma. Secara independen, adanya TBI tidak menyebabkan koagulopati yang dapat dideteksi. Analisis TEG lebih efisien dibandingkan dengan parameter klasik dalam mendeteksi pasien yang akan memerlukan transfusi PRBC dan FFP.
www.njsrjournal.org DOI:10.4103/15951103.194214
5
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
8.
Rodolfo Monteiro Enz Hubert, Melina Veiga Rodrigues, Bruna Dolci Andreguetto, Thiago M. Santos, Maria de Fa´tima Pereira Gilberti1, Vagner de Castro, Joyce M. Annichino-Bizzacchi, Desanka Dragosavac, Marco Antonio CarvalhoFilho & Erich Vinicius De Paula Enz Hubert, R.M. et al. Association of the immature platelet fraction with sepsis diagnosis and severity. Sci. Rep. 5, 8019; DOI:10.1038/srep08019 (2015).
Hubungan immature platelet fraction (IPF) dengan diagnosis dan tingkat keparahan sepsis
IPF,IRF, sepsis
Dalam penelitian retrospektif ini kami mengevaluasi peranan IPF dan IRF sebagai biomarker diagnosis sepsis dan tingkat keparahannya. 41 pasien yang dirawat di dua unit perawatan intensif dievaluasi, 12 di antaranya dengan sepsis berat atau syok septik, dan 11 dengan sepsis tanpa komplikasi. Nilai IPF lebih tinggi secara bermakna diamati pada pasien dengan sepsis berat / syok septik. IPF berkorelasi dengan skor keparahan sepsis dan menyajikan akurasi diagnostik tertinggi untuk
Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada nilai IRF. Hasil kami menunjukkan bahwa nilai IPF dapat digunakan sebagai biomarker diagnosis sepsis dan tingkat keparahannya.
https://www.nature.c om/srep/ DOI:10.1038/srep0801 9 (2015).
6
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
9.
Aseem Kumar Tiwari, Divya Setya , Geet Aggrawal, Dinesh Arora , Ankita Ratan, Gunjan Bhard, Devi Prasad Achary, Ravi C. Dara Journal of Laboratory Physicians | Published by Wolters Kluwer – Medknow. 2018
Evaluasi Alat Golongan Darah ABO Rh “Point Of Care”
ABO grouping, , donor screening, Erycard point of care, stability
10.
Ibrahim Mustafa,Noora Abdulla Kano,Asma Al Marwani, Khuloud Mamdouh Nasr,and Tameem Hadwan
Penilaian Perubahan Morfologi yang bergantung waktu: Leukodepleted PRC yang Disimpan di SAGM
Leukodepleted Packed Red Blood Cells, SAGM
Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International
mengetahui adanya sepsis dari semua parameter klinis dan laboratorium yang diteliti. Erycard 2.0 dibandingkan dengan teknologi slide konvensional untuk akurasi dan waktu yang dibutuhkan untuk hasil pengelompokan ABO dan Rh dengan teknologi aglutinasi kolom (CAT) sebagai baku emas. Pada penelitian ini, pengaruh dari penyimpanan berkepanjangan diperoleh melalui penilaian perubahan morfologi dan evaluasi stres oksidatif. Sampel dari
Erycard 2.0 dapat digunakan sebagai alat "point-ofcare" untuk skrining donor untuk golongan darah ABO dan Rh dan mungkin dapat menggantikan metode slide konvensional.
www.jlponline.org DOI: 10.4103/JLP.JLP_71_1 7
Hematokrit meningkat sebesar 6,6% dari hari ke-0 sampai hari ke-42 masa penyimpanan. Dua minggu terakhir menunjukkan perubahan morfologi dengan munculnya ekinosit sferosit. Lesi penyimpanan dan
http://dx.doi.org/10.1 155/2016/4529434
7
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
Volume 2016, Article ID 4529434, 7 pages
11.
Rose Xavier, Manoj V.C., Sanjeev Kumar T.M., Vinod J.Cherian International Journal of Contemporary Pediatrics Xavier R et al. Int J Contemp Pediatr. 2016 Nov;3(4):1430-1434
Retikulositosis : Parameter yang tidak dievaluasi pada ikterus neonatus yang membutuhkan fototerapi
Antibodi iregular, ikterus neonatus, fototerapi, retikulositosis
Leukodepleted pRBC pada SAGM yang disimpan pada 4 ∘ C selama 42 hari melalui sampling aseptik pada hari ke-0, hari ke-14, hari ke-28, dan hari ke-42. Perubahan morfologis diamati dengan menggunakan mikroskop elektron dan dikorelasikan dengan fragilitas osmotik dan hematokrit. Suatu penelitian observasional dilakukan selama 1 tahun di unit perawatan neonatal suatu rumah sakit tersier pada 200 ikterus neonatus yang membutuhkan fototerapi untuk
perubahan morfologis tampaknya mempengaruhi sel darah merah selama masa penyimpanan. Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan untuk mengembangkan strategi yang akan membantu meningkatkan kualitas dan efektifitas pRBC simpan.
67 dari 200 bayi ikterus mengalami retikulositosis. Etiologi retikulositosis ditemukan pada 37 bayi. 12 dari 30 bayi lainnya dengan dehidrasi (kehilangan berat badan lebih dari
http://www.ijpediatric s.com
8
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
12.
Felipe Maia de Toledo Piza, Thiago Domingos Corrêa, Alexandre Rodrigues Marra, João Carlos Campos Guerra, Roseny dos Reis Rodrigues, Andrea Aparecida Rocco Villarinho, Valdir Fernandes de Aranda, Sandra Christina Pereira Lima Shiramizo and Alexandre Biasi Cavalcanti, Maria Roza de Jesus de Lima, Esper Georges Kallas
Analisis Tromboelastometri Tromboelastome Pasien Dengue, tri Pasien Dengue Trombositopenia dengan Trombositopenia : Suatu Penelitian Cross Sectional
menentukan insidens ikterus dengan etiologi yang tidak diketahui. Data ini dianalisis untuk mengetahui prevalensi retikulositosis dan faktor-faktor yang berkontribusi. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan antara 6 April sampai 5 Mei 2015 di Sao Paulo, Brazil selama suatu wabah dengue. Tromboelastometri (ROTEM®) dan tes koagulasi konvensional waktu protrombin (PT), international normalized
10%) yang berkontribusi pada ikterus. 18 bayi tidak dapat diidentifikasi penyebab retikulositosis. Korelasi yang sedikit signifikan ditemukan pada riwayat saudara kandung dengan ikterus neonatus (p = 0,052). Tidak ada korelasi secara signifikan ditemukan pada kontribusi faktor lainnya. Meskipun median dari rentang interquartil (IQR) jumlah trombosit sebesar 77 (63-88) x 10 9 /L pada pasien DVI, tes koagulasi konvensional dan kadar fibrinogen plasma berada dalam rentang normal. Subjek menunjukkan hipokoagulabilitas pada 71,7% (38/53) pada INTEM dan 54,7% (29/53) pada EXTEM pasien-pasien DVI. Analisis FIBTEM mendeteksi hanya 57% (3/53) dengan hipokoagulabilitas di antara populasi ini. Median IQR waktu pembekuan (CT), waktu pembentukan bekuan (CFT) dan maximum clot firmness (MCF)
https://www.biomedc entral.com/submit DOI 10.1186/s12879017-2204-4
9
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
Piza et al. BMC Infectious Diseases (2017) 17:89
13.
William P.Sheffield, Varsha Bhakta, Qi-Long Yi, and Craig Jenkins Hindawi Publishing Corporation Journal of Blood Transfusion
ratio (INR), activated partial thromboplastin time (aPTT), waktu trombin (TT), jumlah trombosit dan kadar fibrinogen diperiksakan pada 53 pasien dengan DVI dan trombositopenia.
Stabilitas Aferesis FreshFrozen Plasma yang Dicairkan dan Disimpan hingga 120 Jam pada Suhu 1 o C sampai dengan 6 oC
FFP Aferesis, 120 jam, 1-6o celsius
mengukur faktorfaktor koagulasi (F) V, VII, dan VIII, aktivitas fibrinogen, dan waktu protrombin (PT) pada FFPA yang dicairkan dalam
pada INTEM berurutan sebesar 177 (160-207) detik, 144 (108178) detik dan 48 (42-52) mm. pada EXTEM, median IQR CT, CFT dan MCF berurutan sebesar 69 (65-78) detik, 148 (126198) detik dan 49 (44-55) mm. Median (IQR) MCF pada FIBTEM sebesar 15 (13-18) mm. Kesimpulan : Kelainan tromboelastometri sangat sering terjadi pada pasienpasien DVI dengan trombositopenia, khususnya pada analisis INTEM dan EXTEM, sementara tes koagulasi standar normal pada keadaan ini. Implikasi klinis masih terus dipastikan. Aktivitas fibrinogen tidak berubah selama waktu ini, sedangkan kadar faktor ratarata pada 28 unit FFPA menurun sebanyak 17% (FV), 19,7% (FVII), dan 54,6% (FVIII) sampai 120 jam; sementara nilai PT naik 7,6%. Aktivitas faktor
http://dx.doi.org/10.1 155/2016/6260792
10
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
Volume 2016, Article ID 6260792, 7 pages
kulkas pada penyimpanan selama 0, 24, dan 120 jam dan untuk membandingkan nilai ini dengan FP yang dicairkan dalam kulkas.
pembekuan lebih tinggi secara signifikan pada FFPA dibandingkan dengan FP setelah disimpan di kulkas selama 120 jam. Aktivitas residu FVIII pada FFPA yang dicairkan memenuhi kriteria non inferior standar dibandingkan dengan FP yang dicairkan setelah 120 jam. Hasil ini mendukung perubahan regulasi di Kanada untuk mengijinkan transfusi FFPA yang dibuat dengan sistem tertutup dan dicairkan di dalam kulkas sampai dengan 120 jam, sehingga dapat menurunkan jumlah pembuangan plasma yang dapat ditransfusi.
11
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
14.
Jacquelyn M. Powers, MD, MS; George R. Buchanan, MD; Leah Adix; Song Zhang, PhD; Ang Gao, MS; Timothy L. McCavit, MD, MS
Efek Besi Sulfat Dosis Rendah vs Kompleks Polisakarida Besi Terhadap Kadar Hemoglobin pada Anak-anak dengan Anemia Defisiensi Besi Nutrisional: Penelitian Acak Klinis.
Besi Sulfat Dosis Rendah, Kompleks Polisakarida Besi, Kadar Hemoglobin, Anak anak dengan Anemia Defisiensi Besi Nutrisional
Penelitian klinis yang dilakukan secara acak tersamar ganda pada bayi dan anakanak usia 9 - 48 bulan dengan anemia defisiensi besi nutrisional (dinilai berdasarkan anamnesis dan laboratorium) yang dilakukan pada pasien rawat jalan di klinik hematologi Rumah Sakit Tersier Amerika Serikat dari September 2013 hingga November 2015; 12-minggu follow-up berakhir pada Januari 2016.
Dari 80 bayi dan anak-anak (usia median, 22 bulan; 55% laki-laki; 61% Suku Hispanik putih; 40 per grup), 59 menyelesaikan penelitian (28 [70%] pada grup besi sulfat; 31 [78%] pada grup kompleks polisakarida besi). Dari baseline hingga 12 minggu, rerata hemoglobin meningkat dari 7.9 menjadi 11.9 g/dL (grup besi sulfat) vs 7.7 menjadi 11.1 g/dL (grup besi kompleks), dengan perbedaan 1.0 g/dL (95%CI, 0.4 - 1.6 g/dL; p < .001) dengan besi sulfat (berdasarkan linear mixed model). Proporsi resolusi komplit anemia defisiensi besi lebih tinggi pada grup besi sulfat (29% vs 6%; p = .04). Median serum ferritin meningkat dari 3.0 menjadi 15.6 ng/mL (besi sulfat) vs 2.0 menjadi 7.5 ng/mL (kompleks besi)
http://jama.jamanetw ork.com/pdfaccess.ash x?url=/data/journals/j ama/936301/
12
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
selama 12 minggu, perbedaan 10.2 ng/mL (95%CI, 6.2 - 14.1 ng/mL; p < .001) dengan besi sulfat. Rerata total iron-binding capacity menurun dari 501 menjadi 389 μg/dL (besi sulfat) vs 506 menjadi 417 μg/dL (kompleks besi) (perbedaan −50 μg/dL [95%CI, −86 hingga −14 μg/dL] dengan besi sulfat; p < .001). Diare lebih banyak dilaporkan pada grup besi kompleks daripada grup besi sulfat (58% vs 35%, berturut-turut; p = .04). Kesimpulan: Bayi dan anak-anak yang berusia 9 - 48 bulan dengan anemia defisiensi besi nutrisional yang mendapat besi sulfat menghasilkan peningkatan kadar hemoglobin yang lebih besar pada minggu ke-12 dibandingkan dengan kompleks polisakarida besi. Pemberian sekali sehari, besi sulfat dosis rendah 13
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
sebaiknya dipertimbangkan untuk anak-anak dengan anemia defisiensi besi nutrisional.
15.
Mikias Negash, Aster Nilai Diagnostik Tsegaye, Amha G Medhin Prediktif Indeks Trombosit untuk Negash et al. BMC Membedakan Hematology (2016) 16:18 Trombositopenia Hipoproduksi dan Immune Thrombocytopen ia Purpura pada Pasien yang Mengunjungi Rumah Sakit
Sumsum tulang, parameter trombosit, immune thrombocytopenia purpura (trombositopenia hiperdestruksi), trombositopenia hipoproduksi.
Sebuah penelitian prospektif crosssectional dilakukan terhadap 83 pasien trombositopenia (PLT < 150 x 109 /L). 50 pasien trombositopenia disebabkan oleh hipoproduksi trombosit dan 33 pasien akibat ITP. 42
Indeks trombosit secara signifikan lebih tinggi pada pasien trombositopenia akibat ITP (n=33) daripada akibat hipoproduksi (n=50) (p < 0.0001). MPV dan P-LCR mempunyai area yang lebih besar di bawah kurva ROC (0.876 untuk MPV dan 0.816 untuk P-LCR), mengindikasikan kapasitas prediksi,
https://www.biomedc entral.com/submit DOI 10.1186/s12878016-0057-5
14
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
Pendidikan dan Pusat Rujukan di Addis Ababa, Ethiopia
orang kontrol sehat dengan umur dan jenis kelamin yang sesuai digunakan sebagai kelompok pembanding. Pemeriksaan hematologi dilakukan menggunakan alat Sysmex XT 2000i dengan 5 diff count. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 16. Tabel dua kali dua dan kurva receiver operating characteristic (ROC) digunakan untuk menghitung sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan negatif dari indeks trombosit
sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dalam menetukan kedua penyebab trombositopenia. Indeks trombosit ini secara signifikan tetap lebih tinggi pada pasien ITP dibandingkan dengan 42 kontrol sehat (p < 0.0001). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jumlah trombosit dan parameter-parameter trombosit pada pasien ITP (p < 0.001). Kesimpulan: Indeks trombosit dapat membantu dalam memprediksi penyebab trombositopenia apakah akibat ITP atau hipoproduksi trombosit. Indeks trombosit ini, bersama-sama dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang lain dan informasi klinis, dapat membantu menunda/mencegah aspirasi sumsum tulang yang tidak
15
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
16.
Muhammed Fahin,1 Alparslan Fahin,1 Bilal Elbey,2 Harun Yüksel,1 Fatih Mehmet Türkcü,1 and Abdullah KürGat Cingü1 Hindawi Publishing Corporation Journal of Ophthalmology Volume 2016, Article ID 1051572, 5 pages
Mean Platelet Volume pada Pasien dengan Nonarteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy
Mean Platelet Volume, Pasien Nonarteritic Anterior Ischemic Optic Neuropathy
(MPV, PDW, P-LCR). Student t test dan Mann Whitney U test digunakan untuk membandingkan mean dan median. Tes korelasi digunakan untuk menentukan hubungan di antara variabel-variabel. Kami mengevaluasi 46 subjek yang terdiagnosis NAION dan 90 subjek kontrol secara retrospektif. Dilakukan pemeriksaan mata lengkap pada semua subjek termasuk pengukuran tekanan intraokular (TIO). Kami membandingkan kadar hematokrit, hemoglobin, MPV, dan trombosit pada
perlu pada pasien ITP atau menyarankan aspirasi sumsum tulang atau biopsi pada pasien trombositopenia akibat hipoproduksi.
Tidak terdapat perbedaan yang http://dx.doi.org/10.1 signifikan pada jumlah platelet 155/2016/1051572 antara kedua kelompok (p=0.76). Kelompok NAION menunjukkan MPV yang secara bermakna lebih tinggi (8.25 ± 1.26 fL) dibandingkan kontrol (7.64 ± 1.01 fL) (p < 0.001). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa MPV merupakan prediktor independen pada NAION (odds rasio = 1.61; Interval kepercayaan (CI)
16
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
pasien NAION dengan subjek kontrol.
17.
Mustafa Yaprak 1 , Mehmet Nuri Turan 2 , 2 , Ramazan Dayanan 3 , Selcuk Akin 4 , Elif Degirman 4 , Mustafa Yidirim 5 , Faruk Turgut 1 Int Urol Nephrol (2016) 48:1343–1348
Rasio Platelet Limfosit Memprediksi Mortalitas Lebih Baik Dibandingkan dengan Rasio Neutrofil Limfosit
Rasio Neutrofil Limfosit, Rasio Platelet Limfosit, Inflamasi, Mortalitas, Hemodialisis
Delapan puluh pasien diperiksa dalam penelitian ini. NLR dan PLR didapatkan dengan membagi jumlah neutrofil absolut dengan jumlah limfosit absolut dan membagi jumlah trombosit absolut dengan jumlah imfosit absolut berturut-turut. Pasien diikuti selama 24 bulan. Titik akhir
95% = 1.13–2.28; p = 0.007). Pada kelompok NAION, rerata TIO secara bermakna didapatkan lebih tinggi (p < 0.001). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa TIO juga berperan sebagai prediktor independen pada NAION (OR = 1.27; 95% CI = 1.08–1.48; p = 0.003). Rata-rata nilai neutrofil, limfosit, dan trombosit berturut-turut adalah 3904 ± 1543/mm 3 , 1442 ± 494/mm 3 , 174 ± 56 x 10 3 /mm 3 . Dua puluh satu pasien meninggal sebelum follow up pada bulan pada 24 bulan. Median NLR dan PLR adalah 2,52 dan 130,4. Mortalitas dengan semua sebab lebih tinggi pada kelompok pasien dengan NLR tinggi dibandingkan dengan kelompok pasien dengan NLR rendah (18.8 vs 7.5%, p= 0.031) dan juga pada kelompok pasien
https://doi.org/10.100 7/S11255-016-1301-4
17
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
utama adalah mortalitas dengan sebab apapun.
18.
Meaghan M. Bond and Rebecca R. RichardsKortum, PhD Am J Clin Pathol December 2015;144:885894
VARIASI KOMPONEN SELULER DARI TETESANTETESAN DARAH FINGERPRICK
Variasi komponen seluler, tetesantetesan darah fingerprick
Kami menggunakan hematology analyzer untuk menganalisa konsentrasi hemoglobin, total hitung WBC, tiga differensial WBC, dan hitung trombosit dari enam tetesan darah yang diambil dengan satu penusukan (fingerprick) dari 11 donor. Kami juga mengukur konsentrasi hemoglobin pada 10 tetesan darah
dengan PLR tinggi dibandingkan PLR rendah ( 18,8 vs 7,5 %, p=0,022). Berdasarkan analisis regresi Cox, hubungan antara mortalitas dan NLR yang tinggi tidak baik (p=0.54), namun ada hubungan signifikan antara PLR yang timggi dan mortalitas (p=0.013). Rerata persentase koefisien variasi ditemukan lebih tinggi hingga 3,4 kali untuk kadar hemoglobin, 5,7 kali untuk hitung sel darah putih, 3 kali untuk hitung limfosit, 7,7 kali untuk hitung granulosit, dan 4 kali untuk trombosit pada tetesan darah fingerprick dibandingkan kontrol vena dengan menggunakan alat hematology analyzer. Rerata persentase koefisien variasi hemoglobin 5 kali lebih tinggi pada tetesan darah fingerprick dibanding darah vena yang diukur dengan
https://academic.oup. com/ajcp DOI: 10.1309/AJCP1L7DKM PCHPEH
18
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
fingerprick dari 7 donor menggunakan hemoglobinometer.
19.
E. Hussein British Blood Transfusion Society, Transfusion Medicine, 2015, 25, 20– 26
Evaluasi Kualitas dan Klinis Trombosit Aferesis Dibandingkan dengan Trombosit Konsentrat Donor Acak yang Disimpan Selama 7 hari
trombosit aferesis, trombosit agregasi, peningkatan trombosit, trombosit donor acak.
menggunakan alat hemoglobinometer point-ofcare. Fluktuasi parameterparameter darah seiring dengan meningkatnya volume darah fingerprick masih berada dalam kisaran variabilitas instrumen untuk volume yang sama dengan atau lebih besar dari 60 sampai 100 μL. Kami meneliti 30 unit Median jumlah trombosit pada doi: trombosit aferesis TAD pada hari pertama, ketiga, 10.1111/tme.12187 dan 30 unit random kelima, dan trombosit ketujuh secara berturut-turut konsentrat. Kami adalah 2080, 1990, 1680, dan memeriksa agregasi 1240 x10 3 μL -1 , sedangkan ADP, jumlah jumlah trombosit pada TDA trombosit dan pH pada hari pertama, ketiga, pada hari kelima, dan ketujuh, secara pertama, ketiga, berturut turut adalah 1290, 850, kelima, dan ketujuh 499, dan 284 x10 3 μL -1 . Nilai Sejumlah 15 pasien pH untuk seluruh unit lebih trombositopenia dari 6,2. Kedua kelompok pada kondisi menunjukkan penurunan yang hematologik signifikan dari agregasi ADP tertentu dievaluasi. Setiap pasien 19
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
mendapatkan transfusi profilaksis dari kedua komponen darah tersebut dan peningkatan trombosit post transfusi dibandingkan. Terdapat 25 transfusi trombosit aferesis yang disiapkan dan 35 transfusi yang disiapkan sebagai TDA. Tidak ada TDA yang dileukoreduksi.
setelah 3 hari penyimpanan (P<0.05). Meskipun begitu, TAD menunjukkan peningkatan yang memuaskan yakni 90.9% transfusi. Pada hari ke-6 dan ke7 penyimpanan, TAD menunjukkan jumlah trombosit yang lebih tinggi (18.7x10 3 μL 1 ) dibandingkan dengan TDA (3.20 x10 3 μL -1 ) (P<0.05). Secara signifikan interval transfusi yang lebih lama juga dicapai oleh transfusi TAD (P<0.05) Meskipun terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil, penyimpanan TAD menujukkan peningkatan yang lebih tinggi dengan interval transfusi yang lebih panjang dibandingkan dengan TDA. Dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya variabel perancu. 20
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
20.
Jain S, Enzerra M, Mehta RS, et al. J Clin Pathol Published Online doi:10.1136/ jclinpath-2016-204153
Biopsi sumsum tulang yang dilakukan dengan perangkat OnControl drill bertenaga listrik dan Jamshidi needle keduanya menghasilkan spesimen yang adekuat
BMP, OnControl Drill, Jamshidi needle
Penelitian ini menggunakan analisis retrospektif terhadap 75 spesimen sumsum tulang; Jamshidi needle (n = 44) dan OnControl (n=31). Selanjutnya dilakukan perbandingan untuk panjang biopsi setelah fiksasi, mengevaluasi panjang dan total area sumsum tulang, dan fragmentasi, aspirasi serta artefak dropout sumsum tulang juga dibandingkan.
Hasil biopsi mencukupi untuk penegakkan diagnosis pada 38/44 kasus (86%) pada kelompok M dan 26/31 kasus (83%) pada kelompok P. Penyebab paling umum mengapa biopsi tidak optimal atau tidak adekuat adalah karena spesimen subkortikal (4/6) pada kelompok M dan artefak aspirasi (5/5) pada kelompok P. Panjang rata-rata setelah fiksasi, panjang sumsum yang bisa dievaluasi, luas sumsum yang bisa dievaluasi cukup sebanding. Artefak aspirasi termasuk minimal (<10%) pada kebanyakan sampel sumsum tulang pada kelompok M (31/44), sementara 25/31 sumsum tulang pada kelompok P menunjukkan >10% artefak aspirasi (p<0,0001).
https://jcp.bmj.com/ doi:10.1136/ jclinpath-2016-204153
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas silinder biopsi dan tingkat 21
NAMA : HERMAWAN ANGKATAN : X KELAS : M.KES-4
kelayakan biopsi cukup sebanding diantara kedua alat. Alat OnControl menunjukkan artefak aspirasi yang lebih tinggi.
22