TRAUMA TUSUK PREKORDIAL: LAPORAN KASUS Miftahuljannah S Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Abstrak Latar belakang. Trauma thorak merupakan trauma yang sering terjadi pada pasien dan dapat menjadi masalah yang mengancam jiwa apabila tidak diidentifikasi dan ditangani dengan tepat selama primary survey. Pasien daapt ditangani atau kondisi sementara dapat ditangani dengan tidakan sederhana seperti intubasi, ventilasi, tube thoracostomy, dan resusitasi cairan. Kasus. Pasien laki-laki berusia 42 tahun datang ke IGD RS. Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan dada tertusuk benda tajam berupa tombak. Perdarahan (+), pasien mengeluh sesak dan nyeri. Dari hasil pemeriksaan kesadaran komposmentis, RR: 26 kali per menit, SpO2: 99%, nadi 102 kali per menit, tekanan darah 130/80 mmHg, terdapat vulnus ictum regio thorak setinggi ICS 6 dengan ukuran 8cm x 3cm. Dilakukan pemeriksaan darah rutin, foto thorak, EKG, dan FAST pada pasien. Selanjutnya dilakukan tindakan debridement dan eksplorasi thorak pada pasien. Kesimpulan. Trauma thoraks merupakan trauma yang sering terjadi pada pasien dan dapat menjadi masalah yang mengancam jiwa apabila tidak diidentifikasi dan ditangani dengan tepat selama primary survey. Manajemen trauma thorak dapat dibagi dalam 3 level yang berbeda: prehospital trauma life support, in-hospital atau emergency room trauma life support, dan surgical trauma life support Kata kunci : trauma tusuk, setelah
trauma
kepala
dan
trauma
ekstremitas, diantara kecelakaan besar yang
Latar belakang Trauma thoraks merupakan trauma
terjadi di United States. Kondisi sementara
yang sering terjadi pada pasien dan dapat
pasien dapat ditangani dengan tidakan
menjadi masalah yang mengancam jiwa
sederhana seperti intubasi, ventilasi, tube
apabila tidak diidentifikasi dan ditangani
thoracostomy, dan resusitasi cairan. 10-15%
dengan
pasien
tepat
selama
primary
survey.
Trauma thorak menduduki posisi ketiga
dengan
trauma
tusuk
thorak
membutuhkan thoracotomy segera sebagai
resusitasi awal. (ATLS, Waes & Riets,
pemeriksaan kesadaran komposmentis, RR:
2012).
26 kali per menit, SpO2: 99%, suara nafas Trauma thorak berkontribusi sekitar
vesikuler di seluruh lapangan paru, nadi 102
25% pada trauma yang berkaitan dengan
kali per menit, tekanan darah 130/80 mmHg,
kematian (Pritts, 2011). Menurut United
terdapat vulnus ictum regio thorak setinggi
States National Trauma Data Bank, angka
ICS 6 dengan ukuran 8cm x 3cm. Pasien
trauma meningkat dengan pesat pada dekade
dilakukan pemeriksaan darah rutin, foto
terakhir, dimana 12 per 1 juta populasi per
thorak, dan FAST. Selanjutnya dilakukan
hari dan 20 sampai 25% kematian terjadi
debridement dan eksplorasi thorak pada
karena trauma thorak (Khan et al, 2009).
pasien di OK IGD.
Trauma tusuk thorak merupakan trauma yang kerap terjadi di American trauma
centers.
Di
Los
Angels
dan
University of Southern California Medical Center sekitar 7000 trauma terjadi setiap tahun, trauma tusuk sampai
16%
terhitung sekitar 7%
dari
semua
trauma
(Demetriades, 2002).
Kasus Pasien laki-laki berusia 42 tahun
Gambar 1. Foto klinis pasien
datang ke IGD RS. Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan dada tertusuk benda tajam berupa tombak. Pasien ditusuk oleh orang yang dikenal dari arah depan dengan tombak ikan. Pasien dilarikan ke RS Dirgahayu lalu dirujuk ke RS. Abdul Wahab Sjahranie. Saat kejadian sampai pasien dibawa ke IGD RS. Abdul Wahab Sjahranie pasien masih sadar. Pasien mengeluh sesak dan nyeri dilokasi tusukan. Perdarahan
(+). Dari hasil
Dari hasil foto thorak didapatkan tidak ada kelainan. Dari hasil pemeriksaan darah leukosit
rutin didapatkan Hb 13,6 g/dl, 14.930/ul,
hematokrit
40,6%,
trombosit 238.000/ul. Dari hasil FAST didapatkan tidak adanya cairan bebas pada kavum
perikardium.
Pasien
dilakukan
debridement di OK IGD dan dilakukan eksplorasi pada luka. Didapatkan dasar luka berupa m. pectoralis mayor, sucking chest
wound (-), bone exposed (-). Tatalaksana
Jenis terbanyak pada trauma thorak adalah
pasien sebelum operasi diberikan injeksi
fraktur iga (41%), fraktur sternal (38,5%),
metamizole sodium 500mg IV, injeksi
hemopneumothorak (33,3%), hemothorak
ranitidin 50mg IV, injeksi tetanus toksoid 1
(25,6%), luka dinding thorak dan laserasi
cc IM, dan injeksi imunoglobulin tetanus
(23,1%), pneumothorak (12,8%), dan fraktur
250 IU. Tatalaksana pasien setelah operasi
skapula (5,1%).
diberikan injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam,
Manajemen trauma thorak dapat
injeksi metamizole sodium 500mg/8 jam,
dibagi dalam 3 level yang berbeda: pre-
injeksi ranitidin 50mg/ 12jam, dan cairan
hospital trauma life support, in-hospital atau
futrolit 2400cc/24 jam.
emergency room trauma life support, dan surgical trauma life support. Resusitasi awal dan
Pembahasan Dari kasus didapatkan pasien laki-
manajemen
pasien
trauma
thorak
berdasarkan protokol dari ATLS. Setelah
laki usia 42 tahun datang ke IGD RS. Abdul
primary
Wahab Sjahranie dengan keluhan dada
mengancam nyawa harus di eksklusi atau
tertusuk
tombak.
ditangani seperti: obstruksi jalan nafas,
Penelitian prospektif yang dilakukan Atri
tension pneumothorax, open pneumothorax,
(2006) di Government Medical College,
massive haemothorax, flail chest, dan
didapatkan dari 2571 pasien trauma, 240
cardiac tamponade. Secondary survey akan
(9,3%) adalah trauma thorak. Mayoritas
memberikan informasi yang kemungkinan
pada laki-laki (78,7%) dengan rata-rata usia
besar akan mengancam nyawa seperti
34,4 tahun. Penelitian yang dilakukan Ali
pulmonary contusion, myocardial contusion,
dan Gali (2004) dengan review retrospektif
aortic disruption, traumatic diaphragmatic
pada 78 pasien trauma thorak di University
rupture,
of Maiduguri Teaching Hospital didapatkan
oesophageal
61,53% merupakan trauma tusuk dan 38,5%
Koryllos, 2017).
merupakan trauma tumpul. Penyebab trauma
Pre-hospital trauma life support
benda
tajam
berupa
survey,
segera
trauma
tracheobronchial disruption
yang
disruption, (Ludwiq
&
tusuk diantaranya senjata api kecepatan
Penilaian breathing dan pemeriksaan
rendah (30,8%), senjata api kecepatan tinggi
klinis dari thorak (pergerakan nafas dan
(5,2%), tembakan anak panah (12,8%), luka
kualitas
bacok (7,7%), dan luka tusuk (5,2%). berupa
mengenali trauma thorak mayor seperti
respirasi)
dibutuhkan
untuk
tension pneumothorax, open pneumothorax,
keparahan
massive haemothorax, flail chest, dan
perluasan trauma tidak dapat digambarkan,
pulmonary contusion. Inspeksi, palpasi,
direkomendasikan untuk melakukan CT
perkusi, dan auskultasi (sensitivitas 90%,
scan dengan kontras. Sensitivitas foto thorak
spesifisitas
pada
98%)
akan
memberikan
dari
ruang
trauma
thorak.
emergensi
Ketika
hanya
58,3%.
informasi apakah ada tension pneumothorax.
Pemeriksaan ultrasound thorak adalah valid
Diagnosa klinis dari pneumothorak mungkin
ketika
membutuhkan intervensi segera dengan
dibandingkan
needle decompression dari pleural space.
menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang
Apabila tidak berhasil atau adanya bukti
hampir
pneumothorak,
pneumothoraks.
drainase
dibutuhkan.
chest
Pemeriksaan
tube
CT
scan
tidak
dengan
sama
dibutuhkan, foto
thorak
untuk USG
diagnosis
dalam
ruang
berulang
emergensi juga merupakan metode yang
dibutuhkan untuk menghindari kelalaian dari
dapat dipercaya untuk mengeksklusi efusi
progresifitas
pleura maupun perucardium. Drainase chest
peumothorak
(Ludwiq
&
Koryllos, 2017).
tube dibutuhkan ketika bekaitan dengan
Dari kasus yang didapatkan, setelah
pneumothoraks,
pasien tiba di IGD dilakukan pemeriksaan
dengan
fisik dan didapatkan hasil pemeriksaan
Koryllos, 2017).
kesadaran komposmentis, RR: 26 kali per
ventilasi
progresif
atau
mekanik
Permasalahan
pasien
(Ludwiq
penting
&
pada
menit, SpO2: 99%, suara nafas vesikuler di
manajemen emergensi pasien stabil dengan
seluruh lapangan paru, nadi 102 kali per
trauma tusuk thorak adalah interval waktu
menit,
antara foto thorak untuk deteksi aktif dari
tekanan
darah
130/80
mmHg,
terdapat vulnus ictum regio thorak setinggi
hemothorak
ICS 6 dengan ukuran 8cm x 3cm dan tidak
lambat. Berdasarkan penelitian dan artikel
ditemukan tanda-tanda yang mengarah ke
lain telah telah jelas membahas keefektifan
tension pneumothorax.
diagnostik pencitraan seperti X-ray dan CT
Emergency room trauma life support
scan pada pasien dengan trauma tusuk
Pemeriksaan klinis berulang pada primary
survey
bersamaan
dengan
anamnesis dari mekanisme trauma thorak akan memberikan informasi adanya potensi
thorak
dan
dimana
merupakan
pneumothorak
X-ray
pilihan
secara
metode
onset
kontinyu diagnostik
(Facundo, Martinez, Carvajal, 2013).
Pada pasien stabil dengan trauma
perawatan. Dari hasil FAST didapatkan
tusuk thorak yang disebabkan luka tikam/
tidak adanya cairan bebas pada kavum
luka tusuk, monitoring klinis ditambah X-
perikardium.
ray thorak dan X-ray thorak kedua pada 3 jam kemudian setidaknya aman sebagai protokol terkini dalam observasi dengan interval 6 jam antara X-ray pertama dan kedua (Facundo, Martinez, Carvajal, 2013). Berikut adalah alur pemeriksaan X-ray pada pasien stabil dengan trauma tusuk thorak.
Gambar 2. Foto thorak pasien
Diagram 1. Alur pemeriksaan X-ray (Facundo, Martinez, Carvajal, 2013)
Dari kasus yang didapatkan pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin, foto
Gambar 3. FAST yang dilakukan pada pasien
thorak, dan FAST. Dari hasil foto thorak didapatkan tidak ada kelainan. Foto thorak hanya dilakukan sekali selama pasien di rawat di
IGD dan sampai di ruang
Surgical trauma life support
Berdasarkan keterlibatan
guideline
ahli
ATLS,
bedah
Kesimpulan
thorak
Trauma thoraks merupakan trauma
direkomendasikan pada:
yang sering terjadi pada pasien dan dapat
1. kehilangan darah >1500 ml atau >200
menjadi masalah yang mengancam jiwa
ml/jam selama 2-4 jam
apabila tidak diidentifikasi dan ditangani
2. Hemoptisis
dengan
3. empisema subkutan masif
Manajemen trauma thorak dapat dibagi
4. kebocoran udara setelah chest tube
dalam 3 level yang berbeda: pre-hospital
5. gambaran foto thorak atau CT scan yang
trauma
meragukan
emergency room trauma life support, dan
6. trauma tusuk thorak
surgical trauma life support.
Indikasi
intervensi
ahli
bedah
tepat
life
selama
primary
support,
survey.
in-hospital
atau
thorak
sesegera mungkin adalah:
Daftar Pustaka
1. kehilangan darah >1500 ml atau >200
1. Advanced Trauma Life Support (ATLS)
ml/jam selama 2-4 jam
9th eddition. Student course Mannual.
2. perdarahan endobronkhial, kontusio masif
American College of Surgeon.
dengan perburukan signifikan dari ventilasi
2. Ali, N., Gali, B.M. (2004). Pattern And
mekanik.
Management
Of
Chest
Injuries
In
3. tracheobronchial tree injury (kebocoran
Maiduguri, Nigeria. Annals of African
udara/ hemothorak)
Medicine Vol. 3, No. 4: 181 – 184
4. trauma pada jantung atau pembuluh darah
3. Atri, M., Singh, G., Kohli, A. (2006).
besar. (perdarahan/ tamponade jantung)
Chest trauma in Jammu region an
(Ludwiq & Koryllos, 2017).
institutional
Dari selanjutnya
kasus dilakukan
yang
didapatkan
debridement
dan
eksplorasi thorak pada pasien di OK IGD.
study.
India
Journal
Thoracic Cardiovascular Surgery; 22: 219-222) 4. Demetriades,
D.,
Velmahos,
G.C.
Pasien dilakukan debridement di OK IGD
(2002). Penetrating Injuries Of The
dan
Chest:
dilakukan
eksplorasi
pada
luka.
Indications
For
Operation.
Didapatkan dasar luka berupa m. pectoralis
Scandinavian Journal of Surgery 91: 41–
mayor, sucking chest wound (-), bone
45
exposed (-).
5. Facundo, G.H., Martinez, S.I., Carvajal, C. (2013). Treatment of stable patients with penetrating chest trauma caused by stab wound: three vs six hours follow-up. Panamerican Journal of Trauma, Critical Care & Emergency Surgery, SeptemberDesember 2013; 2(3):101-105
6. Khan, M.L., Haider, J., Alam, S.N., Jawaid, M., Malik, K.A. (2009). CHEST TRAUMA
MANAGEMENT:
Good
outcomes possible in a general surgical unit. Pak Journal Medical Science Vol.25 No.2 217-221 7. Ludwig,
C.,
Koryllos,
A.
(2017).
Management of chest trauma. Journal of Thoracic Disease Vol 9, Suppl 3 April 2017 8. Pritts, T. (2011). Blunt and Penetrating Chest Trauma: Initial E valuation and Management. General Surgery Board Manual Volume 10 part 1. 9. Waes, V.O., Riet, P. (2012). Immediate thoracotomy for penetrating injuries: ten years’ experience at a Dutch level I trauma center. Europe Journal Trauma Emergency Surgery, 38:543-551