Tinjauan Pustaka Hipertensi Stroke.docx

  • Uploaded by: Matius Dimas Reza
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinjauan Pustaka Hipertensi Stroke.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,048
  • Pages: 11
TINJAUAN PUSTAKA STROKE

A. DEFINISI Menurut WHO stroke didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Gambar 1. Patogenesis stroke

B. EPIDEMIOLOGI Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Sebanyak 75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan. Di Indonesia, penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.

1

Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.

C. KLASIFIKASI STROKE 1. Berdasarkan Waktu a. TIA (Trancient Ischemic Attack) Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) Gangguan neurologi yang timbul dan akan menghilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu. c. Stroke in Evolution (Progressive Stroke) Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari. d. Completed Stroke Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanen.

2. Berdasarkan Etiologi a. Stroke Hemoragik Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah pecah dan kemudian melepaskan darah ke otak. Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan strok hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh darah tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah

2

akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Stroke hemoragik terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH) dan subarachnoid hemorrhage (SAH).

b. Stroke Non Hemoragik Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu. Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal sebagai Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).

D. FAKTOR RESIKO Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Tidak dapat dimodifikasi: Umur, jenis kelamin, ras dan factor genetik. 2. Dapat dimodifikasi: diabetes melitus, penyakit jantung, inaktivitas fisik, obesitas, peningkatan kolesterol dan hipertensi.

3

E. PATOGENESIS 1. Stroke Non Hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh trombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area trombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologi fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. 2. Stroke Hemoragik Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intrakranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intrakranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Gambar 2. Stroke hemoragik dan stroke iskemik

4

F. MANIFESTASI KLINIK Pada stroke hemoragik umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol, serta terdapat nyeri kepala dan terdapat muntah. Sedangkan pada stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, tidak ada muntah dan tidak terdapat nyeri kepala, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak serta sering terdapat gangguan bicara. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

G. DIAGNOSIS Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak.

H. DIAGNOSIS TOPIS Diagnosis topis dapat ditentukan dari gejala yang timbul, antara lain dengan cara membedakan letak lesi apakah kortikal atau subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis, thalamus), batang otak dan medula spinalis. 14 1. Gejala klinis pada topis di kortikal a. Afasia b. Wajah dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh c. Kejang d. Gangguan sensoris kortikal e. Deviasi mata ke daerah lesi

5

2. Gejala klinis pada topis subkortikal a. Wajah, lengan dan tungkai mengalami kelumpuhan yang sama berat b. Gangguan sensorik c. Sikap distonik 3. Gejala klinis pada topis di batang otak a. Hemiplegi alternans b. Nistagmus c. Gangguan pendengaran d. Tanda serebelar e. Gangguan sensorik wajah ipsilateral dan pada tubuh kontralateral 4. Gejala klinis pada topis di medulla spinalis a. Gangguan sensorik setinggi lesi b. Gangguan miksi dan defekasi c. Wajah tidak ada kelainan d. Brown Sequard syndrome

I. TATALAKSANA 1. Terapi Umum Sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. Terapi umum ini terfokus pada kecukupan perfusi darah ke otak, dengan mengoptimalkan ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan 5B (Breath, Blood, Brain, Bladder and Bowel). Dengan 5 B : -

Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar

-

Blood

: Usahakan aliran darah keotak semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan darah pasien

-

Brain

: Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema serebri

-

Bladder : Dengan penasangan DC

-

Bowel

: Saluran pencernaan dan pembuangan

6

2. Terapi Khusus Stroke Non Hemoragik 

Memperbaiki perfusi jaringan : Pentoxyfilin : Reotal



Sebagai anti koagulansia : Heparin, Warfarin, asam tranexamat



Melindungi jaingan otak iskemik : Nimodipin, piracetam



Anti udema otak : Deksametason, Manitol



Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat (aspirin).



Pengendalian Faktor Resiko



Rehabilitasi Medik (RM)

Rehabilitasi Medik adalah pemulihan seseorang yang cacat akibat cedera atau penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi, sosial, vokasional dan ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai. RM merupakan terapi secara multidisipliner yang melihat seorang pasien seutuhnya. Rehabilitasi pada stroke harus dilakukan sedini mungkin, mobilisasi pada pasien stroke karena emboli dilakukan segera pada 1 hari setelah stroke, sedangkan stroke pada perdarahan dilakukan 2 minggu atau 12 hari setelah stroke. Evaluasi stroke dari segi RM meliputi empat macam, yaitu neuromuskuloskeletal, evaluasi keadaan umum, evaluasi penampilan fungsi dan evaluasi psikososial vokasional.

J. PROGNOSIS Prognosis pada stroke perdarahan pada umumnya lebih baik dari stroke non perdarahan. Tetapi juga tergantung dari seberapa besar perdarahan yang terjadi. Dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Tingkat kesadaran : sadar 16% meninggal, somnolen 39% meninggal, stupor meninggal 71%, dan koma meninggal 100%. 2. Usia : Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat tajam. 3. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak 61% yang meninggal daripada perempuan 41%. 4. Tekanan darah tinggi prognosis jelek 5. Lain-lain : cepat dan tepatnya pertolongan. 7

Sedangkan prognosis stroke perdarahan subaraknoidal bergantung pada : 1. Etiologi : lebih buruk pada aneurisma 2. Lesi tunggal/multiple : aneurisma multiple lebih buruk 3. Lokasi aneurisma/lesi : pada a. komunikans anterior dan a. serebri anterior lebih buruk karena sering perdarahan masuk ke intraserebral atau ke ventrikel (perdarahan ventrikel). 4. Umur : prognosis jelek pada usia lanjut. 5. Kesadaran : bila koma lebih dari 24 jam, buruk hasil akhirnya. 6. Gejala : bila kejang, memperburuk keadaan atau prognosis. 7. Spasme, hipertensi dan perdarahan ulang, semuanya merugikan bagi prognosis.

8

Tinjauan Pustaka Hipertensi a. Definisi Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi adalah kejadian peningkatan tekanan darah dan menimbulkan gejala tertentu sehingga mampu membuat kerusakan yang lebih besar pada tubuh seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh lainnya (Sugiharto, 2007). Seseorang mulai disebut hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg yang menetap pada waktu tertentu (AHA, 2014). Gejala yang timbul pada hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan (Kemenkes RI, 2013). b. Epidemiologi WHO tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar 40% penduduk dunia berusia lebih dari 25 tahun menderita hipertensi. Menurut survey yang dilaksanakan oleh Riskesdas tahun 2013, penderita hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% jiwa atau sekitar 65 juta jiwa. Data dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (2013) menyebutkan penderita hipertensi di Surakarta pada tahun 2009 adalah 36.865 kasus dan pada tahun 2010 terdapat 35.750 kasus di seluruh wilayah Kota Surakarta. c. Etiologi Menurut Kemenkes RI tahun 2014, hipertensi dibagi dia jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu: 1) Hipertensi primer atau esensial Hipertensi jenis ini mengenai 90% orang yang mengalami hipertensi. Penyebab dari hipertensi primer ini tidak diketahui atau idiopatik meskipun sering dikaitkan dengan pola hidup yang tidak sehat.

9

2) Hipertensi sekunder Hipertensi jenis ini mengenai 10% orang yang mengalami hipertensi. Penyebabnya bisa karena penyakit ginjal, bisa juga karena kelainan hormonal atau penggunaan pil KB, kelainan sistem saraf pusat, trauma, dan sebagainya d. Faktor Risiko Menurut AHA tahun 2014, faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Tidak Dapat Dikontrol a) Riwayat keluarga Orang tua atau saudara terdekat yang memiliki hipertensi juga akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. b) Umur Semakin tua umur seseorang, maka tingkat elastisitas pembuluh darahnya juga akan berkurang sehingga risiko terjadi hipertensi juga meningkat pada orang yang lebih tua. c) Jenis kelamin Sampai umur 54 tahun, laki-laki akan cenderung lebih sering mengalami hipertensi. Umur 55 sampai 64 tahun, laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama menderita hipertensi. Umur 65 tahun ke atas, perempuan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami hipertensi. 2) Dapat dikontrol a) Kurang aktivitas fisik Aktivitas fisik sangat berguna bagi jantung dan sistem pembuluh darah. Kurang aktivitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. b) Diet yang tidak sehat Diet terutama tinggi dalam konsumsi garam akan meningkatkan risiko terjadinta hipertensi. Selain garam, lemak dan gula juga meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

10

c) Obesitas Kelebihan berat badan akan menambah beban jantung dan pembuluh darah. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung termasuk juga hipertensi. d) Alkohol Penggunaan alkohol berlebihan mengakibatkan banyak masalah kesehatan, termasuk stroke, gagal jantung, hipertensi, kanker, kecelakaan. e) Merokok Penggunaan rokok bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kerusakan pada arteri. f) Stres Stres akan berkontribusi dalam perubahan tingkah laku yang meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi seperti diet, berkurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan alkohol atau rokok.

e. Klasifikasi Hipertensi Chobanian et al (2003) dalam JNC VII mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut : Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normotensi

< 120 mmHg

(dan) <80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Hipertensi grade

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

≥ 160 mmHg

(atau) ≥ 100 mmHg

1 Hipertensi grade 2

11

Related Documents

Tinjauan Pustaka
May 2020 27
Tinjauan Pustaka
October 2019 43
Tinjauan Pustaka
June 2020 32
Tinjauan Pustaka
October 2019 49
Tinjauan Pustaka
June 2020 35

More Documents from "I Gede Gegiranang Wiryadi"