Tugas Bahasa Indonesia_makalah Pacaran.docx

  • Uploaded by: Bobo Advend
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bahasa Indonesia_makalah Pacaran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,058
  • Pages: 16
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifiniskan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label “saya punya pacat dan mendogkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tadi, maka perumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Pengaruh Pacaran pada Remaja? 2. Bagaimana mengatasi Pengaruh Pacaran pada Remaja?

i

C.

Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang kami buat sebelumnya, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang Pengaruh Pacaran pada Remaja 2. Untuk mengetahui mengatasi Pengaruh Pacaran pada Remaja

D.

Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi kalangan remaja yang belum mengerti tentang berpacaran dengan baik hal ini dapat di jadikan sebagai masukan dan pengetahuan 2. Bagi orang tua ini dapat dijadikan sebagai pencerahan bagaimana membimbing anak-ankanya saat berpacaran yang baik. 3. Memahami dengan baik dampak positif yang di dapatkan berpacaran saat remaja 4. Memahami dengan baik dampak negatif yang di akibatkan berpacaran saat remaja dan di harapkan untuk menjauhi dan menghindarinya.

i

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Pacaran. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia. Ini merupakan proses pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Pembedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan tradisi zaman kini, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitasaktivitas seksual atau percumbuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasihkasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama. Menurut De Genova & Rice (2005) dalam pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Selanjutnya menurut Bowman De Genova & Rice (2005) dalam pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika. Benokraitis dalam De Genova & Rice (2005) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya

i

dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Kyns dalam De Genova & Rice (2005) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.

B.

Karakteristik Pacaran. Pacaran merupakan fenomena yang relatif baru, sistem ini baru muncul setelah perang dunia pertama terjadi. Hubungan pria dan wanita sebelum munculnya pacaran dilakukan secara formal, dimana pria datang mengunjungi pihak wanita dan keluarganya (dalam DeGenova & Rice, 2005). Menurut DeGenova & Rice (2005), proses pacaran mulai muncul sejak pernikahan mulai menjadi keputusan secara individual dibandingkan keluarga dan sejak adanya rasa cinta dan saling ketertarikan satu sama lain antara pria dan wanita mulai menjadi dasar utama seseorang untuk menikah. Pacaran saat ini telah banyak berubah dibandingkan dengan pacaran pada masa lalu. Hal ini disebabkan telah berkurangnya tekanan dan orientasi untuk menikah pada pasangan yang berpacaran saat ini dibandingkan sebagaimana budaya pacaran pada masa lalu (dalam DeGenova & Rice, 2005). Tahun 1700 dan 1800, pertemuan pria dan wanita yang dilakukan secara kebetulan tanpa mendapat pengawasan akan mendapat hukuman. Wanita tidak akan pergi sendiri untuk menjumpai pria begitu saja dan tanpa memilih-milih. Pria yang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan i

dengan seorang wanita maka ia harus menjumpai keluarga wanita tersebut, secara formal memperkenalkan diri dan meminta izin untuk berhubungan dengan wanita tersebut sebelum mereka dapat melangkah ke hubungan yang lebih jauh lagi. Orangtua memiliki pengaruh yang sangat kuat, lebih dari yang dapat dilihat oleh seorang anak dalam mempertimbangkan keputusan untuk sebuah pernikahan. Tidak ada jaminan apakan hubungan pacaran yang dibina akan berakhir dalam pernikahan, karena dalam berpacaran tidak ada komitmen untuk melanjutkan hubungan tersebut ke jenjang yang lebih tinggi. faktor utama yang menentukan apakah suatu hubungan pacaran dapat berakhir dalam ikatan pernikahan ialah tergantung pada ada atau tidaknya keinginan yang mendasar dari diri individu tersebut untuk menikah. Pada saat seorang individu menjalin hubungan pacaran, mereka akan menunjukkan beberapa tingkah laku seperti memikirkan sang kekasih, menginginkan untuk sebanyak mungkin menghabiskan waktu dengan kekasih dan sering menjadi tidak realistis terhadap penilaian mengenai kekasih kita. Pacaran terkadang memunculkan banyak harapan dan pikiranpikiran ideal tentang diri pasangannya di dalam pernikahan. Hal ini disebabkan karena dalam pacaran baik pria maupun wanita berusaha untuk selalu menampilkan perilaku yang terbaik di hadapan pasangannya. Inilah kelak yang akan mempengaruhi standar penilaian seseorang terhadap pasangannya setelah menikah.

C.

Penyebab Pacaran Menurut Al-Ghifari (2004), penyebab pacaran adalah: 1. Globalisasi Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gontai

ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini. 2. Membuktikan diri cukup menarik Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya. 3. Adanya pengaruh kawan Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

i

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pacaran pada Remaja 1. Dampak Positif a. Belajar bersosialisasi Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi dengan pasangan kita. b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat. Jika

dikatakan

alangkah

lebih

menyenangkan

untuk

mempelajari diri sendiri dulu, membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya. Setelah dia bisa mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran – tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, i

beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).

2. Dampak Negatif a. Kekerasan fisik Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian. b. Kekerasan seksual Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran.

Komisi

Nasional

Perempuan (Komnas Perempuan)

Antikekerasan Indonesia

terhadap

mengategorikan

kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual. c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi i

pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya. Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya. d. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual Anak yang berpacaran di usia remaja mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS. e. Menurunkan konsentrasi Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut. i

f. Menguras harta Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya. Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contohcontoh lainya. Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin bertemu pasanganya

i

hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar. Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.

B. Mengatasi Pengaruh Pacaran pada Remaja Kiat-kiat mengatasi pengaruh negatif dalam Pacaran pada remaja melliputi: 1. Hati-hati berpacaran Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri. 2. No Seks Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang paling i

rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!! 3. Rem Keimanan Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia. 4. Kiat Sadar Diri a. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar untuk memahami karakter lawan jenis. b. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung untuk aktivitas seksual. c. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran. d. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran. e. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan. Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

i

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. 2. Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara usia dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam prilaku-prilaku tidak baik yang ditimbulkan.

B.

Saran Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja seperti kita hanya focus untuk belajar saja dan meraih cita-cita, menyadari dalam berpacaran usia seperti kita ini selayaknya belum mencukupi dan belum matang untuk hubungan yang lebih serius karena belum siap dalam berbagai aspek hal yang dibutuhkan.

i

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. (2010). “Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa”. (terdapat pada anneahira.com, diakses pada tanggal 16 Februari 2019). Al-Ghifari. (2004). Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung: Mujahid. DeGenova, M. K., & Rice, P. (2005), Intimate Relationship, Marriage and Family. 6th. Edition. Boston : McGraw Hill. Departemen Pendidikan Nasional. (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Seo, Dany. (2013). Pengaruh Berpacaran Saat Usia Remaja. (terdapat pada Pusat Sekolah.htm, diakses pada tanggal 16 Februari 2019).

i

KATA PENGANTAR

    Puji sukur penulis aturkan kepada Allah SWT atas segala hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kemampuan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul: “Pengaruh Pacaran Bagi Remaja”. Penulis menemukan banyak kesulitan dalam penulisan dan penyelesaian Makalah ini. Dengan adanya bantuan, arahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi segala kesulitan yang ditemukan dalam penyusunan Makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Dalam penulisan Makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan krtik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini

Ujung Gading, Februari 2019 Penulis

( Kelompok 5 )

i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2 D. Manfaat Penulisan .................................................................... 2

BAB II.

LANDASAN TEORI A. Pengertian Pacaran. ................................................................. 3 B. Karakteristik Pacaran .............................................................. 4 C. Penyebab Pacaran.................................................................... 5

BAB III. PEMBAHASAN A. Pengaruh Pacaran pada Remaja .............................................. 7 B. Mengatasi Pengaruh Pacaran pada Remaja ............................. 11

BAB IV.

PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. 13 B. Saran ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

i

Related Documents

Tugas Bahasa
October 2019 24
Tugas Bahasa Bali Adi.docx
October 2019 28
Tugas Bahasa Indonesia.docx
December 2019 12
Tugas Bahasa Indonesia.docx
December 2019 11

More Documents from "Gede Agus Andika Sani"