Halimatussa’diah Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj (lahir: 612-wafat:709/712) Namanya Anas bin Malik Al-Anshari -Radhiyallahu ‘anhu Ia seorang Anshar dari Bani Najjar. Nama lengkap beliau adalah Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat Rasulullah dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir meninggal dunia. Dilahirkan pada 612 M atau tahun ke-10 sebelum hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ayahnya bernama Malik bin Nadhar dan ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Lahir dari orang tua Muslim, sejak kecil ia telah dididik dengan nilai-nilai Islam. Ketika Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berumur 10 tahun, Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dari Makkah dan menetap di Yatsrib. Mengetahui hal itu, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha mengajak putranya menghadap beliau. “Ini Anas, anak yang pandai. Nanti ia akan menjadi pembantu engkau,” ucap Ummu Sulaim memerkenalkan putranya. Permintaan Ummu Sulaim diterima, Anas yang dalam masa transisi dari anak-anak menuju remaja menjadi pembantu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tetap melanjutkan peran tersebut hingga kelak Sang Nabi wafat. Selama membersamai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu yang cerdas ini berusaha memanfaatkan peluang secara optimal. Ia senantiasa menimba ilmu dari beliau sampai wafatnya, yakni saat dirinya berumur 20 tahun. Ia amat rajin bermulazamah (menimba ilmu secara privat dan berhadapan langsung) kepada Sang Nabi. Kedekatan inilah yang membuatnya menduduki peringkat ketiga shahabat periwayat hadits terbanyak, yaitu 2.286 hadits. Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah saw , maka setelah selasai ia mengatakan “Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah saw ”. Musnad Anas sebanyak 2.286, yang disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 180 hadits, dan yang hanya dalam riwayat Bukhari 80 hadits dan Muslim 90 hadits. Anas bin Malik benar-benar seorang pembelajar. Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam. Selain kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia juga menimba banyak ilmu kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu’adz, Usaid Al-Hudair, Abi Thalhah, ibunya sendiri Ummu Sulaim, bibinya Ummu Haram, pamannya Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abu Hurairah, Fatimah, dan shahabat-shahabat lainnya Radhiyalahu ‘anhum. Penguasaannya akan ilmu membuat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu mampu mendidik banyak murid yang kemudian menjadi orang-orang yang berperan penting dalam perjuangan Islam. Mereka antara lain, Hasan, Ibnu Sirin, asy-Sya’bi, Abu Kilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit al-Banani, Bakar bin Abdillah al-Mazani, az-Zuhri, Qatadah, Ibnu al-Munkadir, Ishak bin Abdillah bin Abi Thalhah, Abdul Aziz bin Syu’aib, Syu’aib bin al-Habhab, Amru bin Amir al-Kufi, Sulaiman at-Taimi, Hamid at-Thawil, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Katsir bin Salim, Isa bin Thahman dan Umar bin Syakir. Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang, sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang – orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun, mereka tidak dianggap
Selain bergelut di dunia keilmuan, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu juga mengabdikan diri di kemiliteran, bahkan sejak usianya masih belia. Saat pecahnya Perang Badar dirinya baru beranjak remaja. Sebagai pembantu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, lelaki yang beliau gelari Abu Hamzah (Singa) ini turun ke medan jihad mendampingi Sang Nabi. Selama hidup, tercatat sebanyak delapan kali ia terjun ke medan jihad. Ia juga salah seorang yang berbai’at dalam peristiwa Bai’aturridwan. Dalam kesehariannya Anas bin Malik terkadang mengenakan imamah berwarna hitam yang ekornya menjulur ke belakang. Di malam hari beliau banyak menangis. Satu keistimewaan yang dimiliki Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu adalah, ia memeroleh doa khusus dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Waktu itu, selain memohon agar Nabi menerima Anas sebagai pembantu, ibunya juga minta kepada beliau untuk mendoakan putra yang sangat disayanginya. Dan beliau pun berdoa, “Ya Allah, perbanyaklah anak dan hartanya, serta masukkanlah ia ke dalam surga.” (Dalam riwayat lain, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya.”). Benarlah Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa utusanNya. Di samping kedalaman dan keluasan ilmu, Anas bin Malik juga dikaruniai harta yang sangat melimpah dan keturunan yang sangat banyak. Tanaman kurma dan anggurnya berbuah dua kali dalam setahun. Semasa dirinya masih hidup, anak turunnya sebanyak seratus orang (dalam riwayat lain seratus enam orang). Dan menurut riwayat dari salah seorang anak perempuannya, Aminah Radhiyallahu ‘anha, anak-anaknya yang meninggal saja mencapai 120 anak, belum cucu-cucunya. Itu semasa Hajjaj berkuasa di Basrah. Di usia senjanya, Anas bin malik Radhiyallahu ‘anhu mengalami sakit. Saat itu ditawarkan kepadanya untuk didatangkan seorang tabib. Namun ia menolak dengan berucap, ”Seorang tabib hanya akan menyakitiku.” Ia memohon agar ditalqinkan saja. Kalimat thayyibah menjadi bacaan yang diulangulangnya di saat-saat terakhir, sampai berpisahnya ruh dengan jasadnya. Saat itu di dekatnya ada tongkat kecil yang dulu pernah dimiliki Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tongkat itu kemudian dikuburkan bersamanya. Dahulu di saat Sang Nabi masih hidup, ia pernah memohon syafaat kepada beliau, dan beliau menjanjikan akan diberikannya di hari kiamat kelak. Ketika Anas wafat, beliau berumur 107 tahun. Berkata Waqidi dan lainnya” Anas adalah sahabat di Basrah yang paling terakhir wafatnya.” Sejarawan berbeda pendapat tentang tahun wafat Anas bin Malik. Ada yang berkata pada 90 H, 91 H, 92 H, dan 93 H. Pendapat terakhirlah yang paling masyhur menurut jumhur ulama. Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93 Hijriyah. Wallahu a’lam. [IB] Qotadah berkata : Ketika Anas wafat, Muariq al ‘Ajli berkata, Hari ini telah pergi / hilang setengah dari pada ilmu. Dia ditanya, kenapa bisa demikian wahai Abu Mu’tamar? Ia menjawab : Jika ada orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi kita hadits dari Rasulullah kita katakan pada mereka : “Mari kita kembalikan pada orang yang mendengar (Anas) darinya (Rasul).” Penjaga Rahasia Rasulullah SAW Suatu hari Anas melayani Rasulullah saw. sampai selesai, kemudian dia berkata: ” Nabi sedang tidur siang”, kemudian dia pergi dan didapatinya anak-anak pada bermain. Kemudian ia berdiri dan melihat permainan mereka. Tiba-tiba nabi datang, dan memberi salam kepada mereka. Terus memanggil Anas dan mengutusnya untuk suatu urusan. Sepertinya ini adalah perintah rahasia, hingga dia mendatangi ibunya dengan pelan. Ibunya bertanya “Ada apa denganmu”? Anas menjawab, “Nabi mengutusku untuk suatu urusan. Ibunya bertanya lagi, “Urusan apa itu?” Anas
menjawab, “Ini adalah rahasia nabi”. Maka ibunya berkata, ” Jagalah rahasia Rasulullah saw. Maka Anas tidak menceritakan kepada siapapun. Akhlah Rasulullah saw. terhadap Anas. Anas bin Malik atau Unais (Anak kecil), begitu terkadang mereka memanggilnya sebagai ungkapan sayang kepadanya, berumur sepuluh tahun manakala dia berbahagia bisa berkhidmat untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada suatu hari Rasulullah saw. mengutus anas untuk suatu hajat, kemudian dia berkata, Demi Allah saya tidak akan pergi! Dalam hatiku aku akan pergi kalau nabi menyuruhku. Kemudian dia pergi dan melintasi anak-anak yang sedang bermain di pasar. Maka tiba-tiba Rasulullah saw memegang tengkuknya dari belakang. Kemudian dia melihat kepada beliau, ternyata beliau tersenyum dan berkata, “Wahai Unais, pergilah sesuai apa yang aku perintahkan! Maka anas menjawab : Baik Rasulullah saya akan pergi. Anas berkata ” Demi Allah saya telah menjadi pembantu beliau selama 9 tahun, saya tidak mendapatkan beliau komentar apa yang aku kerjakan” Kenapa kamu berbuat sepert ini dan begini? Atau sesuatu yang aku tinggalkan, ” Kenapa kamu tidak berbuat seperti ini?” Anas telah menjadi pembantu Rasulullah saw. bertahun-tahun tapi beliau tidak pernah mencelanya sama sekali, tidak pernah memukul, tidak pernah menghardik, tidak pernah bermuka masam, tidak pernah menyuruhnya dan dia malas kemudian Rasulullah mencelanya. Maka jika salah satu keluarganya mencelanya, beliau berkata, ” Biarkanlah apa yang dia kerjakan!” Tsabit bertanya kepada Anas “Apakah tanganmu pernah bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah saw? Ia menjawab, Ya, pernah. Ia mengulurkannya padaku, dan aku menyambutnya. Candanya Rasul kepada Anas Rasulullah juga pernah bercanda dengan Anas. Beliau berkata padanya :“Wahai yang punya dua telinga” Makan Abu Ja’far berkata, “Anas itu berbelang, dan sangat jelas sekali. Dan saya melihat dia makan dengan suapan besar” Abu Ayub berkata, ” Anas lemah dalam mengerjakan puasa, maka ia membuat makanan, kemudian memanggil 30 orang miskin dan memberi makan mereka. Cincin Anas Ibnu Sirin berkata, ” Di cincin Anas terdapat lukisan srigala” Sedang menurut Az Zuhri, dari Anas, bahwa cincinnnya bertuliskan “Muhammad Rasulullah” Jika mau ke kamar mandi, ia melepasnya. Keutamaan Anas Nabi saw telah mengkhususkan Anas dengan sebagian ilmu. Diantaranya adalah sabda beliau kepada Anas, bahwasanya beliau mampu mendatangi sembilan isrinya pada waktu dhuha dengan sekali mandi. Rasulullah saw. mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansor di rumah Anas, dan mereka berjumlah 90 orang. Setengah dari Muhajirin dan setengahnya lagi dari Ansor. Rasulullah saw mempersaudarakan mereka atas persamaan diantara mereka, saling mewarisi setelah meninggal
tanpa ada hubungan rahim, sampai terjadinya perang Badar. Ketika turun ayat: Maka setelah itu, saling mewarisi harus karena hubungan rahim, bukan ikatan persaudaraan (Q.S.Al-Ahzab:6) Kata mutiara “Seorang hamba tidak dikatakan betakwa kepada Allah, sampai dia bisa menjaga lisannya” Ibadah Abu Hurairah berkata, : “Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun yang mirip dengan sholatnya Rasulullah saw selain daripada ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik). Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat yang sholatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar.”
Tsumamah berkata, “Anas sholat sampai kedua kakinya bengkak mengeluarkan darah, karena sholatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya. Anas berkata, : “Ambillah (Al Qur’an dan As Sunnah) dariku, karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah dari Allah swt. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku” Anas juga tahu benar ibadah Rasulullah saw. Dan tidak ada satu malampun dia melihat Rasulullah kecuali beliau menangis. Al Hariri berkata: Anas mulai ihram dari Dzat Iraq, saya tidak mendengar sesuatupun darinya kecuali dzikir kepada Allah, sampai dia tahalul. Kemudian ia berkata padaku “Wahai keponakanku (ibn akhi) beginilah ihram.” Pada hari Jum’at, Anas menemui Sholih bin Ibrahim yang sedang berbincang-bincang di salah satu rumah istri nabi, lalu dia berkata “Mah” Ketika selesai sholat, dia berkata, : “Saya benar-benar takut kalau-kalau sholat Jum’atku batal, gara-gara perkataanku pada kalian “Mah”. Rasa takut beliau Ketika Az Zuhri masuk ke rumah Anas di Dimsiq (Irak), dia melihat Anas menangis. Kemudian ditanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Dia menjawab, “Saya tidak tahu apapun kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya tentang masalah shalat. Dalam masalah sholat ini telah dihilangkan ( diakhirkan dari waktunya ). Pada masa itu ( Bani Umayyah ) masalah sholat diakhirkan, kecuali pada masa Umar bin Abdul Aziz. Jihad beliau Anas mulai ikut berjihad mulai dari kecil. Dikatakan kepada Anas: Apakah engkau menyaksikan perang Badar? Ia menjawab ” Laa umma laka! Kemanakah saya kalau sampai tidak hadir.” Muhammad bin Abdullah berkata ” Anas keluar bersama Rsulullah ketika terjadi perang Badar, ia adalah seorang anak yang membantu Rasulullah. Musa mengabarkan bahwa Anas mengikuti peperangan sebanyak delapan kali. Karamah Ibnu Abi Dunya berkata “Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba datang Qohromanah dan berkata, “Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering” Kemudian
Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo’a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata ” Lihatlah langit itu”. Maka setelah itu tanahnya menjadi subur. Menjadi Amir Abu Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya. Setelah dari Rasulullah saw, Anas pergi ke Basrah. Di sana dia sampai mengalami empat masa, dan mendapatkan perlakuan yang kasar ketika masa Hajjaj dikarenakan fitnah dari Ibnu Asy’ats. Hajjaj mengira bahwa Anas ikut campur dalam masalahnya kemudian dia berfatwa mengenai hal tersebut. Hingga Hajjaj menunjukan lehernya dan berkata, ” Nih… lehernya Hajaj!” Kemudian Anas mengadu pada Abdul Malik. Maka ketika Abdul Malik mendapat laporan seperti itu dia langsung mengancam Hajjaj, sehingga dia merasa takut dan berbuat baik sama Anas. Anas pernah menjadi utusan Abdul Malik pada masa kepemerintahannya, sekitar tahun 92. Dia membangun semua kota Dimsiq. Ketika Anas bergegas menuju masjid Dimsiq, Makhul bertanya padanya, “Apakah wajib berwudlu ketika selesai mengurus jenazah? Beliau menjawab “Tidak usah wudlu” Ketika Anas menghadap Walid, dia bertanya, “Apa yang telah engkau dengar dari Rasul perihal hari kiamat? Anas menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda “Kalian dan hari kiamat seperti dua ini –jari telunjuk dan jari tengah-“ Zuhud dan Ketawakalannya Ketika seorang amir datang untuk memberikan fa’i kepada Anas, dia mengatakan apakah anda mau mengambil 1/5? Dia menjawab, “Tidak” Ia tidak menerimanya. Syafaat Rasul untuk Anas Imam Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah n pada hari kiamat. Maka rasul menjawab, “Ya pasti saya akan penuhi permohonanmu.” Anas bertanya, “Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat nanti, wahai nabiyallah?” Rasul menjawab “Mintalah padaku sesuatu yang pertama kamu minta padaku yaitu di atas sirat.” Tanya Anas, “Jika aku tidak ketemu engkau di situ?” Jawab rasul, “Maka kalau tidak ketemu di sana berarti saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di Telaga, saya tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari kiamat” Harapan Anas Anas adalah pemilik sandal dan kantong kulit Rasulullah saw. Anas berkata, : Aku sangat mendambakan akan bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata ” Wahai Rasulullah saw aku adalah pembantu kecilmu” Kisah Anas Bin Malik Pernah terjadi fitnah hingga banyak orang beranggapan bahwa tidak mungkin terkumpul kecintaan kepada Ali dan Utsman sekaligus di dalam hati seseorang. Anas menimpali, “Sungguh Allah telah mengumpulkan kecintaan kepada mereka berdua pada hati-hati kami, mendoakan kebaikan kepada keduanya, dan memohonkan ampunan kepada keduanya.”
Ketika ditanya tentang waktu penyembelihan kurban beliau menjawab dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapapun yang menyembelih kurbannya sebelum shalat maka sembelihan itu untuk dirinya sendiri, dan siapapun yang menyembelih setelah shalat maka sungguh telah sempurna berkurbannya dan telah mengikuti sunnah kaum Muslimin.” Anas bin Malik pernah menceritakan tentang proses pendirian masjid Nabawi. Tempat yang akan dipakai untuk mendirikan masjid Rasulullah adalah di wilayah Bani Najjar. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bani Najjar, “Taksirlah harga tanah ini wahai Bani Najjar!” Mereka menjawab, “Kami tidak layak untuk meminta pembayaran kecuali dari Allah Ta’ala.” Kemudian kaum Muslimin menebang pohon-pohon kurmanya, meratakan tanahnya, dan memindahkan kuburan kaum musyrikin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan mereka tatkala membangun masjid, “Ya Allah! Sesunguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.” Anas bin Malik menuturkan perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Permisalan seorang Mukmin yang tidak membaca al-Quran adalah seperti buah kurma; rasanya manis tapi tidak beraroma, permisalan seorang pendurhaka yang membaca al-Quran adalah seperti buah raihanah; beraroma enak tapi tidak ada rasanya, dan permisalan seorang pendurhaka yang tidak membaca al-Quran adalah seperti buah hanzhalah, yaitu rasanya pahit dan tidak beraroma.” (Shahih al-Bukhari no. 4632) Nasihat-nasihat sabda Nabi kepadanya: “Wahai anakku, jika kamu mampu mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada seseorang, maka lakukanlah. Wahai anakku, sesungguhnya hal itu termasuk sunahku, barangsiapa menghidupkan sunahku maka dia mencintaiku. Barangsiapa mecintaiku maka berarti dia bersamaku di surga. Wahai anakku, jika kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena ia merupakan keberkahan bagimu dan keluargamu.” Anas bin Malik hidup setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat selama delapan puluh tahun lebih, selama itu Anas mengisi dada umat dengan ilmu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang agung dan menumbuhkan akal pikiran mereka dengan fikih kenabian. Selama itu Anas menghidupkan hati umat dengan petunjuk Nabi yang dia sebarkan diantara para sahabat dan tabiin, dengan sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berharga dan perbuatan-perbuatan beliau yang mulia yang dia tebarkan di antara manusia. Dengan umurnya yang panjang, Anas menjadi rujukan bagi kaum muslimin di masa hidupnya, mereka bertanya kepada Anas tentang hal itu, Anas pun berkata, “Aku tidak pernah menyangka akan bisa hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam perkara telaga Nabi, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di belakangku, setiap dari mereka tidak melakukan shalat terkecuali dia memohon kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi. Anas bin Malik terus hidup bersama kenangannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama kehidupan berlangsung. Dia sangat berbahagia pada hari pertemuannya dengan beliau, sangat bersedih di hari perpisahannya dengan beliau, sangat sering mengulang-ulang sabda beliau. Dia sangat bersungguh-sungguh untuk mengikuti beliau dalam sabda-sabda dan perbuatanperbuatan beliau, mecintai apa yang beliau cintai, membenci apa yang beliau benci. Dua hari yang
paling diingat oleh Anas dalam hidupnya: Hari pertama kali pertemuannya dengan Nabi dan hari perpisahannya dengan beliau untuk terakhir kali. Bila Anas teringat hari pertama, maka dia berbahagia dan bersuka cita, namun jika hari kedua terlintas di benaknya maka dia menangis berduka, membuat orang-orang yang di sekelilingnya ikut menangis. Anas sering berkata, “Sungguh aku telah melihat hari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami dan aku juga melihat hari di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan kami. Aku tidak melihat dua hari yang menyerupai keduanya. Hari kedatangan belau di Madinah, segala sesuatu di sana bercahaya. Tetapi di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir menghadap kepada Rabbya, segala sesuatu terasa gelap gulita. Pandangan terakhirku kepada beliau terjadi di hari Senin, ketika kain penutup kamar beliau dibuka, aku melihat wajah beliau seperti kertas mushaf, pada saat itu banyak orang berdiri di belakang, Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka agar tetap berada di tempat. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat di pagi hari itu. Kami tidak pernah melihat suatu pemandangan yang paling kami kagumi daripada wajah beliau manakala kami memasukkan tanah ke kubur beliau.”
Referensi: http://www.ppnuruliman.com/biografi/147-anas-bin-malik-sang-pembantu-rasulullah.html http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_bin_Malik https://www.panjimas.com/inspirasi/2017/04/03/anas-bin-malik-pembantu-rasulullah-yang-kayailmu-harta-dan-keturunan/ Sumber: http://www.binbaz.atturots.or.id Artikel www.KisahMuslim.com Read more https://kisahmuslim.com/2765-sahabat-anas-bin-malik.html