ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN DIABETES MILITUS TIPE 1 RESPIRATORY FAILURE EC HAP RUANGAN GICU 2 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan GawatDarurat Dan Kritis Program Studi Profesi Ners Disusun Oleh: 1. Anisa Mulyani 2. Dianna Mayanti 3. Evi Latupono 4. Lenny Julita Simanullang 5. NurulRizki 6. RulanJulianti 7. WitriMulyatin PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT BANDUNG 2019
2
TINJAUAN TEORITIS 1. Definisi Diabetes
mellitus
tipe
1
(Insulin-Dependent
Diabetes
Melitus/IDDM) adalah gangguan autoimun dimana terjadi penghancuran sel-sel β
pancreas penghasil insulin. Pasien dengan IDDM biasanya
berusia dibawah 30 tahun, mengalami onset akut penyakit ini, tergantung pada
terapi
insulin
dan
cenderung
lebih
mudah
mengalami
ketoasidosis.(Rubenstein, 2007) Menurut American Diabetic Assosiation (ADA) (2010) Diabetes mellitus tipe 1 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya prosuksi insulin sepenuhnya. Sementara itu menurut Price (2005), diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang dipengaruhi secara genetic oleh gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin secara bertahap. 2. Etiologi 2.1.Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan imunologi. 95% pasien berkulit putih (Caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 atau DR4).Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3-5x lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini.Resiko tersebut meningkatkan 10-20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (Jika dibandingkan dengan populasi umum).
3
2.2.Faktor Imunologi Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum tanda-tanda klinis diabetes tipe 1.Riset dilakukan untuk mengevaluasi evek preparat imunosupresif terhadap perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe 1 yang baru terdiagnosis atau pada pasien pra diabetes (pada pasien antibody yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gejala klinis diabetes).Riset lainnya menyelidiki efek protektif yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel β. 2.3.Faktor Lingkungan Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktorfaktor lingkungan yang dapat memicu destruksi sel β. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel β. Interaksi antara faktor-faktor genetic, imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 menunjukkan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel β tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetic merupakan faktor dasar yang melandasi proses terjadinya proses diabetes tipe 1 merupakan hal yang secara umum dapat diterima. 3. Patofisiologi Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa
4
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan) Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asamasam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam
basa tubuh
apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting
5
4. Pathway
Genetik, Proses Autoimun, Faktor Lingkungan
Merusak sel-sel β pankreas
Sel β tidak mampu menghasilkan insulin
Kekurangan Insulin
Glukoneogenesis dan glikogenosis terhambat
Metabolisme protein dan lemak terganggu
Produksi glukosa oleh hati m dan pemakaian glukosa oleh otot m
Hiperglikemia
P penyerapan glukosa oleh ginjal
P sekresi urine beserta elektrolit, glukosuria
Polidipsia dan Poliuria
Pemecahan lemak
M simpanan kalori Komp: Neuropati perifer, penyakit kaki diabetikum
Mk: Ketidakpatuh an b.d kompleksitas dan durasi pengobatan
Dehidrasi
6
P produksi keton P BB, Polifagia, Kelemahan dan kelelahan Mk : Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
Komp : Ketoasidosis diabetik
Mk : Ketidakberdaya b.d peresepsi ketidakmampuan unt mencegah komplikasi
Mk : Resiko ketidakseimbangan elektroli b.d poliuria dan dehidrasi
5. ManifestasiKlinis Menurut Brunner dan Suddart (2002) a. Poliuria Kekurangan insulin
untuk
mengangkut
glukosa melalui
membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau cairan intravascular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hipermoslaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic. b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vascular menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mukosa menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan selalu ingin minum. c. Polifagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energy menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar. d. Penurunan Berat Badan Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolism, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. e. Malaise atau kelemahan 6. PemeriksaanPenunjang a. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL) biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress b. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal (>140mg/dL)
7
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur persentasi glukosa yang meletak pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%. d. Urinalisasi positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi intraselular, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis) untuk energy. Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menadakan ketoasidosis. e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis. 7. Penatalaksanaan 7.1. Non-Farmakologi a. Rencana Diet Rencana diet dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari.Pada pasien diabetes mellitus tipe 1 berat badan dapat menurun selama keadaan dekompensasi.Pasien ini harus menerima kalori yang cukup untuk mengembalikan berat badan mereka ke keadaan semula dan pertumbuhan.Rencana diet didapat dengan berkonsultasi dengan ahli
gizi.Untuk
mencegah
hiperglikemia
postprandial
dan
glikosuria, pasien dengan diabetic tidak boleh makan karbohidrat berlebihan.Asupan karbohidrat harus disesuaikan dengan kegiatan fisik.Lemak yang dimakan harus dibatasi sampai 30% dari total kalori per hari. Penderita DM tipe-1 yang menggunakan regimen insulin basal
bolus
maka
pengaturan
8
makanannya
menggunakan
penghitungan kalori yang diubah dalam jumlah gram karbohidrat, yaitu dalam 1 unit karbohidrat mengandung 15 gram karbohidrat. Pada lampiran piramida makanan, memperlihatkan pengelompokan jenis makanan penukar dan anjuran konsumsi per hari. Kelompok makanan Porsi KH
Gram/KH
penukar Pati/tepung
1 unit
15g/KH
Buah
1 unit
15g/KH
Susu
1 unit
12g/KH
Sayur
1/3 unit
5g/KH
Daging
0 unit
0
Lemak
0 unit
0
b. Latihan Fisik Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan faktor risiko kardiovaskular. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolism dan istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah, yaitu meniingkatkan kadar HDLKolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini penting bagi penyandang diabetes, mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardivaskular pada diabetes. 7.2.Farmakologi
9
a. Insulin Eksogen Insulin adalah hormone yang dihasilkan dari sel β pancreas dalam merespon glukosa. insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolism, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-sel β pancreas penderita rusak, sehingga
tidak
lagi
dapat
memproduksi
insulin.
Sebagai
penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.
10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN I DENGAN DIAGNOSA DM TIPE 1 + RESPIRATORY FAILURE EC HAP + SYOK SEPTIK + AKI + DI RUANG GICU 2 RSUP dr HASAN SADIKIN BANDUNG
I.
PENGKAJIAN A. Identitas Pasien Nama Tanggal Lahir Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Berat badan No RM Diagnosa Medis Tanggal Masuk RS Tanggal Pengkajian
: : : : : : : : : :
Tn. I 26 – 07 – 1997 21 tahun Laki-laki Islam Cicalengka
0001750146 Respiratory failure ec hap + syok septik + aki + Dm tipe 1 : 10 – 3 – 2019 : 31 – 3 – 2019
1. Keluhan Utama Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS, datang dengan ketoasidosis metabolik, pasien di rawat diruang GICU 2 dan terpasang ventilator dengan mode kontak tidak adekuat nilai GCS E2 M3 Vt (sopor), terdapat luka di punggung, ekstremitas tangan dan kaki mengalami oedem. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sudah memiliki penyakit DM type 1 sejak tahun 2012 tapi tidak melakukan kontrol secara rutin di biarkan karena tidak ada keluhan. B. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum 11
-
Pasien tampak sakit berat, kesadaran sopor GCS = E2 M3 Vt
2. Tanda – Tanda Vital - TD : 114/67 mmHG - Nadi : 144 x/ menit - RR : 24 x / menit - Suhu : 36,2 ֯C 3. Sistem Integumen - Inspeksi : terdapat luka di punggung - Palpasi : turgor kulit > 3 detik 4. Sistem penglihatan Sulit untuk dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran 5. Sistem Pendengran Sulit untuk dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran 6. Sistem Pernafasan - Inspeksi : Pasien terpasang Ventilator , RR 24 x/ menit - Palpasi : teraba pembesaran paru sebelah kanan (hasil photo thorax PA : terdapat gambaran edema paru) 7. Sistem Pencernaan - Klien terpasang NGT - Auskultasi : bising usus 8 x / menit - Klien diberi nutrisi berupa susu tiap 4 jam - Klien BAB 1 kali, berwarna kuning bau khas BAB, tekstur agak cair 8. Sistem kardiovaskuler - Palpasi Nadi : 140 x/menit - TD : 114/67 mmHg - Tidak ada pembesaran Jantung - Gambaran EKG sinus Thakikardi 9. Sistem Endokrin Terdapatpeningkatanguladrah per jam, terakhir GDS jam 15.00 407 10. Sistem perkemihan
12
-
Terpasang kateter Urin 100 – 120 cc/ jam Tidak ada distensi kandung kemih
11. Sistem Persyarafan NI olfaktorius
:
NII optikus
:
NIII okulomotorius
:
NIV Troklearis NV Trigeminus
: :
NVI abdusen
:
NVII fasialis
:
NVIII vestibulokoklearis NIX Glosopharingeus
:
NX vagus NXI aksesorius
: :
NXII Hipoglosus
:
:
Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Reflek pupil (+) Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Ketika dirangsang nyeri pasien meringis Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Terpasang NGT Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran Sulit dikaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran
12. Sistem Reproduksi Tidaktampak, hipospadia, terdapatlukalecetpadaselangkangan. 13. Sistem Muskuloskeletal a. EkstermitasAtas (Superior) tampakodema di keduatanganka/kipasien, telapaktanganpasienpucat, akralhngat, pitting oedema>dari 3detik, CRT < 3 detik b. EkstermitasBawah (Inferior) tampakodema di keduakaika/kipasien, telapak kaki pasienpucat, akralhngat, pitting oedema>dari 3detik, CRT < 3 detik
13
C. Pemeriksaan Diagnostik 1. Poto thoorax PA Nama : TN I Tanggal : 29 - 3 - 2019 Kesan : - Gambaran edema paru DD / pneumonia belum tampak perbaikan - Tidak tampak kardomegali 2. Hasil Lab Nama : TN I Tanggal : 30 – 3 – 2019 Nama Flag Hasil H 107.9 Ureum H 1.33 Kretinin H 150 Natrium L 3.4 Kalium HH 122 Klorida L 4.17 Kalsium Ion L 1.4 Magnesium Analisa Gas Darah Nilai Gas Darah H 7.522 PH 36.5 PCO2 L 68.5 PO2 Satuan asam basa H 30,2 HCO3 H 31,3 FCO2 H 7.5 Standar BE-b L 92.5 Saturasi O2
Satuan Mg/dl Mg/dl Meq/L Meq/L Meq/L Mg/dl Mg/dl
Nilai normal 15.0 – 39 0.80 – 1.30 135-145 3.5 – 5.1 98 – 109 4.5 – 5.6 1.8 – 2.4
mmHg mmHg
7.35 – 7.45 35.0 – 45.0 80 -105
Mmol/L Mmol/L Mmol/L %
22 - 26 23.05 – 27.35 (-2) – (+2) 95-100
D. Therapy Farmakologi 1. Vancomycin 1 gram vial 2 x 1 gr (IV) 2. Ampisilin Sulbactam 1,5 gr vial 4 x 1,5 gr (IV) 3. Parasetamol 1 gram vial 4 x 1 gr (IV) 4. Omeprazol 40 mg ampul 2 x 40 mg (IV) 5. Norepinetrime 4 mg ampl o,1 mcg/kg/jam 6. Nebu Nacl 0,9% 4x/hari 7. Vipalbumin tablet 3 x 1 tablet (NGT) 8. Insulin pen 0,5 unit/jam
14
9. Desoksimetasonkrem 2 x 0.25 (topikal) 10. Amioderon tab 200 mg 1 x 200 mg (NGT)
E. Analisa Data DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS : -
Kekurangan insulin
DO :
ketidakseimbangan
Hiperglikemia
cairan dan elektrolit
Penurunan glukosa oleh ginjal Peningkatan sekresi urine (Poliuria) Penurunan volume cairan intrasel Dehidrasi Polidipsia
15
Resiko
DS : -
Kekurangan Insulin
DO :
BB : 50 kg
Metabolisme protein
Tb : 170 cm
dan lemak terganggu
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh.
IMT : 17 (gizi kurang) Data lab :
Ketidakseimbangan
Menurun simpanan kalori Penurunan berat badan
DS:-
Oklusipembuluhdarah
DO: RR 28x/menit
tan
TD 108/52 mmHg Perfusijaringanserebra lmenurun
N: 148x/menit Iramapernafasandalam (hiperventilasi) Sat O2: 92% Tipe
ventilator
PC.SIMV,
Usaha menghirupudaraseban yak-banyaknya
RR
seting/RR actual 18/25, TV
550,
Pcontrol/Psupport PEEP/IPL
5,
80%, EtCo2 44
Gangguanventilasispon
polanafastidakefektif
15, F102 GangguanVentilasiSp ontan
16
Ds:-
Infeksimikroorganism
Do:
e
Terdapatpenumpukan sputum, sat dilakukan suction
Menembusdindingtub sputum uhpertahanan
pasienberwarnahijau, RR
28x/menit,
iramapernafasandalamh
Menginfeksiparu-paru
iperventilasi, terdengarsuaranafastam bahancrecles
ResponpertahananTub uh
Adanyasekret
Ketidakefektifanbersih anjalannafas
17
KetidakefektifanBersih anJalanNafas
No . 1.
Diagnosa
F. Intervensi NOC
Ketidakseimban gan
NIC
Setelah
dilakukan
ahli
dari keperawatan selama
kebutuhan tubuh 4x24 b.d
1. Kolaborasi dengan
nutrisi tindakan
kurang
jam
gangguan Peningkatan
keseimbangan
badan
insulin,
pemenuhan
makanan,
Rasional
berat
hasil
dari nutrisi
gizi
untuk
dan
penyesuaian
jumlah kalori dan
diet
untuk
nutrisi
memenuhi
yang
2. Monitor
adanya
penurunan
aktivitas jasmani Kriteria Hasil :
berat
badan
1. Adanya
dalam perhitungan
menentukan
dibutuhkan pasien
dan sesuai kebutuhan.
1. Sangat bermanfaat
kebutuan pasiseen 2. Mengkaji pemasukan makanan
3. Kerja sama dengan
yang
adekuat
peningkatan berat
tim kesehatan lain
badan
untuk
pemberian
dapat menurunkan
insulin
dan
glukosa darah dan
sesuai
dengan tujuan 2. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
diabetik.
untuk
tanda malnutrisi
penurunan
diet
terjadi
pasien mematuhi
yang
diprogramkan.
berat
telah
metabolism klien 4. Kepatuhan diet memperbaiki
status klien
18
dalam dapat
metabolisme
badan tak berarti
insulin
memperbaiki
4. Anjurkan
3. Tidak ada tanda-
4. Tidak
diet
3. Pemberian
dan
kesehatan
2.
Resiko
Setelah
dilakukan
ketidakseimban
tindakan
1. Pertahankan
gan cairan dan keperawatan selama elektrolit gejala
b.d 4x24
jam
di
catatan intake dan
memperkirakan
output yang akurat
kekurangan volume
2. Kaji nadi perifer,
polyuria harapkan
dan dehidrasi
turgor
adekuat
membrane
Kriteria hasil :
mukosa.
1. Mempertahanka n urine output
dan
tingkat dehidrasi 3. Hipovolemia
4. Kolaborasi
takikardi.
pemberian
hidrasi/volume
5. Tingkatkan lingkungan
2. Tekanan darah,
hipotensidan
cairan 4. Mempertahankan
IV
HT normal
dapat
dimanifestasikan oleh
dengan
normal,
kulit
3. Monitor vital sign
usia dan BB, BJ urine
total.
pengisian kapiler, 2. Merupakan indicator
Menunjukkan hidrasi
sesuai
1. Membantu
sirkulasi yang 5. Menghindari
dapat
pemanasan
nadi dan suhu
menimbulkan rasa
berlebihan yang akan
tubuh
nyaman.
menimbulkan
dalam
batas normal
klien
3. Tidak ada tanda
selimut tipis
dehidrasi, elastisitas turgor,
kulit
baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
Selimuti
yang
berlebihan
19
dengan
yang
kehilangan cairan
No . 3
Diagnosa
NOC
Gangguanventil
Setelah
NIC
Rasional
dilakukan 1.
asispontanb.dkel tindakan
monitor
5. Sangat bermanfaat
status
dalam perhitungan
pernafasandan
emahanototpern
keperawatan selama O2 pasien
dan
penyesuaian
afasan
4x24
diet
untuk
jam 2.
Gangguanventilasisp
pertahankankepatanenja
memenuhi
ontan
lannafas
kebutuan pasiseen
Kriteria Hasil :
3.
pertahankan
O2
6. Mengkaji
1. RR normal 16- tambahan
pemasukan
20x/ menit
4.
makanan
2.
dada
tidakterjadikesulitan
kanan/kiripasiensimetri
bernafaspadasaatpen
satautidak, kedalaman,
dapat menurunkan
ggunaan ventilator
danirama.
glukosa darah dan
perhatikandinding
yang
adekuat 7. Pemberian
insulin
3. satO2dalambatas
memperbaiki
normal (95-100%)
metabolism klien
4.
8. Kepatuhan
iramapernafasanterat
diet
ur
memperbaiki
dapat
metabolisme status klien
20
dalam
dan
kesehatan
4
Ketidakefektifan
Setelah
bersihan
tindakan
nafas
jalan
dilakukan
ttv
(TD, N, RR, S)
keperawatan jam
1. Monitor
1
x
2. Auskultasi
diharapkan
dengarkan
dan
adakah
bersihan jalan nafas
nafas tambahan
(berat) level
2
3. Posisi
menjadi
15-30°
(sedang)
up)
Kriteria
4. Hisap
dengan
mengetahui perkembangan status tanda vital
ketidakefektifan
teratasi dari level 1
1. Untuk
suara
klien 2. Untuk
pasien
mengetahui
(Head
adanya penurunan
atau
tidaknya
Hasil :
suctioning
ventilasi
1. RR 16-20x/mnt
lendir pada jalan
dan bunyi
2. Irama
nafas
tambahan
pernafasan
detik
teratur 3. Tidak
5. Kolaborasi ada
akumulasi sputum
bunyi
nafas tambahan
3. Tindakan
ini
meningkatkan
pemberian
inspirasi
bronkodilator
maksimal,
6. Kolaborasikan
4. Tidak terdengar suara
10-15
atau
meningkatkan
pemberian
pengeluaran
antibiotik sesuai
sekret
dengan indikasi
memperbaiaki
untuk
(ronchi,
ventilasi
wheeing,
4. Memberikan
crecles)
kelembaban pada
membran
mukosa memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret 5. Untuk
21
menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret 6. Untuk mencegah terjadinya infeksi
22
G. Implementasi Harike 1 No.dx
Implementasi
Evaluasi
30/3/2 019 14.00
1.
S:-
memonitorpernafasandan
O: terdapat penumpukan sputum, sputum
status O2 pasien
berwarnakehijauan, RR 28x/menit, irama
2.
pernafasan dalam hiperventilasi, terdengar
mempertahankankepatane
suara nafas tambahan creacles +
njalannafas
-
3. mempertahankan
Pasien mendapatkan terapi nebu Nacl
O2
tambahan
0,9% cc -
Vancomycin 2 x 1 gr
4. memperhatikandinding -
Ampicilin subcutan 4 x 1.5 gr
dada
Iramapernafasandalam (hiperventilasi)
kanan/kiripasiensimetrisat
A:
autidak,
kedalaman, masalahkeperawatangangguanventilasispo
danirama.
ntanbelumteratasi P: lanjutkanintervensi
No.dx
Implementasi
Evaluasi
30/3/20 19 14.00
1. monitor TTV S:(TD, N, RR, S)
O: RR 28x/menit
2.mengauskultas
TD 108/52 mmHg
i
dan N: 148x/menit
mendengarkan suara
Iramapernafasandalam (hiperventilasi)
nafas Sat O2: 92%
tambahan
Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR actual
3.
18/25, TV 500, Pcontrol/Psupport 15, PEEP/IPL 5,
23
mdempertahank an
F102 80%, EtCo2 41
O2 A:
tambahmemberi
masalahkeperawatangangguanventilasispontanbelu
kan pasien 15-30 mteratasi (Head up) 4.
P: lanjutkanintervensi
menghisap
(suction) lendir pada jalan nafas 10-15 detiikk 5. mengkolaborasi kan bronkodilator Mengkolaborasi kan
pemberian
obat antibiot
Harike 2 No.dx
Implementasi
Evaluasi
31/3/2 019 14.00
1.
S:-
memonitorpernafasandan
O: RR 28x/menit
status O2 pasien
TD 108/52 mmHg
2.
N: 148x/menit
mempertahankankepatane
Iramapernafasandalam(hiperventilasi)
njalannafas
Sat O2: 95%
3. mempertahankan tambahan
O2 Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR actual 18/25, TV 490, Pcontrol/Psupport
24
4. memperhatikandinding 15, PEEP/IPL 5, F102 80%, EtCo2 44 dada
A:
kanan/kiripasiensimetrisat
masalahkeperawatangangguanventilasispo
autidak,
kedalaman, ntanbelumteratasi
danirama.
P: lanjutkanintervensi
Harike 3 No.dx
Implementasi
Evaluasi
01/3/20 1. memonitorpernafasandan DS:19 status O2 pasien DO: RR 28x/menit 14.00 2. TD 108/52 mmHg mempertahankankepatanenj
N: 148x/menit
alannafas
Iramapernafasandalam (hiperventilasi)
3.
mempertahankan
O2 Sat O2: 99%
tambahan 4.
Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR
memperhatikandinding actual 18/25, TV 550, Pcontrol/Psupport
dada
15, PEEP/IPL 5, F102 80%, EtCo2 44
kanan/kiripasiensimetrisatau
A:
tidak, kedalaman, danirama.
masalahkeperawatangangguanventilasisp ontanteratasi P:hentikanintervensi
H. Catatan Perkembangan No. Dxdantanggal
Catatanperkembangan
25
Ttd
30/3/1019
S:O: RR 28x/menit TD 108/52 mmHg N: 148x/menit Iramapernafasandalam (hiperventilasi) Sat O2: 92% Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR actual 18/25, TV 500, Pcontrol/Psupport 15, PEEP/IPL 5, F102 80%, EtCo2 41 A: masalahkeperawatangangguanventilasispontanbelumteratasi P: lanjutkanintervensi
No. Dxdantanggal
31/3/1019
Catatanperkembangan
Ttd
S:O: RR 28x/menit TD 108/52 mmHg N: 148x/menit Iramapernafasandalam (hiperventilasi) Sat O2: 95% Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR actual 18/25, TV 490, Pcontrol/Psupport 15, PEEP/IPL 5, F102 80%, EtCo2 44 A: masalahkeperawatangangguanventilasispontanbelumteratasi P: lanjutkanintervensi
No.
Catatanperkembangan
26
Ttd
Dxdantanggal
01/4/1019
DS:DO: RR 28x/menit TD 108/52 mmHg N: 148x/menit Iramapernafasandalam (hiperventilasi) Sat O2: 99% Tipe ventilator PC.SIMV, RR seting/RR actual 18/25, TV 550, Pcontrol/Psupport 15, PEEP/IPL 5, F102 80%, EtCo2 44 A: masalahkeperawatangangguanventilasispontanteratasi P: hentikanintervensi
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marlyin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC Price, Sylvia Anderson. 2005. Petofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga Rubenstein, David, David Wayne, John Bradley. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga
27
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta :EGC Rumahorbo, H. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC Berkowitz, Aaron. 2013. Lecture Notes Patofisiologi Klinis. Tangerang: Binarupa Aksara Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction
28