Trend Dan Isu Keperawatan Keluarga.docx

  • Uploaded by: siti lailatul mahmudah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Trend Dan Isu Keperawatan Keluarga.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,865
  • Pages: 30
MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA ( TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA DAN ASKEP PRA SEKOLAH) DOSEN PEMBIMBING :ISTICHOMAH,S.kep.,Ns.,M.kes

Disusun Oleh :

1.

SASTRA GANDHI ARAB ( 161100336 )

2.

SITI LAILATUL MAHMUDAH (161100337 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA TAHUN 2018/2019

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek. Ali, Z. (2010). Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu salam alin, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mengcapai tujuan tertentu. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, rencana asuhan keperawatan keluarga, catatan perkembangan dan evaluasi.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain: 1.

Bagaimana Trend keperawatan keluarga?

2.

Bagimana Issu keperawatan keluarga?

3.

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan anak prasekolah?

C. Tujuan Penulisan Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain: 1.

Trend keperawatan keluarga?

2.

Issu keperawatan keluarga?

3.

Asuhan keperawatan keluarga dengan dengan anak pra sekolah?

2

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini : Contoh nya EUTHANASIA adalah Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya. Kuntoro, A. (2010) a.

Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga 1.

Perubahan Bidang Profesi Keperawatan a. Perubahan ekonomi Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial ke orientasi bisnis. b. Kependudukan Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan pada “hospital-based” ke “comunity based”. c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di tuntut untuk menguasai teknolgi komputer di daam melaksanakan MIS (Manajemen Information System) baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan keperawatan 3

d. Tuntutan Profesi Keperawatan Karakteristik Profesi yaitu: 1. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetehuan (body of knowledge) melalui penelitian 2. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain 3. Pendidikan yang memenuhi standar 4. Terdapat pengendalian terhadap praktik 5. Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan gabung

4

6. Merupakan karier seumur hidup 7. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi 2. Dampak Perubahan 1. Praktik keperawatan a. Pengurangan anggaran Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di satu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayan keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan menjadikan rumah sakit swadan dimana juga berdampak terhadap kinerja perawat. Dalam melaksanakn tugasnya perawat sering jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu. b. Otonomi dan akuntabilitas Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di pemerintahan,

merupakan

hal

yang

sangat

positif

dalam

meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat indonesia. Peran serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di persiapkan. c. Teknologi Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan. d. Tempat praktik Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan). e. Perbedaan batas kewenangan praktik

5

Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan. 2. Tantangan Pendidikan Keperawatan Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada suatu tantangan dalam meningkatkan kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensi-kompetensi profesional. Isi kurikulum program pendidikan ke depan, juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. 3. Tantangan Perubahan Iptek Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan oleh perawat di era global. Meningkatnya kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-kajian dan pembaharuan yang dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian. (Kuntoro, 2010, hal. 149-150)

B. Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami terhadap literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga, 8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini: a. Isu Praktik: i. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis. Kesenjangan

antara

pengetahuan

yang

ada

dan

penerapan

pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi tingkat

6

keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian keluarga yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit diwujudkan.

ii. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk di integrasikan dalam praktik. Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-besaran,

yang

mencakup

perkembangan

pesat

sistem

pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari

restruturisasi

ini

juga

termasuk

kecenderungan

pasien

dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini.

7

iii. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada keluarga. Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri.

iv. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya beragam. Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara

8

kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.

v. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat dibeberapa negara ini.

9

b. Isu Pendidikan: Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum keperawatan keluarga dan bagaimana cara menyajikannya? Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu dilakukan.

10

c. Isu Penelitian: Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa

11

“tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan keluarga ( yang berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian keluarga (yang berfokus pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).

d. Isu kebijakan: Kebutuhan

akan

lebih

terlibatnya

perawat

keluarga

dalam

membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga. Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai hak

12

mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.

13

C. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses

yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian (Jhonson dan Leny, 2010). 1.

Pengkajian keluarga Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya. a.

Pengumpulan data Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil x-ray, pap smear dan lain sebagainya. Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah: 1)

Data umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi: a) Nama kepala keluarga b) Alamat dan telepon c) Pekerjaan kepala keluarga d) Pendidikan kepala keluarga e) Komposisi keluarga dan genogram i.

Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang tua, kemudia mencantumkan jenis kelamin, hubungan 14

setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal lahir atau umur, pekerjaan dan pendidikan. ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang

menggambarkan

keluarga).

Genogram

konstelasi

keluarga

merupakan

alat

(pohon

pengkahian

informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat

dan

sumber-sumber

keluarga.

Diagram

ini

menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal (dalan generasi yang sama) untuk memahami kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga masingmasing orang tua). Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien yang diidentifikasi

: Meninggal

: Menikah

: Pisah

: Cerai

: Tidak menikah

: Anak adposi/ anak angkat 15

: Kembar

: Anggota serumah

f)

Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga tersebut

g) Suku bangsa Mengkaji

asal

suku

bangsa

keluarga

tersebut

serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan h) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan i)

Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebuthan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang yang dimiliki oleh keluarga

j)

Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat relreasi tertentu, namu dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

16

2)

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a)

Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

b)

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

c)

Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d)

Riwayat keluarga sebeblumnya Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

3)

Pengkajian lingkungan a) Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum digunkan serta dilengkapi dengan denah rumah. b) Karateristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan

mengenai

karakteristik

dari

tetangga

dan

komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. c) Mobilitas geografis keluarga Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah tempat.

17

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

4)

Struktur keluarga a) Sistem pendukung keluarga Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. b) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi antar anggota keluarga c) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku. d) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. e) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5)

Struktur keluarga a) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap

anggota

keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

18

b) Fungsi sosialiasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta prilaku. c) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mapu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapar meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. d) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga adalah: i.

Berapa jumlah anak

ii.

Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga

iii. Metode

yang

digunakan

keluarga

dalam

upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga e) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota keluarga memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya pengingkatan status kesehatan keluarga.

19

6)

Stres dan koping keluarga a)

Stressor jangka pendek dan panjang i.

Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan

ii.

Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memrlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan

b)

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

c)

Strategi koping yang digunakan Mengkaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalah

d)

Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

7)

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.

8)

Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

20

2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi, dan simtom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah. Tipologi dari dignosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (wellness).

Penulisan diagnosa keperawatan keluarga : a.

Diagnosa keperawatan keluarga : aktual Contoh: Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan anak balita T keluarga bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan kekurangan nutrisi. Ketidakmampuan keluarga merawat, dapat pula mencerminkan tiga etiologi atau lebih dari masalah yang sama, namun pada saat merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga atau lebih etiologi tersebut.

b.

Diagnosa keperawatan keluarga: risiko (ancaman) Diagnosa keperawatan keluarga resiko dirumuskan apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat dan lain sebagainya. Contoh : 1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga Bapak N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga melakukan stimulasi terhadap balita. 2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi. 21

c.

Diagnosa keperawatan keluarga: sejahtera (potensial) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera merupakan suatu keadaan dimana kelurga didalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Rumusan diagnosanya boleh tidak menggunakan etiologi. Contoh : 1) Potensial peningkatan status kesehatan bayi (anak k) keluarga Bapak K 2) Potensial peningkatan status kesehtan pada pasangan baru menikah keluarga Bapak A Berikut disajikan rumusan masalah keperawatan terkait dengan kondisi kesehatan kelurga berdasarkan NANDA dalam friedman (1989).

Tabel : Rumusan Dignosa keperawatn keluarga Aspek

Rumusan Diagnosa

Kesehatan lingkungan keluarga Kerusakan pemeliharaan rumah Pola dan proses komunikasi Kerusakan komunikasi verbal keluarga Struktur

kekuatan

(power) Konflik menyangkut keputusan

keluarga Struktur peran (role)

- Berduka yang diantisipasi - Berduka disfungsional - Isolasi sosial - Perubahan dalam perenting - Perubahan kinerja peran - Gangguan citra tubuh

Nilai – nilai keluarga Fungsi efektif

Konfilk lain -

Gangguan proses keluarga

-

Gangguan menjadi orang tua

-

Berkabung

yang

disfungsional

Fungsi sosialisasi

-

Koping keluarga tidak efektif

-

Resiko terjadi kekerasan

-

Perubahan proises keluarga 22

-

Kurang pengetahuan

-

Kurang peran orang tua

-

Perubahan menjadi orang tua

-

Perilaku mencari pertolongan kesehatan (diagnosa wellness)

Fungsi perawatan kesehatan

-

Perubahan

pemeliharaan

kesehatan perilaku mencari kesehatan Proses

dan

strategi

koping

keluarga

-

Koping keluarga tidak efektif

-

Resiko kekerasan

Setelah seluruh diagnosa keperawatan kelurga ditetapkan sesuai prioritas, maka selanjutnya dikaji tingkat kemandirian keluarga. ( format pengkajian kemandirian : lihat di penilaian ). Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan keluarga, maka selanjutnya bersama keluarga harus menentukan prioritas dengan menggunakan skala perhitungan sebagai berikut : Tabel : skala prioritas masalah keluarga Kriteria 1. Sifat masalah a. Aktual (tidak/kurang sehat) b. Ancaman kesehatan c. Keadaan sejahtera 2. Kemungkinan masalah dapat di ubah a. Mudah b. Sebagian c. Tidak dapat 3. Potensi masalah untuk dicegah a. Tinggi b. Cukup c. rendah

Skor

Bobot

3 1 2 1

2 1 0

3 2 1

2

1 23

Sumber : Baylon & Maglaya

Cara melakukan skoringnya adalah : 1) Tentukan skor untuk setiap kriteria 2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan boboit 3) Jumlah skor untuk semua kriteria 4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga

Dalam menentukan prioritas, banyak faktor yang mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar (3) diberikan pada tidak/kurang sehat karna kondisi ini biasanya disadari dan disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor dua dan keadaan sejahtera skor satu.

Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan faktor-fakor berkut : 1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. 2) Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga 3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu 4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat dan dukungan masyarakat Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor berikut : 1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah 2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada 3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah 4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah masalah 24

Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.

3. Perencanaan Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Lrahey dalam friedman (1998) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi permulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat sportif edukatif dan langsung kearah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung.

Feeman (1970) dalam Friedman (1998) mengklasifikasikan (tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi : a.

Intervensi supplemental Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.

b.

Intervensi fasilitatif Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan dirumah.

c.

Intervensi perkembangan Perawat

melakukan

tindakan

dengan

tujuan

memperbaiki

dan

meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan ekternal. Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, tetapi modalitas ataupun terapi koplementer pada akhirnya ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga 25

dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respons verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi berbeda. Contoh: Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat menjelaskan tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue. Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan) Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue 1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas 2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya

4. Pelaksanaan Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawatan terhadap keluarga mencangkup dapat berupa: a.

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara:

b.

1.

Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling

2.

Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3.

Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:

c.

1.

mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan

2.

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3.

mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit : 1. mendemostrasikan cara perawatan 2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah 3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan 26

d.

membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi : 1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga 2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e.

memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara : 1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga 2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kontrak, memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.

5. Penilaian Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan penilaian. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara

bertahap, demikian

halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planning). S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu makannya lebih baik O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P naik BB nya 0,5 kg A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.

27

Penilaian terhadap asuhan keperawatn juga dilakukan dengan melakukan penilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian kemandirian keluarga dikaji untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga sebelum diberikan pembinaan/tindakan keperawatan, sedangkan pada saat evaluasi dilakukan

untuk

mengetahui

tingkat

kemandirian

keluarga

setelah

pembinaan/tindakan keperawatan dilakukan. Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 267 Tahun 2006, penilaian kemandirian keluarga ini diajdikan sebagai outcome pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) dipusat kesehatan masyarakat (perkesmas).

28

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu salam alin, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mengcapai tujuan tertentu. Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga yaitu tahap keluarga pemula, tahap keluarga sedang mengasuh anak, tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah, tahap keluarga dengan anak usia sekolah, tahap keluarga dengan anak remaja, tahap keluarga dengan anak dewasa, tahap keluarga usia pertengahan, dan tahap keluarga lanjut usia. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, rencana asuhan keperawatan keluarga, catatan perkembangan dan evaluasi.

B. Saran 1.

Mahasiswa agar menambah pengetahuan sengan membaca berbagai referensi sehingga menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga.

2.

Seluruh perawat agar meningkatkan pengetahuan tanteng asuhan keperawatan keluarga, agar dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar serta dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan.

29

DAFTAR PUSTAKA Jhonson, R dan Leni, R. 2010. Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Nuha Medika Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu Sylvia A, Price & Loraraine M, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC

30

Related Documents


More Documents from "Afifah Rahmatika"