PENYAKIT MENULAR MELALUI VEKTOR Malaria Penyakit yang ditularkan melalui vektor adalah sekelompok penyakit di mana agen infeksius ditularkan ke manusia oleh serangga terbang atau merayap. Vektor adalah perantara antara reservoir dan host. Baik vektor dan host dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim; nyamuk berkembang pada cuaca hangat dan basah, dan tertekan oleh cuaca dingin; manusia mungkin mengenakan pakaian yang kurang protektif pada cuaca hangat. Satu-satunya reservoir malaria yang penting adalah manusia. Cara penularannya adalah dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi (Ronald Ross, Hadiah Nobel, 1902). Organisme penyebab adalah parasit sel tunggal dengan empat spesies: Plasmodium vivax, P. malariae, P. falciparum, dan P. ovale. Gejala klinis muncul dari parasit yang menyerang dan menghancurkan sel darah merah. Masa inkubasi adalah sekitar 12-30 hari, tergantung dari jenis Plasmodium spesifik yang terlibat. Beberapa strain P. vivax mungkin memiliki masa inkubasi yang lama yaitu 8-10 bulan dan bahkan lebih lama untuk P. ovale. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi. Konfirmasi diagnosis adalah dengan menunjukkan parasit malaria pada apusan darah. Falciparum malaria, adalah jenis parasite malaria yang paling serius, muncul dengan demam, menggigil, berkeringat, dan sakit kepala. Dapat berkembang menjadi hepatitis, gangguan perdarahan, syok, gagal ginjal atau hati, ensefalopati, koma, dan kematian. Perawatan yang cepat sangat diperlukan. Angka kematian pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak diterapi diatas 10 persen. Penyakit yang tidak diterapi dapat berlangsung 18 bulan. Bentuk lain dari malaria dapat muncul sebagai demam yang tidak spesifik. Relaps P. ovale bisa terjadi hingga 5 tahun setelah infeksi awal; malaria dapat bertahan dalam bentuk kronis hingga 50 tahun. Pengendalian malaria meningkat selama tahun 1940-an hingga 1960-an melalui perbaikan pengobatan klorokuin dan penggunaan DDT untuk pengendalian vektor dengan tujuan eradikasi penyakit. Namun, sistem pengontrolan mengalami kemunduran di banyak negara berkembang karena alokasi untuk pengendalian lingkungan dan 1
penanganan kasus berkurang. Dan adanya peningkatan resistensi obat malaria, sehingga penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di banyak bagian dunia. Kebutuhan vaksin untuk pengendalian malaria semakin jelas. WHO memperkirakan Sub-Sahara Afrika memiliki 270 juta kasus malaria baru, dengan 5 persen pada anak-anak hingga usia 5. Lebih dari 1 juta kematian terjadi setiap tahun akibat malaria, lebih dari dua pertiganya di Sub Sahara Afrika, dan hingga 50 persen pengeluaran kesehatan untuk perawatan pasien malaria. Daerah holoendemik, terutama di daerah hutan dengan curah hujan tinggi. Pada dataran yang lebih tinggi, endemisitas lebih rendah, tetapi epidemi memang terjadi. Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin telah menyebar ke seluruh Afrika, disertai dengan meningkatnya insiden bentuk klinis penyakit yang parah. Bank Dunia memperkirakan bahwa 11 persen dari semua disability-adjusted life years (DALY) per tahun di sub-Sahara Afrika berasal dari malaria, yang menempatkan beban ekonomi yang besar pada sistem kesehatan. Di Amerika, jumlah kasus yang terdeteksi telah meningkat setiap tahun sejak 1974, dan WHO memperkirakan ada 2,2-2,5 juta kasus pada tahun 1991. Sembilan negara paling endemik di Amerika mencapai pengurangan 60 persen angka kematian malaria antara tahun 1994 dan 1997. Pada tahun 2002, CDC melaporkan bahwa dari 1.337 kasus malaria di Amerika Serikat, kecuali 5 kasus diimpor, yaitu, diperoleh di negara endemis malaria. Malaria membunuh lebih dari 1 juta orang setiap tahun dan menginfeksi antara 350 dan 500 juta (WHO, 2008). Afrika Sub-Sahara adalah wilayah yang terparah, dengan 90 persen kematian ini, terutama anak-anak, dan memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Terjadi peningkatan resistensi strain terhadap obat-obatan malaria dan resistensi nyamuk terhadap insektisida yang digunakan. Pengendalian vektor, penemuan kasus, dan perawatan malaria tetap menjadi pilihan utama pada sistem kontrol. Penggunaan kelambu dan gorden yang dimasukkan insektisida, penyemprotan rumah, dan kegiatan pengendalian vektor adalah sangat
2
penting, Diagnosis dini, perawatan dan pematauan resistensi harus dilakukan secara hati-hati. Pengendalian malaria pada akhirnya akan tergantung pada vaksin yang aman, efektif, dan murah. Upaya untuk mengembangkan vaksin malaria sampai saat ini tidak berhasil karena sebagian besar jumlah malaria adalah jenis genetik P. falciparum. Dua puluh tiga vaksin prospektif untuk P. falciparum saat ini masih dalam uji klinis, dengan beberapa efektivitas obat yang dilaporkan. Penelitian vaksin untuk malaria juga terhambat oleh rendahnya prioritas dari produsen vaksin malaria karena potensi keuntungan finansialnya rendah. Adanya peningkatan resistensi obat malaria, sehingga penelitian berkonsentrasi pada aspek farmakologis penyakit. Pengendalian malaria yang efektif membutuhkan obat baru untuk infeksi malaria yang resisten, dan pencegahan primer melalui pengendalian vektor, serta untuk pengembangan vaksin. Pada tahun 1998, WHO memprakarsai kampanye "Melawan Malaria" dan mempertahankan visi pemberantasan di masa depan; Penyakit malaria termasuk dalam MDG6 untuk periode 2006-2015. Intervensi teknologi sederhana yang efektif meliputi berbasis penemuan kasus di masyarakat, penanganan dini dengan insektisida berkualitas, dan pengendalian vektor. Penggunaan jasa petugas kesehatan masyarakat dan penyediaan kelambu yang mengandung insektisida di daerah endemis telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Pemberantasan dapat dicapai dengan teknologi yang tersedia saat ini dan membutuhkan integrasi kesehatan masyarakat dan klinisi dengan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat di negara-negara yang terkena dampak penyakit malaria
Penyakit Riketsia Rickettsieae adalah parasit obligat yaitu parasite yang hanya dapat bereplikasi di sel hidup, selain itu mereka memiliki karakteristik bakteri. Merupakan kelompok penyakit yang mirip secara klinis, biasanya ditandai dengan sakit kepala parah, demam, mialgia, ruam, dan pendarahan kapiler yang menyebabkan kerusakan pada otak, paru-paru, ginjal, dan jantung. Identifikasi dengan uji serologis untuk antibodi, dapat dikultur pada 3
hewan laboratorium, telur embrionik, atau dalam kultur sel. Organisme ditransmisikan oleh vektor arthropoda seperti kutu dan tungau. Penyakit ini menyebabkan jutaan kematian selama masa perang dan kelaparan sebelum munculnya antibiotik. Penyakit-penyakit ini muncul di lingkungan dan masih sulit diberantas, tetapi diagnosis klinis, perlindungan inang, dan pengendalian vektor dapat membantu mengurangi beban penyakit dan dapat menangani wabah. Edukasi masyarakat tentang perlindungan diri, pakaian bersih, menghilangkan kutu badan, dan langkah-langkah kontrol lokal seperti penyemprotan dan modifikasi habitat sangat berguna. Epidemi Tifus pertama kali diidentifikasi pada tahun 1836, yang disebabkan oleh Rickettsia Prowazekii. Tifus adalah penyebab sekitar 3 juta kematian, yang disebarkan oleh kutu badan terutama selama perang dan kelaparan, di Polandia dan Uni Soviet dari 1915-1922. Tingkat kematian bila tidak diobati adalah 5-40 persen. Tifus berespons baik terhadap antibiotik. Saat ini sebagian besar masih terbatas pada fokus endemik di Afrika Tengah, Asia Tengah, Eropa Timur, dan Amerika Selatan. Dapat dicegah dengan kebersihan dan pedikulisida seperti DDT dan lindane. Vaksin tersedia untuk personel laboratorium yang terpapar. Tifus murine adalah bentuk tifus ringan akibat Rickettsia typhi, yang ditemukan di seluruh dunia dan disebarkan oleh reservoir hewan pengerat. Scrub typhus, juga dikenal sebagai Tsutsugamushi atau demam sungai Jepang, terletak di seluruh Timur Jauh dan kepulauan Pasifik, dan merupakan masalah kesehatan yang serius bagi angkatan bersenjata AS di Pasifik selama Perang Dunia II. Angka kematian Rickettsia tsutsugamushi memiliki banyak variasi menurut wilayah, organisme, dan usia pasien. Rocky Mountain spotted fever disebabkan oleh Rickettsia rickettsii merupakan bentuk tifus yang ditularkan melalui kutu dan dapat mematikan, terjadi di Amerika Utara bagian barat, Eropa, dan Asia. Q fever adalah penyakit yang ditularkan melalui kutu yang disebabkan oleh Coxiella burnetii dan terdistribusi di seluruh dunia, biasanya terkait dengan pekerja pertanian, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyemprotan hewan ternak seperti domba, sapi, kambing dan penggunaan pakaian pelindung serta membersihkan kutu tubuh secara teratur membantu melindungi orang dari paparan kuman tersebut.
4
Arbovirus Disebabkan oleh beragam kelompok virus yang ditularkan ke hewan-hewan vertebrata (hewan ternak atau hewan pengerat kecil) dan manusia, oleh gigitan vektorvektor seperti nyamuk, kutu, dan lalat pasir atau melalui kontak langsung dengan bangkai hewan yang terinfeksi. Biasanya virus memiliki kapasitas untuk berkembang biak di kelenjar ludah vektor, tetapi ada yang dibawa secara mekanis di bagian mulut mereka. Virus ini menyebabkan infeksi sistem saraf pusat akut (meningoensefalitis), miokarditis, atau penyakit virus yang tidak berdiferensiasi dengan poliartritis atau penyakit demam berdarah yang parah. Penyakit arbovirus tidak menunjukkan gejala pada hewan vertebrata tetapi gejala muncul pada manusia. Lebih dari 250 jenis arbovirus yang berbeda secara antigen dikaitkan dengan penyakit pada manusia, bervariasi dari demam biasa dengan durasi singkat hingga demam hemoragik parah. Masing-masing memiliki lokasi geografis dan vektor tertentu serta karakteristik klinis dan virologi tertentu, tetapi dapat menyebar secara global melalui turis dan menjadi endemik di daerah baru. Arbovirus sangat penting bagi kesehatan masyarakat internasional karena penyebarannya berpotensi melalui fenomena alam dan alat transportasi modern membawa vektor dan orang yang memiliki inkubasi penyakit ini dengan potensi penyebaran virus ini ke daerah tujuannya. Ensefalitida Arbovirus bertanggung jawab atas sejumlah besar penyakit ensefalitis, karakteristiknya adalah dari cara penularan dan area geografisnya. Arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk menyebabkan ensefalitis,banyak terjadi di Venezuela, Jepang, dan Murray Hill. Ensefalitis Jepang disebabkan oleh arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk yang ditemukan di Asia dan berhubungan dengan daerah sawah. Tanda klinis dengan sakit kepala, demam, kejang-kejang, dan kelumpuhan, dengan tingkat kematian pada kasus yang parah sebesar 60 persen. Vaksin yang tersedia saat ini digunakan secara rutin di daerah endemik (Jepang, Korea, Thailand, India, dan Taiwan) dan untuk orang yang rutin bepergian ke daerah tersebut. Arbovirus yang ditularkan melalui kutu menyebabkan ensefalitis termasuk pada virus Powassan yang terjadi secara sporadis di
5
Amerika Serikat dan Kanada. Ensefalitis tick-borne adalah endemik di Eropa timur, Skandinavia, dan bekas Uni Soviet. Virus West Nile (WNV) Virus ini diidentifikasi pertama kali di Afrika pada tahun 1937, dengan penyebaran luas di daerah Eropa, Uni Soviet selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan, yang muncul di Mesir dan Israel pada 1950-an. Epidemi ensefalitis yang ditularkan oleh nyamuk di New York City pada tahun 1999 mencakup 54 kasus dan 6 kematian akibat virus West Nile Fever, yang belum pernah ditemukan sebelumnya di Amerika Serikat. Virus ini telah menyebar ke seluruh Amerika Utara, dengan kasus pada hewan dan manusia di hampir setiap negara bagian di Amerika Serikat. Penggunaan kawanan ayam sentinel yang berlokasi strategis telah sangat efektif dalam menentukan distribusi geografis WNV dan memprediksi risiko lokal untuk infeksi virus ini. Saat unggas memiliki tes positif WNV di area baru, penyedia layanan kesehatan diberitahu tentang tanda-tanda dan gejala WNV, sehingg harus meningkatkan efektivitas pengawasan, intervensi dini, dan pencegahan. Model yang sangat sukses ini berpotensi diterapkan pada penyakit zoonosis lainnya. Sementara hanya 20 persen dari individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit klinis, konsekuensi dari infeksi dapat parah, terutama pada orang tua dan orang yang mengalami gangguan sistem imun. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk WNV. Satu-satunya cara pencegahan yang efektif adalah program pengendalian vektor dan perlindungan pribadi terhadap gigitan nyamuk. Di Amerika Serikat, CDC melaporkan bahwa selama 2006, penularan WNV ke manusia atau hewan meluas ke banyak negara yang sebelumnya tidak melaporkan penularan. Kasus penyakit neuroinvasive WNV meningkat dari 2003-2006. Ekstrapolasi dari serosurvei sebelumnya menunjukkan sekitar 41.750 kasus penyakit WNV nonneuroinvasive terjadi pada 2006 dibandingkan dengan 2770 kasus yang dilaporkan. Penyebaran WNF mengindikasikan perlunya pengawasan yang berkelanjutan, pengendalian nyamuk, promosi perlindungan diri dari gigitan nyamuk, dan penelitian harus masuk ke dalam strategi pencegahan tambahan.
6
Chikungunya Demam Chikungunya adalah penyakit virus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi. Itu terutama di daerah India dan Asia Tenggara, menyebabkan penyakit seperti demam berdarah yang tidak fatal. Penyakit ini telah menyebar ke Eropa dengan wabah di Perancis dan kemudian Italia setelah impor dari India oleh seorang pelancong. Karena menjadi wabah besar (lebih dari 197 kasus) pada tahun 2007, muncul kekhawatiran bahwa akan menjadi penyakit endemik. Rift Valley Fever Rift Valley fever (RVF) adalah virus yang disebarkan oleh nyamuk dan vektor serangga lainnya. Dapat terjadi pada hewan dan manusia yang bersentuhan langsung dengan daging atau darah hewan yang terkena virus. Virus ini menyebabkan penyakit pada manusia dengan ensefalitis, perdarahan, retinitis dan perdarahan retina yang menyebabkan kebutaan sebagian atau total, persentase kematian (1-2 persen). Reservoir dan vektor utama adalah nyamuk Aedes, penularannya melalui kontak langsung dengan cairan hewan kepada manusia. Penyebaran RVF yang tidak biasa ke Negara Sudan dan di sepanjang waduk Bendungan Aswan ke Mesir pada tahun 1977– 1978 menyebabkan ratusan ribu kematian hewan, kasus pada manusia dengan 18.000 dengan 598 kematian. RVF muncul lagi di Mesir pada tahun1993. Pada tahun 1997, wabah RVF terjadi di Kenya, awalnya dianggap antraks, dengan ratusan kasus dan kematian, terkait dengan musim hujan yang tidak normal dan kondisi vektor. Pemantauan satelit curah hujan dan vegetasi digunakan untuk memprediksi epidemi di Kenya dan negara-negara sekitarnya. Imunisasi hewan, pemantauan, kontrol vector, dan meminimalisir kontak dengan hewan yang terinfeksi dapat membatasi penyebaran penyakit ini. RVF muncul kembali di Yaman dan Arab Saudi sejak tahun 2000 dan mungkin telah menjadi endemik di wilayah tersebut.
7
Demam Berdarah Arbovirus juga dapat menyebabkan demam berdarah. Merupakan penyakit demam akut, dengan fenomena hemoragik yang luas (internal dan eksternal), kerusakan hati, syok, dan seringkali angka kematian yang tinggi. Demam Kuning Demam kuning adalah penyakit virus akut dengan durasi yang pendek dan tingkat keparahan bervariasi, dan dapat berkembang menjadi penyakit hati dan pendarahan usus yang parah. Angka kematian kasus ini adalah 5 persen di daerah endemis, tetapi mungkin setinggi 50 persen di daerah non endemik. Menyebabkan epidemi besar di Amerika di masa lalu, tetapi dikendalikan dengan penghapusan vektor, Aedes aegypti. Vaksin hidup yang dilemahkan digunakan di daerah endemis, imunisasi rutin direkomendasikan bagi pelancong ke daerah yang terinfeksi. Menentukan cara penularan dan pengendalian vektor demam kuning memainkan peran utama dalam pengembangan kesehatan masyarakat (lihat Bab 1). Pada tahun 1997, WHO melaporkan 200.000 kasus dan 30.000 kematian akibat demam kuning secara global. Demam kuning endemik di 10 negara di Amerika Tengah dan Selatan, dan sekarang menyebar juga di Asia. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue adalah penyakit virus akut yang muncul tiba-tiba, dengan gejala dan tanda, 3-5 hari demam, sakit kepala hebat, mialgia, artralgia, gangguan pencernaan, dan ruam. Fenomena hemoragik dapat menyebabkan tingkat kematian kasus ini hingga 50 persen. Epidemi bisa terjadi, tetapi penanganan yang memadai dapat sangat mengurangi jumlah kematian. Demam berdarah terjadi di Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Australia, Afrika Barat, Karibia, dan Amerika Tengah dan Selatan. Epidemi di Kuba pada tahun 1981 terdapat lebih dari 500.000 kasus, dan 158 kematian. Pengendalian vektor nyamuk A. aegypti menghasilkan pengendalian penyakit selama tahun 1950-an-1970-an, tetapi reinfestasi nyamuk menyebabkan peningkatan penularan dan epidemi di Kepulauan Pasifik, Karibia, dan Amerika Tengah dan Selatan pada 1980-an dan 1990-an (Kotak 4.12 ). Wabah di Vietnam terdapat 370.000 kasus 8
pada tahun 1987, 116.000 kasus lainnya pada tahun 1990, dan wabah serupa pada tahun 1997. Indonesia memiliki lebih dari 13.000 kasus pada tahun 1997 dengan 240 kematian, dan pada tahun 1998 lebih dari 19.000 kasus (Januari-Mei) dengan setidaknya 531 kasus kematian. Pada tahun 1998, epidemi demam berdarah dilaporkan di Fiji, Kepulauan Cook, Kaledonia Baru, dan Australia utara. Monyet adalah reservoir utama, dan vektornya adalah nyamuk A. aegypti. Tidak ada vaksin DBD sampai saat ini , dan manajemennya adalah dengan pengendalian vektor.
Box 4.12 Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue Demam Dengue (seperti penyakit influenza berat) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kondisi penyakit yang sangat berhubungan yang disebabkan oleh empat virus berbeda yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Dengue adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk. Sebanyak 2.500 juta orang di seluruh dunia berisiko terinfeksi. Diperkirakan 20 juta kasus terjadi setiap tahun, di antaranya 500.000 harus dirawat di rumah sakit. Hal ini merupakan masalah persebaran penyakit, terutama di kota-kota di daerah tropis dan subtropis. Wabah besar yang terjadi dilaporkan di Kolombia, Kuba, dan dibanyak lokasi lainnya pada tahun 1997. “Penyebaran geografis vektor nyamuk dan virus telah menyebabkan epidemi global pada penyakit demam dengue dan munculnya demam berdarah dengue (DBD) di 25 tahun terakhir dengan perkembangan hiperendemisitas di banyak pusat perkotaan di daerah tropis. “Pemulihan dari infeksi oleh seseorang memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe itu tetapi hanya memberikan perlindungan sementara terhadap infeksi selanjutnya oleh tiga jenis lainnya. Ada bukti bahwa sequel infection meningkatkan risiko penyakit yang lebih serius pada DBD. “DBD pertama kali dikenal pada 1950-an selama epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Pada tahun 1970, sembilan negara telah mengalami epidemi DBD dan sekarang, jumlahnya telah meningkat lebih dari empat kali lipat dan terus meningkat. Saat ini kasus-kasus DBD yang muncul menyebabkan peningkatan epidemi dengue di Amerika, dan di Asia, di mana keempat virus dengue telah endemik, DBD menjadi penyebab utama perawatan dan kematian pasien pada anak-anak di beberapa negara. ”Saat ini pengendalian vektor adalah metode yang tersedia untuk Pencegahan dan pengendalian Demam Dengue dan DBD tetapi penelitian tentang vaksin demam berdarah untuk penggunaan kesehatan masyarakat masih sedang dalam proses. Sumber: World Health Organization. 1998. World Health Report 1998. Geneva: World Health Organization. WHO and Dengue at WHO Geneva, http://www.who.int/esr/disease/dengue/en/ [accessed October 30, 2007].
Demam Berdarah Lainnya Demam Lassa Demam Lassa pertama kali diisolasi di Lassa, Nigeria, pada tahun 1969 dan tersebar luas di Afrika barat, dengan 200.000-400.000 kasus dan 5.000 kematian setiap 9
tahunnya. Penyebarannya melalui kontak langsung dengan darah, urin, atau sekresi tikus yang terinfeksi dan melalui kontak langsung antar orang di rumah sakit. Penyakit ini ditandai oleh demam persisten atau spike selama 2-4 minggu, dan mungkin dapat terjadi hipotensi berat, syok, dan pendarahan. Angka persentasi kematian kasus DBD adalah 15 persen. Penyakit Marburg Penyakit Marburg adalah penyakit virus dengan onset mendadak, seperti malaise, demam, mialgia, sakit kepala, diare, muntah, ruam, dan pendarahan. Kasus ini pertama kali terlihat di Marburg, Jerman, pada tahun 1967, setelah paparan monyet. Penyebaran orang ke orang terjadi melalui darah, sekresi, organ, dan air mani. Angka kematian kasus ini bisa lebih dari 50 persen. Demam Ebola Demam ebola adalah penyakit virus dengan onset penyakit yang mendadak, rasa tidak enak badan, demam, mialgia, sakit kepala, diare, muntah, ruam, dan pendarahan. Wabah ebola pertama kali ditemukan di Zaire dan Sudan pada tahun 1976 yang menewaskan lebih dari 400 orang. Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui darah, muntahan, urin, feses, dan sekresi lain dari orang sakit, dengan masa inkubasi yang singkat. Penyakit ini memiliki angka kematian hingga 90 persen. Reservoir untuk virus ini diduga berasal dari tikus. Wabah Ebola pada Mei 1995 di kota Kikwit, Zaire, menewaskan 245 orang dari 316 kasus (angka kematian 78 persen). Wabah ini menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa penyakit ini dapat menyebar, tetapi tetap terlokalisir. Wabah lain virus Ebola terjadi di Gabon pada awal 1996, dengan 37 kasus, 21 di antaranya memiliki paparan langsung terhadap monyet yang terinfeksi, sisanya oleh kontak manusia ke manusia, atau tidak diketahui; 21 dari kasus meninggal (57 persen). Penyakit ini dianggap sangat berbahaya kecuali jika wabah dikendalikan secara efektif. Epidemi Ebola menjadi keadaan darurat internasional; petugas kesehatan masyarakat dari seluruh dunia terlibat dalam kontrol dan intervensi melalui proyek-proyek yang diarahkan oleh WHO dan CDC.
10
Penyakit Lyme Penyakit Lyme ditandai oleh adanya gejala ruam, muskuloskeletal, neurologis, dan kardiovaskular. Konfirmasi diagnosa dilakukan dengan investigasi hasil laboratorium. Penyakit ditularkan melalui vektor yang paling umum di Amerika Serikat, dengan 64.000 kasus dilaporkan antara tahun 2003 dan 2005. Menyerang anak-anak dalam kelompok usia 5-14 dan orang dewasa berusia 30-49 tahun. Penyakit Lyme dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan kutu, dengan menggunakan obat anti serangga, mengenakan celana panjang dan lengan panjang di daerah yang terinfeksi, dan dengan menghilangkan kutu yang menempel. Beberapa produsen A.S. telah mengembangkan vaksin; namun, implementasi program sulit dilakukan karena kesulitan dalam pelaporan dan pelacakan kasus berat. Box 4.13 Penyakit Lyme Penyakit Lyme menginfeksi sekitar 20.000 orang per tahun. Risiko tertinggi di wilayah timur laut, tengah, dan tengah Atlantik. Penyakit ini menyumbang lebih dari 90% penyakit yang ditularkan melalui vektor di Amerika Serikat dan merupakan infeksi nomor sembilan yang dilaporkan pada tahun 1995. Penyakit Lyme telah diidentifikasi di banyak bagian Amerika Utara, Eropa, bekas Uni Soviet, Cina, dan Jepang. Kebersihan diri untuk perlindungan dari kutu dan modifikasi lingkungan, sangat penting untuk membatasi penyebaran penyakit. Sumber: Centers for Disease Control. 2007. MMWR, 56:573–576. Lyme disease website, available at http://www.cdc.gov/ncidad/disease/ lyme/lyme.htm
PENYAKIT PARASIT Parasit secara medis adalah hewan yang hidup, makan, dan berkembang dalam tubuh inang, yang dapat atau tidak membahayakan inang, tetapi tidak. Mereka termasuk organisme bersel tunggal seperti protozoa (malaria, Giardia, amebiasis, dan Cryptosporidium), dan cacing yang dikategorikan sebagai nematoda, cestoda, dan trematoda (Kotak 4.14). Kesehatan masyarakat terus menghadapi masalah penyakit parasit di negara berkembang. Infeksi Giardiasis dan Cryptosporidium dan wabah lainnya telah terjadi di Amerika Serikat. Penyakit parasit seperti malaria adalah salah satu penyebab paling umum dari penyakit dan kematian di dunia. Penyakit ringan seperti giardiasis dan trikomoniasis dapat menyebabkan morbiditas yang luas. Cacing yang masuk ke usus dapat menyebabkan komplikasi yang parah, meskipun pada umumnya menyebabkan 11
anemia defisiensi besi. Program Imunisasi yang Diperluas atau Expanded Programme of Immunization (EPI plus) dan bersamaan dengan pemberian suplemen Vitamin A pada penderita untuk menghilangkan penyakit cacingan yang efektif setiap 6 bulan. Echinococcosis Echinococcosis adalah infeksi dengan Echinococcus granulosus, cacing pita kecil yang biasa ditemukan pada anjing. Cacing pita membentuk kista unilokular (tunggal, nonkompartemen) di inang, terutama di hati dan paru-paru, tetapi mereka juga dapat tumbuh di ginjal, limpa, sistem saraf pusat, atau di tulang. Kista, yang dapat tumbuh hingga 10 cm, mungkin tidak menunjukkan gejala atau, jika tidak diobati, dapat menyebabkan gejala parah dan bahkan kematian. Parasit ini umumnya muncul di mana anjing digunakan untuk menjaga kawanan ternak yang merumput dan juga memiliki kontak intim dengan manusia. Beberapa daerah seperti Yunani, Sardinia, Afrika Utara dan Amerika Selatan dan beberapa daerah di Amerika merupakan endemis penyakit ini. Anjing adalah inang utama, inang perantara termasuk domba, sapi, babi, kuda, rusa, dan serigala. Langkah-langkah pencegahan termasuk pendidikan tentang kebersihan makanan, kontak dengan hewan, membasmi anjing liar, dan menjaga anjing peliharaan dari visera hewan yang disembelih. Penyakit echinococcal lain (Echinococcus vogeli) ditemukan di Amerika Selatan, di mana inang alami adalah anjing dan inang perantara adalah tikus. Anjing peliharaan juga berfungsi sebagai sumber infeksi manusia. Reseksi bedah tidak selalu berhasil, dan perawatan medis jangka panjang mungkin diperlukan. Pengendalian penyakit melalui kebersihan hewan liar dan hewan peliharaan yang bersentuhan dengan manusia. Kebijakan pengendalian penyakit ini mungkin membutuhkan kerja sama skala besar antar negara-negara tetangga.
12
Cacing pita Infestasi cacing pita (taeniasis) sering terjadi di negara tropis yang standar higienisnya rendah. Cacing pita sapi (Taenia saginata) dan babi (T. solium) sering ditemukan pada hewan yang diberi makan dengan air atau makanan yang terpapar kotoran manusia. T. solium sangat mematikan; keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan dapat menyebabkan penyakit menjadi parah, termasuk sistiserkosis neurologis. Di negara-negara berkembang, infeksi dikaitkan dengan konsumsi daging babi, sementara di Amerika Serikat, beberapa epidemi terjadi akibat memakan hewan buruan karnivora seperti singa gunung dan beruang. Membekukan atau memasak daging, terutama babi dan mamalia karnivora, sangat penting untuk menghancurkan
13
cacing pita. Cacing pita ikan (Diphyllobothrium latum) sering terdapat pada pada ikan mentah, seperti di Eropa Timur, dan Skandinavia. Cacing pita ini biasanya dikaitkan dengan iklim utara. Balita sangat rentan terhadap cacing pita anjing (Dipylidium caninum), yang ditransmisikan dari telur cacing yang ada di feses. Penyakit ini biasanya tanpa gejala. Demikian pula, cacing pita kerdil (Hymenolepisnana) ditransmisikan melalui kontaminasi tinja dari orang ke orang, atau melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Cacing pita tikus (Hymenolepis diminuta) juga sebagian besar menyerang anak kecil. Onchocerciasis Onchocerciasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit, yang menghasilkan jutaan larva yang menyebabkan rasa gatal, debilitasi, dan berakhir pada kebutaan. Penyakit ini disebarkan oleh lalat hitam yang mentransmisikan larva dari orang yang terinfeksi ke yang tidak terinfeksi. Paling sering di sub-Sahara Afrika dan di Amerika Latin, dengan lebih dari 120 juta orang berisiko. Pengendaliannya dengan cara kombinasi kegiatan seperti pengendalian lingkungan dengan semprotan larvisidal untuk mengurangi populasi vektor, perlindungan host potensial dengan pakaian pelindung dan penolak serangga, dan pengobatan. Program yang diprakarsai WHO untuk pengendalian onchocerciasis dimulai pada tahun 1974 disponsori oleh empat lembaga internasional: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pembangunan PBB (UNDP), Bank Dunia, dan WHO. Mencakup 11 negara di sub-Sahara Afrika, dengan fokus pada kontrol terhadap lalat hitam dengan menghancurkan larva, terutama melalui insektisida yang disemprotkan dari udara. Program Visi 2020 WHO bertujuan untuk mengendalikan kebutaan pada tahun 2020. Program ini telah berhasil melindungi sekitar 30 juta orang dan membantu 1,5 juta orang yang terinfeksi untuk pulih dari penyakit ini. WHO memperkirakan bahwa program ini mencegah 500.000 kasus kebutaan pada tahun 2000 dan 25 juta hektar lahan telah dibebaskan untuk pemukiman dan penanaman pohon kembali. Program ini menelan biaya $570 juta. Investasi ini dianggap oleh Bank Dunia memiliki pengembalian 16–28 persen dalam hal penggunaan kembali lahan skala besar dan peningkatan hasil populasi. Program WHO di Afrika untuk Kontrol Onchocerciasis (APOC), dimulai pada tahun 1996, termasuk penggunaan obat Ivermectin dan upaya 14
pengendalian vektor selektif dengan menyemprotkan capung. Ini melibatkan 30 negara di Afrika, dan 6 di program serupa di Amerika Selatan (lihat http: //www/who.int/ocp). Dracunculiasis Dracunculiasis (penyakit cacing Guinea) merupakan penyakit parasit yang sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat di India, Pakistan, dan Afrika tengah dan barat. Menginfeksi pada jaringan subkutan dan lebih dalam yang disebabkan oleh nematoda besar (60 cm), biasanya mempengaruhi ekstremitas bawah dan menyebabkan rasa sakit. Nematoda menyebabkan lepuh dan rasa terbakar pada kulit ketika cacing mengeluarkan telurnya. Setelah blister pecah, cacing melepaskan larva saat anggota ekstremitas bawah berada di dalam air. Telur di air yang terkontaminasi dan larva yang dilepaskan, bermigrasi melalui visera sebagai cacing dewasa ke jaringan jaringan subkutan kaki. Inkubasi sekitar 12 bulan. Larva yang dilepaskan dalam air dicerna oleh krustasea kecil dan tetap infektif selama sebulan. Pencegahan didasarkan pada peningkatan keamanan pasokan air dan dengan mencegah kontaminasi oleh orang yang terinfeksi. Edukasi bagi masyarakat yang ada di daerah endemik untuk menghindari sumber air yang terkontaminasi dan menyaring air minum dapat mengurangi penularan. Insektisida menghilangkan krustasea. Schistosomiasis Juga dikenal sebagai bilharziasis, demam siput, dan demam Katayama) adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit jenis Schistosoma. Ketika cacing pipih ini sudah berada di dalam tubuh manusia, penderita akan mengalami gejala keracunan, disentri, penurunan berat badan sehingga kurus yang berlebihan, hingga pada pembengkakan hati yang bisa diakhiri dengan kematian. Tidak seperti proses cacingan pada umumnya, cacing ini masuk ke tubuh manusia bukan dari mulut, tapi langsung menembus pori-pori kulit menuju aliran darah dan bergerak menuju jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati. Mula-mula
schistosomiasis
menjangkiti
manusia
melalui
kulit
dalam
bentuk cercaria yang mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia, parasit tersebut mengalami transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan berubah menjadi
15
cacing. Selanjutnya cacing ini menembus jaringan bawah kulit dan memasuki pembuluh darah menyerbu jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati. Di dalam hati manusia yang dijangkiti, cacing-cacing tersebut menjadi dewasa dalam bentuk jantan dan betina. Pada tingkat ini, tiap cacing betina memasuki celah tubuh cacing jantan dan tinggal di dalam hati orang yang dijangkiti untuk selamanya. Pada akhirnya pasanganpasangan cacing Schistosoma bersama-sama pindah ke tempat tujuan terakhir yakni pembuluh darah usus kecil yang merupakan tempat persembunyian bagi pasangan cacing Schistosoma sekaligus tempat bertelur. Saat ini prosentase prevalensi penyakit cacingan di dataran tinggi lindu juga sudah mulai menurun hingga dibawah 1%, berkat upaya aktif dari pemerintah yang secara rutin melakukan pemantauan. Schistosomiasis menjangkiti hampir 210 juta orang di seluruh dunia, dan diperkirakan 12.000 sampai 200.000 orang meninggal karena penyakit ini setiap tahun. Penyakit ini paling umum ditemukan di Afrika, serta Asia, dan Amerika Selatan. Sekitar 700 juta orang, di lebih dari 70 negara, hidup di wilayah tempat penyakit ini umum dijumpai. Schistosomiasis menempati urutan kedua setelah malaria, sebagai penyakit akibat parasit dengan dampak ekonomi terbesar. Sejak zaman kuno hingga awal abad ke-20, gejala schistosomiasis berupa urin berdarah dipandang sebagai menstruasi versi laki-laki di Mesir sehingga
dipandang
sebagai upacara
peralihan bagi
anak
laki-
laki. Penyakit ini digolongkan sebagai penyakit tropis terabaikan. Metode untuk mencegah penyakit ini meliputi meningkatkan akses terhadap air bersih dan mengurangi populasi siput. Di daerah tempat penyakit ini umum ditemui, seluruh kelompok dapat diobati secara bersamaan dan setiap tahun dengan obat praziquantel. Ini dilakukan untuk mengurangi jumlah orang yang terinfeks dan karena itu, mengurangi penyebaran penyakit ini. Praziquantel juga merupakan pengobatan yang dianjurkan oleh World Health Organization bagi mereka yang sudah diketahui terinfeksi.
16
Leishmaniasis Adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa yang termasuk dalam genus Leishmania dan
ditularkan
lewat
gigitan
sejenis
lalat
genus Lutzomyia dan Phlebotomus. Penyakit ini dinamai menurut penemunya William Boog
Leishman dan
juga
dikenal
sebagai
Leichmaniosis,
Leishmaniose,
dan
leishmaniose. Salah satu penyakit yang menjadi fokus badan kesehatan dunia (WHO) adalah penyakit Leishmaniasis (dikenal sebagai parasit pemakan daging) yang kini telah menjangkiti sebanyak 900.000 – 1.000.000 orang di 98 negara di seluruh dunia yang diperkirakan akan terus berkembang dan menghantui dunia jika tidak diambil tindakan bersama
dalam
pengatasi
penyebaran
penyakit
yang
disebabkan
oleh
parasit leishmania ini. Sampai saat ini saja setiap tahunnya penyakit parasit ini memakan korban sebanyak 20-30 ribu jiwa Berdasarkan Record tercatat
laporan
sebanyak
yang 399
dipublikasikan juta
orang
di Weekly rentan
Epidemiological
terhadap cutaneous
leishmaniasis terutama di 11 negara yang beriko sangat tinggi yaitu: Afghanistan, Algeria, Brazil, Colombia, Islamic Republic of Iran, Morocco, Pakistan, Peru, Saudi Arabia, Syrian Arab Republic, Tunisia and Turkey Sedangkan
jumlah
orang
yang
rentan
terhadap
penyakit visceral
leishmaniasis berjumlah 556 juta orang diaman 12 negara adalah yang paling rentan, yaitu Bangladesh, Brazil, China, Ethiopia, Georgia, India, Kenya, Nepal, Paraguay, Somalia, South Sudan, Spain, Sudan and Uganda Leishmaniasis yang dikenal sebagai penyakit “orang miskin” ini umumnya berkembang di wilayah yang buruk sanitasinya dengan fasilitas kesehatan yang mendasar
yang
minim
dan
juga
terkait
dengan
malnutrisi.
Disamping
itu Leishmaniasis juga menyebar dengan cepat di wilayah dimana orang atau pekerja memiliki kebiasaan tidur di alam terbuka Perkembangan leishmaniasis yang sedemikian cepat ini juga dihubungkan dengan perubahan lingkungan yang drastis akibat penggundulan hutan, pembangunan 17
waduk waduk, pembangunan irigasi dan urbanisasi yang akhir akhir ini terjadi dengan cepat dalam skala besar besaran Leishmaniasis adalah penyakit yang disebarkan
oleh
lalat betina
yang
dinamakan phlebotomine sandflies yang membawa parasit leishmania. Penderita yang terjangkiti
parasit ini
umumnya
memperlihatkan
gejala
dalam tiga
bentuk
yaitu cutaneous, mucocutaneous dan visceral. Bentuk visceral ini adalah yang paling mematikan dan banyak memakan korban. Masalah yang terberat dalam penanggulangan penyakit ini selain masalah buruknya kualitas kesehatan adalah belum ditemukannya obat yang dapat mengatasi penyakit ini. African trypanosomiasis atau penyakit tidur Merupakan penyakit parasit manusia dan hewan lain. Hal ini disebabkan oleh parasit dari spesies Trypanosoma brucei. Terdapat dua jenis parasit tersebut yang menginfeksi manusia, Trypanosoma brucei gambiense (T.b.g) dan Trypanosoma brucei rhodesiense (T.b.r.). T.b.g
menyebabkan
lebih
dari
98%
kasus
yang
dilaporkan. Keduanya biasanya ditularkan melalui gigitan lalat tsetse yang terinfeksi dan paling umum terjadi di wilayah pedesaan. Penyakit ini terjadi secara rutin di sejumlah wilayah Afrika Sub-Sahara, dengan populasi yang berisiko terjangkit sekitar 70 juta orang di 36 negara. Sejak tahun 2010, penyakit ini menyebabkan sekitar 9.000 kematian, lebih rendah dari tahun 1990 yaitu sebanyak 34.000 kematian.[ Saat ini, kira-kira 30.000 orang terinfeksi, dengan 7000 kasus infeksi baru pada tahun 2012.[1] Lebih dari 80% kasus tersebut terjadi di negara Republik Demokratik Kongo. Tiga peristiwa wabah terbesar telah terjadi dalam sejarah:
satu
kasus
mulai
tahun
1896
sampai
1906
terjadi
terutama
di Uganda dan Lembah Kongo serta dua kasus pada tahun 1920 dan 1970 di beberapa negara di Afrika. Hewan lain, seperti sapi, dapat membawa penyakit dan terkena infeksi. Gejala tahap pertama penyakit ini yaitu penderita mengalami demam, sakit kepala, gatal-gatal, dan nyeri sendi. Gejala ini dimulai sekitar satu hingga tiga pekan setelah penderita digigit oleh lalat tersebut. Beberapa minggu hingga beberapa bulan kemudian, tahap kedua dimulai dengan tanda-tanda kebingungan, koordinasi anggota tubuh yang
18
lemah, mati rasa dan susah tidur. Diagnosis penyakit ini dapat diketahui lewat parasit dalam hapusan darah tepi atau dalam cairan nodus limpa. Pungsi lumbal sering kali diperlukan untuk membedakan antara tahap pertama dan kedua. Pencegahan penyakit yang parah dilakukan lewat penyaringan populasi yang berisiko melalui tes darah untuk T.b.g. Pengobatan lebih mudah bila penyakit ini terdeteksi lebih awal dan sebelum gejala neurologis terjadi. Pengobatan tahap pertama yaitu
menggunakan
obat pentamidin atau suramin.
menggunakan eflornitin atau
Pengobatan
kombinasi nifurtimoks dan
tahap
eflornitin
kedua untuk
T.b.g. Meskipun melarsoprol manjur untuk kedua tahap tersebut, biasanya hanya digunakan untuk T.b.r. karena adanya efek samping yang serius.
Penyakit Parasit Lainnya Amebiasis Amebiasis atau amoebiasis adalah infeksi yang
disebabkan
oleh Entamoeba
histolytica dengan atau tanpa gejala yang tampak. Gambaran klinik ditandai dengan kerusakan jaringan yang sekunder. Kemungkinan
luas
di
kerusakan
lapisan submukosa dan diperparah
dengan
terjadinya infeksi masuknya parasit ke
dalam pembuluh darah dan kelenjar getah bening yang berada pada lapisan submukosa dan menyebabkan parasit ini menyebar secara hematogen ke organ yang jauh. Amebiasis Intestinal Akut Amebiasis intestinal akut terjadi jika seseorang mengalami gejala yang berat dan berlangsung dalam waktu yang tidak lebih dari 1 bulan. Hal ini terjadi karena peradangan akut di kolon dengan
adanya ulkus yang
menimbulkan
gejala
yang
dinamai syndrome disentri. Gejala tersebut merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari berak-berak
encer
(diare)
dengan
tinja
yang
bercampur
darah
dan
lendir,
dan disentrinyeri anus waktu berak (tenesmus ani).
19
Amebiasis Intestinal Kronis Biasanya berupa gejala ringan tanpa demam, ada rasa tidak enak di perut, dan rasa mual disertai diare yang bergantian dengan obstipasi. Tinja yang dikeluarkan biasanya padat, kadang-kadang diliputi darah dan lendir yang tidak merata. Amebiasis ekstra intestinal atau amebiasis kolon ekstra intestinal Dapat terjadi melalui aliran darah (hematogen) atau kontak langsung (perkontinuitatum). Bila terjadi penyebaran melalui aliran darah, maka organ-organ yang sering dikenai adalah hati, paru-paru, dan otak. Tetapi yang paling sering terjadi adalah amebiasis hati. Askariasis Adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Nematoda Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%. Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom
Loeffler.
Sindrom
Loeffler
merupakan
kumpulan
tanda
seperti demam, sesak napas, dan eosinofilia, Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Di Negara tropis, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.
20
Cacing Kremi (Enterobiasis) Infeksi Cacing kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) merupakan suatu infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus. Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacingtertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah. Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat antiparasit mebendazole, albendazole. Seluruh
anggota keluarga dalam
satu rumah harus
meminum obat tersebut
karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa. Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan dijemur matahari.
21
PENYAKIT LEGIONNAIRE’S Penyakit Legionnaire merupakan infeksi paru-paru (pneumonia) yang disebabkan bakteri dari kelompok Legionella. Infeksi terjadi apabila seseorang menghirup bakteri yang umum ditemui dalam lingkungan. Penyakit Legionnaire biasanya menyebabkan demam, panas dingin, batuk dan sesak napas. Ada orang yang juga mengalami sakit otot, sakit kepala, kecapaian, kehilangan nafsu makan dan diare. Penderita dapat jatuh sakit parah dengan pneumonia; kebanyakan penderita sembuh tetapi penyakit ini adakalanya mematikan. Penyakit Legionnaire dapat terjadi setelah seseorang menghirup uap air atau debu tercemar. Walaupun ada banyak spesies bakteri Legionella yang berlainan, dua spesies yang paling umum menyebabkan penyakit di NSW adalah Legionella pneumophila dan Legionella longbeachae. Bakteri Legionella pneumophila dapat mencemarkan tangki pendingin AC, spa air pusar, pancuran dan tempat lain yang berair. Legionella longbeachae dapat mencemari tanah atau campuran tanah pot. Orang mungkin terekspos pada bakteri ini di rumah, di tempat kerja atau di tempat umum. Penyakit Legionnaire tidak ditularkan dari orang ke orang. Waktu antara eskposur seseorang pada bakteri tersebut dan jatuh sakit adalah antara dua sampai 10 hari Legionella pneumophophila tumbuh dan mencapai jumlah yang besar dalam air yang hangat dan tenang. Wabah adakalanya dikaitkan dengan tangki pendingin yang tercemar (yang merupakan bagian dari sistem AC di bangunan besar). Pemeriksaan, disinfeksi dan perawatan berkala tangki pendingin dan sistem leding membatasi pertumbuhan bakteri ini. Legionella longbeachae umumnya ditemui dalam tanah dan campuran tanah pot. Kurangi eksposur pada debu campuran tanah pot. KUSTA Kusta (penyakit Hansen) banyak ditemukan di negara-negara Eropa dan Mediterania selama berabad-abad, dengan sekitar 19.000 kusta pada tahun 1300. Kusta hilang selama Black Death diabad keempat belas, tetapi terus dalam bentuk endemik sampai abad kedua puluh. Kusta adalah infeksi bakteri kronis pada saraf perifer kulit, dan saluran napas bagian atas. Dalam bentuk lepromatosa, terdapat infiltrasi difus dari nodul 22
dan makula kulit, biasanya bilateral dan luas. Bentuk penyakit TBC ditandai dengan lesi kulit yang ditandai dengan jelas dengan keterlibatan saraf perifer. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis kulit dan tanda-tanda kerusakan saraf tepi, kerokan kulit, dan biopsi kulit. Penularan organisme Mycobacterium leprae adalah melalui kontak dekat dari orang ke orang, dengan periode inkubasi antara 9 bulan dan 20 tahun (rata-rata 4-8 tahun). Rifampin dan obat-obatan lain dapat mencegah pasien tidak menularkan penyakit, sehingga memungkinkan pengobatan rawat jalan. Terapi multidrug (MDT) telah terbukti sangat efektif dalam memerangi penyakit, dengan tingkat kekambuhan yang sangat rendah. Pengobatan dengan MDT memastikan bahwa bacillus tidak mengalami resistensi obat. BCG mungkin bermanfaat dalam mengurangi kusta tuberkuloid. Penyakit ini masih sangat endemik terutama di lima negara: India, Brasil, Indonesia, Myanmar, dan Bangladesh, dan masih ada di sekitar 80 negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Myanmar, Afrika sub-Sahara, Timur Tengah (Sudan). , Mesir, Iran), dan di beberapa bagian Amerika Latin (Meksiko, Kolombia) dengan kasuskasus terisolasi di Amerika Serikat. Prevalensi dunia telah menurun dari 10,5 juta kasus pada tahun 1980, 5,5 juta pada tahun 1990, menjadi kurang dari 300.000 pada tahun 2004. WHO bertujuan untuk menghilangkan kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, yang didefinisikan sebagai prevalensi kurang dari 1 per 10.000 populasi, atau kurang dari 300.000 kasus. Pencapaian tujuan ini telah menjadi peristiwa bersejarah utama dalam kesehatan masyarakat. WHO melaporkan bahwa “jumlah kasus baru yang terdeteksi secara global telah turun lebih dari 40.019 kasus (penurunan 13,4 persen) selama tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005. Selama 5 tahun terakhir, jumlah kasus global baru yang terdeteksi terus menurun secara dramatis, pada tingkat rata-rata hampir 20 persen per tahun, "dan" kantong endemisitas tinggi masih tetap ada di beberapa daerah di Angola, Brasil, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, India, Madagaskar, Mozambik, Nepal, dan Republik Tanzania. Negara-negara ini tetap berkomitmen untuk memberantas penyakit kusta, dan mereka terus meningkatkan kegiatan pengendalian kusta
23
TRAKOMA Trakoma saat ini bertanggung jawab atas 6 juta orang buta atau 15 persen dari total kebutaan di dunia. Organisme penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, yang merupakan bakteri yang hanya dapat bertahan hidup di dalam sel. Penyebaran melalui kontak dengan mata, biasanya oleh lalat, atau barang-barang rumah tangga (mis., Saputangan). Trachoma umum terjadi di daerah pedesaan miskin di Amerika Tengah, Brasil, Afrika, sebagian Asia, dan beberapa negara di Mediterania timur. Infeksi yang dihasilkan menyebabkan jaringan parut konjungtiva dan jika tidak diobati, kebutaan. WHO memperkirakan ada 148 juta kasus penyakit aktif di 46 negara endemis. Kebersihan, kontrol vektor, dan perawatan dengan salep mata antibiotik atau pembedahan sederhana untuk jaringan parut pada kelopak mata dan bulu mata dapat mencegah kebutaan. Obat baru, azitromisin, efektif menyembuhkan penyakit. WHO mempromosikan program pemberantasan trachoma global menggunakan azitromisin dan edukasi higien di daerah endemis. Infeksi Chlamydia (Chlamydia pneumonia) diketahui sebagai faktor risiko kronis untuk penyakit arteri koroner. Infeksi intraarterial, berkontribusi terhadap pembentukan plak, oklusi tromboemboli arteri, dan infark miokard. Sementara pengobatan antibiotik klamidia sebagai tindakan pencegahan untuk penyakit jantung belum pernah digunakan, yang bisa berpotensi mengurangi penyebab kematian utama di seluruh dunia dengan biaya yang relatif rendah.
INFEKSI MENULAR SEKSUAL Infeksi Menular Seksual (IMS) tersebar luas dengan perkiraan 330 juta kasus baru per tahun, dengan 5,8 juta kasus baru, lebih dari 30 juta total kasus, dan 2,3 juta kematian (1997). AIDS telah menarik perhatian dunia selama beberapa dekade terakhir. Beban global IMS sangat besar (Tabel 4.8), dan konsekuensi social kesehatan masyarakat sangat buruk di banyak negara. Infeksi menular seksual, terutama pada wanita, mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga gejala sisa yang parah dapat terjadi sebelum pasien berobat. 24
Sipilis Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum spirochete. Setelah masa inkubasi 10–90 hari (rata-rata 21 hari), sifilis primer berkembang menjadi ulkus yang tidak nyeri pada penis, leher rahim, hidung, mulut, atau dubur, yang berlangsung 4-6 minggu. Pasien pertama kali bias mengalami sifilis sekunder 6-8 minggu (hingga 12 minggu) setelah infeksi dengan ruam dan malaise umum, demam, rambut rontok, radang sendi, dan penyakit kuning. Gejala-gejala ini menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau hingga 12 bulan kemudian. Sifilis tersier dapat muncul 5-20 tahun setelah infeksi awal. Komplikasi sifilis tersier meliputi katastrofik kardiovaskular dan gangguan sistem saraf pusat. Pengobatan dengan antibiotik dini sangat efektif bila diberikan dalam dosis awal yang besar, tetapi terapi jangka panjang mungkin diperlukan jika pengobatan ditunda.
25
Gonore Gonore (GC) disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasi adalah 1–14 hari. Gonore sering dikaitkan dengan infeksi klamidia secara bersamaan. Pada wanita, GC dapat asimptomatik atau dapat menyebabkan keputihan, nyeri saat buang air kecil, perdarahan saat hubungan intim, atau nyeri perut bagian bawah. Bila tidak diobati, dapat menyebabkan kemandulan. Pada pria, GC menyebabkan infeksi uretra dan nyeri saat buang air kecil. Pengobatan dengan antibiotik dapat mengobati infeksi, tetapi kasus yang tidak diobati dapat menular selama berbulan-bulan. Resistensi obat terhadap penisilin, tetrasiklin, dan kuinolon telah muncul di banyak negara sehingga obat yang lebih mahal dan sering tidak tersedia diperlukan untuk pengobatan. Pencegahan infeksi mata gonokokal pada bayi baru lahir didasarkan pada penggunaan salep antibiotik secara rutin di mata bayi baru lahir.
Infeksi Menular Seksual Lainnya Chancroid Chancroid disebabkan oleh Haemophilus ducreyi. Pada wanita, chancroid dapat menyebabkan nyeri, ulkus irreguler dekat vagina, rasa nyer saat berhubungan intim, buang air kecil, dan buang air besar, tetapi mungkin asimptomatik. Pada pria itu menyebabkan bisul yang ireguler pada penis dan nyeri. Masa inkubasi biasanya 3-5 hari, bisa sampai 14 hari. Seorang individu dapat menularkan penyakit selama terdapat ulkus. Pengobatan dengan eritromisin atau azitromisin Herpes simpleks Herpes simplex disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dan memiliki masa inkubasi 2-12 hari. Herpes genital menyebabkan lecet yang nyeri di sekitar mulut, vagina, penis, atau anus. Lesi genital menular selama 7-12 hari. Herpes dapat menyebabkan infeksi meningoensefalitis sistem saraf pusat. Dapat ditularkan ke bayi baru lahir selama persalinan pervaginam, menyebabkan infeksi, ensefalitis, dan kematian. Karenanya 26
persalinan sesar diperlukan ketika seorang ibu terinfeksi herpes genital. Obat antivirus digunakan untuk pengobatan baik secara oral, topikal, atau intravena Chlamydia Chlamydia disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Merupakan infeksi menular seksual yang paling sering di Amerika Serikat, kejadian yang dilaporkan telah meningkat menjadi hampir 1 juta pada tahun 2005-2006. Pada wanita, biasanya asimptomatik tetapi bisa menyebabkan keputihan, bercak, nyeri saat buang air kecil, sakit perut bagian bawah, dan penyakit radang panggul (PID). Pada bayi baru lahir, klamidia dapat menyebabkan infeksi mata dan pernapasan. Pada pria, klamidia menyebabkan radang uretra dan nyeri saat buang air kecil. Masa inkubasinya 7-21 hari dan periode infeksi tidak diketahui. Pengobatan untuk klamidia adalah doksisiklin, azitromisin, atau eritromisin. Karena co-transmisi dengan gonore sangat sering, maka CDC merekomendasikan pengobatan untuk kedua penyakit ketika keduanya terdiagnosa. Infeksi klamidia, dapat ditularkan ke bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi. Chlamydia pneumoniae dicurigai dan sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebab atau penyumbang penyakit jantung koroner. Trikomoniasis Trikomoniasis disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Masa inkubasi adalah 420 hari (rata-rata 7 hari). Pada wanita, trikomoniasis dapat asimptomatik, tetapi dapat juga menyebabkan keputihan berbusa dan berbau busuk, nyeri buang air kecil dan nyeri saat berhubungan seksual. Pada pria, penyakit ini biasanya ringan, dapat nyeri saat buang air kecil. Pengobatan dengan metronidazol oral. Bila tanpa pengobatan, penyakit ini dapat bertahan dan tetap menular selama bertahun-tahun. Human Papilloma Virus (HPV) HPV bersifat endemik di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama neoplasia serviks dan kanker serviks. HPV memiliki banyak hubungan yang terkait dengan kutil kelamin (kondiloma). Vaksin yang efektif terhadap jenis karsinogenik sekarang telah tersedia dan direkomendasikan bagi wanita muda untuk mencegah kanker serviks. Pencegahan kanker serviks dengan vaksin dan skrining Pap smear adalah kemajuan 27
besar dalam kesehatan masyarakat, bersama dengan pencegahan kanker hati dengan imunisasi hepatitis B. Penyunatan pada laki-laki direkomendasikan oleh WHO untuk pencegahan primer penularan HPV (lihat Bab 5 dan 6). Pengendalian Infeksi Menular Seksual Di daerah-daerah yang kurang memiliki layanan diagnostik , "pendekatan sindrom" direkomendasikan untuk mengendalikan IMS. Diagnosis didasarkan pada sekelompok gejala dan protokol pengobatan yang membahas semua penyakit yang mungkin dapat menyebabkan gejala-gejala IMS, tanpa melakukan tes laboratorium yang mahal dan kunjungan berulang. Pengobatan dini tanpa konfirmasi laboratorium membantu menyembuhkan pasien yang tidak berobat kembali, atau menempatkan mereka pada tahap tidak menular sehingga bahkan tanpa tindak lanjut, mereka tidak akan menularkan penyakit. Insiden IMS antara tahun 1950 dan 2004 ditunjukkan pada Tabel 4.9, terdapat dengan penurunan insidensi secara menyeluruh kecuali sekitar tahun 1990. Screening di klinik prenatal dan keluarga berencana, layanan medis di penjara, dan di klinik kesehatan yang melayani PSK, homoseksual, atau kelompok risiko tinggi lainnya akan mendeteksi kasus subklinis berbagai IMS. Perawatan dapat dilakukan dengan murah dan segera. Misalnya, tes skrining untuk sifilis biayanya hanya $ 0,10 dan perawatan dengan biaya injeksi penisilin benzathine sekitar $ 0,40.
Pengendalian IMS melalui pendekatan sindrom berdasarkan penyedia jasa pelayanan primer sedang dipromosikan oleh WHO. Pendidikan kesehatan yang diarahkan pada kelompok sasaran berisiko tinggi sangat penting. Memberikan akses yang mudah dan bebas biaya ke perawatan yang dapat diterima dan tidak mengancam 28
sangat penting dalam mempromosikan pengobatan pada kasus dini dan dengan demikian
mengurangi
risiko
penularan.
Mempromosikan
pencegahan
melalui
penggunaan kondom dan / atau monogami membutuhkan upaya pendidikan jangka panjang. Meningkatnya penggunaan kondom untuk pencegahan HIV dikaitkan dengan penurunan risiko IMS lainnya. HIV / AIDS Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi berbagai sel sistem kekebalan tubuh, dan juga memengaruhi sistem saraf pusat. Dua jenis telah diidentifikasi: HIV1, yang tersebar di seluruh dunia, dan HIV2 yang kurang patogen, ditemukan terutama di Afrika Barat. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah dan produk darah, secara perinatal, dan melalui ASI. Masa penularan tidak diketahui, tetapi penelitian menunjukkan bahwa infeksi tinggi, baik selama periode awal setelah infeksi dan setelahnya. Antibodi terhadap HIV muncul dalam 1-3 bulan. Dalam beberapa minggu hingga berbulan-bulan infeksi, berkembang menjadi sindrom mirip flu akut yang dapat sembuh sendiri. Mereka kemudian bebas dari tanda atau gejala apa pun selama berbulan-bulan hingga lebih dari 10 tahun. Timbulnya penyakit biasanya dengan gejala tidak spesifik, termasuk berkeringat, diare, penurunan berat badan, dan kelelahan. AIDS merupakan tahap klinis selanjutnya dari infeksi HIV. Definis menurut CDC yang telah direvisi (1993), AIDS merupakan satu atau lebih dari: jumlah CD4 rendah, gejala sistemik yang parah, infeksi oportunistik seperti pneumocystis pneumonia atau TB, kanker agresif seperti sarkoma atau limfoma Kaposi, dan / atau timbul manifestasi neurologis, termasuk demensia dan neuropati. Definisi kasus WHO lebih berorientasi secara klinis, lebih sedikit mengandalkan diagnosis laboratorium yang sering tidak tersedia sebagai indikator pemeriksaan. Pola kematian di Amerika Serikat ditunjukkan pada Gambar 4.5 dari CDC, Atlanta, menunjukkan potensi untuk memperpanjang kelangsungan hidup, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penularan. Langkah-langkah kesehatan masyarakat yang aktif termasuk pendidikan tentang pencegahan AIDS dan promosi kondom, dan pengobatan medis yang efektif seperti pengunaan terapi antiretroviral (ARV) dan untuk tuberkulosis 29
dan infeksi oportunistik lainnya, serta suplementasi nutrisi dan perawatan umum, juga dilakukan sebagai tindakan pencegahan di Sub-Sahara Afrika. AIDS pertama kali diakui secara klinis pada tahun 1981 di Los Angeles dan New York. Pada pertengahan 1982 dianggap sebagai epidemi di kota-kota tersebut dan kota-kota A.S. lainnya. Terutama terlihat di antara pria yang berhubungan seks dengan pria dan penerima produk darah. Setelah kesalahan awal, pengujian darah dan produk darah menjadi standar dan kemudian menutup metode penularan ini. Penularan telah berubah secara nyata sejak serangan awal penyakit, dengan berbagi jarum di antara pengguna narkoba suntikan, aktivitas heteroseksual, dan penularan ibu-janin menjadi faktor utama. Komorbiditas dengan IMS lain tampaknya meningkatkan infektivitas HIV dan mungkin telah membantu mengubah epidemiologi ke tingkat yang lebih besar dari penularan heteroseksual (Box 4.15 dan Gambar 4.5). Penyakit ini tumbuh secara eksponensial di Amerika Serikat tetapi insiden kasus baru telah menurun sejak tahun 1993. AIDS juga merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di sebagian besar negara maju dan berkembang, mencapai proporsi bencana di beberapa negara Afrika sub-Sahara, yang mempengaruhi hingga 30 persen atau lebih dari populasi. Kematian terkait HIV adalah penyebab utama kedelapan dari semua kematian pada tahun 1993 di Amerika Serikat, penyebab utama di antara pria berusia 25-44 tahun, dan penyebab utama keempat untuk wanita dalam kelompok usia ini. Pada 2003, AIDS telah didiagnosis pada 984.000 orang dan 550.000 telah meninggal. Pada akhir 2003, diperkirakan hingga 1,1 juta orang terinfeksi HIV di Amerika Serikat. Pada 2005, 42.000 diagnosis baru dilaporkan. Secara global, kematian akibat AIDS berjumlah 2,8 juta pada 2005. Implementasi program pengendalian terkoordinasi, WHO bertujuan untuk menurunkan angka kejadian infeksi HIV pada tahun 2015. Dengan meningkatnya perhatian, pelatihan, dan pendanaan, maka hal ini dimungkinkan. Menurunnya insiden kasus baru di negara industri mungkin merupakan hasil dari kesadaran yang lebih besar terhadap penyakit dan metode pencegahan penularan. Memperbaiki diagnosis dini dan akses ke tempat pelayanan kesehatan, terutama program terapi kombinasi yang sangat efektif dalam menunda timbulnya gejala AIDS, merupakan bagian penting dari manajemen kesehatan masyarakat. Sampai vaksin yang efektif tersedia, ketergantungan
30
pencegahan akan terus pada pengurangan risiko perilaku dan strategi pencegahan lainnya seperti distribusi jarum dan kondom di antara kelompok populasi berisiko tinggi. Di seluruh dunia, HIV terus menyebar dengan cepat, terutama di negara-negara miskin di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan dan Tengah. PBB melaporkan bahwa 40 juta orang hidup dengan HIV / AIDS, 90 persen dari mereka di negara berkembang, di mana penularannya sebagian besar melalui kontak heteroseksual. Setiap hari, lebih dari 8500 orang terinfeksi termasuk 1000 anak-anak. Di Thailand, 1 orang dari 50 sekarang terinfeksi. Di sub-Sahara Afrika lebih dari 1 dari 40 terinfeksi dan di beberapa kota sebanyak 1 dari 3 orang membawa virus. Perkiraan infeksi baru per tahun di Afrika subSahara berkisar dari 1 hingga 2 juta orang, sementara di Asia kisarannya dari 1,2 hingga 3,5 juta orang yang terinfeksi baru per tahun. Penyebaran infeksi yang eksplosif ini, dari sekitar 100.000 orang pada tahun 1980 menjadi 40 juta orang yang diperkirakan terinfeksi HIV ini menunjukkan bahwa dunia masih rentan terhadap pandemi penyakit menular yang baru muncul. Pergerakan besar turis, pengusaha, supir truk, migran, tentara, dan pengungsi mempromosikan penyebaran penyakit semacam itu. Pertukaran seksual yang meluas, lalu lintas dalam produk darah, dan penggunaan obat-obatan terlarang semuanya mempromosikan potensi internasional untuk pandemi. Perang dan situasi pengungsi besar-besaran mendorong pemerkosaan dan pelacuran, memperburuk situasi AIDS di beberapa tempat di Afrika. Pandemi HIV telah menyebar ke seluruh dunia. Namun, ada indikasi yang agak berharap bahwa tingkat kenaikan telah melambat di Amerika Serikat. Ini mungkin indikasi sejumlah faktor; tingkat perilaku perlindungan diri yang lebih tinggi; kelompok populasi yang paling rentan telah terpengaruh; dan penyebaran ke populasi umum lebih lambat. Ada kemungkinan juga bahwa hal ini mungkin terbukti hanya sebagai ketenangan dalam badai, karena kontak heteroseksual menjadi cara penularan yang lebih penting. Laporan UNAIDS 2006 menunjukkan tandatanda bahwa kombinasi beberapa obat dari sejumlah obat antiretroviral menunjukkan janji untuk menekan virus AIDS pada orang yang terinfeksi. Dengan harga tahunan saat ini hampir $ 20.000 per pasien, jumlah ini jauh melampaui kapasitas sebagian besar negara berkembang. Pengembangan metode pengukuran viral load HIV telah memungkinkan untuk evaluasi yang lebih baik dari terapi potensial dan pemantauan pasien yang menerima terapi. Di negara-negara maju, penularan oleh produk darah 31
sebagian besar dikendalikan oleh tes skrining, penularan di kalangan homoseksual telah dikurangi dengan praktik seks aman, dan penularan ke bayi baru lahir telah dikurangi oleh kemajuan terapi baru-baru ini. Praktik seks yang aman dan penggunaan kondom mungkin telah membantu mengurangi penularan heteroseksual. Kemajuan lebih lanjut dalam terapi dan pencegahan dengan vaksin diharapkan terjadi pada dekade berikutnya. Pandemi HIV / AIDS adalah salah satu tantangan besar bagi kesehatan masyarakat selama abad kedua puluh satu karena kompleksitasnya; penyebarannya; moda transmisi seksual dan lainnya; efek klinisnya yang merusak dan mahal; dan dampaknya pada penyakit paralel seperti TBC, infeksi saluran pernapasan, dan kanker. Biaya perawatan untuk pasien AIDS bisa sangat tinggi. Program-program yang dibutuhkan termasuk perawatan di rumah dan petugas kesehatan masyarakat untuk meningkatkan gizi dan perawatan diri, dan saling menolong di antara pasien HIV dan pasien AIDS. Masalah etika yang terkait dengan AIDS juga agak rumit mengenai skrining wanita hamil, bayi baru lahir, pemberitahuan kepada pasangan, pelaporan, dan pelacakan kontak, serta biaya perawatan.
32
PENYAKIT DIARE Penyakit diare adalah penyebab utama kematian anak di dunia, yang disebabkan oleh berbagai macam bakteri, parasit, dan virus (Tabel 4.10), menginfeksi saluran usus dan menyebabkan sekresi cairan dan garam terlarut ke dalam usus dengan komplikasi ringan hingga berat/fatal. Di negara-negara berkembang, penyakit diare merupakan setengah dari semua morbiditas dan seperempat dari semua kematian. Dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit adalah salah satu penyebab kematian paling umum pada anak-anak di seluruh dunia. Kematian karena dehidrasi dapat dicegah dengan menggunakan terapi rehidrasi oral (ORT), metode intervensi yang murah dan sederhana yang mudah digunakan oleh pekerja perawatan primer non-medis dan oleh ibu dari anak sebagai intervensi rumah. Pada tahun 1983, penyakit diare adalah penyebab hampir 4 juta kematian anak, tetapi pada tahun 1996 ini telah menurun menjadi 2,4 juta, sebagian besar di bawah dampak peningkatan penggunaan ORT. Penyakit diare ditularkan melalui air, makanan, dan langsung dari orang ke orang melalui kontaminasi oral-fecal. Penyakit diare terjadi dalam epidemi dalam situasi tertentu diakibatkan oleh keracunan makanan atau sumber air yang terkontaminasi,. Kontaminasi air minum oleh limbah dan manajemen persediaan air yang buruk juga merupakan penyebab utama penyakit diare. Penggunaan limbah untuk irigasi lahan sayuran adalah penyebab umum penyakit diare di banyak daerah. Salmonella Salmonella
adalah
sekelompok
organisme
bakteri
yang
menyebabkan
gastroenteritis akut, berhubungan dengan penyakit umum termasuk sakit kepala, demam, sakit perut, dan dehidrasi. Ada lebih dari 2000 serotipe Salmonella, banyak di antaranya patogen pada manusia, yang paling umum adalah Salmonella typhimurium, S. enteritidis, dan S. typhi. Penularan adalah dengan menelan organisme dalam makanan, yang berasal dari bahan feses dari kontaminasi hewan atau manusia. Sumber umum termasuk telur mentah atau mentah, susu mentah, daging, unggas dan produkproduknya, serta kura-kura atau ayam peliharaan. Penularan tinja-oral dari orang ke orang adalah hal biasa. Pencegahannya adalah penanganan hewan dan makanan yang aman, pendinginan, persiapan dan penyimpanan saniter, perlindungan terhadap 33
kontaminasi hewan pengerat dan serangga, dan penggunaan teknik steril selama perawatan pasien. Antibiotik jarang mempengaruhi perkembangan penyakit dan dapat menyebabkan peningkatan tingkat karier dan menghasilkan strain yang resisten; oleh karena itu hanya pengobatan simtomatik dan suportif dianjurkan, kecuali dalam kasus sistemik dan yang mengancam jiwa. S. typhi menyebabkan demam tifoid dan diperkirakan oleh WHO akan membunuh sekitar 500.000 orang per tahun dan secara serius mempengaruhi jutaan orang lainnya. Meskipun dapat diobati dengan ampisilin dan penggantian cairan, antibiotik menjadi kurang efektif. Dua vaksin saat ini tersedia dan digunakan di daerah berisiko tinggi. Shigella Shigella adalah sekelompok bakteri yang bersifat patogen pada manusia. Dosis infeksi Shigella termasuk yang terendah dari semua patogen; kurang dari 10 organisme yang cukup untuk menyebabkan penyakit dalam empat kelompok: tipe A- (Shigella dysenteriae), tipe B- (S. flexneri), tipe C- (S. boydii), dan tipe D- (S. sonnei). Tipe A, B, dan C masing-masing dibagi menjadi 40 serotipe. Shigella ditransmisikan dengan metode fecal-oral langsung atau tidak langsung dari pasien atau pembawa, dan penyakit mengikuti menelan bahkan beberapa organisme. Penularan air dan susu terjadi sebagai akibat dari kontaminasi. Lalat dapat menularkan organisme, dan dalam makanan yang tidak didinginkan organisme dapat berkembang biak dengan dosis infeksi. Kontrol dalam praktik higienis dan penanganan air dan makanan yang aman. Shigella adalah penyebab umum wabah penyakit yang ditularkan melalui air yang
terkontaminasi dan tidak
ditangani secara memadai. Klorin dapat membunuh larva dan krustasea. Belum ada vaksin untuk penyakit ini. Pengobatan dapat membantu, tetapi tidak definitif. Dracunculiasis endemik di sabuk Afrika barat melalui Timur Tengah ke India dan Asia Tengah. Telah berhasil dihilangkan dari Asia Tengah dan Iran dan telah menghilang dari Timur Tengah dan dari beberapa negara Afrika (Gambia dan Guinea). WHO telah mempromosikan pemberantasan dracunculiasis. Kemajuan besar telah dibuat ke arah ini. Prevalensi di seluruh dunia dilaporkan telah berkurang dari 12 juta kasus pada 1980 menjadi 3 juta pada 1990, 152.814 pada 1996, dan 77.863 kasus pada 1997. Pemberantasan diperkirakan terjadi 34
pada tahun 2000; Namun, cacing Guinea tetap endemik di beberapa negara berkembang di Afrika. Kasus-kasus yang dilaporkan India turun dari 17.000 pada 1987 menjadi 900 pada 1992, dan negara itu bebas dari penularan pada 1997. Pada 1997, negara-negara yang sebelumnya memiliki prevalensi tinggi seperti Kenya melaporkan tidak ada kasus pada 1997, sementara Chad, Senegal, Kamerun, Yaman, dan Republik Afrika Tengah masing-masing melaporkan kurang dari 30 kasus. Program pemberantasan WHO dikembangkan dengan sukses sebagai program independen dengan arahannya sendiri dan staf lapangan, tetapi kemajuan lebih lanjut akan memerlukan integrasi program ini dengan program perawatan primer dasar lainnya agar dapat mandiri sebagai bagian integral dari kesehatan masyarakat. Sistem surveilans berbasis masyarakat untuk penyakit ini sedang dikonversi agar dapat berfungsi dalam memantau kondisi kesehatan lainnya di masyarakat.
Escherichia coli E. coli merupakan kuman di tinja dari makanan yang tidak matang. Strain yang sangat virulen seperti O157: H17 dapat menyebabkan wabah penyakit diare parah (enterohemorrhagic) dengan sindrom hemolytic uremic dan kematian, seperti yang terjadi di Jepang pada tahun 1998 dengan kasus dan kematian akibat epidemi yang ditularkan melalui makanan. Epidemi yang signifikan sering terjadi, sebagian besar di negara35
negara maju di mana pemrosesan dan transportasi makanan biasa terjadi. Hamburger yang tidak dimasak dengan benar, susu yang tidak dipasteurisasi, dan vektor makanan lainnya dibahas dalam “Keamanan Pangan” di Bab 8. Namun, penyakit yang ditularkan melalui makanan terjadi di negara-negara maju serta dalam kasus selada yang terkontaminasi dari California pada 2007. Kolera Kolera adalah penyakit enterik bakteri akut yang disebabkan oleh Vibrio cholerae, dengan serangan tiba-tiba, tinja berair yang sangat deras, muntah sesekali, dan jika tidak diobati, dehidrasi cepat terjadi, kolaps sirkulasi, dan kematian. Penyakit serupa mungkin disebabkan oleh spesies Vibrio "kolerogenik" lainnya. Infeksi tanpa gejala atau status karier, dan kasus ringan sering terjadi. Dalam kasus yang parah dan tidak diobati, kematian lebih dari 50 persen, tetapi dengan pengobatan yang memadai, mortalitas di bawah 1 persen. Diagnosis didasarkan pada tanda-tanda klinis, epidemiologis, serologis, dan konfirmasi bakteriologis dengan kultur. Pada tahun 1991, epidemi kolera skala besar menyebar ke sebagian besar Amerika Selatan. Itu diimpor melalui kapal barang Tiongkok, yang kotorannya terkontaminasi kerang di pelabuhan Lima di Peru (Kotak 4.16). Epidemi di Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Irak telah menyebabkan ratusan ribu kasus dan ribuan kematian sejak 1991. Pencegahan membutuhkan sanitasi, terutama klorinasi air minum; melarang penggunaan limbah mentah untuk irigasi tanaman sayuran; dan standar tinggi masyarakat, makanan, dan kebersihan pribadi. Terapi krusial adalah terapi cepat dengan cairan dan elektrolit dalam volume besar untuk menggantikan semua kehilangan cairan dengan terapi rehidrasi oral (ORT). Tetrasiklin mempersingkat durasi penyakit, dan kemoprofilaksis dapat membantu mengurangi penyebarannya. Vaksin tersedia tetapi tidak bernilai dalam pencegahan wabah.
36
Gastroenteritis virus Gastroenteritis virus dapat terjadi dalam bentuk epidemi, pada bayi, anak-anak, atau orang dewasa. Beberapa virus, seperti rotavirus dan adenovirus enterik, terutama berdampak pada bayi dan anak kecil, dan membutuhkan rawat inap untuk dehidrasinya. Rotavirus Rotavirus menyebabkan gastroenteritis akut pada bayi dan anak kecil, dengan gejala demam dan muntah, diikuti oleh diare encer dan kadang-kadang dehidrasi parah dan kematian jika tidak diobati dengan adekuat. Diagnosis dengan pemeriksaan feses dengan kit imunologi komersial. Di negara maju dan berkembang, rotavirus adalah 37
penyebab sekitar sepertiga dari semua kasus rawat di rumah sakit untuk penyakit diare pada bayi dan anak-anak hingga usia 5 tahun. Sebagian besar anak-anak di negara berkembang mengalami penyakit ini pada usia 4 tahun, dengan mayoritas kasus antara 6 dan 24 bulan. Di negara berkembang, rotavirus diperkirakan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian per tahun. Virus ini ditemukan di daerah beriklim sedang pada bulan-bulan yang lebih dingin dan di negara-negara tropis sepanjang tahun. Menyusui tidak mencegah penyakit tetapi dapat mengurangi keparahannya. Terapi rehidrasi oral adalah pengobatan utama. Vaksin hidup yang dilemahkan telah disetujui oleh FDA pada tahun 1998. Telah direkomendasikan program vaksinasi rutin untuk bayi. Adenovirus Adenovirus, Norwalk, dan berbagai virus lain (termasuk astrovirus, calcivirus, dan kelompok lain) menyebabkan gastroenteritis akut sporadis di seluruh dunia, sebagian besar mewabah. Penyebarannya melalui rute oral-fecal. Penularan melalui makanan dan air dapat terjadi. Dapat menjadi masalah serius dalam situasi bencana. Tidak ada vaksin yang tersedia. Penatalaksanaannya dengan penggantian cairan dan tindakan higienis untuk mencegah penyebaran sekunder. Gastroenteritis Parasit Giardiasis Giardiasis (disebabkan oleh Giardia lamblia) adalah infeksi parasit protozoa dari usus kecil bagian atas, biasanya asimptomatik, tetapi kadang-kadang dikaitkan dengan diare kronis; kram perut; kembung; kelelahan; dan penurunan berat badan. Malabsorpsi lemak dan vitamin yang diakibatkan dapat menyebabkan kekurangan gizi. Didiagnosis dengan adanya kista atau bentuk lain dari organisme dalam tinja, cairan duodenum, atau biopsi mukosa usus. Penyakit ini lazim di seluruh dunia dan kebanyakan menyerang anak-anak. Penyakit ini menyebar di daerah-daerah dengan sanitasi buruk, di taman kanak-kanak dan kolam renang, dan sebagai infeksi sekunder di antara pasien yang mengalami gangguan kekebalan, terutama mereka yang menderita AIDS. Giardia yang ditularkan melalui air diakui sebagai masalah serius di Amerika Serikat pada 1980-an dan 1990-an, 38
karena protozoa tidak dapat dimatikan oleh klorin, tetapi membutuhkan penyaringan yang memadai sebelum klorinasi. Penularan orang-orang di pusat penitipan anak adalah hal biasa, seperti halnya penularan oleh aliran air danau di mana kontaminasi oleh kotoran manusia atau hewan dapat terjadi. Pencegahan bergantung pada kebersihan yang hatihati seperti pada pusat penitipan anak, penyaringan pasokan air dan sebagainya. Cryptosporidium Cryptosporidium parvum adalah infeksi parasit pada saluran pencernaan pada manusia, atau mamalia. Infeksi dapat asimptomatik, dapat juga menyebabkan diare massif dan berair, kram perut, malaise, demam, anoreksia, mual, dan muntah. Pada pasien dengan imunosupresi, seperti orang dengan AIDS, bisa menjadi masalah serius. Penyakit ini paling sering pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan mereka yang berhubungan dekat dengan mereka, serta pada pria homoseksual. Diagnosisnya adalah dengan mengidentifikasi Cryptosporidium dalam tinja. Penyakit ini ada di seluruh dunia. Di Eropa dan Amerika Serikat, organisme telah ditemukan pada 1 hingga 4,5 persen individu yang diambil sampelnya. Penyebaran umum terjadi melalui kontak orang per orang dengan kontaminasi tinja-oral, terutama dalam pengaturan seperti pusat penitipan anak. Wabah yang ditularkan melalui air juga telah diidentifikasi dalam beberapa tahun terakhir. Penatalaksanaannya adalah dengan rehidrasi dan pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan makanan dan air dengan hati-hati. Helicobacter pylori Helicobacter pylori, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1986, adalah bakteri yang terkait dengan ulkus gastrointestinal dan gastritis, berkontribusi terhadap tingginya tingkat kejadian kanker lambung (Bab 5).
Pendekatan Program untuk Pengendalian Penyakit Diare Pengendalian penyakit diare membutuhkan program komprehensif yang melibatkan berbagai kegiatan, termasuk manajemen persediaan makanan dan air yang baik, pendidikan higiene, terutama di daerah yang morbiditas dan mortalitasnya tinggi, 39
edukasi penggunaan terapi rehidrasi oral (ORT). Terapi rehidrasi oral (ORT) dianggap oleh UNICEF dan WHO telah menghasilkan penghematan 1 juta jiwa setiap tahun pada 1990-an. Manajemen diare yang tepat dalam menggunakan ORT (Box 4.17), bersama dengan pemberian makan yang berkelanjutan, tidak hanya menyelamatkan anak dari dehidrasi dan kematian segera, tetapi juga berkontribusi terhadap pemulihan awal kecukupan gizi, menghindarkan anak dari efek malnutrisi yang berkepanjangan. The World Summit for Children (WSC) pada tahun 1990 menyerukan untuk menekan angka kematian anak akibat penyakit diare sebesar sepertiga dan kekurangan gizi hingga setengahnya, dengan penekanan pada ketersediaan sumber daya seluas mungkin, edukasi penggunaan ORT. Ini membutuhkan pendekatan terprogram. Pimpinan
kesehatan masyarakat harus melatih dan mengajak bekerjasama dokter
perawatan primer, dokter anak, apoteker, produsen obat, dan petugas kesehatan perawatan primer. Mereka harus didukung oleh publisitas seluas mungkin untuk meningkatkan kesadaran orang tua. Terapi rehidrasi oral adalah modalitas kesehatan masyarakat yang penting di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit diare mungkin tidak menyebabkan kematian seperti yang sering terjadi di negara maju, tetapi masih merupakan faktor penting dalam kesehatan bayi dan anak dan, bahkan di bawah kondisi yang paling optimal, dapat menyebabkan kemunduran status gizi dan perkembangan fisik anak. Penggunaan ORT tidak mencegah penyakit tetapi sangat baik dalam pencegahan sekunder, dengan mencegah komplikasi dari diare, untuk itu harus tersedia di setiap rumah pengobatan simtomatik penyakit diare. Bentuk ORT, dipasarkan sebagai "minuman olahraga," digunakan dalam olahraga di mana atlet kehilangan sejumlah besar air dan garam dalam keringat dan dari saluran pernapasan. Penggunaan yang lebih luas dari prinsip ORT untuk digunakan pada orang dewasa di iklim panas dan pada orang dewasa di bawah aktivitas fisik yang berat dengan situasi asupan cairan / garam yang tidak memadai. Manajemen penyakit diare harus menjadi bagian dari pendekatan nutrisi anak. Anak yang mengalami episode penyakit diare dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini harus melibatkan penyediaan layanan perawatan primer yang selaras dengan pemantauan pertumbuhan bayi dan anak secara individu. 40
Surveilans pemantauan pertumbuhan penting untuk menilai status kesehatan individu anak dan populasi anak. Suplementasi pemberian makanan bayi dengan vitamin A dan D, dan zat besi untuk mencegah anemia penting untuk perawatan bayi dan anak secara rutin, dan lebih lagi untuk kondisi yang mempengaruhi total nutrisi seperti penyakit diare.
41