KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipotiroid”. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sistem endokrin . Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Jakarta,
Maret 2013
Tim Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1.2. Rumusan Masalah 1.Apakah definisi dari hipotiroid? Bagaimana etilogi dari hipotiroid? Apakah manifestasi klinis darihipotiroid? Bagaimana patofisiologi padahipotiroid? Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid? Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid? Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid? Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?
1.3 Tujuan Tujuan Umum Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotiroid.
1) 2) 3) 4)
Tujuan Khusus Mampu menjelaskan definisi Hipotiroid. Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid. Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid. Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.
1.4 Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah: 1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipotiroid. 2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid. 3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid. 4) Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit Hipotiroid.
BAB II A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior
dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat. Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).
Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah: a)
Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis
b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar. c)
Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin e)
Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f)
Merangsang pembentukan sel darah merah
g)
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h)
Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu: 1. Trapping Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH. 2. Oksidasi Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4. 3. Coupling Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula. 4. Penimbunan (storage
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH. 5. Deiodinasi Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium. 6. Proteolisis TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT. 7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing) Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat. Efek Primer Hormon Tiroid Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer hormon tiroid adalah: a)
Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.
c)
Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
d) meningkatkan responsivitas emosi. e)
Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi otot rangka.
f)
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan. Pengaturan Faal Tiroid Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :
1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone) Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). 2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone) TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid (TSHReseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat. 3. Umpan balik sekresi hormon Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH. Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. EVALUASI KELENJAR TIROID Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar, konsistensi,
penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada KGB daerah servikal. Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum. Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan hipertiroidism. TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID
2.1 Definisi Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauankekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.
a) b) c) d) e) f)
2.2 Etiologi Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur. Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini. Hashimoto's thyroiditis Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi) Penyakit pituitari atau hipotalamus Obat-obatan Kekurangan yodium yang berat 2.3 Jenis-jenis Hipotiroid Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh
kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier. a. Primer 1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium 2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m)
2.4 Gejala- gejala hipotiroid Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh. Gejala-gejala umum sebagai berikut: Kelelahan Depresi Kenaikkan berat badan Ketidaktoleranan dingin Ngantuk yang berlebihan Rambut yang kering dan kasar Sembelit Kulit kering Kejang-kejang otot Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat Konsentrasi menurun Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar Kaki-kaki yang bengkak Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata, suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma. Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paruparu (pleural effusion).
2.5 Patofisiologi Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut : 1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid. 3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitaminvitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain. Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2.6 Gambaran Klinis a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung. c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki. d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema e) Konstipasi f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh 2.7 Pemeriksaan Diagnostik a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis. b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3). c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d) 1. 2. 3. 4. 5.
Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb: free triiodothyronine (fT3) free levothyroxine (fT4) total T3 total T4 24 hour urine free T3 2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Hypothyroid Kasus Ny. N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mngerti kenapa ini terjadi? Keluhan lainnya suka merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat panas. Ners Jimmy melakukan pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg , Nadi : 64 x/menit , Suhu : 37,3 oC. Miksedema ; hasil rontgen thorax : efusi pleura. 1. PENGKAJIAN 1) Data Pasien : Nama
: Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 23 Februari 1968
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan
: Menikah
Status pendidikan
: SLTA
Diagnosa medis
: Hypothyroid
2) Riwayat penyakit : Keluhan Utama : Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 11 Maret 2013 dengan keluhan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami hypothyroid Riwayat Penyakit Dahulu : Klien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hypothyroid 3) Pemeriksaan fisik a. Pola Istirahat dan Tidur Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari b. Sistem pencernaan Lidah tampak menebal, nafsu makan berkurang, anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi, distensi abdomen. c.
Sistem kardiovaskuler Perbesaran jantung, disritmia, hipotensi, nadi lambat, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan curah jantung
d. Sistem musculoskeletal Parastesia dan reflek tendon menurun, gerak-gerik klien sangat lamban, lemah, cepat lelah, sakit pada sendi dan otot, gerakan yang canggung lamban e.
Sistem neurologic Berbicara lambat, kelopak mata turun, wajah bengkak, pusing, pucat, perlambatan daya pikir, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
f.
Sistem reproduksi Pada wanita : terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang. Pria : penurunan libido, impoten.
g. Sistem Integumen Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat, tidak tahan terhadap dingin, Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki, pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk. h. Emosi/psikologis Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri, depresi, apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.
2. DATA FOKUS DATA SUBJEKTIF 1.
DATA OBJEKTIF
Klien mengeluh tidak ada nafsu makan 1. Tanda-tanda vital : sudah seminggu ini
TD : 90/60 mmHg
2.
Klien mengeluh suka sesak
Nadi : 64 x/menit
3.
Klien mengeluh rambutnya rontok sangat Suhu : 37,3oC , banyak setiap kali menyisir
4.
RR : 25 x/menit kedalaman nafas
Klien mengatakan suaranya sudah dangkal, suara tambahan wheezing seminggu ini parau
5.
T3 :
Klien mengatakan kuku juga mudah T4 : rapuh
6. 7.
2. Miksedema
Klien tidak mengerti kenapa ini terjadi 3. Hasil rontgen thorax : efusi pleura. Klien mengeluh suka merasa dingin 4.
Kemungkinan
klien
terlihat
lidah
klien
malas
walaupun udara dilingkungan sangat beraktivitas panas. 8.
5.
tampak
Kemungkinan klien mengeluh malas menebal beraktivitas
9.
Kemungkinan
6.
Kemungkinan klien terlihat penurunan
Kemungkinan klien ingin tidur sepanjang reflek tendon hari
7.
Kemungkinan klien terlihat gerak-gerik
10. Kemungkinan klien mengeluh konstipasi, sangat lamban, 11.
Kemungkinan
klien
mengatakan 8. Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat
mengalami penurunan berat badan
lelah,
12. Kemungkinan klien mengeluh sakit pada 9. Kemungkinan klien terlihat gerakan yang sendi dan otot
canggung lamban
13. Kemungkinan klien mengeluh pusing 14.
Kemungkinan
klien
10. Kemungkinan klien terlihat berbicara
mengatakan lambat dan terbata-bata
perubahan menstruasi, masa menstruasi 11. Kemungkinan klien terlihat kelopak mata yang memanjang
turun dan wajah bengkak,
15. Kemungkinan klien mengatakan tidak 12. Kemungkinan klien terlihat mengalami tahan terhadap dingin,
perlambatan daya pikir 13. Kemungkinan klien terlihat mengalami gangguan memori 14. Kemungkinan klien terlihat perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung 15. Kemungkinan kulit klien teraba kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat 16. Kemungkinan klien terlihat adanya pembengkakkan terutama
di
dan bawah
edema mata
kulit, dan
di
pergelangan kaki 17. Kemungkinan klien terlihat pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal 18. Kemungkinan terlihat rambut klien kering, kasar; dan pertumbuhannya buruk 3. ANALISA DATA DATA DS : Klien mengeluh suka sesak
Klien mengatakan suaranya sudah
Kemungkinan
klien
kesulitan saat bernapas DO:
ETIOLOGI
Pola napas tidak
Depresi ventilasi
efektif
seminggu ini parau
PROBLEM
mengatakan
Tanda-tanda vital : RR : 25 x/menit kedalaman nafas dangkal, suara tambahan wheezing TD : 90/60 mmHg Nadi : 64 x/menit Suhu : 37,3oC Pemeriksaan Penunjang Hasil rontgen thorax : efusi pleura Klien terlihat sesak napas Kemungkinan klien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan
Kemungkinan
klien
terlihat
memegangi dada Kemungkinan klien terlihat cemas dan gelisah DS : Klien mengeluh suka sesak
Klien mengatakan suaranya sudah seminggu ini parau
Kemungkinan klien mengeluh pusing DO: Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg Nadi : 64 x/menit Suhu : 37,3oC T3 : T4 : Pemeriksaan Penunjang Hasil rontgen thorax : efusi pleura Klien terlihat pucat
Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat lelah,
Penurunan curah
Degenerasi otot
jantung
jantung (miokarditis)
Kemungkinan
klien
mengalami
perbesaran jantung
Kemungkinan
klien
terlihat
memegangi dada DS :
Perubahan nutrisi
Klien mengeluh tidak ada nafsu makan kurang dari sudah seminggu ini
Peningkatan metabolisme
kebutuhan
Klien mengeluh suka sesak
Klien mengeluh rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir
Klien mengatakan kuku juga mudah rapuh
Kemungkinan klien mengeluh malas beraktivitas
Kemungkinan klien mengeluh pusing DO : Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg Nadi : 64 x/menit Suhu : 37,3oC Pemeriksaan Penunjang Hasil rontgen thorax : efusi pleura
Kemungkinan klien terlihat malas beraktivitas
Kemungkinan lidah klien tampak menebal
Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat lelah,
Kemungkinan kulit klien teraba kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat DS :
Perubahan proses
Klien mengatakan tidak mengerti berpikir
Perubahan fisiologis : penurunan
kenapa ini terjadi
stimulasi SSP
Kemungkinan klien mengeluh pusing
Kemungkinan klien mengeluh tentang sakit dan gejala yang dialami
Kemungkinan klien mengatakan hal yang sama berulang DO:
Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg Nadi : 64 x/menit Suhu : 37,3oC , Miksedema Hasil rontgen thorax : efusi pleura. Kemungkinan klien terlihat mengalami perlambatan daya pikir Kemungkinan klien terlihat mengalami gangguan memori
Kemungkinan klien terlihat kurang perhatian,
letargi
atau
somnolen,
bingung
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN DIAGNOSA
TANGGAL
KEPERAWATAN
DITEMUKAN
1. Pola napas tidak efektif b.d
TANGGAL TERATASI
11 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
11 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
depresi ventilasi
2. Penurunan curah jantung b.d miokarditis, pembesaran jantung
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
peningkatan metabolisme
11 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
11 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
4. Perubahan proses berpikir b.d perubahan fisiologis : penurunan stimulasi SSP
5. INTERVENSI NO
TUJUAN DAN KRITERIA
DX
HASIL
INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
1
keperawatan selama 3 x 241. jam
diharapkan
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan
masalah ekspansi
dada. Catat
upaya
pernapasan,
keperawatan pola napas tidak termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran efektif dapat teratasi dengan nasal.
kriteria hasil :
Rasional : kecepatan biasanya meningkat.
Menunjukkan pola napas
Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas.
efetif
Kedalam
pernapasan
bervariasi
tergantng
derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
Frekuensi dan kedalaman dalam keadaan normal
yang berhubungan dengan atelektasis atau
Paru-paru jelas/bersih
nyeri dada pleuritik.
Berpartisipasi dalam
2.
Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
aktivitas meningkatkan fungsi bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural. paru Rasional : bunyi napas menurun ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan
atau
kolaps
jalan
napas
kecil
(atelektasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas / kegagalan pernapasan 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegara mungkin Rasional
:
duduk tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan
posisi
dan
ambulasi
meningkatkan pengisisan udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas. 4. Dorong / bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. Rasional : dapat meningkatkan/ banyaknya sputum
dimana
gangguan
ventilasi
dan
ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas. Kolaborasi 5. Berikan oksigen sesuai indikasi Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi
serebral
dan
tekanan meningkat/terbentuknya edema 6.
Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebuliser ultrasonik Rasional : memberikan kelembaban pada membra mukosa
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
2
keperawatan selama 3 x 24 1. Pantau frekuensi / irama jantung jam
diharapkan
masalah Rasional : takikardi atau disritmia dapat terjadi
keperawatan penurunan curah saat jantung berupaya untuk menigkatkan jantung dapat teratasi dengan curahnya berespons pada demam, hipoksia dan kriteria hasil :
Penurunan episode dispnea, 2.
asiodosis karena iskemia Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak
angina dan disritmia
tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
Mengidentifikasi perilaku
Rasional : memeberikan deteksi dini dan
untuk menurunkan beban
terjadinya komplikasi misalnya gagal jantung,
kerja jantung
tamponade jantung 3. Dorong tirah baring dalam posisi semi-fowler Rasional : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung 4.
Berikan tindakan kenyamanan misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan kativitas hiburan dalm toleransi jantung Rasional
:
meningkatkan
relaksasi
dan
mengarahkan kembali perhatian 5.
Dorong penggunaan teknik manajemen stres misalnya
bimbingan
imajinasi,
latihan
pernapsan. Rasional
:
perilaku
yang
bermanfaat
mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung 6.
Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran. Rasional : manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada perikarditis bila
akumulasi
cairan
dalam
kantung
perikardia membatasi pengisian curah jantung 7.
Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu Rasional : manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis atau miokarditis Kolaborasi :
8. Berikan oksigen sesuai indikasi Rasional : meningkatkan kesediaan oksigen untuk fungsi miokard dan menurunakn efek metabolisme anaerob yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asiodosis
9.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya digitalis atau diuretik Rasional
:
meningkatkan
dapat
diberikan
kontraktilitas
untuk
miokard
dan
menurunkan beban kerja jantung pada adanya miokarditis Setelah dilakukan tindakan Mandiri
3
keperawatan selama 3 x 241. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada jam
diharapkan
keperawatan
masalah nyeri perut, mual atau muntah perubahan Rasional
:
kekuarangan
kortisol
dapat
nutrisi kurang dari kebutuhan menyebabkan gejala gastrointestinal berat dapat teratasi dengan kriteria yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi hasil :
dari makanan
Menunjukkan berat badan 2. Catat adanya kulit yang dingin atau basah, stabil atau meningkat
perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat,
Peningkatan kekuatan otot
peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan Rasional
:
gejala
hipoglikemia
dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengidentifikasikan pemberian tambahan glukokortikoid 3.
Pantau pemasukan maknaan dan timbang berat badan setiap hari Rasional
:
anoreksia,
kelemahan
dan oleh
kehilangan
pengaturan
metabolisme
kortisol
terhadap
maknana
dapat
megakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi 4. Catat muntah mengenai jumlah kejadian atau karakteristik lainnya Rasional
:
ini
dapat
membantu
untuk
menentukan derajat kemampuan pencernaaan atau absorpsi makanan. 5. Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional
:
mulut
yang
bersih
dapat
meningkatkan napsu makan 6.
Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman Rasional : dapat meningkatkan napsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan.
7. Berikan informasi tentang menu pilihan Rasional : perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi napsu makan dan meningkatkan pemasukan makanan. Kolaborasi 8. Berikan cairan IV Rasional : memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai. 9.
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan elektrolit Rasional : indikator kebutuha cairan / nutrisi dan
keefktifan
terapi
dan
terjadinya
komplikasi 10. Berikan obat sesuai indikasi Antikolinergik : atropin, propantelin bromida Vitamin larut dalam lemak : B12, Kalsium Rasional : mengontorl dan meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrien. Setelah dilakukan tindakan1. Orienteasikan pasien terhadap waktu, tempat,
4
keperawatan selama 3 x 24 tanggal dan kejadian disekitar dirinya. jam
diharapkan
masalah Rasional :meningkatkan pola pikir dan daya
keperawatan
perubahan ingat klien tentang sesuatu
proses
mengenai2.
berpikir
Berikan stimulasi lewat percakapan dan
kondisi dan pengobatan dapat aktivitas yang tidak bersifat mengancam
teratasi dengan kriteria hasil :
Rasional : memudahkan stimulasi dalam
Berpartisipasi dalam proses
batas-batas toleransi pasien terhadap stres
belajar
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
Mengungkapkan pemahaman perubahan pada fungsi kognitif dan mental tentang kondisi / prognosis
merupakan akibat dan proses penyakit
dan aturan terapeutik
Rasional : meyakinkan pasien dan keluarga
Memulai perubahan gaya
tentang penyebab perubahan kognitif dan
hidup yang diperlukan
mental merupakan akibat dan proses penyakit Kolaborasi : 4. Konsultasikan dengan ahli Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien Rasional : memperbaiki proses berpikir
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Hari/ Tanggal
No.DX 1 1.
Implementasi dan Hasil
Paraf
Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal.
2.
Mengauskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural.
3.
Meninggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegara mungkin
4.
Mendorong atau membantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
5. Memberikan oksigen sesuai indikasi 6.
Memberikan
humidifikasi
tambahan
misalnya : nebuliser ultrasonik 2 1. Memantau frekuensi / irama jantung 2.
Mengauskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
3.
Mendorong tirah baring dalam posisi semi-
fowler 4. Memberikan tindakan kenyamanan misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan kativitas hiburan dalm toleransi jantung 5.
Mendorong penggunaan teknik manajemen stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan pernapsan.
6.
Menyelidiki penyempitan
nadi tekanan
cepat, nadi,
hipotensi, peningkatan
CVP, perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran. 7.
Mengevaluasi
keluhan lelah,
dispnea,
palpitasi, nyeri dada kontinu 8. Memberikan oksigen sesuai indikasi Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya digitalis atau diuretik 3 1. Mengauskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah 2.
Mencatat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
3.
Memantau
pemasukan
maknaan
dan
timbang berat badan setiap hari 4. Mencatat muntah mengenai jumlah kejadian atau karakteristik lainnya 5.
Memberikan atau membantu perawatan mulut
6. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman 7. Memberikan informasi tentang menu pilihan 8. Memberikan cairan IV
9.
Mengawasi
pemeriksaan
laboratorium,
misalnya Hb/Ht dan elektrolit 10. Memberikan obat sesuai indikasi Antikolinergik : atropin, propantelin bromida 4 1.
Orienteasikan
pasien
terhadap
waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya. 2.
Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit 4. Konsultasikan dengan ahli Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien. 1. EVALUASI Hari / Tanggal
No. DX 1
Evaluasi S : Klien mengatakan sudah tidak sesak O : Tanda-tanda vital dalam keadaan normal Klien tidak terlihat memegangi dada Klien terlihat napas tanpa bantuan otot tambahan A : Masalah sudah teratasi P : Intervensi dihentikan
2
S : Klien tidak mengeluh sesak Klien mengatakan tidak pusing Klien mengatakan tidak cepat lelah O : Klien terlihat tidak sesak Klien terlihat mukosa dan membran lembab Klien terlihat tidak pucat dan tonus otot baik A : Masalah sudah teratasi P : Intervensi dihentikan
3
S : Klien mengatakan sudah napsu makan
Paraf
kembali O : Klien terlihat menghabiskan porsi makan Klien terlihat tobus otot membaik Klien terlihat rambut rontok berkurang A : Masalah sudah teratasi P : Intervensi dihentikan 4
S : Klien memahami tentang kondisi penyakit klien, proses pengobatan O : Klien terlihat tidak apatis Klien terlihat tidak letargi Klien dan keluarga mampu menersukan program dari pendidikan kesehatan yang di ajarkan di rumah A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan
BAB IV PENUTUP Kesimpulan Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang abnormal rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan. Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah. Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari makananmakanan seperti seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormonhormon tiroid.Dua hormon yang paling penting adalah thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing gormon-hormon tiroid.
SARAN 1. Sering seringlah mengkonsumsi garam yang mengandung yodium dengan cukup 2. Jaga pola diet tiap hari dengan mengkonsumsi makanan banyak serat dan banyak protein serta rendah kolesterol 3. Segera periksakan jika merasa memiliki tanda atau gejala hipotiroid.
DAFTAR PUSTAKA Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta. NANDA. 2012-2014. EGC.