BAB I PENDAHULUAN Secara umum dapat dikatakan bahwa Ekonomi Moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari sifat, fungsi, dan peranan serta pengaruh uang terhadap aktivitas perekonomian sebuah negara. Mengapa Ekonomi Moneter Perlu dipelajari ? 1. Dengan mempelajari EM, dapat diketahui secara mendalam berbagai hal yang berkaitan dengan uang, seperti mekanisme penciptaan uang, peranan uang, pasar uang, tingkat bunga, sistem dan kebijakan moneter ini, dan hal penting lainnya penting karena uang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat 2. Dengan mempelajari EM, dapat diketahui serta dianalisis berbagai fenomena dan kebijakan moneter serta dampaknya pada aktivitas ekonomi masyarakat dan negara. Beberapa fenomena moneter misalnya : • Bertambahnya jumlah uang beredar • Berubahnya tingkat suku bunga • Kredit macet • Fluktuasi nilai tukar, dan sejenisnya Sedangkan beberapa kebijakan moneter diantaranya adalah : • Kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan suku bunga • Kebijakan Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar rupiah • Kebijakan Bank Indonesia dalam mendorong penyaluran kredit • Dan sejenisnya
KONSEP DASAR UANG Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat, fungsi dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Cakupan ekonomi moneter antara lain: 1. Peranan dan fungsi uang dalam perekonomian 2. Sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang beredar dan kredit 3. Struktur dan fungsi bank sentral 4. Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap kegiatan ekonomi 5. Pembayaran serta sistem moneter internasional
Alasan perlunya mempelajari ilmu ekonomi moneter 1. Dapat mengetahui secara mendalam tentang mekanisme penciptaan uang, tingkat bunga, pasar uang, sistem dan kebijakan moneter, serta pembayaran internasional. 2. Dapat mengetahui serta menganalisa beberapa fenomena moneter dalam kaitannya dengan efek kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
Pengertian Uang Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima saecara umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern, didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut: 1. AC Pigou; dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat tukar. 2. DH Robertson; dalam bukunya Money, ia mengatakan bahwa uang adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang. 3. RG Thomas; dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.
Peran Uang dalam Perekonomian Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak berkembang. Peran uang dalam perekonomian dapat diibaratkan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa darah, manusia seakan-akan hendak mati. Kekurangan uang bagaikan kekurangan darah yang mengakibatkan gairah hidup menurun dan lemah, yang pada akhirnya manusia menjadi sakit-sakitan. Uang memang benda mati. Namun ternyata ia bisa mengendalikan hidup manusia. Ini bisa terjadi jika manusia lupa akan fungsi dan peran uang yang sesungguhnya. Dengan uang – yang notabene adalah benda mati – napas hidup perekonomian suatu negara dapat terlihat. Dengan uang manusia bisa membeli rasa “aman:, bersosialisasi, dihargai dan dihormati. Dengan uang manusia dapat mengaktualisasikan dirinya.
Sejarah Perkembangan Uang 1. Tahap sebelum barter Pada tahap ini masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Tahap barter Tahap selanjutnya menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Akibatnya barter, yaitu barang ditukar dengan barang. Namun akhirnya dirasakan ada kesulitan-kesulitan dengan sistem ini, di antaranya: • Kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya. • Kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya mulai timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
3. Tahap uang barang Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran. Kesulitan yang dialami oleh manusia dalam barter adalah kesulitan mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan dalam waktu bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan kemudahan dalam hal pertukaran, dengan menetapkan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generaly accepted). Benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari. Misalnya, garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar, maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang. Orang Inggris menyebut upah sebagai salary, yang berasal dari bahasa Latin Salarium yang berarti garam. Orang Romawi membayar upah dengan salarium (garam).
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan pertukaran tetap ada diantaranya: • Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan. • Banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah. • Sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation). • Mudah hancur atau tidak tahan lama. 4. Tahap uang logam Tahap selanjutnya adalah tahap uang logam. Logam dipilih sebagai bahan uang karena: • digemari umum • tahan lama dan tidak mudah rusak • memiliki nilai tinggi • mudah dipindah-pindahkan • mudah dipecah-pecah dengan tidak mengurangi nilainya Bahan yang memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang yang terbuat dari emas dan perak disebut uang logam. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai Uang Penuh (full bodied money), artinya nilai intrinsik (nilai bahan uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang menempa uang, melebur, dan memakainya dan setiap orang mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, maka perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam juga berkembang. Sedangkan jumlah logam mulia terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar (sulit dalam hal penyimpanan dan pengangkutan). Sehingga terciptalah uang kertas. 5. Tahap uang kertas Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti kepemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pande emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Selanjutnya masyarakat tidak lagi menggunakan emas – secara langsung – sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai alat tukar. Desa Jachymod di Ceko, Eropa Timur, dianggap sebagai wilayah pertama yang menggunakan mata uang yang diberi nama dollar, yang merupakan mata uang yang paling populer di abad modern.. Mulanya disebut Taler, kemudian orang Italia mengejanya Tallero, lidah Belanda menuturkan daler, Hawai dala, dalam dialek Inggris
diungkapkan sebagai dollar. Embrio dollar dibuat dari bahan baku perak dan emas dalam bentuk koin. Pada mulanya, taler sendiri adalah sebutan mata uang yang berkembang di daratan benua Eropa sejak abad ke-16 yang jenisnya lebih dari 1500. namun dalam peradaban modern, masing-masing bangsa atau negara menciptakan sebutan tersendiri bagi mata uangnya untuk menunjukkan statusnya yang independen.
Fungsi Uang 1. Fungsi Asli • Sebagai alat tukar (medium of change) Dengan uang orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang. • Sebagai satuan hitung (unit of account) Uang dipakai untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa. Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran. •
Sebagai penyimpan nilai (store of value)
Dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang. 2. Fungsi Turunan • Sebagai alat pembayaran • Untuk menentukan harga • Sebagai alat pembayaran hutang • Sebagai alat penimbun kekayaan • Sebagai alat pemindahan kekayaan (modal) • Sebagai alat untuk meningkatkan status social
Syarat-syarat Uang 1. 2. 3. 4. 5.
Diterima secara umum (acceptability) Memiliki nilai yang cenderung stabil (stability of value) Ringan dan mudah dibawa (portability) Tahan lama (durability) Kualitasnya cenderung sama (uniformity)
6. Jumlahnya terbatas dan tidak mudah dipalsukan (scarcity) 7. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
Jenis uang berdasarkan tingkat likuiditasnya terbagi atas: • • •
M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran (demand deposit). M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank-bank umum. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan nonbank.
Klasifikasi Uang 1. Full bodied money Nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal = nilai instrinsik. Jika uang tersebut terbuat dari emas, maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya. 2. Representative full bodied money Uang ini terbuat dari kertas, dengan demikian nilainya sebagai barang tidak ada (nol). Uang jenis ini hanya mewakili (represent) dari sejumlah barang/logam di mana nilai logam sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang. Misal: surat emas (gold certificate) yang beredar di AS sebelum ditarik pada tahun 1933. 3. Credit money Jenis uang dimana nilainya sebagai uang lebih besar daripada nilai sebagai barang. Dalam keadaan tertentu nilai sebagai barang tidak penting, seperti uang kertas. Untuk memelihara nilai sebagai barang lebih rendah daripada nilai sebagai uang maka pemerintah membatasi pencetakan uang.
BAB II PERMINTAAN UANG Sebagai pada analisis ekonomi pada umumnya, selalu diketengahkan masalah keseimbangan antara permintaan dan pemawaran uang dengan melibatkan satu atau beberapa varianbel yang mempunyai permintaan dan penawaran uang persamaan berikut: M D = f ( r A, W ) M S = f ( r, A R ) M D = MS Dimana : W R rA Md Ms
= Kekayaan total ( wealth ) = Cadangan dalam system perbankan ( Reserve ) = Penghasilan dari kekayaan ( return ) = Permintaan uang = Penawaran akan uang atau jumlah uang beredar
Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan jumlah dan nilai uang mempunyai hubungan timbal balik, dan apabila pendapat ini dihubungkan dengan harga maka bila jumlah uang dua kali lipat harga pun akan naik dua kali lipat demikian pula sebaliknya, oleh karena itu teori tersebut sering di rumuskan sebagai berikut : M = kP atau P= 1
M
2 Sementara itu dalam teori Cambridge ( Marshall Pingou ), Juga melihat permintaan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan likuid untuk transaksi. Pendapat ini mengemukakan hubungan proporsional antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah pendapatan, yang di rumuskan sebagai berikut : M = k PY Di mana : M K P
= Jumlah uang yang di minta = Bagian dari pendapatan riil yang diinginkan orang di dalam bentuk uang atau merupakan koefisien yang mengatus keseimbangan antara kedua sisi persamaan tersebut. = tingkat harga
Y = National income reil Perbedaan utama teori Cambridge dengan teori fisher terletak pada tekanan teori “permintaan uang”. Menurut Keynes menyatakan bahwa masyarakat memegang uang untuk memenuhi 3 ( tiga ) keinginan yaitu : • Membayar pembelian – pembelian yang akan mereka lakukan ( transaction motive). • Menghadapi kesusahan yang mungkin timbul di masa akan dating ( precautionary motive ). • Digunakan dalam kegiatan spekulasi ( speculative motive ). Permintaan uang tujuan spekulasi, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk motif spekulasi. Alasaanya , • Apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas makin besar begitu juga sebaliknya terjadi. • Masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal berdasarkan pengalaman, trutama pengalaman tingkat bungayang baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal manakala terjadi perubahan. Apabila tingkat bunga yang berlaku dibawah atau lebih rendah dari pada tingkat bunga normal, meraka akan mengkirakan naik lagi ke tingkat bunga normal. Demikian juga sebaliknya. Keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang dapat dilakukan seperti halnya pada pasar komoditi, sebagai berikut: r
MS
MD M Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran Uang
MS MS1
MS2 MS3
MD3 MD
MD2 MD1
M
M
Permintaan tetap Supply Berubah
r
Permintaan berubah Supply tetap
MS MS
MS
MD MD MD
M Permintaan dan Supply berubah Dalam melakukan test fungsi permintaan uang dengan data yang tersedia sering digunakan model dengan besaran periode sebelumnya (lag variable). Secara empiris fungsi permintaan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk fungsi, baik linear maupun non linear. Secara tradisional, permintaan uang riel merupakan fungsi dari tingkat bunga( r) dan variabel lain, seperti pendapatan atau kakayaan lain. Secara umum bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai
(MD/p) = α1 + α0 r + α2 Y atau fungsi dalam bentuk lain (non linear) sebagai β1 (MD/p) = A r
β2 Y
atau dapat juga ditulis dalam bentuk linear sebagai:
ln(MD/p) = lnA + β1 ln r + β2 lnY Secara matematis, formulasinya: Ln MDt* = lnA + β1 ln rt + β2 lnYt, dimana MDt* adalah jumlah uang yang diinginkan Dengan dasar penyesusian parsil (Ln MDt* - Ln MDt-1 ) = λ (Ln MDt – ln MDt-1), dengan 0 ≤ λ ≤1 Fungsi empirisnya dapat diperoleh dengan subsitutusi kedua persamaan tersebut di atas ln MDt = lnA + λ β1 ln rt + λ β2 lnYt + (1-λ) ln M Dt-1, atau ln MDt = lnA + λ β1 ln rt + λ β2 lnYt + (1-λ) ln M Dt-1, Selanjutnya dalam pengumpulan data untuk menentukan koefisien masingmasing variable bebas.
BAB III BANK SENTRAL Bank Sentral merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam perekonomian, terutama di bidang moneter, keuangan dan perbankan. Hal ini nampak dari fungsi dan tujuan Bank Sentral yang tidak indentik dengan bank komersial, bank tabungan dan lembanga keuangan lainnya. Tujuan, tugas dan wewenang bank senteral dalam suatu negara berbeda dengan lainnya, tergantung dari stuktur social, politik dan ekonomi masing-masing negara. Dilihat dari wewenangnya, susunan unit dalam organisasi bank sentral pada dasarnya terdiri atas dua level, yaitu the highest autority, yaitu unit yang memiliki wewenang yang tertinggi dan The second level, level kedua yang memiliki wewenang dibawah dari yang tertinggi. Terdapat tiga badan yang memiliki kewenangan tertinggi di organisasi bank sentral yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Badan pembuat kebijakan 2. Badan pelaksana kebijakan 3. Badan pengawas. Badan pembuat kebijakan pada organisasi bank sentral umumnya berbentuk Dewan ( Council) dan dalam merumuskan kebijakan, keputusan ditetapkan berdasarkan pada suara mayoritas. Badan pelaksana kebijakan adalah unit/badan dalam organisasi bank sentral yang diberi kewenangan untuk melaksanakan dan merealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh badan pembuat kebijakan. Badan pengawas adalah unit dalam organisasi bank sentral yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaaan pada bank sentral.
a. b. c. d. e.
Fungsi Utama Bank Sentaral Bank Sentral pada dasarnya bertugas untuk memelihara agar sistem moneter dapat bekerja secara efisien, sehingga dapat menjamin terciptanya tingkat pertumbuhan kredit/uang beredar sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tanpa mengakibatkan inflasi. Selain dari pada itu bank sentral bertugas mengatur, menjaga dan memelihara nilai kestabilan rupiah. Dalam menjalankan tugas ini, bank sentral melakukannya dengan menggunakan alat/instrumen kebijaksanan moneter sebagai: Politik Diskonto Politik Operasi Pasar Terbuka Politik Perubahan Cadangan Minimum Margin Requirement Moral Suasion
Bank Indonesia Dalam undang-undang N0. 23 tahun 1999 disebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Visi bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia yang dituangkan dalam keputusan Gubernur No. 4/22Kep/GBI/INTERN/2002 tanggal 28 Juni 2002 adalah suatu tujuan, tugas dan wewenang Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang tentang Bank Indonesia. Dengan perkataan lain misi Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan kestabilan sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Bagi Bank Indonesia, perumusan visi tersebut diharapkan dapat membantu organisasi dalam: 1. Menetapkan dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan organisasi 2. Memberikan referensi untuk perencanaan dan proses pengambilan keputusan 3. Memperoleh kemitmen para anggota Dewan Gubernur dan seluruh pegawai melalui komunikasi yang jelas tentang tugas organisasi, dan 4. Memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan tugas organisasi. Selain visi dan misi, Bank Indonesia memiliki nilai-nilai strategis yang terdiri dari : 1. Kompetensi (competency) 2. Integritas ( integrity) 3. Transparansi (tranparency) 4. Akuntabilitas (accountability) 5. Cohesiveness 6. pembayaran. Sejalan dengan tugas-tugas ini, organisasi Bank Indonesia dikelompokkan ke dalam tiga sektor utama: 1. Sektor moneter 2. Sektor Perbankan 3. Sektor sistem pembayaran 4. Sektor manajemen intern (sebagai pendukung) 5. Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah memberikan landasan yang baik (kondusif) dalam mewujudkan kebijakan Bank Indonesia yang kredibel. Dalam Undang-undang tersebut telah ditetapkan dengan jelas bahwa tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah disebutkan. Selanjutnya dalam Undang-undang Bank Indonesia (UUBI) ditetapkan tugas Bank Indonesia sebagai: 1). Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2). Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran dan
3). Mengatur dan mengawasi bank. Sasaran Strategis Bank Indonesia Untuk jangka menengah dan panjang ditetapkan tujuh sasaran strategis bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas harga, yaitu dengan menjaga tingkat inflasi sesuai sasaran pada kisaran dan kurun waktu yang dapat diterima melalui riset, perumusan kebijakan dan operasi pengendalian moneter yang efektif 2. Menciptakan system perbankan yang sehat dan efektif, yaitu dengan meningkatkan dan melihat stabilitas perbankan serta tingkat kesehatan individual bank melalui riset, perumusan kebijakan, pengaturan, pembinaan, pengawasan dan sistem informasi perbankan yang efektif 3. Menjamin keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, yaitu dengan meningkatkan keamanan, efisiensi dan efektivitas system pembayaran nasional, melalui kebijakan, peraturan dan pengendalian yang efektif, yang didukung oleh teknologi yang handal 4. Meraih citra positif baik internal maupun eksternal, yaitu dikenal baik di Indonesia maupun di Internasional sebagai institusi bank sentral yang cakap, dipercaya, dan andal melalui sumbangan yang besar terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5. Meningkatkan koordinasi dan jejaring dengan pihak-pihak yang berkepntingan sperti lembaga pemerintah dan sawasta baik domestik maupun internasional,melalui dialog dan komunikasi yang terbuka secara berkesinambungan 6. Menjadi organisasi yang berbasis pengetahuan, yaitu dengan mewujudkan organisasi yang mampu menguasai, mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang relavan kepada seluruh perangkat organisasi yang didukung oleh tekonologi informasi melalui kebijakan dan peraturan organisasi 7. Mengembangkan sumber daya mnusia yang efektif dan berkompetensi tinggi, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan integritas pegawai Bank Indonesia, melalui pembinaan, pelatihan, pemberian kesempatan dan program pengembangan yang efektif dan berkesinambungan.
Kantor Pusat Bank Indonesia Organiasai Bank Indonesia terdiri dari satuan-satuan kerja di Kantor Pusat sesuai dengan pembagian sektornya. 1. Sektor moneter 2. Sektor Perbankan 3. Sektor Sistem Pembayaran 4. Manjemen Interen
BAB IV
TEORI MONETER KLASIK Teori moneter Klasik didasarkan pada JB. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, bahwa suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau yang disebet oleh Maltus underconsumtion. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan sekarang Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of money atau supply of money).
Teori Kuantitas dari Recardo Recardo adalah orang yang mula-mula menemukan teori nilai uang dengan mengemukakan bahwa kuat dan lemahnya nilai uang sangat tergantung dari pada jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang berubah menjadi 2 kali lipat maka nilai uang akan menurun setengah kali dari semula, sebaliknya jika jumlah uang kurang hingga setengah, maka nilai uang akan menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi, karena bila jumlah uang naik menjadi 2 kali lipat maka akan berpengaruh terhadap harga yang naik menjadi dua kali lipat dan otomatis nilai akan menurun menjadi setengahnya.
Teori ini dituliskan dengan rumus sebgai berikut: M = kP Dimana:
M = kuantity of money P = general price level K = konstant/pembanding tetap Dan dapat dijelaskan dengan gambar sebagai: P P3 P2 P1 M1 M2
M3
Teori Kuantitas Recardo.
M
Jumlah uang beredar semula sebesar OM, dan tingkat harga setinggi OP1. Bila jumlah uang naik dua kali lipat (OM2) maka harga naik pula dua kali (OP2) dan nilai uang turun setengahnya.
Teori Kuantitas dari Irving Fisher Irving Fisher berusaha memperbaiki teori Ricardo dengan memasukkan ketiga faktor yang mepengaruhi nilai uang. Teori dari Irving Fisher ini bernama” the transaction equation of exchange” yang menyatakan bahwa “Setiap pembayaran oleh rumah tangga, pengusaha, maupun pemerintah pada pihak lain merupakan suatu perkalian antara harga dan kuantitasnya yang sama dengan perkalian jumlah uang yang beredar dan kecepatan perputarannya”. Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis MV= PT Dimana: M = Quanti of money V= velocity of circulation of money P= price level T= volume of good and services. M x V menunjukkan jumlah pembayaran/pengeluaran yang dilakukan masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu. Di lain pihak pembayaran itu adalah untuk pembelian terhadap barang dan jasa (T), sedang T ini harus diketahui harganya (P), sehingga jumlah pembelian dinyatakan M x V = P x T. Dari rumus ini dapat ditentukan tingkat harga dan nilai uang, yaitu tingkat harga sama dengan jumlah uang dikalikan kecepatan perputarannya dibagi jumlah barang yang diperdagangkan: P = MV/T sedang nilai uang W = 1/P. Kenyataan menunjukkan bahwa faktor P itu pasif tidak selalu benar. Kadangkadang P dapat pula memainkan peranan yang menentukan dalam mempengaruhi kecepatan perputaran uang. Dengan demikian antara M, V P dan T terdapat hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi. Kenyataan inilah yang dapat melemahkan teori Irving Fisher sebagai alat analisa moneter.
Teori Kuantitas dari D.H. Roberston Teori kuantitas dari Irving Fisher diformulasikan kembali oleh D.H. Robertson menjadi M = kPT. Sebenarnya kedua teori ini sama, perbedaanya terletak pada pendekatannya. Irving Fisher meninjau melaui transaction velocity (kecepatan rata-rata transaksi uang). D.H. Robetson mendekati melaui cash balance (lama rata-rata uang menganggur). Oleh karena teori kuantitas dari Robetson ini disebut cash balance equaition., Faktor V dalam transaction velocity approach oleh Robertson diganti dengan k dalam cash balance approach. k yang menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah mengaggur dalam cash adalah merupakan kebalikan dari V yang menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan. Jadi k = 1/V dan kalau pada rumus M = kPT, kita ganti k menjadi 1/V. maka diperoleh rumus; M = TP/V atau MV = PT.
Teori Kuantitas dari Marshall Apakah teori-teori kuantitas di muka lebih menitikberatkan perhatian pada hubungan antara jumlah uang dengan harga, maka Mrshall memperhatikan hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional dengan rumus: M= kY Dimana: M = Quanity of money Y = pendapatan dalam bentuik uang K = bagian dari pendaoatan yang tidak dibelanjakan dan ingin dikuasai dalam bnetuk uang Karena pendapatan uang itu berasal dari jumlah produksi dikalikan dengan harga (PO) maka rumus Fisher dapat dituliskan sebagai MV= PO = Y. Teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan, kemudian kelemahankelemahan ini disempurnakan oleh teori berikutnya. Kelemahan pertama adalah bahwa dalam kenyataannya adalah V tidak tetap, baik di negara maju maupun di negara berkembang. V cenderung tidak konstan. Kelemahan kedua adalah teori klasik mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perimtaan uang. Teori kuantitas uang menganggap bahwa permintaan akan uang kas tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga (sebab motif utama untuk memegang uang adalah untuk transaksi, yang besarnya tergantung dari pendapatan.