Tugas 5 Sterilisasi.docx

  • Uploaded by: Vika amalia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas 5 Sterilisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,697
  • Pages: 8
STERILISASI

1.

Definisi 1.1

Definisi Steril Steril adalah bebas dari pencemaran mikroorganisme (Ansel, 1989).

1.2

Definisi Sterilitas Sterilitas adalah karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan

farmasetik bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah atau rute pemakaian (Gennaro, 2000). 1.3

Definisi Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap sediaan

farmasetik berarti penghancuran sempurna seluruh mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari sediaan (Ansel, 1989).

2.

Metode Pembuatan Sediaan Steril Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2, yaitu metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. 2.1

Metode Sterilisasi Akhir Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan

setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filtrasi, elektromagnetik, pengion, dan gas). Pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat terhadap panas atau kelembaban (stabilitas, kompatibilitas, dan efektifitas serta efisiensi). 2.2

Cara Aseptik Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptic hanya

bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/ rusak terhadap suhu tinggi, antibiotic dan beberapa hormone merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis.

1

Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegah kontaminasi jasad renik/ partikel asing ke dalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. Kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau di dalam Laminar Air Flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan.

3.

Macam – Macam Metode Sterilisasi Ada beberapa macam metode sterilisasi untuk membuat sediaan steril, sterilisasi secara fisika, sterilisasi kimia, sterilisasi mekanik/ filtrasi, dan sterilisasi radiasi. 3.1

Sterilisasi secara Fisika 3.1.1

Pemanasan Kering

A. Udara Panas Oven Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi

2

panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam. Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling cepat 1 jam, tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahanbahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama. Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas. Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven : 1. 170°C (340 F) sampai 1 jam 2. 160°C (320 F) sampai 2 jam 3. 150°C (300 F) sampai 2,5 jam 4. 140°C (285 F) sampai 3 jam B. Minyak dan Penangas Lain Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 1620C. larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memelihara cat penutup. C. Pemijaran Langsung Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumpang dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat

3

20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hatihati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel. 3.1.2

Panas Lembab

A. Uap Bertekanan Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam

industri

farmasi,

karena

dapat

diprediksi

dan

menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada 121°C pada waktu tertentu. Penggunaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan

uap

ini

adalah

ketidaksesuaiannya

untuk

penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap

4

jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi. B. Pemanasan dengan Bakterisida Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf.Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol. C. Air Mendidih Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya. 3.2

Sterilisasi secara Kimia 3.2.1

Menggunakan Bahan Kimia Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol

70%, fenol 5%. 3.2.2

Sterilisasi Gas Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap

untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya

terhadap

bahan

yang

disterilkan

harus

dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein.

5

Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka

kematian

mikroorganisme

tidak

logaritmik

muncul

(tidak

peningkatan

nyata).

Tetapi

resistensinya

dengan

penurunan kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen oksida. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kelembaban,

konsentrasi

gas,

sterilisasi

suhu

dan

ini

termasuk

distribusi

gas

dalam chamber pensterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas. Etilen

oksida dianggap

menghasilkan

efek

letal

terhadap

mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit

yang tidak

mikroorganisme

diubah dengan tidak tersedia bagi

sehingga

mikroorganisme

ini

mati

tanpa

reproduksi. 3.3

Sterilisasi secara Mekanik 3.3.1

Filtrasi Teknik filtrasi untuk sterilisasi larutan yang termolabil.

Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.

6

Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik. 3.4

Sterilisasi secara Radiasi Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 yaitu radiasi elektromagnetik dan radiasi pengion. 3.4.1

Radiasi Elektromagnetik Adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). Sinar

UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. Keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembus bahan padat. 3.4.2

Radiasi Pengion Adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma

untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat.

4.

Syarat – Syarat Sediaan Steril 4.1

Syarat Sediaan Parenteral a. Pelarut pembawa harus memenuhi kemurnian khusus dan memenuhi standar-standar lain yang menjamin keadaan obat suntik b. Penggunaan zat-zat penambah sebagai dapar, penstabil, dan pengawet antimikroba mengikuti petunjuk-petunjuk khusus,

7

penggunaan dan dilarang pada produk parenteral tertentu, penggunaan zat warna dilarang keras. c. Produk parenteral selalu disterilkan dan harus bebas pirogen. d. Larutan parenteral harus bebas dari partikel-partikel. e. Produk parenteral harus dibuat dalam daerah lingkungan yang diawasi memenuhi standar sanitasi yang ketat, dan oleh pekerja yang khusus dilatih dan memekain pakaian khusus untuk mempertahankan standar sanitasi. 4.2

Preparat untuk Mata a. Larutan steril b. Isotonis c. Bila perlu digunakan pendapar d. Viskositas optimal antara 15-25 cps e. Wadah pengemas tidak menganggu stabilitas dan kemajuan preparat f. Suspensi obat mata harus mengandung partikel dengan karakteristik kimiawi dan dimensi-dimensi kecil yang tidak mengganggu mata.

4.3

Preparat untuk Telinga a. Steril b. Pengawet sesuai c. Wadah gelas atau plastik berukuran kecil (5-15 mL) dan memakai alat penetes.

4.4

Preparat untuk Hidung a. Steril b. Pendapar yang cocok c. Pengawet yang sesuai d. Wadah berupa botol tetes atau dalam botol semprot plastic, biasanya berisi 15-30 mL obat.

8

Related Documents

Tugas 5
May 2020 26
Tugas Mpfku 5.pdf
November 2019 18
Tugas 5 Sterilisasi.docx
November 2019 21
Tugas 5 Pjok Indah
October 2019 23
Tugas 5.docx
April 2020 4

More Documents from "Novia Soraya"

Cover Steril.docx
November 2019 18
Lampiran Tambahan.docx
November 2019 9
Tugas 5 Sterilisasi.docx
November 2019 21
Dukungan Sosial.docx
October 2019 41
Codul Muncii
April 2020 24