Tugas Bahasa Indonesia.docx

  • Uploaded by: Indri Aprilyani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bahasa Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,881
  • Pages: 8
TUGAS BAHASA INDONESIA MENGANALISIS NOVEL

Nama Kelompok : 1. 2. 3. 4.

Dinna Rizky Amalia Putri Muhammad Ilham Rachmanhadi Salma Khairunnisa Wildan Muhammad Zyan

Judul Novel : Matahari Penulis : Tere Liye

UNSUR PEMBANGUN NOVEL MATAHARI

Judul

: Matahari

Penulis

: Tere Liye

Penerbit

: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Jumlah Halaman : 400 halaman Tebal

: 20 cm

Tahun Terbit

: 2016

Novel dengan judul Matahari, karya Darwis Tere Liye atau yang akrab disebut dengan Tere Liye merupakan novel ketiga dari seri sebelumnya yaitu Bumi, dan Bulan, serta novel berikutnya yang belum rilis yaitu bintang. Dalam setiap karya pasti memiliki unsur unsur pembangun di dalamnya. Unsur pembangun novel terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. A. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik merupakan unsur yang berasal dari dalam novel tersebut. Unsur intrinsik terdiri dari tujuh unsur, yaitu tema, alur, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat. 1. Tema Tema merupakan suatu gagasan yang mendasari cerita. Pada novel tersebut tema yang digunakan yaitu persahabatan. Hal tersebut tersirat dalam kalimat

“Tidak ada yang baik-baik saja setelah menyaksikan kematian teman sendiri, Selena” yang terdapat pada “Episode Dua”. Kalimat tersebut menyiratkan bahwa novel tersebut mengambil tema persahabatan. Selain itu, juga ditunjukkan pada pemilihan tokoh utamanya yaitu tiga orang siswa sekolah Menengah Atas (SMA) yang mulai bersahabat saat mereka terpilih sebagai tiga anak yang dapat mengunjungi klan Bulan dan Matahari. 2. Alur Unsur pembangun selanjutnya yaitu alur. Alur yang digunakan pada novel ini adalah alur campuran yang terdiri dari alur maju dan alur mundur. Penggunaan alur maju dapat terlihat pada “Episode 1”, “Episode 3”, hingga “Episode 30”. Hal tersebut dapat terlihat dari kalimat pembuka pada “Episode 1” yaitu, “Pukul satu siang, hujan turun deras di luar. Suara petir terdengar susul-menyusul, angin kencang berkesiur”. Sedangkan penggunaan alur mundur terdapat sepenuhnya pada “Episode 2”, hal tersebut tersirat pada seluruh bab yang diawali dengan kalimat, “Kami kembali kekota ini empat bulan lalu. Setelah pertempuran hidup-mati di klan Matahari. Hana mengorbankan jutaan lebah miliknya agar bisa mengalahkan ketua Konsil Fala-tara-tana IV, dan pengorbanan paling besar dilakukan Ily”. Alur mundur tersebut merupakan cuplikan dari perjalanan mereka menjelajah klan Matahari yang terdapat pada buku kedua yang berjudul Bulan. Pada Episode kedua, mengisahkan masa-masa berkabung saat Ily meninggal karena terkena petir biru Fala-tara-tana IV, Ily dimakamkan di Akademi tempatnya belajar dengan diiringi tangis haru dari pihak yang datang di pemakaman Ily. 3.Tokoh Selanjutya tokoh, terdapat sembilan tokoh yang di soroti dalam novel tersebut yaitu Raib sebagai tokoh utama, sedangkan tokoh pendukungnya yaitu Seli, Ali, Orang tua Raib, Faar, Marsekar Laar, Sekretaris Dewan Kota, Laar, dan Meer. 4. Penokohan (Perwatakan) Sebagai tokoh utama, Raib memiliki watak rela berkorban. Ditunjukkan dengan tindakannya dalam menghadapi masalah. Selain berwatak rela berkorban demi temannya, Raib juga memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Hal tersebut tersirat dalam “Episode 1”, saat Ali di terima sebagai salah satu pemain tim basket sekolah. Berikut merupakan kutipannya “Aku tidak

percaya. Memasukkan bola ke keranjang saja kamu tidak bisa. Kecuali keranjangnya selebar meja kantin ini”. Aku tertawa. “Dan sejak kapan tim basket merekrut anggotanya sekarang? Semua ekskul merekrut murid baru sejak awal tahun ajaran baru. Kenapa mereka mendadak menerima anggota baru di tengah semester, dari kelas sebelas pula? Tidak masuk akal.”. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Raib, yang merupakan tokoh utama dari novel tersebut memiliki sifat ingin tahu dan akan terus mencurigai sesuatu hingga dia menemukan dan melihat sendiri kejadiannya secara lansung. Selain itu, terdapat pula kalimat lain yang dapat menggambarkan sifat tokoh Raib yang terdapat pada “Episode 3”, “Selain melatih kekuatan itu, saat bosan, aku menghabiskan waktu dengan “buku matematika” milikku. Tapi berbeda dengan latihan fisik, tidak ada kemajuan dengan buku ini.”. Kutipan tersebut menggambarkan watak tokoh Raib yang pantang menyerah dalam berlatih fisik serta untuk mencoba membaca sesuatu dari buku matematikanya yang merupakan transkripsi dari buku kehidupan dari Klan Bulan. Selanjutnya, tokoh Seli yang merupakan sahabat Raib memiliki watak periang dan selalau berpikiran positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan kutipan “Selamat, Ali” yang menunjukkan bahwa tokoh memiliki watak periang. Serta pada kutipan “Ya ampun ra, apanya yang disembunyikan?”. Selajutnya watak dari tokoh Ali yaitu jenius, terbukti dengan semua penelitiannya tentang apapun yang menurutnya menarik. Seperti tentang meledakkan laboratorium fisika, meneliti seluk beluk munculnya kekuatan pada Raib dan Seli serta persiapannya sebelum perjalanan menuju Klan Bintang. Terdapat pada kalimat “Aku memasukkan teknologi baru ke kapsul ini. ILY sekarang tidak hanya bisa menghilang, mengeluarkan petir, dan memiliki semua kemamjuan petarung Klan Bulan dan Klan Bintang.”. walaupun tampak acuh tak acuh dengan lingkungannya padahal faktanya dia sangat peka terhadap perubahan dan perkembangan segala sesuatu yang ada disekitarnya, selalu ingin mengetahui banyak hal. Selanjutnya, watak dari Orang tua Raib. Walaupun Orang tua Raib yang telah mengasuh Raib selama lima belas tahun bukan merupakan Orang tua kandungnya namun, kasih sayang dari keduanya tidak dapat dielakkan. Orang tua Raib selalu memberikan yang terbaik untuk Raib dan sudah menganggap Raib merupakan anak kandung mereka. Terdapat dalam kutipan “Tapi kamu memang bukan anak angkat. Sungguh kamu adalah putri Mama, sejak dulu, hari ini, hingga kapanpun.... Kamu adalah putri Mama...”

Tokoh selanjutnya adalah Faar, dengan perawakan fisik yang usianya sudah seratus tahun lebih dan selalu membawa tongkat panjang yang ujungnya betahtakan sebutir batu bercahaya- tergenggam erat di tangannya. Faar memiliki watak bijaksana serta ramah yang ditunjukan ada kutipan “Perempuan itu tersenyum ramah, seperti menatap kerabat jauh yang sudah lama sekali tidak berjumpa.”. Selain itu Faar juga meiliki watak pemberani dan rela berkorban ditunjukkan pada kutipan . Kita akan membagi tim lagi Raib.” Faar berseru “Kalian bertiga yang menyelinap ke markas Dewan Kota. Aku akan membuat pengalih perhatian di kota Zaramaraz.” Selanjutnya, watak dari Marsekal Laar. Marsekal memiliki watak berani mengambil resiko. Terdapat dalam kutipan “Kamu pasti tahu ini benda apa Ali. Gunakan dengan bijak. Kamu akan tahu persis kapan harus menggunakannya. Jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padaku atau pada kalian, segera cari Restoran lazazel, dan temukan seseorang di sana dengan nama alias Sang Hantu. Tunjukkan kekuatan kalian.”. Selian itu juga terdapat tokoh antagonis pada novel tersebut, yaitu sekretari Dewan Kota yang sangat licik, serta menghalalkan segala cara untuk menguasai Klan Bintang. Di tunjukkna dengan kutipan “Akhirnya!” Sekretaris Dewan Kota tertawa. Wajahnya tampak puas “Bawa mereka ke sel karantina!”. Selain itu juga terdapat tokoh Laar yang berwatak berani mengambil resiko, ditunjukkan dalam kalimat “Aku akan mengalihkan perhatian selagi kalian menyusup.” Dan tokoh terakhir yaitu Meer memiliki watak yang rendah hati walaupun dia merupakan sang penemu karena yang paling pintar, namun dia tidak menggembar-gembarkan hal tersebut, terbukti dengan Meer lebih memilih tinggal di sisi lain dari hingar-bingar kota Zaramaraz. Terdapat pada kutipan “Meer menatap kami satu per satu. “Aku tidak tertarik lagi terlibat dengan urusan kota Zaramaraz, Faar. Kau tahu sekali itu.” Walaupun di kenal sebagai sang penemu karena dia adalah perancang terkemuka yang pernah ada di Klan Bintang, yang menemukan teknologi-teknologi canggih Klan Bintang, namun Meer tidak pelit dan senang berbagi dengan Ali, Seli dan Raib. Terbukti pada kutipan “Meer mendekati Ali dan menyerahkan kacamata dari kotak logam kepada Ali. Lalu Meer mengeluaran segenggam pasir dari kotak miliknya dan menyerahkannya kepada Ali.”

5. Latar Latar sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu latar tempat, waktu serta suasana. a)Latar tempat Latar yang digunakan yaitu, di aula sekolah “Aula sekolah yang seminggu terkahir menjadi tempat pertandingan basket riuh rendah oleh teriakan penonton”, dilapangan basket “Dia menjadi pusat perhatian di lapangan basket” ke kota “Kami kembali ke kota ini empat bulan lalu”, di ruang keluarga Ilo “Aku, Seli, Ali, Miss Selena, dan Av yang menggendong tubuh kaku Ily muncul di ruangan keluarga rumah Ilo yang berbentuk balon, bertiang tinggi, dan berada di atas hutan lebat”, selanjutnya di jalan menuju klan Bintang “Bagaimana kalau di jalan menuju klan Bintang kamu tiba-tiba berubah menjadi beruang?”, di tengah lapangan “Di tengah lapangan sepuluh pemain bersalam-salaman.”. b)Latar Waktu Selanjutnya latar waktu pada novel. Latar waktu yang digunakan yaitu Lima belas menit kemudian “Lima belas menit kemudian, Miss Selena, Av, dan Tog mendekati kami.”. Serta pagi hingga sore, yang ditunjukkan dengan kutipan “Aku menunggumu disisi lain kubus dari pagi sampai sore, Ra.”. c)Latar Suasana Suasana yang tertuang dalam novel tersebut adalah suasana senang, bahagia, yang ditunjukkan pada kalimat “Mamang tukang bakso kembali menatap keramaian penuh semnagat. “Wah..... berarti saya harus nonton. Yah..... meskipun kantin sedang ramai, demi menonton Nak Ali, tidak apalah saya rugi sedikit.”. Selain itu juga terdapat latar suasana yang menyedihkan, “Aku mohon Av, hidupkan Ily,.” Tangis Vey semakin kencang. 6. Sudut Pandang Selanjutnya, mengenai sudut pandang pengarang. Dalam novel tersebut pengarang menggunakan sudut pandang Orang pertama pelaku utama ditandai dengan penggunaan kata “Aku”. Hal tersebut senada dalam kutipan “Aku menatap keramaian. Semua kursi di pinggir lapangan penuh sesak, lebih banyak yang berdiri.”.

7. Amanat Penulis memiliki pesan terselubung dalam penulisan novel tersebut yaitu untuk mengatasi suatu masalah harus menggunakan perhitungan dan perencanaan yang matang, namun di saat-saat tertentu diperlukan pula improvisasi. Hal tersebut senada dengan pola pikir Ali dalam mengatasi masalah. Ia selalu memikirkan secara matang-matang rencana apa yang akan digunakan dan terkadang juga digunakan improvisasi bila rencana yang telah disusun gagal. Selain itu, novel ini juga memiliki pesan moral lain yaitu mengenai arti persahabatan yang dapat mengalahkan segala hal yang dapat memecahkannya, dengan bersahabat dengan banyak orang kita akan lebih punya banyak senjata untuk menumpas keburukan. Hal tersebut terlihat dengan ditampilkannya sosok Raib sebagai tokoh utama yang memiliki dua orang sahabat karib dan sikapnya yang ramah yang memungkinkan ia lebih mudah membangun ikatan pertemanan baik dengan teman seumuran maupun orang yang lebih tua darinya. Dan yang terakhir, penulis juga memasukkan kritik sosial pada novel tersebut, seperti penggambaran penguasa yang sangat tamak yang koheren dihubungkan dengan kondisi saat ini.

B. Unsur Ekstrinsik Unsur pembangun selanjutnya adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik sendiri terdiri dari dua point, yaitu latar belakang penulis, dan nilai-nilai yang terdapat dalam novel. 1. Latar belakang Penulis Penulis merupakan seorang pekerja kantor yang menempatkan kegiatan menulisnya hanya sebatas hobi saja. Walaupun hanya menjadi hobi, namun karya-karyanya laris-manis di pasaran dan sukses membuat pembacanya merenungi pesan yang terkandung di dalamnya. Penulis ingin menekankan pada novel ini bahwa hidup tidak sesederhana yang dipikirkan. Untuk mencapai hidup yang bahagia diperlukan kerja keras, namun merasa cukup, berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih. Mungkin bila hanya dibayangkan akan terasa mudah, namun dalam pelaksanaannya tidak semudah yang di pikirkan. Hal tersebut di tunangkan pada novel ini yang menggali kemajuan-kemajuan teknologi yang dalam proses pembuatnnya di perlukan waktu, tenaga, pikiran, serta dukungan untuk mewujudkannya.

2. Nilai-nilai yang terdapat dalam novel Nilai-nilai moral yang terdapat pada novel tersebut cenderung menekankan pada nilai sosial dan agama. Dengan nilai sosial penulis ingin menekankan pada perilaku pada kehidupan sehari-hari yang seharusnya dilakukan, seperti berperilaku baik dan sopan terhadap orang yang lebih tua. Selain itu nilai agama juga dibubuhkan pada novel. Penulis ingin menampilkan bahwa sebagai umat manusia kita harus senantiasa bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan alam seisinya dengan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya serta teknologi-teknologi yang menyelimutinya.

3. Biografi Penulis Tere Liye adalah salah satu novelis terkenal di Indonesia. Ia lahir di Bandung pada tanggal 21 Mei 1979. Nama asli Tere Liye adalah Darwis. Ia lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani dan merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Berikut ini merupakan riwayat pendidikannya. Sekolah Dasar ditempuh di SDN 2 Kikim Timur Sumsel, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah lulus SMU kemudian ia melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Related Documents

Tugas Bahasa
October 2019 24
Tugas Bahasa Bali Adi.docx
October 2019 28
Tugas Bahasa Indonesia.docx
December 2019 12
Tugas Bahasa Indonesia.docx
December 2019 11

More Documents from "Gede Agus Andika Sani"

Nilai.docx
November 2019 47
Pemasaran.docx
November 2019 54
Tugas To Copy.docx
October 2019 3
Tugas Uci.docx
May 2020 23
Uee.docx
December 2019 29