Thelight Photography Magazine #7

  • Uploaded by: Joko Riadi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Thelight Photography Magazine #7 as PDF for free.

More details

  • Words: 13,070
  • Pages: 59
www.thelightmagz.com

EDISI 7/2007

FREE

EDISI VII / 2007

1

THEEDITORIAL

THEEDITORIAL

BARISAN SENIOR ANTI LUNTUR Berguru dari seorang yang jauh lebih senior dari kita adalah satu hal yang menarik. Namun harus diingat hal yang kita pelajari kali ini ada hubungannya dengan teknologi. Jangan asal pilih mentor senior. Untuk itu kami pilihkan fotografer-fotografer yang tergolong senior dan memiliki jam terbang cukup tinggi di bidangnya masing. Didukung sederet pencapaian yang pernah didapat membuktikan bahwa barisan fotografer senior yang kami hadirkan kali ini bukan barisan senior yang luntur oleh perkembangan teknologi. Luntur oleh perubahan style dan trend. Dimulai dari Goenadi Harjanto, fotografer senior yang masih menyisakan idealisme dalam setiap fotonya. Budi Han, seorang fotografer komersil dengan jam terbang dan daftar klien yang tak terukur lagi panjangnya. Krisna Satmoko, seorang fotografer wedding yang lahir bukan di jaman karbitan. dan Oscar Motuloh, seorang ikon dunia fotografi jurnalis. Semoga kehadirannya menginspirasikan kita semua yang masih muda untuk tidak cepat “luntur” dan kadluwarsa termakan perkembangan teknologi. Selalu up to date dengan perkembangan trend dan teknologi. Sehingga karya yang dihasilkan tidak tenggelam ditelan nama besar sendiri.

ABOUT THE COVER PHOTOGRAPHER: KRISNA SATMOKO

Salam, Redaksi

“Hak cipta foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan, dan dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang menggunakan foto dalam majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa seijin pemiliknya.”

PT Imajinasia Indonesia, Jl. Pelitur No. 33A, www.thelightmagz.com, Pemimpin Perusahaan/Redaksi: Ignatius Untung, Technical Advisor: Gerard Adi, Redaksi: [email protected], Contributor: C Production, Public relation: Prana Pramudya, Marketing: [email protected] - 0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria Fransisca Pricilia, [email protected], Graphic Design: ImagineAsia, Webmaster: Gatot Suryanto

2

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

3

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY

GOENADI HARJANTO, FEEL AT HOME DI FOTOGRAFI Fotografi bertumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Nama-nama baru bermunculan di khasanah dunia perfotografian. Namun di tengah nama-nama fotografer muda yang sukses terlihat menonjol di tengah semakin banyaknya pehobi fotografi tanah air masih tersisa beberapa nama fotografer senior yang ternyata masih eksis dan tidak tergerus oleh perkembangan dunia fotografi. Salah satunya adalah Goenadi Harjanto. Goenadi mengaku mempelajari fotografi dari ayahnya yang kebetulan memiliki bisnis jual beli kamera bekas. Sang ayah yang juga mengenalkannya kepada kamera itu juga beberapa kali menerima pekerjaan pemotretan keluarga dan bangunan atas permintaan kontraktor. “Dulu kalau ada acara di sekolah, ayah suka datang untuk memotret dan pada akhirnya dijual.” Ungkapnya. “Tapi yang jelas ayah saya nggak bisa motret model karena ibu saya keras sekali soal itu. Hahahaha..” sambungnya sambil tertawa.

4

EDISI VII / 2007

Grand finale Tari Keris Barong, Tegaltamu, Batu Bulan, Bali EDISI VII / 2007 5

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY Pada saat duduk di kelas 6 sekolah dasar, Goenadi yang sering mengutakatik kamera disuruh ayahnya untuk memotret. Padahal waktu itu Goenadi belum pernah secara serius mempelajari fotografi. Hasilnya dari 12 film yang diberikan ayahnya itu, Goenadi berhasil menjual 9 foto. “Kuncinya adalah teknik the sunny eleven atau sunny sixteen. Kalau di kemasan film jaman dulu ada itu asanya harus berapa speed berapa.” Kenangnya. Bakat fotografi Goenadi makin terlihat ketika saat duduk di bangku SMP, sepolang sekolah Goenadi menemui mobil yang sedang terbakar hebat. Ia

Dimension – Taman Fatahilah, Jakarta Kota.

6

EDISI VII / 2007

“Dulu profesi fotografi belum rewarding seperti sekarang. Saya sering sekali motret nggak dibayar. Jadi saya lebih memilih jadi arsitek.” EDISI VII / 2007

7

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY pun segera pulang untuk mengambil

sebelumnya ternyata tidak kunjung

kamera dan kembali untuk memotret-

menyeret Goenadi untuk berprofesi

nya. Hasil fotonya pun ia cuci dan cetak

sebagai fotografer. Sejak tahun 1975

sendiri dan ternyata berhasil terjual ke

hingga 2002 oenadi justru memilih

Koran Pikiran Rakyat. Hal yang sama

profesi arsitek sebagai jalan penghidu-

berulang ketika fotonya yang lain pada

pannya. “Dulu profesi fotografi belum

saat ia duduk di bangku SMA dimuat

rewarding seperti sekarang. Saya

majalah JAYA.

sering sekali motret nggak dibayar. Jadi saya lebih memilih jadi arsitek.”

“Herannya bahkan walaupun profesi saya sebagai arsitek tergolong cukup sukses dan berhasil menduduki jabatan-jabatan prestisius namun saya tidak pernah merasa at home.”

Berbekal pengalaman yang cukup

Jelasnya.

memotret untuk media massa, Goe-

Namun begitu kecintaannya terhadap

nadi memutuskan untuk bergabung

fotografi tidak pernah padam. Setelah

dengan majalah Aktuil. “Di Aktuil saya

bergabung dengan LFCN (Lembaga

benar-benar difasilitasi untuk lebih

Fotografi Candra Naya) Goenadi diper-

mendalami fotografi, bahkan saya

caya menangani pelaksanaan Salon-

disekolahkan khusus oleh mereka.”

foto dan beberapa lomba dan pameran

Kenangnya bangga. “Setelah itu, karena saya sudah mengerti betul proses kamar gelap foto, saya mulai berani mempush film dan slide setiap saya melakukan prosesing film.” Tambahnya. Sepanjang tahun 1970 hingga 1972 Goenadi selalu memenangi juara pertama lomba foto mahasiswa yang diadakan oleh Institut Teknologi bandung tempatnya bersekolah. Namun rentetan prestasi yang digapainya

8

EDISI VII / 2007

“justru pengalaman yang memperkaya batin itu yang membuat saya bertahan dan makin cinta pada fotografi.”

“Intinya adalah memberikan nilai tambah. Memunculkan sesuatu yang tidak kelihatan tapi bisa dirasakan.” sejenis. Bahkan pada tahun 1992 foto hasil karyanya dipamerkan di Amerika Serikat dan digunaka oleh Minolta. “Herannya bahkan walaupun profesi saya sebagai arsitek tergolong cukup sukses dan berhasil menduduki jabatan-jabatan prestisius namun saya tidak pernah merasa at home.” Kenangnya. Maka dari itu sejak tahun 2002 ia memutuskan untuk kembali menekuni cinta sejatinya yaitu fotografi. “Saya mulai lebih serius EDISI VII / 2007

9

OUTDOORPHOTOGRAPHY

10

EDISI VII / 2007

Embah Srie, 92 tahun, hidup dalam gubug pemulung. Gang Kenari, Kota Tua, Semarang

OUTDOORPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

11

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY

membuat foto-foto yang memiliki roh. Ada perubahan sedikit, kalau dulu saya senang menangkap momen sekarang saya lebih senan pengalaman memotretnya.” Ungkap fotografer yang pernah berguru pada Anwar Sanusi dan Setiadi Yoeda Atmaja ini. “Seperti beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang berada memotret sebuah klenteng di semarang, tiba-tiba ada seorang wanita berjilbab di depannya, saya justru menyukai hal itu. Begitu juga ketika saya mendatangi Masjid Agung Jawa Tengah, waktu itu saya kaget ketika di dalam kompleks Masjid tersebut pada bulan puasa masih ada orang yang berjualan minuman. Saya Tanya, mengapa bulan puasa masih berjualan. Sang penjual minuman pun hanya berkata “yang datang ke sini kan bukan semuanya muslim dan bahkan tidak semua muslim yang ke sini berpuasa.” Sambungnya. Ia pun melanjutkan, “justru pengalaman yang memperkaya batin itu yang membuat saya bertahan dan makin cinta pada fotografi.” Berbicara mengenai fotografi outdoor Goenadi menganggapnya gampang-gampang susah. “Makanya dikasih roh supaya lebih bernyawa.” Ujarnya. “Dan jangan lupa belajar dari seni lain, misalnya musik. Coba lihat Samson dan Ungu kan sama-sama group band dengan aliran yang mirip, tapi keduanya punya karakter

“Dengan kepekaan kita bisa terus berkembang, jangan setiap ikut lomba fotonya ituitu saja. Coba saja lihat lomba-lomba foto yang ada, kalau tahun ini yang menang ada cipratan air, tahun depan pasti foto dengan cipratan air banyak sekali yang masuk. Orang hanya berpikir bagaimana supaya menang, bukan uniknya apa foto saya. Akrhinya hanya bisa meniru, tapi nggak punya keunikan. 12

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007 Wujud dan Bentuk, Plered, Purwakarta, Jawa Barat

13

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY

Beach Chalets – Brighton Beach, Melbourne, Victoria -Australia

14

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

15

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY yang berbeda sehingga orang tahu oh ini lagunya Samsons, kalau yang itu lagunya Ungu.” Tambahnya. “Intinya adalah memberikan nilai tambah. Memunculkan sesuatu yang tidak kelihatan tapi bisa dirasakan.” Sambungnya lagi. Goenadi melihat akar dari kemampuan mencipta foto yang memiliki nyawa adalah kepekaan. “Dengan kepekaan kita bisa terus berkembang, jangan setiap ikut lomba fotonya itu-itu saja. Coba saja lihat lomba-lomba foto yang ada, kalau tahun ini yang menang ada cipratan air, tahun depan pasti foto dengan cipratan air banyak sekali yang masuk.” Tegasnya. “Orang hanya berpikir bagaimana supaya menang, bukan uniknya apa foto saya. Akrhinya hanya bisa meniru, tapi nggak punya keunikan.” Sambungnya. Untuk itu Goenadi sangat selektif jika diminta menjadi juri dalam sebuah lomba foto. “Pertama karena secara fisik melelahkan, selain itu saya rasa waktunya untuk memberi kesempatan bagi yang muda. Karena dengan adanya wajah baru, jadi ada pemikiran baru, warna baru sehingga secara tidak langsung saya memberi kesempatan lomba tersebut untuk eksplorasi.” Sambungnya. Berbicara lebih dalam lagi mengenai fotografi goenadi menekankan bahwa fotografer harus mengingat bahwa fotografi adalah cahaya. “Fotografi is light. Maka dari itu prosesnya adalah calculating light, seeing light, dan feel the light.” Ujarnya. “Tapi proses terebut idealnya harus dijalani satu persatu. Mulai dari calculate light, biasanya kan orang menghitung dengan otak kiri. Selanjutnya belajar see the light kali ini orang mulai bisa menggunakan otak kanan. Pada akhirnya fotografer harus bisa merasakan cahaya. Merasakan dengan hati. Maka dari tu banyak fotografer senior sering bilang memotretlah dengan hati.” Sambungnya. Namun Goenadi melihat hal ini sering disalahartikan. Sehingga orang lagsung melakukan improvisasi dan mengaku bisa merasakan cahaya. “Harus diingat sebelum orang melakukan improvisasi dan menciptakan warnanya sendiri ia harus tau pakemnya dulu. Untuk itu pelajari dulu teknis dasarnya baru improvisa-

16

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

17

OUTDOORPHOTOGRAPHY si. Jangan pernah berkilah bahwa karya anda adalah karya seni. Bukan bagian anda mengatakan hal itu, biar orang lain yang mengatakan.” Goenadi melihat perkembangan teknologi membuat fotografi berkembang pesat namun banyak hadir generasi instan. “Generasi muda banyak yang bagus, kurang lebih 20% bisa jadi fotografer bagus, sisanya sekitar 80% hanya ikut-ikutan. Hahaha…” Ujarnya sambil tertawa. “Tapi biarkan saja yang 80% itu tetap ikut, karena justru merekalah yang membuat fotografi tetap hidup. Karena tanpa mereka fotografi bisa jadi barang yang sangat mahal karena peminatnya sedikit.” Tambahnya. Dalam kategori fotografi outdoor, Goenadi melihat banyak peminat muda. “Fotografi adventure banyak peminatnya, hal ini karena bersamaan dengan minat kaum muda terhadap outbond. Beberapa tempat yang

OUTDOORPHOTOGRAPHY

“Harus diingat sebelum orang melakukan improvisasi dan menciptakan warnanya sendiri ia harus tau pakemnya dulu. Untuk itu pelajari dulu teknis dasarnya baru improvisasi. Jangan pernah berkilah bahwa karya anda adalah karya seni. Bukan bagian anda mengatakan hal itu, biar orang lain yang mengatakan.”

menarik untuk fotografer ini adalah Desa CIpta Gelar dengan serentaunnya, Kasodo di Bromo, Odalan di bali, Erau

18

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007 Sebelum perang – Lembah Baliem, Wamena, Papua

19

OUTDOORPHOTOGRAPHY

Bromo at dawn – Pananjakan Kawasan Tengger, Jawa Timur 20 EDISI VII / 2007

OUTDOORPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

21

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY

“Fotografi is light. Maka dari itu prosesnya adalah calculating light, seeing light, dan feel the light. Tapi proses terebut idealnya harus dijalani satu persatu. Mulai dari calculate light, biasanya kan orang menghitung dengan otak kiri. Selanjutnya belajar see the light kali ini orang mulai bisa menggunakan otak kanan. Pada akhirnya fotografer harus bisa merasakan cahaya. Merasakan dengan hati. Maka dari tu banyak fotografer senior sering bilang memotretlah dengan hati.”

di Dayak, Festival lembah Baliyem pada bulan agustus dan masih banyak lagi.” Jelasnya. Goenadi merasa potensi fotografi outdoor cukup baik terutama jika dihubungkan dengan budaya, pariwisata dan keelokan alam Indonesia. “Yang paling menarik adalah karena fotografi outdoor tidak menuntut investasi pada lighting equipment yang mahal.” Ungkapnya. Namun untuk melakukan pemotretan outdoor Goenadi menyarankan untuk melakukan periapan yang tepat, misalnya mengetahui golden hour dan karakternya. Penting juga untuk mengetahui iklim dari daerah yang akan difoto dan juga letak matahari. “Misalnya kalau mau motret Bromo, bagusnya hanya antara Juli sampai September, di luar itu untung-untungan.” Terangnya. “Contoh lain, kalau mau memotret wildlife harus tau kapan musim kawin.” Tambahnya. Bagi mereka yang akan memotret di pedalaman, Goenadi menyarankan untuk membawa perlengkapan yang tepat. “Dry Bag misalnya. Atau floating

22

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007 Railway tracks before utilization, Ciganea, Purwakarta, Jawa Barat.

23

OUTDOORPHOTOGRAPHY

OUTDOORPHOTOGRAPHY

“Saat ini fotografi sudah bisa dijadikan profesi karena sudah bisa menghidupi tidak seperti dulu. Maka dari itu jangan takut untuk terjun. Tapi yang penting harus tau apa maunya supaya jangan sekedar ikut-ikutan dan akhirnya hanya bisa meniru.” case kalau memang harus masuk air. Intinya harus tau karakter obyek dan lingkungan. Di akhir pembicaraan kami Goenadi pun menyampaikan pesan kepada kaum muda yang sedang mendalami fotografi, “Saat ini fotografi sudah bisa dijadikan profesi karena sudah bisa menghidupi tidak seperti dulu. Maka dari itu jangan takut untuk terjun. Tapi yang penting harus tau apa maunya A view to the East – Gunung Tilu, Ciwidey, Jawa Barat

24

EDISI VII / 2007

supaya jangan sekedar ikut-ikutan dan akhirnya hanya bisa meniru.” Tutupnya. EDISI VII / 2007

25

WEDDINGPHOTOGRAPHY

BUDI HAN, EXIST DAN DIPERHITUNGKAN DI DUNIA KOMERSIL

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Orang agency itu susah percaya, jadi portfolio kita bagus pun nggak menjamin kita akan dipakai sama mereka. Mereka takut file hasil pemotretan nggak cukup untuk keperluan komersil akibat penggunaan kamera apa adanya, belum lagi proses pemotretannya lama. Jadi memang susah untuk mendapat kepercayaan dari mereka.”

Fotografi komersil dikenal sebagai fotografi yang tidak melulu mengedepankan teknis fotografis, namun juga strategi bisnis, service klien hingga kedekatan dengan para pekerja kreatif perusahaan periklanan. Hal tersebut menjadi salah satu hal yang menarik bagi para fotografer yang berkecimpung di dunia ini. Disukai atau tidak, isu-isu seperti ini selalu menarik dibicarakan dari masa ke masa. Salah satu fotografer yang diangap berhasil sukses di dunia fotografi komersil adalah Budi Han. Nama Budi Han sudah bertahun-tahun menjadi pembicaraan banyak orang baik dari kalangan sesama fotografer maupun pekerja kreatif periklanan. Ada nada-nada miring dalam pembicaraan tentang Budi Han yang beredar, seperti isu tentang harga, hingga kapasitas pengerjaan pemotretan tiap harinya. Tidak sedikit pula nada-nada positif yang merupakan akumulasi dari kepuasan service yang diberikan Budi Han.

26

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

27

COMMERCIALPHOTOGRAPHY Dengan segala pro dan kontra yang beredar tentag Budi Han, kami justru makin tertarik untuk lebih menggali lebih dalam lagi mengenai Budi Han. Karena bagaimana pun, hingga saat ini Budi Han masih menjadi salah satu fotografer komersil dengan order terlaris

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Fotografer komersil harus bisa semuanya, nggak ada kata nggak bisa.”

setiap bulannya.

yang baru terjun ke dunia itu pada

takut file hasil pemotretan nggak

umumnya. “Karena saya pernah di

cukup untuk keperluan komersil akibat

agency, jadi cari klien nggak masalah

penggunaan kamera apa adanya, be-

buat saya. Saya sudah lebih dulu kenal

lum lagi proses pemotretannya lama.

mereka, dan mereka juga sudah tau

Jadi memang susah untuk mendapat

kemampuan saya jadi nggak susah cari

kepercayaan dari mereka.” Tambahnya.

klien.” Jelasnya. Budi Han pun menya-

Sementara bagi mereka yang sudah

dari bahwa salah satu hambatan yang

mendapat kesempatan untuk mem-

akan dihadapi oleh fotografer yang

buktikan kemampuan dengan melaku-

Budi Han mengawali karirnya sebagai

yang kebetulan memiliki alat fotografi

ingin terjun ke dunia komersil adalah

kan pemotretan untuk keperluan iklan,

fotografer dengan bergabung sebagai

yang tergolong lengkap. Bergabung

masalah kepercayaan klien. “Orang

kesempatan itu harus dimanfaatkan

inhouse fotografer di beberapa perusa-

bersama temannya itu, Budi Han tidak

agency itu susah percaya, jadi portfolio

sebaik mungkin. “Harus diingat orang

haan periklanan kenamaan Indonesia

menyia-nyiakan kesempatan untuk

kita bagus pun nggak menjamin kita

agency networknya sangat kuat,

seperti Chuo Senko dan JWT. Ketika pe-

bisa lebih banyak lagi mengeksplorasi

akan dipakai sama mereka. Mereka

sesama pekerja iklan saling mengenal

rusahaan tempatnya bekerja menggu-

kemampuan fotografinya. “Dulu waktu

dengan baik walaupun beda perusa-

nakan jasa fotografer luar negeri untuk

masih kerja di agency (advertising

haan, sehingga banyak info menyebar

melakukan pemotretan-pemotretan

agency – red.) kan alatnya terbatas, jadi

dengan tingkat kesulitan tinggi, Budi

ketika join bareng teman yang kebetu-

Han pun memanfaatkan dengan

lan punya alat lengkap ya harus diman-

belajar dari fotografer-fotografer asing

faatkan kesempatannya.” Ungkapnya.

itu. Hal itu ia lakukan selama beberapa Setelah beberapa saat menjalankan

tahun.

usaha bisnis fotografi bersama temanBerbekal pengalaman membantu

nya itu, Budi Han akhirnya memutus-

pekerja kreatif periklanan Budi Han

kan untuk berdiri sendiri. Berbeda dari

akhirnya memutuskan untuk berpisah

fotografer lain yang ingin terjun ke

dari perusahaan periklanan tempat

dunia komersil, Budi Han tidak per-

ia menimba ilmu selama ini. Ia pun

nah merasa kesulitan untuk mencari

bergabung dengan seorang teman

klien, tidak seperti fotografer komersil

28

EDISI VII / 2007

“Banyak hal tidak terduga ketika kita memotret outdoor. Jadi jangan sampai kita mengejutkan klien dengan ketidaksiapan kita menghadapi kejutan tersebut.”

dari mulut ke mulut. Jika kita bisa membuktikan bahwa kita mampu, maka kabar itu juga akan menyebar dengan cepat dan tentunya menguntungkan kita, tapi kalau gagal ya cepat juga menyebarnya.” Ungkapnya. Budi Han menyadari menjadi fotografer komersil menuntut kita untuk bisa menyediakan equipment yang memenuhi standar. “Sekarang ini kalau mau aman, pakailah kamera yang bisa menghasilkan file yang cukup untuk

EDISI VII / 2007

29

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Harus diingat orang agency networknya sangat kuat, sesama pekerja iklan saling mengenal dengan baik walaupun beda perusahaan, sehingga banyak info menyebar dari mulut ke mulut. Jika kita bisa membuktikan bahwa kita mampu, maka kabar itu juga akan menyebar dengan cepat dan tentunya menguntungkan kita, tapi kalau gagal ya cepat juga menyebarnya.”

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Banyak yang bilang harga saya murah sehingga merusak pasar, saya bilang saya nggak murah, tapi flexible.”

keperluan cetak billboard. Karena klien akan sangat kecewa jika sudah memprcayakan pemotretan ke kita tapi pada akhirnya file yang dihasilkan hanya cukup untuk cetak poster.” Jelasnya. “lighting equipment juga sama, terkadang ada saja klien datang dengan layout yang menuntut lighting equipment yang canggih, misalnya memotret splash air, orang loncat, dan lain sebagainya yang nggak mungkin bisa dicapai oleh lighting equipment apa adanya.” Tambahnya. Menanggapi komentar untuk menyewa peralatan tanpa harus membelinya Budi Han pun tidak keberatan namun tetap ada catatan tertentu. “Sewa sih boleh saja, banyak tempat yang menyewakan equipment yang canggihcanggih. Tapi kalau kita bisa punya akan lebih baik lagi karena flexibilitas dalam menservice klien juga akan meningkat. Misalnya kalau ternyata harus re-shoot, kaau sewa nggak akan bisa semudah itu karena semua costnya sudah dihitung pas, jadi kalau ada re-shoot pasti nggak mau karena harus sewa lagi, ada pengeluaran lagi.

30

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

31

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

Begitu juga kalau kita salah perhitungan. Kita berhitung untuk menyewa equip-

Jelasnya. “Banyak hal tidak terduga

ment hanya 1 hari ternyata pemotretannya molor hingga 2 hari, kan jadi tekor.”

ketika kita memotret outdoor. Jadi

Jelasnya. “Untuk itu kalau bisa punya, ya jauh lebih bagus.” Tambahnya.

jangan sampai kita mengejutkan klien dengan ketidaksiapan kita menghada-

Hal selanjutnya yang juga dianggap penting diperhatikan untuk menjadi fo-

pi kejutan tersebut.” Tambahnya.

tografer komersil adalah studio. Budi Han melihat akan sangat baik jika fotografer komersil memiliki studio yang representatif. “Nyaman itu harus, kalau bisa mudah

Mengenai kemampuan fotografi, Budi

terjangkau, parkir leluasa dan aman, ada ruang tamunya, ada tempat untuk

Han melihat ini sebagai hal yang tidak

makan, ada tempat untuk santai. Ada TV dan kalau bisa ada TV cable supaya klien

bisa ditawar untuk menjadi fotografer

juga betah, majalah juga sangat penting sehingga mereka nggak bosen menung-

komersil. “Fotografer komersil harus

gui pemotretan kita.” Jelasnya. “satu hal lagi yang saya perhatikan dan tidak

bisa semuanya, nggak ada kata nggak

diperhatikan oleh banyak fotografer komersil adalah mobil outdoor dan keleng-

bisa.” Tegasnya.

kapannya. Saya punya mobil L300 untuk pemotretan outdoor, dan di dalamnya

Inti dari segala usaha yang dijalankan

sudah ada alat-alat seperti tali tambang, gergaji, sapu, gunting, terpal, golok, dan

Budi Han dalam menjalankan bisnis

lain sebagainya. Ini sangat berguna ketika kita harus memotret di luar ruangan.”

fotografi komersil adalah memberi rasa aman. “Yang penting kita bisa kasih rasa aman ke mereka. Kalau semua usaha untuk mencapai hal itu dilakukan klien akan bilang, Sudahlah, motret sama Budi Han, aman deh. Bahkan

“Yang penting kita bisa kasih rasa aman ke mereka. Kalau semua usaha untuk mencapai hal itu dilakukan klien akan bilang, Sudahlah, motret sama Budi Han, aman deh. Bahkan kadang mereka nggak supervisi karena sudah merasa tenang.”

kadang mereka nggak supervisi karena sudah merasa tenang.” Saat ini Budi Han mungkin satu dari sedikit sekali fotografer komersil yang mau menerima pekerjaan pemotretan lebih dari dua buah per harinya. Banyak fotografer komersil menganggap hal ini sebagai salah satu kesalahan, na-

32

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

33

COMMERCIALPHOTOGRAPHY mun Budi Han beranggapan lain. “Sebagai fotografer kita harus bisa melihat tingkat kesulitan. Amat disayangkan jika pemotretan dibatasi sehari hanya satu padahal motretnya hanya packaging itupun hanya 1 layout. Semuanya bisa diperkirakan, jadi kalau pekerjaannya nggak banyak, kenapa nggak motret lebih dari satu per harinya.” Tegasnya. Satu hal lagi yang dianggap sebagai keunggulannya dibanding fotografer sejenis adalah fleksibilitasnya. “Banyak yang bilang harga saya murah sehingga merusak pasar, saya bilang saya nggak murah, tapi flexible.” Jelasnya. Khusus mengenai harga Budi Han selalu melihat tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dilakukan. Tidak jarang pula ia menerima pekerjaan pro bono alias tidak dibayar. “Saya mengenal baik klien-klien saya. Mereka saya anggap sebagai teman. Masak iya ketika mereka butuh bantuan dari saya sementara mereka nggak ada budget saya nggak Bantu. Mereka kan teman saya. Jadi karena pertimbangan itu sesekali saya mau menerima pekerjaan

34

EDISI VII / 2007

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Sebagai fotografer kita harus bisa melihat tingkat kesulitan. Amat disayangkan jika pemotretan dibatasi sehari hanya satu padahal motretnya hanya packaging itupun hanya 1 layout. Semuanya bisa diperkirakan, jadi kalau pekerjaannya nggak banyak, kenapa nggak motret lebih dari satu per harinya.” EDISI VII / 2007

35

COMMERCIALPHOTOGRAPHY pro bono.” Jelasnya. Namun Budi Han cukup pilih-pilih dalam melakukan pekerjaan pro bono. “Kita bisa bedakan lah mana klien yang memang butuh bantuan ketika sedang tidak ada budget untuk motret dan klien yang hanya memanfaatkan kebaikan kita.” Tambahnya. Flexibilitas lain yang dilakukan Budi Han adalah soal waktu. “Kadang ada klien telepon jam 7 malam bilang mereka harus motret jam 11 malam itu juga. Masak iya saya tolak? Jadi waktu bekerja juga harus flexible, kalau harus motret malam ya lakukan, kalau harus motret dadakan ya lakukan asal memang kita nggak ada pekerjaan lain.” Ungkapnya.

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Kalau semua standarnya sudah dipenuhi, bahkan menghadapi persaingan seperti apapun kita nggak akan takut.”

Di tengah segala kebijakan bisnisnya yang selalu masuk dalam perhitungan bisnis, Budi Han terkadang melakukan manuver-manuver bisnis yang secara perhitungan bisnis tidak terlalu urgent. “Misalnya saja genset. Genset itu mahal, sementara mati lampu di Jakarta tergolong jarang. Tapi saya nggak mau ambil resiko ketika lagi motret di

36

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

37

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

depan klien tiba-tiba mati lampu. Jadi untuk yang satu ini biar nggak ekonomis dari perhitungan bisnis tapi tetap saya lakukan. Karena cukup fatal akibatnya.” Jelasnya. Berbicara mengenai tantangan dan hambatan dalam menjalani profesinya sebagai fotografer komersil, Budi Han melihat isu yang sering dibicarakan bahwa menghadapi pekerja kreatif periklanan terkadang menyebalkan bukanlah hal yang tepat. “Satu-satunya hal yang menyebalkan dari bekerja dengan agency adalah bayarannya lama. Yang lainnya tidak masalah.” Jelasnya. Mengomentari pembicaraan banyak fotografer yang menganggap pekerja kreatif periklanan sulit diajak kerjasama Budi Han berkomentar, “yang penting komunikasi. Kalau kita yakin yang mereka minta tidak lebih bagus dari yang kita lakukan, ya dibuktikan saja jangan hanya dibilang bahwa itu akan lebih jelek. Coba saja apa maunya mereka. Mereka juga tidak bodoh lah, mereka bisa bedain mana yang bagus dan mana yang jelek, jadi kalau kita bisa tunjukin bahwa yang mereka minta kurang bagus mereka juga akan menuruti kita selanjutnya. Masalahnya banyak fotografer yang tidak mau mencoba.” Melihat perkembangan fotografi yang semakin pesat, Budi Han melihat fotografer junior masih banyak yang hanya mengandalkan teknologi

“yang penting komunikasi. Kalau kita yakin yang mereka minta tidak lebih bagus dari yang kita lakukan, ya dibuktikan saja jangan hanya dibilang bahwa itu akan lebih jelek. Coba saja apa maunya mereka. Mereka juga tidak bodoh lah, mereka bisa bedain mana yang bagus dan mana yang jelek, jadi kalau kita bisa tunjukin bahwa yang mereka minta kurang bagus mereka juga akan menuruti kita selanjutnya. Masalahnya banyak fotografer yang tidak mau mencoba.” 38

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

39

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Dan jangan lupa, jangan memaksakan keadaan, kalau harganya nggak masuk jangan dipaksakan, karena nanti kualitas yang jadi korban. “ sementara kemampuannya tidak diupgrade. “Banyak yang motret dengan kamera bagus, lighting equipment bagus tapi pada akhirnya ketika motret mereka sering sekali berkata: nanti di DI saja. Padahal digital imaging juga punya keterbatasan. Tidak semua bisa dilakukan oleh digital imaging. Untuk itu Budi Han menyarankan fotografer muda untuk menjaga poin-poin seperti yang sudah diungkapkan di atas. “Kalau semua standarnya sudah dipenuhi, bahkan menghadapi persaingan seperti apapun kita nggak akan takut.” Ungkapnya. “Dan jangan lupa, jangan memaksakan keadaan, kalau harganya nggak masuk jangan dipaksakan, karena nanti kualitas yang jadi korban. “ tutupnya.

40

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

41

THEEVENT

LIPUTANUTAMA

PHOTOGRAPHER ATAU PHOTOSHOPER? Kemajuan teknologi fotografi dan komputer grafis sejatinya memang diperuntukkan demi kemudahan serta optimalisasi hasil dari fotografi itu sendiri. Sejak teknologi digital diaplikasikan pada perangkat kamera digital, penggunaan software pengolah foto seperti: Adobe Photoshop, Macromedia Xres, Corel PhotoPaint, Metacreation Live Picture dan software pengolah foto lainnya meningkat drastis. Memang software pengolah foto sudah dipergunakan bahkan ketika fotografi masih menggunakan media analog seperti slide & film. Namun pada masa itu software pengolah foto hanya dipergunakan sebatas menghilangkan cacat-cacat kecil pada foto. Cacat tersebut bisa karena debu yang tertangkap pada proses scanning, atau memang sumber fotonya yang cacat. Namun perkembangan teknologi fotografi rupanya juga menuntut penggunaan software pengolah foto untuk bisa ambil bagian lebih banyak dari sebelumnya. Kini software pengolah foto sudah menjadi piranti wajib bagi para fotografer. Beberapa edisi yang lalu salah seorang nara sumber kami yang berprofesi sebagai fotografer iklan pernah berkata, “tuntutan terhadap output fotografi sudah semakin tinggi. Sekarang fotografi bukan hanya berhenti pada proses pemotretan saja, tapi ada proses pra produksi dan pasca produksi yang juga tidak kalah penting.” Proses pasca produksi inilah yang dianggapya sebagai proses enchanching

42

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

43

LIPUTANUTAMA

LIPUTANUTAMA

& digital imaging yang menggunakan

imaging untuk menghadirkan hal-hal

software pengolah foto. Jika kita lihat

yang tidak mungkin atau sangat sulit

iklan-iklan yang tayang di berbagai

untuk dilakukan hanya dengan kamera.

media seperti surat kabar, majalah,

Hal yang sama juga bisa kita temui

billboard dan media cetak lainnya

pada foto fashion. Foto fashion pada

memang tidak bisa dipungkiri penggu-

halaman majalah pun mulai mengan-

naan software pengolah foto memang

dalkan bantuan software pengolah

semakin mendapat tempat dalam

foto. Ini untuk mencapai hal-hal yang

proses penciptaan foto iklan. Hal ini da-

tidak bisa dilakukan oleh kamera.

pat kita lihat dari kualitas output foto yang hampir tidak mungkin dilakukan

Pertumbuhan penggunaan software

oleh kamera seorang diri. Foto-foto

pengolah digital juga bisa dilihat dari

dalam iklan yang memang memiliki

menjamurnya buku-buku tutorial

tuntutan untuk memiliki striking power

software pengolah foto tersebut. Jika

dan sticking power rupanya berakibat

kita lihat dalam 10 tahun belakangan

kepada tuntutan penggunaan software

ini rak buku di toko-toko buku ter-

pengolah foto pada proses digital

nama di sekitar kita pun mulai dibanjiri

“tuntutan terhadap output fotografi sudah semakin tinggi. Sekarang fotografi bukan hanya berhenti pada proses pemotretan saja, tapi ada proses pra produksi dan pasca produksi yang juga tidak kalah penting.”

dengan buku-buku tutorial software

44

EDISI VII / 2007

pengolah grafis. Bahkan dari satu versi software pun bisa terdapat lebih dari 10 buku dengan topik bahasan yang tidak terlalu jauh berbeda. Kursuskursus komputer grafis terutama yang menawarkan pelatihan software pengolah foto pun membanjir. Peminatnya seolah-olah tidak pernah habis. Satu indikator otentik mengenai menjamurnya penggunaan software pen-

Foto-foto dalam iklan yang memang memiliki tuntutan untuk memiliki striking power dan sticking power rupanya berakibat kepada tuntutan penggunaan software pengolah foto pada proses digital imaging untuk menghadirkan hal-hal yang tidak mungkin atau sangat sulit untuk dilakukan hanya dengan kamera.

golah foto adalah foto-foto pada halaman photo blogger & galeri fotografi online. Sedikitnya 5 dari 10 foto yang diupload dan bisa diakses pada ruang semacam itu mengandalkan software pengolah foto. Bahkan forum fotografi online pun menyediakan segmen khusus untuk berdiskusi masalah olah digital ini. Yang menjadikan permasalahan ini menarik bagi kami adalah sebatas mana penggunaan software pengolah foto masih bisa diterima dan dibenarkan oleh pakem dan keyakinan fotografi modern? Untuk menjawab hal ini kami telah melakukan interview dengan 20 orang pehobi fotografi dari tingkat pemula hingga tingkat mahir. Hasilnya 12 dari 20 orang tersebut menganut keyakinan penggunaan olah digital dalam fotografi sah-sah saja tanpa harus ada batasan. 1 orang menolak penggunaan olah digital dalam fotografi dan 7 orang menganggap olah digital masih bisa diterima sebatas tidak EDISI VII / 2007

45

LIPUTANUTAMA bisa didapatkan oleh kamera.

LIPUTANUTAMA seorang kelompok ini. Kami melihat

pat bahwa harus ada pemisahan antara koridor hobby dan koridor komersil. Jika

foto ketika masih mentah tanpa olahan

foto yang dihasilkan sekedar hobby maka sah-sah saja untuk membuka batasan

12 orang kelompok yang menerima

sama sekali dan ketika sudah diolah.

penggunaan software olah digital. Namun jika foto yang dihasilkan untuk kep-

sebebas-bebasnya penggunaan olah

Hasilnya jauh berbeda bagaikan bumi

erluan komersil seperti wedding, jurnalistik, iklan, dll fotografer yang bersangku-

digital pada foto menganggap bahwa

dan langit. Hasil mentahnya menunjuk-

tan harus cerdik melihat kebutuhan dan tuntutan konsumen. “Di wedding ada

penggunaan olah digital adalah bagian

kan foto yang relatif terang walaupun

yang suka fotonya diolah habis-habisan tapi ada juga yang nggak suka. Berbeda

penting dalam penciptaan sebuah

belum tergolong hi key. Namun foto

dengan di jurnalistik. Pengolahan software olah digital sangat dibatasi karena

foto. “Kalau bisa lebih bagus kenapa

yang sama setelah terkena sentuhan

yang ingin ditampilkan adalah keaslian dari foto tersebut, jadi kalau sudah masuk

nggak dilakukan.” Ungkap Budi, salah

olah digital berubah 180 derajat men-

dapur digital mana bisa dijual.” Ungkapnya.

seorang dari kelompok ini. Budi adalah

jadi low key dengan banyak kontras

pehobi fotografi yang sudah sekitar 3

yang dipaksa hingga kehilangan detail.

Berbeda lagi dengan Nuki, seorang digital artis yang banyak melakukan proses

tahun menekuni fotografi. Budi senang

Fotografer yang membuatnya pun

olah digital pada foto-foto iklan. Nuki berpendapat bahwa penggunaan olah digi-

sekali berpartisipasi dalam gallery foto

merasa bangga akan keahliannya me-

tal harus proporsional. “Olah digital itu seperti make up, proporsional aja. Kalau

online dimana ia bisa mengupload

nyulap foto tersebut.

wanita nggak pakai make up kan terkesan begitu-begitu saja, tapi penggunaan

fotonya untuk dikomentari orang lain.

make up berlebihan dan menor pun juga membuatnya jadi tidak menarik. Foto

“coba kalau kita lihat galeri foto online,

Generasi yang lebih muda nampaknya

juga begitu, kalau olah digitalnya nggak ada sama sekali kadang terasa hambar,

hampir semua orang pakai photoshop.

memang lebih terbuka terhadap peng-

walaupun tidak selalu. Tapi kalau olah digitalnya berlebihan juga nggak menarik.”

Yang penting kan hasil akhirnya.”

gunaan olah digital. Lebih jauh lagi,

Ungkapnya. Untuk itu Nuki memandang perlu kedewasaan fotografer dalam bisa

Tegasnya.

tidak sedikit yang terjerumus terlalu

melakukan porsi olah digital yang sesuai.

Hal senada juga diungkapkan Djoko,

dalam sehingga porsi olah digitalnya

seorang fotografer wedding amatir. “di

jauh lebih berperan dibanding fo-

wedding foto kalau tidak pakai olah

tografinya. Untuk melihat hal ini secara

digital mana bisa dijual. Semua foto

lebih seimbang, kami pun berbincang-

wedding yang laku dijual selalu pakai

bincang dengan beberapa nara sum-

olah digital. Minimal untuk color cor-

ber yang berkompeten di bidang ini.

rection dan push contrast.” Bayu, salah seorang pehobi foto yang Hal menarik lain kami temui ketika

juga bekerja sebagai art director di

kami melihat sebuah foto dari salah

sebuah perusahaan grafis berpenda-

46

EDISI VII / 2007

“Olah digital itu seperti make up, proporsional aja. Kalau wanita nggak pakai make up kan terkesan begitu-begitu saja, tapi penggunaan make up berlebihan dan menor pun juga membuatnya jadi tidak menarik. Foto juga begitu, kalau olah digitalnya nggak ada sama sekali kadang terasa hambar, walaupun tidak selalu. Tapi kalau olah digitalnya berlebihan juga nggak menarik.” EDISI VII / 2007

47

LIPUTANUTAMA

“Kalau berani nyebut fotografer ya banyakin di fotografinya dong, jangan di photoshopnya.”

LIPUTANUTAMA Pengamat fotografi Subakti juga

Tapi dari sekian banyak pengamat dan

berpendapat pernggunaan olah digital

pelaku fotografi yang kami wawan-

sah-sah saja, terutama jika foto yang

carai, sebagian besar menganggap

dihasilkan untuk koleksi pribadi. Hanya

penggunaan olah digital harus bijak-

saja idealnya porsinya sesuai. “Kalau

sana. Artinya sesuai keperluan dan

berani nyebut fotografer ya banyakin

untuk itu dituntut kebesaran hati dari

di fotografinya dong, jangan di pho-

sang pencipta foto tersebut. Kebesaran

toshopnya.” Tegasnya. Hal in senada

hati untuk bisa mengakui bahwa ada

dengan pernyataaan Hary Suwanto,

hal yang seharusnya dicapai melalui

seorang fotografer wedding yang

fotografi dan ada hal yang memang

menjadi nara sumber kami pada edisi

hanya bisa dicapai melalui olah digital.

terdahulu. Hary juga merasa tidak ke-

Bagaimana caranya untuk bisa mem-

beratan akan pernggunaan olah digital

bedakan hal tersebut. Di edisi perdana

yang dominan sejauh sang pembuat

kami, Irvan Arryawan, seorang fo-

tidak menyebut diri sebagai fotografer.

tografer fashion pernah berkata bahwa jika olah digitalnya baru diketahui

Hal yang sedikit bertentangan per-

belakangan, artinya motretnya belum

nah diungkapkan oleh Suherry Arno,

benar. Artinya ketika seorag fotografer

seorang print maker yang menjadi

memiliki kemampuan fotografi yang

nara sumber kami di edisi sebelumnya.

cukup maka fotografer harus menge-

Suherry menegaskan proses olah digi-

tahui mana foto yang memang perlu

tal layaknya proses kamar gelap jadi

olah digital mana yang tidak. Dan

bukan hal yang tabu. Selain itu Suherry

prose situ pun harus diketahui di awal,

juga berpendapat bahwa kemampuan

bukan secara tidak sengaja di tengah-

untuk menentukan cara mengolah

tengah atau akhir pemotretan.

foto tersebut juga merupakan keahlian khusus yang sudah pasti melibatkan

Yuslino, seorang pehobi foto yang

cita rasa seni yang baik.

sudah lebih dari 15 tahun mendalami fotografi berpendapat bahwa

48

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

49

LIPUTANUTAMA

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

dapat dimengerti jika seorang pemula melakukan olah digital lebih banyak dari fotografinya. Namun seiring dengan bertambahnya jam terbang idealnya fotografer bersangkutan harus berani menantang diri sendiri untuk mulai mengurangi porsi olah digital hingga pada titik benar-benar diperlukan saja. Yuslino mengaku ketika sebuah foto dihasilkan dengan banyak olah digital padahal hal tersebut bisa dicapai di fotografi artinya fotografer yang bersangkutan harus lebih memperdalam fotografinya. Untuk itu Ajie Lubis, seorang fotografer komersil yang juga mengajar mata kuliah fotografi di berbagai perguruan tinggi selalu menekankan siswanya untuk menganggap tidak ada teknologi olah digital ketika memotret. Hal ini untuk membiasakan fotografer yang bersangkutan untuk tidak bergantung dan manja terhadap software olah digital. Pada akhirnya, memang tidak ada aturan dan sanksi yang baku terhadap penggunaan software olah digital pada penciptaan sebuah foto. Segala sesuatunya dikembalikan kepada kita semua sebagai pencipta foto. Ada yang sangat puas bila bisa menyulap foto jelek jadi bagus, ada yang justru puas ketika bisa menghasilkan foto bagus dengan sentuhan olah digital seminim mungkin. Bagaimana dengan Anda?

50

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

51

DIGITALPROCESS

TONAL, BIT DEPTH & DYNAMIC RANGE Setelah pada edisi lalu kita mempelajari tentang teori warna, kali ini kita akan membahas hal yang masih berhubungan erat dengan teori warna tersebut yaitu tonal.

Di mana letak kesalahannya dalam pengertian di atas? Ya Highlight memang titik paling terang dalam sebuah foto, tapi dengan syarat titik tersebut masih menyimpan detail atau jika dilihat dengan color picker nilai warnanya bukan C: 0%, M:0%, Y:0%, K:0%. Atau jika dalam skala RGB bukan R:255, G:255, B:255. Sementara Shadow sebaliknya, adalah titik paling gelap dimana masih menyimpan detail sehingga bukan 100% black atau pada skala RGB bukan R: 0, G: 0, B: 0. Sementara Midtone adalah daerah dimana terdapat tingkat ke-terang-an menengah. Pertanyaannya selanjutnya yang muncul adalah apakah sebuah foto selalu memiliki distribusi tonal yang lengkap atau merata? Jawabannya tidak selalu. Ada foto dimana distribusi shadownya dominan, ada yang sebaliknya distribusi highlightnya yang dominana. Foto dengan distribusi shadow dominan di area Shadow sering disebut Low Key. Sementara foto dengan distribusi highlight yang dominan disebut Hi Key. Terkadang sebuah foto tidak memiliki distribusi highlight atau shadow pada skala

Tonal adalah skala ukur sebuah foto dinilai dari bagian gelap terangnya. Seperti kita ketahui ketika sebuah foto dihasilkan, ia akan menghasilkan gradasi gelap terang. Distribusi tonal bisa dilihat dari histogram dari suatu foto. Histogram dapat kita temui pada kamera digital keluaran terbaru dan juga software pengolah foto seperti Adobe Photoshop. Tiga titik poin yang biasanya menjadi tolak ukur koreksi tonal adalah Shadow, Midtone, Highlight. Banyak sekali pehobi fotografi yang mengenal hal ini namun tidak banyak yang mengerti benar arti ketiga elemen tersebut terutama shadow dan highlight. Highlight sering disalah artikan sebagai titik paling terang dalam sebuah foto. Sementara Shadow disalah artikan sebagai titik paling gelap dalam sebuah foto.

52

DIGITALPROCESS

EDISI VII / 2007

optimal. Untuk menyiasati hal ini sebagian kalangan melakukan koreksi dengan menggeser titik highlight atau shadow (tergantung mana yang tidak terdapat distribusi) ke kurva di mana terdapat distribusi tonal. Hasilnya distribusi highlight dan shadownya terpenuhi walaupun resikonya dengan meregangkan kurva distribusi tonal ada kemungkinan akan ada titik-titik kosong di tengah gambar. Hasilnya kontras foto meningkat namun gradasinya kurang halus, atau dalam bahasa komputer grafis disebut posterize. Fasilitas autolevel yang terdapa pada software RAW development dan software pengolah foto melakukan hal tersebut. Artinya ketika kita mengaplikasikan fasilitas autolevel software tersebut menggeser distribusi tonalnya sehingga titik shadow dan highlight terpenuhi. Karena tonal identik dengan gradasi terang gelap sebuah foto yang digambarkan

EDISI VII / 2007

53

DIGITALPROCESS

DIGITALPROCESS pada setiap channel, semuanya ditampilkan dalam black & white. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koreksi tonal juga diperlukan ketika kita ingin melakukan koreksi warna. Karena tiap channel tersimpan dalam informasi black & white.

Histogram terdistribusi dominan di midtone hingga highlight. Menunjukkan foto cenderung hi key

Lebih jauh lagi, jika kita melihat proses pencetakan sebuah foto dengan teknologi offset, maka sebelum foto tersebut dicetak, dibuatlah plat cetak yang isinya persis seperti kita lihat pada channelnya. Persis seperti channel, plat cetak juga terbagi dalam 4 lembar berisi informasi masing-masing Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Dan semuanya tersimpan dalam warna hitam dan putih. Bit Depth & Dynamic Range Sering kali sebuah pada sebuah kamera kita menemui keterangan; Dynamic dengan warna hitam dan putih, banyak pihak yang merasa tidak perlu mempelajari tonal ketika tidak melakukan pemotretan hitam putih. Hal ini tidak-

range: 12 bit. Sebenarnya apa arti Dynamic range? Dynamic range atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut rentang nada adalah banyaknya tingkatan gradasi yang bisa ditampilkan oleh sebuah peralatan imaging atau foto yang diukur dari highlight higga shadownya di setiap channel warnanya. Artinya semakin

lah tepat karena bahkan foto warna pun menyimpan distribusi tonal. Jika kita lihat lebih lanjut, informasi warna pada foto warna tersimpan pada chanHistogram terdistribusi dominan di shadow. Menunjukkan foto cenderung low key

daerah tidak terisi histogram

nel. Jika mode warna yang digunakan RGB maka channel yang terlihat Red, Green & Blue. Jika mode warna yang digunakan CMYK maka channel yang terlihat adalah Cyan, Magenta, Yello, & Black. Ketika kita ingin melakukan koreksi warna, kita bisa melakukan koreksi pada masing-masing channel yang diinginkan, tidak harus semuanya. Dan jika kita lihat informasi yang tersimpan

54

EDISI VII / 2007

Histogram tidak full mengisi bidang. Fasilitas auto level secara otomatis akan menggeser slider yang tidak diisi histogram ke posisi yang terdapat histogram.

Histogram hasil auto level. Kurva terdisitribusi merata namun posterize. ada bagian yang kosong di tengah-tengah. EDISI VII / 2007

55

DIGITALPROCESS

PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

banyak kemampuan menampilkan warna sebuah alat atau foto, semakin besar dynamic rangenya. Untuk itu kamera yag memiliki dynamic range yang lebih luas tentunya memberika keleluasaan lebih dalam melakukan reproduksi warna. Atau bisa dikatakan semakin luas dynamic range nya semakin bagus sebuah kamera. Ini karena keleluasaan untuk menangkap warna dari obyek foto aslinya tanpa terjadi distorsi warna sangat besar. Jika iklan film jaman dulu pernah berkata “menangkap warna seindah aslinya” artinya memang tidak ada warna yang tidak bisa ditangkap dan direproduksi dengan benar menjadi sebuah foto tanpa adanya pergeseran nilai warna. Namun bukan berarti foto yang memiliki dynamic range adalah foto yang baik. Karena tidak semua foto yang dynamic rangenya sempit tidak bagus. Satuan untuk menyatakan dynamic range tersebut atau yang sering disebut bit depth adalah bit. Rumus

puan menampilkan warnanya adalah 2 pangkat 2 atau = 4. Beberapa peralatan imaging mencantumkan bit depthnya dalam satuan per channel, misalnya 8 bit per channel. Artinya kemampuan menampilkan warna pada alat itu adalah 256 value dalam setiap channelnya.

penghitungannya adalah 2 pangkat n, di mana n adalah besarnya angka bit depth. Sehingga 2 bit artinya kemam-

56

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

57

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY

KRISNA SATMOKO, MATANG DI JALUR OTODIDAK Beberapa tahun belakangan ini fotografi wedding tumbuh pesat. Kemudahan menghasilkan gambar sebagai hasil perkembangan teknologi digital pada kamera sedikit banyak mempengaruhi perkembangan ini. Sayangnya, masih sangat banyak pihak yang menganggap kualitas output bisnis fotografi wedding ratarata masih belum begitu menggembirakan. Banyak alasan yang muncul, mulai dari ketatnya persaingan sehingga terjadi perang harga yang bermuara pada menurunnya kualitas output hingga alasan-alasan klise seperti begitu banyaknya fotografer yang terjun ke bisnis ini secara prematur. Seakan-akan merasa tidak cukup dengan alasan-alasan tersebut, pemerhati fotografi wedding pun tidak jarang mengkambing-hitamkan klien fotografi weding yang notabene adalah orang awam yang rata-rata tidak melek seni sebagai salah satu alasn lain. Untuk itu, kali ini kami mendapat kehormatan untuk boleh menghadirkan seorang fotografer yang selain melakukan pemotrean produk juga cukup banyak melakukan pemotretan wedding. Ia adalah Krisna Satmoko atau yang biasa dipanggil

58

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

59

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY Cheese. Cheese memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Dan yang membuat kami tertarik untuk menghadirkannya di sini adalah ketertarikannya untuk menspesialisasikan diri pada candid wedding di tengah begitu banyaknya fotografer wedding yang lebih tertarik pada pre wedding. Cheese mengenal fotografi dari ayahnya. Kebetulan saja ayahnya memiliki kamera dan banyak buku referensi foto. “ayah saya punya banyak coffee table book dengan foto yang bagusbagus. Tapi tidak punya buku teknis fotografi. Akhirnya saya banyak belajar dari sana. Saya tidak mempelajari teknis seperti kebanyakan orang tapi saya biasa melihat-lihat foto yang bagus di buku itu. Setiap ada kesempatan saya coba mengira-ngira cara pembuatan foto tersebut lalu mempraktekannya.” Ungkapnya. “pernah saya lihat

“ayah saya punya banyak coffee table book dengan foto yang bagus-bagus. Tapi tidak punya buku teknis fotografi. Akhirnya saya banyak belajar dari sana. Saya tidak mempelajari teknis seperti kebanyakan orang tapi saya biasa melihat-lihat foto yang bagus di buku itu. Setiap ada kesempatan saya coba mengira-ngira cara pembuatan foto tersebut lalu mempraktekannya.”

foto rim light yang bagus sekali. Saya coba cari tahu bagaimana cara membuatnya. Waktu itu saya masih pakai lampu belajar. Tidak pakai lampu untuk motret.” Tambahnya. Cheese tergolong otodidak dalam

60

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

61

WEDDINGPHOTOGRAPHY

“Kerja sih butuh, tapi jangan sampai diperbudak oleh pekerjaan. Karena ketika kita diperbudak pekerjaan maka yang dipertaruhkan adalah kualitas outputnya. Motret terusterusan setiap hari justru akan memuat kita kayak mesin, produktifitas tinggi tapi hasilnya mirip-mirip saja. Nggak ada yang baru dan segar.”

WEDDINGPHOTOGRAPHY mempelajari fotografi “saya dulu belajar motret waktu masih jamannya analog. Setiap motret saya selalu bikin log yang berisi keterangan exposure, speed dari frame tersebut. Jadi ketika saya cetak contact print saya bisa lihat mana yang kurang dan kenapa.” Ujarnya. Awal keseriusan Cheese mendalami fotografi sempat mendapat keraguan dari keluarganya. Hal ini karena persepsi fotografer bagi keluarganya adalah orang yang berkelilng di tempat wisata menawarkan jasa memotret. Namun niat Cheese tidak perah surut. Ia pun terus mendalami fotografi hingga pada akhirnya ia bisa memeli kamera dengan uangnya sendiri. Mulai saat itu keluarganya mulai memperhitungkan hobby Cheese. Pada saat duduk di kelas 2 SMP, Cheese ikut Alain Compost, seorang fotografer nature & wild life ke dalam hutan. Selama beberapa bulan Cheese mempelajari fotografi nature & wild life

“Saya selalu menempatkan diri sebagai keluarga pengantin, walaupun mereka klien saya. Dengan begitu saya bisa ikut merasakan dan mengabadikan momen-momen menarik yang lebih dalam, bukan sekedar membuat foto dokumentasi.”

dari Alain Compost. Setelah beberapa bulan ikut Alain Compost, Cheese

62

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

63

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY kembali ke Bandung dan menyelesaikan sekolahnya dengan ikut ujian persamaan. Lulus dari SMA, Cheese mencoba mendaftar ke jurusan sinematografi IKJ. Setelah melalui proses seleksi, ia pun diterima. Ketika masih duduk di tingkat awal kuliahnya, Cheese sudah ditawari salah seorang dosen yang memiliki gelar master dark room untuk menjadi asisten dosen. Cheese pun awalnya menolak karena merasa belum mampu menjadi asisten dosen. Namun dengan bujukan dosennya ia pun akhirnya menerima tawaran itu. Melalui pertemuan yang intens itupun akhirnya cheese memutuskan untuk berhenti kuliah di jurusan sinematografi dan terjun menjadi fotografer still life. “waktu itu dosan saya nanya; “kamu mau jadi apa kuliah di sini”. Saya jawab saya mau jadi director of photography.” Kenangnya. “lalu dia bilang, menurut saya kamu ngak cocok jadi director of photography, selain itu sekarang masanya film Indonesia sedang susah, jadi lebih baik kamu jadi still life photgrapher. Dan setelah menimang-nimang, saya pun memutuskan untuk berhenti dari kuliah saya dan memutuskan untuk jadi still life photographer.” Tambahnya.

“Saya nggak pernah suka memotret yang dibuat. Jadi saya lebih suka menangkap momen daripada membuat momen. Nggak suka banyak mengatur. Karena buat saya momen asli itu tidak bisa diulang. Jadi suatu saat mereka lihat foto-foto yang saya buat, mereka bisa tertawa, atau menangis. Karena semuanya asli dan memang itu yang ingin saya tangkap.” 64

EDISI VII / 2007

Menjalani hidupnya sebagai fotografer, Cheese memiliki prinsip yang sedikit bertolak belakang dengan fotografer pada umumnya. Jika banyak fotografer yang menginginkan pekerjaan banyak Cheese malah sebaliknya. “Kerja sih butuh, tapi

EDISI VII / 2007

65

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY

“Banyak penganin yang orang tuanya terlalu banyak mengatur fotonya harus bagaimana. Memang sih orang tua yang ikut bayar pernikahan itu, tapi harus diingat bahwa yang akan membawa foto itu sampai mati adalah pegantinnya bukan orang tuanya. Maka dari itu saya lebih banyak menuruti kemauan pengantin bukan orang tuanya.” 66

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

67

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY jangan sampai diperbudak oleh pekerjaan. Karena ketika kita diperbudak pekerjaan maka yang dipertaruhkan adalah kualitas outputnya. Motret terus-terusan setiap hari justru akan memuat kita kayak mesin, produktifitas tinggi tapi hasilnya mirip-mirip saja. Nggak ada yang baru dan segar.” Terangnya. Berbicara mengenai fotografi wedding, Cheese mulai memotret wedding karena keluarga. “karena ada keluarga yang nikah jadi saya yang diminta motret. Kebetulan karena saya bagian dari keluarga jadi saya tahu lebih dalam. Misalnya saya tahu betul paman

membuat foto dokumentasi.” Jelasnya.

saya nggak betah pakai belangkon,

“Saya nggak pernah suka memotret

nah ekspresi ketidaknyamanan dia me-

yang dibuat. Jadi saya lebih suka me-

makai belangkon itulah yang menarik

nangkap momen daripada membuat

buat saya.” Ungkapnya.

momen. Nggak suka banyak mengatur.

Cara ini pula yang ia terapkan ketika

Karena buat saya momen asli itu tidak

harus memotret upacara pernikahan

bisa diulang. Jadi suatu saat mereka

kliennya. “Saya selalu menempat-

lihat foto-foto yang saya buat, mereka

kan diri sebagai keluarga pengantin,

bisa tertawa, atau menangis. Karena

walaupun mereka klien saya. Dengan

semuanya asli dan memang itu yang

begitu saya bisa ikut merasakan dan

ingin saya tangkap.” Tambahnya.

mengabadikan momen-momen menarik yang lebih dalam, bukan sekedar

68

EDISI VII / 2007

Sama seperti kebanyakan fotografer EDISI VII / 2007

69

WEDDINGPHOTOGRAPHY

70

EDISI VII / 2007

WEDDINGPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

71

WEDDINGPHOTOGRAPHY wedding, Cheese pun menemui banyak tantangan di fotografi wedding. “Banyak penganin yang orang tuanya terlalu banyak mengatur fotonya harus bagaimana. Memang sih orang tua yang ikut bayar pernikahan itu, tapi harus diingat bahwa yang akan membawa foto itu sampai mati adalah pegantinnya bukan orang tuanya. Maka dari itu saya lebih banyak menuruti kemauan pengantin bukan orang tuanya.” Jelasnya. Tantangan lain yang ditemui Cheese berhubungan dengan kemudahan yang dihadrikan oleh kemajuan teknologi digital. “Digital ini kan enak sekali. Jepret aja terus nggak akan ada habisnya, karena kalau memory card

72

EDISI VII / 2007

WEDDINGPHOTOGRAPHY

“Digital ini kan enak sekali. Jepret aja terus nggak akan ada habisnya, Akhirnya banyak fotografer yang asal hantam saja, jepret sebanyakbanyaknya kalau perlu pakai continuous shoot yang bisa sampai 5 frame per second. Sayangnya mood dan ekspresinya nggak dperhatikan akhirnya foto yang dihasilkan banyak tapi nggak banyak yang kepakai. Harus diingat juga mensortir dan mengolahnya juga repot dan makan waktu. ”

EDISI VII / 2007

73

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY penuh bisa dipindahin dan dipakai lagi. Akhirnya banyak fotografer yang asal hantam saja, jepret sebanyak-banyaknya kalau perlu pakai continuous shoot yang bisa sampai 5 frame per second. Sayangnya mood dan ekspresinya nggak dperhatikan akhirnya foto yang dihasilkan banyak tapi nggak banyak yang kepakai.” Ungkapnya. “Harus diingat juga mensortir dan mengolahnya juga repot dan makan waktu. Untuk itu saya nggak pernah jepret banyak-banyak. Seperlunya saja yang penting tepat.” Tambahnya. Orientasi Cheese pada kualitas rupanya juga terlihat dari bagaimana ia mengolah fotonya. “banyak fotografer yang sudah punya team design, team album dan lain sebagainya sehingga proses pengerjaan olah foto, layouting sampai cetak bisa dilaukan dengan cepat karena dikerjakan beramai-ramai. Tapi saya biasa mengerjakan sendiri. Karena saya yang motret jadi saya pasti tau betul mood di sana dan mau dijadikan seperti apa. Menyusun album pun nggak asal pakai template. Tapi disesuaikan dengan gaun sang pengantin, warna, property, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan proses digital imagingnya. Kelemahannya memang proses pengerjaannya lebih lama, tapi lebih personal hasilnya, jadi nggak mirip antar satu dengan yang lain.” Jelasnya. Untuk itu Cheese hanya membatasi pekerjaan memotret wedding paling banyak sampai 2 klien per bulannya, itupun harus berjauhan jaraknya. “Kalau setiap hari motret wedding, kapan ide segarnya mau keluar. Akhirnya hasilnya mirip-mirip deh.” Tegasnya. Menyikapi persaingan di kalangan fotografer wedding yang semakin tidak karuan, Cheese mengharapkan suatu saat ada asosiasi yang bisa menjadi wadah para fotografer wedding dimana ada regulasi dan etika yang jelas. “Harusnya ada pembagian mana fotografer yang kelasnya senior, mana yang intermediate, mana yang beginner. Masing-masing punya harganya sendiri dan tidak boleh naik atau turun harga seenaknya. Dengan begitu yang junior nggak akan memakan pasar yang senior begitu juga sebaliknya.” Ujarnya.

74

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

75

WEDDINGPHOTOGRAPHY

76

EDISI VII / 2007

WEDDINGPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

77

WEDDINGPHOTOGRAPHY

“Harga yang kita tetapkan adalah cara bagaimana kita menghargai diri kita dan kemampuan kita. Kalau kita banting harga artinya kita nggak menghargai diri kita. Tapi kalau kita memasang harga yang terlalu tinggi juga nggak benar, kesannya kita terlalu sombong menempatkan harga diri lebih tinggi dari sewajarnya.”

WEDDINGPHOTOGRAPHY Namun hingga saat ini Cheese merasa tidak perlu ikut-ikut banting harga seperti yang banyak dilakukan fotografer wedding lain. “Harga yang kita tetapkan adalah cara bagaimana kita menghargai diri kita dan kemampuan kita. Kalau kita banting harga artinya kita nggak menghargai diri kita. Tapi kalau kita memasang harga yang terlalu tinggi juga nggak benar, kesannya kita terlalu sombong menempatkan harga diri lebih tinggi dari sewajarnya.” Ungkapnya. “Sebenarnya klien baru merasa harga fotografi fee mahal ketika mereka melihat hasilnya tidak senilai dengan harganya. Untuk itu, sesuaikanlah harga dengan kualitas kita.” Tambahnya. Berbicara mengenai fotografer junior, Cheese melihat sesuatu yang kurang menggembirakan. “Jujur saja, saya melihat anak sekarang karbitan.

“Ketika kita meniru fotonya Artli kita nggak jadi artli, kita hanya jadi penirunya Artli.” 78

EDISI VII / 2007

Mungkin karena dengan teknologi digital memotret jadi jauh lebih mudah. Padahal memotret bagus masih susah.” Tegasnya. “Tidak heran banyak fotografer muda yang latah. Mereka hanya bisa meniru. Apa yang dibuat

EDISI VII / 2007

79

WEDDINGPHOTOGRAPHY

WEDDINGPHOTOGRAPHY

“Motret yang paling benar itu dengan feeling, bukan dengan hitunghitungan teknis. Maka dari itu kalau memotret jangan hanya pakai mata, tapi juga hati.”

paling benar itu dengan feeling, bukan dengan hitung-hitungan teknis. Maka dari itu kalau memotret jangan hanya pakai mata, tapi juga hati.” Tambahnya. Kecanggihan teknologi sepertinya memang cukup mengkhawatirkan perkembangan kemampuan fotografi pada fotografer junior setidaknya bagi Cheese. “Harus diingat fotografer bagus tidak ditentukan dari kameranya. Justru banyak orang yang punya kamera otomatis canggih tapi malah jadi nggak kreatif, karena semuanya serba ada, jadinya manja dan tidak mau usaha.” Tegasnya.

fotografer lain yang lebih senior atau yang selevel akan dibuat juga oleh mereka. Sah-sah saja belajar motret dengan meniru foto orang lain. Tapi usahakan ketika

Akhirnya Cheese juga berbagi tips

meniru foto orang lain kita harus kasih sesuatu yang beda yang bagus dan segar.

untuk mereka yang ingin mempelajari

Kasih warna kita sendiri.” Tambahnya. “Ketika kita meniru fotonya Artli (fotografer

fotografi wedding terutama candid

komersil- red.) kita nggak jadi artli, kita hanya jadi penirunya Artli.” Tegasnya.

fotografi. “Cara melihat momen, jangan

Cheese merasa seharusnya setiap fotografer yang ingin belajar memotret

menganggap diri sebagai fotografer,

memulai dari kamera analog. Karena dengan belajar dari kamera analog setiap

tapi sebagai keluarga dari pengantin.

fotografer bisa mengerti betul bagaimana menghasilkan foto yang benar. “Bagi

Dengan begitu kita bisa menangkap

saya sendiri the real photography adalah analog fotografi itu sendiri. Puasnya

momen-momen menarik yang asli, bu-

beda.” Ungkapnya.

kan buatan. Selain itu, selalu berusaha

Selain itu fotografer junior harus paham bahwa fotografer itu lahir melalui jam

bikin yang beda dan lebih menarik.

terbangnya. Maka dari itu banyak-banyaklah berlatih. Berlatih melihat dunia dari

Jangan hanya bisa meniru.” Tutupnya.

jendela yang kecil. Perhatikan momennya, jangan hanya teknisnya. “Motret yang

80

EDISI VII / 2007

“Harus diingat fotografer bagus tidak ditentukan dari kameranya. Justru banyak orang yang punya kamera otomatis canggih tapi malah jadi nggak kreatif, karena semuanya serba ada, jadinya manja dan tidak mau usaha.”

Thanks to: 1. KPH Wironegoro & GKR Pembayun 2. Mita & Bradly EDISI VII / 2007

81

THEINSPIRATION

MERUMUSKAN FORMULA TO BE CRATIVE

THEINSPIRATION kreatif. Jika boleh dikatakan monopoli, mungkin kreatif akan menjadi monopoli orang yang memeng memperjuangkannya. Nah bagaimana memperjuangkannya? Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca sebuah buku yang berisi tentang interview beberapa orang tokoh periklanan dunia. Ya buku itu memang buku yang memuat perbincangan dan

Dari sekian banyak fotografer yang pernah hadir di majalah ini, beberapa orang menekankan hal senada dalam hal menjadi fotografer yang baik. Hal tersebut adalah “peka”. Ya fotografer memang dituntut untuk peka. Peka terhadap hal-hal menarik yang selalu terlewatkan dari radar kreatifitas kita. Peka terhadap pembaruan-pembaruan yang bisa membuat foto kita menjadi memiliki sesuatu yang menarik tanpa harus menjai super aneh. Saya mengartikan “peka” yang sering disebut beberapa nara sumber kami tersebut mirip seperti kreatifitas. Orang yang peka artinya orang yang memiliki kemampuan untuk menjadi kreatif. Dia bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat menarik dengan kacamata sehari-hari yang kita lihat, namun ketika dengan satu angle tertentu, dengan satu pencahayaan tertentu, dengan satu tulisan essay yang menyertai foto tersebut, segalanya jadi indah dan memiliki nilai tambah. Yang akan saya bicarakan di sini bukanlah betapa pentingnya peka atau menjadi kreatif, namun bagaimana caranya menjadi peka atau menjadi kreatif? Banyak orang sangat ingin menjadi kreatif. Kreatif tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi monopoli pihak-pihak tertentu, semua orang bisa dan boleh menjadi

82

EDISI VII / 2007

pemikiran tentang iklan, tapi lagi-lagi saya sangat yakin bahwa sama seperti kreatifitas, buku itupun bukan monopoli pekerja iklan. Satu hal yang menarik dan masih saya ingat dalam buku itu adalah satu pertanyaan yang ditanyakan penulis buku itu ke semua nara sumbernya. Pertanyaannya kurang lebih sebagai berikut, “bagaimana anda menghasilkan ide untuk iklan-iklan anda? Apa saja yang anda lakukan untuk menjadi kreatif?” Nara sumber yang dihadirkan dalam buku itu bukanlah nara sumber kacangan, melainkan tokoh-tokoh yang bukan sekedar bekerja di industri periklanan namun bisa dikatakan yang ikut “mendirikan” dan membuat

“Saya berlatih menjadi kreatif dengan mencoba menggabungkan banyak hal. Menggabungkan hal yang baru dengan yang lama, hal yang baik dengan yang jelek, hal yang berlawanan, hal yang sejalan, dan lain sebagainya. Dengan begitu saya menemukan banyak sekali kombinasi halhal baru dari hal-hal yang sudah pernah ada.” EDISI VII / 2007

83

THEINSPIRATION

periklanan dikenal dunia. Di sana ada nama-nama seperti David Ogilvy & Leo Burnett serta nama-nama lainnya yang pasti dikenal oleh pelaku industri periklanan dimanapun di dunia ini. Nara sumber yang pertama menjawab, dia bercerita bahwa ide adalah sesuatu hal yang mahal. Ia sering datang tanpa diundang. Seringkali ketika kita sedang berada di halte bis, di toilet, sedang mengantar saudara ke rumah sakit ide datang. Dan lebih kurang ajarnya lagi ide yang datang itu benar-benar

84

EDISI VII / 2007

THEINSPIRATION brilian. Ya, ide bagus memang tidak

dengan yang lama, hal yang baik den-

pernah mengenal tempat dan waktu.

gan yang jelek, hal yang berlawanan,

Terkadang datang ketika kita baru saja

hal yang sejalan, dan lain sebagainya.

bersiap untuk tidur sehingga kita tidak

Dengan begitu saya menemukan

tertarik untuk menggalinya lebih da-

banyak sekali kombinasi hal-hal baru

lam lagi. Nara sumber yang pertama ini

dari hal-hal yang sudah pernah ada.”

berkata, untuk mengatasai hal tersebut

Seorang teman saya yang kebetulan

saya selalu membawa sebuah buku

juga membaca buku itu juga mencoba

catatan kecil dan alat tulis sekedarnya.

menegaskan “coba saja kita lihat,

Sehingga kapanpun dimanapun ide

manusia dilahirkan melalui proses

itu datang, saya akan mencatatnya dan

kombinasi dari dua hal yang sudah ada,

mudah-mudahan suatu saat ketika

dua hal yang bukan hal baru. Tapi yang

saya dihadapkan pada situasi dimana

penting pada akhirnya dua hal yang

saya harus mencari ide saya akan

tidak baru lagi itu menghasilkan hal

mencoba membuka-buka lembaran

yang baru.” Bahkan proses penggabun-

catatan kecil saya sambil berharap ada

gan dua hal yang tidak baru pun bisa

ide yang cocok dan bisa dipakai. Yang

dilakukan dengan berbagai macam

menarik adalah, teknik ini diyakininya

cara sehingga menghasilkan hal yang

bukan sekedar membuat kita untuk

berbeda tiap outputnya. Kita bisa me-

membuat bank ide, tapi juga men-

mainkan prosentase yang berbeda dari

stimulus kita untuk menjadi lebih peka,

masing-masing hal yang dikombinasi-

karena kita selalu siap akan ide-ide

kan tersebut hingga akhirnya hal baru

yang akan datang.

yang didapat pun berbeda-beda.

Nara sumber yang selanjutnya memi-

Proses mengkombinasikan hal-hal

liki jawaban yang lain. Dia berkata

lama tersebut secara tidak sadar akan

“Saya berlatih menjadi kreatif dengan

menciptakan ruang di otak kita untuk

mencoba menggabungkan banyak

menjadi lebih terbuka pada hal yang

hal. Menggabungkan hal yang baru

baru, atau dengan kata lain menjadi

coba saja kita lihat, manusia dilahirkan melalui proses kombinasi dari dua hal yang sudah ada, dua hal yang bukan hal baru. Tapi yang penting pada akhirnya dua hal yang tidak baru lagi itu menghasilkan hal yang baru.”

EDISI VII / 2007

85

THEINSPIRATION lebih peka. Bayangkan saja ketika rock digabungkan dengan keroncong, ketika seni lukis digabungkan dengan fotografi, ketika warna coklat tua yang berkesan klasik dikombinasikan dengan silver atau gold yang bernuansa modern, semuanya akan menghasilkan warna baru, rasa baru dan juga pengalaman baru yang membuka satu sekat lagi di otak kita untuk lebih terbuka sambil berkata “oh, bisa jadi gini hasilnya.” Beralih sebentar ke teknik menjadi kreatif yang dilakukan oleh seorang teman saya. Dia memiliki teknik menjadi kreatif yang juga tidak kalah uniknya. Dia berkata bahwa manusia menjadi tidak kreatif ketika berusaha menutup diri pada kemungkinan-kemungkinan baru. Untuk itu dia selalu menjalankan gaya hidup yang mencoba terbuka terhadap berbagai kemungkinan, terhadap pengalamanpengalaman baru. Dia selalu berkata, jika kamu biasa berangkat kerja jam 7 pagi, coba berangkat jam 6 atau jam 9. Jika kamu biasa berangkat kerja naik kendaraan umum, coba sesekali menyewa mobil dan menyetir sendiri ke kantor, atau coba berjalan kaki atau naik sepeda. Jika kamu biasa berpakaian kemeja dan celana ba-

Bayangkan saja ketika rock digabungkan dengan keroncong, ketika seni lukis digabungkan dengan fotografi, ketika warna coklat tua yang berkesan klasik dikombinasikan dengan silver atau gold yang bernuansa modern, semuanya akan menghasilkan warna baru, rasa baru dan juga pengalaman baru yang membuka satu sekat lagi di otak kita untuk lebih terbuka sambil berkata “oh, bisa jadi gini hasilnya.” 86

EDISI VII / 2007

THEINSPIRATION akhirnya, dari semua teknik unuk Proses mencoba Pada kreatif yang diyakini orang, hal-hal yang baru menjadi ada satu jawaban dari satu nara ini akan menghad- justru pada buku yang saya ceritakan irkan pengalaman sumber yang membuat saya menemubaru buat kita, dikanawal formula untuk menjadi kresudut pandang atif. betul Ya memang banyak sekali orang yang baru, pola mencoba merumuskan rumus untuk pikir yang baru dan menjadi kreatif. Tapi jika memang bisa ini akan melatih otak kita untuk lebih terbuka, lebih peka dan pada akh- Ya memang banyak irnya lebih kreatif. sekali orang mencoba merumuskan rumus untuk menhan yang rapih ketika kerja, coba menjadi kreatif. Tapi jika genakan jeans dan kaos oblong. Jika memang bisa dirubiasanya kamu mendengarkan musik muskan, bukankah pop, coba jazz, dangdut, keroncong, semua orang pada blues, dll. Jika biasanya makan nasi, akhirnya bisa mencoba ganti dengan kentang atau roti, jadi kreatif ketika dan lain sebagainya. Proses mencoba mengetahui ruhal-hal yang baru ini akan menghadirmusnya? Dan kekan pengalaman baru buat kita, sudut tika semua orang pandang yang baru, pola pikir yang sam kreatifnya baru dan ini akan melatih otak kita unbukan berarti setuk lebih terbuka, lebih peka dan pada mua orang menjadi akhirnya lebih kreatif. sama tidak kreatifnya? EDISI VII / 2007

87

THEINSPIRATION

THEINSPIRATION

dirumuskan, bukankah semua orang

pop, untuk itu cobalah dengarkan lagu dengan aliran lain. Tidak harus jazz, tidak

pada akhirnya bisa menjadi kreatif ke-

harus dangdut, apa saja seolah-olah tidak ada aturan yang menghadirkan harga

tika mengetahui rumusnya? Dan ketika

mati.

semua orang sama kreatifnya bukan berarti semua orang menjadi sama tidak kreatifnya? Untuk itu saya benar-benar tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala ketika membaca jawaban dari nara sumber terakhir pada buku itu. Karena menurut saya orang ini telah berhasil merumuskan formula untuk menjadi kreatif tanpa membuat formula tersebut menjadi kadaluarsa. Ia berkata “to rule to be creative is no rule.” Yang kurang lebih artinya “aturan

“to rule to be creative is no rule.”

untuk menjadi kreatif adalah tidak ada aturan.” Artinya ketika kita mencoba membuat aturan untuk menjadi kreatif, semua orang akan mengikuti aturan itu dan semua orang menajdi kreatif juga. Untuk itu untuk menjadi kreatif adalah no rule.

Sebagian orang berhak untuk mengartikan perkataan ini sesuai dengan teknik menjadi kreatif yang teman saya utarakan, yaitu mencoba membuang rutinitas, mencoba hal yang baru, jika biasanya mendengarkan lagu pop kini

Ya dengan membatasi diri pada aturan-aturan tertentu mungkin kita telah membatasi diri dari koridor kreatifitas dimana banyak hal dimungkinkan. Bagaimana dengan hobi dan profesi kita di bidang fotografi? Apakah selama ini kita terlalu dikekang dengan rumus-rumus yang menyimpan variable harga mati atau kita sudah memberikan pikiran kita untuk terjun ke dunia kreatifitas yang seolah-olah tidak memiliki harga mati. Memungkinkan segala kemungkinan terjadi, segala pengalaman baru untuk hadir dan memperkaya diri sehingga pada akhirnya secara tidak sadar pun diri kita sudah selangkah lebih maju untuk lebih peka, lebih kreatif.

dengan membatasi diri pada aturan-aturan tertentu mungkin kita telah membatasi diri dari koridor kreatifitas dimana banyak hal dimungkinkan.

tidak ada aturan yang mengharuskan kita untuk untuk mendengarkan lagu

88

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

89

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

BERGURU DARI ICON FOTOGRAFI JURNALISTIK AN INTERVIEW WITH OSCAR MOTULOH

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY orang fotografer senior banyak yang pensiun dalam waktu relatif bersamaan. Maka dari itu saya dijebloskan untuk belajar fotografi.” Tambahnya. Pengalamannya sebagai reporter dalam meliput berita dirasa cukup membantunya memperdalam fotografi. “Fotografer tugasnya mengolah perpustakaan yang ada di kepala kita menjadi gambar dalam bentuk riil yang bisa kita lihat. Artinya waktu saya menulis suatu artikel, ada gambaran di kepala saya tentang berita itu. Itulah yang membantu saya dalam memperdalam fotografi, karena saya mengerti pemikiran dibalik penciptaan sebuah

Hampir semua pehobi fotografi di Indonesia pernah mendengar nama Oscar Motuloh. Bagi mereka yang sudah cukup lama berkenalan dengan dunia fotografi pasti mengetahui benar kharisma yang ditimbulkan dari nama besar dan fotofoto bernyawa yang selalu ia hasilkan. Sementara bagi mereka yang belum lama berkenalan dengan fotografi setidaknya pernah mendengar kedigjayaan namanya. Pada edisi ini kami mendapat kehormatan untuk boleh diterima di ruangan kantornya di sebuah gedung tua di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat untuk sedikit “mencuri” ilmu dari salah satu maestro fotografi Indonesia ini. “Saya mungkin bukan contoh yang tepat untuk belajar fotografi karena saya kenal fotografi agak terlambat.” Ungkapnya membuka pembicaraaan kami. “saya baru mempelajari fotografi secara teknis sekitar umur 30-an. Waktu itu saya bergabung dengan (kantor berita) Antara sebagai reporter. Pada masa itu beberapa

90

EDISI VII / 2007

foto.” Tegasnya. “Hal itu sangat membantu ketika saya harus memotret, karena saya tahu kurang lebih tulisannya akan seperti apa, jadi gambarnya bagusnya seperti apa.” Tambahnya. Berbicara mengenai profesi fotografer terutama jurnalistik oscar melihat hal terpenting dalam fotografi jurnalistik adalah ketika fotografer dituntut untuk menyingkirkan segala macam hal dan menyisakan hanya esensi dari foto

“Fotografer tugasnya mengolah perpustakaan yang ada di kepala kita menjadi gambar dalam bentuk riil yang bisa kita lihat. Artinya waktu saya menulis suatu artikel, ada gambaran di kepala saya tentang berita itu. Itulah yang membantu saya dalam memperdalam fotografi, karena saya mengerti pemikiran dibalik penciptaan sebuah foto.”

tersebut. “Ketika itu dicapai, fotonya

EDISI VII / 2007

91

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

hal terpenting dalam fotografi jurnalistik adalah ketika fotografer dituntut untuk menyingkirkan segala macam hal dan menyisakan hanya esensi dari foto tersebut. “Ketika itu dicapai, fotonya jadi “bunyi”.”

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY jadi “bunyi”.” Ungkapnya. “Untuk mencapai hal itu hal paling mendasar yang harus dilakukan adalah percaya diri. Karena tanpa percaya diri semua itu nggak akan bisa tercapai.” Lanjutnya. Hal ini jadi jauh lebih menarik lagi ketika kepercayaan diri seorang fotografer jurnalistik harus bertemu dengan karakter foto jurnalistik yang disebut Oscar sebagai “bukan pemeran utama”. “Fotografi jurnalistik adalah fotografi yang bukan itu intinya. Fotografi jurnalis tidak pernah jadi hi end karena

“Fotografi jurnalistik adalah fotografi yang bukan itu intinya. Fotografi jurnalis tidak pernah jadi hi end karena intinya adalah sarana menyampaikan pesan, bukan tujuan.”

intinya adalah sarana menyampaikan

Ungkapnya.

pesan, bukan tujuan.” Tegasnya.

Bagaimana caranya agar foto bisa men-

Oscar memandang fotografi jurnalistik

jadi eye catching, Oscar melihat banyak

hanya sebagai sarana untuk mengajak

cara untuk mencapai hal tersebut. “Bisa

pembaca membaca berita. “Ketika

dengan pengambilan angle yang unik,

seseorang membaca Koran, yang

komposisi yang striking, dan permain-

membuat berita jadi menarik dibaca

an teknis fotografi lainnya.” Jelasnya.

selain tulisannya adalah fotonya. Dan

92

EDISI VII / 2007

memang itu tugas fotografer jurnalis,

Untuk itu, bagi pemula yang ingin

yaitu menarik perhatian pembaca un-

terjun di dunia fotografi jurnalistik

tuk membaca lebih jauh lagi. Untuk itu

Oscar berpesan agar anda menyadari

hal paling penting dalam fotografi jur-

bahwa pewarta foto adalah wartawan

nalistik adalah eye catching. Semakin

yang dilengkapi dengan kamera. Pada

foto tersebut eye catching semakin

akhirnya tugas pewarta foto adalah

ia berhasil menjalankan tugasnya.”

menciptakan foto yang bisa menjadi

“Ketika seseorang membaca Koran, yang membuat berita jadi menarik dibaca selain tulisannya adalah fotonya. Dan memang itu tugas fotografer jurnalis, yaitu menarik perhatian pembaca untuk membaca lebih jauh lagi. Untuk itu hal paling penting dalam fotografi jurnalistik adalah eye catching. Semakin foto tersebut eye catching semakin ia berhasil menjalankan tugasnya.”

EDISI VII / 2007

93

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

“Kurator tidak sekedar mengedit foto, tapi bersama pembuatnya menghadirkan yang tidak ada menjadi ada. Tugas kurator seperti menyusun puzzle, terkadang harus menjahit, terkadang harus mempermak, intinya membuat foto yang ketika disusun jadi bisa “bunyi”. Ada pengalaman pribadi dari foto-foto tersebut, dan pada akhirnya diapresiasi oleh orang lain.”

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY komposisinya lah, garisnya lah, apalagi kalau kuratornya terkenal.” Ungkapnya. Hal ini menunjukkan masih minimnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap fotografi. “Idealnya hasil lomba selalu dipamerkan untuk mendapat feedback, jadi semua orang ikut belajar untuk menilai dan mengapresiasi. Walaupun bisa beragam tapi itu mencerdaskan.” Ungkapnya.

hook untuk menarik pembaca membaca lebih jauh lagi. Selain itu Oscar juga

Edukasi media massa juga berperan

berpesan agar pewarta foto tidak bermimpi menjadi artis atau selebriti. “Harus

dalam melatih pembaca untuk men-

diingat tugasnya di balik layar. Bahkan hanya menciptakan hook” Terangnya.

gapresiasi foto. Selain itu komunitaskomunitas fotografi juga seharusnya

Pembicaraan kami pun berkembang jauh dari sekedar berbicara mengenai

bertanggung jawab untuk membuat

fotografi jurnalistik. Mengingat reputasinya yang cukup baik sebagai kurator foto,

orang menjadi kritis. “Jujur sama

kami pun menggali lebih dalam tentang segala hal mengenai kurator foto.

diri sendiri nggak cuma ikut-ikutan.”

“ide bisa berbeda karena pengalamannya berbeda. Yang penting jangan cuma bisa ikut-ikutan. Banyak orang yang hanya ikut-ikutan, kalau kuratornya bilang bagus, jadi ikutan bilang bagus dengan segala macam alasan komposisinya lah, garisnya lah, apalagi kalau kuratornya terkenal.”

Tegasnya. “Kejujuran kritik adalah hal “Kurator tidak sekedar mengedit foto, tapi bersama pembuatnya menghadirkan

yang paling diharapkan oleh semua

yang tidak ada menjadi ada. Tugas kurator seperti menyusun puzzle, terkadang

pencipta foto tapi memang kritik

harus menjahit, terkadang harus mempermak, intinya membuat foto yang ketika

dan sirik terkadang perbedaannya

disusun jadi bisa “bunyi”.” Jelasnya. “Ada pengalaman pribadi dari foto-foto terse-

tipis.” Sambungnya sambil tertawa.

but, dan pada akhirnya diapresiasi oleh orang lain.” Tambahnya.

Lanjutnya, “untuk itu kita harus selalu bisa menerima kritik dengan lapang

Oscar melihat terkadang ide dari pencipta foto dan kuratornya bisa berbeda dan

dada, apalagi jika datangnya dari hati.

itu sah-sah saja. “ide bisa berbeda karena pengalamannya berbeda. Yang pent-

Masyarakat awam pun diajak untuk

ing jangan cuma bisa ikut-ikutan. Banyak orang yang hanya ikut-ikutan, kalau

belajar mengapresiasi.”

kuratornya bilang bagus, jadi ikutan bilang bagus dengan segala macam alasan

Banyak teknik untuk melihat dan men-

94

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

95

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

“Kejujuran kritik adalah hal yang paling diharapkan oleh semua pencipta foto tapi memang kritik dan sirik terkadang perbedaannya tipis.”

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY gapresiasikan foto. “dulu ada 8 teknik

GALANG BLUES

melihat Bauhauss. Teknik itu melibatkan emosi, rasa dan segala macam

Penderitaan perang yang berkepanjangan ternyata belum cukup bagi sebagian

pakem, namun karena segala sesuatu-

rakyat Vietnam. Setelah Saigon jatuh ke tangan Hanoi pada penghujung April

nya berkembang akhirnya banyak yang

1975, perdamaian ternyata tak pernah kunjung datang. Apalagi bagi orang-orang

ditabrak.” Ungkapnya. “Perkembangan

Vietnam Selatan yang dianggap menjadi pecundang dalam perang ciptaan Amer-

atau perubahan ini harus ditanggapi

ika Serikat tersebut.

positif, walaupun berusaha mendobrak pakem yang sudah lama diyakini.”

Dalam keputusasaan yang sangat, dan demi secuil harapan, mereka memutuskan

Sambungnya. “Foto yang menarik buat

meninggalkan tanah tumpah darah mereka. Sejak itu lautan China Selatan diban-

saya adalah yang simple, kesederha-

jiri jutaan manusia perahu. Mereka berlayar dalam kepasrahan, membawa sanak

naan yang kuat namun menyentuh.”

keluarga, mencoba menjauhkan trauma perang saudara dari memori mereka.

Ungkapnya. Hari itu, almanak menunjukkan 22 Mei 1975, sebentuk perahu kayu memasuki

“Foto yang menarik buat saya adalah yang simple, kesederhanaan yang kuat namun menyentuh,”

Dalam mengkuratori foto Oscar selalu

perairan Indonesia. Membawa 25 penumpang berbagai usia, dengan wajah kuyu

melihat nilai historisnya. “Siapa yang

dan tatapan hampa, mereka berhasil menyentuh pantai Pulau Laut di wilayah

membuat, mencoba membaca jejak

Kep. Riau. Rombongan mereka tercatat sebagai gelombang pertama manusia

yang ditinggalkan foto tersebut.”

perahu pertama yang mendarat di Indonesia.

Selanjutnya Oscar mencoba membaca semua nilai yang menjadi landasan

Dengan singkat rombongan manusia perahu datang mengalir bagai bah, dalam

subyektif foto tersebut. Dengan begitu

waktu singkat jumlah mereka telah mencapai 45.000 jiwa, mereka mendarat di

ia bisa menggali “bunyi” dari foto

Tanjung Unggat, Air Raja dan Bintan Timur.

tersebut. Mereka berlayar dengan ”tiket” sekali jalan. Menyerahkan nasib pada takdir dan Pada akhirnya, Oscar juga menyempat-

membiarkan kemanapun kemudi membawa mereka. Tak dapat ditaksir berapa

kan diri untuk menulis sebuah essay

puluh ribu jiwa yang melayang dalam pelayaran maut itu. Jika lolospun mereka

tentang beberapa fotonya sebagai

terkadang harus berhadapan dengan bajak laut China Selatan yang bengis.

berikut.

96

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

97

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

98

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

99

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY



Seperti terbetik dalam sepenggal puisi pengungsi.

khusus bagi para pengungsi. Dengan



Somebody could safely anchor

cermat dia mengamati satu persatu



Though we don’t mention pirates

penanda nisan, sebelum berhenti di



Oh! My boat was robbed at times

dekat undakan ketiga areal kuburan



Oh! How cruel the pirate were

yang menyerupai bukit itu.

Badai manusia perahu melanda dunia. Eksodus penderitaan terbesar dalam

Dia melipat tangannya, membiarkan

sejarah bangsa-bangsa dunia. Diperkirakan 12 juta warga Vietnam dan Kamboja

kacamata hitam menempel di wajah-

(yang juga mengalami krisis politik akut) membanjiri samudra Pasifik dalam rasa

nya untuk menutupi airmata yang

ketakutan yang luar biasa. Lagi-lagi, politik peperangan hanya mencoreng wajah

turun di antara ke dua pipinya. Perem-

bumi dan mencemari sejarah peradaban umat manusia dimanapun kekerasan itu

puan Vietnam itu adalah salah seorang

meletup.

mantan penghuni kamp pengungsi Galang yang datang kembali ke pulau

Ketika pulau Galang ditetapkan sebagai pusat penampungan sementara oleh

tersebut untuk melakukan ziarah di

pemerintah Indonesia bekerjasama dengan badan pengungsi PBB (UNHCR), jum-

makam sang Ibu yang tak lagi sem-

lah pengungsi Vietnam dan Kamboja telah mencapai 250.000 ribu jiwa. Mereka

pat menghirup udara bebas di tanah

bergotong royong membangun sarana ibadah, pelatihan bahasa, ketrampilan,

harapan.

kuburan, serta lahan-lahan perkebunan dalam skala kecil. Kelompok mudanya malah sempat menerbitkan koran berbahasa Vietnam bernama ”Tu Do” (kemerdekaan) bertiras 500 kopi.

oscar motuloh pewarta foto

Dalam duapuluh tahun sejak pendaratan pertama, UNHCR berhasil menyalurkan 170.000-249.000 pengungsi pulau Galang ke Negara ketiga. Hingga pendanaan mereka habis pada 1996, maka pemeritah Indonesia yang mengambil inisiatif mengembalikan 4,570 pengungsi yang masih bertahan di pulau itu kembali ke tanah kelahirannya dengan menumpang KRI. Siang terik itu, sebelas tahun kemudian, seorang perempuan berusia 27-an berjalan perlahan di antara nisan-nisan dipemakaman Nghia Thrang. Pemakaman

100

EDISI VII / 2007

EDISI VII / 2007

101

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

102

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

103

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

104

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

105

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

106

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

107

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

108

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

109

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

110

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

111

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

112

EDISI VII / 2007

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

EDISI VII / 2007

113

JURNALISTIKPHOTOGRAPHY

WHERETOFIND JAKARTA

Telefikom Fotografi Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), Jalan Hang Lekir I, JakPus Indonesia Photographer Organization (IPO) Studio 35, Rumah Samsara, Jl. Bunga Mawar, no. 27, Jakarta Selatan 12410 Unit Seni Fotografi IPEBI (USFIPEBI) Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Menara Sjafruddin Prawiranegara lantai 4, Jl. MH.Thamrin No.2, Jakarta UKM mahasiswa IBII, Fotografi Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Perhimpunan Penggemar Fotografi Garuda Indonesia (PPFGA) PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Gedung Garuda Indonesia Lt.18 Komunitas Fotografi Psikologi Atma Jaya, JKT Jl. Jendral Sudirman 51, Jakarta.Sekretariat Bersama Fakultas Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Studio 51 Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral Sudirman 51, Jakarta Perhimpunan Fotografi Tarumanegara Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar Pt. Komatsu Indonesia

114

EDISI VII / 2007

Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 Jakarta Utara 14140 LFCN (Lembaga Fotografi Candra Naya) Komplek Green Ville -AW / 58-59, Jakarta Barat 11510 HSBC Photo Club Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel 12930 XL Photograph Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 JakSel Kelompok Pelajar Peminat Fotografi SMU 28 Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar Minggu) JakSel FreePhot (Freeport Jakarta Photography Community) Masterlist Management Export Import Department PT Freport Indonesia Plaza 89 6th Floor. Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 Nothofagus PT Freport Indonesia Plaza 895th Floor. Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 CybiLens PT Cyberindo Aditama, Manggala Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Gatot Subroto, jakarta 10270 FSRD Trisakti FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar SKRAF (Seputar Kamera Fikom) Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel 12870 One Shoot Photography FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. 74,

JakPus Lasalle College Sahid Office Boutique Unit D-E-F (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta 1220 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran baru, Jak-Sel, 12110 LSPR Photography Club London School of Public Relation Campus B (Sudirman Park Office Complex) Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Jakarta Pusat 10220 FOCUS NUSANTARA Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta SUSAN + PRO Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta 12730 e-Studio Wisma Starpage, Salemba Tengah No. 5, JKT 10440 VOGUE PHOTO STUDIO Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, Tanjung Duren raya 1-38 Shoot & Print jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 4, Kelapa Gading Permai, jkt Q Foto Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, Rawamangun, Jkt Digital Studio College Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Darwis Triadi School of Photography EDISI VII / 2007

115

WHERETOFIND jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru eK-gadgets centre Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Style Photo Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 Neep’s Art Institute Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta V3 Technology Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Cetakfoto.net Kemang raya 49D, Jakarta 12730 POIsongraphy ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 jl.TB.Simatupang kav 18 Jakarta 12560

BEKASI

Lubang Mata Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Barat, 17134

BANDUNG

PAF Bandung Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Bandung 40111 Jepret Sekretariat Jepret Lt. Basement Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha 10, Bandung Spektrum (Perkumpulan Unit Fotografi Unpad) jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumedang, Jabar Padupadankan Photography Jl. Lombok No. 9S Bandung Studio intermodel Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116

116

EDISI VII / 2007

WHERETOFIND Lab Teknologi Proses Material ITB Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, Bandung Satyabodhi Kampus Universitas Pasundan Jl. Setiabudi No 190, Bandung

Lembaga pendidikan seni dan design visimedia college Jl. Bhayangkara 72 Solo

YOGYAKARTA

Atmajaya Photography club Gedung PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl. TASIKMALAYA babarsari no. 007 yogyakarta Eco Adventure Community “UKM MATA” Akademi Seni Rupa Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008, dan Desain MSD Rajapolah, Tasikmalaya 46155 Jalan Taman Siswa 164 Yogyakarta 55151 SEMARANG Unif Fotografi UGM (UFO) PRISMA (UNDIP) Gelanggang mahasiswa UGM, BulakPKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) sumur, Yogya Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1 Fotografi Jurnalistik Club Semarang 50243 Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari MATA Semarang Photography Yogyakarta Club FOTKOM 401 FISIP UNDIP gedung Ahmad Yani Lt.1 Kampus Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang FISIPOL UPN “Veteran” yogyakarta. Jl Babasari No.1, Tambakbayan, YogyaDIGIMAGE STUDIO karta, 55281 Jl. Setyabui 86A, Semarang Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang SURABAYA 50243 Himpunan Mahasiswa PenggeAdy Photo Studio d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln. mar Fotografi (HIMMARFI) Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya Teuku Umar 24 Semarang Pandawa7 digital photo studio AR TU PIC Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C, UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark Semarang Boulevard, Citra Raya. Surabaya 60219 Kloz-ap Photo Studio FISIP UNAIR Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang JL. Airlangga 4-6, Surabaya Hot Shot Photo Studio SOLO Ploso Baru 127 A, Surabaya, 60133 HSB (Himpunan Seni BenToko Digital Ambengan Plasa B23. jl Ngemplak No. gawan) Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo 30 Surabaya Sentra Digital 57156

Pusat IT Plasa Marina Lt. 2 Blok A-5. Jl. Margorejo Indah 97-99 Surabaya BW Camera-accessories Royal Plaza 2nd Floor Jl. Ahmad Yani Surabaya

MEDAN

SAMARINDA

TRAWAS

BATAM

Batam Photo Club Perumahan Muka kuning indah Blok C-3, Batam 29435

SOROWAKO

KALTIM

ONLINE PICK UP POINTS:

VANDA Gardenia Hotel & Villa Jl. Raya Trawas, Jawa Timur

MALANG

MPC (Malang Photo Club) Jl. Pahlawan Trip No. 25 Malang JUFOC (Jurnalistik Fotografi Club) student Centre Lt. 2 Universitas Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Tlogomas No. 246 malang, 65144 UKM KOMPENI (Komunitas Mahasiswa Pecinta Seni) kampus STIKI (Sekolah Tinggi Informatika Indonesia) Malang, Jl. Raya Tidar 100

JEMBER

UFO (United Fotografer Club) Perum Mastrip Y-8 Jember, Jawa Timur Univeritas Jember (UKPKM Tegalboto) Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa Universitas Jember jl. Kalimantan 1 no 35 komlek ged. PKM Universitas Jember 68121

Medan Photo Club Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 Samping Kolam Paradiso Medan, Sumatra Utara 20213

MANGGIS-55 STUDIO (Samarinda Photographers Community) Jl. Manggis No. 55 Voorfo, Samarinda Kaltim

Sorowako Photographers Society General Facilities & Serv. Dept DP. 27, (Town Maintenance) - Jl. PEKANBARU Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO CCC (Caltex Camera Club) 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI PT. Chevron Pasific Indonesia, SCM- SELATAN Planning, Main Office 229, Rumbai, Pekanbaru 28271 GORONTALO Masyarakat Fotografi Gorontalo LAMPUNG Graha Permai Blok B-18, Jl. RambuMalahayati Photography Club tan, Huangobotu, Dungingi, Kota Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Ban- Gorontalo dar Lampung, 35153. LampungIndonesia. Telp. (0721) 271114 AMBON Performa (Perkumpulan FoBALIKPAPAN tografer Maluku) FOBIA jl. A.M. Sangadji No. 57 Ambon. Indah Foto Studio Komplek Ruko (Depan Kantor Gapensi kota Ambon/ Bandar Klandasan Blok A1, Balikpa- Vivi Salon) pan 76112 Badak Photographer Club (BPC) www.estudio.co.id ICS Department, System Support http://charly.silaban.net/ Section, PT BADAK NGL, Bontang, Kaltim, 75324 KPC Click Club/PT Kaltim Prima Coal Supply Department (M7 Buliding), PT Kaltim Prima Coal, Sangatta

EDISI VII / 2007

117

Related Documents


More Documents from "Silmina Ulfah"