Tugas Agama Kelompok 1 Kelas Sosiologi B

  • Uploaded by: mustafa surya L
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Agama Kelompok 1 Kelas Sosiologi B as PDF for free.

More details

  • Words: 2,884
  • Pages: 12
Tugas

Konsep Ketuhanan dalam Islam

Oleh :

Kelompok I ( satu ) PROGRAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TADULAKO 2009 RENCANA PELAKAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1

Kelompok I ( satu ) “Konsep Ketuhanan dalam Islam“

Nama : - Mustafa - Tria Meiga Susanti - Moh. Fadil - Hartina - Darmawati

2

Konsep Ketuhanan dalam Islam Setelah Anda membaca tulisan ini, Anda dapat memahami poin-poin berikut ini: 1. Filsafat Ketuhanan dalam Islam. • • • •

Siapakah Tuhan itu? Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu. Pembuktian Wujud Tuhan.

2. Keimanan dan Ketakwaan • • • • •

Pengertian Iman Wujud Iman Proses Terbentuknya Iman Tanda Orang Beriman Korelasi Keimanan dan Ketakwaan

3. Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern. • •

Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern.

Istilah-istilah Penting: • • • • •

Ibadah Mahdhah: ibadah yang sudah ditentukan macam, cara, waktu, dan bacaannya. Spiritualistis Islam: Ciri/kerohanian Islam Karakter Islam: Watak/sifat/tabiat Islam. Pola pikir teologis: pola pikir berkenaan dengan ilmu ke-Tuhanan. Bersifat azali: wujud yang terbentuk secara abadi tanpa adanya permulaan.

Sasaran Pembelajaran: 1. Menjelaskan perbedaan pandangan Max Muller, Andrew Lang, dan Agama Wahyu tentang monoteisme. 2. Berpikir dan bersikap sesuai dengan aliran teologis yang dapat menunjang perkembangan IPTEK dan peningkatan etos kerja. 3. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian ilmiah, sehingga dapat memantapkan iman. 4. Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman 5. Bersifat dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman. 6. Mengimplementasikan iman dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan seharihari.

3

7. Menerangkan peranan iman dan takwa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern, sehingga meyakini benar perlunya beriman dan bertakwa.

A. Pendahuluan Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diridan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam. Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

4

B. Filsafat Ketuhanan dalam Islam Siapakah Tuhan itu? Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (AlJatsiiyah): 23, yaitu: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?” Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut: Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56) Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika AlQuran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau anganangan (utopia) mereka. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala 5

macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 1. Pemikiran Barat Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut: •

Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya. •

Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh. •

Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya. •

Henoteisme

6

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).



Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:2627).

2. Pemikiran Umat Islam Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu: a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang 7

islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain). Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij. b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliranaliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tetang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan manapun pemikiran rasional, tidak akan benar. Informasi tenatang asal usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam : 1. QS 21 (al-Anbiya’) : 92 : sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adala satu, yaotu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi meraka telah berpecah belah. Meraka akan kembali kepada Allah dan Allah akan mengkhakimi mereka. 2. QS 5 (al-Maidah) : 72 : “Al-Masih berkata : “hai Bani Israil sembahlah Allah TUhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat meraka adalah neraka”. 8

3. QS 112 (al-ikhlas) : 1 – 4 : “kkatakanlah, Dia adalah Allah. Yang Maha ESa. Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak seorangpun yang setara dengan dia.”

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jamid atau personal name. merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.

Pembuktian Wujud Tuhan 1. Metode Pembuktian Ilmiah Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasrkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.

2. Keberadaan alam menbuktiakan adanya Tuhan. Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang tealah menciptakannya, suatu “akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa ala mini “ada”. Denagn dasar itulah dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan pendekatan Fisika Sampai abad ke-19 pendapat yang menagatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hokum kedua termodinamika” (second law of Thermodynamics). Pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak. Seandainya ala mini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tentu tidak aka nada lagi kehidupan di ala mini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan. 9

4. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi Benda alam yang paling dekat denagn bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama 29yhari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 92.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya denagn kecepatan seribu mil per jam dan menenpuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Disamping bumi terdapat gugus Sembilan planet tata surya, termasuk bum, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa. Logika manusia dengan memperhatiakan system yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan bahwa dibalik semua itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan system yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah TUhan.

Pengertian Iman

Kebanyakan orang yang menyataka bahwa kat iman berasal dari kat kerja amina-yu’manu-amanan yang berari percaya. Oleh karena itu iman yang berarti percaya menujuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selain seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayayinya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimat syahadat telah menjadi Islam. Dalam surat al-baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu beriman kepada Allah amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu alQur’an menurut sunnah rasul.

Wujud Iman

10

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman berarti bukan hanya berarti percaya, melaikan keyakinan yang mendorong seorang manusia yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.

Proses terbentuknya Iman

Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makan yang dimakan berasal dari rejeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikan hidup seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi spikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung yidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandanagn dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Dalam keadaan tertentu sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap interaksi yang terjadi.

Prinsip-prinsip yang mengemukan implikasi metodologi, yaitu : 1. Prinsip pembinaan berkesinambungan 2. Prinsip inrternalisasi dan individuasi 3. Prinsip sosialisasi 4. Prinsip konsistensi dan koherensi 5. Prinsip integras

Tanda- tanda orang beriman Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sbb :

11

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya. 2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan karangka ilmu Allah, diiringi dengn doa. 3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya 4. Menafkahkan rezki yang diterimahnya. 5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat, dan menjaga kehormatan. 6. Memelihara amanah dan menepati janji 7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong 8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin.

Beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia, yaitu : 1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda. 2. Iman menanamkan smangat berani menghadapi maut. 3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan. 4. Iman memberikan ketentraman jiwa. 5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik. 6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen 7. Iman memberikan keberuntungan. 8. Iman mencegah penyakit. Itulah tadi beberapa penjelasan mengenai “Konsep KeTuhanan dalam Islam”.

12

Related Documents


More Documents from "Holmes Nababan"