Tolak Saiful Jamil

  • Uploaded by: Khaerul Umam Noer
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tolak Saiful Jamil as PDF for free.

More details

  • Words: 914
  • Pages: 2
Tolak saiful jamil!!!!! Sebuah pesan singkat tiba di ponsel saya, tulisannya singkat sekali “tolak saiful jamil!!!”, saya heran, ada apa dengan saiful jamil? Ah tentu saja itu terkait dengan rencana saiful jamil untuk jadi calon wakil walikota serang (kalau tidak salah). Saya pun membalas sms teman saya dengan berkata “apa urusan lo?”, dan dia pun membalas “Pikir donk, masa lo mau dipimpin orang kayak dia, coba lo bayangin kalo inul jadi bupati pasuruan” Terkadang saya heran dengan para selebritis indonesia, apaun dikerjakan asal mendapat publisitas. Ketika inul sedang heboh diberitakan, inul menjadi sangat terbuka soal bisnisnya, demikian pula artis lainnya. Lihat saja di infotainmen yang diadakan setiap hari, artis ini buka salon, artis ini buka butik, artis ini jadi simpanan pejabat, artis ini digugat cerai, artis ini selingkuh, artis ini pacaran dengan artis ini, artis ini baru aja putus cinta, ah begitu banyak lainnya, dan rupanya saat ini dunia politik kembali sedang digemari oleh para artis. Ini bukan hal yang baru sebenarnya. Nurul Arifin sudah sejak lama terjun di dunia ini, demikian pula dengan Neno Warisman atau marisa haque. Beberapa artis pun jadi selebritis kapiran di senayan, lihat saja ada adjie masaid, dede yusuf, angelina sondakh, tapi persoalan jelas bagi saya: mereka adalah entertainer di senayan. Apa seh yang dilakukan oleh adji masaid di senayan yang ‘berguna’ bagi rakyat, seumur-umur saya belum pernah lihat adjie masaid atau dede yusuf ngomong di senayan dalam sidang pleno anggota dewan. Lalu apa fungsi mereka sebenarnya? Dosen saya pernah bilang bahwa para selebritis adalah ‘vote gatherer’ atau pengumpul suara yang paling baik. Apa yang kurang dari Rano Karno dan dede yusuf? Ganteng iya, populer iya, kaya iya, tapi mereka itu amatir di bidang politik. Hanya terhenyak ketika mengetahui Rano Karno menang jadi wakil walikota, dan saya pun terhenyak ketika dede yusuf pun sukses jadi wakil gubernur. Apa yang terjadi dengan bangsa ini? Anda ingat ketika pemilihan presiden 2004 lalu? Seorang teman pernah bergurau bahwa alasan utama megawati kalah adalah karena dia tidak bisa menyanyi. Lucu memang, tapi mungkin ada benarnya. Teman saya lebih meributkan siapa di antara calon presiden dan wakil presiden yang paling cakep, yang paling macho, yang paling keren, dan yang paling bisa menyanyi. Entah apa signifikansinya, tapi jelas para calon presiden membonceng popularitas program tv yang lagi digandrungi seperti Akademi fantasi indosiar dan Indonesian idol. Saya bahkan pernah bertaruh dengan teman saya bahwa Amin rais dan megawati akan dieliminasi paling dulu jika saja pemilihan presiden dilakukan dengan cara mengirimkan sms dukungan. Popularitas mengalahkan segalanya. Jika rano karno dan dede yusuf menang, barangkali saiful jamilpun akan menang. Saya bahkan sudah dapat membayangkan jika para artis beralih jalur ke dunia politik. Inul akan jadi bupati pasuruan, dewi persik jadi bupati jember, dan fadli ‘padi’ akan jadi walikota surabaya. Barangkali akan menyenangkan jika hal itu terjadi, tapi jelas akan ada harga yang harus dibayar. Saya percaya bahwa harga yang harus dibayar hanya akan menyusahkan rakyat, dan jika hal itu terjadi jelas saya mendukung teman saya itu, yakni “tolak saiful jamil!!!”.

Tentu saja persoalannya tidak lah sesederhana itu. Saya tentu saja tidak dapat melakukan generalisasi bahwa para artis adalah politisi kapiran, toh masih ada sosok nurul arifin maupun almarhum sophan sophian, mereka adalah sosok artis yang juga aktivis dan politisi. Meskipun demikian, gejala terjunya artis ke dunia politik meresahkan saya. Dalam satu kesempatan diskusi dengan beberapa teman yang aktivis saya mengeluarkan hipotesa saya, barangkali terjunnya artis ke dunia politik karena mereka kalah populer ketimbang para politisi. Jika pendapat saya dapat dibenarkan, bagaimana dengan kasus para pelawak yang juga terjun ke dunia politik, Komar atau Cici Tegal misalnya. Teman saya pernah berkata, bahwa terjunnya komar ke dunia politik karena ia merasa panggung lawak sudah berpindah, dari pentas terbuka dan televisi berpindah ke senayan dan kursi pemerintahan. Ibaratnya ada gula ada semut, maka komar adalah semut yang mengejar di mana tempat gula berada. Persoalannya bahkan lebih serius lagi, apa iya panggung lawak kalah lucu ketimbang panggung politik sampai komar rela pindah tempat pertunjukan? Bagi saya, boleh jadi panggung politik lebih lucu ketimbang panggung hiburan, tapi sebagian besar pentas di panggung politik lebih sering bikin saya jengkal dan darah tinggi. Barangkali pula turunnya komar ke dunia politik untuk menyegarkan panggung politik agar dagelan yang ditampilkan bisa lebih menghibur, tapi saya ko ragu ya. Bagi orang yang mengenal saya dengan baik pasti mengerti kejengkelan saya terhadap para politisi, tapi bukan berarti saya jengkel terhadap mereka, hanya saja saya sedapat mungkin tidak melihat berita mereka. Akibatnya, tiba-tiba saya jadi sangat update tentang gosip artis, karena saya justru meluangkan waktu saya untuk menonton gosip selebritis. Tapi saya resah. Jika kebiasaan baru saya menonton gosip selebritis akhirnya harus tunduk pada keadaan. Boleh jadi isi infotainmen tentang para artis yang menjadi politisi, dan akhirnya saya pun harus merelakan diri untuk tidak melihat berita selebritis. Jika saya sudah memboikot acara tv yang menampilkan berita politik, dan saya harus menambah daftar boikot saya terhadap infotainmen, lalu acara tv apa yang harus saya tonton, masa sinetron atau telenovela? Mending saya matiin tv saya sekalian, masa acara kriminal? Padahal saya selalu ketakutan melihat acara ini, masa acara kuis? Padahal saya gondok banget karena pertanyaan yang diajukan jarang yang bermutu. Oleh karena itu saya mendukung teman saya untuk menolak saiful jamil. Bukan karena alasan teman saya bahwa saiful jamil tidak bermutu di dunia politik, tapi lebih alasan pribadi saya, agar saiful jamil hanya tampil di acara infotainmen, dan acara infotainmen tidak lagi dimasuki oleh berita politik, dan akhirnya saya punya acara tv yang dengan senang hati saya tonton. Ayo tolak saiful jamil!!!!!!.

Related Documents

Tolak Saiful Jamil
October 2019 32
Jamil Ahmed.docx
November 2019 14
Saiful Maluk
November 2019 23
Jamil Resume
November 2019 9
Jamil Kazmi
May 2020 5

More Documents from ""