Tugas Besar Infrastruktur Kota Asistensi.pdf

  • Uploaded by: Shahla Harira
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Besar Infrastruktur Kota Asistensi.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 18,856
  • Pages: 138
Profil Infrastruktur Kota di Kecamatan Balikpapan Selatan Tahun 2016 DOSEN PENGAMPU : Farid Nurrahman, S.T., M,Sc Ihsani Merdekawati, S.T., M.T., M.Sc

Disusun Oleh : Bayu Dwi Saputra

(08151007)

Christmas Gloria Nainggolan

(08151009)

Mastaufiq Hidayat

(08151020)

Mia Aulia

(08151021)

Prayudi Brilian

(08151030)

Rezky Andriyana

(08151032)

Shahla Arira

(08151041)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN BALIKPAPAN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur memiliki peranan penting dalam pengembangan suatu kota hingga menyebabkan infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional maupun daerah atau dengan kata lain infrastruktur dapat dikatakan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi suatu kota. Dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Selain menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi, infrastruktur juga berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat suatu kota jika lengkapnya infrastruktur yang terdapat pada kota tersebut (Kwik Kian Gie, 2002). Di Indonesia sendiri, menurut Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas atau KPPIP (2016) penyediaan infrastruktur di Indonesia berjalan lambat dapat disebabkan dari beberapa faktor, antara lain adanya kendala dalam setiap tahapan proyek, dari persiapan hingga implementasi proyek tersebut. Lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan seringkali menyebabkan mundurnya

pengambilan keputusan suatu proyek tentang penyediaan

infrastruktur. Sedangkan pada tahap persiapan, masalah yang ditemui adalah kualitas persiapan proyek yang kurang dan alokasi dana yang sangat terbatas. Mengingat pembangunan infrastruktur yang membutuhkan ketepatan waktu maka pemerintah sudah mengeluarkan berbagai macam kebijakan positif yang bertujuan untuk memperlancar realisasi dan pelaksanaan proyek infrastruktur. Kebijakan terbaru yang telah dikeluarkan oleh pemerintah adalah dengan memberikan keistimewaan dalam hal perizinan dan non perizinan, pengadaan pemerintah, pengadaan tanah sesuai yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional yang diterbitkan pada Januari, 2016 (KPPIP, 2016). Kota Balikpapan memiliki banyak potensi untuk menjadi panutan kota-kota lain dengan skala nasional, bersumber dari prokal.co (2015), Kota Balikpapan ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pusat suatu kegiatan untuk kota-kota yang terdapat pada regional Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Kementrian Dalam Negeri telah menetapkan kota dengan julukkan kota beriman tersebut menjadi pusat pendidikan dan latihan (diklat) pemadam kebakaran untuk Indonesia bagian timur, khususnya Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal ini disampaikan langsung oleh Kasubdit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Dirjen Umum Kemendagri, Ramses Hutagulung di Kantor Kecamatan Balikpapan Selatan.

Permasalahan mengenai infrastruktur selalu terjadi di kota-kota besar, tidak terkecuali Kota Balikpapan. Pada Kecamatan Balikpapan Selatan sendiri terdapat masalah mengenai sarana infrastruktur dan lingkungan, Syahroni (2015), Ketua RT 58 Kecamatan Balikpapan Selatan selalu mengajak warganya bergotong royong guna membersihkan lingkungan sekitar agar tidak terjadi musibah banjir. Tidak hanya itu, kegiatan seperti penanaman tanam obat keluarga (toga), semenisasi jalan, pembangunan posyandu, dan poskamling juga dilakukan guna melengkapi fasilitas lingkungan yang terdapat di sekitar RT tersebut. Walaupun dengan keadaan infrastruktur yang ada dapat menopang semua kegiatan masyarakat kota balikpapan, tetapi perkembangan Kota Balikpapan tidak akan mengalami perkembangan yang cepat. Dengan adanya pembangunan infrastruktur akan memfasilitasi lebih banyak lagi kegiatan masyarakat guna mengembangkan potensi Kota Balikpapan sendiri. Oleh karena itu pentingnya dalam mengkaji perkembangan infrastruktur Kota Balikpapan yang akan dibahas pada penulisan makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis menemukan beberapa masalah dalam penulisan makalah ini yang akan dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut : 1.

Apa saja fungsi sarana dan prasarana kota yang tersebar pada wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan?

2.

Apa saja peran sarana dan prasarana kota yang tersebar pada wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan?

3.

Bagaimana distribusi pelayanan sarana dan prasarana kota yang tersebar pada wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan?

4.

Apa saja permasalahan yang timbul dengan adanya sarana dan prasarana kota pada Kecamatan Balikpapan Selatan?

1.3 Tujuan Dari pemaparan rumusan masalah yang telah dilakukan sebelumnya, maka tujuan dari penulisan makalah akan dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut : 1.

Mengetahui fungsi dari masing-masing jenis sarana dan prasarana yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan.

2.

Mengetahui peran dari masing-masing jenis sarana dan prasarana yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan.

3.

Mengetahui pola distribusi terkait sarana dan prasarana yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan.

4.

Dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dengan adanya sarana dan prasarana yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan.

Daftar Isi 1.1

Latar Belakang ......................................................................................................................... 2

1.2

Rumusan Masalah................................................................................................................... 3

1.3

Tujuan........................................................................................................................................ 3

2.1

Pengertian Infrastruktur......................................................................................................... 6

2.2

Infrastruktur di Indonesia ...................................................................................................... 6

2.3

Fasilitas Pendidikan ............................................................................................................... 7

2.4

Fasilitas Peribadatan ............................................................................................................ 19

2.5

Fasilitas Kesehatan .............................................................................................................. 22

2.6

Fasilitas Perdagangan dan Jasa ........................................................................................ 23

2.7

Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi .................................................................................. 24

2.8

Fasilitas Ruang Terbuka Hijau ........................................................................................... 26

2.9

Fasilitas Persampahan ......................................................................................................... 29

2.10

Fasilitas Utilitas ..................................................................................................................... 32

2.11

Fasilitas Transportasi........................................................................................................... 36

3.1

Gambaran Umum .................................................................................................................... 47

3.2

Gambaran Umum Fasilitas Pendidikan ................................................................................. 48

3.3

Gambaran Umum Fasilitas Peribadatan ............................................................................... 65

3.4

Gambaran Umum Fasilitas Kesehatan ................................................................................. 73

3.5

Gambaran Umum Fasilitas Perdagangan dan Jasa ............................................................ 82

3.6

Gambaran Umum Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi ....................................................... 88

3.7

Gambaran Umum Fasilitas Ruang Terbuka Hijau ............................................................... 91

3.8

Gambaran Umum Fasilitas Persampahan ............................................................................ 98

3.9

Gambaran Umum Fasilitas Utilitas ...................................................................................... 100

3.10

Gambaran Umum Fasilitas Transportasi ................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Infrastruktur Infrastruktur

fisik dan sosial

dapat

diartikan

sebagian kebutuhan dasar fisik

pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik (Sulivan, 2003). Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah perlistrikan telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional. Selain itu infrastruktur dapat juga mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa. Sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik, kemudian berlanjut untuk mendistibusikan ke pasar hingga sampai kepada masyarakat. Dalam beberapa pengertian istilah infrastruktur termasuk pula dalam infrastruktur sosial di bidang kebutuhan dasar sebagai contoh sekolah dan rumah sakit (American Heritage Dictionary). Dalam militer, istilah ini dapat pula mengarah ke bangunan permanen dan instalasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan, ( Department of Dictionary of Military and Associated Terms ). 2.2 Infrastruktur di Indonesia Menurut Erlangga (2012) kualitas infrastruktur Indonesia dinilai terendah se-Asia “Diantara Negara – Negara se- Asia, kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah kedua, hanya lebih baik dari Filipina,. kata ekonom Standar Chartered Bank , Erik Sugandi “Dalam laporan World Economic Forum mengenai kualitas infrastruktur pada 2012 – 2013, kualitas infrastruktur Indonesia hanya memperoleh nilai peringkat 92. Nilai itu dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan, rel kereta api, pelabuhan, bandara dan listrik.” Dari skala nilai tertinggi 7, Indonesia hanya memperoleh nilai 3,4 untuk jalan 3,2, untuk rel kereta api, pelabuhan 3,6, bandara 4,2, dan listrik 3,9, rata – rata nilai tersebut hanya 3,7. Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dengan rangking 98. Di atas Indonesia, kualitas infrastruktur India, China ,Thailand, Malaysia dan Singapura memiliki peringkat yang tinggi . India memiliki peringkat ke-87, China ke-69, Thailand ke-49, Malaysia ke-29 dan Singapura ke-2. Dibanding laporan pada tahun 2011-2012, peringkat kualitas infrastruktur Indoseia cenderung menurun. Sebelumnya, Indonesia masih diperingkat ke-82, sementara Filipina masih

diperingatkan ke-113, India ke-86, China ke-69, Thailand ke-47, Malaysia ke-23, dan Singapura tetap di peringatkan ke-2. Rasio anggaran infrastruktur terhadap seluruh anggaran belanja untuk Indonesia adalah 2,1 %. Hal ini berkaitan dengan nilai rendah dari infrastruktur Indonesia 2.3 Fasilitas Pendidikan 2.3.1 Pengertian Fasilitas Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (UUD 1945). Menurut KBBI (2008), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu Paedos yang berarti anak dan Agogos yang berarti membimbing, mengantarkan.Secaraharfiah paedagogos ialah seorang pelayan atau pemuda pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Secara istilah pedagogik itu adalah ilmu pendidikan atau ilmu mendidik, yang berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik (Purwanto, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah bentuk intervensi untuk mempengaruhi individu maupun kelompok agar mereka mau dan mampu melakukan perubahan perilaku ke arah positif. Teori ini ditujukan untuk melakukan perubahan perilaku yang tidak dapat dilakukan dengan cepat. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula ilmu yang telah didapat dari proses pendidikan.Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal dan informal.Ilmu tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat seseorang atau kelompok mau untuk mengubah perilakunya yang buruk. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting dalam proses perubahan perilaku. Menurut Mudhaharjo (2002), pendidikan memiliki arti luas, arti sempit, dan definisi alternatif/luar terbatas. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala hal lingkungan dan sepanjang hidup atau segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial mereka.Sedangkan pendidikan menurut definisi alternatif atau luas terbatas adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran yang berlangsung disekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan hidup sekarang atau yang akan datang.Pendidikan atau pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal serta informasi disekolah maupun luar sekolah yang berlangsung seumur hidup bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Beberapa tokoh lain mengemukakan pendapatnya masing-masing tentang pendidikan. Menurut Prasetya (1997) pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuan, kecakapannya serta keterampilannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Poerbacaraka dan Harahap (dalam Syah, 2001) pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya untuk meningkatkan mentalitas anak menuju kedewasaan, yakni mampu menumbuhkan tanggung jawab moral atas segala perbuatannya.Lain lagi menurut Driyarkara (1950), pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Menurut Sunarya (1969, dalam Idris dan Jamal, 1992) pendidikan adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut. Pendidikan dapat di tempuh melalui tiga jalur yaitu: 1.

Pendidikan Formal Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan formal didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, penddikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2.

Pendidikan Non Formal 3 Pendidikan Non formal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Undang-Undang No 20 TAHUN 2003)

3.

Pendidikan Informal Pendidikan menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang yang berbentuk kegiatan secara mandiri

2.3.2 Fungsi Pendidikan Sesuai Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban

bangsa

yang

bermartabat

dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Sedangkan di Undang-Undang tersebut di pasal 2 disebutkan bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2.3.3 Tujuan Pendidikan Seperti disebutkan di awal bab ini, mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa adalah tujuan umum dari pendidikan itu sendiri. Dengan ilmu pengetahuan dan moral yang didapat dari pendidikan, kualitas kehidupan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Menurut Langeveld (1955) tujuan pendidikan adalah pendewasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu: kematangan berpikir, kematangan emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri dan membentuk kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain. Spencer (dalam Nasution,1999) menyebutkan

tujuan pendidikan

karena lima hal berikut: 1) Kegiatan demi kelangsungan hidup. 2) Usaha mencari nafkah. 3) Pendidikan anak. 4) Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara. 5) Penggunaan waktu senggang.

2.3.4 Kebijakan terkait Fasilitas Pendidikan di Indonesia Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Di Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.Sedangkan warga negara di daerah terpencil atau

terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Pendanaan pendidikan merupakan suatu hal yang perlu diatur. Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Pada Pasal 49 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa pemerintah pusat wajib mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pendidikan diluar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan, sedangkan pemerintah daerah juga wajib mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor pendidikan diluar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Pemerintah pusat juga membuat standar sarana dan prasarana pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Pasal 42 Peraturan Pemerintah disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana berupa perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habispakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan serta prasarana berupa lahan, ruangkelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Untuk memperjelas pelaksanaan Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005, Menteri

Pendidikan Nasional mengesahkan Peraturan Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Dalam Permendiknas tersebut dijelaskan sarana dan prasarana minimal yang wajib dimiliki satuan pendidikan. Sebuah SD/MI sekurangkurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1)

Ruang kelas,

2)

Ruang perpustakaan.

3)

Laboratorium IPA,

4)

Ruang pimpinan,

5)

Ruang guru,

6)

Tempat beribadah,

7)

Ruang UKS,

8)

Jamban,

9)

Gudang,

10) Ruang sirkulasi, dan 11) Tempat bermain/berolahraga. Sedangkan untuk sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1) Ruang kelas, 2) Ruang perpustakaan, 3) Ruang laboratorium IPA, 4) Ruang pimpinan, 5) Ruang guru, 6) Ruang tata usaha, 7) Tempat beribadah, 8) Ruang konseling, 9) Ruang UKS, 10) Ruang organisasi kesiswaan, 11) Jamban, 12) Gudang, 13) Ruang sirkulasi, dan 14) Tempat bermain/berolahraga. Untuk sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya sekolah tersebut memiliki prasarana sebagai berikut : 1) Ruang kelas, 2) Ruang perpustakaan, 3) Ruang laboratorium biologi, 4) Ruang laboratorium fisika, 5) Ruang laboratorium kimia, 6) Ruang laboratorium komputer, 7) Ruang laboratorium bahasa, 8) Ruang pimpinan, 9) Ruang guru, 10) Ruang tata usaha, 11) Tempat beribadah,

12) Ruang konseling, 13) Ruang UKS, 14) Ruang organisasi kesiswaan, 15) Jamban, 16) Gudang, 17) Ruang sirkulasi, dan 18) Tempat bermain/berolahraga. Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang juga diatur dalam standar Permendiknas ini. Pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan menerangkan bahwa perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sertasikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan: a) Berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan; b) Optimasi daya tampung dengan satu shift; c) Effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu; d) Pemakaian sarana dan prasarana pendukung; e) Keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya. Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU). Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi: a)

Taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;

b)

Sekolah

dasar

(SD),

yang

merupakan

bentuk

satuan

pendidikan

dasar

yang

menyelenggarakan program enam tahun; c)

Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD);

d)

Sekolah

menengah

umum

(SMU),

yang

merupakan

satuan

pendidikan

yang

menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan

dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi; e)

Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan. Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan pada penentuan kebutuhan ruang dan

lahan adalah: a)

Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus disediakan didasarkan pada Tabel 2.1.

b)

Kebutuhan sarana pendidikan prabelajar serta pendidikan tingkat dasar dan menengah, harus direncanakan berdasarkan perhitungan proyeksi jumlah siswa dengan cara sebagaimana Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus 5, yang akan menentukan tipe sekolah serta kebutuhan jumlah ruang, luas ruang dan luas lahan. Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus 5, dipergunakan juga untuk menghitung penambahan ruang-ruang belajar pada sekolah-sekolah yang sudah ada.

c)

Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan didasarkan tipe masingmasing sekolah yang dibedakan menurut: 1.

Jumlah rombongan belajar;

2.

Jumlah peserta didik;

3.

Jumlah tenaga kependidikan; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan tenaga tata usaha;

d)

4.

Kebutuhan ruang belajar, ruang kantor, dan ruang penunjang;

5.

Luas tanah, dan lingkungan/lokasi sekolah.

Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk masing-masing sarana pendidikan tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing tingkatan pendidikan. Untuk perencanaan bangunan SMU, mengacu pada SNI-03-1730-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Gedung Sekolah Menengah Umum. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada beserta posisi pusat lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya.

Tabel 2.1 Kebutuhan Program Ruang Minimum No.

Jenis Sarana

1

Taman Kanak-kanak

2

Sekolah Dasar

3

SLTP

4

SMU

5

Taman Bermain

Program Ruang Memiliki minimum 2 ruang kelas @25-30 murid. DIlengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang terbuka/bermain ± 700 m2 Memiliki minimum 6 ruang kelas @40 murid. Dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang terbuka/bermain ± 3000-7000 m2 Memiliki minimum 1 ruang baca @ 15 murid

Tabel 2.2. Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran Kebutuhan Per Jumlah No.

Jenis Sarana

Penduduk Pendukung (jiwa)

Kriteria

Satuan Sarana Standard Luas

Luas

Lantai 2

Min. (m )

(m2/jiwa)

Lahan Min

keterangan Radius pencapaian

2

(m )

Lokasi dan penyelesaian

216

2 rombongan Ditengah kelompok warga.

termasuk 1

TK

1.250

rumah

500

0,28 m2/j

500m2

Tidak menyebrang jalan raya. Bergabung dengan

penjaga

taman sehingga terjadi

36 m2

prabelajar @60 murid dapat bersatu dengan sarana lain

pengelompokkan kegiatan 2

SD

1.600

633

2.000

1,25

1.000 m2

Kebutuhan harus

3

SLTP

4.800

2.282

9.000

1,88

1.000 m2

berdasarkan

Kebutuhan Per Jumlah No.

Jenis Sarana

Penduduk

Standard Luas

Pendukung (jiwa)

Luas

Lantai 2

4

5

SMU

Taman

Kriteria

Satuan Sarana

Lahan Min (m )

3.835

12.500

4.800

2.500

72

150

Radius pencapaian

2

Min. (m )

keterangan

(m2/jiwa)

2,6

0,09

3.000 m2

1.000 m2

Bacaan

Lokasi dan penyelesaian

Dapat dijangkau dengan

perhitungan

kendaraan umum.

dengan rumus 2,

Disatukan dengan

3, dan 4. Dapat

lapangan olahraga. Tidak

digabung dengan

selalu harus di pusat

sarana

lingkungan

pendidikan lain,

Di tengah kelompok

mis. SD, SMP,

warga, tidak menyebrang

SMA dalam satu

jalan lingkungan

komplek

Tabel 2.3 Pembakuan Tipe SD/MI, SLTP/MTs dan SMU Tingkat pendidikan

SD/MI

SLTP/MTs

Rombongan

Peserta Didik

Belajar

(siswa)

Tipe A

12

480

Tipe B

9

360

Tipe C

6

240

Tipe A

27

1.080

Tipe Sekolah

Lokasi Dekat dengan lokasi ruang terbuka lingkungan

Tingkat pendidikan

SMU

Rombongan

Peserta Didik

Belajar

(siswa)

Tipe B

18

720

Tipe C

9

360

Tipe A

27

1.080

Tipe B

18

720

Tipe C

9

360

Tipe Sekolah

Lokasi

Dekat dengan lokasi ruang terbuka lingkungan

Tabel 2.4 Kebutuhan Ruang Belajar pada SD/MI, SLTP/MTs dan SMU Rumus 1 Tingkat pra belajar

(𝑼𝑷𝟓 − 𝑼𝒔) × 𝒂% 𝑬 Keterangan: S : kebutuhan jumlah ruang belajar tingkat prasekolah UP5 : hasil proyeksi anak usia pra sekolah selama 5 tahun Us : jumlah anak usia pra sekolah yang sudah tertampung a% : anak usia pra sekolah yang ingin masuk pendidikan pra sekolah 𝑺=

Kebutuhan Ruang Belajar Rumus 2 Rumus 3 Tingkat SD/MI (berdasarkan Tingkat SLTP/MTs sistem pendidikan SD 6 (berdasarkan sistem tahun) pendidikan SLTP/MTs) (𝐿𝑆𝐷5 − 𝐿𝑆𝐷𝑆 ) × 𝑝% (𝐷𝑝5 − 𝐷𝑠) × 𝑑% 𝑆𝑆𝐿𝑇𝑃 = 𝑆𝑆𝐷 = 𝐸 𝐸 Keterangan: Keterangan: Ssltp : kebutuhan ruang Ssd : kebutuhan jumlah belajar tingkat SLTP ruang belajar tingkat SD/MI Lsd5 : proyeksi lulusan SD Dp5 : hasil proyeksi anak selama 5 tahun usia SD/MI selama 5 tahun Ds : jumlah anak usia tingkat Lsds : jumlah lulusan SD yang dapat ditampung SD.MI yang sudah p% : presentase lulusan SD tertampung d% : presentase jumlah anak yang melanjutkan ke SLTP E : daya tampung paling tingkat SD/MI yang perlu efektif dan efisien

Rumus 4 Tingkat SMU (berdasarkan sistem pendidikan SMU) (𝐿𝑆𝐿𝑇𝑃5 − 𝐿𝑆𝐿𝑇𝑃𝑆 ) × 𝑎% 𝑆𝑆𝐿𝑇𝐴 = 𝐸 Keterangan: Sslta : kebutuhan ruang belajar tingkat SLTA Lsltp5 : proyeksi lulusan SLTP selama 5 tahun sesuai data dan instansi yang berwenang Lsltps : jumlah lulusan SLTP yang dapat ditampung a% : presentase lulusan SLTP yang melanjutkan ke SLTA

E : daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan 35-40 siswa

memasuki lembaga pendidikan tingkat SD/MI E : daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan 40 siswa

berdasarkan kondisi lingkungan 40 siswa

E : daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan 40 siswa

Tabel 2.5 Kebutuhan Luas Lantai dan Lahan Sarana Pendidikan menurut Tipe Sekolah Tingkat

Tipe Sekolah

Pendidikan

Rombongan

Peserta Didik

Luas Ruang

Luas Lahan Minimum

Belajar

(siswa)

Minimum (m2)

(m2)

(rombongan) SD/MI

SLTP/MTs

SMU

Tipe A

12

480

1.000

3.000

Tipe B

9

360

633

2.000

Tipe C

6

240

251

1.000

Tipe A

27

1.080

3.077

9.000

Tipe B

18

720

2.282

9.000

Tipe C

9

360

1.502

6.000

Tipe A

27

1.080

5.233

1. Lantai: 15.000 2. Lantai: 9.500 3. Lantai: 7.000

Tipe B

18

720

3.835

1 Lantai: 12.500 2 Lantai: 8.000 3 Lantai: 5.000

Tingkat

Tipe Sekolah

Pendidikan

Rombongan

Peserta Didik

Luas Ruang

Luas Lahan Minimum

Belajar

(siswa)

Minimum (m2)

(m2)

360

2.692

10.000

(rombongan) Tipe C

9

Sumber: SNI 03-1733-2004

2.4 Fasilitas Peribadatan 2.4.1 Definisi Umum Fasilitas Peribadatan Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religious (BSN, 2014). Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unitunit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu (BSN, 2014). 2.4.2 Jenis Fasilitas Peribadatan Menurut Badan Standarisasi Nasional (2014), jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut; a)

Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar;

b)

Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;

c)

Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan; dan

d)

Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan. Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut:

a)

Katolik mengikuti paroki;

b)

Hindu mengikuti adat; dan

c)

Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki lembaga.

2.4.3 Luas dan Lahan Fasilitas Peribadatan Untuk sarana ibadah agama Islam dan Kristen Protestan dan Katolik, kebutuhan ruang

dihitung dengan dasar perencanaan 1,2m 2/jemaah, termasuk ruang ibadah, ruang pelayanan dan sirkulasi pergerakan.Untuk sarana ibadah agama Islam, luas lahan minimal direncanakan sebagai berikut: a)

Musholla/langgar dengan luas lahan minimal 45 m2;

b)

Mesjid dengan luas lahan minimal 300 m2;

c)

Mesjid kelurahan dengan luas lahan minimal 1.800 m2;

d)

Mesjid kecamatan dengan luas lahan minimal 3.600 m2;

Untuk agama lain, kebutuhan ruang dan lahan disesuaikan dengan kebiasaan penganut agama setempat dalam melakukan ibadah agamanya. Tabel 2.6 Kebutuhan Sarana Perbadatan Kebutuhan Per Jumlah Jenis No

Sarana

Penduduk Pendukung (Jiwa)

Satuan

Kriteria

Sarana Luas

Luas

Lantai

Laha

Min

n Min

(M2)

(M2)

Standard (M2/Jiwa)

Radius

Lokasi dan

Pencapaia

Penyelesaia

n

n Di tengah

Musholla 1

/

250

45

Langgar

100

kelompok

Bila

tetangga.

Bang unan

0,36

100 m2

Terse

Dapat Merupakan bagian dari

ndiri

bangunan sarana lain. Di tengah kelompok

2

Masjid Warga

2.500

300

600

0,24

1.000 m2

tetangga tidak menyebrang jalan raya.

Kebutuhan Per Satuan

Jumlah Jenis No

Sarana

Penduduk Pendukung (Jiwa)

Kriteria

Sarana Luas

Luas

Lantai

Laha

Min

n Min

2

Standard (M2/Jiwa)

(M2)

(M )

Radius

Lokasi dan

Pencapaia

Penyelesaia

n

n Dapat bergabung dalam lokasi balai warga.

3

Masjid

Dapat

Lingkung

dijangkau

-an

30.000

1.800

3.600

0.12

-

dengan

(Kelurah

kendaraan

an)

umum. Berdekatan dengan pusat lingkungan /

Masjid 4

Kecamat

120.000

3.600

5.400

0.03

-

-an

kelurahan. Sebagaian sarana berlantai 2. KDB 40%

5

Tergantung

Tergantu

Sarana

Sistem

ng

Ibadah

Kekerabata

Kebiasaa

Agama

n / Hirarki

n

Lain

Lembaga

Setempa

-

-

-

-

t

Sumber: SNI 03-1733-1989 dan SNI 03-1733-2004

2.5 Fasilitas Kesehatan Sarana kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik peromotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau Masyarakat (PMK No 71). Berdasarkan jenis yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Fasilitas kesehatan.terdiri atas posyandu, balai pengobatan warga, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), pukesmas, pukesmas pembantu, tempat praktek dokter, dan apotek. a)

Posyandu berfungsi sebagai memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia balita.

b)

Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinas.

c)

Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun.

d)

Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat

pertama

yang

memberikan

pelayanan

kepada

penduduk

dalam

penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya. e)

Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil

f)

Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan; dan

g)

Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.

Fasilitas Kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan, kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat startegis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Berdasarkan kebutuhan sarana kesehatan terdapat sebagai berikut, jenis sarana, jumlah penduduk pendukung (jiwa), kebutuhan persatuan sarana,standard, kriteria, keterangan.

Tabel 2.7 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Sumber :Badan Standardisasi Nasional

2.6 Fasilitas Perdagangan dan Jasa Menurut miftadira (2014) sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan kebutuhan sehari-hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas pendukung yang dibutuhkan. Sarana perdagangan dan jasa akan selalu dibutuhkan penduduk karena menyangkut pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana ini akan berkaitan juga dengan daya dukung lingkungan dan jalan yang ada di sekitar bangunan sarana tersebut. Besaran kebutuhan ruang dan lahan menurut penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah: a. Warung atau toko Luas lantai yang dibutuhkan adalah ± 50m² termasuk gudang kecil. Apabila merupakan bangunan tersendiri luas tanah yang dibutuhkan adalah 100m²

b. Pertokoan Luas lantai yang dibutuhkan adalah 1.200m². Sedangkan luas tanah yang dibutuhkan adalah 3.000m² c. Pusat pertokoan Luas tanah yang dibutuhkan adalah 10.000m² dan harus dilengkapi tempat parkir umum, terminal kecil, pos keamanan, dan musholla atau tempat ibadah d. Pusat perbelanjaan Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000m² dan bangunan pusat perbelanjaan harus dilengkapi tempat parkir umum, terminal, pos keamanan, musholla atau tempat ibadah dan sistem pemadam kebakaran

Menurut skala pelayanan dari sarana perdagangan dan jasa, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah: a. Toko atau warung (skala pelayanan unit RT sekitar 250 penduduk), yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. b. Pertokoan (skala 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti fotocopy, dsb c. Pusat pertokoan (skala unit kelurahan 30.000 penduduk) yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung, pakaian, barang kelontong, ATL, alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, dsb d. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan atau sekitar 120.000 penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, serta juga untuk jasa perbengkelan, reparasi, tempat hiburan dan kegiatan niaga lainnya seperti kantor, bank, dan industri kecil dsb 2.7 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Menurut Musanef (1995) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berpotensi dalam pengembangan suatu wilayah. Menurut Zebua (2016) pariwisata akan menambah penghasilan pajak baik dari hotel, restoran, serta retribusi masuk dan daya Tarik wisata. Menurut UU No 10 Tahun 2009 Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kepariwisataan juga berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan antarbangsa. Menurut Spilane (1987) pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism), berekreasi (Recreation tourism), budaya (culture tourism), olahraga (Sport tourism), usaha dagang (business tourism), dan berkonvensi (conventional tourism). Jenis-jenis pariwisata yang dimiliki Balikpapan antara lain pariwisata untuk berekreasi, pariwisata alam, hingga pariwisata untuk budaya. Untuk menunjang kegiatan pariwisata, terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki, yaitu: 1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau (Cooper et al., 1995: 81). Sedangkan menurut penelitian Suradnya (1999) Terdapat 8 faktor yang menarik wisatawan untuk berkunjung, yaitu: 1) Harga produk wisata yang wajar. 2) Nilai historis dan kebudayaan khas daerah. 3) Pantai dan segala daya tariknya. 4) Tingkat kenyamanan untuk berelaksasi. 5) Citra dan image yang terbangun. 6) Keindahan alam yang dimiliki. 7) Keramahan penduduk setempat. Infrastruktur kebudayaan dan pariwisata memiliki standar kelayakan yaitu : Tabel 2.8 Kriteria Standar Minimal Kebudayaan dan pariwisata No

Kriteria

Standar Minimal

1

Objek

Terdapat salah satu dari unsur alam, sosial, dan budaya

2

Akses

Adanya jalan, kemudahan rute, tempat parkir, dan harga parkir

3

Akomodasi

Adanya pelayanan penginapan (Hotel, wisma, dan losmen)

4

Fasilitas

5

Transportasi

6

Catering service

7

Aktivitas

Agen Perjalanan, pusat informasi, hydrant, plang informasi, petugas di dalam objek pariwisata Adanya transportasi lokal menuju objek Adanya pelayanan makanan dan minuman Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata

rekreasi 8

pembelanjaan

9

Komunikasi

10

Sistem

Adanya tempat pembelian barang-barang umum Adanya televise, telepon umum, radio, sinyal telephone Adanya fasilitas bank (ATM)

Perbankan 11

Kesehatan

Ketersediaan pelayanan yang baik untuk peyakit yag mungkin di derita wisatawan

12

Keamanan

13

Kebersihan

14

Sarana Ibadah

Adanya jaminan keamanan (Petugas Keamanan, pengawas pantai, rambu-rambu peringatan) Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatawan Sumber : Yoeti, 1996

2.8 Fasilitas Ruang Terbuka Hijau 2.8.1 Definisi Umum Ruang Terbuka Hijau Dalam Sejarahnya, terdapat beberapa pengertian ruang terbuka hijau diantaranya adalah Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi (Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell, 1983). Trancik (1986) menyatakan ruang terbuka hijau adalah Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota dan jalur hijau. Dalam Inmendagri no.14/1988 menyatakan bahwa ruang terbuka hijau adalah Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan.

Ruang

terbuka

hijau

adalah

area

memanjang/jalur

dan/atau

mengelompok,

yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang). 2.8.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau Terdapat beberapa fungsi Ruang Terbuka Hijau yang dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: a.

Fungsi Utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru

kota) (PerMenPU No 05/PRT/M/2008). Sebagai Paru-paru kota Setiap Tahun vegetasi di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hydrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organic. Setiap jam 1 daun-daun hijau menyerap 8kg CO2 yang ekuvalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh nafas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama sebagai hasil pernafasannya (Grey dan Deneke 1971) . Ruang terbuka hijau bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ruang terbuka hijau merupakan tempat perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis hewan terutama burung, mamalia kecil dan serangga. (Forest Service Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and Plant Diversity, 2003). Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah di lingkungan sekitarnya. Ruang terbuka hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest Research, 2002). Ruang terbuka hijau juga berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 - 80 %. Untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah rumah. Pada musim panas pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan memberikan kesejukan di dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy, 2003) b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal; merupakan media komunikasi bagi warga kota; tempat rekreasi; wadah dan objek pendidikan, penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam. (PerMenPU No 05/PRT/M/2008)

Ruang terbuka hijau dapat meningkatkan stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara menarik minat wisatawan dan peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati kehidupan dan berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantorkantor dan apartemen di areal yang berpohon akandisewakan serta banyak orang yang akan menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama, kegiatan dilakukan pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan memberikan produktivitas yang tinggi.kepada para pekerja (Forest Service Publications, 2003. Trees Increase Economic Stability, 2003). Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan keindahan tersendiri. (Tyrväinen, 1998). 2.8.3 Manfaat Ruang Terbuka Hijau Terdapat Beberapa manfaat Ruang Terbuka Hijau diantaranya adalah membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (daun, bunga, buah) (PerMenPU No 05/PRT/M/2008). Selain itu dapat juga sebagai sarana Penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran terhadap lingkungan. (Inmendagri no.14 tahun 1988). 2.8.4 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Luas Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut : Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (UU No 26 Tahun 2007). Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau public dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat (PermenPU No 05/PRT/M/2008). Setiap Kota dapat menggabungkan RTH publik dan privat untuk mencapai target luasan sampai 30 persen dari total luas wilayah. Usaha penggabungan RTH itu perlu diformalkan dalam RTRW (Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, 2011).

2.9 Fasilitas Persampahan 2.9.1 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar yang terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan yang lain dan juga tanggap terhadap perilaku massa (Yones, 2007). Pengelolaan sampah merupakan sebuah upaya komprehensif untuk menangani sampahsampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu pertama, pengendalian bangkitan (control of generation), Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga, pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan (transfer and transport). Kelima, pemrosesan (processing), dan keenam, yaitu pembuangan (disposal) (Soekmana, 2010).

Keenam elemen-elemen tersebut sangat perlu untuk dipisahkan dikarenakan pengelolaan setiap elemen sangat dinamis, khususnya mengikuti perkembangan teknologi dan budaya yang sangat bervariasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Agar sistem pengelolaan sampah dapat berlangsung secara efisien maka setiap elemen harus dikelola secara optimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan seperti biaya teknologi, pendidikan dan perilaku masyarakat (Osmen, 2000). 2.9.2 Pengelolaan Sampah di Permukiman Menurut SNI 3242 (2008) pengelolaan sampah di sumber seperti rumah, restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya dilakukan sebagai berikut : a)

Sediakan wadah sampah untuk sampah organik dan anorganik

b)

Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan

c)

Pilah sampah sesuai jenis sampah.

d)

Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap bangunan yang lahannya mencukupi

e)

Masukan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan rumah tangga individual atau komunal

f)

Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman bangunan bagi sistem pengomposan skala lingkungan.

2.9.3 Tempat Penampungan Sementara Menurut Perda Balikpapan No 13 Tahun 2015 Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Menurut SNI 3242 (2008) klasifikasi TPS di wilayah pemukiman adalah sebagai berikut : Tabel 2.9 Klasifikasi TPS Tipe TPS TPS tipe I

Klasifikasi 1. Ruang pemilahan 2. Gudang 3. TPS yang dilengkapi dengan landasan container 4. Luas lahan ±10-50 m2

TPS tipe II

1. Ruang pemilahan (10 m2) 2. Pengomposan sampah organik (200 m 2) 3. Gudang (50 m2) 4. TPS yang dilengkapi dengan landasan container (60m 2) 5. Luas lahan ±60-200 m2

TPS tipe III

1. Ruang pemilahan (30 m2) 2. Pengomposan sampah organik (800 m 2) 3. Gudang (100 m2) 4. Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m2)

5. Luas lahan >200 m2) Sumber : SNI 3242 Menurut Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989) sarana tempat penampungan sementara/pemindahan sampah harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: 1. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, dan kedap air 2. Volumenya dapat menampung sampah yang dihasilkan oleh pemakai dalam waktu tertentu (3 hari) 3. Mempunyai tutup dan sebaiknya tutup dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan 4. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan 5. Sampah di tempat ini sebelum dibuang/diangkut untuk dikelola selanjutnya tidak boleh melebihi 3x24 jam. Dit.Jen PPM dan PLP (1989) juga menjelaskan bila tempat TPS (Tempat Penampungan semantara) tersebut berupa bak/kontainer. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 1. Kontainer terbuat dari bahan yang kedap air, ada tutupnya dan selalu dalam keadaan tertutup 2. Volume bak/kontainer mampu menampung sampah ±6m 3 /hari , 3. Tidak berbau dari perumahan terdekat , 4. Sampah di bak pembuangan sementara tidak boleh melebihi satu hari kemudian diangkut ke TPA , 5. Tidak terletak di daerah banjir , 6. Terdapat anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya . 7. Jarak dari rumah yang dilayani 10 meter dan terjauh 500 meter . 8. Lokasi terletak pada daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah. Menurut Damanhuri (2006) Tempat penampungan sementara merupakan suatu bangunan atau tempat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari gerobak tangan (hand cart) ke landasan, container atau langsung ke truk pengangkut sampah. Tempat penampungan sementara ini berupa : a. Transfer Station I / Transfer Depo, biasanya terdiri dari Bangunan untuk ruangan kantor, bangunan

tempat

penampungan/pemuatan

penyimpanan peralatan

sampah,

pelataran

parkir

dan

tempat

b. Container besar (steel Container) volume 6 - 10 m3. Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu linta serta dibutuhkan landasan permanen sekitar 25-50 m2 untuk meletakkan kontainer. c. Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan 2.10 Fasilitas Utilitas Utilitas merupakan sarana penunjang untuk lingkungan hunian. Utilitas pada suatu lingkungan hunian merupakan sebagian aspek kontrol bagi pengembangan suatu lingkungan hunian. Utilitas terdiri atas jaringan-jaringan penunjang yaitu jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan persampahan, jaringan listrik, dan jaringan telepon. 2.10.1 Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan,yang harus disediakan pada lingkugan perumahan diperkotaan. Bagian dari jaringan drainase adalah SARANA

PRASARANA Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau) Sumber air di permukaan tanah (air tanah akifer) Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan Street inlet Pompa Pintu air Sumber : Badan Standarisasi Nasional

Badan Penerima Air

Bangunan Pelengkap

Klasifikasi sistem drainase dapat dibagi berdasarkan sejarah terbentuknya, fungsi, dan berdasarkan letak bangunannya Tabel 2.11 Pembagian Klasifikasi Sistem Drainase Sejarah terbentuknya

Fungsi

Natural drainase (sungai)

Single

Letak bangunannya pupose

pembuangan hujan) Artificial (gorong-gorong)

drainase Multipurpose

(saluran Surface

khusus

drainase

air (mengalirkan air limpasan permukaan) Sub

surface

drainase

(mengalirkan air llimpasan

permukaan melalui media bawah tanah) Sumber : Badan Standarisasi Nasional Pengelolaan air pada sistem drainase dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu konvensional dan ekologis. Sistem konvensional yaitu membuang limpasan air hujan secepatnya dengan jalur

sependek-pendeknya. Biasanya sistem ini tanpa melakukan

pengelolaan terhadap limpasan air. Sistem ekologis digologkan menjadi 2 yaitu tindakan yang sifatnya biologis – ekologis dan tindakan yang siifatnya teknologis – higienis. Tindakan biologis – ekologis adalah dengan melestarikan atau menyediakan daerah hijau sebagai daerah retensi dan peresapan air yang optimal. Sedangakan tindakan teknologis –higenis adalah dengan prinsip semua daerah hulu, arus limpasan air hujan yang belum membahayakan sebisa mungkin dihambat, diresapkan atau ditampung dalam kolam retensi sebagai sumber daya imbuhan air tanah dan air permukaan. 2.10.2 Jaringan Air Besih Menurut Ir. Henry Gambiro, M.Si ada beberapa persayaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih. Persyaratan tersebut adalah: Persyaratan kualitatif, Persyaratan kuantitatif, dan Syarat kontinuitas. 2.10.2.1 Persyaratan Kualitatif. Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat

tersebut

berdasarkan

Permenkes

No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut: 1.

Syarat-syarat fisik. Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air

bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC. 2.

Syarat-syarat kimia. Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui

batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

3.

Syarat-syaratbakteriologis danmikrobiologis. Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu

kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli dalam air. 4.

Syarat-syarat Radiologis. Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang

menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. 2.10.2.2 Persyaratan Kuantitatif (Debit) Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.

2.10.2.3 Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisiideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB. 2.10.3 Jaringan Air Limbah Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan jaingan air limbah sesuai ketentuna dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku. Jaringan air limbah menggunakan sistem bottom up, yaitu sumbernya dari jaringan tersiser (setiap lokasi), kemudian disalurkan pada riol kota untuk selanjutnya disalurkan melalui satu titik sebagai tempat pembuangan akhir. Jaringan air limbah terdiri dari beberapa jenis yang dihasilkan dari bangunan yaitu a. Jaringan buangan air kotor dari kamar mandi dan cuci b. Jaringan buangan air kotor padat dari WC masuk kedalam septitank dan rembesan c. Jaringan buanagn air kotot dari rumah sakit, restoran, laboratorium, dan pabrik

d. Jaringan buangan air hujan bersama-sama air kamar mandi sebelum masuk ke riol kota, diusahakan masuk kembali ke dalm tanah melalui biopori atau didaur ulang untuk air pertamanan dan cuci kendaraan .

2.10.4 Jaringan Listrik Kebutuhan akan enrgi listrik diera dengan kemajuan tekonologi sangat diperlukan, karena kabenyakan peralatan yang digunakan dalam sehari – hari adalah peralatan elektronik. Jaringan listerik yang harus disediakan pada suatu lingkungan perumahan atau perkotaan terdiori dari keburtuhan daya listrik dan jaringan listrik. Penyediaan kebutuhan daya harus dapat memenuhi kebutuhan akan listrik setiap rumah tangga yang didapatkan dari PLN atau sumber lain serta harus dialayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga. Penyediaan jaringan listrik harus menyediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi pejalan kaki di trotoar, serta disediakan gardu listrik.

2.10.5 Jaringan Telpon Pada jaringan telepon yang harus disediakna pada lingakungan perumahan diperkotaan adalah kebutuhan sambungan telepon dan jaeringan telepon. Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah 1. Penyediaan kebutuhan sambungan telepon a) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0.13 sabungan telepon rumah perjiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan i.

R-1, rumah tangga berpengahsilan tinggi : 2-3 sambungan /rumah

ii.

R-2, rumah tangga berpengahsilan menengah : 1-2 sambungan/ rumah

iii.

R-3, rumah tangga berpengahasilan rendah : 0-1 sambungan / rumah

b) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk 9unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT tersebut c) Ketersediaan antare sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 – 400 meter d) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan saran lingkungan

e) Penempaan pesawat telepon harus terlindungi terhadpa cuaca yang dapt diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan dan pemakai telepon umum tersebut 2.

Penyediaan jaringan telepon a) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan jaringan telepon ke hunian b) Jaringan telepon ini dapat dintegrasikan dengan pergerakan jaringan (jaringan jalan) dan jaringan prasarana dan utilitas lain c) Tiang listrik yang ditempatklan pada area Damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar d) Stasiun telepon otomat (STO) untuk setipa 3000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 -5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk merencanakan penyediaan sambungan

telepon rumah tangga adalah a. RTRW kota dan perkembangan lokasi yang direncanakan, berkaitan dengan kebutuhan sambungan telpon b. Tingkat pendapatan keluarga dna kegiatan rumah tangga untuk mengasumsikan kebutuhan sambungan telepon pada kawasan yang direncanakan c. Jarak tyerjauh rumah yang direncanakan terhadap STO berkaitan dengan kebutuhan STO pada kawasan yang direncanakan a. Kapasitas terpasang STO yang ada Teknologi jaringan telepon yang diterapkan, berkaitan radius pelayanan. 2.11

Fasilitas Transportasi

2.11.1 Definisi Umum Transportasi Dalam pengertian lain transportasi diartikan sebagai usaha pemindahan atau pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan menggunakan suatu alat tertentu. Dengan demikian maka transportasi memiliki dimensi seperti lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi) dan keperluan tertentu (Miro,1997). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengubah tempat dari barang (comoditi) dan penumpang ke tempat lain (Salim, 2000).

2.11.2 Definisi Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan (UU RI No 38 Tahun 2004).

2.11.2.1 Jenis Jalan Menurut Peranannya Berikut adalah jenis jalan menurut peranannya, yaitu: 1.

Jalan Arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi scara efisien (UU No.13 Tahun 1980). a.

Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah (RTRW Kota Balikpapan, 2012).

b.

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua (RTRW Kota Balikpapan, 2012).

2.

Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi (UU No.13 Tahun 1980). a.

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal (RTRW Kota Balikpapan, 2012).

b.

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga (RTRW Kota Balikpapan, 2012). Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak

dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi (UU No.13 Tahun 1980).

2.11.2.2 Geometrik Jalan Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain (SNI 03-1733-2004).

Gambar Jalan Gambar1. 2.1Deskripsi Deskripsi Bagian-Bagian Bagian-Bagian Jalan Sumber : SNI 03-1733-2004 Jalan memiliki beberapa bagian didalamnya yang dikategorikan sebagai berikut: 1. Daerah Milik Jalan (DAMIJA) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; daerah milik jalan diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelaksanaan jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2009). 2. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan; ruang tersebut hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, trotoar, lereng, rentang, rentang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2009). 3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) merupakan sejalur tanah tertentu yang terletak di luar daerah milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2009).

Berdasarkan SNI No. 03-1733-2004 geometrik jalan untuk jalan lokal dan lingkungan dispesifikasikan lagi seperti berikut:

Gambar MenurutKlasifikasi Klasifikasi Gambar2. 2.2Potongan PotonganJalan Jalan Menurut Sumber : SNI 03-1733-2004

2.11.2.3 Jaringan Transportasi Lokal Berikut beberapa penyediaan jaringan transportasi lokal yang harus dipenuhi tercantum dalam SNI 03-1733-2004 : 1. Penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum berikut terminal / tempat pemberhentian lainnya; pada penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan

pribadi ini, penyediaan terminal dan tempat pemberhentian lain merupakan aspek yang juga dipertimbangkan dalam perencanaan prasarana dan utilitas pada jaringan transportasi lokal. Yang dimaksud dengan terminal di sini adalah terminal wilayah, dimana kendaraan umum dari lain wilayah berhenti di terminal tersebut dan tidak meneruskan perjalanannya melainkan kembali ke wilayahnya semula. Untuk kota di mana jarak-jarak terminal wilayahnya tidak terlalu jauh maka tidak perlu dibuat sebuah terminal melainkan cukup dengan pangkalan sementara sebelum melanjutkan tujuan.

2. Penyediaan jaringan sirkulasi pedestrian; pedestrian ways atau jalur pejalan kaki merupakan prasarana yang digunakan bagi pejalan kaki. Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang (Shirvani, 1985). Bentukan dan besaran jalur pedestrian (pejalan kaki) diperhitungkan atas dasar: a. Proyeksi kebutuhan disesuaikan dengan dimensi standar (minimal) dari trotoar; b. Pembentukan jaringan penghubung di dalam area pusat lingkungan (antara berbagai sarana lingkungan) ataupun antar area pusat lingkungan dengan lingkungan hunian; c. Setting lingkungan dan lokasi terkait dengan pembentukan karakter / konteks khas setempat; d. Faktor keamanan pejalan kaki terkait dengan arus kendaraan yang melewati jalur jalan utamanya; dan e. Faktor kenyamanan pejalan kaki dengan pertimbangan iklim regional dan cuaca setempat. Beberapa kriteria dalam penyelesaian jalur pedestrian ini adalah: a. Jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan pada pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija (lihat Gambar 2.); b. Dalam kondisi tertentu, jika memang terpaksa jalur pedestrian ini dapat hanya pada satu sisi saja. Salah satu kondisi khusus tersebut adalah kondisi topografi atau keadaan vegetasi di sepanjang jalur jalan yang tidak memungkinkan menampung volume kendaraan pada jalur jalan yang relatif sempit. Perletakkan jalur yang hanya satu sisi ini memiliki konsekuensi dimana pejalan kaki akan menggunakan jalur jalan sebagai lintasannya. Hal tersebut dimungkinkan dengan persyaratan bahwa kecepatan kendaraan yang melalui jalur jalan relatif rendah (sekitar 15 km / jam) dan kondisi perkerasan jalan yang tidak terlampau licin. Untuk itu kemungkinan penyelesaian

perkerasan adalah menggunakan bahan bukan aspal (misalnya paving block) pada klasifikasi jalan setingkat jalan lokal primer atau jalan lokal sekunder. Tambahan yang perlu diperhatikan pada kasus khusus ini adalah dianjurkan adanya elemen pembatas sebagai pengaman bagi pejalan kaki sehingga keamanan pejalan kaki dapat terjamin. c. Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip; d. Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus dan tidak terputus terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya; e. Penyelesaian pada titik-titik konflik ini harus diselesaikan dengan pendekatan kenyamanan sirkulasi pejalan kaki sebagai prioritas utamanya; f.

Lebar jalur untuk pejalan kaki saja minimal 1,20 m;

g. Jika terdapat jalur sepeda, maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2,00 m; h. Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2; i.

Tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen pembatas dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai peneduh yang memberi kenyamanan, serta turut membentuk karakter wajah jalan dari koridor jalan secara keseluruhan.

j.

Pembatas fisik lain yang bersifat ringan, seperti penggunaan bollards diperlukan sebagai elemen pengaman dan pembatas antara sirkulasi manusia pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan;

k. Harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang tertutup dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena dapat memicu terjadinya kejahatan; l.

Ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hirarki jalan yang bersangkutan

2.11.3 Parkir 2.11.3.1 Lahan parkir untuk area hunian; Baik pada tiap unit RT (250 penduduk), unit RW (2500 penduduk), unit kelurahan (30.000 penduduk) maupun unit kecamatan (120.000 penduduk) disediakan lahan parkir umum yang sekaligus dapat digunakan untuk tempat mangkal sementara bagi kendaraan umum. Pada malam hari, lahan parkir ini dapat dipergunakan sebagai tempat pool kendaraan penghuni. Lokasi dan besaran luas yang disyaratkan untuk lahan parkir ini sebagai berikut: a. Pada penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian pada skala RT (250 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala RT, dan memiliki standar penyediaan 100 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan RT, dan

penggunaannya yang juga sekaligus berfungsi sebagai pangkalan sementara kendaraan angkutan publik; b. Pada penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian pada skala RW (2500 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala RW, dan memiliki standar penyediaan 400 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan RW, dan penggunaannya yang juga sekaligus berfungsi sebagai pangkalan sementara kendaraan angkutan publik; c. Pada penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian pada skala kelurahan (30.000 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala kelurahan, dan memiliki standar penyediaan 2000 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan kelurahan, dan dipisahkan dengan terminal wilayah kelurahan (seluas 1.000 m2) dan pangkalan oplet/angkot (seluas 200 m2); d. Pada penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian pada skala kecamatan (120.000 penduduk) lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala kecamatan, dan memiliki standar penyediaan 4.000 m2, dengan penyebaran lokasi pada area pusat lingkungan kecamatan, dan dipisahkan dengan terminal wilayah kecamatan (seluas 2.000 m2) dan pangkalan oplet/angkot (seluas 500 m2); e. Besaran yang terdapat pada area RT, RW, kelurahan dan kecamatan ini belum termasuk penyediaan lahan parkir yang diperuntukkan bagi bangunan sarana lingkungan pada tiap unit baik RW, kelurahan, maupun kecamatan; lokasi lahan parkir untuk hunian ini ditempatkan di area strategis sehingga membatasi aksesibilitasnya hanya khusus bagi penghuni, misalnya di area pintumasuk kompleks hunian tersebut; dan f.

Luas lahan parkir ini sangat tergantung tidak hanya pada jumlah pemilikan kendaraan, melainkan juga pada perencanaan karakter dari kompleks itu sendiri. Sebagai pegangan umum luas parkir untuk area hunian: Luas lahan parkir (bruto) = 3% × luas daerah yang dilayani

2.11.3.2 Lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan; Beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam penyediaan lahan parkir ini yaitu: 1) Lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap dari pusat kegiatan, sehingga sedapatnya sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang dilayani;

2) Lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama; 3) Lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung; dan - lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat. Luas lahan parkir pada area pusat kegiatan. Adapun luas dari lahan parkir tergantung pada beberapa faktor: 1) Jumlah pemilikan kendaraan; 2) Jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang dilayani; dan 3) Sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling (shared parking area), ataupun parkir lahan pribadi (private parking area). Dengan demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang dilayaninya. Standar besaran yang umumnya dipakai adalah: 1) Setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil 2) Setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil 3) Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk.

Tabel 2.12 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan Hirarki Jalan Perumahan

Dimensi dari Elemen-Elemen Jalan Perkerasan

Bahu

(m)

Jalan

Pedestrian (m)

Dimensi pada Daerah Jalan

GSB

Ket.

Trotoar

Damaja

Damija

Dawasja

Min.

(m)

(m)

(m)

Min. (m)

(m)

0,5

10-12

13

4

10,5

-

0,5

10-12

12

4

10

-

0,5

8

8

3

7

(m)

Lokal

3-7 (mobil-

Sekunder I

motor)

Lokal

3-6 (mobil-

Sekunder II

motor)

Lokal

3 (mobil-

Sekunder III

motor)

Lingkungan I

Lingkungan II

1,5-2 (darurat parkir)

1-1,5 (darurat parkir)

0,5 (darurat parkir)

1,5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1,5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1,2 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat

0,5

-

0,5

3,5-4

4

2

4

0,5

-

0,5

3,2

4

2

4

dorong) 1,2 (pejalan kaki, penjual dorong)

pejalan kaki

roda)

1,5-2 (pejalan kaki, penjual

Khusus

Khusus pejalan kaki

Khusus pejalan kaki

Sumber : SNI 03-1733-2004

Tabel 2.13 Fasilitas Pendukung, Perlengkapan Jalan, dan Angkutan Umum Beban

Hirarki Jalan

Perlengkapan Jalan

Perumahan

(LS I)

2. Marka jalan 3. Lampu lalu lintas di persimpangan 4. Tanpa kereb

Lokal Sekunder II (LS II)

Lokal Sekunder III (LS III)

Lingkungan I (LK I)

Lingkungan II (LK II)

Angkutan Umum

As

Keterangan

(MSt) 1. Rambu

Lokal Sekunder I

Fasilitas Pendukung

1. Ada rambu jika perlu 2. Pengendali kecepatan 3. Tanpa kereb 1. Ada rambu jika perlu 2. Pengendali kecepatan 3. Tanpa kereb

1.

Teluk bis

2.

Parkir di badan jalan

3.

Jalur pejalan kaki (trotoar tanpa kereb)

1. Teluk bis 2. Parkir di badan jalan

1. Angkot (minibus ≤ 12 tempat duduk)

≥ 8 ton

2. Bis (< 24

(PP 43/1993) (PP 26/1985)

tempat duduk) 1. Angkot (minibus ≤ 12 tempat

3. Jalur pejalan kaki (trotar

≥ 8 ton

duduk)

tanpa kereb) 1. Jalur pejalan kaki (trotar tanpa kereb)

-

< 5 ton

-

-

-

-

2. Parkir di luar badan jalan 1. Jalur pejalan kaki (trotar

-

tanpa kereb) 2. Parkir di luar badan jalan 1. Jalur pejalan kaki (trotar

-

tanpa kereb) 2. Parkir di luar badan jalan

Sumber : SNI 03-1733-2004

Tabel 2.14 Kebutuhan dan persyaratan jaringan transportasi lokal pada lingkungan perumahan No. 1.

Sarana Transportasi Becak/Andong

Luas

Kebutuhan Fasilitas

-

Melayani

Transportasi

-

Melayani

Umum Lokal

lokal Pertimbangan khusus:

jalan

-Jarak jangkauan pejalan kaki ideal ke lokal titik transit lain/daerah tujuan=400m

sekunder/primer

-Jarak

penempatan

elemen

Melayani jalan kolektor penunjang fasilitas

-

Angkutan Kota (roda 4, 2500

jalan

Keterangan

sekunder/primer

Sarana Ojek

Jangkauan

Lahan

cc)

sekunder

Mini bus (roda 6, 3500 cc)

-

Melayani jalan kolektor sekunder

2.

Bus Umum (roda 6, >3500 cc)

-

Melayani jalan arteri

Terminal

2000 m2

120.000 penduduk

1000 m2

30.000 penduduk

500 m2

120.000 penduduk

wilayah

kecamatan) Terminal

(tiap Fasilitas Prasarana

wilayah

kelurahan) Pangkalan oplet/angkot

(tiap Transportasi Umum Lokal

200 m

2

30.000 penduduk

Pangkalan Ojek

200 m

2

30.000 penduduk

Halte

-

-

Parkir

-

-

Pangkalan becak/andong

Sumber : SNI 03-1733-200

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Pendidikan Wilayah yang akan dikaji dalam penulisan makalah ini merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kota Balikpapan, yaitu Kecamatan Balikpapan Selatan. Kecamatan ini memiliki luasan total sebesar 38.235,89 Ha dengan pembagian luas wilayah perairan sebesar 20,03 Ha dan luas wilayah darat sebesar 38.215,89 Ha. Dalam Kecamatan Balikpapan Selatan, wilayahnya terbagi menjadi 7 batas administrasi kelurahan antara lain; Kelurahan Damai Baru, Kelurahan Damai Bahagia, Kelurahan Sepinggan Baru, Kelurahan Sungai Nangka, Kelurahan Sepinggan Raya, Kelurahan Gunung Bahagia, dan Kelurahan Sepinggan. Adapun batas administrasi Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai berikut 

Sebelah Utara

: Kecamatan Balikpapan



Sebelah Timur

: Kecamatan Balikpapan Timur



Sebelah Selatan

: Selat Makasar



Sebelah Barat

: Kecamatan Balikpapan Kota

Tengah

Gambar 3.1 Peta Wilayah Studi Kecamatan Balikpapan Selatan

3.2 Gambaran Umum Fasilitas Pendidikan Sarana Pendidikan di Kecamatan Balikpapan Selatan terbilang sangat lengkap karena tersedia mulai dari pendidikan taman kanak-kanak (TK) sampai ke perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut, Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK Balikpapan Selatan Kelurahan

Jumlah Unit

Murid TK

Guru TK

Sepinggan

4

1.978

55

Gunung Bahagia

4

288

31

Sepinggan Baru

3

207

39

Sepinggan Raya

2

80

8

Sungai Nangka

1

71

3

Damai Baru

4

50

16

Damai Bahagia

2

1033

6

Jumlah

20

3.707

158

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapan Dapat dilihat pada tabel 3.1 bahwa jumlah sekolah, murid, dan guru TK yang paling sedikit adalah di Kelurahan Sungai Nangka, sedangkan yang paling banyak adalah di Kelurahan Sepinggan.

Tabel 3.2. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SD Balikpapan Selatan Kelurahan

Jumlah Unit

Murid SD

Guru SD

Sepinggan

4

960

160

Gunung Bahagia

2

800

34

Sepinggan Baru

3

331

53

Sepinggan Raya

3

1.950

30

Sungai Nangka

2

748

42

Damai Baru

1

240

10

Damai Bahagia

2

2.033

34

Jumlah

22

7.062

363

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapan

Dapat dilihat pada tabel 3.2 bahwa jumlah sekolah, murid, dan guru SD yang paling sedikit adalah di Kelurahan Damai Baru, sedangkan jumlah sekolah yang paling banyak adalah di Kelurahan Sepinggan. Jumlah murid yang paling banyak adalah di Kelurahan Sepinggan Raya. Jumlah Guru SD yang paling banyak adalah di Kelurahan Sepinggan.

Tabel 3.3 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SLTP Balikpapan Selatan Kelurahan

Jumlah Unit

Murid SLTP

Guru SLTP

Sepinggan

1

500

90

Gunung Bahagia

2

700

35

Sepinggan Baru

1

960

40

Sepinggan Raya

2

850

60

Sungai Nangka

1

1.055

42

Damai Baru

1

200

10

Damai Bahagia

1

967

25

Jumlah

9

5.232

302

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapan Dapat dilihat pada tabel 3.3 bahwa jumlah sekolah, murid, dan guru SLTP yang paling sedikit adalah di Kelurahan Damai Baru, sedangkan jumlah sekolah, murid, dan guru SLTP yang paling banyak adalah di Kelurahan Sepinggan Raya.

Tabel 3.4. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SLTA Balikpapan Selatan Kelurahan

Jumlah Unit

Murid SLTA

Guru SLTA

Sepinggan

1

600

180

Gunung Bahagia

2

1.300

80

Sepinggan Baru

2

910

40

Sepinggan Raya

1

1.183

109

Sungai Nangka

0

-

-

Damai Baru

1

300

10

Damai Bahagia

0

861

6

Jumlah

7

5.154

425

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapan Dapat dilihat pada tabel 3.4 bahwa jumlah sekolah, murid, dan guru SLTA yang paling sedikit adalah di Kelurahan Damai Baru, sedangkan jumlah sekolah, murid, dan guru SLTP yang paling banyak adalah di Kelurahan Gunung Bahagia. Sementara itu, di Kelurahan Sungai Nangka tidak terdapat SLTA

Tabel 3.5. Banyaknya Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Dosen Balikpapan Selatan Kelurahan

Jumlah Unit

Mahasiswa

Dosen

Sepinggan

1

-

-

Gunung Bahagia

0

0

0

Sepinggan Baru

0

0

0

Sepinggan Raya

0

0

0

Sungai Nangka

0

0

0

Damai Baru

0

0

0

Damai Bahagia

1

-

-

Jumlah

2

-

-

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapan Dapat dilihat pada tabel 3.5 bahwa jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Balikpapan Selatan ada 2 unit, yaitu di Kelurahan Sepinggan dan Kelurahan Damai Bahaia. Sementara itu, di Kelurahan Gunung Bahagia, Sepinggan Baru, Sepinggan Raya, Sungai Nangka, Damai Baru tidak terdapat perguruan tinggi.

3.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Balikpapan Selatan Berikut merupakan kondisi eksisting sarana pendidikan di Kecamatan Balikpapan Selatan, Tabel 3.6. Sarana pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Balikpapan Selatan

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

SDN 004 BALIKPAPAN SELATAN Taman Sepinggan XI

2

3

154 200 132

4

5

6

159 193 142

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

980

25

39

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

11700 w

2464 m²

18

Jumlah Lab

Perpustakaan

0

1

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

2

3

4

5

6

SDN 005 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Mulawarman

78 78

80

67

89

82

474

13

23

3300 w

2400 m²

SDN 011 BALIKPAPAN SELATAN Sepinggan Baru RT. 27 No.57

86 78

101

82

63

70

480

13

24

2600 w

SDN 012 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Prona 3

84 71

64

70

66

81

436

12

20

SDN 001 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Jend Sudirman RT.22 No.79

126 179 151

143 119 104

822

20

228 214 214

212 213 155

1236

29

SDN 013 BALIKPAPAN SELATAN Tiung I RSS Damai III Rt.13

Jumlah Lab

Perpustakaan

6

1

1

2304 m²

7

0

1

1300 w

1500 m²

10

0

1

34

4400 w

3234 m²

11

0

1

43

6600 w

3999 m²

22

1

0

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

2

3

4

5

6

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

Jumlah Lab

Perpustakaan

169 159 157

170 149 118

922

23

37

3500 w

2430 m²

9

0

0

146 93

83

84

613

15

24

8800 w

2000 m²

12

2

1

216 229 223

1247

33

47

3500 w

3713 m²

24

1

1

SDN 010 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Sepinggan Baru

111

96

SDN 014 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Belibis

233 160 186

SDN 015 BALIKPAPAN SELATAN PRAJA MUKTI I

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

2

3

4

5

6

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

Jumlah Lab

Perpustakaan

164 143 152

139 108 137

843

23

38

6600 w

1211 m²

17

1

1

119 108 105

103 101

634

18

29

8800 w

2090 m²

8

1

1

SDN 002 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Mulawarman Rt.31 no.32

SDN 006 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Prona 2 No.73

98

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

2

3

4

5

6

110 80

75

92

93

75

525

14

21

2200 w

1345 m²

101 104

99

64

76

75

519

23

15

2200 w

8190 m²

Jumlah Lab

Perpustakaan

7

0

1

8

0

1

SDN 007 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Marsma Iswahyudi

SDN 003 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Marsma R. Iswahyudi No.50

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 1

Total Jumlah Jmlh Siswa RomBel Guru

Daya Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

2

3

4

5

6

76 88

81

79

49

55

428

16

38

20000 w

790 m²

SD KRISTEN IPEKA Jl. MT Haryono

51 36

57

60

74

55

333

12

22

105000 w

SDN 008 BALIKPAPAN SELATAN Jl. MT. Haryono

86 75

57

66

60

57

401

12

20

SDN 009 BALIKPAPAN SELATAN Jl. Mesjid Ar Ruadhah No.55

84 81

65

76

65

71

442

12

19

Jumlah Lab

Perpustakaan

16

2

1

2000 m²

12

2

1

2200 w

1572 m²

9

0

1

2200 w

4200 m²

6

0

0

SD ISLAM TERPADU BALIKPAPAN ISLAMIC SCHOOL Komplek Masjod Al Ikhwan. Jl. Alamanda Selatan Blok L5/1B Balikpapan Baru

Tabel 3.7. Sarana pendidikan SLTP di Kecamatan Balikpapan Selatan

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 7

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

Jmlh Luas Ruang Tanah Kelas

8

9

310 325

347

982

24

49

23000 w

12275 m²

356 380

326

1062

28

61

26500 w

55

27

123

4

13

5300 w

Jumlah Lab

Perpustakaan

26

2

2

1072 m²

28

3

1

544 m²

4

2

1

SMP NEGERI 18 BALIKPAPAN Jln. Manuntung Komplek KORPRI Ring Road

SMP NEGERI 14 BALIKPAPAN Jln. Kutilang RT.24 SMP MUHAMMADIYAH 2 Jln. Jend. Sudirman No. 01

41

Sekolah

SMP PLUS NURUL KHAERAAT ALMUHIBBIIN Jln. Sepinggan Baru

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 7

8

6

12

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

9

Jmlh Luas Ruang Tanah Kelas

Jumlah Lab

Perpustakaan

9

27

3

6

4500 w

32835 m²

3

1

1

383 366

406

1155

29

63

12000 w

2000 m²

29

5

1

87

50

262

7

11

3500 w

1615 m²

12

8

0

SMP NEGERI 5 BALIKPAPAN Jl. Prona II No. 104 SMP WIYATA MANDALA Jalan Prona II Gang 5 No 99

125

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 7

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

Jmlh Luas Ruang Tanah Kelas

8

9

345 349

357

1051

27

54

2200 w

7130 m²

56

87

225

8

17

105000 w

5061 m²

Jumlah Lab

Perpustakaan

27

4

1

9

2

1

SMP NEGERI 10 BALIKPAPAN Jln. Marsma R. Iswahyudi RT.56 No. 56

SMP K IPEKA Jln MT Haryono Perum Bpp Baru Blok K No. 1

82

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 7

SMP NEGERI 7 BALIKPAPAN Jln. MT. Haryono RT. 33 No.67

8

9

367 387

443

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

1197

31

66

15000 w

Jmlh Luas Ruang Tanah Kelas

20000 m²

31

Jumlah Lab

Perpustakaan

2

1

Tabel 3.8. Sarana pendidikan SLTA di Kecamatan Balikpapan Selatan

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 10

SMA NEGERI 5 BALIKPAPAN Abdi Praja Blok f1 No.119

11

12

324 346

332

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

1002

27

72

56000 w

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

12775 m²

27

Jumlah Lab

Perpustakaan

5

0

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 10

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

11

12

515 483

507

1505

42

107

72000 w

17000 m²

413 380

260

1053

32

85

22000 w

9

19

3

10

2500 w

Jumlah Lab

Perpustakaan

36

7

1

11000 m²

21

4

1

596 m²

4

0

0

SMK NEGERI 3 BALIKPAPAN Jl. Belibis RSS Damai III RT 80 No.01

SMK NEGERI 4 BALIKPAPAN Jl. Belibis III SMK WIRA WISATA Jl. Marsma R Wahyudi No. 300 B

2

8

Sekolah

Jumlah Siswa Menurut Jenjang Kelas (Orang) 10

SMK ISLAM TERPADU AL AQSHA Jl. Marsma R. Iswahyudi no 10

11

Total Jmlh Jumlah Daya Siswa Rombel Guru Listrik

12

Jumlah Luas Ruang Tanah Kelas

Jumlah Lab

Perpustakaan

45

30

83

3

8

3500 w

2800 m²

3

1

1

691 676

685

2052

104

158

138000 w

45000 m²

30

3

1

123

72

268

15

3500 w

1112 m²

10

1

1

8

SMK NEGERI 1 BALIKPAPAN Jl. Marsma R. Iswahyudi SMK PERTIWI Jl. Jenderal Sudirman

73

Tabel 3.9. Sarana pendidikan Perguruan TInggi di Kecamatan Balikpapan Selatan

20

-

-

Keguruan dan Ilmu Pendidika n Sastra

Sipil dan Perrenca naan

Teknik Industri

Ekonomi

Jumlah Dosen Menurut Fakultas (orang)

Hukum

Keguruan dan Ilmu Pendidika n Sastra

Sipil dan Perrenca naan

Teknik Industri

Ekonomi

Universitas

Hukum

Jumlah Mahasiswa Menurut Fakultas (Orang)

17

Universitas Balikpapan Jalan Pupuk Raya Universitas

Jumlah Mahasiswa

Jumlah dosen (orang)

25

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan Jl Beler

27

11

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta persebaran berikut,

Peta 1 Persebaran Sekolah di Kecamatan Balikpapan Selatan

3.3 Gambaran Umum Fasilitas Peribadatan Kecamatan Balikpapan Selatan terdiri atas 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Sepinggan, Sepinggan Baru, Sepinggan Raya, Sungai Nangka, Gunung Bahagia, Damai Baru, Damai Bahagia. pada wilayah studi yang akan dikaji dalam laporan ini adalah berbagai sarana peribadatan yang tersebar di masing-masing kelurahan yaitu dalam lingkup kecamatan Balikpapan Selatan. Dalam melakukan survey primer, diambil beberapa sampel yang digunakan untuk merepresentasikan seluruh sarana peribadatan. Menurut SNI 03-1733-2004 sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya sarana peribadatan yang dapat mendukung aktivitas keagamaan, Kita dapat mengetahui Kualitas kehidupan beragama yang dapat dilhat dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Kemudian data eksisiting infrastruktur dari masing-masing kelurahan tersebut didapatkan melalui dua jenis survey, yaitu survey primer dan survey sekunder menggunakan data dari Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan. Sesuai Buku Balikpapan Selatan dalam Angka Tahun 2016. Berikut peta persebaran sarana peribadatan di kecamatan Balikpapan Selatan.

Peta 2 Persebaran Sarana Peribadatan

Untuk mengetahui lebih jelasnya data sarana peribadatan tersebar disetiap kelurahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.10 Sarana peribadatan Kecamatan Balikpapan Selatan Kelurahan

Masjid (Unit)

Sepinggan Gunung Bahagia Sepinggan Baru Sepinggan Raya Sungai Nangka Damai Baru Damai Bahagia Jumlah

Mushola/Langgar (Unit)

4 8 6 11 11 6 7 53

Gereja Kristen (Unit)

4 3 5 2 16 4 11 2 4 3 3 1 6 1 49 16 sumber : Badan Pusat Statistik dalam angka 2016

Dari tabel sarana peribadatan kecamatan Balikpapan Selatan diatas dapat dibuat diagram persebaran sarana peribadatan agar lebih mudah mengetahui besarnya persebarannya di setiap kelurahan. Sesuai data Balikpapan Selatan dalam angka 2016 di dapatkan prosentase sarana peribadatan di kecamatan Balikpapan Selatan dapat dilihat pada pada diagram Batang dibawah ini.

Persebaran Sarana Peribadatan 18 16

14 12 10

8 6 4 2 0 Sepinggan

Gunung Bahagia Masjid

Sepinggan Baru

Sepinggan Raya

Mushola/Langgar

Sungai Nangka

Damai Baru

Damai Bahagia

Gereja Kristen

Gambar 3. 2 Diagramm Batang Persebran Sarana Peribadatan

Dapat dilihat pada diagram diatas bahwa persebaran fasilitas peribadatan di setiap Kecamatan Balikpapan Selatan yaitu, Fasilitas peribadatan masjid terbanyak berada di kelurahan Sepinggan Raya dan Sungai Nangka, Fasilitas Pribadatan musholla/langgar terbanyak berada di kelurahan Sepinggan Baru, Fasiliitas peribadatan gereja terbanyak berada di kelurahan Sepinggan Baru, dan di Balikpapan Selatan tidak terdapat Fasilitas peribadatan Vihara dan Pura. Tabel dan Diagram diatas merupakan data yang berasal dari survey sekunder. Data ini yang kemudian akan menjadi acuan dalam melakukan survey primer dari masing-masing jenis sarana peribadatan. Berikut beberapa hasil survey primer yang didapatkan. Tabel 3.3. Hasil survey primer sarana pribadatan No

1

Foto

Lokasi

Jenis

Jl Belibis I

Masjid

2

Mushalla

3

Mushalla

No

Foto

Lokasi

Jenis

4

Islamic Centre

5

Mushalla

6

Gang Milenium 2

Masjid

Jalan Syarifuddin Yoes

Masjid

Masjid Madinatul Iman

7

Masjid Baitul Anwar

No

Foto

8

Lokasi

Jenis

Jalan Nur Eka

Masjid

Jalan Abdi Praja

Masjid

Jalan Sepinggan Raya

Masjid

Masjid Muhajirin

9

Masjid Imanul Wafa

10

Masjid Al-Hijrah

11

Jalan Marsma R. Iswahyudi

Jalan Pamong Praja

12

Musholla Nurul Ilmi

Masjid

Musholla

No

Foto

13

Lokasi

Jenis

Jalan Abdi Praja

Masjid

Masjid Khoirul Jihad Musholla

Jalan Sepinggan Baru

14

Musholla Baitus Salam

15

Perumahan Sepinggan Pratama

Masjid

Jalan Duatan B. Sakai

Gereja

Masjid Ar-Rahman

16

GPIB

No

Foto

17

Lokasi

Jenis

Jalan Abdi Praja

Masjid

Jalan Manuntung

Masjid

Masjid Jami’ Baitul Hasanah

18

Masjid Baitul Jami’

19

20

Masjid

Perumahan Bukit Damai Indah

Masjid

Sumber : Survey Primer

Commented [G1]:

3.4 Gambaran Umum Fasilitas Kesehatan

Pada Kecamatan Balikpapan Selatan,jumalah fasilitas kesehatan dapat dikatakan cukup lengkap.Namun,pada kecamatan ini masih ada belum terdapat rumah sakit umum yang mampu melayani warga. Jenis fasilitas kesehatan yang terdapat pada kecamatan ini anatara lain yaitu puskesmas,posyandu,tempat praktek bidan,tempat praktek dokter,apotek,klinik,rumah sakit umum yang tersebar dimasing-masing kelurahan.Selain itu jumlah fasilitas kesehatan ditiap kelurahan beragam.Jumlah ini ditentukan berdasarkan jumlah penduduk serta kebutuhan wilayah dan masyarakat pada tiap keluarahan tersebut.Dari semua fasilitas kesehatan,jumlah yang paling banyak yaitu posyandu pada masing-masing kelurahan tersebut Tabel 3.4.1 Data Fasilitas Kesehatan Kecamatan Balikpapan Selatan

Jumlah Perkelurahan (Unit) No

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jenis

Rumah Sakit Umum klinik Apotek Praktek Dokter Praktek Bidan Posyandu Puskesmas Balai Pengobata n Toko Obat

Jumlah Sepin ggan

Gunung Bahagia

Seping gan Baru

-

-

-

1

1

1

-

3

5

6

4

3

3

4

2

27

11

3

9

6

2

10

1

42

-

1

-

-

-

-

-

1

51 -

46 1

30 -

32 1

23 -

15 -

30 -

227 2

1

-

-

1

-

1

-

3

-

1

2

2

-

1

1

7

Sepingg an raya

Sungai Nangka

Damai baru

Damai Bahagia

Sumber:Balikpapan Selatan Dalam Angka 2016 & Survei Primer

Selain data diatas,berdasarkan hasil survey primer,fasilitas kesehatan yang terdapat pada kecamatan Balikpapan Selatan dapat dikatakan cukup baik dalam segi kondisi fisik dan pelayanannya.Distribusi Pelayanan fasilitas kesehatan tersebut berbeda-berbeda pada puskesmas,pelayanannya hanya mencangkup satu RT saja.Posyandu hanya mencangkup satu RT saja.Praktek dokter dan Praktek Bidan

distribusi pelayanannya mencangkup lebih dari satu RT dan Kelurahan,dari satu Toko obat,Apotek, distribusi pelayanannya mencangkup lebih dari dari satu RT dan Kelurahan.Rumah sakit distribusi pelayanannya mencangkup lebih dari satu kecamatan Balikpapan selatan dan hamper satu Balikpapan.Meskipun demikian,tetap masih ada saja banyak fasilitas yang terdapat dikecamatan Balikpapan selatan yang susah ditemukan seperti posyandu,Puskesmas dan Praktek dokter.maka dari itu pemuatan laporan ini banyak fasilitas yang kurang dimasukan dalam gambar sebagai berikut : Tabel 3.4.2 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Balikpapan selatan Kelurahan Sepinggan

Gambar

Jenis,Alamat

Puskesmas Jalan Rahayu

Gunung Bahagia

Keterangan Kondisi Puskesmas Baik dan terawat rapi Dan bersih.Distribusi Pelayanannya Mencangkup satu Kelurahan gunung Bahagia

Kondisi Fisik kurang Praktek Bidan luas dan masih susah Jalan Rahayu Ditemukan.distribusi pelayananya mencanGkup satu RT.

Apotek Kimia Kondisi Fisik apotek Farma Kimia farma baik, Jalan Rahayu besih dan luas.PenyeDiaan obat-obat pun Lengkap dandistribusi Pelayanannya Mencangkup satu Keluraha Gunung bahAgia dan luar kelurahan

Kelurahan

Gambar

Jenis,Alamat Praktek Dokter Jalan Rahayu

Keterangan Kondisi Fisik bagunan Terbuka namun bersih Dan rapi,distribusi pelAyannya mencangkup Satu Kelurahan

Jl.Sepinggan Baru Posyandu RT 18

Kondisi Fisik bagunan Yang sederhana dan Sudah lama terbagun Namun terawat.DistrIbusi pelayannya mencAngkup Satu RT

Jl Sepinggan Baru Posyandu RT 1

Kondisi Fisik bagunan Yang sederhana,dan Sudah banyak yang Kurang layak. Distribusi pelayannya Mencangkup sau RT

RS.LANUD TINGKAT IV Jl. Marsma Iswahyudi RT.13 Kelurahan Sepinggan Raya

Kondisi Fisik yang baik, Bersih terawat.Distribu Si pelayannya mencan Gkup lebih dari Kelurahan dan Kecama tan

Puskesmas Sepinggan Raya Jl. Marsma Iswahyudi RT.23

Kondisi Fisik bagunan Baik,rapi,luas membuat Masyarakat terlayani Dengan baik.Distribusi Pelayannya mencang Kup Satu Kecamatan

Sepinggan Baru

Sepinggan Raya

Kelurahan

Sepinggan Baru

Gambar

Jenis,Alamat Apotek Tidar Farma Jalan Marsma R. Iswahyudi

Keterangan Kondisi Fisik bagunan Baik dan rapi,Distribusi Pelayanannya menca Ngkup satu kecamatan

APotek Widya Farma Jalan Manuntung

Kondisi bagunan Apotek baik dan distri Busi pelayannya men Cangkup satu kelurahan

Apotek Kimia Farma Jalan Manuntug

Kondisi Bagunan baik, Bersih dan luas.distrib Usi pelayannya menca Ngkup satu kecamtana

Rumah Sakit Sakit Siloam Jl.MT.Haryon o

Kondisi bagunan yang Mewah dan rumah Sakit satu-satunya di ke Lurahan Sungai Nangka Distribusi pelayannya Mencangkup satu keca Matan dan lebih satu Balikpapan

Apotek Jl.MT.Haryon o

Kondisi fisik bagunan Sederhana dan baguNan yang lama terlihat Biasa.distribusi pelaya Nannya mencagkup Satu keluarahan

Sungai Nangka

Kelurahan

Gambar

Jenis,Alamat Laboraturium Pramita Jl.MT.Haryon o

Keterangan Kondisi fisik bagunan Baik,luas,dan satu-satu Nya lab klinik di kecaMatan balikpapan sela tan.Distribusi pelayann Ya mencangkup satu Kecamatan dan lebih

Apotek Sumber Waras JL.MT.Haryo no

Kondisi Fisik apotek Sederhana,kecil,mem Buat pelayannya mela Mbat.distribusi pelayAnannya mencangkup Satu kelurahan

Rumah Sakit Balikpapan Baru Jl.MT Haryono

Kondisi Fisik bagunan Terlihat baik,namun di Dalam keadaan yang Sudah lama membuat Fasilitas banyak yang Rusak dan tidak layak Pakai namun rumah sa Kit satu-satunya di kel Urahan damai baru .Distribusi pelayaNanya mencangkup Satu kecamatan lebih Kondisi fisik bagunan Baik,dan terawat bersih Distribusi pelayanannya Mencangkup satu kelu rahan

Damai Baru

Apotek Metro Jaya Jl.MT.Haryon o

Apotek Jl.Balikpapan Baru

Kondisi fisik bagunan Baik,luas,terawat bersih dan Melayani 24 jam Distribusi pelayanannya Mencangkup satu kelu rahan

Kelurahan

Damai Bahagia

Gambar

Jenis,Alamat Praktek Dokter Jl.Balikpapan Baru

Keterangan Kondisi Fisik Bagunan Sederhana dan lama Distribusi pelayannya Satu RT

Apotek Saras Farma Jl.Balikpapan Baru

Kondisi fisik bagunan Baik,sederhana Distribusi pelayannya Mencangkup satu Kelurahan

Praktek Dokter Jl.Penggalan g

Kondisi fisik bagunan Baik namun kecil Dan didaamnya tidak Hanya praktek dokter Namun ada klinik Distribusi pelayanannya Mencankup satu RT

Posyandu JalanManung gal perumahan Posindo

Kondisi fisik bagunan Baik namun kurang ber Sih dikarenakan didepan posyandu terdapat Penjual yang terkadang Membuat sampah tdk Pada tempatnya distrBusi pelayannya menca Ngkup satu RT Kondis fisik baik,bersih Posyandu Terjaga dikarenakan di Perumahan Dalam Posyandu BDS I Blok A- Terdapat pula pos kam1 Bling yang menjaga Sekaligus membantu Distribusi pelayannya Mencangkup satu RT Sumber :Survey Primer

Berikut merupakan peta persebaran fasilitas kesehatan pada Kecamatan Balikpapan Selatan, yang terdiri dari Rumah Sakit tiap kelurahan,Puskesmas,Apotek posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya (apotek, Praktek Dokter, toko obat, dll)

Gambar 3.4.3 Peta Persebaran Fasilitas Kesehatan Kecamatan Balikpapan Selatan

Sumber : BAPEEDA Kota Balikpapan dan Survey Primer

Selain Peta Pesebaran Fasilitas Kesehatan dikecamatan balikpapapn selatan dapat dijelaskan melalui peta bicara sebagai berikut Gambar 3.4.4 Peta Bicara Persebaran Fasilitas Kesehatan Kecamatan Balikpapan Selatan

Selain data dan gambar ekstising fasilitas kesehatan di Kecamatan Balikpapan Selatan, berikut adalah jumlah tenaga medis yang bekerja pada tiap fasilitas kesehatan tersebut, khususnya pada puskesmas ditiap kelurahan pada kecamatan Balikpapan Selatan Tabel 3.4.5 Jumlah Tenaga Medis Kecamatan Balikpapan Selatan No Unit Kerja

1 2 3 4

Dokter Gigi

Puskesmas Gunung Bahagia Puskesmas Damai RS Siloam RS Balikpapan Baru

L

P

Dokter GiGi Dokter Spesialis Spesialis L+P L P L+P L P L+P

Dokter Umum L P

Total L+P L

P

L+P

1

1

1

-

-

-

-

-

-

-

3

3

1

4

4

-

1

1

-

-

-

-

-

-

1

1

1

1

2

2

-

1

2 1

1 1

1

1 2

5 5 1 13 5 8 13 2 6 8 8 16 15 Sumber : Profil Kesehatan Balikpapan Tahu 2015

Berdasarkan data diatas diketahui banyak jumlah tenaga medis disetiap Puskesmas dan Rumah sakit yang terdapat dikelurahan Balikpapan Selatan,berdasarkan data diatas,puskesmas Gunung bahagia paling banyak tenaga medisnya yaitu 9 orang,sedangkan untuk puskesmas Damai hanya memiliki 5 tenaga medis,Untuk Rumah Sakit yang paling banyak tenaga medisnya yaitu RS Balikpapan Baru adalah 39.Lalu untuk RS Siloam memiliki tenaga kerja adalah 14 orang. Lalu selain tenaga medis dapat kita lihat pula jumla tenanga keperawatan yang dimilki kecamatan balikpapan selatan yaitu sebagai berikut Tabel 3.4.6 Jumlah Tenaga Keperawatan di fasilitas Kesehatan di Kecamatan Balikpapan Selatan No

Unit Kerja

1

Perawat

Puskesmas Gunung Bahagia Puskesmas Damai RS Siloam RS Balikpapan Baru

2 3 4

Perawat GiGi

Bidan

L

P

L+P

L

P

L+P

1

9

10

-

2

2

3

-

2

2

-

2

2

4

32 9

114 38

146 0 1 1 12 47 1 1 17 Sumber : Profil Kesehatan Balikpapan Tahun 2015

Dapat dilihat Tenaga Keperawatan dikecam matan balikpapan selatan cukup banyak yaitu

pada

puskesmas

gunung

bahagai

terdapat

perawat

20

laki-laki

dan

perempuan,Puskesmas Damai yaitu 4 perawat perempuan dan laki-laki dan perempuan,RS Siloam memilki perawat yaitu 292 pada laki-laki,perempuan dan laki-laki,perempuan.RS Balikpapan Baru memilikijumlah perawat yaitu lebih sedikit dari RS Siloam yaitu hanya 94 orang perawat laki-laki,perempuan dan laki-laki,perempuan.Sedangkan untuk perawat Gigi pada

puskesmas

Gunung

bahagia

yaitu

4

perawat

gigi

perempuan

dan

laki-

laki,perempuan.Puskesmas damai yaitu 4 perawat perempuan dan laki-laki,perempuan.RS

Siloam yaitu 2 perempuan dan laki-laki.RS balikpapan Baru yaitu 2 perempuan dan lakilaki,perempuan.Sedangkan untuk Bidan pada Puskesmas gunung bahagia yaitu 3 orang ,Puskesmas damai yaitu 4 orang ,RS Siloam yaitu 12 orang dan untuk RS Balikpapan Baru lebih banyak dari yang lain yaitu 17 orang. 3.5 Gambaran Umum Fasilitas Perdagangan dan Jasa Untuk mengetahui lebih jelasnya data sarana perdagangan dan jasa yang tersebar disetiap kelurahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.5 Banyaknya Industri Makanan dan Kerajinan serta Jumlah Tenaga Kerja yang di Pekerjakan di Kecamatan Balikpapan Selatan Kelurahan

Industri

Tenaga

Makanan

Industri

Kerja Industri Kerajinan

Makanan

Tenaga

Kerja

Industri Kerajinan

Sepinggan

18

30

15

45

Gunung

7

-

1

-

87

-

5

-

10

-

2

-

0

-

3

-

Damai Baru

8

-

0

-

Damai

3

-

0

-

Bahagia Sepinggan Baru Sepinggan Raya Sungai Nangka

Bahagia (Sumber: BPS 2015) Tabel 3.6 Banyaknya Industri Pakaian, Mebel, Warung Makan, Hotel, dan Kios atau Kelontong di Kecamatan Balikpapan Selatan Kelurahan

Industri

Warung

Industri

Kios/Kelon

Hotel

Pakaian

Makan

Mebel

tong

Sepinggan

0

51

2

161

0

Gunung

4

30

0

50

3

89

126

6

222

0

Bahagia Sepinggan Baru

Sepinggan

5

50

5

300

4

2

30

1

61

2

Damai Baru

1

28

0

20

1

Damai

3

22

1

20

6

Raya Sungai Nangka

Bahagia (Sumber: BPS 2015) Berikut adalah beberapa contoh gambaran umum perdagangan dan jasa di kecamatan Balikpapan Selatan No

Foto

1

Lokasi

Keterangan

Jl

Toko

Syarifuddin Yoes

Maxi 2

Jl.

Toko

Syarifuddin Yoes

Indomaret 3

Perumahan Sepinggan Pratama

Toko

Indomaret 4

Jalan

Warung

Syarifuddin Yoes

Warung 5.

Perumahan

Toko

Sepinggan Pratama

Pertokoan 6.

Perumahan

Toko

Balikpapan Regency

Indomaret 7.

Jalan Manuntung

Jasa

Laundry 8.

Jalan

Pertokoan

Sepinggan Baru

Pertokoan 9.

Jalan

Jasa

Sepinggan Baru

Pegadaian 10.

Jalan

Jasa

Syarifuddin Yoes

Bengkel 11.

Jalan Manuntung

Advokat

Jasa

12.

Jalan

Jasa

Syarifuddin Yoes

Notaris 13.

Jalan

Jasa

Marsma R. Iswahyudi

Ojek 14.

Jalan

Jasa

Sepinggan Baru

Ojek 15

Jalan Manuntung

Toko Swalayan KITA

Toko

Berikut merupakan persebaran perdagangan dan jasa di Kecamatan Balikpapan Selatan

3.6 Gambaran Umum Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Kebudayaan dan rekreasi merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan. Setelah dilakukan survey primer dapat diketahui bahwa di Kecamatan Balikpapan Selatan terdapat berbagai macam jenis fasilitas kebudayaan dan rekreasi. Berikut merupakan data jenis fasilitas kebudayaan dan rekreasi di Balikpapan Selatan : Tabel 3. 1 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi N o

Foto

Lokasi

Jenis

Jl. 1

Syarifudi

Gedun

nudin

g

Yoes

Kegiatan Rekreasi

Fasilitas

Pertemua

Hall, ruang

n,

ibadah,

seminar

kamar mandi

Tribun

2

Jl.

Gedun

Syarifudi

g

n Yoes

Pertemua n, konser, seminar

penonton, lapangan serbaguna, lapangan parkir Jogging

Jl. 3

Manuntu

Jogging, Taman

ng

gathering, bermain

track, gazebo, wilayah bermain anak

Jl. Perumah 4

an

Rekrea

Memanci

Sepingg

si

ng

an Pratama

Restaurant, pemancinga n

N o

Foto

Lokasi

Jenis

Kegiatan Rekreasi

Lapangan

Perumah an 5

Sepingg an

parkir, Olahra

Bermain

lapangan

ga

futsal

fusal, kamar mandi.

Pratama

Perumah 6

Kolam

an Bukit

Olahra

Damai

ga

Berenang

Indah

Jl. 7

Syarifudi n Yoes

Fasilitas

renang, gazebo, kamar mandi

Rekrea si

Wahana wisata, outbond

Wahana bermain

Waterpark, kolam

Perumah an 8

Balikpap an Regency

renang, Olahra ga

Berenang

kamar mandi, kolam bermain, lap.parkir

Sumber: Survey primer

Dari beberapa kondisi eksisting yang terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan, maka ditampilkan juga peta persebaran kebudayaan dan rekreasi yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai berikut :

Gambar 3. Peta persebaran kebudayaan dan rekreasi Kecamatan Balikapapan Selatan

3.7 Gambaran Umum Fasilitas Ruang Terbuka Hijau Menurut UU No. 26 Tahun 2007 , Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Sedangkan ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan. RTH yang terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan merupakan RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, jalur hijau jalan, dan RTH alami seperti Hutan. Sedangkan untuk Ruang Terbuka Non hijau berupa lapangan di Kelurahan Gunung Bahagia difungsikan sebagai lapangan sepak bola, atau lapangan olahraga. Berikut beberapa Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka di Kecamatan Balikpapan Selatan. Tabel 3. 2 Jumlah Tempat Sampah di Kecamatan Balikpapan Selatan No Foto Lokasi

Jenis

1

JL Belibis

Lapangan

2

JL Ruhui Rahayu

Taman

3

JL Ruhui Rahayu

Perkebunan

4

JL Belibis

Taman

5

JL Kutilang

Taman

7

Villa Damai

Lapangan

8

JL RSS

Lapangan

9

JL Kutilang

Taman & Gazebo

10

Jalan Manuntung

Taman 3 Generasi

11

Jalan Duatan B. Sakai

Lahan Kosong

12

Jalan Syarifuddin Yoes

Woody Park

13

Perumahan Sepinggan Pratama

Taman

14

Jalan Delima

Bendali II

15

Jalan AbdI Praja

Hutan Kota

16

Jalan Marsma R. Iswahyudi

Sungai Sepinggan

17

Jalan Syarifuddin Yoes

Taman

18

Jl. Marsma Iswahyudi

Taman

19

Jl. Marsma Iswahyudi

Ruang Terbuka Hijau

20

Jl. Mulawarman

Taman

21

terletak di

Hutan Kota Balikpapan

perumahan BDS I

22

23

terletak di perumahan BDS I Blok A-5

Lapangan Basket

terletak di samping pos kamling perumahan BDS I

Taman

24

Koridor Jalan Manunggal yang terdapat pada kawasan perumahan BDS I

25

terletak di perumahan Posindo

Ruang Terbuka Hijau

Lapangan Futsal

26

Terletak di BDS

Pemakaman BDS

Sumber : Survey Primer

Untuk mengetahui persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Balikpapan Selatan dapat dilihat pada peta berikut ini :

3.8 Gambaran Umum Fasilitas Persampahan Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga menyebutkan pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dalam melakukan pengumpulan sampah wajib menyediakan TPS, TPS 3R, dan atau alat pengumpul untuk sampah terpilah untuk selanjutnya sampah tersebut dapat diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir. Ini berarti sudah sewajarnya

disetiap

kawasan,

RT, Kelurahan, atau

kecamatan memiliki

fasilitas

persampahan. Di Kecamatan Balikpapan Selatan terdapat beberapa fasilitas persampahan khususnya dengan jenis Tempat Penampungan Sementara (TPS), berikut ini jumlah TPS yang tersedia beserta lokasi TPS itu berada : Tabel 3. 3 Jumlah Tempat Sampah di Kecamatan Balikpapan Selatan No Kelurahan Jumlah TPS 1

Damai Bahagia

4 Unit

2

Damai Baru

4 Unit

3

Gunung Bahagia

55 Unit

4

Sepinggan

26 Unit

5

Sepinggan Baru

8 Unit

6

Sepinggan Raya

Unit

7

Sungai Nangka

4 Unit Sumber : Survey Primer

Dapat dilihat bahwa jumlah TPS terbanyak berada di kelurahan gunung Bahagia dan paling sedikit berada di kelurahan Damai Bahagia, Damai Baru, dan Sungai Nangka. Untuk mengetahui dimana saja persebaran TPS di atas dapat dilihat pada peta berikut ini :

Untuk mengetahui bagaimana kondisi dari setiap TPS yang ada, penulis akan menyajikannya di dalam tabel dan mendeskripsikannya. Untuk kelurahan Gunung Bahagia, Sungai Nangka dan Sepinggan data jenis-jenis pengelolaan sampah di kelurahan tersebut, yang disajikan tidaklah mencakup keseluruhannya, penulis mengambil beberapa sample menggunakan metode sampling non probabilitas dengan teknik sampling accidental. Metode Sampling Non Probabilitas adalah metode dimana para responden/indvidu terpilih berdasarkan kemudahan dan ketersediaan, dan teknik sampling accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa/objek apa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dan responden tersebut cocok sebagai sumber data (Cresswell, 2013). 3.8.1

Persampahan di Damai Bahagia Di kelurahan ini pengelolaan sampah di lingkungannya memanfaatkan jenis TPS dan

memiliki 4 unit TPS, berikut ini merupakan kondisi seluruh TPS di Kelurahan Damai Bahagia : Tabel 3. 4 Persampahan di Damai Bahagia N o

1

2

3

Foto

Lokasi

Jl. MT. Haryono

Jl.Manun ggal

Jl.Jend Sudirma n

Jarak dari rumah warga

Ket

Kondisi Baik dan terjaga

Jenis

Luas

TPS

0.036 m³

5m

TPS

10 m³

7m

TPS

10 m³

7m

Kondisi kurang terawat

Kondisi kurang terawat

N o

Foto

4

Lokasi

Jenis

Luas

Jarak dari rumah warga

Jl.Manun ggal

TPS

10 m³

7m

Ket

Kondisi kurang terawat

Sumber : Survey Primer

3.8.2

Persampahan di Damai Baru Di kelurahan ini memiliki 4 unit TPS, berikut ini merupakan kondisi seluruh TPS di

Kelurahan Damai Baru : Tabel 3. 5 Persampahan di Damai Baru N o

Foto

Lokasi

1

Jl MT Haryono

2

Jl MT Haryono

Jenis

Luas

TPS

6 m³

TPS

0.045 m³

Jarak dari ruma h warga

Ket

8m

TPS – kondisi nya baik

2m

TPS – kondisi nya baik

N o

Foto

3

Lokasi

Jarak dari ruma h warga

Ket

Jenis

Luas

Jl MT Haryono

TPS

0.050 m³

10 m

TPS – Kondisi nya cukup baik

Jl MT Haryono

Bank Sampa h

45 m³

3m

Bank Sampa h

-

4

Sumber : Survey Primer

3.8.3

Persampahan di Gunung Bahagia Kelurahan ini merupakan kelurahan yang memiliki sistem atau penyediaan

pengelolaan sampah yang cukup unik dan berbagai macam jenisnya. Dikatakan unik dikarenakan di kelurahan ini tidak lagi menggunakan TPS seperti pada umumnya untuk tempat penampungan sampah sementara, dikaenakan elurahan Gunung Bahagia merupakan salah satu

percontohan untuk program kerjasama Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) terkait tentang proyek Officer 3R yaitu program pengelolaan tempat pembuangan sampah sementara berkonsep reduce, reuse, dan recycle yang diberi nama Halte Sampah (Dimas, 2015). Tidak berhenti sampai disitu kelurahan ini juga memiliki jenis lainnya untuk pengelolaan sampah. Untuk mengetahui seperti apa halte sampah dan jenis lain pengelolaan sampah dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 3. 2 Persampahan di Gunung Bahagia

N o

Foto

Lokasi

Jenis

Luas

Jarak dari ruma h warga

Ket

2m

Tanpa wadah penam pungan

2m

Tanpa wadah penam pungan

2m

Tanpa wadah penam pungan

3m

Tanpa wadah penam pungan

1m

Tanpa wadah penam pungan

Tdk

1

Jl Kutilang

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Tdk

2

JL Belibis

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Tdk

3

JL Belibis

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Tdk

4

JL Belibis

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Tdk

5

JL Tiung

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

N o

Foto

Lokasi

6

JL Kutilang

7

JL Punai

Jenis

Luas

Bank 5m x 4m Sampa x 3m = 60 m² h

TPS

7m x 5 x 3m = 105m²

Jarak dari ruma h warga

Ket

3m

Baik

2m

Bersih dan terawat t

2m

Tanpa wadah penam pungan

2m

Tanpa wadah penam pungan

2m

Tanpa wadah penam pungan

Tdk

8

JL Pipit

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Tdk

9

JL Belibis

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

1 0 Tdk

JL Belibis

Halte Memiliki Sampa luas / batas yg h jelas

Sumber : Survey Primer Pada umumnya lokasi halte sampah tersebut diletakkan di setiap RT dan setiap RTnya mendapatkan minimal 1 Halte Sampah. Halte sampah ini juga memiliki peraturan untuk jamjam pembuangannya seperti yang tertera di spanduk halte sampah. Namun halte sampah ini

tidak memiliki batas atau luas yang jelas sehingga seringkali terlihat sampah yang ada terkesan berantakkan. Keberadaan Bank sampah dikelurahan ini kurang lebih 3 tahun lamanya. Bank sampah ini membuka peluang untuk masyarakat sekitar menjual sampah-sampah khususnya anorganik yang awalnya tidak menghasilkan apa-apa justru dapat memberikan keuntungan berupa uang. Lalu sampah yang masuk ke bank sampah kemudian dikelola menjadi suatu kerajinan yang dibuat oleh ibu-ibu PKK atau warga sekitar (Survey Primer). 3.8.4

Persampahan di Sepinggan Di kelurahan ini memiliki 23 unit TPS, berikut ini merupakan salah satu sample kondisi

seluruh TPS di Kelurahan Damai Baru : Tabel 3. 2 Persampahan di Sepinggan

N o

Foto

1

Lokasi

Jenis

Luas

Jarak dari ruma h warga

Jalan Marsma iswahyu di

TPS

3m x 4m x 1m = 12m²

50 m

Ket

Sangat Buruk

Sumber : Survey Primer 3.8.5

Persampahan di Sepinggan Baru Di kelurahan ini sistem pegelolaan khususnya penampungan sampah menggunakan

wadah TPS dan memiliki 8 unit TPS, berikut ini merupakan kondisi seluruh TPS di Kelurahan Sepinggan Baru : Tabel 3. 2 Persampahan di Sepinggan Baru

N o

1

Foto

Lokasi

Jenis

Luas

Jarak dari ruma h warga

Jalan Sepingg an Raya

TPS

4 m3

2m

Ket

Tempat sawah terawat

N o

Foto

Lokasi

Jenis

Luas

Jarak dari ruma h warga

Ket

2m

Tempat sampa hnya sebagai n rusak

2m

Tempat sampa h terawat

2

Jalan Abdi Praja

3

Jalan Sepingg an Raya

4

Jalan Syarifud din Yoes

TPS

2 m³

5m

Tempat sampa h terawat

5

Jalan Syarifud din Yoes

TPS

2 m³

7m

Tidak Terawa t

6

Jalan Syarifud din Yoes

TPS

4 m³

5m

Tidak Terawa t

TPS

TPS

4m³

1.25 m³

N o

Foto

Lokasi

Jenis

Luas

7

Jalan Marsma R. Iswahyu di

TPS

Tidak memiliki batas yang jelas

8

Jalan Manunt ung

TPS

8 m³

Jarak dari ruma h warga

Ket

3m

Tidak Terawa t, Sampa h menum puk di siang hari

1m

Baik

Sumber : Survey Primer

3.8.6

TPS di Sepinggan Raya

3.8.7

Persampahan di Sungai Nangka Di kelurahan ini memiliki 4 unit TPS, berikut ini merupakan sample kondisi seluruh TPS

di Kelurahan Sungai Nangka : Tabel 3. 2 Persampahan di Sungai Nangka

N o

Foto

Lokasi

Jarak dari Jenis Volume ruma h warga

Ket

Jl. Kp. Buton

Tidak memiliki pewada han

Mengg anggu estetika

1

TPS

N o

Foto

Lokasi

Jarak dari Jenis Volume ruma h warga

Ket

2 m³

Tidak diurus, sampa h bersera kan

2

Jl. Marsma R. Iswahyu di

TPS

30 m

Sumber : Survey Primer 3.9 Gambaran Umum Fasilitas Utilitas 3.9.1

Jaringan Air Bersih Kecamatan Balikpapan Selatan memiliki beberapa sumber jaringan air bersih, antara

lain mata air, sumur gali, sumur pompa, hidran umum, PDAM, serta aliran sungai. Untuk lebih jelasnya data jumlah jaringan air bersih serta penggunanya akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 3. Data jumlah jaringan air bersih beserta pengguna Jenis

Jumlah

Pengguna

Mata air

11

177

Sumur gali

231

1834

Sumur pompa

104

3073

Hidran umum

7

215

PDAM

Ada

27.965

Aliran sungai

Ada

6

Persebaran peta jaringan air bersih yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan akan disajikan dilengkapi dengan waduk, reservoir, instalasi pengelolaan air minum serta jaringan PDAM. Berikut adalah gambaran jaringan air bersih yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan

Gambar 3. Peta jaringan air bersih Kecamatan Balikpapan Selatan Sumber : RDTR Kota Balikpapan

Guna memberi gambaran secara real dalam persebaran jaringan air bersih yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan, maka didapatkan juga beberapa gambar yang menunjukkan kondisi eksisting jaringan air bersih yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai berikut : Tabel 3. Kondisi eksisting jaringan air bersih Kecamatan Balikpapan Selatan No.

Kondisi Eksisting

Lokasi

Keterangan

1.

Sepinggan Baru

Distribusi jaringan air bersih di Kecamatan Balikpapan Selatan sudah terpenuhi oleh PDAM

2.

Kelurahan Sepinggan Raya

Distribusi jaringan air bersih sudah merata di Kecamatan Balikpapan Selatan

3.

Kelurahan Damai Bahagia

Distribusi jaringan air bersih mengikuti aliran drainase

4.

Jl. Sepinggan Baru

Pipa distribusi jaringan air bersih Kecamatan Balikpapan Selatan

No.

Kondisi Eksisting

Lokasi

Keterangan

5.

Jl. MT. Haryono

Jaringan air bersih telah terdistribusi rumah warga Kecamatan Balikpapan Selatan

6.

Jl. MT. Haryono

Meteran air PDAM yang terdapat pada rumah warga Kecamatan Balikpapan Selatan

2. 3.9.2

Sumber : Survey primer

Jaringan Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan lebih

banyak didominasi oleh PT. Telkom, persebaran jaringan telekomunikasi sudah tercukupi di seluruh kelurahan yang terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan. Pada zaman modern, jaringan telekomunikasi bukan hanya telepon yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Balikpapan Selatan, kini terdapat jaringan fiber optik yang digunakan untuk menyambungkan wifi. Dari data yang telah di himpun, telah didapatkan peta jaringan telekomunikasi yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai berikut

Gambar 3. Peta jaringan telekomunikasi Kecamatan Balikpapan Selatan Sumber : RDTR Kecamatan Balikpapan Selat

Masyarakat pengguna telepon seluler yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan dapat diasumsikan dari jumlah penduduk berusia produktif, maka setiap masyarakat yang sedang dalam usia produktif diasumsikan sebagai pengguna telepon seluler, berikut adalah data pengguna telepon seluler Kecamatan Balikpapan Selatan : Tabel 3. Data jumlah pengguna telepon seluler Kecamatan Balikpapan Selatan Umur

Jumlah (orang)

Total (orang)

0-4

12667

Usia non produktif

5-9

14751

(40787)

10-14

13369

15-19

12632

Usia produktif

20-24

13504

(10662)

25-29

13867

30-34

15997

35-39

15739

40-44

12558

45-49

9834

50-54

7383

55-59

5148

60-64

3284

>65

Lanjut usia (6724)

3440 Total

154173 Sumber : Balikpapan Dalam Angka 2016

Guna memberi gambaran kondisi eksisting jaringan telekomunikasi yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan, maka akan disajikan beberapa kondisi eksisting dari atribut persebaran jaringan telekomunikasi yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan : Tabel 3. Kondisi eksisting jaringan telekomunikasi Kecamatan Balikpapan Selatan No.

1.

Kondisi

Lokasi

Jl. Beler

Keterangan

Tower Telekomunikasi

No.

2.

Kondisi

Lokasi

Jl. MT. Haryono

Keterangan

Tower Telekomunikasi

Jl. MT. Haryono Dalam 3.

Perumahan Balikpapan Kota

Gardu milik PT. Telkom

II

4.

Jl. Marsma R.

Gardu milik PT.

Iswahyudi

Telkom

Tiang 5.

Jl. Beler

penyambung kabel telekomunikasi

No.

Kondisi

Lokasi

Keterangan

Fasilitas 6.

Jl. MT.Haryono

telekomunikasi yang disediakan PT. Telkom

Sumber : Survey Primer 3.10.3 Jaringan Listrik Penggunaan energi listrik yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan mayoritas menggunakan sumber listrik yang disediakan oleh PLN, tetapi ada juga beberapa ruko dan perkantoran yang terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan menggunakan genset pribadi. Untuk memperjelas dalam persebarannya, maka akan disajikan peta persebaran jaringan listrik Kecamatan Balikpapan Selatan sebagai berikut

Gambar 3. Peta persebaran jaringan energi Kecamatan Balikpapan Selatan Sumber : RDTR Kota Balikpapan

Guna memperjelas, akan disajikan beberapa gambar yang diambil langsung dari lokasi persebaran jaringan listrik, berikut adalah kondisi eksisting persebaran jaringan listrik yang terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan. Tabel 3. Kondisi eksisting jaringan listrik Kecamatan Balikpapan Selatan No. Kondisi 1.

Lokasi Jl. MT. Haryono

Keterangan SUTR

2.

Kelurahan Sepinggan Raya

SUTM

3.

Jl. Marsma R. Iswahyudi

Gardu listrik serta trafo

4.

Jl. MT. Haryono Dalam

Gardu listrik serta trafo

No. Kondisi 5.

Lokasi Jl. Marsma R. Iswahyudi

Keterangan Genset pribadi milik perkantoran

6.

Perumahan Bukit Damai Indah

Genset milik pengembang perumahan Bukit Damai Indah

3. Sumber : Kecamatan Balikpapan Selatan 4. 3.10.4 Jaringan Drainase Jaringan drainase yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan terdiri dari sungai-sungai lipasan air hujan, gorong-gorong serta parit yang terdapat disepanjang jalan besar seperti Jl. MT. Haryono dan Jl. Marsma Iswahyudi berikut disajikan kondisi eksisting dari jaringan drainase yang terdapat pada Kecamatan Balikpapan Selatan : Tabel 3. Kondisi eksisting persebaran jaringan drainase Kecamatan Balikpapan Selatan No. Kondisi 1.

Lokasi Jl. MT. Haryono

Keterangan Pipa pembuangan limbah rumah tangga

No. Kondisi 2.

Lokasi Jl. KP. Buton

Keterangan Saluran drainase

3.

Jl. Manuntung

Aliran sungai sepinggan, menampung limpasan air hujan

4.

Jl. Manuntung

Drainase tertutup

5.

Perumahan Bukit Damai Sentosa I

Saluran Drainase, saluran air hujan

No. Kondisi 6.

Lokasi Jl. MT. Haryono, Perumahan Bukit Damai Indah

Keterangan Saluran drainase, tempat menampung limpasan air hujan

3.10 Sistem Transportasi Berikut ini adalah aspek-aspek transportasi yang kelompok kami bahas : 3.10.1 Jalan Di Kecamatan Balikpapan Selatan terdapat berbagai jalan, seperti Jalan Syarifuddin Yoes, Jalan MT. Haryono dan lain-lain. Berikut ini kami lampirkan peta persebaran beberapa jalan yang sering dilalui pengguna jalan :

Gambar (...) Peta Persebaran Jalan

Selanjutnya kami lampirkan data panjang beberapa jalan yang hanya melintas di Kecamatan Balikpapan Selatan : 1. Jalan Syarifuddin Yoes : 5.77 Kilometer 2. Jalan Ruhui Rahayu 2.91 Kilometer 3. Jalan Manuntung 2.36 Kilometer 4. Jalan Marsma R. Iswahyudi 5.58 km

Selanjutnya di Balikpapan Selatan kondisi jalannya beragam kondisi, ada yang terdapat jalur pedestrian dan tidak ada jalur pedestrian lalu ada yang terdapat lampu penerangan yang cukup dan ada yang kondisi penerangannya kurang memadai. berikut ini kami lampirkan tabel jenis dan kondisi eksisting jalan Kecamatan Balikpapan Selatan : Tabel 3.10.1 Jenis Jalan Dan Kondisi Eksisting Jalan Kecamatan Balikpapan Selatan No.

Nama Jalan

1.

Jl.

Jenis

Deskripsi

Arteri

Jalan dilengkapi dengan

Yoes (Sepinggan

Sekund

jalur

Baru)

er

lampu-lampu penerangan

Syarifuddin

Gambar

yang

pedestrian

menyala

dan

dengan

baik ketika di malam hari serta dilengkapi dengan median jalan.

2.

3.

Jl.

Manuntung

Kolektor

Jalan kurang dilengkapi

(Sepinggan Baru)

Sekund

dengan

er

penerangan.

Jl. MT. Haryono

Arteri

Jalan ini tidak disediakan

(Damai Bahagia)

Primer

jalur pedestrian.

lampu

No.

Nama Jalan

4.

Jl.

Gambar

Marsma

R.

Iswahyudi

Jenis

Deskripsi

Arteri

Jalan

Primer

dengan

(Sepinggan Raya)

ini

dilengkapi lampu-lampu

penerangan serta jalur pedestrian.

5.

6.

Jl.

Abdi

Praja

Lingkun

Jalan ini tidak dilengkapi

(Sepinggan Baru)

gan

dengan jalur pedestrian.

Jl.

Lokal

Jalan dilengkapi dengan

Manunggal

(Damai Bahagia)

jalur

pedestrian

tetapi

kurang dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan tetapi

kondisi

zebra

crossnya sedikit pudar.

7.

Jl. Ruhui Rahayu

Kolektor

Jalan

ini

dilengkapi

(Gunung Bahagia

Sekund

dengan jalur pedestrian,

er

lampu-lampu penerangan dan median jalan.

Sumber : Survei Primer

3.10.2 Atribut Jalan Pada Kecamatan Balikpapan Selatan terdapat beberapa atribut jalan dengan berbagai kondisi, baik yang terletak di jalur pedestrian maupun ruang terbuka hijau. Berikut ini kami lampirrkan jumlah atribut jalan yang terdapat di beberapa jalan di Balikpapan Selatan : a) Jumlah Lampu Penerangan Jalan 1. Jalan Ruhui Rahayu : 107 Lampu 2. Jalan Manuntung : 31 Lampu 3. Jalan Syarifudin Yoes : 198 Lampu 4. Jalan Marsma R. Iswahyudi : 118 Lampu

b) Jumlah Pertandaan 1. Jalan Ruhui Rahayu : 71 Pertandaan 2. Jalan Manuntung : 14 Pertandaan 3. Jalan Syarifuddin Yoes : 118 Pertandaan 4. Jalan Marsma R. Iswahyudi : 69 Pertandaan Selanjutnya. Berikut ini kami lampirkan tabel kondisi eksistingnya atribut jalan di Balikpapan Selatan : Tabel 3.10.2 Atribut Jalan Kecamatan Balikpapan Selatan No.

Nama

1.

Tanda

Gambar Dilarang

Parkir

Lokasi Jl.

Deskripsi

Syarifuddin Kondisi

Yoes

pertanda

ini

masih terawat.

(Sepinggan Baru)

2.

Tanda Belok Ke

Jl.

Kanan

Yoes

Syarifuddin Kondisi

terletak di jalur pedestrian

(Sepinggan

dan masih terawat.

Baru)

pertandaan

ini

No.

Nama

3.

Lampu Jalan

Gambar

Lokasi

Deskripsi

Jl.Manuntung

Kondisi

(Sepinggan

baik, tetapi jarak antar

Baru)

lampu

lampu

masih

terlalu

sehingga

jauh

kurangnya

penerangan.

4.

5.

Lampu Jalan

Cermin Cembung

Jl.Syarifuddin

Kondisi

Yoes

baik,

(Sepinggan

pencahayaannya kurang

Baru)

baik.

Jl.Duatan Sakai

B. Kondisi

lampu

masih tetapi

cermin

masih

bersih dan terawat.

(Sepingan Baru)

6.

Tanda Pertigaan

Jl.

Manunggal Beberapa

(Damai

pertandaan

terlihat miring.

Bahagia)

Sumber : Survei Primer

3.10.3 Angkutan Umum 3.10.3.1 Jumlah Angkutan Umum Di Kecamatan Balikpapan Selatan ada 2 nomor angkutan kota yang melintas, yaitu angkutan kota nomor 2A dan nomor 7. Berikut adalah jumlah angkot, tarif angkot dan panjang rute angkot : Tabel 3.10.3.1 Jumlah Angkutan Umum No. Angkot

Panjang Rute

Jumlah Angkot

Tarif

Tarif/km

2A

14.3 Km

100

4.500-6.000

420

7

28.5 Km

298

4.500-8.500

300

Sumber : DISHUB 2015 3.10.3.2 Rute Angkutan Umum Di Kecamatan Balikpapan Selatan terdapat 2 angkutan kota yang melintasi, yaitu Angkot bernomor 2A yang jalurnya MT.Haryono-Syarifuddin Yoes-Ruhui RahayuMT.Haryono-Jenderal Sudirman-Terminal Damai, lalu Angkot bernomor 7 yang jalurnya Terminal Damai-Jenderal Sudirman-Marsma R. Iswahyudi-Mulawarman. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah peta jalur Angkot nomor 2A dan 7

Sumber : Survei Primer Gambar 3.10.3.2 Peta Rute Angkot Di Balikpapan Selatan

3.10.4 Geometrik Jalan Geometrik jalan memberikan gambaran pembagian ruang jalan. Pada Kecamatan Balikpapan Timur, telah dibuat geometrik jalan dengan melakukan survei primer pada jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Berikut geometri.jalan Kecamatan Balikpapan Selatan : Tabel 3.10.4 Geometri Jalan Kecamatan Balikpapan Selatan No.

Nama Jalan

1.

Jl.

Abdi

Gambar Praja

(Sepinggan Baru)

2.

Jl. MT. Haryono (Damai Bahagia)

3.

Jl.

Manuntung

(Sepinggan Baru)

4.

Jl.

Syarifuddin

Yoes (Sepinggan Baru)

ini kami lampirkan tabel

No.

Nama Jalan

5.

Jalan Manunggal

Gambar

(Damai Bahagia)

6.

Jalan

Ruhui

Rahayu (Gunung Bahagia)

7.

Jalan Marsma R. Iswahyudi (Sepinggan Raya)

Sumber : Survei Primer 3.10.5 Halte Di Kecamtan Balikpapan Selatan terdapat 3 Halte, yaitu halte DISHUB di Jalan Manunutng, halte di Jalan Ruhui Rahayu dan halte SMP 10 di Jalan Marsma R. Iswahyudi. Untuk lebih jelasnya berikut ini kami lampirkan peta persebaran halte dan kondisinya :

Sumber : Survei Primer Gambar 3.10.5 Peta Letak Halte Dan Kondisinya

3.10.6 Jalur Pedestrian Di Kecamatan Balikpapan Selatan, ada beberapa jalan yang terdapat jalur pedestriannya, yaitu Jalan Syarifuddin Yoes, Jalan Marsma R. Iswahyudi, Jalan Ruhui Rahayu. Berikut kami lampirkan kondisi eksisting serta lebar jalur pedestrian : Tabel 3.10.6 Jalur Pedestrian No.

Nama Jalan

1.

Jl.

Gambar

Syarifuddin

Yoes (Sepinggan

Lebar

Deskripsi

0.8

Kondisi pedestrian cukup

Meter

baik,

Baru)

2.

Jl.

Marsma

tetapi

lebarnya

kurang besar.

R.

Iswahyudi

1.4

Kondisi pedestrian ada

Meter

beberapa

(Sepinggan Raya)

tetapi

yang

rusak,

lebarnya

cukup

luas.

3.

Jl. Ruhui Rahayu

0.96

Kondisi jalur pedestrian

(Gunung Bahagia

Meter

beberapa

berlubang

sehingga membahayakan

dapat pejalan

kaki.

Sumber : Survei Primer

3.10.7 Jumlah Kendaraan Tiap 5 Menit Di Balikpapan Selatan memiliki jumlah kendaraan yang cukuo tinggi yang melintas di jalan-jalan utamanya, yaitu Jalan Syarifuddin Yoes, Jalan Marsma R. Iswahyudi dan Jalan Ruhui Rahayu. Berikut kami lampirkan tabel jumlah kendaraan dan Jenis Kendaran yang lewat di jalan setiap 5 Menit. Tabel 3.10.7 Jumlah Kendaraan Di Jalan Utama Balikpapan Selatan No

Jalan

Mobil

Motor

Jumlah

1

Syarifuddin

94

128

222

159

266

111

179

Yoes 2

Marsma

R. 107

Iswahyudi 3

Ruhui Rahayu

68

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.Jakarta. PMK No 71 SNI 03 1733 2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Ditjen PPM dan PLP Depkes. 1989. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Dampak Sampah (Aspek Kesehatan Lingkungan). Jakarta. Instruksi Menteri Dalam Negri Nomor 14 Tahun 1988. Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. 6 Oktober 1988. Jakarta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota / Kawasan Perkotaan. 24 Juni 2009. Jakarta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M Tahun 2008 Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 26 Mei 2008. Jakarta. Standar Nasional Indonesia 3242 Tahun 2008 Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. Jakarta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725. Jakarta. RTRW Kota Balikpapan, 2012 SNI 03-1733-2004 UU No.13 Tahun 1980 UU RI No 38 Tahun 2004

Buku

Driyarkara. (1950). Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Langeveld, MJ. (l955). Pedagogik Teoritis Sistematis (terjemahan). Bandung: Jemmars. Mudhaharjo, Prasetya. (1997). Filasafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Nasution. (1999). Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT BumiAksara. Notoatmodjo, Soekidjo.(2003). Pendidikandan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teoritisdan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Yunus, H. A. (1999). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Citra Sarana Grafika. ZaharaIdrisdan

&

Lisna

Jamal.

(1992).

Pengantar

Pendidikan

2.

Jakarta:

PT.

GramediaWidiasarana. Kodoatie, Roberty J, Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbit Andi Pynkyawati, Ir. Theresia, M.T. , Ir. Shirley Wahadamaputera, M.T. 2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta : Griya Kreasi Miftadira, Rendra. 2014. Sarana Perdagangan dan Jasa. Damanhuri, Enri. 2006. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah Bagian 6 Pewadahan, Pengumpulan dan Pemidahan. Institut Teknologi Bandung. Bandung Grey,G.W. Daneke,F.I. 1978. Urban Forestry. John Wiley and Sons. Gultom, Osmen. 2002. Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan Secara Terpadu. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif. Batan. Joga, N dan Iwan Ismaun.2011.RTH 30%! :Resolusi (Kota) Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Musanef . 1995. Manajemen Pariwisata di Indonesia. Gunung Harta. Jakarta. Rooden, Van F.C. 1983. Greenspace in Cities, in’City Landscape’ dalam

Grove, AB dan

Cresswell,R.W. London. Spilane, JJ.1987. Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space: Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold Company. New York. Tyrväinen, L.1998. The Economic value of urban forest amenities : an application of the contingent valuation method.Landscape and Urban Planning. Europe. Yones, Indra. 2007. Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Abdul Kadir, (2006), Transportasi: Peran dan dampaknya dalam pertumbuhan ekonomi

nasional, Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau, Vol. 1, No. 3. Miro, Fidel. (1997), Sistem Transportasi Kota, Bandung, Penerbit Tarsito. Makalah Geografi Transportasi, Fakultas Geografi UGM Margareta, H., 2000., Perbaikan Sistem Transportasi di Perdesaan di Era Otonomi Daerah. Miro, Fidel. (1997), Sistem Transportasi Kota, Bandung, Penerbit Tarsito. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold: New York. Infrastructure, Online Compact Oxford English Dictionary, http://www.askoxford.com/conciseod/infrastructure (accesed August 21 2009) Infrastructure, Online Compact Oxford English Dictionary, http://www.askoxford.com/conciseod/infrastructure (accesed January 17 2009) Sulivan, Arthur : Steven M.Sheffrin ( 2003 ).Economics:Principles in Action. Upper Saddle River, New Jersey 07458 Pearson Prentice Hall. P. 474. ISBN 0-13063085-3 Infrastructure , American Heritage Dictionary of The English Languange, http://eduation.yahoo.com/reference/dictionary/entry/infrastructure

( Accesed

January 17 2009 ) Infrastructure, JP1-02, Department of Defense Dictionary of Military and Asociated terms, p. 260,12 April 2001 ( rev.31 August 2005 ) http://www.dtic.mil/cgibin/GetRDoc?AD=ADA439918&Location=U2&D Oc=.pdf(accesed January 172009 ) . R. THE COLORADO SPRINGS AREA Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung

Related Documents


More Documents from "Ilham Fauzi"